1
HUBUNGAN ANTARA UMUR, MASA KERJA, DAN STATUS GIZI DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PENAMBANG EMAS DI WILAYAH PERTAMBANGAN RAKYAT TATELU KECAMATAN DIMEMBE
Angriani J. ilhaq*, Paul A.T Kawatu*, Benedictus S. Lampus*
*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi, Manado
Abstrak
Penambang emas tradisional adalah salah satu pekerja yang masuk dalam sektor pekerja informal, akibat dari proses mekanis pada pertambangan emas tradisional dapat menghasilkan partikel padat yang disebut dengan debu. Akibat penumpukan debu yang tinggi di paru – paru dapat menyebabkan kelainan dan kerusakan paru. Faktor – faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan fungsi paru terhadap tenaga kerja seperti umur, masa kerja, kebiasaan merokok, status gizi, jenis kelamin dan kondisi lingkungan. Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi yaitu seluruh pekerja yang ada di wilayah pertambangan rakyat Tatelu. Jumlah sampel adalah 41 responden. Variabel penelitian yaitu umur, masa kerja, status gizi dan kapasitas vital paru. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan pemeriksaan kapasitas vital paru dilakukan satu kali dengan menggunakan alat spirometer jenis Hand Held Spirometer Microlop Carefusion. Analisis data bivariat menggunakan uji Fisher Exact Test. Persentase umur < 35 tahun yaitu 87,8%, ≥ 35 tahun yaitu 12,2%, masa kerja < 5 tahun yaitu 53,7%, ≥ 5 tahun yaitu 46,3%, status gizi normal 51,2%, tidak normal 48,8%, kapasitas vital paru normal 12,2%, dan tidak normal 87,8%. hasil uji Fisher Exact Test untuk umur dengan kapasitas vital paru mempunyai nilai p = 1,00. Masa kerja dengan kapasitas vital paru mempunyai nilai p = 0,35. Status gizi dengan kapasitas vital paru mempunyai nilai p = 0,04. Tidak terdapat hubungan antara umur dan masa kerja dengan kapasitas vital paru. Terdapat hubungan antara status gizi dengan kapasitas vital paru.
Kata Kunci : Umur, Masa Kerja, Status Gizi, Kapasitas Vital Paru Abstract
Traditional Gold Miners is one of the jobs that belong to informal sector of Job. Mechanism process of Traditional Mining can result solid particle that is called dust. The dust that is going to the lungs through Respiratory may cause some diseases in Lungs. The factors that may be influenced the function of lungs especially for the miners are age, length of work, habit of smoking, nutritional status, sex and the condition of environment. This research uses analytical survey and the design of cross-sectional study. The population is all miners in Tatelu. The number of Sample is 41 respondents. Variables of Research are age, length of work, nutritional status and lungs vital capacity. Data is collected by using questionnaires, the measurement of Lungs Vital Capacity is conducted using Spirometer (Hand Held Spirometer Microlop carefusion). Bivariate Analysis data uses Fisher Exact Test. Age Percentage < 35 years-old is 87.8%, ≥ 35 years-old is 12.2%, Length of work < 5 Years is 53.7%, ≥ 5 Years is 46.3%, Normal Nutritional Status is 51.2% and For the Not Normal is 48.8%, For the Normal Lungs Vital Capacity is 12.2%, and not normal is 87.8%. The result of Fisher Exact Test regarding age and lungs vital capacity has p=1.00. Length of work and Lungs vital capacity has p =0.04. There is no Correlation among age, length of work and lungs vital capacity. There is a correlation between Nutritional status and lungs vital capacity.
2 PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dan menuju ke negara industri akan menghadapi berbagai masalah kesehatan akibat meningkatnya berbagai aktifitas industri. Industrialisasi diperlukan sejalan dengan perkembangan ekonomi negara, tetapi efek yang ditimbulkannya juga bisa berbahaya akibat pencemaran lingkungan. Pencamaran dapat terjadi pada proses pengambilan bahan baku maupun dalam pengolahan (Ikhsan, 2009). Untuk kegiatan pertambangan emas tradisonal, akibat dari proses mekanis pada pertambangan seperti penggalian bahan tambang, penghancuran atau penghalusan, amalgamisasi, dan pemijaran dapat menghasilkan partikel padat yang disebut dengan debu. Akibat penumpukan debu yang tinggi di paru – paru dapat menyebabkan kelainan dan kerusakan paru. Penyakit akibat penumpukan debu pada
paru disebut pneumoconiosis
(Suma’mur,2009). Paru dan saluran napas merupakan organ dan sistem dalam tubuh manusia yang berhubungan langsung dengan udara luar, sehingga sangat berpotensi terkena berbagai macam penyakit akibat pajanan bahan berbahaya di udara (Ikhsan, 2009).
Wilayah pertambangan emas yang ada di Tatelu Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara merupakan wilayah pertambangan emas milik sendiri sebagai salah satu mata pencaharian sebagian masyarakat. Lokasi pertambangan Tatelu ini telah memiliki izin sesuai Surat Keputusan dari Bupati Minahasa Utara
nomor 02/DISTAMBEN/2010 pada
tanggal 18 Mei 2011 sebagai Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) dengan luas area 25 hektar. Pertambangan emas ini masih menggunakan proses pengolahan secara tradisional dengan metode pengolahan sederhana. Pertambangan emas ini di buka sejak tahun 1998 hingga sekarang dengan jumlah penambang diperkirakan kurang lebih 1500 orang. Kemudian untuk kondisi ataupun tempat kerja bisa saja dipengaruhi oleh paparan debu, hal ini disebabkan oleh keadaan sekitar tempat kerja yang terkontaminasi debu dari hasil produksi emas.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini bersifat survei analitik dengan rancangan penelitian cross sectional study. Penelitian ini dilakukan di Wilayah Pertambangan Rakyat Desa Tatelu Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2014.
3
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pekerja tambang emas di WPR Tatelu. Sampel ditentukan secara purposive sampling yaitu pekerja yang berada di satu area tambang emas dengan status kepemilikan pribadi. Jumlah sampel yaitu 41 responden. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode wawancara, observasi dan pengukuran kapasitas vital paru. Analisis Univariat adalah data variabel bebas yaitu umur, masa kerja dan status gizi. Variabel terikat yaitu kapasitas vital paru, disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dianalisis berdasarkan persentase. Analisis bivariat dilakukan untuk menganalisis hubungan antara umur, masa kerja, dan status gizi dengan kapasitas vital paru pada penambang emas wilayah pertambangan rakyat tatelu, dengan menggunakan Fisher’s Exact Test pada CI 95% dan α=0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian yang di lakukan di Wilayah Pertambangan Rakyat Tatelu diperoleh sampel penelitian sebanyak 41 penambang. Semua yang menjadi sampel penelitian ini berjenis kelamin laki – laki. Penambang yang menjadi sampel penelitian merupakan
pekerja tambang di Wilayah Pertambangan Rakyat Tatelu.
Umur
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 41 penambang di wilayah pertambangan rakyat Tatelu Penambang dengan umur < 35 tahun sebanyak 36 penambang (87,8%) dan penambang dengan umur ≥ 35 tahun sebanyak 5 penambang (12,2%).
Usia berhubungan dengan proses penuaan atau bertambahnya umur. Semakin tua usia seseorang semakin besar kemungkinan terjadi penurunan fungsi paru (Suyono, 2001). Fungsi pernafasan dan sirkulasi darah akan meningkat pada masa anak – anak dan mencapai maksimal pada usia 20 – 30 tahun, kemudian akan menurun kembali sesuai pertambahan umur. Kekuatan otot maksimal pada usia 20 – 40 tahun dan akan berkurang sebanyak 20% setelah usia 40 tahun.
Masa Kerja
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di wilayah pertambangan rakyat Tatelu. Penambang dengan masa kerja < 5 tahun sebanyak 22 penambang ( 53,7%) dan penambang dengan masa kerja ≥ 5 tahun sebanyak 19 penambang ( 46,3%).
Semakin lama seseorang terpapar dengan bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut salah satu
4
variabel potensial yang dapat menimbulkan gangguan fungsi paru adalah lamanya seseorang terpapar dengan debu tersebut. Semakin lama karyawan menghabiskan waktu untuk bekerja di area kerjanya, maka semakin lama pula paparan debu yang diterimanya, sehingga kemungkinan untuk terjadinya gangguan fungsi paru juga akan lebih besar (Suma’mur,2009).
Status Gizi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penambang dengan kategori kurus sebanyak 9 penambang (22%), kategori normal sebanyak 21 penambang (51,2%), dan kategori gemuk sebanyak 11 penambang (26,8%).
Gizi merupakan nutrisi yang diperlukan oleh para pekerja untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan. Sebagai satu aspek dari ilmu gizi pada umumnya, maka gizi kerja ditujukan untuk kesehatan dan daya kerja tenaga kerja yang setinggi-tingginya. Kesehatan dan daya kerja sangat erat hubungannya dengan tingkat gizi seseorang. Tubuh memerlukan zat-zat dari makanan untuk pemeliharaan tubuh, perbaikan kerusakan-kerusakan dari sel dan jaringan dan untuk pertumbuhan, yang banyak sedikitnya keperluan ini sangat bergantung kepada usia, jenis kelamin,
lingkungan dan beban yang diderita oleh seseorang Suma’mur, (2009).
Kapasitas Vital Paru
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di wilayah pertambangan rakyat Tatelu yang dilakukan menggunakan alat spirometri. Didapatkan terdapat 5 penambang (12,2%) dengan kapasitas vital paru normal dan terdapat 36 penambang (87,8%) dengan kapasitas vital paru tidak normal.
Nilai KVP sama dengan volume cadangan inspirasi (IRV) ditambah volume tidal (VT) dan volume cadangan ekspirasi (ERV). Ini adalah jumlah udarah maksimum yang dapat dikeluarkan seorang dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum dan dikeluarkan sebanyak-banyaknya.
Hubungan Antara Umur dengan Kapasitas Vital Paru
Tabel 1. Hubungan Antara Umur dengan Kapasitas Vital Paru
Umur
Kapasitas Vital Paru
P
value
1,00 Normal Tdk normal Total
f % f % F % < 35 Thn ≥ 35 Thn 5 0 14 0 31 5 86 100 36 5 100 100 Total 5 12 36 88 41 100
Berdasarkan Tabel 1 menunjukan bahwa 5 penambang dengan umur > 35 tahun semuanya atau 100% mengalami kapasitas vital paru tidak normal. Dan dari 36
5
penambang dengan umur < 35 tahun, 31 penambang atau 83% mengalami kapasitas vital paru tidak normal dan 5 penambang atau 14% dengan kapasitas vital paru normal.
Berdasarkan hasil uji Fisher’s Exact Test, maka didapat p value adalah 1,00. Maka p value lebih besar dari 0,05 (1,00 > 0,05), sehingga Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara umur dengan kapasitas vital paru Penambang Pertambangan Rakyat Tatelu.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2007) tentang Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kapasitas Vital Paru pada Pekerja Pembuatan Genteng pada 41 pekerja dari hasil analisis statistik yang dilakukan menyatakan tidak ada hubungan umur dan kapasitas vital paru pada pekerja pembuatan Genteng Malindo Sokka Kabumen.
Penelitian ini sejalan dengan Betiandrian (2012) tentang Hubungan Faktor – Faktor Risiko Terhadap Kejadian Gangguan Fungsi Paru pada Pekerja Bagian Painting di PT X menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan gangguan fungsi paru 15 pekerja bagian painting di PT X.
Penelitian yang dilakukan oleh Mila (2006) tentang Hubungan Antara Masa Kerja, Pemakaian Alat Pelindung Diri (Masker) pada Tenaga Kerja Bagian Pengamplasan dengan Kapasitas Fungsi Paru PT Accent House Pecangaan Jepara yang menunjukan bahwa semakin bertambah usia maka akan dapat menurunkan kapasitas vital paru seseorang tidak sejalan dengan hasil penelitian ini karena mungkin karakteristik responden dalam penelitian yang berbeda yaitu pada jenis kelamin.
Hubungan Antara Masa Kerja dengan Kapasitas Vital Paru
Tabel 2. Hubungan Antara Masa Kerja dengan Kapasitas Vital Paru
Masa kerja
Kapasitas Vital Paru
P
value
0,35 Normal Tdk normal Total
f % f % F % < 5 Thn ≥ 5 Thn 4 1 18 5 18 18 82 95 22 19 100 100 Total 5 12 36 88 41 100
Berdasarkan Tabel 2 bahwa penambang yang mempunyai masa kerja lama atau > 5 tahun sebanyak 19 penambang. Sebagian besar yaitu 18 penambang atau 96,3% mengalami kapasitas vital paru tidak normal. Dan pada masa kerja baru atau < 5 tahun sebanyak 22 penambang, terdapat 18 penambang atau 82% mengalami kapasitas vital paru tidak normal.
6
Berdasarkan hasil uji fisher’s exact test, untuk hasil pemeriksaan kapasitas vital paru dihubungkan dengan masa kerja diperoleh nilai p = 0,35. Hal ini berarti tidak ada hubungan antara masa kerja dengan kapasitas vital paru.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kandung (2013), tentang Hubungan Antara Karakteristik Pekerja dan Pemakaian Alat Pelindung Pernapasan (Masker) dengan Kapasitas Vital Paru pada Pekerja Wanita Bagian Pengamplasan di Industri Mebel X Wonogiri pada 18 pekerja menyatakan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara masa kerja dengan gangguan fungsi paru (FEV1/FVC).
Hasil yang dilakukan oleh Deviandhoko (2012) tentang Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Fungsi Paru pada Pekerja Pengelasan di Kota Pontianak pada 78 pekerja, hasil uji statistik menggunakan uji chi square menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan gangguan fungsi paru pada pekerja pengelasan di kota Pontianak.
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian dari Cahyana (2012) pada Pekerja Tambang Batubara PT.Indominco Mandiri Kalimantan Timur pada 100 pekerja dengan uji statistik menggunakan continuity
correction yang mendapatkan bahwa ada hubungan antara masa kerja dengan kejadian fungsi paru.
Hubungan Antara Status Gizi dengan Kapasitas Vital Paru
Tabel 3. Hubungan Antara Status Gizi dengan Kapasitas Vital Paru
Status Gizi
Kapasitas Vital Paru
P
value
0,04 Normal Tdk normal Total
f % f % F % Normal T. normal 5 0 24 0 16 20 76 100 21 20 100 100 Total 5 12 36 88 41 100
Berdasarkan Tabel 3 dari 21 penambang dengan status gizi normal, terdapat 16 penambang atau 76% mengalami kapasitas vital paru tidak normal. Dan terdapat 5 penambang atau 24% mengalami kapasitas vital paru normal.
Berdasarkan hasil uji fisher, maka didapat p value adalah 0,04. Maka p value lebih besar dari 0,05 (0,04 > 0,05), sehingga Ha diterima yang menyatakan bahwa ada hubungan antara status gizi dengan kapasitas vital paru Penambang Pertambangan Rakyat Tatelu.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian dari Anugrah (2013) tentang Faktor – Faktor yang berhubungan dengan Kapasitas Vital Paru pada Pekerja Penggilingan Batu Putih di PT. Sinar Utama Karya pada 25 pekerja menyatakan terdapat
7
hubungan antara status gizi dengan kapasitas vital paru dengan besar hubungan 0,00.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Budiono (2007) tentang Faktor Resiko Gangguan Fungsi Paru pada Pekerja Pengecatan Mobil di Kota Semarang terhadap 90 pekerja menyatakan dari hasil analisis menunjukan bahwa ada hubungan antara status gizi dengan gangguan fungsi paru dengan nilai signifikansi dibawah 0,05. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka disimpulkan bahwa:
1. Hasil penelitian mengenai variabel umur mendapatkan bahwa terdapat 87,8% penambang umur < 35 tahun dan 12,2 % penambang dengan umur ≥ 35 tahun. 2. Hasil penelitian mengenai variabel masa
kerja mendapatkan bahwa terdapat 53,7% penambang dengan masa kerja < 5 tahun dan terdapat 46,3% penambang dengan ≥ 5 tahun.
3. Hasil penelitian mengenai variabel status gizi mendapatkan bahwa terdapat 51,2% penambang dengan status gizi normal dan 48,8% penambang dengan status gizi tidak normal
4. Hasil penelitian mengenai variabel kapasitas vital paru mendapatkan bahwa terdapat 12,2% penambang dengan kapasitas vital paru normal dan 87,8%
penambang dengan kapasitas vital paru tidak normal
5. Tidak terdapat hubungan antara umur dan masa kerja dengan kapasitas vital paru di penambang pertambangan rakyat Tatelu. 6. Terdapat hubungan antara status gizi
dengan kapasitas vital paru di penambang pertambangan rakyat Tatelu.
SARAN
1. Hendaknya bagi penambang
pertambangan rakyat Tatelu agar mengkonsumsi makanan bergizi untuk meningkatkan status gizi pekerja.
2. Bagi pemilik tambang atau puskesmas Tatelu bekerja sama dengan Lintas Sektoral Dinkes dan Disnaker tentang pemeriksaan kesehatan, promosi kesehatan dan penyuluhan kesehatan kerja di bidang pertambangan rakyat. 3. Penelitian – Penelitian lebih lanjut,
hendaknya meneliti variabel – variabel lain yang dapat mempengaruhi kapasitas vital paru yang ada di pertambangan rakyat Tatelu.
DAFTAR PUSTAKA
Anugrah, Y. 2013. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kapasitas Vital Paru pada Pekerja Penggilingan Divisi Batu Putih di PT. Sinar Utama karya. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
8
Betiandrean. 2012. Hubungan Faktor – Faktor Risiko Terhadap Kejadian Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerjs Bagian Painting di PT X. Jurnal Kesehatan Masyarakat, (online), 1(2):
679 – 689,
(http://portalgaruda.org/?ref=browse& mod=viewarticle&article=73971, diakses pada 10 Oktober 2014)
Budiono, I. 2007. Faktor Resiko Gangguan
Fungsi Paru Pada Pekerja
Pengecatan Mobil. Semarang:
Program Pasca Sarjana Undip
Cahyana, A. 2012. Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian
Gangguan Fungsi Paru pada Pekerja Tambang Batubara PT. Indominco Mandiri Kalimantan Timur. Makassar: Universitas Hasanudin
Deviandhoko. Nur, E. W. Nurzajuli. 2012. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Fungsi Paru pada Pekerja Pengelasan di Kota Pontianak.
Jurnal Kesehatan Lingkungan
Indonesia, (online). 11 (2),
(http://portalgaruda.org/?ref=browse& mod=viewarticle&article=120949, diakses pada 10 Oktober 2014)
Ikhsan,M. Yunus,F. Susanto, A.D. 2009. Bunga Rampai Penyakit Paru Akibat Kerja dan Lingkungan. Jakarta: FKUI Kandung, R. P. 2013. Hubungan Antara
Karakteristik Pekerja dan Pemakaian Alat Pelindung Pernafasan (Masker) dengan Kapasitas Fungsi Paru Pada Pekerja Wanita Bagian Pengamplasan di Industri Mebel X. Jurnal Kesehatan Masyarakat, (online), 2(1), (http://portalgaruda.org/?ref=browse& mod=viewarticle&article=73841, diakses pada 10 Oktober 2014)
Mila, S. 2006. Hubungan Antara Masa Kerja, Pemakaian Alat Pelindung Pernafasan (Masker) pada Tenaga Kerja Bagian Pengamplasan dengan Kapasitas Fungsi Paru PT ACCENT
HOUSE PECANGAAN JEPARA.
Thesis Mahasiswa Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang.
Suma’mur, P. K. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES). Jakarta: Sagung Seto.
Suyono, Joko. 2001. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja. Jakarta: EGC
Widodo, T.A. 2007. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kapasitas Vital
Paru pada Pekerja Pembuatan
Genteng. Semarang: Skripsi