• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pertanian Organik

Pertanian organik merupakan teknik pertanian yang berkelanjutan yang tidak menggunakan bahan kimia (non sintetik), tetapi memakai bahan-bahan organik berdasarkan prinsip daur ulang yang dilakukan sesuai dengan kondisi setempat dengan sistem manajemen produksi holistik yang meningkatkan dan mengembangkan kesehatan agro-ekosistem, termasuk keragaman hayati, siklus biologi, dan aktivitas biologi tanah.

Menurut IFOAM pertanian organik didefinisikan sebagai berikut 1. Memproduksi pangan dalam jumlah yang mencukupi.

2. Mengupayakan sistem budidaya yang alami. 3. Mempertahankan siklus biologis tanaman.

4. Mengupayakan penggunaan sumber daya yang dapat diperbaharuhi.

5. Memungkinkan produsen memperoleh pengembalian yang cukup dalam jangka panjang (htpp://www.IFOAM.com/hu/modul/_/makindo_07.htm diakses tanggal 17 Maret 2009 pukul 17.25 Wib).

Pertanian organik yang merupakan sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu yang mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agroekosistem secara alami sehingga mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas dan berkelanjutan. Pada saat ini pandangan pengembangan pertanian organik sebagai

(2)

salah satu teknologi alternatif untuk menanggulangi persoalan lingkungan sangat diperlukan. Persoalan besar yang terjadi disebabkan karena pencemaran tanah, air, dan udara, sehingga menyebabkan terjadinya degradasi dan kehilangan sumber daya alam serta penurunan produktivitas tanah. Pertanian berbasis kimia yang mempunyai ketergantungan cukup besar pada pupuk dan pestisida telah mempengaruhi kualitas dan keamanan bahan yang dihasilkan, kesehatan dan kehidupan lainnya. Dengan memperhitungkan generasi mendatang, maka pertanian organik menghasilkan interaksi yang bersifat dinamis antara tanah, tanaman, hewan, manusia, ekosistem dan lingkungan. Dengan demikian pertanian organik merupakan suatu gerakan “kembali ke alam (back to nature)”.

Secara singkat tujuan pertanian organik ini dibagi menjadi dua bagian yaitu tujuan secara umum adalah menciptakan sistem pertanian yang adil, menyehatkan yang tidak akan merusak ekosistem itu sendiri dan tidak menimbulkan ketergantungan petani pada pihak lain dan menjaga keberadaannya. Tujuan secara khususnya dalam dunia pertanian adalah cara bercocok tanam secara alami yang tanpa menggunakan bahan-bahan kimia (anorganik), agar diperoleh kualitas hasil pertanian yang sehat.

Menurut IFOAM tujuan yang hendak dicapai dengan penggunaan sistem pertanian organik adalah

1. Menghasilkan bahan pangan dengan kualitas nutrisi tinggi serta dalam jumlah cukup.

2. Melaksanakan interaksi efektif dengan sistem dan daur alamiah yang mendukung semua bentuk kehidupan yang ada.

(3)

3. Mendorong dan meningkatkan daur ulang dalam sistem usaha tani dengan mengaktifkan kehidupan jasad renik, flora dan fauna, tanah dan tanaman serta hewan.

4. Memelihara serta meningkatkan kesuburan tanah secara berkelanjutan.

5. Menggunakan sebanyak mungkin sumber-sumber terbaru yang berasal dari sistem usaha tani itu sendiri.

6. Membatasi terjadinya semua bentuk pencemaran lingkungan yang mungkin dihasilkan oleh kegiatan pertanian.

7. Mempertahankan keanekaragaman hayati tanah pelestarian habitat tanaman dan hewan.

8. Memberikan jaminan yang semakin baik bagi para konsumen pertanian terutama petani dengan kehidupan yang lebih baik sesuai dengan hak asasi manusia untuk memenuhi kebutuhan dasar serta memperoleh penghasilan dan kepuasan kerja termasuk lingkungan kerja yang aman dan sehat.

2.1.1 Prinsip Ekologi Pertanian Organik

Memperhatikan pengalaman studi agroekologi pertanian tradisional di wilayah tropica basah, maka prinsip ekologi dapat digunakan sebagai panduan dalam mengembangkan pertanian organik. Penerapan suatu teknologi tidak dapat digeneralisir begitu saja untuk semua tempat, tetapi harus bersifat spesifik lokal (site specific) dengan mempertimbangkan kearifan tradisional (indigenous knowledge) dari masing-masing lokasi.

(4)

1. Memperbaiki kondisi tanah sehingga menguntungkan pertumbuhan tanaman, terutama pengolahan bahan organik dan meningkatkan kehidupan biologi tanah. 2. Optimalisasi ketersediaan dan keseimbangan daur hara, melalui fiksasi nitrogen,

penyerapan hara, penambahan dan daur pupuk dari luar usaha tani.

3. Membatasi kehilangan hasil panen akibat aliran panas, udara dan air dengan cara mengelola iklim tripica mikro, pengelolaan air dan pencegahan erosi.

4. Membatasi terjadinya kehilangan panen akibat serangan hama dengan melaksanakan usaha preventif melalui pengendalian yang aman.

5. Memanfaatkan sumber genetika (plasma nuftah) yang saling mendukung dan bersifat sinergisme dengan cara mengkombinasikan fungsi keragaman sistem pertanaman terapadu.

Prinsip di atas dapat diterapkan pada beberapa macam teknologi dan strategi pengembangan. Masing-masing prinsip tersebut mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap produktivitas, keamanan, dan identitas masing-masing usaha tani, tergantung pada kesempatan dan pembatas faktor lokal (kendali sumber daya) dalam banyak hal, sangat tergantung pada permintaan pasar. (http://www.bumikita.com/News/index.html diakses pada tanggal 15 Maret 2009 pukul 15.20 Wib)

(5)

2.1.2 Pola Tanam Pertanian Organik

1. Monokultur yaitu menanam satu jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama.

2. Polikultur yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama.

2.2 Pertanian Polikultur

Dengan pemilihan yang tepat, sistem ini dapat memberikan beberapa keuntungan antara lain sebagai berikut

1. Mengurangi serangan OPT, karena tanaman yang satu dapat mengurangi serangan OPT lainnya.

2. Menambah kesuburan tanah.

3. Siklus hidup hama atau penyakit dapat terputus, karena sistem ini dibarengi dengan rotasi tanaman dapat memutus siklus OPT.

4. Memperoleh hasil panen yang beragam. Penanaman lebih dari satu jenis tanaman akan menghasilkan panen yang beragam. Ini menguntungkan karena bila harga salah satu komoditas rendah, dapat ditutup oleh harga komoditas lainnya. (http://www.bumikita.com/News/index.html diakses pada tanggal 15 Maret 2009 pukul 15.20 Wib)

Apabila pemilihan jenis tanaman tidak sesuai, sistem polikultur ini dapat memberi dampak negatif, misalnya :

1. Terjadi persaingan unsur hara antar tanaman. 2. OPT banyak sehingga sulit dalam pengendaliannya.

(6)

Kemudian yayasan Bitra Indonesia juga mengungkapkan apa saja yang menajdi keuntungan dari pada pertanian polikultur ini yaitu :

1. Mengembangkan sistem pertanian yang berkesinambungan dan berwawasan lingkungan.

2. Meningkatkan pendapatan petani melalui peningkatan hasil persatuan luas. 3. Meningkatkan kemampuan petani mengelola lahan secara objektif.

4. Mengantisipasi penjualan tanah secara terus menerus oleh petani karena hasil lahannya rendah. (http://www.bumikita.com/News/index.html diakses pada tanggal 15 Maret 2009 pukul 15.20 Wib)

2.2.1 Macam-Macam Pertanian Polikultur

Dalam sistem polikultur, dikenal beberapa istilah yang pengertiannya hampir sama yaitu menanam lebih dari satu jenis tanaman pada lahan yang sama antara lain : a. Tumpang Gilir (multiple cropping) : menanam lebih dari satu jenis tanaman pada lahan yang sama, selama satu tahun untuk memperoleh lebih dari satu hasil panenan.

b. Tanaman Pendamping (companion planting) : dalam satu bedeng ditanam lebih dari satu tanaman sebagai pendamping jenis tanaman lainnya. Tujuannya untuk saling melengkapi dalam kebutuhan fisik dan unsur hara, karena itu pemilihan tanaman perlu diperhatikan. Misalnya tanaman yang perakarannya dalam dapat mengurangi kepadatan tanah dan menambah kesuburan tanah dengan tambahnya bahan organik sehingga berguna bagi tanaman pendamping yang perakarannya dangkal. Tanaman kenikir sering dijadikan tanaman pendamping karena

(7)

mempunyai akar yang mengeluarkan senyawa tiophen yang dapat mematikan nemattoda.

c. Tanaman Campuran (mixed cropping) : menanam lebih dari satu jenis tanaman pada suatu lahan dan dalam waktu yang sama. Misalnya menanam tomat dan kubis dalam satu bedeng dapat mengurangi ngengat tritip yang merusak kubis, menolak ngengat betina Plutella xylostella (L) meletakkan telur pada tanaman kubis.

d. Tumpangsari (intercropping dan interplanting) : menanam lebih dari satu jenis tanaman pada suatu lahan dan dalam waktu yang sama dengan barisan-barisan teratur.

e. Penanaman Lorong (alley cropping) : menanam tanaman yang berumur pendek, misalnya wortel, slada, terung, diantara larikan tanaman yang dapat tumbuh cepat dan tinggi serta berumur tahunan, misalnya turi, gamal, kaliandra, lamtoro, dan daun kupu-kupu. Keuntungan penanaman seperti ini akan meninggalkan nitrogen tanah, mengurangi gulma, mencegah erosi, meningkatkan penyerapan air tanah dan meningkatkan kelembaban tanah.

f. Pergiliran Tanaman (rotasi tanaman) : menanam jenis tanaman yang tidak sefamili secara bergiliran (bergilir). Tujuan cara ini untuk memutus siklus hidup OPT. Contohnya kubis famili cruciferae-selada famili composidae-bawang merah famili aliaceae-wortel famili umbelliferae-terung famili solanaceae-kedele famili leguminaceae-jagung famili graminae-kangkung famili convolvulaceae-mentimun famili cucurbitaceae-okra famili malmavaceae (Divisi Pertanian Bitra, 2002 : 20).

(8)

2.2.2 Jenis Tanaman Untuk Polikultur

Dalam sistem polikultur, pemilihan jenis tanaman menjadi sangat penting karena tanaman yang tidak sesuai dapat menyebabkan kerugian, misalnya tanaman akan berebut unsur hara, adanya tanaman lain akan mendatangkan hama dan penyakit baru, maupun pertumbuhan tanaman saling terhambat.

Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam memilih jenis tanaman antara lain sebagai berikut

a. Sosok tanaman dan kebutuhan sinar matahari

Tanaman akan hidup baik bila mendapat sinar matahari. Namun, banyaknya sinar matahari untuk tiap tanaman berbeda. Umumnya, tanaman yang menghasilkan bunga atau buah membutuhkan sinar matahari penuh (tidak ternaungi), sedangkan tanaman yang menghasilkan daun masih dapat tumbuh dengan cahaya yang sedikit. Misalnya, buncis merambat dan kapri membutuhkan sinar yang banyak, sedangkan selada dan seledri masih hidup di bawah naungan. Dengan demikian, selada atau seledri dapat ditanam diantaran tanaman buncis, merambat atau kapri. b. Kebutuhan unsur hara

Berdasarkan kebutuhan unsur hara, tanaman dapat dikelompokkan menajdi tiga sebagai berikut :

1. Tanaman yang memerlukan unsur hara nitrogen lebih banyak disebut heavy feeders. Misalnya, kubis, selada, bayam, jagung, dan labu.

2. Tanaman yang memerlukan unsur hara nitrogen lebih sedikit daripada kalium, disebut light feeders. Yang masuk kelompok ini umumnya tanaman penghasil umbi seperti bawang merah, lobak, ubi kayu, wortel dan ubi jalar.

(9)

3. Tanaman penghasil nitrogen atau tanaman yang dapat mengikat nitrogen dari udara dengan bantuan bakteri Rhizobium, disebut soil builders. Tanaman yang termasuk kelompok ini yaitu tanaman dalam keluarga Legaminoseae, misalnya kacang tanah, kedelai, buncis, kacang hijau dan kara. Dengan menggabungkan ketiga kelompok tanaman tersebut, dapat diperoleh hasil yang tinggi karena antar-tanaman tidak terjadi perebutan unsur hara.

c. Sistem perakaran

Sistem perakaran setiap tanaman yang berbeda, ada yang dalam, dangkal dan melebar, rimbun dan sebagainya. Sistem perakaran ini penting untuk menentukan jarak tanam dan memilih jenis tanaman. Tanaman yang dipilih sebaiknya yang mempunyai perakaran yang berbeda bila akan ditanam berdekatan. Misalnya, wortel dan bawang merah, buncis dan selada, kedelai dan daun bawang, cabai dan daun bawang (Divisi Pertanian Bitra, 2002 : 32).

2.3 Sosial Ekonomi Masyarakat 2.3.1 Pengertian Sosial Ekonomi

Kata sosial berasal dari kata “socious” yang artinya kawan (teman). Dalam hal ini kawan berarti mereka (orang-orang) yang ada disekitar kita yang tinggal dalam satu lingkungan tertentu dan mempunyai sifat yang saling mempengaruhi). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial berarti segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat (KBBI, 2002 : 1454). Sedangkan, dalam konsep Sosiologi, manusia sering disebut sebagai makhlup sosial yang artinya bahwa manusia tidak dapat hidup dengan wajar tanpa orang lain disekitarnya. Dalam menghadapi

(10)

sekelilingnya, manusia harus hidup berkawan dengan manusia lainnya dan pergaulannya tadi akan mendatangkan kepuasan baginya.

Menurut istilah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ekonomi berarti segala sesuatu tentang azas-azas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti perdagangan, hal keuangan dan perindustrian) (KBBI, 2002 : 379). Seiring dengan perkembangan dan perubahan masyarakat, maka pengertian ekonomi juga sudah lebih luas. Ekonomi juga diartikan sebagai cara manusia untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jadi, dapat dikatakan bahwa ekonomi bertalian dengan proses pemenuhan keperluan hidup manusia sehari-hari.

Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat (Soekanto, 1987 : 181). Untuk melihat kondisi sosial ekonomi seseorang maka perlu diperhatikan bebarapa faktor yakni pekerjaan, pendapatan, dan pendidikan (Koentjaraningrat, 1983 : 35). Selain faktor-faktor tersebut, ada juga faktor-faktor lain yang sering diikutkan oleh beberap ahli dalam melihat kondisi sosial ekonomi seseorang, yakni antara lain perumahan, kesehatan, dan sosialisasi dalam lingkungan masyarakat.

Selanjutnya pekerjaan adalah kegiatan yang menhasilkan barang dan jasa untuk dijual kepada orang lain atau ke pasar guna memperoleh yang berlaku. Untuk lebih jelasnya pengertian pekerjaan mencakup beberapa hal, yakni sebagai berikut. 1. Pekerjaan sebagai sarana memproduksi barang dan jasa untuk memenuhi

(11)

2. Pekerjaan sebagai sumber pendapatan bagi masyarakat dan perseorangan sebagai imbalan atas pengorbanan energinya.

3. Pekerjaan sebagai sumber memperoleh pengakuan status sosial, harga diri penghargaan dari masyarakat sebagai imbalan atas peranan dan prestasinya.

4. Pekerjaan merupakan sumber penghidupan yang layak dan sumber martabatnya, adalah kewajiban dan haknya sebagai warga negara dan manusia makhluk Tuhan (Suroto, 1992 : 86).

Sementara itu pendapatan adalah sesuatu yang diperoleh dari pekerjaan pokok, pekerjaan sampingan dan dari perkerjaan subsistem dari semua anggota rumah tangga. Pendapatan atau penghasilan secara umum dapat diartikan sebagai penerimaan-penerimaan atas sejumlah uang yang didapat dari hasil usaha. Pendapatan pribadi dapat diartikan sebagai semua jenis pendapatan termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan suatu kegiatan apapun yang diterima oleh suatu negara. Sementara itu dalam pajak, pendapatan tidak didefenisikan sejumlah uang atau nilai uang yang selama tahun takwin diperoleh seseorang sebagai hasil dari usaha dan tenaga, barang tak bergerak, harta bergerak dan hak bayaran belaka.

Dari uraian tersebut dapat diuraikan/disimpulkan, bahwa pendapatan terdiri atas pendapatan berupa uang dan pendapatan berupa barang. dengan memerinci pendapatan dalam ketegori sebagai berikut.

1. Pendapatan berupa uang yaitu

a. Dari gaji dan upah yang diperoleh dari kerja pokok, kerja sampingan, kerja lembur dan kerja kadang-kadang.

(12)

b. Dari hasil usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri, komisi, dan penjualan kerajinan rumah tangga.

c. Dari hasil investasi, yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik tanah. d. Dari keuntungan sosial yakni pendapatan yang diperoleh dari kerja sosial.

2. Pendapatan berupa barang yaitu pendapatan berupa

a. Bagian pembayaran upah dan gaji yang dibentukkan dalam beras, pengobatan, transportasi, perumahan, dan rekreasi.

b. Barang yang diproduksi dan dikonsumsi rumah tangga, antara lain pemakaian barang yang diproduksi di ruah, sewa dan seharusnya dikeluarkan terhadap rumah tangga sendiri yang ditempati.

Sedangkan pengertian pendidikan meliputi beberapa hal yakni

1. Pendidikan merupakan aktivitas manusia dalam usahanya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.

2. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk mengembangkan kepribadiannya dengan membina potensi-potensi pribadinya, baik jasmani maupun rohani dan berlangsung seumur hidup.

3. Pendidikan juga berarti sebagai lembaga yang bertanggung jawab menetapkan cita-cita (tujuan) pendidikan, isi maupun system pendidikan tersebut. Dalam hal ini tujuan pendidikan tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai, cita-cita dan falsafah yang dimiliki oleh masyarakat yang bersangkutan.

(13)

4. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mengembangkan pribadi dan kemampuan seseorang yang berlangsung di sekolah maupun di luar sekolah.(Depdikbud, 1983)

Menurut jenjangnya maka pendidikan dibagi atas tingkat Sekolah Dasar (SD), Tingkat Sekolah Menengah Pertama, tingkat Sekolah Menengah Atas (SMU), dan tingkat Perguruan Tinggi (PT).

2.3.2 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Berbicara tentang kondisi sosial ekonomi masyarakat tidak akan dapat dilepaskan dari pembicaraan tentang kemiskinan. Kemiskinan biasanya digambarkan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok, seperti pangan, sandang, perumahan, dan lain-lain. Mereka dikatakan hidup di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan yang mereka peroleh tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya tersebut.

Banyak aspek yang dapat menggambarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat, seperti pekerjaan yang tidak menetap dengan upah yang kecil, pendapatan yang rendah sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari, pendidikan yang rendah sehingga tidak dapat mengangkat harkat dan martabatnya, perumahan yang tidak sesuai dengan standar kesehatan, dan lain sebagainya.

Secara garis besar, kondisi sosial ekonomi masyarakat (petani) yang sering diidentikkan dengan kemiskinan dapat dilihat dari beberapa faktor produksi seperti berikut ini.

(14)

1. Pada umumnya mereka tidak memiliki faktor produksi seperti tanah yang cukup, modal dan keterampilan.

2. Pada umumnya mereka tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri. Pendapatan yang diperolehnya tidak cukup untu memperoleh tanah garapan atau modal usaha.

3. Pada umumnya mereka memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Waktu mereka habis untuk mencari nafkah sehingga tidak ada lagi waktu untuk belajar. Anak-anak mereka tidak dapat menyelesaikan sekolahnya karena membantu orang tua bekerja atau kerena dana untuk itu tidak ada.

4. Pada umumnya mereka tidak mempunyai tanah sehingga terpaksa menyewa tanah. Karena pertanian dikerjakan atas dasar musiman maka kesinambungan kerja menjadi kurang terjamin. Banyak diantara mereka menjadi bebas (self employed) yang berusaha apa saja. Akibatnya dalam situasi penawaran kerja mereka mendapat upah yang rendah sehingga mendukung mereka selalu hidup dibawah garis kemiskinan.

5. Pada umumnya mereka yang memiliki usia produktif tidak mempunyai keterampilan dan pendidikan sehingga mereka lebih banyak bekerja pada sektor informal yang tidak membutuhkan keterampilan yang tinggi dengan upah yang sangat sedikit.

(15)

2.3.3 Hubungan Pertanian Polikultur terhadap Peningkatan Sosial Ekonomi Masyarakat

Pertanian Polikultur (organik) memberikan manfaat seperti

1. Menghasilkan makanan yang cukup aman dan bergizi sehingga meningkatkan kesehatan masyarakat dan sekaligus daya saing produk agribisnis.

2. Meningkatkan pendapatan petani.

3. Menciptakan lingkungan yang aman dan sehat bagi petani.

4. Meminimalkan semua bentuk populasi yang dihasilkan dari kegiatan pertanian.

5. Meningkatkan dan menjaga produktivitas lahan pertanian dalam jangka panjang, serta memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan. 6. Menciptakan lapangan kerja baru dan keharmonisan kehidupan sosial di

pedesaan.

Menurut Jayadinata, menyebutkan bahwa cara-cara untuk meningkatkan kehidupan sosial ekonomi petani dapat dilakukan dengan cara

1. Meningkatkan pendidikan keterampilan dan penyuluhan.

2. Mengusahakan perubahan mata pencarian jika pendapatan dalam pertanian tidak dapat ditingkatkan.

3. Memperluas dan memperbaiki usaha tani.

4. Mengikut sertakan para keluarga petani dalam kegiatan masyarakat dan kegiatan kelembagaan (Jayadinata, 1992 : 2).

Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat diketahui bahwa Program Pertanian Polikultur mempunyai hubungan yang erat dengan tingkat sosial ekonomi karena

(16)

Pertanian Polikultur (Pertanian Organik) dianggap pertanian yang ramah lingkungan dan biaya produksi yang rendah karena tidak menggunakan pupuk kimia dan pestisida kimia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam peningkatan pendapatan petani adalah Program Pertanian Polikultur. Dengan adanya Program Pertanian Polikultur yang berhasil diterapkan pada petani, berarti petani mau dan mampu menggunakan teknologi yang menguntungkan dan memegang prinsip berkelanjutan.

2.3.4 Kesejahteraan Petani

Secara harfiah, “kesejahteraan” mempunyai arti aman, sentosa, makmur atau selamat/terlepas dari segala gangguan, kesukaran dan sebagainya (Muhidin 1981 : 55). Sedangkan dalam UU No. 6/1974 tentang ketentuan pokok kesejahteraan sosial pada pasal 2 ayat 1 dikatakan bahwa “kesejahteraan sosial adalah salah satu kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir dan batin yang memungkinkan setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila”.

Definisi dalam penjelasan Undang-Undang RI No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman pasal 6, petani diartikan sebagai orang, baik yang mempunyai maupun tidak mempunyai lahan yang mata pencaharian pokoknya mengusahakan lahan dan atau media tumbuh tanaman untuk budidaya tanaman

(17)

Dari defenisi-defenisi diatas maka dalam hal ini yang dimaksud dengan kesejahteraan petani adalah suatu keadaan dimana petani secara merata hidup berkecukupan baik material maupun spritual, aman, tentram, maju dan jauh dari segala penderitaan atau kemiskinan. Atau disimpulkan, petani tersebut berkecukupan dengan diperoleh dari hasil pertaniannya lewat berbagai program yang dibuat untuk memperbaiki taraf hidup petani maupun yang alami dari strategi bertani yang mereka buat sendiri.

2.4 Kerangka Pemikiran

Cikal bakal Pertanian Organik sudah sejak lama kita kenal, sejak ilmu bercocok tanam dikenal manusia. Pada saat itu semuannya dilakukan secara tradisional dan menggunakan bahan-bahan alamiah. Sejalan dengan perkembangan ilmu pertanian dan ledakan populasi manusia maka kebutuhan pun meningkat. Saat itu, Revolusi Hijau di Indonesia memberikan hasil yang signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan pangan. Penggunaan pupuk kimia sintetis, penanaman varietas unggul dan berproduksi tinggi (high yield variety), penggunaan pestisida, intensifikasi lahan dan lainnya mengalami peningkatan.

Pemahaman akan bahaya kimia tersebut dalam jangka waktu lama mulai disadari sehingga dicari alternatif bercocok tanam yang dapat menghasilkan produk yang bebas dari cemar bahan kimia sintetis serta menjaga lingkungan yang lebih sehat. Sejak itulah dilirik kembali cara pertanian alam (back to nature) yang menguasai teknologi cara budidaya yang baik, seperti pemilihan bibit berkualitas,

(18)

pemupukan berimbang, penerapan Penanggulangan Hama Tanaman (PHT), dan pengaturan pola tanam.

Usaha tani organik adalah tehnik pertanian berkelanjutan dengan masukan sarana produksi rendah atau LEISA (Low External Input Sustainable Agriculture), tidak menggunakan bahan kimia tetapi memakai bahan-bahan organik berdasarkan prinsip daur ulang yang dilaksanakan sesuai dengan kondisi setempat. Usaha tani ini ditujukan untuk mewujudkan banyak aspek yaitu pertanian yang ekonomis, ekologis, dan berbudaya. Disamping memperhatikan kesuburan tanah, kesehatan lingkungan, juga untuk meningkatkan sosial ekonomi petani di Desa Sayum Sabah demi terwujudnya kesejahteraan petani.

Banyak LSM yang berusaha memperkenalkan kembali pola ini. Salah satunya adalah Bitra Indonesia yang memperkenalkan Program Pertanian Polikultur (sebagai salah satu jenis Pertanian Organik) yang bertujuan untuk mewujudkan pertanian yang memperhatikan ekologi seperti kesuburan tanah, kesehatan lingkungan.

Program Pertanian Polikultur juga bertujuan dalam peningkatkan sosial ekonomi masyarakat, kehidupan sosial ekonomi berkaitan dengan cara manusia memenuhi kebutuhannya yang ditentukan tingkat pendapatan yang diterima dan pemanfaatannya dalam memenuhi kebutuhan hidup. Pengaruh Program Pertanian Polikultur bagi masyarakat berguna dalam peningkatan pendapatan yang akhirnya akan tercapainya kesejahteraan yaitu mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari (papan, pangan, sandang), mampu menyekolahkan anak, mampu memperbaiki atau merenovasi rumah. Pengaruh Program Pertanian Polikultur juga untuk meningkatkan produksi pertanian, menghasilkan makanan yang cukup aman dan bergizi sehingga

(19)

meningkatkan kesehatan masyarakat dan sekaligus daya saing produk agribisnis, meningkatkan dan menjaga produktivitas lahan pertanian dalam jangka panjang, meningkatkan hasil panen demi kelangsungan hidup dan berguna untuk modal usaha tani serta memperhatikan kesehatan lingkungan demi hidup yang berkelanjutan.

(20)

YAYASAN BITRA INDONESIA Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat tabel dibawah ini :

Bagan 1 Kerangka Pemikiran

Pertanian Polikultur

1. Pengadaan pembelajaran pada Sekolah Lapang Pertanian Polikultur

2. Biaya produksi untuk pertanian yang murah (ekonomis)

3. Menggunakan pupuk organik, pestisida alami dan bibit lokal

4. Menjaga kesubaran tanah dan kesehatan lingkungan sekitar (ekologis)

5. Jenis produksi yang beragam (berbudaya)

Peningkatan Sosial Ekonomi Masyarakat 1. Peningkatan produksi pertanian (panen) 2. Peningkatan keuntungan panen

3. Peningkatan pendapatan

(21)

2.5 Hipotesis

Hipotesis adalah kesimpulan sementara atau proposisi relatif tentang hubungan 2 variabel atau lebih. Hipotesis juga diartikan sebagai kesimpulan yang belum final, dalam artinya harus dibuktikan kebenarannya (Nawawi, 1998 : 44). Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho :Tidak ada hubungan antara Program Pertanian Polikultur terhadap tingkat sosial ekonomi masyarakat Desa Sayum Sabah.

Ha :Ada hubungan antara Program Pertanian Polikultur terhadap tingkat sosial ekonomi masyarakat Desa Sayum Sabah.

2.6 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.6.1 Defenisi Konsep

Konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi sejumlah karakteristik kejadian, keadaan kelompok atau individu tertentu (Singarimbun, 1989 : 34).

Dalam hal ini defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan dan mendefenisikan istilah-istilah yang digunakan secara mendasar agar tercipta suatu persamaan persepsi dan menghindari salah pengertian yang dapat menguburkan tujuan penelitian ini, maka disusun defenisi konsep sebagai berikut :

1. Pengaruh adalah suatu akibat yang ditimbulkan oleh suatu keadaan atau kondisi. Dalam hal ini akibat yang ditimbulkan melalui Program Pertanian Polikultur terhadap tingkat sosial ekonomi di Desa Sayum Sabah.

(22)

2. Program Pertanian Polikultur (salah satu pertanian organik) adalah program pertanian dengan menanam lebih dari satu jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama atau model pertanian yang ekonomis, ekologis, berbudaya maupun diadaptasi dan manusiawi. Model pertanian ini disebut juga dengan model pertanian yang berkelanjutan.

3. Yayasan Bitra Indonesia adalah organisasi non pemerintah yang menerapkan Program Pertanian Polikultur.

4. Tingkat sosial ekonomi masyarakat merupakan kombinasi dari pekerjaan, pendapatan, dan pendidikan. Pekerjaan merupakan sumber memperoleh pengakuan status sosial, harga diri penghargaan dari masyarakat sebagai imbalan atas peranan dan prestasinya. Pendapatan adalah penerimaan-penerimaan atas sejumlah uang yang di dapat dari hasil usaha yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pendidikan berarti sebagai lembaga yang bertanggung jawab menetapkan cita-cita (tujuan) pendidikan, isi maupun sistem pendidikan tersebut. Dalam hal ini tujuan pendidikan tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai, cita-cita dan falsafah yang dimiliki oleh masyarakat yang bersangkutan.

2.6.2 Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel (Singarimbun, 1989 : 46). Dalam hal ini maka harus ditentukan lebih dahulu variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini. Karena penelitian ini bertujuan untuk melihat perbandingan antara sebelum dan

(23)

sesudah adanya Program Pertanian Polikultur oleh Yayasan Bitra Indonesia di Desa Sayum Sabah, maka variabel-variabelnya adalah :

A. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas (x) adalah gejala, faktor, atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya variabel kedua yang disebut sebagai variabel terikat. Tanpa variabel ini maka variabel berubah sehingga akan muncul menjadi variabel terikat yang berbeda atau yang lain atau bahkan sama sekali tidak ada yang muncul (Nawawi, 1998 : 57).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Program Pertanian Polikultur oleh Yayasan Bitra Indonesia dengan indikator berupa :

1. Pengetahuan petani tentang Program Pertanian Polikultur.

2. Frekuensi penyuluhan Pertanian Polikultur yang dilakukan oleh Yayasan Bitra Indonesia.

3. Penilaian tentang Program Pertanian Polikultur.

4. Lama keanggotaan menjadi warga binaan Yayasan Bitra Indonesia. B. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat (y) adalah sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan adanya variabel bebas dan bukan karena adanya variabel lain.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat sosial ekonomi masyarakat, indikatornya :

(24)

1. Indikator tingkat sosial ekonomi masyarakat meliputi pekerjaan, pendapatan, dan pendidikan.

a. Pekerjaan

Merupakan kategori profesi yang dilakukan dalam mencari penghasilan untuk mendapatkan pendapatan rumah tangga. Dengan indikator :

• Usaha sampingan selain bertani.

b. Pendapatan

Pendapatan adalah jumlah pengahsilan rill yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama (kelurga). Pendapatan adalah jumlah semua hasil perolehan yang didapat dalam bentuk uang sebagai hasil pekerjaannya. Dengan indikator :

• Sumber modal usaha pertanian.

• Pendapatan dari hasil panen Pertanian Polikultur. • Tanggungan dalam keluarga.

• Status kepemilikan lahan. • Kepemilikan rumah.

• Kemampuan memperbaiki rumah. • Ada atau tidaknya tabungan.

• Pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari berupa pemenuhan papan, pangan, dan sandang.

(25)

Kualitas pendidikan anak-anak dilihat dari kemampuan serta akses untuk mengenyam dan memperoleh proses pendidikan di suatu lembaga penyelenggarapendidikan sampai jenjang pendidikan tertinggi. Dengan ukuran:

• Kemampuan untuk menyekolahkan anak. .

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil kerja praktik yang dilaksanakan di Dinas Kepemudaan dan Olahraga Provinsi Jawa Timur (DISPORA JATIM), ditemukan permasalahan yang terjadi yaitu pengelolaan

Berdasarkan dari proyek akhir dalam pembuatan engine stand dan untuk mempelajari lebih mendalam tentang sistem pendingin dan kerusakan-kerusakan yang sering terjadi

Kepada Perusahaan yang bersangkutan diharapkan hadir sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh Pokja dan apabila saudara tidak hadir dalam batas waktu

Bapak dan Ibu dosen pengajar yang telah memberikan bimbingan dan ilmunya selama menempuh perkuliahan di Program Studi Diploma III Keuangan dan Perbankan Fakultas Ekonomi

Dengan didukung oleh para anggota pengurus IMTI periode 2012 - 2013, kami berharap supaya proposal agenda kerja IMTI ini bermamfaat bagi seluruh mahasiswa

dihitung 50%, jika penggunaan kistdam selesai, pasir dimanfaatkan kembali, gunakan HS pasir 100% Harga Satuan (Rp) Uraian Uraian Jumlah (Rp). Jumlah Harga

Judul skripsi : “ Gambaran Peran sebagai Ibu Dalam Prmenuhan Kebutuhan Dasar Anak Di Desa Rejoyoso Kecamatan Bantur Kabupaten Malang.. (Study Pada Kelompok Wanita

Guru menjelaskan kepada siswa mengenai materi, tujuan, pokok-pokok kegiatan, dan hasil belajar yang diharapkan serta menjelaskan kepada siswa tentang langkah-langkah gerakan