• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tenvironment. Preliminary test in May 2011 to the Laundry X wastewater

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tenvironment. Preliminary test in May 2011 to the Laundry X wastewater"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGOLAHAN DENGAN WETLAND TANAMAN, KOAGULASI, SEDIMENTASI, FILTRASI TERHADAP KADAR COD, TSS,

DETERJEN, FOSFAT LIMBAH CAIR LAUNDRY “X”

DI BADEGAN BANTUL YOGYAKARTA

Oleh :

Bambang Suwerda, Purwanto, Yamtana1)

1) Bambang Suwerda, Purwanto, Yamtana adalah Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta

he development of a laundry business is rife in Bantul at this time. Laundry X in Bantul Badegan produces considerable waste and contaminates the

T

environment. Preliminary test in May 2011 to the Laundry X wastewater samples in Badegan Bantul showed levels of Chemixal Oxygen Demand (COD) 1300 mg / L, Total Suspended Solid (TSS) 525 mg / L, Detergent 11.2 mg / L, and Phosphate 43 mg / L.

These levels exceeded the threshold limit value (TLV) established in accordance with the Decree of the Governor of Yogyakarta Special Region No. 65 of 1999, so processing needed to be done. Waste water treatment at Laundry X in Badegan Bantul in this study was conducted using wetland plants, coagulation, sedimentation, and filtration. The wetland used Iris plants. Coagulation was applied using alum and lime. The first phase of the study was a laboratory one, and the second phase on the field was conducted by building a wastewater treatment plant or WWTP. This study aimed to determine the effect of treatment with wetland plants, coagulation, sedimentation, and filtration to the concentration of COD, TSS, Detergent and Phosphate from the liquid waste of Laundry X in Badegan Bantul.

This type of research was experimental, with the designs of Pre and Post Test using Test Control Group Design. Wastewater samples was taken seven times by Grab Sampling method, both at the treatment group and the control group to find the median of the measured parameters. The survey results revealed a decline in the average COD concentration of 1822.88 mg / L to 281.91 mg / L (84,53,1%), the average TSS concentration of 546.86 mg / L to 58.14 mg / L (89 , 37%), the average detergent level from 11.11 mg / L to 1.14 mg / L (89.81%), and the average phosphate level from 50.79 mg / L to 1.82 mg / L (96, 41%). Multivariate ANOVA test showed results of significant effects on the levels of COD (p = 0.044), Detergent (p = 0.000), and Phosphate (P = 0.03), and on the other hand showed no significant effect on the levels of TSS (p = 0.074) .

The conclusion of this study is that after processing, the levels of TSS, Detergents, and Phosphates already meet the defined quality standards requirements, while the COD levels have not met the established quality standards requirements. For further study, it is better to examine the efficiency of each tub by taking laundry wastewater at the inlet and outlet tubs of iris wetland plants, coagulation, sedimentation, and filtration.

keterangan penulis

(2)

1. PENDAHULUAN

Perkembangan usaha laundry di wilayah Kabupaten Bantul cukup pesat akhir-akhir ini. Hal ini menunjukkan bahwa kehadiran jasa laundry di tengah- tengah masyarakat memang sangat dibutuhkan saat ini, dan dengan mudah kita dapat menjumpai tulisan laudry dan dry cleaning. Lokasi jasa layanan laundry berada di tempat-tempat strategis seperti sekitar kampus, asrama/ pemon-dokan, perumahan, pusat perbelanjaan, dan tempat strategis lainnya. Trend perkem- bangan bisnis laundry seperti ini, cukup menggembirakan kita semua di saat perekonomian masyarakat yang masih lesu dan memprihatinkan akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan.

Berdasarkan uji pendahuluan bulan Mei 2011, terhadap sampel limbah cair Laundry X di Badegan Bantul menunjuk- kan kadar COD 1.300 mg/L, TSS 525 mg/L, Deterjen 11,2 mg/L, Fosfat 43 mg/L. Kadar ini telah melebihi baku mutu yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta No. 65 Tahun 1999, untuk itu perlu dilakukan pengolahan limbah cair Laundry tersebut.

Pengolahan limbah cair Laundry X di Badegan Bantul yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan wetland tanaman, koagulasi, sedimentasi, dan filtrasi. Wetland adalah pengolahan lim- bah cair menggunakan media tanaman.

Dalam penelitian ini menggunakan tanaman Iris. Koagulasi menggunakan tawas dan kapur, sedimentasi adalah proses pengendapan partikel, dan filtrasi

adalah penyaringan partikel limbah cair laundry.

Peneliti mencoba membuat alat pengolahan skala lapangan dengan membangun IPAL percontohan di Laundry X Badegan Bantul. Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) percontohan yang dibangun menggunakan enam kompartemen, yaitu bak equalisasi, bak wetland tanaman Iris I, bakwetland tanaman Iris II, bak koagulasi, bak sedimentasi, dan bak filtrasi.

Penelitian ini bertujuan untuk menge- tahui pengaruh pengolahan dengan wetland tanaman, koagulasi, sedimentasi, filtrasi, terhadap kadar COD, TSS, Deterjen, Fosfat Limbah Cair Laundry X di Badegan Bantul.

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah eksperimen, menggunakan Pre Test-Post Test With Control Group Design. Tempat penelitian ini di Laundry X, Pedukuhan Badegan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei sampai dengan Oktober 2011.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua limbah cair Laundry X di Badegan Bantul. Sampel yang diambil adalah sebagian dari limbah cair Laundry X di Badegan Bantul, dengan metode Grab Sampling. Sampel limbah cair laundry X pre test dan post test diperiksa di Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Tahap pelaksanaan penelitian adalah perancangan IPAL percontohan, pemba- ngunan IPAL, penanaman tanaman iris

(3)

dan aklimatisasi, dan uji fungsi alat pengolahan. Pengambilan sampel limbah cair (kelompok perlakuan dan kelompok kontrol) dilakukan dengan cara mengam- bil 1.000 ml limbah cair dari masing- masing kelompok untuk diperiksa sebagai pre test. Pengoperasian alat pengolahan yaitu IPAL model wetland tanaman, koagulasi, sedimentasi, dan filtrasi.

S ete l a h l i m b a h ca i r ke l u a r d a r i kompartemen 6 segera diambil sampel untuk diperiksa sebagai post test.

Pengulangan untuk pengolahan limbah cair sebanyak tujuh kali ulangan, untuk memperoleh rata-rata penurunan COD, TSS, Deterjen, dan Fosfat limbah cair laundry.

Data penelitian dianalisis secara deskriptif (dibandingkan dengan baku mutu limbah cair menurut Surat Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 65 Tahun 1999). Untuk mengetahui normalitas data digunakan One-Sample Kolmogorov- Smirnov Test, kemudian dilanjutkan uji statistic menggunakan Multivariate Anova.

3. HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan untuk meminimalisasi kadar Chemixal Oxygen Demand (COD), Total Suspended Solid (TSS), Deterjen dan Fosfat dalam limbah cair laundry X dengan Wetland tanaman Iris. Hasil pemeriksaan terhadap 7 sampel limbah cair laundry X di Badegan Bantul Tahun 2011, pada Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta pada tabel 1.

Hasil pemeriksaan sampel limbah cair pada kelompok control di laboratorium diperoleh penurunan kadar COD rerata dari 1.817,67 mg/L menjadi 1.159,83 mg/L (36,19 %), kadar TSS rerata dari 564,29 mg/L menjadi 330,71 mg/L (41,39

%), kadar Deterjen rerata dari 11,31 mg/L menjadi 10,85 mg/L (4,05%), dan kadar Fosfat rerata dari 50,84 mg/L menjadi 35,74 mg/L (29,69 %). Sehingga limbah cair laundry X di Badegan Bantul pada kelompok kontrol kadar COD, TSS, Deterjen, Fosfat belum memenuhi syarat baku mutu limbah cair berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 65 Tahun 1999.

Tabel 1

Rerata Kadar COD, TSS, Deterjen dan Fosfat Pre Test dan Post Test Pada Kelompok Kontrol Limbah Cair Laundry X di Badegan Bantul Tahun 2011

Rerata Kadar COD (mg/L) Rerata Kadar TSS (mg/L) Rerata Kadar Deterjen (mg/L) Rerata Kadar Fosfat (mg/L)

1.817,67 564,29 11,31 50,84

1.159,83 330,71 10,85 35,74

657,84 233,57 0,46 15,09

36,19 41,39 4,05 29,69

100 100

5 3

Parameter Pre

Test

Post Test

Selisih

(Pre-Post) Persen (%) NAB (mg/L)

(4)

Hasil penelitian diketahui adanya penurunan kadar COD rerata dari 1.822,88 mg/L menjadi 281,91 mg/L (84,53,1 %), kadar TSS rerata dari 546,86 mg/L menjadi 58,14 mg/L (89,37 %), kadar Deterjen rerata dari 11,11 mg/L menjadi 1,14 mg/L (89,81%), dan kadar Fosfat rerata dari 50,79 mg/L menjadi 1,82 mg/L (96,41 %). Limbah cair laundry X di Badegan Bantul setelah dilakukan pengolahan, maka kadar TSS, Deterjen, Fosfat sudah memenuhi syarat baku mutu yang ditetapkan. Sedangkan kadar COD belum memenuhi syarat baku mutu yang ditetapkan.

Hasil uji multivariate anova ada pengaruh yang bermakna pengolahan limbah cair laundry X yang dilakukan terhadap kadar COD (p=0,044), Deterjen (p=0,000), Fosfat (p=0,03), dan tidak ada pengaruh yang bermakna terhadap kadar TSS (p=0,074).

4. PEMBAHASAN

Proses koagulasi dilakukan dengan penambahan bahan koagulan berupa tawas dan kapur dilakukan tetes demi tetes, sehingga terjadi flok-flok. Penghi- tungan kebutuhan bahan koagulan

dilakukan dengan Jart Test. Upaya mempercepat terbentuknya flok-flok dilakukan dengan membuat turbulensi aliran limbah cair dengan cara memasang aerator di bak koagulasi. Pemasangan aerator selain membuat turbulensi aliran juga dimaksudkan untuk menambah oksigen sehingga kadar COD turun.

Upaya yang dilakukan peneliti dengan menambahkan aerator pada bak koagulasi sejalan dengan pendapat Saraswati (1996), yang menyatakan bahwa pengadukan secara mekanis atau dengan semprotan udara dapat dilakukan untuk membantu terjadinya flok- flok/jonjot. Flok-flok yang terbentuk kemudian diendapkan dalam bak sedimentasi. Bak sedimentasi berbentuk kotak, pada bagian bawah mengerucut, hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pengambilan lumpur. Partikel yang ada di dalam bak sedimentasi tidak semuanya mengendap, ada sebagian yang terapung dan keluar dari bak sedimentasi.

Bak filtrasi yang berisi media kerikil, pasir, dan karbon aktif, berfungsi untuk menyaring dan menahan partikel yang lolos dari bak sedimentasi, sehingga kadar TSS turun dan kadar Fosfat juga turun. Hal Tabel 2

Rerata Kadar COD, TSS, Deterjen dan Fosfat Pre Test dan Post Test Pada Kelompok Perlakuan Limbah Cair Laundry X di Badegan Bantul Tahun 2011

Rerata Kadar COD (mg/L) Rerata Kadar TSS (mg/L) Rerata Kadar Deterjen (mg/L) Rerata Kadar Fosfat (mg/L)

Parameter Pre

Test

Post Test

Selisih

(Pre-Post) Persen (%) NAB (mg/L) 1.822,88

546,86 11,11 50,79

281,91 58,14 1,14 1,82

1.540,97 488,72 9,96 48,97

84,53 89,37 89,82 96,41

100 100

5 3

(5)

ini sesuai dengan penelitian Wisnu dkk (2009) yang menunjukkan bahwa penggunaan karbon aktifdan aliran secara kontinu mempunyai efisiensi penurunan Fosfat sebesar 54,75% dengan debit aliran 50 ml/menit .

Rangkaian IPAL yang dibangun mem- punyai konfigurasi aliran dari equalisasi ke bak wetland tanaman iris I dan II dengan sistem up-flow. Hal ini dimaksudkan agar limbah cair laundry mempunyai waktu tinggal yang cukup di bak wetland, sehingga akar tanaman iris mampu berfungsi secara optimal dalam mere- duksi bahan pencemar yang ada dalam limbah cair. Hal ini sesuai dengan pendapat Hindarko (2003) yang menya- takan bahwa dalam distribusi aliran harus diupayakan untuk mengurangi konsen- trasi bahan organik pada zona akar tanaman, memperbaiki sistem transpor- tasi limbah cair pada zona akar tanaman, mengurangi terbentuknya bau yang kurang sedap.

Kadar COD limbah cair laundry X di B a d e ga n B a nt u l p a d a ke l o m p o k perlakuan, setelah dilakukan pengolahan dengan wetland tanaman iris, koagulasi, sedimentasi, dan filtrasi terjadi penu- runan sebesar 84,53 %. Penurunan kadar COD limbah cair Laundry X di Badegan Bantul terjadi karena pengolahan wetland tanaman iris disertai dengan koagulasi, sedimentasi dan filtrasi, sehingga terbentuk flok-flok yang dapat mengen- dap. Penurunan COD juga disebabkan adanya tanaman iris yang terdapat pada bak wetland. Pada akar tanaman ini terdapat mikroba Rhizosphera yang

menyerap Fosfat serta unsur kimia lainnya dalam limbah cair, sehingga terjadi penurunan konsentrasi sampai tingkat yang tidak berbahaya. Selain itu tanaman iris juga mampu mengurai zat-zat organik ataupun anorganik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan p e n e l i t i a n d a r i S e t y o w a t i d a n Trihadiningrum (2000) dengan hasil, bahwa pengolahan dengan wetland mampu menurunkan kadar COD sebesar 82 %, N sebesar 74 %, dan P sebesar 75 %.

Koagulan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tawas dan kapur.

Tawas sering dipakai dalam proses koagulasi karena dapat menurunkan zat organik dalam limbah sebesar 50-55 % (Susilo, 1993).

Wetland merupakan sistem pengo- lahan terencana atau terkontrol dengan menggunakan proses alami yang melibat- kan tanaman wetland, tanah dan mikroorganisme untuk mengolah air limbah. Wetland dengan aliran horizontal subsurface flow ini telah mengalami modifikasi dengan penggunaan sekat vertikal pada reaktor. Hasil penelitian Suwondo dan Munazah menyatakan bahwa wetland yang dioperasikan dengan variasi waktu detensi 5 dan 7 hari, tanaman yang digunakan Scirpuss grossus dan Sagittaria lancifolia. Efisiensi penyisihan COD optimum 96,33%

terdapat pada Sagittaria lancifolia dengan waktu tinggal 7 hari. Hasil penelitian Suwondo dan Munazah menunjukkan penurunan kadar COD lebih besar dibanding dengan penelitian yang peneliti lakukan, salah satu faktornya adalah

(6)

waktu tinggal yang cukup lama (7 hari) sehingga bahan organik dapat didegradasi secara optimal.

Tanaman iris mengandalkan akar untuk penyerapan Fosfat. Absorbsi ion serta garam-garam mineral dalam bentuk kation dan anion dilakukan oleh tudung akar yang berada pada ujung akar yang disebut dengan kaliptra. Mekanisme penurunan zat-zat organik oleh akar tanaman terjadi karena adanya proses penyerapan air dan zat-zat organik.

Kadar TSS pada kelompok perlakuan rata-rata pre-test 546,86 mg/L, dan post- test 58,14 mg/L. Kadar TSS setelah dilakukan perlakuan ternyata memenuhi syarat baku mutu limbah cair berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 65 Tahun 1999. Berdasarkan analisis Uji Multivariate Anova á = 0,05 didapatkan nilai probabilitas 0,074 (> 0,05), berarti selisih kadar TSS antara pre-test dan post- test pada kelompok perlakuan tidak ada beda yang bermakna. Meskipun secara statistik tidak ada beda yang bermakna, namun dalam penelitian ini terjadi penurunan kadar TSS antara sebelum dan sesudah dilakukan pengolahan dengan IPAL wetland, koagulasi, sedimentasi, dan filtrasi sebesar 89,37 % (pada kelompok perlakuan). Terjadinya penurunan kadar TSS disebabkan adanya waktu tinggal di masing-masing bak. Partikel yang ada dalam limbah cair laundry X mempunyai waktu yang cukup untuk mengendap, terutama di bak sedimentasi dan filtrasi.

Hal ini sesuai dengan penelitian Savitri (2010) yang menggunakan media trikling

filter, kadar TSS limbah cair laundry mampu turun sebesar 84,69%.

Kadar Deterjen pada kelompok perlakuan rata-rata pre-test 77,754 mg/l, dan post-test 8,012 mg/L. Hasil penelitian untuk kadar deterjen setelah dilakukan perlakuan ternyata belum sesuai dengan standar baku mutu yang ditetapkan.

Berdasarkan analisis statistik dengan Uji Multivariate Anova á = 0,05 didapatkan nilai probabilitas 0,000 (< 0,05) berarti selisih kadar Deterjen antara pre-test dan post-test pada kelompok perlakuan ada beda yang bermakna.

Penurunan kadar Deterjen yang terjadi pada IPAL laundry disebabkan oleh adanya tanaman iris yang mampu menyerap kandungan Deterjen dalam limbah cair. Faktor lain yang mendukung tingginya penurunan kandungan Deterjen adalah adanya sistem aliran up-flow pada bak wetland tanaman iris, dan pada bak koagulasi, sehingga Deterjen dipaksa tinggal pada masing-masing bak.

Berdasarkan penelitian ini, hasil kadar Fosfat setelah dilakukan perlakuan ternyata sudah sesuai dengan standar baku mutu yang ditetapkan. Berdasarkan analisis statistik dengan Uji Multivariate Anova á = 0,05 didapatkan nilai proba- bilitas 0,003 (< 0,05) berarti selisih kadar Fosfat antara pre-test dan post-test pada kelompok perlakuan ada beda yang bermakna. Penurunan Fosfat juga dise- babkan adanya tanaman irisyang terdapat pada bak wetland. Pada akar tanaman ini terdapat mikroba Rhizosphera yang menyerap Fosfat serta unsur kimia dalam limbah cair, sehingga terjadi penurunan

(7)

konsentrasi sampai tingkat yang tidak berbahaya, dan tanaman iris mampu mengurai zat-zat organik ataupun anorganik. Sistem yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem kontinu dimana air mengalir secara terus menerus sepanjang proses pencucian berlangsung, sehingga kebutuhan tanaman iris terhadap nutrisi Fosfat terus terjamin. Hal ini sejalan dengan penelitian Wisnu dkk ( 2009) yang menyatakan bahwa sistem kontinyu mampu menurunkan sebesar 54,75% lebih tinggi dalam menurunkan Fosfat dibanding sistem batch. Hasil penelitian Rahayu dan Hardyanti (2006) memper-kuat hasil penelitian yang peneliti lakukan bahwa tanaman dapat digunakan sebagai salah satu media untuk mengatasi masalah tingginya kadar Fosfat dalam limbah cair laundry.

5. KESIMPULAN

a. Pengolahan dengan Metode Wetland Tanaman Iris, Koagulasi, Sedimentasi, dan Filtrasi mampu memperbaiki kualitas Limbah Cair Laundry “X” di Badegan Bantul Yogyakarta.

b. Ada pengaruh yang bermakna pengolahan dengan Metode Wetland Tanaman Iris, Koagulasi, Sedimentasi, dan Filtrasi terhadap penurunan kadar COD, Deterjen, Fosfat Limbah Cair Laundry “X” di Badegan Bantul Yogyakarta.

c. Tidak ada pengaruh yang bermakna pengolahan dengan Metode Wetland Tanaman Iris, Koagulasi, Sedimentasi, danFiltrasi terhadap penurunan kadar

TSS Limbah Cair Laundry “X” di Badegan Bantul Yogyakarta.

d. Kadar TSS, Deterjen dan Fosfat setelah pengolahan dengan Metode Wetland Tanaman Iris, Koagulasi, Sedimentasi, dan Filtrasi sudah sesuai dengan baku mutu, sedangkan kadar COD belum memenuhi baku mutu limbah cair b e rd a s a r ka n S u ra t Ke p u t u s a n Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 65 Tahun 1999.

6. SARAN

a. Kepada pengelola laundry agar menerapkan pengolahan Metode Wetland Tanaman Iris, Koagulasi, Sedimentasi, dan Filtrasi untuk menurunkan bahan pencemar limbah cair laundry, dengan tetap berkonsul- tasi kepada instansi terkait (seperti Badan Lingkungan Hidup dan Dinas Kesehatan) serta peneliti, agar semua parameter yang ada dalam penelitian ini dapat memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan.

b. Kepada peneliti selanjutnya supaya mengambil dan meneliti sampel limbah cair laundry di inlet dan outlet pada masing-masing bak pengolahan, mulai dari bak wetland tanaman iris, bak koagulasi, bak sedimentasi, dan bak filtrasi. Dengan demikian akan diketahui efisiensi pengolahan pada masing-masing bak dalam menurun- kan parameter COD, TSS, Deterjen, dan Fosfat limbah cair laundry.

(8)

American Society of Plant Biologist, December 30, 2002, Phytoremediation of metals Benefield D.L., Randall W. Clifford, Biological Process Design for Wastewater Treatment, Pretice New York

Bowo, D.M., 1998, Teknik Pengolahan Limbah Secara biologis, FTSP ITS Surabaya

Chih-Ta Wang, Wei-Lung Chou, Yi-Ming Kuo, 2009, Removal of COD from Laundry Wastewater by Electrocoagulation/Electroflotation, Journal of Hazardous Materials 164 (2009) 81-86, Taiwan

Hardyanti, Nurandani, dan, Rahayu S, Setyowati, 2006, Fitoremidiasi Phospat dengan Pemanfaatan Enceng Gondok (Eichhornia crassipes) (Studi Kasus pada Limbah Cair IndustriKecil Laundry), Jurnal PRESIPITASI Vol. 2 No. 1 Maret 2007, ISSN 1907-187X, UNDIP SEMARANG.

Media Indonesia, 2 Desember 2002, Kualitas Air di Bali Alami Penurunan,

Paul R. Adler, Phytoremediation of Aquaculture Effluents, USDA-ARS, Kearneysville, West Virginia USA, February 22, 2000

Reynold D. Tom, Unit Operation and Unit Process in Environmental Engineering, Brocks/Col Engineering Division, Monter California

Saraswati, Sri Puji, 2000, Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah, Laboratorium Teknik Penyehatan dan Lingkungan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.

Savitri, Choiriyah, 2010, Penurunan Kadar Organik Air Limbah Laundry dengan Menggunakan Trickling Filter, Prodi Teknik Lingkungan FTSP UPN Veteran Jatim, Surabaya.

Setyowati, Umi Dyah dan Trihadiningrum, Yulinah, 2000. Studi Pemanfaatan Azolla pinnata Untuk Menurunkan COD, N dan P pada Air Limbah Pabrik Tahu, Jurnal Kimia Lingkungan Vol. 1, No 2 halaman 84-89.

Smithsonian Magazine, July 1997, Wastewater Problem Just Plant a Marsh wwg@dps.centrin.net.id

US-EPA , A Citizen's Guide to Phytoremediation, August 1998

Walter H Zachritz, et al, Land Application of Wastewater in Arid Regions, Desert Research Institute, Las Vegas Nevada

DAFTAR PUSTAKA

(9)

Wijayanti, 2004, Wetland Ecosystem Treatment - a Brief Overview

Wisnu, Irawan; Siwi, Dwi;Ika, Dessy, 2009, Penurunan Kandungan Phospat pada

Limbah Cair Industri Pencucian Pakaian (Laundry) Menggunakan Karbon Aktif dari Sampah Plastik dengan Metode Batch dan Kontinyu, Jurnal Teknik, 30 (2) pp 119-129. ISSN 0852- 1697, Undip, Semarang.

Referensi

Dokumen terkait

Keefektifan pengelolaan terumbu karang di KKLD pulau Biawak dan sekitarnya dievaluasi menggunakan kartu skor (Coremap-II) yang meliputi aspek biofisik kondisi

Pada model akhir dari uji multivariat, kelompok yang berusia lanjut (  45 tahun) berisiko 2,5 kali untuk memiliki kondisi kesehatan buruk. Kemudian, mantan perokok atau orang

ごみに関する問題は次の3つに大別される。第1は、処理すべきごみ量そのも

Analisis hasil penelitian yang dilakukan peneliti yaitu melalui pendekatan kualitatif yang mana pendekatan ini dilakukan dengan cara meminta pendapat para pakar

penjaminan mutu di UPPS yang sesuai dengan standar yang ditetapkan perguruan tinggi terkait luaran dan capaian tridharma, yang mengikuti siklus penetapan, pelaksanaan,

Kesan-kesan buruk lain : Tiada kesan yang penting atau bahaya kritikal yang diketahui.

 Menghimpun, melakukan evaluasi dan menyebarkan ilmu pengetahuan dan masalah-masalah yang berhubungan dengan geosintetik, dan semua yang berhubungan dengan produk-produk

Pemeriksaan fungsi paru (kapasitas vita, volume tidal) : mengukur volume inspirasi maksimal khususnya pada pasien dengan trauma servikat bagian bawah atau pada trauma torakal