PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN RESI GUDANG DALAM PRAKTEK PERBANKAN
DI KOTA DENPASAR
Oleh :
Dewa Made Ari Widiyatmika I Wayan Wiryawan
Dewa Gde Rudy
Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana
ABSTRAK
Menurut ketentuan pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 tentang Sistem resi gudang bahwa Resi Gudang sebagai dokumen kepemilikan dapat dijadikan jaminan utang sepenuhnya tanpa dipersyaratkan adanya agunan lainnya. Pelaksanaan pemberian kredit dengan jaminan resi gudang dalam praktek perbankan di Kota Denpasar melihat resiko usaha tani masih sangat tinggi karena sangat bergantung pada faktor alam dan cuaca. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan jawaban atas pelaksanaan dan faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala pemberian kredit dengan jaminan resi gudang dalam praktek perbankan di kota Denpasar. Penelitian ini termasuk katagori jenis penelitian hukum empiris.
Pemberian kredit dengan jaminan resi gudang dalam praktek perbankan yang terdapat di Kota Denpasar sampai saat ini masih belum terlaksana karena belum terpenuhinya empat komponen yang terdiri dari ketersediaan gudang Sistem Resi Gudang, kesiapan pengelola, keandalan sistem, dan ketersediaan komoditas Sistem Resi Gudang. Dari segi petani kendala yang dihadapi yaitu keterbatasan pemahaman mengenai manfaat dari sistem resi gudang, dan belum tersedianya lahan pembangunan gudang sistem resi gudang di Kota Denpasar sedangkan dari segi Perbankan di Kota Denpasar masih ada keraguan dalam pemberian kredit dengan jaminan resi gudang lebih percaya pada fix asset, dan Belum terdapat Kantor Wilayah Lembaga Jaminan Resi Gudang di Provinsi Bali yang berfungsi untuk memelihara stabilitas dan integritas Sistem Resi Gudang sesuai dengan kewenangannya sebagaimana diatur dalam Pasal 37F Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2011 tentang tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang. Kesimpulan dari penulisan ini adalah pelaksanaan pemberian kredit dengan jaminan resi gudang dalam praktek perbankan di Kota Denpasar belum terlaksana.
Kata kunci: Pemberian Kredit, Jaminan Resi Gudang ABSTRACT
According to the provisions of Article 4 (2) of Law Number 9 of 2006 on
the warehouse receipt system that the warehouse receipt as a document of
ownership can be used as security for the debt completely without required any other collateral. Implementation of the warehouse receipt loans with collateral in the banking practice in Denpasar look at the risks of farming are still very high because it is very dependent on natural factors and weather. This research was conducted to get answers to implementation and any factors that constrain lending with collateral warehouse receipts in the banking practice in the city of Denpasar. This study included the category of type of empirical legal research.
Giving credit to the warehouse receipt collateral in banking practices contained in Denpasar until now still not been implemented because of unfulfilled four components consisting of warehouse with Warehouse Receipt System, preparedness manager, system reliability, and availability of commodities Warehouse Receipt System. In terms of farmers' constraints faced by the limited understanding of the benefits of the warehouse receipt system, and the unavailability of land for building a warehouse receipt system warehouse in Denpasar while in terms of Banking in Denpasar there are still doubts in the provision of credit to guarantee the warehouse receipt believe more in fixed assets and yet there are Regional Offices Guarantee Institute Warehouse Receipt in Bali that serves to maintain the stability and integrity of the Warehouse Receipt System in accordance with its authority under Article 37F of Law Number 9 of 2011 on the Amendment of Act Number 9 of 2006 on Warehouse Receipt system.
The conclusion of this paper is the provision of credit to guarantee the implementation of the warehouse receipt in the banking practice in Denpasar has not been done.
Keywords: Lending, Collateral Warehouse Receipt
I.Pendahuluan 1.1.Latar Belakang
Permasalahan yang sering muncul dalam usaha agribisnis di Indonesia yang menimpa petani kecil adalah jatuhnya harga pada saat musim panen raya.
1Diterbitkannya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang selanjutnya disebut UU SRG, diharapkan dapat mengatasi jatuhnya harga komoditas agribisnis pada saat musim panen raya bisa teratasi serta untuk mendukung terwujudnya kelancaran produksi dan distribusi barang. Dalam pasal 1 angka 1 UU SRG Sistem Resi Gudang adalah kegiatan yang berkaitan dengan penerbitan, pengalihan, penjaminan, dan penyelesaian transaksi Resi Gudang.
Menurut ketentuan pasal 4 ayat (2) UU SRG bahwa Resi Gudang sebagai dokumen kepemilikan dapat dijadikan jaminan utang sepenuhnya tanpa
1Iswi Hariyani dan R. Serfianto, 2010, Resi Gudang Sebagai Jaminan Kredit & Alat Perdagangan, Sinar Grafika, Jakarta, h.1.
dipersyaratkan adanya agunan lainnya. Jaminan kredit tersebut harus dapat diyakini sebagai jaminan yang baik dan berharga sehingga akan dapat memenuhi fungsi-fungsinya, antara lain jaminan kredit sebagai pengamanan pelunasan kredit, jaminan kredit sebagai pendorong motivasi debitur, dan fungsi yang terkait dengan pelaksanaan ketentuan perbankan.
2Dalam pelaksanaan pemberian kredit dengan jaminan resi gudang dalam praktek perbankan di Kota Denpasar melihat resiko usaha tani masih sangat tinggi karena sangat bergantung pada faktor alam dan cuaca yang sulit untuk dikendalikan.
1.2.Tujuan
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk menganalisa pelaksanaan dan mengetahui tentang faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala pelaksanaan pemberian kredit dengan jaminan resi gudang dalam praktek perbankan di Kota Denpasar.
II.Isi Makalah
2.1. Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk katagori jenis penelitian hukum empiris. Penelitian ini disebut juga penelitian hukum dengan aspek empiris, dimana permasalahan dikaji secara yuridis empiris, maksudnya mencari ketidak sesuaian atau kesenjangan teori dengan dunia nyata.
32.2. Hasil dan Pembahasan
2.2.1.Pelaksanaan Pemberian Kredit dengan Jaminan Resi Gudang Dalam Praktek Perbankan di Kota Denpasar
Proses pemberian kredit dengan jaminan resi gudang pertama dimulai dengan peyimpanan barang atau komoditi di gudang , penerbitan resi gudang, pembebanan hak jaminan resi gudang, pemberian fasilitas kredit, dan pelunasan kredit .
Dalam praktek perbankan yang terdapat di Kota Denpasar berdasarkan hasil penelitian di lapangan sampai saat ini masih belum memberi ataupun
2M. Bahsan, 2012, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Rajawali Pers Jakarta, h.70.
3Ronny Hanitidjo Soemitro, 1995, Metodelogi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, h.141.