• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN KOMPETITIF DOSEN (PEMBINAAN/KAPASITAS)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN KOMPETITIF DOSEN (PEMBINAAN/KAPASITAS)"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KEMAJUAN

PENELITIAN KOMPETITIF DOSEN (PEMBINAAN/KAPASITAS)

ALIH FUNGSI TEKNOLOGI TERAPAN PADA KOMUNITAS RENTAN EKSISTENSI:

Studi Penerapan Dakwah Melalui Media Sosial pada Pesantren Waria Senin Kamis Yogyakarta

Peneliti: (Zainal Fadri, M.A. / 2018109202)

Dilaksanakan Atas Biaya DIPA IAIN Batusangkar Sesuai Surat Perjanjian Kontrak Penelitian Nomor: B-1376.e/In.27/R/IV/TL.00/05/2021

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR

2021

(2)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : ALIH FUNGSI TEKNOLOGI TERAPAN PADA KOMUNITAS RENTAN EKSISTENSI: Studi Penerapan Dakwah Melalui Media Sosial pada Pesantren Waria Senin Kamis Yogyakarta

Peneliti/Pelaksana

Nama Lengkap : Zainal Fadri, M.A.

NIDN : 2018109202

Jabatan Fungsional : Asisten Ahli

Jurusan/ Fakultas : Pengembangan Masyarakat Islam/ Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah

Nomor HP : 082199467171

Alamat Surat : Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Batusangkar Waktu Pelaksanaan : Juni – Oktober 2021

Biaya Pelaksanaan : Rp.10.000.000,- (Sepuluh Juta Rupiah

Batusangkar, 18 Agustus 2021

Ketua LPPM IAIN Batusangkar Ketua

Dr. H. Muhammad Fazis, M.Pd Zainal Fadri, M.A.

NIP. 19631119 199103 1 002 NIP. 19921018 201903 1 004

(3)

iii

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... ii

Daftar Isi ... iii

BAB I: Pendahuluan ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah dan Perumusan Masalah ... 3

C. Sasaran dan Tujuan Penelitian ... 3

D. Definisi Operasional ... 3

E. Kajian Riset Sebelumnya yang Relevan ... 4

BAB II: Kajian Teori ... 6

A. Kajian Teori ... 6

B. Bagan Kerangka Konseptual ... 12

BAB III. Metode Penelitian ... 13

A. Jenis Penelitian... 13

B. Sumber Data ... 13

C. Teknik Pengumpulan Data ... 14

D. Analisa Data ... 15

BAB IV. Hasil yang telah Dicapai... 17

BAB V. Rencana Tahapan Selanjutnya ... 20

Daftar Kepustakaan ... 21

Catatan Harian Penelitian ... 22

Lampiran ... 24

(4)

1

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi saat ini tidak lagi menjadi hal yang mencengangkan, bahkan di beberapa tahun terakhir, dunia selalu dihadiri oleh kemunculan teknologi baru yang mutakhir. Seperti teknologi terapan di bidang informasi dan media sosial yang menjadi primadona masyarakat dunia dalam satu dekade belakangan. Banyaknya kemunculan teknologi ini juga membuat banyak perubahan dan kondisi hubungan sosial, baik itu dalam pandangan negatif maupun dampak positif yang dikembangkan oleh penggunanya.

Pemanfaatan teknologi media sosial menjadi andalan dan kunci bagi kegiatan penyebaran informasi dan komunikasi. Banyak instansi pemerintahan, swasta maupun instansi kemasyarakatan yang memanfaatkan teknologi ini, terutama pada masa-masa pandemic yang masih belum menemukan titik akhir. Masyarakat dan stakeholder pengguna bertumpu pada pemanfaatan media sosial untuk terus melanjutkan kegiatan sehingga seluruh agenda dan perencanaan yang telah disusun sebelumnya tetap dapat dijalankan meskipun harus melakukan modifikasi tertentu untuk menyesuaikan dengan kondisi yang ada di lapangan.

Sekolah dan perkuliahan mulai memodifikasi penggunaan teknologi media sosial untuk melangsungkan kegiatan pendidikan, pengajaran, bahkan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Bukan menjad i hal aneh lagi saat ini ketika pemberdayaan masyarakat melakukan kegiatan tanpa berpindah tempat atau tetap berada di rumah dengan mematuhi himbauan stay at home. Seluruh kegiatan dapat dilakukan secara daring, terutama untuk koordinasi dan perencanaan, setelah itu kegiatan dilakukan secara luring dengan kombinasi kecukupan di wilayah masing-masing tapa harus melakukan migrasi sementara.

Kegiatan keagamaan dan kemasyarakatan juga tidak ketinggalan untuk

menggunakan pemanfaatan sosial media, seperti instansi yang menaungi desa, lembaga

swadaya masyarakat atau bahkan kelompok pesantren khusus masyarakat. seperti halnya

pada kasus Pesantren Senin Kamis yang terdapat di Yogyakarta. Kegiatan penyebaran

dakwah merupakan hal pokok yang tidak dapat ditinggalkan demi meningkatkan

keimanan para penerima manfaat pondok (Habibi, 2010). Pemanfaatan media sosial

menjadi sebuah alternatif yang memungkinkan untuk tetap menjalankan misi dakwah dan

(5)

2

melanjutkan seluruh kegiatan tentu dengan protokol dan arahan dari pemerintah dan instansi yang menaungi.

Pemanfaatan media sosial di Indonesia saat ini masih mengacu pada hal-hal yang bersifat hiburan. Banyak penampakan beberapa kelompok remaja yang menghabiskan waktu untuk bermain game, menjalin hubungan atau bahkan terdapat kegiatan yang mengarah pada pelanggaran hukum seperti bullying, penipuan dan lain sebagainya. Selain itu, media sosial tidak jarang juga digadang-gadang sebagai pemicu beberapa konflik yang terjadi di rumah tangga. Banyak kecemburuan dan kegiatan perselingkuhan yang terjadi akibat penyalahgunaan media sosial bagi kalangan suami atau istri sehingga menimbulkan suatu ketidakpercayaan yang berujung pada konflik.

Kalangan waria di Yoyakarta, terutama partisipan pada Pesantren Senin Kamis tentunya tidak luput dari pandangan miring dari masyarakat sekitar, bahkan ada beberapa tuduhan-tuduhan tanpa bukti dalam menyebarkan ujaran kebencian terhadap kelompok minoritas tersebut (Hidayat, 2012). Media sosial digunakan untuk menjalin dan memperluas pertemanan dan interaksi sosial, meskipun pada perkembangannya media sosial juga dijadikan sebagai lahan yang bagus untuk menjalankan transaksi komersil jasa waria. Hal ini juga didukung dengan perkembangan gadget terbaru yang selalu merupakan salah satu ukuran keberhasilan para waria di lingkungan pesantren.

Kondisi pembatasan sosial berskala besar yang mulai dilaksanakan pada bulan Maret tahun 2020 membuat kegiatan di pesantren harus dihentikan sementara. Kegiatan yang biasanya diikuti secara langsung kemudian dimodifikasi dengan kegiatan melalui jarak jauh. Dampak dari kegiatan daring yang diarahkan pemerintah menjadi suatu pergerakan sendiri bagi partisipan pesantren. Banyak aplikasi-aplikasi yang harus dimiliki agar kegiatan pesantren tetap berjalan. Kegiatan kemudian kembali dilakukan secara luring dan terbatas pasca pemerintah mencabut keputusan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dengan pola kehidupan New Normal dengan protokol kesehatan yang ketat.

Pemanfaatan media sosial di kalangan waria sebagai partisipan di Pesantren Senin

Kamis menimbulkan keingintahuan peneliti untuk menggali lebih lanjut mengenai

pemanfaatan media sosial untuk penyebaran konten dakwah, sehingga menjadi sebuah

penelitian yang menarik untuk dilakukan. peneliti akan menggali pemanfaatan media

sosial dalam menyebarkan konten dakwah bagi santri waria, sehingga dapat memberikan

(6)

3

gambaran kegiatan dakwah juga dilakukan oleh siapa saja, termasuk komunitas rentan seperti kelompok waria.

B. Batasan Masalah dan Perumusan Masalah

Penelitian ini difokuskan pada pemanfaatan pemanfaatan media sosial dalam menebarkan konten dakwah pada Pesantren Senin Kamis Yogyakarta. Masalah yang akan dikaji lebih pada persoalan konten, media dan berbagai alasan santri waria dalam memilih berdakwah dengan media sosial. Pada penelitian ini juga akan ditelusuri bagaimana pandangan masyarakat sekitar pesantren mengenai kegiatan waria dalam berdakwah melalui media sosial.

Dari penjabaran latar belakang dan batasan masalah, maka rumusan masalah penelitian ini adalah; (1) apa konten yang dipilih oleh santri waria dalam berdakwah? (2) media apa yang dipilih oleh santri waria dalam berdakwah? (3) apa alasan santri waria memilih media sosial dalam berdakwah?

C. Sasaran dan Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki sasaran yang bertujun untuk:

1. Mengungkap konten yang disebarkan oleh santri waria dalam berdakwah 2. Mengungkap media-media yang digunakan santri waria dalam berdakwah 3. Mengungkap alasan santri waria berdakwah melalui media sosial

D. Definisi Operasional

1. Teknologi terapan, yaitu teknologi mutakhir yang diberikan sentuhan mutakhir dan penggunaannya langsung dirasakan oleh penerima manfaat. Teknologi terapan juga sering disebut dengan modifikasi teknologi yang diperbaharui kemudian dilakukan penilaian dan akses yang lebih luas.

2. Komunitas rentan eksistensi, yaitu kelompok masyarakat minoritas yang memiliki kelemahan di bidang pengakuan dan kuantitas. Namun beberapa kelompok rentan eksistensi juga dapat terjadi karena banyaknya tekanan dan intervensi luar kelompok yang mengakibatkan keterbatasan ruang gerak dan ruang berekspresi.

3. Dakwah, merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam menyebarkan nilai-nilai

kebaikan yang berasal dari norma agama dan kebaikan itu sendiri, kemudian nilai-

nilai tersebut disebarluaskan secara masif, tujuannya adalah mengakomodasi

pelaksanaan kebaikan yang telah diatur oleh norma agama.

(7)

4

4. Media sosial, merupakan sebuah modifikasi teknologi yang dimaksudkan untuk mengakomodasi interaksi sosial dalam menjalankan keterikatan personal dan kelompok. Media sosial juga dikatakan sebagai platform yang dapat dijadikan bentuk intensitas sosial dalam bentuk dunia maya imajinatif.

5. Pesantren waria, merupakan sebuah pondok pesantren yang menyediakan tempat menimba ilmu dan mengaji khusus untuk para waria. Pesantren waria juga dijadikan sebagai tempat beribadah bagi kalangan waria yang telah menemukan jati diri sebagai seorang yang memiliki kewajiban dan menjalankan ritual keagamaan.

E. Kajian Riset Sebelumnya yang Relevan

Beberapa kajian riset yang relevan dengan penelitian ini adalah:

1. Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokrasi Institusi. Kajian ini ditulis oleh Mujamil Qomar pada tahun 2005 dalam output sebuah buku.

Pada pembahasan dijelaskan mengenai transformasi pesantren dengan mengambil beberapa contoh kasus kemudian dirangkum ke dalam sebuah analisis mengenai transformasi pesantren.

2. Praksis Pembelajaran Pesantren. Kajian ini ditulis oleh M. Dian Nafi, dkk.

pada tahun 2007 dalam output sebuah buku. Pada buku ini dibahas mengenai pembelajaran dan model pendekatan pendidikan yang ada di pesantren.

Pesantren di dalam buku ini menitikberatkan pada pesantren modern dan tradisional, namun belum membahas pesantren khusus seperti pesantren waria.

3. Pendidikan Agama Islam di Pesantren Waria Senin Kamis Notoyudan Gedungtengen Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan oleh Amin Akhsani pada tahun 2009 dalam output skripsi di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga. Pada penelitian ini, peneliti membahas aspek-aspek pendidikan agama yang terdapat pada Pesantren Senin Kamis, kemudian juga kehidupan keberagamaan pada waria sebagai partisipan pesantren.

4. Bimbingan Konseling Islam di Pondok Pesantren Waria Senin Kamis.

Penelitian ini dilakukan oleh Isnaini pada tahun 2010 dalam output laporan

penelitian. Pembahasan kajian ini lebih menekankan pada konseling yang

(8)

5

dilakukan terhadap waria sekitar pesantren dan kemudian melakukan pendekatan Islam dalam setiap bimbingannya.

5. Pesantren Waria Senin Kamis Notoyudan Pringgokusuman Gedungtengen Yogyakarta (Studi Pertumbuhan dan Perkembangannya). Penelitian ini dilakukan oleh Dedi Yusuf Habibi pada tahun 2010. Penelitian ini memiliki fokus penelitian pada perkembangan dan asal kemunculan pesantren waria di Yogyakarta. Pada penjabaran penelitian juga menjelaskan perkembangan berbasis alur sejarah berdiri pesantren hingga kondisi terakhir di tahun 2010.

6. Waria di Hadapan Tuhan: Eksplorasi Kehidupan Religius Waria dalam Memahami Diri. Penelitian ini dilakukan oleh Muslim Hidayat pada tahun 2012. Kajian ini fokus pada perkembangan psikologi waria di tengah masyarakat. Penelitian ini juga menggali persoalan dan persinggungan sosial yang sering terjadi dan konflik serta penanganannya.

7. Kekuasaan Kyai dalam Komunitas Pesantren Khusus Waria Senin-Kamis Al- Fatah Notoyudan Pringgokusuman Gedongtengen Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan oleh Endang Supriadi pada tahun 2014 dalam bentuk output sebuah jurnal ilmiah. Penelitian ini memiliki bahasan mengenai relasi kuasa yang terjadi antara kyai dengan santri yang merupakan waria. Selain itu, peneliti juga melihat pada hubungan personal antara kyai dengan partisipan di pesantren waria.

8. Pemberdayaan Mental Waria di Pesantren Senin-Kamis Notoyudan Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan oleh Anis Ma’rifah pada tahun 2014.

Penelitian ini memiliki fokus kajian pada pemberdayaan komunitas di bidang psikologis dan mental. Penelitian ini juga memberi rekomendasi untuk program pemberdayaan masyarakat khususnya di bidang mental untuk warga pesantren.

Dari penelusuran yang telah dilakukan terhadap beberapa penelitian, belum

ditemukan pembahasan pesantren waria yang fokus terhadap penggunaan media sosial

dalam menjalankan dakwah, bahkan juga belum ditemukan penelitian mengenai kegiatan

santri waria dalam berperan sebagai pendakwah. Beberapa penelitian yang ditemukan,

masih membahas mengena hubungan personal santri dalam menggali ilmu agama dan

rohani, namun belum menyentuh persoalan dan hubungan dengan masyarakat luas.

(9)

6

BAB II. KAJIAN TEORI A. Kajian Teori

1. Media sosial

a. Pengertian media sosial

Media sosial merupakan sebuah perangkat lunak dari teknologi yang dijadikan sebagai alat batu komunikasi dari seseorang menuju orang lain atau dari individu maupun kelompok (Nasrullah, 2016). Hal ini juga selaras dengan yang disampaikan oleh Van Dijk (2013) bahwa media sosial merupakan sebuah platform yang fokus pada eksistensi penerima manfaat kemudian memberikan fasilitas dalam menunjang aktivitas dan kehidupan sehari-hari yang membentuk sebuah ikatan sosial.

Ada beberapa pernyataan yang mengemukakan tentang pengertian media sosial yang berasal dari berbagai literatur penelitian. Mandibergh (2012) mengatakan bahwa sosial merupakan suatu media yang mampu mewadahi pengguna dalam melakukan kerjasama yang kemudian dari hasil kerjasama tersebut akan menghasilkan sebuah konten yang kemudian disebarkan kembali pada pengguna lainnya, sehingga akan membentuk sebuah interaksi yang berbentuk ikatan sosial. Shirky (2008) juga mengatakan hal serupa bahwasanya perangkat lunak yang bernama media sosial adalah alat yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan pengguna agar dapat berbagi dan melakukan kerjasama secara kolektif sehingga mampu menampung berbagai informasi yang dibutuhkan.

Selaras dengan Mieke dan Young (2012) yang memberikan pengertian bahwa media sosial adalah suatu konvergensi antara komunikasi secara personal dan publik untuk membagi dan menyebarluaskan konten atau muatan informasi yang didukung dengan platform khusus. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Boyd (2009) yang menyatakan bahwa media sosial merupakan sekumpulan perangkat lunak dalam mendukung suatu komunitas untuk berbagi, berkumpul dan berkomunikasi serta membagikan konten yang diperlukan oleh masing-masing kelompok.

Dalam hal ini peneliti memiliki gambaran bahwa media sosial merupakan sebuah

aplikasi dalam bentuk perangkat lunak yang digunakan penerima manfaat dalam

menyebarkan konten guna menunjang ikatan sosial dan membentuk suatu interaksi

yang lebih luas untuk mencapai reputasi global.

(10)

7

b. Karakteristik media sosial

Media sosial mempunyai ciri dan karakteristik sebagai sebuah platform yang mengakomodasi interaksi dan berbagi konten penerima manfaat. Karakteristik ini merupakan ciri khas dari sebuah aplikasi yang menjadi pembeda dengan teknologi terapan lainnya. Nasrullah (2016) memberikan batasan pada pengertian media sosial dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1) Jaringan

Media sosial terbentuk dari serangkaian jaringan yang kemudian difungsikan untuk membagi data dan file untuk komponen jaringan yang lain.

2) Interaksi

Koneksi jaringan antar pengguna yang dibentuk menimbulkan interaksi yang diikat dengan tujuan memperbanyak pengikut guna memperluas pertemanan dan cakupan sosial.

3) Arsip

Arsip adalah karakter media sosial yang akan merekam seluruh aktivitas pengguna kemudian dapat tersimpan dan diakses kembali pada waktu yang lebih fleksibel.

4) Informasi

Informasi merupakan tujuan dari media sosial, dan setiap jaringan media sosial akan memuat informasi, baik berupa data, angka maupun kode-kode tertentu.

5) Simulasi sosial

Media sosial memiliki ciri khas dalam melakukan simulasi bagi seluruh pengguna dan penerima manfaat. Simulasi sosial akan dijadikan sebagai patokan yang khas, kemudian akan dijadikan suatu andalan bagi penerapan penggunaan selanjutnya.

6) Konten pengguna

Konten pengguna adalah inti pokok dari informasi yang diberikan dari

suatu pengguna ke pengguna lainnya. Konten menjadi muatan informasi

secara utuh yang akan disampaikan melalui jaringan.

(11)

8

7) Penyebaran

Penyebaran adalah tindakan yang dilakukan pengguna dalam memaksimalkan fungsi media sosial. Penyebaran dijadikan sebagai bentuk pelaksanaan kegiatan dan keberhasilan platform dalam menciptakan ikatan sosial.

c. Fungsi media sosial

Tenia (2007) menjelaskan bahwa media sosial berfungsi dalam memenuhi kebutuhan pengguna untuk mengakses informasi dan bertukar konten guna membentuk ikatan dan interaksi sosial yang dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Beberapa fungsi media sosial dalam pemenuhan kebutuhan penerima manfaat diantaranya: Mencari informasi, berita dan pengetahuan; mendapatkan hiburan; komunikasi online; menggerakkan suatu komunitas tertentu; dan sarana berbagi hingga ke level global.

2. Dakwah

a. Pengertian dakwah

Dakwah secara harafiah dapat diartikan sebagai seruan atau ajakan. Seruan dan ajakan ini pada mulanya merupakan suatu kegiatan yang bermuatan untuk menebarkan kebaikan dan ajaran-ajaran agama untuk sebuah tujuan kebaikan.

Sementara pengertian dakwah secara lanjut disampaikan oleh beberapa pakar atau ahli.

Bakhial Khauli menyatakan bahwa dakwah merupakan suatu proses dalam menghidupkan aturan-aturan Islam dengan tujuan untuk memindahkan umat dari suatu keadaan menuju kondisi yang lain (Darussalam, 1998). Lebih lanjut Syekh Ali Mahfudz (Abd.Rauf, 1987) mengatakan bahwa dakwah lebih mengarah kepada kegiatan untuk mengajak manusia mengerjakan kebaikan dan mengikuti aturan-aturan yang berlaku agar mendapatkan balasan yang terbaik ketika nanti di akhirat.

Dakwah menurut pandangan Amrullah Ahmad (1985), dakwah merupakan

usaha dalam melakukan aktualisasi nilai keimanan dan teologis pada sebuah

sistem kegiatan manusia pada bidang kemasyarakatan kemudian dilakukan

dengan teratur, berfikir fan bersikap pada tataran realitas individu dan kelompok

(12)

9

sosial. Sementara Didin Hafinudin (1998) menekankan bahwa dakwah menjadi kegiatan mulia yang berkesinambungan.

Prof. Toha Yahya juga ikut memberikan sumbangan pemikiran tentang dakwah. Dakwah adalah upaya mengajak manusia dengan jalan yang bijasana ke jalan yang benar sesuai dengan ajaran dan norma-norma yang berlaku di agama tertentu. Seiring dengan hal itu, Hamzah Ya’kub menambahkan bahwa dakwah merupakan suatu kegiatan dalam mengajak umat untuk mengikuti perintah Allah dan Rasul. Pemahaman ini juga diperkuat oleh Prof. Hamka yang menyatakan bahwa dakwah tidak lain tidak bukan merupakan seruan untuk menganut pendirian dengan harapan menebar kebaikan dan nilai positif untuk menegakkan nilai-nilai kebaikan seluruh penjuru (Sukayat, 2009).

b. Landasan hukum dakwah

Landasan hukum dakwah dalam Islam menjadi rujukan dan aturan tersendiri dalam menjalankan misi dakwah, baik dengan kategori pendakwah maupun muatan dakwah itu sendiri. Beberapa landasan yang dapat diambil adalah yang terdapat pada kita al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 125

َوُه َكَّبَر َّنِإ ۚ ُنَسْحَأ َيِه ِتَِّلِبِ ْمُْلِْداَجَو ۖ ِةَنَسَْلْا ِةَظِعْوَمْلاَو ِةَمْكِْلِْبِ َكِ بَر ِليِبَس َٰلَِإ ُعْدا َنيِدَتْهُمْلِبِ ُمَلْعَأ َوُهَو ۖ ِهِليِبَس ْنَع َّلَض ْنَِبِ ُمَلْعَأ “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan-mu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Dari ayat ini sangat jelas mengenai seruan untuk melakukan dakwah dalam upaya menebarkan kebaikan dan ajaran agama yang diperintahkan oleh Allah SWT. Dakwah dijalankan dengan baik tanpa ada paksaan bahkan dianjurkan untuk tetap berlemah lembut dan sesuai dengan kondisi dan cara yang telah ditentukan.

Kewajiban menyampaikan ajaran agama Islam dilaksanakan pada berbagai

sektor karena Islam meliputi seluruh bidang kehidupan seperti ekonomi, politik,

sosial, pendidikan, ilmu, seni dan lain sebagainya (Ali, 1981).

(13)

10

c. Tujuan dan fungsi dakwah

Dakwah sejatinya tidak dapat dipisahkan dari kegiatan seseorang dalam menyebarkan nilai-nilai kebaikan sesuai dengan norma dan ketentuan yang berlaku. Inti dari kegiatan dakwah adalah terjadinya perubahan seseorang setelah menerima muatan dakwah yang bersifat positif, sehingga pelaksanaan dakwah seharusnya bersikap dinamis dan progresif. Secara umum tujuan dakwah adalah mengajak manusia kepada jalan yang telah diatur di dalam kitab suci masing- masing agama yang mencakup beberapa hal diantaranya:

1) Mengubah paradigma seseorang tentang cara berfikir arti pentingnya tujuan hidup.

2) Internalisasi ajaran agama pada kehidupan manusia untuk menjadikannya sebagai kekuatan dan pondasi yang kokoh dalam melaksanakan ajaran agama.

3) Perwujudan dan internalisasi agama adalah seseorang memiliki keinginan dan aplikatif terhadap ajaran agama yang disebarkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sementara fungsi dakwah yang dijalankan harus merujuk pada berbagai hal berikut:

1) Mengesakan Tuhan pencipta

Mengesakan Tuhan dapat difahami sebagai ideologi, faham dan keyakinan atau prinsip hidup seseorang yang sesuai dengan tuntutan yang telah diberikan, sehingga tidak ada kemungkinan kegiatan yang dilakukan akan menyimpang dari syariat dan norma yang berlaku.

2) Mengubah perilaku manusia

Mengubah perilaku manusia dari yang kurang baik menjadi baik atau sesuai dengan ajaran-ajaran agama merupakan tujuan utama dari dakwah dan penyebaran. Secara fitrah, manusia diberi potensi untuk memahami diri sendiri dan beriman pada Allah SWT, serta lahir dalam kondisi suci.

Perubahan manusia terjadi ketika telah banyak pengaruh yang datang baik

dari lingkungan sekitar maupun dari dalam diri sendiri berdasarkan

pengalaman hidup dan setiap peristiwa yang dilalui. Dakwah perlu

(14)

11

dilakukan untuk mengembalikan kondisi-kondisi manusia pada tatanan kesucian tersebut.

3) Menegakkan kebaikan dan mencegah kemungkaran

Dalam misi penyebaran dakwah perlu diperhatikan norma dan hukum yang berlaku pada suatu agama sehingga kegiatan dakwah akan teras lebih bersahabat, solutif dan penuh kesabaran berlandaskan dasar-dasar keilmuan yang dimiliki (Munawir, 2002).

d. Metode dakwah

Metode dakwah jika dilihat dari model pendekatan terbagi ke dalam tiga bentuk (Rafiudin, 1997), yaitu:

1) Metode al-hikmah

Metode al-hikmah menerapkan sistem dakwah dengan human oriented yang mengutamakan logis dan pengakuan pada pihak-pihak penerima manfaat secara demokratis. Dasar pelaksanaan dakwah ini bersifat persuasif dengan mengedepankan kebijaksanaan. Tujuan utama dari metode ini adalah menimbulkan rasa dan emosional para penerima materi dakwah serta mampu mengamalkan materi dengan tanpa paksaan dari pihak manapun.

2) Metode Al-Mau’idzatul Hasanah

Metode ini dilakukan dengan pendekatan pemberian nasehat berupa ucapan dan kalimat-kalimat ajakan yang penuh dengan unsur kebijaksanaan. Tujuan dari metode ini adalah penerima manfaat materi dakwah mampu melaksanakan konten dakwah seiring dengan pembenaran dan pemanfaatannya.

3) Metode Al-Mujadalah Bil Lati Hiya Ahsan

Metode dakwah ini lebih mengarah pada perdebatan namun tetap dengan

menjunjung tinggi nilai kesopanan, tatakrama, dan tanpa merendahkan

pihak manapun. Cara debat ini dilakukan biasanya oleh kalangan-

kalangan akademisis atau kelompok yang fokus pada kajian mendalam

sebuah materi dakwah, sehingga pada ujung perdebatan akan ditemukan

sebuah kesimpulan mengenai nilai-nilai dari materi dakwah yang

disampaikan. Setelah perdebatan dilakukan, masing-masing kelompok

(15)

12

atau individu menjalankan kegiatan dakwah sesuai dengan kesepakatan dan materi-materi pendukung ketika perdebatan berlangsung.

Sedangkan jika dilihat dari penggunaan sarana, metode dakwah dapat digolongkan dalam beberapa metode, diantaranya:

1) Dakwah Bil-Lisan, yaitu dakwah yang dilaksanakan dengan pendekatan ceramah, seperti kegiatan mimbar, majlis dan lain sebagainya.

2) Dakwah Bil-Kitab, yaitu dakwah yang dilakukan dengan menggunakan keterampilan tulis menulis berupa artikel maupun naskah akademik yang dimuat diberbagai media cetak maupun media elektronik.

3) Dakwah dengan alat elektronik, yaitu dakwah yang dilakukan dengan pemanfaatan alat elektronik seperti radio, televisi, komputer dan alat bantu lain yang mengusung fungsi elektronik.

4) Dakwah Bil-Hal, yaitu dakwah yang dilaksanakan melalui berbagai kegiatan secara langsung dan mampu mengakomodasi seluruh pengguna dan penerima manfaat kegiatan dakwah sesuai dengan materi dan nilai yang berlaku.

B. Bagan Kerangka Konseptual

(16)

13

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif analisis.

Pendekatan kualitatif deskriptif analisis adalah metode yang mendeskripsikan kondisi sosial suatu masyarakat guna menghasilkan informasi secara deskriptif sebagai suatu gambaran kondisi sosial serta melihat kondisi fakta di lapangan sebagai bukti keadaan yang sesungguhnya. Permasalahan pada objek penelitian kualitatif deskriptif analisis menjelaskan sebab-akibat, maksud dan latar belakang (Salim, 2001).

Penelitian kualitatif deskriptif analisis menggambarkan mengenai objek berupa data dan fakta penelitian secara menyeluruh. Data fakta atau fenomena dapat diambil dan ditinjau dari kegiatan serta aktivitas yang dijalani masyarakat maupun aktor-aktor yang berperan di dalamnya. Fakta yang terlihat dapat difahami oleh masyarakat secara umum sebagai modal awal dari peneliti. Data yang diambil peneliti dijadikan sebagai pijakan pengolahan data sehingga diharapkan dapat menggali informasi secara mendalam dan komprehensif.

Pemilihan metode kualitatif dengan penggalian data lapangan dilakukan untuk menemukan permasalahan secara mendalam, kemudian dilakukan analisis dengan perspektif yang akan menemukan jawaban atas setiap pertanyaan penelitian yang telah diuraikan pada pendahuluan dan rumusan masalah. Penggalian data dengan pendekatan kualitatif juga memberikan kebebasan peneliti dalam melakukan pendekatan terhadap informan penelitian yang berkemungkinan membutuhkan cara khusus dan terstruktur.

Penelitian ini juga menggunakan metodologi pendekatan partisipatoris namun dibatasi dengan kegiatan formal untuk penggalian data dan klarifikasi data.

B. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini dibagi menjadi sumber data primer dan sumber

data sekunder. Sumber data primer didapatkan langsung oleh peneliti di lapangan, baik

melalui wawancara maupun melalui observasi. Selain wawancara dan observasi peneliti

juga melakukan focus group discussion dengan beberapa orang yang memiliki

ketertarikan untuk membahas persoalan yang ada di Pesantren Waria. Banyak kegiatan

yang menjadi pusat perhatian, terutama mengenai kegiatan beribadah dan penggunaan

media sosial dalam menyebarkan konten dakwah bagi setiap santri.

(17)

14

Sumber data sekunder didapatkan dari penelusuran penelitian-penelitian yang terdahulu mengenai Pesantren Waria Senin Kamis. Data yang ditemukan berupa buku referensi dan hasil penelitian, jurnal, majalah dan tabloid dalam versi online sera beberapa dokumentasi dari berbagai komunitas pemerhati Pesantren Waria. Lembaga pemerintah dan swadaya masyarakat juga memiliki fokus terhadap kegiatan di Pesantren Waria ini, tentunya disesuaikan dengan visi misi unit masing-masing, seperti LSM di bidang gender dan keadilan, Dinas Pemberdayaan Masyarakat hingga komunitas mahasiswa dan pemuda pemerhati keadilan dan kesejahteraan komunitas rentan. Data-data dari lembaga- lembaga pemerhati kegiatan Pesantren Waria juga menjadi acuan dalam penulisan hasil penelitian guna sebagai data pendukung atau data sekunder yang menjadi pelengkap hasil penelitian.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data pada penelitian ini adalah observasi dan wawancara.

1. Observasi

Observasi digunakan dalam pengamatan terhadap kegiatan dan aktivitas masyarakat serta makna dari tindakan-tindakan yang dilakukan. Dengan menggunakan observasi, peneliti dapat menemukan fakta yang terdapat di lapangan melalui pengamatan langsung (Marshal dalam Sugiyono, 2010). Observasi dilakukan dalam rangka memperoleh informasi mengenai tingkah laku manusia seperti yang terjadi di lapangan. Metode observasi dapat juga dikatakan sebagai metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan (Bungin, 2011).

Observasi dilaksanakan sepanjang penelitian di lapangan. Observasi yang

dilakukan lebih mengarah pada pola kehidupan dan interaksi yang terdapat pada

masyarakat, dan tata kelola penyebaran dakwah di lingkungan pesantren waria. Untuk

penentuan fokus observasi, peneliti melakukan tahap dan penyusunan pola yang

dilaksanakan. Pertama dilakukan adalah mengenali kegiatan pesantren. Kegiatan

dakwah pesantren yang menjadi tujuan observasi adalah capaian-capaian yang

terdapat pada seluruh kegiatan dakwah di pesantren dan partisipasi yang merupakan

waria, baik dengan media online maupun dengan media lainnya.

(18)

15

2. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu metode dalam pengumpulan data yang dilakukan dengan menjalin komunikasi langsung antara peneliti dengan informan.

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian kualitatif menurut Patilima (2007) lebih mengarah pada pengertian bahwa peneliti mengajukan pertanyaan melalui susunan atau pedoman yang telah disiapkan sebelumnya. Pedoman wawancara menjadi modal untuk membangun komunikasi yang baik, guna mempermudah menemukan data yang diperlukan dalam penelitian. Wawancara dilakukan pada seluruh informan dengan model dan pendekatan yang disesuaikan dengan keadaan serta kebiasaan informan, seperti tempat wawancara, waktu wawancara, durasi wawancara, dan bahasa yang digunakan untuk wawancara.

Pada penelitian ini wawancara dilakukan dengan teknik snowball, dimana peneliti akan menemui informan sesuai dengan kebutuhan data ketika di lapangan.

Meskipun begitu, peneliti juga telah menentukan informan kunci dari penelitian ini.

Informan yang dijadikan kunci untuk tahap penggalian data awal adalah ketua pesantren waria. Ketua pesantren dijadikan sebagai sumber informasi untuk pengelolaan dan latar belakang didirikan pesantren. Kemudian untuk data lainnya peneliti akan memilih informan berdasarkan rekomendasi yang diberikan oleh ketua pesantren diiringi dengan analisis keutuhan data informasi. Semua data wawancara menjadi sumber data primer dalam penelitian ini sehingga peneliti melakukan pendekatan nonformal pada kegiatan rutin di pesantren.

D. Analisa Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode perbandingan tetap yaitu suatu analisa data yang secara tetap membandingkan satu datum dengan datum yang lain, dan kemudian secara tetap membandingkan kategori dengan kategori lainnya (Moleong, 2010). Proses analisis dalam penelitian ini mencakup :

1. Reduksi data, yaitu melakukan identifikasi data yang kemudian memberikan

kode pada setiap satuan agar dapat ditelusuri data satuannya bersal dari

sumber mana. Data primer dan data sekunder yang didapatkan di lapangan

dilakukan identifikasi untuk memilah mana data yang dapat mendukung

penelitian dan mana data yang tidak berkaitan dengan penelitian. Data yang

tidak berkaitan dengan penelitian dapat disimpan sementara atau dikumpulkan

(19)

16

pada file terpisah guna untuk data tambahan jika penelitian dilanjutkan dengan fokus yang berbeda.

2. Kategorisasi, yaitu memilah-milah setiap satuan ke dalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan. Lalu setiap kategori diberi label. Seluruh data yang didapatkan peneliti dilakukan kategorisasi dengan memberikan kode khusus untuk menjawab persoalan yang terdapat pad a rumusan masalah. Kegiatan ini membuat peneliti lebih mudah dalam mendeskripsikan hasil penelitian sesuai dengan tujuan penelitian yang diajukan.

3. Sintesisasi, yaitu mencari kaitan antara satu ketegori dengan kategori lainnya.

Selanjutnya peneliti melakukan pendekatan antar data untuk membuat sebuah sintesis sebagai bentuk jawaban dari permasalahan penelitian.

4. Menyusun pembahasan penelitian untuk menemukan teori substantif.

Hipotesis penelitian disusun dengan beberapa sintesis yang ditemukan agar menjawab seluruh permasalahan penelitian dengan komprehensif dan berimbang. Dalam menyusun hipotesis peneliti juga melakukan pendekatan dengan data-data serta temuan sehingga penjabaran penelitian menemukan suatu garis lurus antara permasalahan, pembahasan dan kesimpulan.

Selain proses analisis yang mencakup 4 tahap tersebut, penelitian ini juga menggunakan unsur metodis filosofis untuk melakukan peninjauan lebih lanjut secara mendalam. Unsur metodis tersebut adalah:

1. Verstehen, suatu metode untuk memahami objek penelitian melalui insight, einfuehlung serta empati dalam mengankap dan memahami makna kebudayaan manusia, nilai-nilai, simbol-simbol, pemikiran-pemikiran serta kelakuan manusia yang memiliki sifat ganda (Kaelan, 2005)

2. Interpretasi, metode untuk membuat suatu makna yang terkandung dalam realitas sebagai objek penelitian yang sulit ditangkap dan dipahami menjadi dapat ditangkap dan dipahami (Kaelan, 2005)

3. Hermeneutika, suatu metode untuk mencari dan menemukan makna yang

terkandung dalam objek penelitian yang berupa fenomena kehidupan

manusia, melalui pemahaman, dan interpretasi (Kaelan, 2005)

(20)

17

BAB IV. HASIL YANG TELAH DICAPAI A. Konten Dakwah Santri Waria

Kegiatan keseharian santri di Pondok Pesantren Waria Senin Kamis kurang lebih sama dengan kegiatan yang terdapat dipusat pembelajaran agama pada ummnya, seperti taman pendidikan berbasis agama seperti TPA/TPSA ataupun layaknya pusat pendidikan berbasis surau atau mesjid. Khusus kegiatan dakwah, santri waria sering mengadakan kegiatan pelatihan ibadah seperti sembahyang dan baca Qur’an. Kegiatan ibadah rutin dilakukan terpusat di pesantren dengan pendampingan oleh ustadz yang mendapat tugas mengiringi kegiatan. Kegiatan dakwah ini juga sudah berlangsung beberapa tahun yang lalu, atau lebih tepatnya semenjak pesantren berdiri.

Kegiatan dakwah yang sifatnya bukan ibadah harian, para santri waria membuat kegiatan rutin yang bersifat ilmiah, atau sering juga dikemas dalam bentuk kegiatan diskusi dan seminar. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan dengan kerjasama berbagai instansi dan komunitas dengan mengangkat tema-tema relevan dengan kehidupan para waria di tengah masyarakat, seperti kegiatan yang bertema konten feminisme dan kesetaraan gender, konten LGBT, dan beberapa kali menghadirkan juga konten-konten mengenai pluralisme.

1. Konten feminisme dan keadilan gender

Konten ini menjadi fokus kajian bagi santri waria dan beberapa lembaga yang memiliki ketertarikan dalam membahas bagaimana konsep feminisme dan kesetaraan gender yang dimiliki oleh kehidupan santri waria. Kegiatan ini banyak menghadirkan tokoh-tokoh feminisme dan gender baik dari Yogyakarta maupun luar daerah, bahkan beberapa pembicara berasal dari luar negeri.

2. Konten Lesbian Gay Biseks dan Transgender (LGBT)

Konten LGBT menjadi persoalan yang masih debatable di kalangan masyarakat

lingkungan pesantren sendiri. Pembahasan LGBT biasanya dilaksanakan lebih

hati-hati tentunya dengan bimbingan dari pemerhati LGBT. Pemerhati LGBT

yang berasal dari berbagai latar belakang, baik itu dari akademisi, teknokrat,

birokrat atau bahkan komunitas-komunitas masyarakat selalu memberikan ruang

gerak yang lebih luas untuk pembahasan konten-konten tersebut. Konten LGBT

banyak mendapat penolakan dari masyarakat karena dianggap sangat

bertentangan dengan ajaran agama yang dianut oleh para santri waria. Sejauh

(21)

18

penelusuran data di lapangan, seluruh santri waria menganut agama Islam dengan tata cara peribadatan.

3. Konten Pluralisme

Pluralisme sering dibahas pada forum-forum diskusi santri waria. Setiap hari Senin dan Kamis biasanya para santri mengikuti pengajian bersama ustadz yang bertugas. Pada kajian tersebut sering santri waria menyinggung masalah pluralisme, tentunya diskusi akan berlangsung baik dengan bimbingan ust adz yang kemudian semakin memperkokoh keyakinan santri untuk terus mendalami agama.

Secara konsisten kegiatan di Pesantren Senin Kamis masih dilaksanakan secara luring atau offline, namun perkembangan semenjak diberlakukan pembatasan sosial atau dikenal dengan istilah PSBB, kemudian dilanjutkan PPKM, santri waria sudah mulai melaksanakan kegiatan berdakwah dengan menggunakan media sosial agar seluruh santri bahkan masyarakat umum dapat menikmati seluruh kegiatan dakwah pesantren.

B. Penggunaan Media Sosial bagi Santri Waria

Media sosial digunakan untuk kegiatan berdakwah dimulai semenjak dunia dilanda pandemi, sehingga seluruh kegiatan yang sifatnya mengundang orang banyak dibatasi bahkan ditiadakan. Pada mulanya kegiatan di Pesantren Senin Kamis tetap bertahan dengan kegiatan yang dilaksanakan secara luring, namun seiring meningkatnya kasus covid-19 di Yogyakarta, terpaksa kegiatan di pesantren harus dibatasi termasuk kegiatan berdakwah.

Santri waria menggunakan media sosial untuk tetap menyelenggarakan kegiat an dakwah. Banyak perubahan bentuk kegiatan yang dilakukan untuk melaksanakan kegiatan yang sudah berjalan sebelumnya. Kegiatan-kegiatan yang dahulunya menghadirkan banyak orang dan pembicara, seperti seminar dan diskusi, saat ini harus dilakukan melalui platform media sosial atau media-media online lainnya. Hal ini awalnya menjadi kesulitan bagi santri waria selaku pelaksana kegiatan, namun akhirnya menjadi biasa dan kemudian kegiatan berdakwah tetap berjalan sesuai jadwal, bahkan banyak tambahan-tambahan kegiatan lainnya, tergantung situasi dan kondisi.

Media sosial yang kerap digunakan oleh santri waria dalam kegiatan berdakwah

yaitu Facebook, Twitter dan Instagram. Untuk saat ini, kegiatan dakwah hanya aktif

melalui Instagram karena Facebook dan Twitter tidak memiliki banyak anggota sehingga

(22)

19

tidak aktif dan tidak terurus. Instagram memiliki banyak follower atau pengikut, ditambah dengan account dibuat dengan terbuka sehingga siapa saja dapat mengakses konten.

Selain media sosial Instagram, kegiatan dakwah juga dilangsungkan melalui platform elektronik lain seperti YouTube, Zoom, dan Google Meet. Penggunaan aplikasi dalam kegiatan berdakwah disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan setiap kegiatan.

Kebutuhan kegiatan tentunya berdampak dari kesiapan dalam penggunaan media terlepas dari latar belakang kerjasama yang dilakukan untuk pelaksanaan suatu kegiatan dakwah.

YouTube, Zoom, dan Google Meet sudah digunakan dalam beberapa kegiatan, lebih tepatnya kegiatan yang bersifat seminar dan diskusi, namun juga pernah menggunakan live Instagram untuk kegiatan-kegiatan tertentu.

Kegiatan dakwah yang bersifat dokumentasi dan ajakan ibadah bagi masyarakat luas masih menggunakan platform eksternal. Hal ini dikarenakan masih belum diterimanya account khusus santri waria dalam menyebarkan konten dakwah. Banyak alasan yang dikemukakan masyarakat agar account waria tidak dijadikan sebagai media primer dalam menyebarkan konten dakwah. Konten dakwah yang dibuat santri waria disebarkan melalui account official yang dimiliki oleh komunitas atau lembaga swadaya masyarakat. penggunaan account official ini bertujuan agar penerimaan di masyarakat lebih terbuka meskipun konten yang diangkat berkaitan dengan santri waria maupun berkaitan dengan kegiatan Pesantren Senin Kamis.

Dukungan yang diberikan oleh komunitas-komunitas pemerhati feminisme dan keadilan gender merupakan bentuk apresiasi bagi komunitas santri waria yang telah berani melaksanakan kegiatan dakwah di tengah masyarakat, meskipun banyak resiko yang menanti. Banyaknya penolakan atau bahkan beberapa kasus seperti pelaporan account waria merupakan bentuk penolakan yang sangat nyata dari masyarakat.

Masyarakat mengaku khawatir ketika account-account tersebut dibiarkan menjadi sebuah

legitimasi untuk kehidupan beragama waria, sementera di dalam agama yang dianut waria

tidak membenarkan adanya kehidupan waria meskipun mereka berdakwah dan

melakukan kebaikan. Dari persoalan inilah muncul gagasan untuk menyebarkan konten

dakwah melalui account official lembaga atau komunitas agar tidak menjadi persoalan di

kemudian hari, baik bagi santri waria maupun bagi warga masyarakat sekitar.

(23)

20

BAB V. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

Setelah menemukan beberapa hasil penelitian, peneliti akan melakukan beberapa tahap untuk penyempurnaan penelitian. penyempurnaan penelitian akan dilaporkan sebagai bentuk output dan outcomes penelitian, seperti laporan penelitian lengkap berbasis standar biaya keluaran, pencatatan HKI, dan penerbitan artikel pada jurnal terakreditasi nasional. Rencana yang akan peneliti lakukan untuk tahap selanjutnya yaitu:

1. Melakukan analisis lebih mendalam, baik dengan melakukan perbandingan dan triangulasi data penelitian maupun pengembangan lebih lanjut mengenai hasil penelitian hingga seluruh permasalahan penelitian dapat terjawab dan diuraikan.

2. Melakukan Focus Group Discussion lanjutan untuk pendalaman data temuan penelitian di lapangan. FGD dilakukan dengan beberapa ahli di bidang kegiatan dakwah waria atau yang pernah melakukan penelitian di Pesantren Waria Senin Kamis Yogyakarta.

3. Melakukan pengumpulan data jika masih diperlukan. Kegiatan ini berfungsi untuk mencukupi data penelitian jika di kemudian hari diperlukan. Untuk sementara waktu, data-data tambahan yang didapatkan dikumpulkan dan diklasifikasikan kembali sesuai dengan kebutuhan penelitian.

4. Membuat laporan penelitian secara lengkap dan komprehensif sehingga menjadi layak sebagai sebuah laporan penelitian berbasis standar biaya keluaran.

5. Merancang hasil penelitian dalam format artikel atau jurnal untuk segera

diterbitkan di jurnal nasional terakreditasi.

(24)

21

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abd.Rauf, A. K.S. 1987. Dirasah Fil Dakwah Al-Islamiyah. Kairo: Der Al-Tiba’ah Al- Mahmadiyah.

Ahmad, A. 1985. Dakwah Aktual. Yogyakarta: PLP2M.

Akhsani, A. 2009. Pendidikan Agama Islam di Pesantren Waria Senin-Kamis.

Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga.

Ali, A. M. 1981. Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini. Jakarta: Rajawali Press.

Basit, A. 2013. Filsafat Dakwah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Bungin, B. 2011. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Penerbit Kencana.

Darussalam, G. 1996. Dinamika Ilmu Dakwah Islamiyah. Malaysia: Nur Niaga SDH BHD.

Endraswara, Suwardi. 2006. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Fadi, V., & Azeharie, S. S. 2020. Persepsi Masyarakat Terhadap Kelompok Waria Pesantren. Koneksi, 4 (1). 58-65.

Gelarina, D. 2016. Proses Pembentukan Identitas Sosial Waria di Pesantren Waria Al- Fatah Yogyakarta. Jurnal Kajian Interdisipliner, 1 (1). 31-59.

Habibi, D. Y. 2010. Pesantren Waria Senin-Kamis Notoyudan Pringgokusuman Gedungtengen Yogyakarta (Studi Pertumbuhan dan Perkembangannya).

Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga.

Hafinudin, D. 1998. Dakwah Aktual. Jakarta: Gema Insani Press.

Isnaini. 2010. Bimbingan Konseling Islam di Pondok Pesantren Waria Senin-Kamis.

Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga.

Kaelan. 2009. Filsafat Pancasila. Yogyakarta : Paradigma

Mairifah, A. 2014. Pemberdayaan Mental Waria di Pesantren Senin-Kamis Notoyudan Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga.

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda Munifah, S. 2017. Solidaritas Kelompok Minoritas dalam Masyarakat (Studi Kasus

Kelompok Waria di Pondok Pesantren Waria Al-Fatah Yogyakarta). Jurnal Sosiologi Agama, 11 (1). 109-118.

Nafi, M. D. et al. 2007. Praksis Pembelajaran Pesantren. Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara.

Nurhidayati, T. 2010. Kehidupan Keagamaan Kaum Santri Waria Al-Fatah Senin-Kamis di Pesantren Waria Notoyudan Yogyakarta. Jurnal Falasifa, 1 (1). 59-74.

Patilima, H. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Rafiudin., & Jalil, M. A. 1997. Prinsip dan Strategi Dakwah. Bandung: CV Pustaka Setia Safri, A. N. 2014. Pesantren Waria Senin-Kamis Al-Fatah Yoyakarta: Sebuah Media

Eksistensi Ekspresi Keberagamaan Waria. Esensia, 15 (2). 251-260.

Salim, A. 2001. Teori Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sukayat, T. 2009. Quantum Dakwah. Jakarta: Rineka Cipta.

Supriadi, E. 2014. Kekuasaan Kyai dalam Komunitas Pesantren Khusus Waria Senin- Kamis Al-Fatah Notoyudan Pringgokusuman Gedungtengen Yogyakarta. Jurnal Ilmiah Sosiologi Agama, 6 (1). 23-36.

Usman, H., el al. 2008. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

(25)

22

CATATAN HARIAN PENELITIAN

No Tanggal Kegiatan

1 03 Juni 2021 Catatan: persiapan penelitian dilakukan dengan melakukan revisi proposal penelitian dan menyiapkan kontrak penelitian.

Dokumen Pendukung: proposal penelitian yang telah direvisi, kontrak penelitian.

2 11 Juni 2021 Catatan: melakukan penyusunan instrumen wawancara dengan beberapa narasumber.

Dokumen Pendukung: instrumen wawancara.

3 12 Juli 2021 Catatan: melakukan wawancara dengan ketua Pondok Pesantren Waria Senin Kamis.

Dokumen Pendukung: dokumentasi wawancara, hasil/transkrip wawancara.

4 12 Juli 2021 Catatan: melakukan observasi kegiatan-kegiatan yang ada di Pesantren Waria Senin Kamis.

Dokumen Pendukung: dokumentasi kegiatan.

5 13 Juli 2021 Catatan: melakukan wawancara dengan santri waria di Pondik Pesantren Waria Senin Kamis.

Dokumen Pendukung: dokumentasi wawancara, hasil/transkrip wawancara.

6 14 Juli 2021 Catatan: melakukan wawancara dengan ustadz dan pengajar di Pesantren Waria Senin Kamis.

Dokumen Pendukung: dokumentasi wawancara, hasil/transkrip wawancara.

7 15 Juli 2021 Catatan: melakukan wawancara dengan masyarakat sekitar Pesantren Waria Senin Kamis.

Dokumen Pendukung: dokumentasi wawancara,

hasil/transkrip wawancara.

(26)

23

No Tanggal Kegiatan

8 20 Juli 2021 Catatan: melakukan observasi kegiatan santri waria melalui media sosial dan platform internet lainnya mengenai kegiatan dakwah waria.

Dokumen Pendukung: dokumentasi observasi.

9 22 Juli 2021 Catatan: melakukan Focus Group Discussion dengan beberapa ahli (Akademisi, lembaga sosial pemerhati feminisme, dinas sosial, dan pusat studi gender).

Dokumen Pendukung: dokumentasi FGD, poin-poin diskusi.

10 25 Juli 2021 Catatan: melakukan Focus Group Discussion dengan beberapa ahli (peneliti gender, CSR PT PLN Persero, dan pekerja sosial).

Dokumen Pendukung: dokumentasi FGD, poin-poin diskusi.

11 29 Juli 2021 Catatan: melakukan pengumpulan dan klasifikasi data hasil wawancara, observasi dan FGD kemudian melakukan sinkronisasi data.

Dokumen Pendukung: data penelitian.

12 30 Juli 2021 Catatan: melakukan analisis data tahap awal kemudian membuat sebuah gambaran tentang jawaban permasalahan penelitian.

Dokumen Pendukung: analisis data.

13 09 Agustus 2021 Catatan: pembuatan laporan progress penelitian atau laporan antara penelitian berbasis satndar biaya keluaran.

Dokumen Pendukung: laporan antara.

(27)

24

LAMPIRAN Lampiran 1. Instrumen Wawancara

Daftar Pertanyaan A. Ketua Pesantren Waria

1. Bagaimana sejarah berdirinya Pesantren Waria Senin Kamis?

2. Dari mana saja waria yang menjadi santri di Pesantren Waria Senin Kamis?

3. Bagaimana kegiatan beribadah santri waria di Pesantren Waria Senin Kamis 4. Apa hambatan santri waria dalam menjalankan dakwah d an kegiatan ibadah?

5. Bagaimana santri waria menggunakan media sosial dalam berdakwah?

6. Bagaimana tanggapan ketua mengenai feminisme dan gender dijadikan sebagai bahasan utama untuk kajian waria?

7. Bagaimana menurut ketua terhadap persoalan LGBT di masyarakat?

8. Bagaimana tanggapan masyarakat sekitar mengenai kegiatan dakwah di Pesantren Waria Senin Kamis?

9. Bagaimana hubungan Pesantren Waria Senin Kamis dengan lembaga-lembaga atau komunitas-komunitas pemerhati gender?

10. Bagaimana langkah selanjutnya untuk meningkatkan kegiatan dakwah untuk santri waria ke depannya?

B. Santri Waria

1. Apa hambatan santri waria dalam menjalankan dakwah dan kegiatan ibadah?

2. Bagaimana santri waria menggunakan media sosial dalam berdakwah?

3. Bagaimana tanggapan saudara mengenai feminisme dan gend er dijadikan sebagai bahasan utama untuk kajian waria?

4. Bagaimana menurut saudara terhadap persoalan LGBT di masyarakat?

5. Bagaimana tanggapan masyarakat sekitar mengenai kegiatan dakwah di Pesantren Waria Senin Kamis?

6. Bagaimana hubungan Pesantren Waria Senin Kamis dengan lembaga-lembaga atau komunitas-komunitas pemerhati gender?

7. Apa media sosial yang sering digunakan dalam menyebarkan konten dakwah?

8. Apa alasan dari pemilihan media sosial tersebut untuk berdakwah?

(28)

25

9. Apa halangan dalam menggunakan media sosial dalam berdakwah?

10. Apa harapan dari santri untuk pengembangan kegiatan dakwah pesantren?

C. Ustadz dan Pengajar di Pesantren Waria

1. Bagaimana sejarah berdirinya Pesantren Waria Senin Kamis?

2. Apa saja kegiatan ibadah yang dilakukan oleh santri waria?

3. Seperti apa kegiatan dakwah yang dilakukan oleh santri waria?

4. Muatan dakwah apa yang selalu ditanamkan dalam pengajian rutin waria?

5. Bagaimana tanggapan masyarakat sekitar mengenai kegiatan dakwah waria di Pesantren Senin Kamis?

6. Bagaimana keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan dakwah di Pesantren Waria Senin Kamis?

7. Bagaimana tanggapan saudara mengenai kajian feminisme, gender dan LGBT di Pesantren?

8. Bagaimana kegiatan santri waria dalam memanfaatkan teknologi media sosial dalam menyebarkan konten dakwah

9. Bagaimana hubungan Pesantren Waria Senin Kamis dengan lembaga-lembaga atau komunitas-komunitas terkait?

D. Masyarakat Sekitar Pesantren Senin Kamis

1. Bagaimana sejarah berdirinya Pesantren Waria Senin Kamis?

2. Bagaimana pandangan saudara mengenai kegiatan dakwah di Pesantren Waria Senin Kamis?

3. Bagaimana hubungan santri waria dengan masyarakat sekitar pesantren?

4. Bagaimana pandangan saudara mengenai dakwah yang dilakukan oleh santri waria di media sosial?

5. Apa saja kegiatan santri waria yang bisa diikuti oleh masyarakat umum?

6. Bagaimana pandangan saudara mengenai kegiatan beribadah di Pesantren Waria Senin Kamis?

7. Bagaimana tanggapan saudara terhadap dukungan kelompok atau komunitas terhadap kegiatan dakwah santri waria?

8. Apa harapan saudara terhadap Pesantren Waria Senin Kamis ke depannya?

(29)

26

Lampiran 2. Daftar Nama Santri Waria

No Nama Asal Komunitas Status Santri

1 Maryani Notoyudan Waria Tetap

2 Tika Aurora Yogyakarta Waria Tetap

3 Alda Novika Yogyakarta Waria Tidak tetap

4 Wulan Tasikmalaya Waria Tetap

5 Urmila Sidomulyo Waria Tidak tetap

6 Gita Melodi U Yogyakarta Waria Tidak tetap

7 Kusuma Ayu R H Yogyakarta Waria Tetap

8 Tuti Kricak Waria Tidak tetap

9 Yessi Panda Kricak Waria Tidak tetap

10 Yetti R Badran Waria Tidak tetap

11 Desta Miranda Jombor Waria Tidak tetap

12 Shinta Lastri Kota Gede Waria Tetap

13 Mama Uki Jakal Gay Tetap

14 Ayu Yogyakarta Waria Tidak tetap

15 Jamila Kebumen Waria Tidak tetap

16 Mimin Kebumen Waria Tidak tetap

17 Inez Solo Waria Tidak tetap

18 Lili Jakarta Waria Tidak tetap

19 Tutik Medan Waria Tidak tetap

20 Ari Yogyakarta Waria Tidak tetap

21 Yessi Solo Waria Tidak tetap

22 Arista Mega Yogyakarta Waria Tetap

23 Bili Yogyakarta Gay Tetap

Sumber: data penelitian

Lampiran 3. Daftar Ustadz dan Pengajar Pesantren

No Nama No Nama

1 Aji 11 Aus Cengko

2 H. Seno Pujo 12 Bambang

3 H. Andrian 13 Joko

4 Budi Priyanto 14 Marsono

5 Umar 15 Heri

6 Maryono 16 Adnan

7 Susiyanto 17 Edi

8 Gandung 18 Sutrisno

9 Aris 19 Agus

10 Andi 20 Irfan

Sumber: data penelitian

(30)

27

Lampiran 4. Dokumentasi Wawancara

Sumber: dokumentasi penelitian

Lampiran 5. Dokumentasi Focus Group Discussion

Sumber: dokumentasi penelitian

(31)

28

Lampiran 6. Dokumentasi Kegiatan Dakwah di Pesantren Waria

Sumber: dokumentasi penelitian

(32)

29

Lampiran 7. Dokumentasi Penggunaan Media Sosial Santri Waria

Sumber: dokumentasi penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Gagne, Wager, Goal, & Keller [6] menyatakan bahwa terdapat enam asusmsi dasar dalam desain instruksional. Keenam asumsi dasar tersebut dapat dijelaskan

Tujuan proyek ini adalah untuk membuat sistem informasi berbasis desktop yang berfungsi untuk memudahkan proses pendataan/penyimpanan informasi entitas yang ada di dalam sekolah

Ruang lingkup penelitian ini adalah kajian ilmu hukum pidana, yang berkaitan dengan peranan Kepolisian dalam proses penyidikan terhadap tindak pidana perampokan

Diantara respon negative adalah berdasarkan komentar beberapa mahasiswa yang menyatakan bahwa mengikuti perkuliahan secara daring terkenda dalam berbagai aspek diantaranya

Model RSA RANPUR roda rantai yang telah dibuat dapat menghasilkan energy listrik dan perancangan rodagigi, poros dan tuas penggerak model RSA aman terhadap gaya-gaya yang

Gambar 5.Diagram Perbandingan Hasil Pengujian Modulus Elastisitas Lentur Kayu Lontar Berdasarkan Lendutan Izin Dengan Kuat Acuan Berdasarkan Kode Mutu Pada SNI 7973-2013 Perbandingan

Sifat penata yang senang menyendiri, tidak percaya diri dan suka memendam perasaan merupakaan watak yang terdapat pada watak melankolis yang sempurna dan

Jadi dalam penelitian ini fenomena yang akan diteliti adalah mengenai keadaan penduduk yang ada di Kabupaten Lampung Barat berupa dekripsi, jumlah pasangan usia