PENGARUH PENCAMPURAN BIODIESEL-MINYAK DIESEL TERHADAP EMISI GAS BUANG
Oleh:
I K.G. Wirawan A. Ghurri W.N. Septiadi
Disampaikan pada Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin 4 - 5 Oktober 2018
Disampaikan pada Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin 4 - 5 Oktober 2018
Kebutuhan minyak bumi yang semakin besar perlu
diantisipasi mencari sumber energi alternatif.
Penggunaan minyak bumi untuk kendaraan bermotor
meningkatkan risiko
kesehatan gas buang sisa pembakaran menghasilkan gas-gas yang berbahaya
PENDAHULUAN
Disampaikan pada Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin 4 - 5 Oktober 2018
Minyak goreng bekas Minyak bekas ini sering disebut minyak jelantahsalah satu bahan baku biodiesel.
Minyak jelantah ini diperoleh di dapur hotel maupun restauran dan ketersediaanya berlimpah. Minyak jelantah merupakan limbah sehingga berpotensi mencemari lingkungan perlu pengolahan lebih lanjut menjadi biodiesel
Sedikit sekali studi-studi minyak goreng bekas proses penggorengan makanan digunakan sebagai biodiesel
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
menyelidiki pengaruh pencampuran biodiesel-diesel
terhadap emisi gas buang.
Disampaikan pada Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin 4 - 5 Oktober 2018
Penelitian ini menggunakan 5 macam variasi bahan bakar yaitu minyak diesel (B0), biodiesel murni (B100), minyak diesel+biodiesel 12,5%v/v (B12.5), minyak diesel+biodiesel 15%v/v (B15), dan minyak diesel+biodiesel 17,5% (B17.5). Minyak diesel digunakan sebagai bahan bakar dan diperoleh di Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU). Biodiesel minyak jelantah diperoleh dari Yayasan Lengis Hijau yang beralamat di jalan Cargo Sari nomor 4x Ubung Kaja Denpasar
METODE PENELITIAN
Gas Analyzer digunakan untuk mengukur kandungan CO, CO
2, dan
HC, sedangkan Smoke Tester digunakan untuk mengukur opacity.
Disampaikan pada Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin 4 - 5 Oktober 2018
Pengujian emisi gas menggunakan 5 macam variasi yaitu B0, B100, B12,5, B15, dan B17.5. Putaran mesin divariasikan pada 1000, 1500, 2000, 2500, 3000, 3500, 4000 dan 4500 rpm. Parameter yang diukur adalah kandungan CO, CO
2, HC dan smoke opacity
Langkah pengujian ini: (i) memastikan peralatan uji sudah siap dan
posisi aman, (ii) melakukan pengujian awal menggunakan bahan
bakar biodiesel murni (B100) pada putaran 1000 rpm, (iii)
menghidupkan mesin uji selama 5 -10 menit, agar mesin dalam
keadaan steady.(iv) memasang alat gas analyzer dan smoke tester
pada exhaust mesin uji dan catat kandungan emisi gas buangnya. (v)
mengulangi langkah i-iv dengan memvariasikan putaran mesin 1500
sampai 4500 rpm. (vi) mengulangi langkah i-v untuk variasi bahan
bakar B0, B12.5, B15, B17.5
Disampaikan pada Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin 4 - 5 Oktober 2018
HASIL DAN PEMBAHASAN
Disampaikan pada Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin 4 - 5 Oktober 2018
Karbon monoksida CO terbentuk karena kurangnya oksigen di dalam reaksi dengan bahan bakar pada saat proses pembakaran. Emisi CO bahan bakar diesel (B0) dihasilkan lebih besar dari biodiesel murni (B100) maupun campuran B12.5, B15 dan B17.5. Setiap penambahan persentase campuran biodiesel-diesel (v/v) pada putaran mesin konstan, maka terjadi fluktuasi kandungan emisi CO. Fluktuasi emisi CO untuk B12.5, B15, dan B17.5 adalah karena adanya oksigen dalam struktur molekul campuran bahan bakar biodiesel yang sangat membantu untuk pembakaran yang lebih baik, sehingga mengurangi emisi CO
KANDUNGAN EMISI GAS CO
Disampaikan pada Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin 4 - 5 Oktober 2018
Bahan bakar diesel (B0) mempunyai kandungan emisi gas CO2 paling tinggi dibandingkan dengan B12.5, B15, dan B17.5.Besarnya pengurangan kandungan emisi CO2 masing-masing sebesar 1.78 - 3.97% v/v, 0.90 – 4.17% v/v dan 1.45 – 4.07% v/v.
Sedangkan kenaikan putaran sampai pada 2500 rpm, bahan bakar campuran biodiesel-diesel memiliki kecenderungan naik, namun kemudian cenderung turun sampai pada putaran 4500 rpm. Penurunan ini disebabkan karena udara yang masuk ke dalam ruang bakar tidak sempat bereaksi secara sempuma dengan bahan bakar. Proses reaksi pembakaran ini disebabkan juga oleh CO2 terdisosiasi menjadi CO dan oksigen akibat suhu yang tinggi.
KANDUNGAN EMISI GAS CO2
Disampaikan pada Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin 4 - 5 Oktober 2018
Hidrokarbon (HC) dapat terbentuk karena adanya molekul hidrogen dan karbon dalam bahan bakar yang tidak terbakar sempurna (unburned). Emisi HC sangat sedikit terproduksi, emisi HC dengan berat molekul yang kecil juga terproduksi di sekitar api karena adanya proses dekomposisi termal.
Akan tetapi karena radikal H yang terkandung dalam hidrokarbon berubah menjadi H2O, atom C yang terkandung dalam hidrokarbon berubah menjadi CO dan selanjutnya teroksidasi dengan CO2, maka produksi HC dan jelaga sangat sedikit. Sebaliknya pada kondisi kekurangan udara, HC tidak banyak berubah menjadi CO dan H2O, sehingga HC dikeluarkan dalam bentuk awalnya atau dalam bentuk serbuk karbon.
KANDUNGAN HYDROCARBON (HC)
Disampaikan pada Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin 4 - 5 Oktober 2018
terjadi kecenderungan fluktuatif pembentukan emisi HC pada masing-masing persentase campuran pada putaran konstan.
Pada bahan bakar B12.5, B15 dan B17.5, kenaikan putaran diikuti oleh peningkatan kandungan HC. Selain yang disebutkan di atas, emisi HC juga dapat terbentuk karena temperatur yang rendah pada daerah dinding silinder, sehingga pada temperatur tersebut tidak mampu melakukan proses pembakaran.
Produksi CO yang tinggi pada B12.5, B15 dan B17.5 adalah karena pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna dan semakin diperparah oleh kehadiran CO dalam bahan bakar. Selain itu, pembakaran tidak sempurna adalah faktor yang menyebabkan hidrokarbon tidak terbakar memiliki waktu tinggal yang pendek untuk bereaksi membentuk CO.
Disampaikan pada Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin 4 - 5 Oktober 2018
Opasitas asap menunjukkan derajat kegelapan dan tembus pandang tidaknya suatu emisi gas buang. Semakin tinggi opasitasnya, artinya semakin tinggi
persentase tidak tampaknya suatu benda akibat emisi gas buang ini. Partikulat ini terutama terdiri dari jelaga, yang proses terjadinya secara ringkas adalah pada kondisi dimana HC kurang oksigen dalam kondisi temperatur tinggi akan
mengalami dekomposisi termal dan kemudian terjadi
SMOKE OPACITY
Disampaikan pada Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin 4 - 5 Oktober 2018
B12.5, B15 dan B17.5 memiliki nilai kalor yang lebih rendah dari B0. Campuran bahan bakar ini memperpanjang penundaan pengapian dan waktu untuk membentuk campurannya menjadi baik, sehingga mengurangi kegelapan asap (smoke opacity) [20]. Dari Tabel 4 terlihat bahwa opasitas asap dari semua jenis bahan bakar cenderung naik dengan bertambahnya putaran mesin, seperti pada Gambar 8.
Pada bahan bakar B12.5, B15 dan B17.5, opasitas asap memiliki kecenderungan fluktuatif karena tidak terjadi perbedaan yang signifikan pada putaran pada putaran konstan. Pada putaran 1000 dan 1500 rpm, opasitas asap belum muncul. Setelah putaran mesin dinaikkan hingga 4500 rpm, opasitas asap mengalami peningkatan secara linier seperti grafik pada Gambar 9.
Disampaikan pada Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin 4 - 5 Oktober 2018
Peningkatan campuran biodiesel-diesel B12.5, B15, dan B17.5 menghasilkan penurunan gas CO, CO2 dan HC pada putaran rendah. Opasitas asap tidak dihasilkan pada putaran 1000 dan 1500 rpm. Putaran menengah 2500 rpm menghasilkan penurunan gas CO, HC dan opasitas asap, tetapi CO2 yang dihasilkan mengalami peningkatan. Putaran tinggi 4500 rpm menghasilkan CO berfluktuasi, CO2 relatif konstan, HC fluktuatif dan opasitas asap meningkat.
KESIMPULAN
Disampaikan pada Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin 4 - 5 Oktober 2018
~ -
Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin (STTMN) XVII
Diberikan kepada
I Ketut Gede Wirawan
Atas partisipasinya sebagai
Pemakalah
"Pengaruh Pencampuran Biodiesel-Minyak Diesel terh_adap Emisi Gas Buang"
Diselenggarakan oleh Program Studi Teknik Mesin S-1 Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana
Kepala Program Studi FST-UNDANA
Dr. Jefri S. llitrn, S.T., M.Eng.
NIP. 19790421 200501 1 002
Kupang, 4-5 Oktober 2018
Ketua Pelaksana SNTTM-XVII
~
-
Sesi Pararel I
Ruang Tabalolong 2
NO WAKTU JUDUL MAKALAH
l 13.00-13.10 Tensile Strength Test Of Material Com12osite Of Coconut Coir Fiber By Using Polyester Resin BQTN 157 (ASTM D l 03 7-99) 2 13.10-13.20 Effect Of Temperature And Casting ComEosition Of Al-Bottom Ash Composite To The Grain Deformation In The Footstep Casting 3 13.20-13.30 Effect of Zeolite Addition on The Tensile Strength of Polypropylene as Injection Molding Product
IC.V 13.30-13.40 Enhancement of qsteoconductivitJ: ofTNTZ bJ: Hydrothermal Treatment 5 13.40-13.50 Finite Element Modeling of Pit Growth on Stainless Steel Materials
6 13 .50-14.00 Improving; The Fiscal And Mechanical Pro12crties Of Al-Si Hypoeutectic AllOJ:S With Carbide Particle Addition (SiC/f2) 7 14 00-14.10 _Increased Surface Hardness Of Aluminur!~'.l.!E0_ Co1~ositcThrougli The Ceramic Coating Process
--·----
8 14.10-14.20 - - -~Lo~ CJ:cle Fati~An'!_~js of~n Ann~-~~-~-!2.!~.!__=1_122_~eel_
9 14.20-1430 Modification of Coconut Shell Polypropylene Composite as Pipe Material
uo) 14.30-14.40 Peat Firing Foaming Agent Selection from Fatty Acid Palm Oil Saponification Results with Simple Additive Weighting Method 11 14.40-14.50 Synthesis and Characterization ofMechanical Properties of Sand Mold Metal Casting Based on Recycle Sand with Addition ofResin 12 14.50-15.00 Effect of Bamboo Fiber Volume Fraction on The Density, Bending and Compressive Strength of Sandwich Composite With Opened
Cell Bamboo-Polyurethane Foam Core
~ ,.,,., .. , ... 1,-$,JI.(····· fl • ~ .. ..w ... ,,. ~, .. ,,"·· ·«·'""' ·.'G~'ffeerf3f'r""''"''''· ·''' """ '"·' .... ...
_, ~·· ,·'< .• -{, _,['.:;';"~~""''- "'" ...
'" "' '""' ' "C '~.---·F''""-~' -';;:·:·:,.',·.:-"": ,. __ ;;._,_-:, ... ,:o.
13 15.30-15.40 The Effect of Pour Temperat~re and Cooling Media on PorositJ: and Hardness of AJ-12.6%Si AllOJ: Using Wet Sand Mold Casting 14 15.40-16.50 The Effect of Welding Trip on Weld Strengtl'.._ of Friction Stir Welded of Butt Joint AA5052-AA5052 and Lap Joint AA 1100-Acrylic 15 15.50-16.00 The Effectiveness Of Sound Absor12tion Levels Of Coir Sheet Without Adhesive Elements Added
16 16.10-16.20 Variasi Jenis Serat Batang Pisang Untuk Bahan Komposit Terhadap Kekuatan Tarik
17 16.20-16.30 Pengembangan Desain Model Prototipe !\~~~leaner Sto~c~ Waler ,,,
18 16.30-1640 Pengaruh Pencampuran Biodicsel-MinJ:ak Dil!scltcl'iiadap Emisi Gas l3uang__ \ /
-· 19 16.40-16.50 Study Of Solar Energy Utilization ln Kotabaru Dislricts 1\s Rc11ewable Allernalive Energy Sources Based On Photovoltaics Cells
For Simple House At Remote Areas
20 16.50-17.00 Numerical Study of Fluid Flow Through Obstacle and Fins in Duct With Variation of Fins Dimensions and Fins Distance Variations on Obstacle Against the Performance of Solar Collector