• Tidak ada hasil yang ditemukan

CAMPUR KODE MASYARAKAT BATAK TOBA DI PASAR PORSEA KECAMATAN PORSEA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "CAMPUR KODE MASYARAKAT BATAK TOBA DI PASAR PORSEA KECAMATAN PORSEA."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

CAMPUR KODE MASYARAKAT BATAK TOBA

DI PASAR PORSEA KECAMATAN PORSEA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Oleh

RUBEN SITORUS

NIM 2113210028

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Puji Tuhan dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

atas berkat dan rahmatNyalah, skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi

ini berjudul “Campur Kode Masyarakat Batak Toba di Pasar Porsea Kecamatan Porsea”. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Sastra.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan Skripsi ini banyak

mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai

pihak, kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu, dengan

segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr.Syawal Gultom M.Pd., Rektor Universitas Negeri Medan

2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni

3. Drs. Syamsul Arif, M.Pd., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia

sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan arahan

dalam penulisan skripsi ini.

4. S. Fahmy Dalimunthe. S.Sos., M.I.Kom., Sekretaris Jurusan Bahasa dan

Sastra Indonesia.

5. Dr. Wisman Hadi, M.Hum., Ketua Program Studi Sastra Indonesia.

6. Drs. Malan Lubis, M.Hum., Dosen Pembimbing Akademik.

7. Fitriani Lubis,S.Pd.,M.Pd., dan Suprakisno, S.Pd.,M.Pd., Dosen Pengarah.

(7)

iii

9. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis, Mahiden Sitorus dan Nursita

Manurung atas segala doa, kasih sayang dan dukungan yang diberikan selama

ini sehingga penulis dapat menyelesaikan studi S1.

10.Kepada kakak terkasih (Martha Marlina br Sitorus) dan abang ipar (Tonni

Haloho) yang membantu penulis dari segi materi dan mendoakan penulis.

11.Saudara-saudara penulis, Power Sitorus, Maju Darwin Sitorus, kakak Incah br

Sitorus, Iwan Julkifli Sitorus dan adik penulis satu-satunya Supriady Sitorus

yang selalu memberi semangat dan dukungan selama penyelesaian skripsi ini.

12.Teman-teman seperjuangan Nondik 2011 yang telah mendukung penulis dan

memberikan semangat kepada penulis, Ebenezer Simorangkir, Iren

Rajagukguk, Listy Arini Hutauruk, Domi Siburian, Oktavius Sembiring, Boy

Syaputra Surbakti, Adnan Nasution, dan yang lainnya.

13.Teman-teman satu kos penulis, Erwin, Abednego, Josua, Elprida, Lidya, dan

Desi, atas segala motivasi yang diberikan.

14.Kepada seluruh jemaat GSRI Serdang Medan yang selalu membimbing dan

mendoakan penulis selama menjalani proses perkuliahan.

15.Kepada bapak Camat Kecamatan Porsea yang telah memberikan izin untuk

melakukan penelitian kepada penulis.

Biarlah kiranya Tuhan Yang Maha Esa yang membalas kebaikan berupa

berkat kemudahan.Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.

Medan, September 2015 Penulis,

(8)

ABSTRAK

Ruben Sitorus. NIM 2113210028. Campur Kode Masyarakat Batak Toba di Pasar Porsea Kecamatan Porsea. Skripsi. Program Studi Sastra Indonesia/S-1. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Medan, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui wujud dan faktor penyebab terjadinya campur kode dalam percakapan masyarakat Batak Toba di pasar Porsea Kecamatan Porsea. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah dengan teknik rekam, simak, dan pilah. Teknik analisis data adalah mengidentifikasi data, mentraskrip data ke dalam bentuk tulisan, mendeskripsikan data, kemudian mengemukakan faktor penyebab campur kode, selanjutnya memberikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan 4 (empat) wujud campur kode dalam masyarakat Batak Toba di pasarPorseayaitu, penyisapanberwujud kata, penyisapanberwujudfrasa, penyisipan berwujud kata ulang, dan penyisipan berwujud ungkapan atau idiom. Faktor penyebab terjadinya campur kode masyarakat Batak Toba di pasar Porsea adalah faktor kebiasaan, tidak adanya padanan kata yang tepat, adanya keinginan untuk menjelaskan, dan adanya keinginan penutur untuk lebih prestise.

(9)

iv

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK……….. i

KATA PENGANTAR………....…..………. ii

DAFTAR ISI...…………...……….... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PERTANYAAN PENELITIAN ... 8

A. Landasan Teoretis... ... 8

1. Pengertian Sosiolinguistik... 8

2. Kedwibahasaan... 10

3. Kode ... 12

4. Alih Kode... 13

5. Campur Kode... 14

6. Faktor-faktor Penyebab Campur Kode………. 18

(10)

8. Etnik Batak Toba……….………... 22

9. Bahasa Batak Toba... 23

10. Masyarakat Batak Toba….………... 24

11. Situasi Sosiologis di pasar Porsea Kecamatan Porsea... 25

B. Kerangka Berpikir... 26

C. Pertanyaan Penelitian………. 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 28

A. Lokasi dan Waktu Penelitian………... 28

B. Subyek dan Obyek Penelitian ... 28

C. Metode penelitian ... 29

D. Instrumen Penelitian ... 29

E. Teknik Pengumpulan Data………. 30

F. Teknik Analisis Data ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN….……..……. 32

A. Hasil Penelitian... 32

1. Wujud campur kode masyarakat Batak Toba di pasar porsea Kecamatan Porsea... 32

2. Faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode masyarakat Batak Toba di pasar porsea Kecamatan Porsea... ... 37

B. Pembahasan... ... 40

BAB V SIMPULAN DAN SARAN………. 55

(11)

vi

B. Saran……… 55

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan alat komunikasi yang menjadi bagian vital dalam

kelangsungan hidup manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berinteraksi

dan bertukar informasi dengan sesamanya. Berbagai ragam bahasa digunakan oleh

manusia di dalam kehidupan mereka. Bagi masyarakat Indonesia, bahasa

Indonesia menjadi bahasa persatuan dalam berkomunikasi.

Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku dan etnis. Setiap suku tersebut

masing-masing mempunyai kebudayaan dan bahasa yang berbeda. Dalam

keberagaman suku ini, pada umumnya masyarakat di Indonesia memiliki

keterampilan menggunakan dua bahasa atau lebih, yakni bahasa daerah sebagai

bahasa ibu dan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Pada umumnya

masyarakat Indonesia akan menggunakan bahasa Indonesia ketika berkomunikasi

dengan orang dari suku yang lain dan akan menggunakan bahasa daerahnya ketika

berkomunikasi dengan orang yang satu suku dengannya dan mengerti dengan

bahasa daerahnya. Seperti yang disampaikan Weinreich (dalam Umar, 2011:24)

penggunaan tiga bahasa atau lebih oleh seorang penutur dalam pergaulannya

dengan orang lain secara sosiolinguistik disebut multilingualisme. Sementara

penggunaan dua bahasa oleh penutur disebut bilingualisme. Hal ini sangat sesuai

dengan masyarakat Indonesia yang berlatar belakang suku dan budaya yang

(13)

2

Kemampuan masyarakat dalam menggunakan dua bahasa atau lebih tidak

menutup kemungkinan mereka mencampur dua bahasa yang berbeda dalam

berinteraksi. Penggunaan bahasa daerah yang sering dicampur dengan bahasa

Indonesia atau sebaliknya sering dilakukan oleh penutur ketika berbicara dengan

mitra tuturnya. Kemampuan masyarakat Indonesia dalam menguasai dua bahasa

atau lebih tidak terlepas dari latar belakang suku yang beragam dengan bahasa

daerah sebagai bahasa pertama atau bahasa ibu. Fenomena percampuran dua

bahasa yang berbeda dalam kalangan masyarakat ini jelas berdampak terhadap

perkembangan suatu bahasa sehingga sangat memungkinkan terjadinya

penyerapan terhadap bahasa tertentu dan akan digunakan secara terus menerus

oleh penuturnya.

Salah satu suku yang ada di Indonesia ini adalah suku Batak Toba yang

juga mempunyai bahasa daerah sendiri yaitu bahasa Batak Toba. Masyarakat

Batak Toba yang tinggal di daerah Porsea masih menggunakan bahasa Batak Toba

sebagai bahasa pengantar sehari-hari dalam berkomunikasi. Akan tetapi,

masyarakat Batak Toba yang berada di Kecamatan Porsea selaku penutur bahasa

tersebut tidak mutlak 100% menggunakan bahasa daerah. Meskipun Kecamatan

Porsea ini dihuni oleh mayoritas suku Batak Toba, tetapi banyak sekali

percampuran antara bahasa Batak Toba dengan bahasa Indonesia yang diujarkan

ketika mereka berbicara. Dalam kajian bahasa, fenomena ini disebut “campur

kode” yang termasuk dalam kajian sosiolinguistik.

Salah satu tempat berkumpul dan tempat yang ramai dikunjungi oleh

(14)

3

pasar tradisional tempat jual beli berbagai kebutuhan pokok yang berada di tengah

kota Porsea. Sebagai sebuah pasar dengan tempat yang strategis, tentu saja tempat

ini banyak didatangi oleh orang-orang suku Batak Toba dan yang bukan suku

Batak Toba untuk mencoba peluang kerja sebagai pedagang. Kebanyakan

pendatang itu adalah orang dengan suku Minang, Padang, Nias, Karo, Jawa, dan

Sunda. Para pendatang tersebut menggunakan bahasa Indonesia untuk

berkomunikasi dengan orang batak yang tinggal disana, demikian juga sebaliknya

orang batak menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dengan para

pendatang tersebut. Akibat adanya dua penutur bahasa yang berbeda sehingga

pengalihan satu bahasa ke bahasa yang lain dan percampuran dua bahasa yang

berbeda pun tidak dapat terelakkan.

Tindak bahasa yang dilakukan oleh penutur bahasa di pasar Porsea sering

terjadi campur kode/percampuran dua bahasa. Percampuran tersebut biasa terjadi

karena pelaku tindak bahasa menguasai dua bahasa atau bisa juga dilakukan

dengan sengaja kerena belum menguasai suatu bahasa kemudian mencari padanan

kata yang tidak dimengerti tersebut. Selain karena tidak menguasai bahasa,

campur kode juga biasa dilakukan untuk mempermudah atau memperlancar tindak

komunikasi yang dilakukan oleh pelaku tindak komunikasi.

Peristiwa kebahasaan seperti yang terjadi dikalangan masyarakat ini dapat

dikaji melalui pendekatan sosiolinguistik. Sosiolinguistik membahas aspek-aspek

kemasyarakatan bahasa, khususnya perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam

(15)

4

sebagai fenomena sosial seperti yang telah dijelaskan di atas. Sosiolinguistik

memandang bahasa sebagai sistem sosial dan sestem komunikasi, serta

merupakan bagian dari masyarakat dan kebudayaan tertentu.

Dalam peristiwa kontak bahasa pada masyarakat bilingual seperti

Indonesia, sering terdapat peristiwa peristiwa kebahasaan yang merupakan objek

kajian sosiolinguistik antara lain alih kode, campur kode, dan interferensi. Campur

kode merupakan gejala dalam bahasa yang memang tidak dapat dihindari oleh

penutur bilingual. Campur kode adalah pemakaian dua bahasa atau lebih dengan

saling memasukkan unsur-unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain

secara konsisten (Appel, dalam Agustina dan Chaer, 2004: 107).

Berikut adalah contoh campur kode dalam percakapan masyarakat Batak

Toba di Kecamatan Porsea.

Namanisan jeruk on poang, songon teh manis (Manis sekali jeruk ini, seperti teh manis)

Contoh di atas menunjukkan terjadinya campur kode antara bahasa Batak

Toba dengan bahasa Indonesia. Hal ini terjadi karena penggunaan bahasa

Indonesia yang cenderung meningkat sehingga mereka sering menggunakan

bahasa Indonesia untuk menggantikan kata tertentu dalam bahasa batak sehingga

lama kelamaan mereka terbiasa menggunakan kata itu. padahal kata manis dalam

bahasa Batak Toba adalah tonggi dan frasa teh manis merupakan jenis minuman

yang langsung diserap dari bahasa Indonesia.

Masalah yang menjadi perhatian bahwa masyarakat Batak Toba yang

tinggal di porsea cenderung tidak mengerti jika berkomunikasi dengan bahasa

(16)

5

juga remaja bahkan orang dewasa. Perlakuan masyarakat Batak Toba terhadap

bahasa daerahnya yang selalu mencampur bahasa lain dengan bahasa daerahnya

ketika berkomunikasi secara terus menerus tidak menutup kemungkinan

terjadinya penggunaan bahas yang berbeda, artinya ada kelompok kata tertentu

yang digantikan oleh bahasa yang lain (mis: kata raut dalam bahasa Batak Toba

sudah digantikan oleh kata piso untuk menyebutkan pisau).

Masih banyak fenomena kebahasaan yang terkait dengan campur kode

yang terjadi pada percakapan masyarakat Batak Toba di Kecamatan Porsea.

Percakapan yang mereka lakukan sehari- hari dalam campuran bahasa Batak Toba

dengan bahasa Indonesia menjadi sesuatu hal yang menarik untuk diteliti dari

kajian sosiolinguistik. Maka berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin melakukan

penelitian dengan judul: “Campur Kode Masyarakat Batak Toba di Pasar Porsea Kecamatan Porsea”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Terdapat campur kode dalam percakapan masyarakat Batak Toba di pasar

Porsea Kecamatan Porsea.

2. Adanya interferensi dalam percakapan masyarakat Batak Toba di pasar porsea

Kecamatan Porsea.

(17)

6

4. Masyarakat Batak Toba di Kecamatan Porsea tidak mutlak 100%

menggunakan bahasa daerahnya untuk berkomunikasi.

C. Batasan Masalah

Untuk memperjelas ruang lingkup pembatasan, maka peneliti membatasi

masalah agar cakupannya menjadi lebih fokus. Pembatasan masalah dalam

penelitian ini mencakup wujud dan faktor terjadinya campur kode masyarakat

Batak Toba di pasar Porsea.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana wujud campur kode dalam percakapan masyarakat Batak Toba di

pasar Porsea Kecamatan Porsea?

2. Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya campur kode dalam percakapan

masyarakat Batak Toba di pasar Porsea Kecamatan Porsea?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui wujud campur kode dalam percakapan masyarakat Batak

Toba di pasar Porsea Kecamatan Porsea.

2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya campur kode

(18)

7

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperluas khasanah ilmu

pengetahuan di bidang liguistik serta menambah wawasan penulis, pembaca, dan

peneliti bahasa khususnya bahasa Batak Toba.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian diharapkan mampu meningkatkan kecermatan penutur bahasa

dalam berkomunikasi.

b. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran tentang campur

kode yang terjadi pada percakapan masyarakat Batak Toba di pasar Porsea

Kecamatan Porsea.

c. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan batu loncatan untuk

(19)

55

55

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data campur kode masyarakat Batak Toba di

pasar Porsea Kecamatan Porsea, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Wujud campur kode dalam bahasa Batak Toba di pasar Porsea Kecamatan

Porsea yaitu, penyisipan berwujud kata (21 penyisipan), penyisipan

berwujud frasa (8 penyisipan), penyisipan berwujud kata ulang (3

penyisipan), penyisipan berwujud ungkapan (2 penyisipan).

2. Faktor penyebab campur kode masyarakat Batak Toba di Pasar Porsea

adalah faktor kebiasaan, tidak adanya padanan kata yang tepat dalam

bahasa Bahasa Batak Toba, adanya keinginan penutur untuk menjelaskan,

dan adanya keinginan penutur untuk menunjukkan prestise.

B. Saran

1. Penelitian ini merupakan penelitian awal mengenai campur kode

masyarakat Batak Toba di pasar Porsea Kecamatan Porsea, kiranya perlu

dilakukan penelitian lebih lanjut karena bahasa selalu mengalami

perubahan dan perkembangan, sehingga didapatkan hasil penelitian yang

(20)

56

2. Sebaiknya penutur bahasa Batak Toba yang berada di pasar Porsea

Kecamatan Porsea lebih cermat dalam berkomunikasi agar kedudukan

bahasa daerahnya tetap bertahan.

3. Bagi penutur bahasa Batak Toba yang ada di Porsea hendaknya

memperhatikan kembali kosakata dalam bahasa Batak Toba yang telah

(21)

57

DAFTAR PUSTAKA

A.Chaedar Alwasilah. 1993. Pengantar Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa.

Adisaputra, Abdurahman. 2010. Ancangan Terhadap Kebertahanan Bahasa Melayu Langkat : Studi Pada Komunitas Remaja di Stabat Kabupaten Langkat. Denpasar: Universitas Udayana.

Aslinda dan Leni Syafyahya. 2007. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: Rafika Aditama.

Chaer, Abdul dan Lionel Agustina. 2004. Sosioliguistik: Suatu Perkenalan Awal, Edisi Revisi. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Depdikbud. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed 3. Jakarta. Balai Pustaka.

Fathur, Rokhman. 2013. Sosioliguistik. Yogyakarta: Graham ilmu.

Kridalaksana, Harimurti. 1983. Kamus linguistik. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka.

Kridalaksana, Harimurti. 2007. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Nababan, P.W.J. 1989. Sosiolinguistik dan Pengajaran Bahasa dalam PELLBA 2. Jakarta: Lembaga Bahasa Unika Atmajaya.

Nazir, Muhammad. 2002. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Ohoiwutun, Paul. 2007. Sosiolinguistik: Memahami Bahasa dalam Konteks Kemasyarakatan dan Kebudayaan. Jakarta: Percetakan KBI.

Rahardi, Kunjana. 2001. Sosiolinguistik, kode dan alih kode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta wacana Press.

Suhardi, Basuki. 2009. Pedoman Penelitian Sosiolinguistik. Jakarta. Pusat Bahasa.

Suwito. 1983. Sosiolinguistik: Teori dan Problema. Surakarta: Henary Offset.

Referensi

Dokumen terkait

Tahapan kedua dan ketiga adalah optimasi proses pembuatan ikan bakar dan ayam panggang yang rendah kandungan PAH dengan melakukan pengujian pada kombinasi konsentrasi

Bagi guru SMA Negeri 7 Surakarta dapat menjadikan sebagai bahan informasi tentang hubungan antara persepsi pola asuh demokratis orangtua dengan komunikasi

Menindak lanjuti Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyesuaian Penetapan Angka Kredit Guru Pegawai Negeri Sipil

Bandar Lampung, 0B $eptember 2012 Panitia Pengadaan Jasa an Konstruksi. Di*as

Bagian akar yang fungsinya untuk melindungi ujung akar saat menembus tanah adalah..... Fungsi kambium yang kedalam akan membentuk batang,tetapi fungsi

[r]

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh simpulan bahwa: (1) Tingkat kompetensi guru Ekonomi di SMA Negeri Kota Bandung termasuk dalam kategori tinggi, tingkat

In addition to providing needed baseline data of water quality parameters of flooded agricultural fields, results of this study indicated that: (1) retention of water on