MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI
METODE MAKE A MATCH PADA KONSEP GAYA
DI KELAS IV SD NEGERI SERANG 12
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
HUSNUL KHOTIMAH
0903747
JURUSAN S1 REGULER PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
KONSENTRASI ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS SERANG
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Melalui Metode Make a Match Pada Konsep Gaya di Kelas IV SD
Negeri Serang 12”. Ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada di dalamnya
yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya
siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau
ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Serang, Juni 2013
Yang membuat pernyataan,
Cahaya Dihati
Ketika awan gelap menyelimuti diri
Hidup ini terasa tak berarti
Tak ada jalan yang dapat ku jajaki
Hanya keluh kesah dihati
Tanpa kusadari
Ada seberkas sinar dihati
Yang selalu menemani hidup ini
Yang selalu memberi dan meyakini
Empat tahun sudah terlewati
Mimpi-mimpi itu kini menjadi pasti
Hilanglah sudah beban dihati
ABSTRAKSI
Husnul Khotimah (0903747). “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Make a Match pada Konsep Gaya di Kelas IV SD Negeri Serang 12”. (2013).
Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran
yang dilakukan selalu menggunakan metode ceramah dan terpaku pada guru artinya guru sebagai pemeran aktif yang memberi informasi, guru juga jarang menggunakan metode dalam pembelajaran. Sehingga siswa hanya sebagai pemeran pasif dan tidak berperan akitif. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk mencari cara agar siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran dan hasil belajar siswanyapun dapat meningkat serta mengembangkan kemampuan guru dalam melakukan pembelajaran yang efektif dengan menggunakan sebuah metode.
Dari latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan masalahnya
yaitu “apakah metode make a match dapat meningkatkan aktifitas dan hasil
belajar siswa di kelas IV SD Negeri Serang 12?”.
Sesuai dengan rumusan permasalahannya, maka tujuan penelitian ini adalah ingin mengaktifkan aktifitas belajar siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep gaya dengan menggunakan metode make a match.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK)
collaborative learning, artinya peneliti dan guru berkolaborasi melakukan
penelitian dalam menyusun RPP dan tahapan-tahapan dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan penelitian. Penelitian ini menggunakan dua siklus dimana setiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Aktifitas dan hasil belajar siswa pada konsep gaya dengan menggunakan metode make a match ternyata dapat lebih meningkat. Ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil tes siswa adalah pra siklus 47%, siklus I 80,13% dan siklus II adalah 91,57%. Aktivitas belajar siswa pra siklus 45%, siklus I 60% dan siklus II 96,65%.
Kesimpulan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini tentang aktifitas dan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode make a match mengalami peningkatan yang signifikan, itu bisa dilihat dari nilai rata-rata yang mengalami peningkatan setiap siklusnya. Jadi penelitian yang dilakukan telah berhasil dan sesuai dengan tujuan penelitian yang diharapkan.
Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka peneliti merekomendasikan kepada pihak peneliti selanjutnya untuk dapat mempergunakan metode make a
DAFTAR ISI D. Manfaat Penelitian ... E. Definisi Oprasional ...
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ………...
B. Kajian Hasil Penelitian………...
BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Pelaksanaan Penelitian ……….. B. Analisis Hasil Penelitian ………..…... C. Pembahasan Hasil Penelitian ……….. D. Jawaban Hipotesis ………...
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ………...
B. Rekomendasi ………...
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
46 59 61 62
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang
pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan
Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau yang sederajat, hal ini terdapat dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2009 tentang pendidikan dasar.
Sekolah Dasar atau yang sederajat merupakan lembaga pendidikan yang
menyelenggarakan program pendidikan enam tahun bagi anak-anak yang pada
umumnya berusia 6-12 tahun. Pendidikan di SD dimaksudkan untuk memberikan
bekal kemampuan dasar kepada siswa berupa pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang bermanfaat bagi diri mereka sendiri sesuai dengan tingkat
perkembangannya. (Fauzan, 2012: 1).
Pembelajaran ilmu pengetahuan alam di SD merupakan salah satu kajian
yang menarik untuk dikemukakan karena adanya persamaan karakteristik,
khususnya antara hakikat anak dan hakikat IPA. Hakikat anak usia SD sedang
mengalami perkembangan pada tingkat berpikirnya. Tahap berpikir anak usia SD
masih belum formal dan relative masih konkrit, sedangkan hakikat IPA adalah
ilmu induktif, penuh dengan contoh konkrit dan mempelajari tentang sesuatu
disekitar siswa. Dengan adanya persamaan karakteristik tersebut diperlukan
kemampuan khusus guru SD untuk mengkorelasikan antara siswa dan kehidupan
baik terjadi melalui suatu proses. Proses pembelajaran yang baik hanya bisa
diciptakan melalui perencanaan yang baik dan tepat. Perencanaan
pembelajaranlah yang menjadi unsur utama dalam pembelajaran dan salah satu
alat yang paling penting bagi guru. Upaya untuk meningkatkan keberhasilan
pembelajaran, merupakan tantangan yang selalu dihadapi oleh setiap orang yang
berkecimpung dalam profesi keguruan dan kependidikan. Dalam perbaikan proses
pembelajaran ini, guru harus mampu menetapkan metode pembelajaran yang tepat
bagi siswanya. Metode pembelajaran yang dilakukan dewasa ini pada umumnya
menggunakan pendekatan kontekstual.
Kurikulum dan pengajaran yang didasarkan pada strategi pembelajaran
kontekstual harus disusun untuk mendorong lima bentuk pembelajaran penting,
yaitu mengaitkan, mengalami, menerapkan, kerjasama, dan mentransfer.
(Raditiyo, 2012:1).
Berdasarkan pengamatan, pembelajaran IPA di SD yang masih cenderung
menggunakan metode ceramah dan penugasan atau latihan-latihan dari guru.
Materi pelajaran disampaikan langsung kepada siswa dan siswa hanya
mendengarkan serta mencatat penjelasan dari guru. Praktikum IPA juga jarang
sekali dilakukan. Guru hanya menginformasikan fakta dan konsep melalui metode
ceramah dan meminimalkan keterlibatan siswa. Siswa diberi pertanyaan yang
lebih cenderung berupa hafalan. Pertanyaan yang berkaitan dengan kemampuan
berpikir yang lebih tinggi seperti melakukan suatu percobaan kemudian
Hal ini pun terjadi pada siswa SD Negeri Serang 12. Dari hasil wawancara
dengan wali kelas dan pengamatan langsung di kelas IV SD Negeri 12 Serang,
ternyata benar metode ceramah itu kurang efektif diterapkan pada siswa SD. Ini
terbukti dari rendahnya hasil belajar siswa pada mata pembelajaran IPA pada
konsep gaya.
Maka penulis melakukan identifikasi, dengan perolehan sebagai berikut:
a. Sebagian besar (75%) siswa:
- Belum dapat mendiskripsikan konsep gaya di lingkungan sekitar
dengan benar.
- Aktifitas belajar siswa kelas IV semester 2 rendah dikarenakan
banyak siswa ramai, malas mengerjakan latihan, gaduh di kelas.
- Kurang memperhatikan guru saat menerangkan konsep gaya.
b. Hasil evaluasi sebagian besar (75%) siswa nilainya di bawah KKM
sekolah yaitu 75.
Agar pembelajaran IPA menjadi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,
efektif dan menyenangkan (PAIKEM), dapat dilakukan melalui berbagai cara.
Salah satu cara yang cukup efektif adalah melalui metode make a match. Metode
make a match adalah suatu metode berkelompok, dimana dalam metode ini yang
perlu disiapkan adalah kartu-kartu yang berisi tentang materi yang akan diajarkan.
Oleh Karena itu, perlu diadakan penelitian tindakan kelas untuk membuktikan
bahwa melalui metode make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah metode make a match dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa
dalam konsep gaya di kelas IV SD Negeri Serang 12?
2. Apakah metode make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dalam konsep gaya dikelas IV SD Negeri Serang 12?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dirumuskan tujuan penelitian
sebagai berikut:
a) Tujuan umum
Meningkatkan kualitas pembelajaran IPA pada siswa dikelas IV
SD Negeri Serang 12.
b) Tujuan khusus
1. Ingin membantu siswa dalam meningkatkan aktivitas belajarnya
dengan menggunakan make a match dalam konsep gaya di kelas IV
SD Negeri Serang 12.
2. Ingin membantu siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya dengan
menggunakan make a match dalam konsep gaya di kelas IV SD
D. Manfaat Hasil Penelitian
Dilaksanakannya kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat
memberikan manfaat atau kontribusi sebagai berikut:
a. Untuk Peneliti
1) Dapat memberikan pembelajaran dalam melaksanakan pengajaran
di sekolah.
2) Dapat meningkatkan kemampuan mengajar melalui metode make a
match.
3) Dapat memberikan pengalaman yang menarik dalam mengajar
anak sekolah dasar.
b. Untuk Siswa
1) Dapat meningkatkan kemampuan dan keaktifan siswa dalam
konsep gaya melalui metode make a match.
2) Dapat meningkatkan kemampuan belajar peserta didik khususnya
pada konsep gaya.
3) Dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
c. Untuk Guru
1) Diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu guru memperbaiki
dan mengatasi keterbatasan kemampuan guru dalam proses
pembelajaran.
2) Dapat memperluas dan menambah wawasan guru mengenai
model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
pertimbangan bagi guru-guru lainnya yang akan memperbaiki
pembelajaran pada kelas dan mata pelajaran yang berbeda.
3) Dapat memudahkan guru dalam pembelajaran khususnya konsep
gaya.
d. Untuk Sekolah
1) Secara kelembagaan bermanfaat untuk mengembangkan fungsi
lembaga pendidikan dalam mewujudkan pengelolaan kurikulum
berbasis sekolah. Antara lain merintis pelaksanaan pembelajaran
yang benar-benar merujuk kepada kondisi dan kompetensi
realistik sekolah yang bersangkutan.
2) Diharapkan Model Pembelajaran metode make a match dapat
memberikan konstribusi dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran di sekolah dasar.
3) Membantu meningkatkan kompetensi lulusan sehingga dapat
mewujudkan tercapainya tujuan Pendidikan Nasional.
E. Definisi Operasional
1. Hasil Belajar
Kata hasil belajar sering disebut prestasi balajar. Kata prestasi belajar
berasal dari Belanda yaitu “prestatie” kemudian dalam bahasa Indonesia
disebut prestasi yang artinya hasil uasaha. Kata prestasi juga berarti
kemampuan, ketrampilan, sikap seseorang dalam menyelesaikkan sesuatu
2. Make a Match
Make a match atau mencari pasangan adalah model pembelajaran
kooperatif dengan cara mencari pasangan soal/jawaban yang tepat, siswa
yang sudah menemukan pasangannya sebelum batas waktu akan
mendapat poin. (Suprijono, 2009: 94).
3. Gaya
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan di SD Negeri Serang 12,
Kecamatan Serang, Kota Serang. Jln. Lontar Baru Serang 42115 Telp. 0254
205887 Email: sdn.serang12@gmail.com. Untuk mata pelajaran IPA pada konsep
gaya di kelas IV tahun pelajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa sebanyak 38
orang, terdiri dari 22 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.
Alasan memilih sekolah ini, setelah melakukan observasi ternyata siswanya
dalam pembelajaran kurang merespon apa yang guru ajarkan. Dan terlihat tidak
aktif saat proses pembelajran berlangsung. Selain itu juga, sekolah ini tempatnya
tidak terlalu jauh dengan tempat peneliti kuliah sehingga dapat memudahkan
peneliti dalam melakukan praktek dan dapat berkomunikasi dengan baik terhadap
pihak sekolah maupun pihak kampus.
B. Subyek Penelitian
Dalam Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini, yang menjadi subyek
penelitian adalah siswa Kelas IV SD Negeri Serang 12. Dengan jumlah siswa
yang menjadi subjek penelitian sebanyak 38 orang terdiri dari 22 orang siswa
C. Metode Penelitian
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian ini dilakukan dengan cara tindakan kelas. Dimana seorang
peneliti berkolaborasi dengan seorang guru kelas dan melakukan kerjasama
dengan sekolah yang telah ditentukan.
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang mengangkat
masalah-masalah aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan (Wibawa, 2004:3).
Sedangkan dalam Arikunto (2007:3) mengartikan bahwa penelitian tindakan
kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah
tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas bersama.
Menurut Wiriaatmadja (2000:6), penelitian tindakan kelas adalah bagaimana
sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka,
dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Ada juga yang mendefinisikan
penelitian tindakan kelas sebagai suatu bentuk penelaahan penelitian yang bersifat
reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki
dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran dikelas secara lebih
professional (Sukidin, Basrowi dan Suranto, 2002:16).
Rapoport dalam Hopkins (1993:44) menyatakan bahwa action research:
… aims to contribute both to the pratical concerns of people in an
immediate problematic situation and to the goals of social science by joint
Kemmis dalam Hopkins (1993:44) juga menyatakan:
Aktion research is a form of self-reflective engquiry undertaken by
participants in social (including educational) situations in order to improve
the rationality and justice of (a) their own social or educational practicd of
(b) their understanding of these practices, and (c) the situation in which the
practices are carried out.
Menurut Sanford dalam Taniredja (2010: 16) PTK merupakan kegiatan
skills yang bersifat menyeluruh yang terdiri atas analisis, penemuan fakta,
konseptualisasi, perencanaan, pelaksanaan, penemuan fakta tambahan, dan
evaluasi.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian
tindakan kelas yang selanjutnya disebut PTK adalah penelitian yang mengangkat
masalah-masalah yang aktual yang dilakukan oleh para guru yang merupakan
pencermatan kegiatan belajar yang berupa tindakan untuk memperbaiki dan
meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara lebih professional.
Sedangkan tujuan dari PTK sendiri adalah untuk memecahkan
permasalahan yang nyata terjadi di dalam kelas yang dialami langsung dalam
interaksi antara guru dengan siswa yang sedang melakukan proses pembelajaran.
2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
PTK mempunyai karakteristik yang berbeda dengan penelitian formal
(konvensional) pada umumnya. PTK memiliki beberapa karakteristik, (Kunandar,
a. On-the job problem oriented (masalah yang diteliti adalah masalah riil
atau nyata yang muncul dari dunia kerja peneliti atau yang ada
kewenangan atau tanggung jawab peneliti).
b. Problem-solving oriented (berorientasi pada pemecahan masalah).
c. Improvement-oriented (berorientasi pada peningkatan mutu).
d. Ciclic (siklus). Konsep tindakan (action) dalam PTK diterapkan
melalui urutan yang terdiri dari beberapa tahap berdaur ulang
(cyclical). Siklus dalam PTK terdiri dari empat tahapan, yakni
perencanaan tindakan, melakukan tindakan, pengamatan atau observasi
dan analisis atau refleksi.
e. Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi.
f. Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus terdiri
dari tahapan perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan
(observation), dan refleksi (refection) dan selanjutnya diulang kembali
dalam beberapa siklus.
Jadi karakteristik PTK menurut Kunandar (2011: 58) yaitu
memecahkan masalah yang nyata dalam sekolah guna meningkatkan mutu
pendidikan yang dilakukan dalam beberapa siklus oleh seorang peneliti.
3. Model-model Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas memiliki beberapa model yang disesesuaikan
dengan penemunya. Dalam Taniredja (2010:23), ada beberapa model PTK yang
sering digunakan dalam dunia pendidikan antara lain: (1) model Kurt Lewin; (2)
a. Model Kurt Lewin
Model Kurt Lewin merupakan model pertama dalam PTK yang di
perkenalkan pada tahun 1946, dan merupakan acuan pokok atau dasar dari
berbagai model PTK yang lain. Konsep inti PTK Lewin, dalam satu siklus
PTK terdiri dari empat langkah, yaitu (1) perencanaan (planning); (2) aksi
atau tindakan (acting); (3) observasi (observing); dan (4) refleksi (reflecting)
(Lewin 1990).
b. Model Kemmis dan Mc. Taggart
Model yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin Mc
Taggart merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin, sehingga
kelihatan masih sangat dekat dengan model Lewin. Kemmis dan Mc Taggart
menjadikan satu kesatuan komponen acting (tindakan) dan observing
(pengamatan).
c. Model John Elliott
Model John Elliott juga dikembangkan berdasarkan model Kurt Lewin,
tetapi nampak lebih detail dan rinci. Pada model John Elliott dalam satu
tindakan (acting) terdiri dari beberapa step atau langkah tindakan, yaitu
langkah tindakan 1, langkah tindakan 2 dan langkah tindakan 3 (Depdiknas,
1999:22).
Adapun kelebihan guru melakukan penelitian tindakan menurut Shumky
(1982) dalam Kunandar (2011: 68) adalah sebagai berikut:
2. Kerjasama dalam PTK mendorong kreativitas dan pemikian kritis dalam
hal ini guru yang sekaligus sebagai peneliti.
3. Melalui kerjasama, kemungkinan untuk berubah meningkat.
4. Kerjasama dalam PTK meningkatkan kesepakatan dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapi.
Dari pemaparan model penelitian diatas, peneliti mengambil salah satu
model penelitian yang dianggap mudah untuk dipahmi dan dilaksanakannya yaitu
model penelitian tindakan kelas Kemmis dan Taggart (Arikunto, 2010:16).
Gambar 3.1 Bagan model PTK yang dikembangkan oleh Kemmis dan
Taggart.
Observasi
Pra Siklus Refleksi
Perencanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan Refleksi
SIKLUS II
Pengamatan
?
Pelaksanaan
Langkah-langkah pelaksanaan Penelitian tindakan kelas:
1. Refleksi Awal
Refleksi awal merupakan kegiatan penjajagan yang
dimanfaatkan untuk mengumpulkan informasi tentang situasi-situasi
yang relevan dengan tema penelitian. Peneliti bersama timnya
melakukan pengamatan pendahuluan untuk mengenali dan mengetahui
situasi yang sebenarnya.
2. Penyusunan Perencanaan (Planning)
Penyusunan perencanaan didasarkan pada hasil penjajagan refleksi
awal. Secara rinci perencanaan mencakup tindakan yang akan
dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau merubah perilaku
dan sikap yang diinginkan sebagai solusi dari
permasalahan-permasalahan.
3. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti
sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang
dilaksanakan berpedoman pada rencana tindakan.
4. Pengamatan (Observing)
Kegiatan observasi dalam PTK dapat disejajarkan dengan
kegiatan pengumpulan data dalam penelitian formal. Dalam kegiatan
ini peneliti mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang
dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Istilah observasi
5. Refleksi (reflecting)
Pada dasarnya kegiatan refleksi merupakan kegiatan analisis,
sintesis, interpretasi terhadap semua informasi yang diperoleh saat
kegiatan tindakan. Dalam kegiatan ini peneliti mengkaji, melihat, dan
mempertimbangkan hasil-hasil atau dampak dari tindakan.
Pada hakekatnya langkah-langkah PTK model Kemmis dan Taggart
berupa siklus dengan setiap siklus terdiri dari empat komponen yaitu
perencanaan, pelaksanaan (tindakan), pengamatan (observasi), dan refleksi
yang dipandang sebagai satu siklus. Banyaknya siklus dalam PTK
tergantung dari permasalahan-permasalahan yang perlu dipecahkan. Pada
umumnya terjadi lebih dari satu siklus. PTK yang dikembangkan dan
dilaksanakan oleh para guru di sekolah saat ini pada umumnya berdasarkan
model PTK Kemmis dan Mc. Taggart ini.
D. Prosedur Penelitian
Secara oprasional tahapan-tahapan kegiatan penelitian dalam setiap siklus
dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pra Siklus
1. Observasi
Kegiatan obervasi yang dilakukan sebagai kegiatan pendahuluan yang
dilakukan dalam penelitian. Hal yang diobservasi adalah praktek
pembelajaran yang sedang dilakukan oleh guru gelas, mewawancarai guru
dan siswa serta melihat aktivitas dan hasil belajar siswa. Kegiatan ini
siswa dalam proses pembelajaran dan mengumpulkan data awal tentang hasil
dan aktivitas belajar siswa guna yang ajeg atau kongkrit pada pembelajaran
IPA di kelas IV SD Negeri Serang 12 sebagai studi awal refleksi.
2. Refleksi
Refleksi dilakukan berdasarkan hasil observasi, pada kegiatan ini guru
dan peneliti melakukan diskusi untuk mencari pemecahan masalah yang
dihadapi siswa dan guru dalam pembelajaran IPA di Kelas IV SD Negeri
Serang 12. Pada tahap inilah peneliti menawarkan untuk pemecahan masalah
dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan Pendekatan pada siklus I.
b. Siklus I
1. Perencanaan
a). Menyusun RPP dengan konsep gaya.
b). Mempersiapkan sumber dan media pembelajaran berupa gambar dan
benda.
c). Menyiapkan lembar kerja siswa.
d). Menyiapkan lembar observasi yang akan digunakan dalam penelitian.
e). Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis dan lembar kerja siswa.
2. Pelaksanaan Tindakan
guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik
yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya
kartu jawaban juga menyediakan lembaran untuk mencatat
mengelompok siswa dalam tiga kelompok yaitu yang memegang kartu
permasalahan atau materi, memegang kartu jawaban dan penilai. Setiap
kelompok ini dikelompokan lagi menjadi sesuai dengan kemampuan dan
tingkat kesulitan masalah yang dihadapi.
membagikan kartu kepada siswa, sesuai dengan kelompoknya
masing-masing.
siswa yang menjadi tim pertanyaan mempraktekan soal-soal yang guru
berikan secara bergiliran.
guru memberikan waktu selama 5 menit kepada peserta didik untuk
memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
setelah tim penyjawab menjawab soal yang dipraktekan tim pertanyaan,
tim penilai melakukan penilaian untuk jawaban yang dianggap benar.
kegiatan ini berulang-ulang sampai soal yang guru berikan habis.
guru mengubah kelompok siswa menjadi kelompok kecil.
guru memberikan LKS untuk siswa kerjakan.
siswa mewakili kelompoknya maju kedepan untuk membacakan hasil
diskusinya.
Setelah selesai, guru mengulas materi, meluruskan kesalah pemahaman,
dan memberikan penguatan tentang materi gaya.
3. Observasi
a). Melakukan pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA
b). Melakukan pengamatan keterampilan siswa dalam mendemonstrasikan
dan menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
4. Refleksi
a). Mengkaji pelaksanaan pembelajaran siklus 1.
b). Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus 1.
c). Membuat daftar permasalahan yang terjadi pada siklus 1.
d). Merencanakan perencanaan tindak lanjut untuk siklus 2.
E. Instrumen Penelitian
1. Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat
menentukan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Observasi berarti
pengamatan dengan tujuan tertentu. Nasution (1988) menyatakan bahwa
observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Sedangkan Marshall (1995)
menyatakan bahwa;“ Through observation the reasercher learn about
behavior and the meaning attached to those behavior” melalui observasi,
peneliti belajar tentang prilaku, dan makna dari prilaku tersebut. (Sugiyono,
2008:64).
Pedoman observasi berupa lembar observasi, ini dimaksudkan untuk
memperoleh data dengan jalan mengamati interaksi antara siswa dan
keantusiasan siswa didalam proses pembelajaran. Adapun yang akan di
observasi adalah observasi keaktifan belajar siswa, antara lain sebagai
Tabel 3.1 Pedoman Observasi Keaktifan siswa dalam Mengikuti
Pembelajaran.
No Apek yang diamati Indikator
Untuk mengetahui tingkat tersebut digunakan penafsiran berdasarkan
kriteria Hendra (dalam Linda, 2010: 41) yaitu:
75% : hapir seluruhnya
100% : seluruhnya
Berdasarkan kriteria yang dikemukakan Hendra di atas, maka penelitian
ini dikatakan berhasil apabila jumlah siswa yang dapat menumbuhkan
keaktifan dan hasil belajarnya mencapai antara 75% - 99%.
1. Tes
Tes adalah alat atau prosedur untuk mengukur sesuatu sesuai dengan cara
atau aturan yang sudah ditentukan. Jenis tes yang digunakan disini adalah tes
tertulis berbentuk PG 10, dan Essay 5 butir soal yang di tunjukan kepada siswa
per individu maupun kelompok untuk mengetahui/mengukur hasil belajar siswa.
Rumus Nilai = � ℎ 100 Nilai
ℎ
Kriteria Penilaian :
81 - 100 = baik sekali
71 - 80 = baik
61 - 70 = sedang
51 - 60 = kurang
0 - 50 = kurang sekali
F. Analisis Data
Sesuai dengan PTK yang akan digunakan dalam penelitian ini akan dilakukan
melalui siklus. Secara oprasional menurut Arikunto (2006:235), tahapan-tahapan
1. Menyeleksi Data
Setelah data terkumpul, dilakukan penelitian data yang represintatif yang
dapat menjawab fokus penelitian dan memberikan gambaran tentang hasil
penelitian.
2. Mengklasifikasikan Data
Data yang telah diseleksi kemudian diklasifikasi berdasarkan tujuan.
Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pengolahan data dan pengambilan
keputusan berdasarkan persentasi keberhasilan.
3. Menstabulasikan Data
Setelah data diklasifikasikan berdasarkan tujuan penelitian, kemudian
ditabulasikan dalam bentuk tabel. Tujuannya adalah untuk mengetahui
frekuensi masing-masing alternative jawaban serta mempermudah dalam
membaca data.
4. Mengambil Keputusan
Perkembangan setiap siklus dapat diamati pada tabel-tabel hasil tabulasi
data. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila nilai yang diperoleh berdasarkan
hasil observasi mencapai antara 75% - 99%.
Bila tujuan dalam penelitian ini sudah tercapai, maka pendekatan yang
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dilapangan saat pra siklus, siswa SD sebaiknya
tidak diberikan metode yang itu-itu saja sehingga anak merasa malas dan
jenuh dalam mengikuti pembelajaran. Sebagai seorang guru SD kita harus
bersikap professional dan berpikir kreatif untuk mengaktifkan siswa saat
proses pembelajaran dilakukan.
Dengan mencoba metode pembelajaran lain kita akan mampu
mengaktifkan siswa untuk mengikuti pembelajaran. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilaksanakan di kelas IV SD Negeri Serang 12, dengan
menggunakan metode make a match pada konsep gaya ternyata anak
antusias sekali untuk belajar. Ini terlihat dari peningakatan hasil aktivitas
anak yang tadinya pada saat pra siklus hanya 45%, siklus I 60% dan siklus II
menjadi 97%. Dan hasil belajarnyapun meningkat dari pra siklus 46%,
siklus I 80% dan siklus II 92%.
Keberhasilan yang di peroleh peneliti, tidak terlepas dari kerjasama
dengan guru kelas pada saat mempersiapkan pembelajaran dan penyediaan
alat peraga yang menunjang aktifitas belajar siswa selama proses
B. Rekomendasi
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka rekomendasi yang
perlu disampaikan sebagai berikut:
1. Untuk Kepala Sekolah
Selaku pemegang kebijakan tertinggi di sekolah sebaiknya
memberikan dukungan dan pasilitas yang lengkap untuk pembelajaran
sain dan memotivasi guru agar terpacu untuk memberikan pengajaran
yang maksimal kepada siswa.
2. Untuk Guru
Dalam mengaktifkan dan meningkatkan hasil belajar siswa, guru
jangan malas untuk menggunakan alat peraga dalam proses
pembelajaran dan gunakan metode yang sesuai dengan materi yang
diajarkan agar siswa berperan aktif.
3. Peneliti Selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya, agar lebih menguasai keadaan kelas
lagi dan media yang digunakannya pun lebih bermacam-macam juga
waktu pelaksanaannya semaksimal mungkin agar hasil penelitian yang
DAFTAR PUSTAKA
Achhadiyati, Linda. (2010). “Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri dalam Menumbuhkan Kemampuan Kerja Ilmiah pada Pokok Bahasan Benda dan Sifatnya”. Skripsi. Hal 83-85. Tidak Diterbitkan.
Ali, Mohammad. (2009). Ilmu dan Aplikasi PENDIDIKAN. Bandung: IMTIMA.
Arifin, Zaenal. (2001). Evaluasi Intruksional. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Arikunto, Suharsimi. (2007). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi,. Suhardjono dan Supardi. (2010). Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Asrori, Mohammmad. (2009). Penelitian Tindakan Kelas.Bandung: CV. Wacana Prima.
Hakim, Lukman. (2009). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima.
Huda, Miftahul. (2011). Cooprative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jayadinata, Asep Kurnia. (2010). “Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Peristiwa Benda Padat dalam Air Melalui Kegiatan Praktikum”. Jurnal Pendidikan Dasar. (13). 38-40.
Kartadinata, Sunaryo.(2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.
Komalasari, Kokom. (2010). Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT Refika Aditama.
Kurniati, Maoidatul Dwi. (2011). Penerapan Pendekatan PAIKEM dalam
Pembelajaran IPA Materi Bunga. [Blogspot]. Vol 1 (3), 14 halaman.
Tersedia: http://momoydandelion.blogspot.com/2011/07/paikem-dalam-pembelajaran-ipa.html
Makmun, Abin Syamsudin. (2004). Psikologi Kependidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Muktamar dan Iskandar. (2009). Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press.
Nur’aeni. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Di SD. Serang: Ikhwan Mandiri
Press.
Pujiastuti, Martina. (2007). Mengenal Gaya dan Energi. Jakarta: Lazuardi.
Putri, Suci Utami dan Cicah Sunarsih. (2012). “Penerapan Pendekatan
Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar”. Jurnal Pendidikan Dasar. (17), 50-54.
Radityo, Muhammad. (2012). “Pendekatan Kontekstual (CTL)” Sebagai Salah Satu Pendekatan Pembelajaran Kimia Inovatif di SMA”. [Blogspot], Vol 7
(5), 12 halaman. Tersedia:
http://tempebachemistry.blogspot.com/2012/11/pendekatan-kontekstual-ctl-sebagai.html.
Sardiman. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: P.T Raja Grafindo Persada.
Slavin, Robert E. (2008). Cooperative Learning. Bandung: Nusamedia.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian kuantitatife, Kualitatife, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana S. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sumiati dan Asra. (2009). Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima.
Suprijono, Agus. (2009). Cooprative Learning Teori. Surabaya: Pustaka Pelajar.
Usman, M.Uzer dan Setiawati, Lilis. (1993). Upaya Optimalisasi Kegiatan
Belajar Mengajar. Bandung:PT.Remaja Rosdakarya.
Usman, Moh.Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung. Remaja Rosdakarya.
Wahyono, Budi dan Setyo Nurachmandani. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam
Untuk SD. Jakarta: PT Bengawan Ilmu.