HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMBACA PETA LINGKUNGAN SETEMPAT
(KABUPATEN/KOTA)
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN Cipancar Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang)
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
UNTUNG WALUYO 0605265
PROGRAM S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
KAMPUS SUMEDANG
PENGGUNAAN MEDIA PUZZLE MELALUI TEKNIK NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA
DALAM MEMBACA PETA LINGKUNGAN SETEMPAT (KABUPATEN/KOTA)
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN Cipancar Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang)
Oleh
UNTUNG WALUYO 0605265
Disetujui dan Disahkan oleh
Pembimbing I,
Diah Gusrayani, M.Pd. NIP. 197808222005012003
Pembimbing II,
Drs. H. Dadang Kurnia, M.Pd. NIP. 195606021981111001
Mengetahui
Ketua Program PGSD S-1 Kelas UPI Kampus Sumedang,
Saya menyatakan bahwa skripsi ini yang berjudul “Penggunaan Media
Puzzle dengan Teknik Numbered Heads Together untuk Meningkatkan
Kemampuan Siswa dalam Membaca Peta Lingkungan Setempat Kabupaten/Kota
di Kelas IV SDN Cipancar” ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian
di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak
melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan
ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang di jatuhkan kepada saya apabila
kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap keilmuan dalam karya saya ini,
atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Sumedang, Juni 2013
Yang Membuat Pernyataan
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAAN
PERNYATAAN... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR GRAFIK ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Pemecahan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 8
E. Manfaat Hasil Penilitian 9 1. Bagi Siswa ... 9
2. Bagi Guru ... 9
3. Bagi Peneliti ... 9
F. Bantasan Istilah... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran IPS ... 11
1. Pengertian IPS ... 11
2. Tujuan Pembelajaran IPS ... 13
B. Media Pembelajaran ... 16
vii
b. Prinsip Pemilihan dan Penggunaan Media
...
19
C. Pengunaan Media Puzzle ... 19
1. Pengertian Puzzle ... 19
2. Manfaat Puzzle ... 25
D. Peta ... 25
1. Pengertian Peta ... 25
2. Jenis –jenis peta ... 25
3. Komponene Peta ... 26
E. Model Kooperatif Teknik Numbered Heads ... 28
1. Pengertian Model Kooperatif ... 28
2. Teknik Teknik Pembelajaran Kooperatif ... 29
3. Teknik Numbered Heads Together ... 30
a. Pengertian Teknik Numbered Heads Together ... 30
b. Langkah-Langkah pembelajaran Teknik Numbered Heads ... 30
c. Kekurangan Dan Kelebihan Teknik Numbered Heads Together .. 31
F. Temuan Hasil Yang Relevan ... 31
G. Hipotesis Tindakan ... 32
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33
1. Lokasi penelitian ... 33
2. Waktu penelitian ... 33
B. Subjek Penelitian ... 34
C. Metode dan Design Penelitian ... 35
1. Metode Penelitian ... 35
viii
a. Tahap Perencanaan Tindakan ... 37
b. Tahap Pelaksanaan ... 37
c. Tahap Observasi ... 38
d. Tahap Refleksi ... 39
D. Instrumen Penelitian ... 40
a. Format Observasi ... 40
b. Pedoman Wawancara ... 40
c. Test Hasil Belajar ... 41
E. Teknik Pengolahaan Data ... 42
a. Teknik Pengolahaan Proses ... 42
b. Teknik Pengolahaan Hasil ... 42
F. Validasi Data ... 44
BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN A. Paparan Data Awal ... 46
B. Paparan Data Tindakan ... 49
1. Paparan Data Tindakan Siklus I ... 49
a. Paparan Data Perencanaan Tindakan Siklus I ... 49
b. Paparan Data Proses Siklus I ... 50
1). Awal Pembelajaran ... 51
2). Inti Pembelajaran ... 52
3). Akhir Pembelajaran ... 53
a. Paparan Data Hasil Siklus I ... 57
b. Analisis dan Refleksi Siklus I ... 58
2. Paparan Data Tindakan Siklus II ... 60
a. Paparan Data Perencanaan Siklus II ... 60
b. Paparan Data Proses Siklus II ... 61
1) Awal Pembelajaran ... 62
ix
c. Paparan Data Hasil Siklus II ... 67
d. Analisis dan Refleksi Siklus II ... 69
1. Paparan Pendapat Siswa dan Guru ... 70
2. Paparan Pendapat Guru ... 70
C. Pembahasan ... 71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 77
B. Saran ... 79
DAFTAR PUSTAKA ... 80
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 82
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Data Hasil Test Awal ... 4 Tabel 3.1
Jadwal Penelitian ... 33 Tabel 3.2
Daftar Siswa – Siswi kelas IV SD Cipancar ... 34 Tabel 4.1
Kinerja Guru Dan aktivitas siswa pada materi membaca peta kelas IV SDN
Cipancar ... 47 Tabel 4.2
Data awal hasil belajar siswa pada materi membaca peta kelas IV SDN Cipancar . 48 Tabel 4.3
Hasil observasi Kinerja guru siklus I materi membaca peta kelas IV SDN
Cipancar ... 54 Tabel 4.4
Hasil observasi aktivitas siswa siklus I pada materi membaca peta kelas IV SDN Cipancar ... 56 Tabel 4.5
Data hasil belajar siklus I ... 57 Tabel 4.6
Hasil observasi kinerja guru siklus I materi membaca peta kelas IV SDN
Cipancar ... 65 Tabel 4.7
Hasil Observasi aktivitas aktivitas siswa siklus I pada materi membaca peta kelas IV SDN Cipancar ... 66 Tabel 4.8
Data hasil belajar siklus II ... 68 Tabel 4.9
xi
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 3.3
xii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1
Presentase peningkatan hasil belajar dan ketuntasan pelaksanaan tindakan
siklus I ... 59
Grafik 4.2
Presentase peningkatan hasil belajar dan ketuntasan pelaksanaan tindakan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS) adalah ilmu yang diajarkan pada
siswa sekolah dasar di samping ilmu-ilmu lainnya untuk membekali kehidupan mereka
kelak. PIPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang
berkaitan dengan isu sosial dibingkai dalam frame pendidikan. Melalui mata pelajaran
PIPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang
demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Materi
pembelajaran PIPS disusun secara komprehensif, runtut, dan terpadu sehingga dalam
implementasi kurikulum PIPS ini memungkinkan adanya multimetode dalam proses
pembelajaran.
Pentingnya mempelajari PIPS akan dirasakan secara langsung terutama dengan
hal-hal yang berkaitan dengan sosial-kemasyarakatan yang pada hakikatnya manusia
adalah zoon politicon. Dengan Ilmu Pengetahuan Sosial manusia belajar bagaimana
bergaul di kumpulan sosial tertentu, bagaimana menanggapi dan memberikan solusi tepat
terhadap gejala sosial yang timbul.
Tujuan ilmu pengetahuan sosial menurut Hanifah (Djuanda, 2009:124)“untuk
mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupan di masyarakat”.
Manfaat mempelajari IPS adalah secara sistematis, siswa difasilitasi untuk memperoleh:
a) pengalaman langsung apabila dalam pembelajaran memanfaatkan lingkungan alam
sekitar sebagai sumber belajar
b) kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun alternatif pemecahan
masalah sosialyang terjadi di masyarakat
c) kemampuan mengembangkan pengetahuan sebagai bekal untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi serta mempersiapkan diri untuk terjun ke dunia
masyarakat.
PIPS perlu dipelajari dengan baik tak terlepas dengan keadaan maupun fenomena
yang berkembang saat ini. Dengan harapan apabila siswa mampu menganalisis sebuah
2
sendirilah yang akan menanggapi dan mengambil tindakan bagaimana sebaiknya langkah
yang perlu diambil untuk menghadapi suatu gejala dan fenomena sosial tersebut.
Dalam mewujudkan ketercapaian pendidikan IPS diperlukan berbagai upaya
pengembangan pembelajaran IPS. Upaya pengembangan tersebut antara lain dengan
perencanaan pembelajaran yang optimal, pemanfaatan metode, dan penggunaan media
pembelajaran. Klasifikasi penggunaan media pembelajaran dipandang peneliti untuk
meningkatkan ketercapaian pendidikan IPS. Hal ini berkaitan dengan karakteristik dari
anak sekolah dasar.
Menurut Piaget (Hamzah, 2006: 11) mengemukakan tentang tahap perkembangan
kognitif siswa sebagai berikut:
Proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa, yang dalam hal ini Piaget membaginya menjadi 4 tahap, yaitu tahap sensori-motor (ketika anak berumur 1,5 sampai 2 tahun), tahap pra-operasional (2/3 sampai 7/8 tahun), tahap operasional konkret (7/8 sampai 12/14 tahun), tahap operasional formal (14 tahun atau lebih).
Pada pembelajaran di kelas IV berdasarkan kurikulum KTSP Ilmu Pengetahuan
Sosial, salah satu Standar Kompetensi yang harus dikuasai siswa adalah membaca peta
lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dengan menggunakan skala sederhana.
Melihat Standar Kompetensi di atas terdapat pembelajaran membaca peta lingkungan
setempat (kabupaten/kota, provinsi) dimana siswa dituntut untuk dapat membaca peta
kabupaten/kota. Kemampuan ini merupakan kompetensi yang dianggap cukup sulit oleh
beberapa siswa mengingat peta adalah bahasa simbol sehingga tidak semua orang mampu
menerjemahkannya. Selain itu untuk siswa yang tidak bergaya belajar visual, peta akan
terlihat kaku dan membosankan sehingga rumit untuk dimengerti.
Tujuan dari Ilmu Pengetahuan Sosial SD berdasarkan KTSP (2006: 30) sebagai
berikut:
1. Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah dan kewarganegaraan melalui pendekatan pedagogis dan psikologis;
2. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan sosial;
3. Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan;
Dari tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial di atas nampak bahwa apa yang dirumuskan
Depdiknas dalam KTSP merupakan indikator-indikator untuk mewujudkan masyarakat
Indonesia yang aktif, kreatif, tanggap terhadap masalah sosial dan mampu berkompetisi
untuk memajukan Negara Indonesia. Pendidikan IPS sangat berperan penting dalam
kehidupan manusia. Dari mulai SD sampai perguruan tinggi dipelajari pendidikan IPS.
Hal ini disebabkan pendidikan IPS bermanfaat bagi kehidupan berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat. Sesuai dengan tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menurut
Trianto (2010: 176) sebagai berikut:
Secara umum, pembelajaran ini akan terasa sangat monoton. Agar keterampilan
dan minat siswa pada pembelajaran ini dapat meningkat, maka guru harus melakukan
kegiatan pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Guru seyogyanya memberikan informasi
mengenai tujuan, manfaat, dan langkah-langkah pembelajaran serta apersepsi yang dapat
mengaitkan pemikiran siswa ke arah manfaat apa yang bisa mereka dapat ketika
mampumembaca peta lingkungan kabupaten dan kota madya setempat. Selanjutnya pada
kegiatan inti guru harus dapat menjelaskan materi mengenai langkah-langkah membaca
peta dengan menggunakan strategi, metode, teknik, media dan sumber belajar yang
menunjang pada pembelajaran membaca peta. Guru juga baiknya mengadakan evaluasi
di sepanjang pembelajaran, misalnya dengan melakukan tanya jawab selama proses
pembelajaran untuk mempermudah siswa memonitor pemahamannya sendiri.Selain itu,
guru jug selayaknya membimbing dan mengawasi siswa dalam kegiatan membaca peta.
Pada kegiatan akhir sebaiknya guru
mengadakan evaluasi, tes kinerja, pos tes mengenai materi yang diajarkan. Akhir
pembelajaran guru harus membuat kesimpulan, penilaian hasil membaca peta sehingga
siswa dapat memahami letak kesalahan dalam membacanya.
Pada kenyataannya di lapangan, untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam
pembelajaran membaca peta provinsi/kabupaten/kota, kegiatan pembelajaran tidak
semudah dan semulus seperti yang ditargetkan. Seperti yang dialami saat observasi awal
4
menentukan letak wilayah provinsi/kabupaten/kota, perbatasan-perbatasan
kabupaten/kota, dan kenampakan alam kabupaten/kota.
Awalnya guru menjelaskan materi mengenai membaca peta lingkungan setempat
dan mengingatkan kembali pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya. Sesekali siswa
menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru. Kemudian guru meminta siswa untuk
membaca peta. Pada saat siswa membaca peta provinsi/kabupaten/kota, guru berkeliling
menggunakan bimbingan individu pada beberapa anak yang terus menerus bertanya.
Tetapi ada kecendrungan siswa digiring untuk melihat contoh yang terdapat pada buku
paket. Adapun beberapa siswa yang tidak bisa mengerjakannya melihat pekerjaan
temannya. Kemudian guru mengumpulkan hasil kerja siswa. Setelah dikoreksi ternyata
ada beberapa siswa yang sudah bisa membaca peta provinsi/kabupaten/kota, namun
belum tepat. Pada saat pembelajaran berlangsung, siswa kurang termotivasi. Hal ini
terlihat pada saat guru menjelaskan materi tentang membaca peta
provinsi/kabupaten/kota secara rinci, siswa terlihat pasif. Mereka enggan untuk bertanya
dan kurang antusias ketika guru menanyakan beberapa hal tentang membaca peta
provinsi/kabupaten/kota.
Merujuk pada uraian kejadian yang terjadi di atas, maka peneliti mengadakan
observasi dan melakukan tes awal serta melakukan wawancara untuk mendapatkan data
lengkap mengenai proses pembelajaran yang terjadi dan hasil yang didapat. Tes
dilakukan pada hari Jum’at tanggal 27 November 2012 di kelas IV SDN Cipancar
Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang dalam pembelajaran membaca peta
provinsi/kabupaten/kota. Hasil tes menunjukkan bahwa kemampuan siswa belum
optimal, masih banyak yang hasil tesnyamasih kurang dari KKM, hal ini terlihat dari 20
siswa hanya 8 orang siswa yang tuntas dan 12 siswa yang belum tuntas Adapun data tes
Tabel 1.1
Jika siswa mendapat nilai 60 dikatakan tuntas
Jika siswa mendapat nilai 60 dikatakan belum tuntas
Berdasarkan perhitungan kriteria ketuntasan untuk pembelajaran membaca peta
provinsi/kabupaten/kota di kelas IV SDN Cipancar Kecamatan Sumedang Selatan
Kabupaten Sumedang, nilai minimal yang harus dicapai oleh siswa adalah 60.
Dari tes hasil yang sudah dilakukan, hanya 8 orang atau 40 % siswa yang
dikatakan tuntas menurut KKM dan siswa yang tidak mencapai batas ketuntasan
6
Dan pada saat pelaksanaan observasi dan wawancara di kelas IV SDN Cipancar
ditemukan beberapa permasalahan, yaitu :
1. Siswa kurang memahami bagaimana cara menentukan letak wilayah suatu
provinsi/kabupaten/kota pada peta.
2. Siswa kesulitan dalam menentukan perbatasan-perbatasan provinsi/kabupaten/kota
pada peta
3. Siswa kesulitan dalam mengidentifikasi kenampakan alamprovinsi/kabupaten/kota
pada peta.
Hal tersebut dipengaruhi oleh banyak sekali faktor, namun dari hasil penggalian awal
ini, mengerucut pada penyebab:
1. Guru hanya menggunakan media peta provinsi/kabupaten/kota yang tidak ada garis
astronomisnya, sehingga siswa kebingungandalam menentukan letak suatu
provinsi/kabupaten/kota dengan tepat.
2. Guru hanya sekilas dalam membahas materi penunjuk arah mata angin sehingga siswa
kesulitan dalam menentukan perbatasan-perbatasan provinsi/kabupaten/kota.
3. Guru hanya menjelaskan kepada siswa nama-nama kenampakan alam dari buku paket
saja, tidak langsung menunjukan dari peta karena media petanya tidak dilengkapi
dengan gambar atau simbol dari kenampakan alam.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi di kelas IV SDN Cipancar Kecamatan
Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang, maka peneliti mengadakan penelitian
tindakan kelas dengan alternatif pemecahan masalah, yaitu penerapan permainan
menyusunpuzzle melalui teknik numbered heads together.
Permainan Puzzle adalah permainan menyusun gambar peta provinsi/
kabupaten/kota yang berukuran besar dibingkai dan bagian tengahnya dipotong-potong
menjadi kepingan kecil, lalu kepingan-kepingan gambar tersebut diacak dan disusun
kembali oleh siswa menjadi sebuah gambar utuh.
Model kooperatif teknik numbered heads adalah kegiatan yang dilakukan dengan
membagi siswa kepada beberapa kelompok dan setiap siswa dalam kelompok
mendapatkan nomor. Kemudian guru memberikan tugas untuk membaca peta
provinsi/kabupaten/kota melalui soal latihan dan masing-masing kelompok
paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawabannya, dan
selanjutnya guru memanggil salah satu nomor. Anak didik yang dipanggil melaporkan
hasil kerjasamanya di depan kelas. Keunggulan teknik ini adalah untuk memberikan
kesempatan kepada anak didik untuk membagikan ide-ide dan mempertimbangkan
jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong anak didik untuk
meningkatkan semangat kerjasama mereka.Mengapa teknik ini cocok digabungkan
dengan media puzzle, karena orang yang ditunjuk secara acak memiliki probabilitas
mampu mewakili temannya yang lain secara 50-50. Jika yang terpilih adalah siswa yang
asor, kelompok akan sedikit dirugikan kecuali jika kelompok tersebut rata berbagi
pengalaman belajar dan pemahamannya. Teknik puzzle bisa mencairkan iklim yang
cukup mampu memicu konflik ini karena kekuatan permainan biasanya mampu
mencairkan suasana dan bersifat menyenangkan.
Dari latar berakang tersebut, diambillah judul “Penerapan Permainan Menyusun
Puzzle Melalui Teknik Numbered Heads Together untuk Meningkatkan Kemampuan
Siswa dalam Membaca Peta Lingkungan Setempat (Provinsi/Kabupaten/Kota) di Kelas
IV SDN Cipancar Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang”.
B. Rumusan Masalah
Siswa kelas IV SDN Cipancar seharusnya mampu dalam membaca peta
lingkungan setempat khususnya peta provinsi/kabupaten/kota, tetapi pada kenyataannya,
siswa di kelas IV SDN Cipancar belum semuanya memiliki kemampuan membaca peta
provinsi/kabupaten/kota melebihi kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan. Hal
ini disebabkan oleh beberapa faktor yang menjadi permasalahan dalam pembelajaran
membaca peta, diantaranya yaitu guru hanya menggunakan media petaprovinsi/
kabupaten/kota yang tidak ada garis astronomisnya, sehingga siswa kebingungan dalam
menentukan letak suatuprovinsi/ kabupaten/kota dengan tepat kemudian guru hanya
sekilas dalam membahas materi penunjuk arah mata angin sehingga siswa kesulitan
dalam menentukan perbatasan-perbatasan provinsi/kabupaten/kota dan guru hanya
menjelaskan kepada siswa nama-nama kenampakan alam dari buku paket saja, tidak
langsung menunjukan dari peta karena media petanya tidak dilengkapi dengan gambar
8
Dari permasalahan tersebut, maka rumusan masalah yang diajukan dalam
penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan secara umum yaitu bagaimanakah
proses pelaksanaan pembelajaran dan hasil pembelajaran membaca peta lingkungan
setempat (provinsi/kabupaten/kota) dengan penerapan permainan menyusun puzzle
melalui teknik numbered heads.
Secara khusus rumusan masalah yang diajukan tersebut diperinci sebagai berikut :
a. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran membaca peta dengan permainan
menyusun puzzle melalui teknik numbered heads di kelas IV SDN Cipancar
Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang?
b. Bagaimana aktivitas siswa dan kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran
membaca peta (provinsi/kabupaten/kota) dengan penerapan permainan menyusun
puzzle melalui teknik numbered heads?
c. Bagaimana peningkatan kemampuan siswa dalam membaca peta dengan penerapan
media puzzle dan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads di kelas IV
SDN Cipancar Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang?
C. Pemecahan Masalah
Dalam mengatasi permasalahan yang telah dirumuskan perlu dicari alternatif
pemecahan masalah. Maka peneliti mengambil alternatif dengan penerapan permainan
menyusun puzzle melalui teknik numbered heads. Penerapan permainan menyusun puzzle
melalui teknik numbered heads dirasa tepat untuk membantu meningkatkan keterampilan
membaca peta provinsi/kabupaten/kota. Selain biaya yang dikeluarkan untuk membuat
permainanpuzzleini tidak besar, dalam menggunakan permainan ini juga tidak susah, guru
hanya membagikan puzzle yang masih teracak, kemudian siswa disuruh untuk menyusun
puzzle yang masih teracak tersebut menjadi gambar yang utuh. Dari puzzle yang telah
tersusun, siswa akan mengetahui gambar peta provinsi/kabupaten/kota berikut dengan
letak,perbatasan-perbatasannya kemudian kenampakan alam dari peta tersebut.
Adapun langkah-langkah pembelajaran Model kooperatif teknik numbered heads
adalah sebagai berikut.
1. Guru membagi siswa kepada beberapa kelompok dan setiap siswa dalam
2. kemudian guru memberikan tugas untuk membaca peta kabupaten/kota melalui
soal latihan dan masing-masing kelompok mengerjakannya
3. kelompok harus memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan
memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawabannya
4. guru memanggil salah satu nomor
5. siswa yang dipanggil melaporkan hasil kerjasamanya di depan kelas.
Keunggulan teknik ini adalah mampumemberikan kesempatan kepada anak didik
untuk membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu,
teknik ini juga mendorong anak didik untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka.
Dengan melihat paparan di atas maka diyakini bahwa dengan Penerapan
permainan menyusun puzzle melalui teknik numbered headsdapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam membaca peta lingkungan setempat (kabupaten/kota) di kelas
IV SDN Cipancar Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran dengan menerapkan permainan
menyusun puzzle melalui teknik numbered headsdalam rangka meningkatkan
kemampuan siswa membaca peta lingkungan setempat (provinsi/kabupaten/kota) di
kelas IV SDN Cipancar Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang
2. Untuk mengetahui aktivitas siswa dan kinerja guru dalampelaksanaan pembelajaran
membaca peta (provinsi/kabupaten/kota) dengan penerapan permainan menyusun
puzzle melalui teknik numbered headsdalam rangka meningkatkan kemampuan siswa
dalam membaca peta lingkungan setempat provinsi/kabupaten/kota) di kelas IV SDN
Cipancar Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang.
3. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca peta lingkungan setempat
(provinsi/kabupaten/kota) di kelas IV SDN Cipancar Kecamatan Sumedang Selatan
Kabupaten Sumedang dengan penerapan permainan menyusun puzzle melalui teknik
10
E. Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam
membaca peta lingkungan setempat (provinsi/kabupaten/kota) khususnya
kemampuanmembaca peta kabupaten/kota.
2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan guru tentang
penggunaan media, metode, model dan teknik pembelajaran yang dapat digunakan
dalam pembelajaran membaca peta lingkungan setempat (provinsi/kabupaten/kota).
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman yang berharga dan bahan data
atau informasi tentang penggunaan penerapan permainan menyusun puzzle melalui teknik
numbered heads dalam untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca peta
lingkungan setempat (provinsi/kabupaten/kota).
F. Batasan Istilah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka definisi operasionalnya dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Permainan Puzzle adalahpermainan menyusun gambar yang sangat populer, biasanya
dimainkan oleh anak-anak. Sebuah gambar berukuran besar dibingkai dan bagian
tengahnya dipotong-potong menjadi kepingan kecil, lalu kepingan-kepingan gambar
tersebut diacak dan disusun kembali menjadi sebuah gambar utuh (Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia).
2. Meningkatkan Kemampuan adalah membuat hasil prestasi belajar siswa jadi lebih
baik dan meningkatkan siswa khususnya dalam membaca peta
provinsi/kabupaten/kota (Depdiknas, 2007:707).
3. Model kooperatif teknik numbered heads adalah kegiatan yang dilakukan dengan
memberikan kesempatam kepada anak didik untuk saling membagikan ide-ide dan
4. Peta adalah gambar seluruh atau sebagian dari permukaan bumi yang dilukiskan ke
12
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Djuanda, Dadan. Dkk.(2009). Model Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Hamalik, Oeman. (2001). Proses Belajar Mengajar. Bandung : Bumi Aksara.
Hisnu, Tantya. (2008). Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta : Depsiknas
Kasbulah, K.(1999). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Depdikbud
Lie. A. 2002. Kooperatif Learning. Jakarta: GramediaWidyaSarana Indonesia.
Mulyasa, 2002.KurikulumBerbasisKompetensi. Bandung: RinekaRosdaKarya.
Nasution, 1995.BerbagaiPendekatandalam Proses BelajardanMengajar.Jakarta : PT. BumiAksara.
Pudjiastuti, Sri Rahayu. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta : STKIP Kusuma
Negara Jakarta.
Saputra, M. Yudha. (2007). Model Pembelajaran Kooperatif. Bandung : Universitas
Pendidikan Indonesia. IPS. Jakarta; Bumi Aksara
Solihatin. Etin. Raharjo. 2007.
Sutardi, Didi. Dkk. (2007). Pembaharuan dalam PBM di SD. Bandung : UPI PRESS.
33
METODE PENELITIAN
A. Lokasidan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi dilaksanakannya penelitian tindakan kelas ini adalah di SDN
Cipancar Kecamatan Sumedang Selatan. Pemilihan lokasi penelitian ini
didasarkan pada pertimbangan bahwa peneliti merupakan guru di SDN
Cipancar dan pihak sekolah memberikan sambutan yang positif terhadap
pembaharuan mengajar yang dilakukan.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang dilakukan direncanakan kurang lebih selama
lima bulan untuk melaksanakan tiga siklus terhitung dari mulai bulan Januari
34
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV SDN
CipancarKecamatan Sumedang Selatan yang berjumlah 20 siswa terdiri dari 9
siswa perempuan dan 11 siswa laki–laki.
Untuk lebih jelasnya mengenai nama-nama siswa yang menjadi subjek
penelitian ini yaitu siswa kelas IV, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.2
Daftar Siswa-Siswi Kelas IV SDN Cipancar Tahun Ajaran 2011/2012
No. Nama Siswa Jenis Kelamin
17. Shilfi Nurdiantifa
18. Lisa Ardhiani
19. Tegar Abdul
20. Yuri Fauziah
C. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian
Metode penelitian menurut Furchan (Hatimah, 2007: 81) mengatakan bahwa, „Metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang dihadapi‟. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa metode penelitian sangat penting dalam proses penelitian.
Metode peneiltian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian tindakan kelas (classroom action research). Hopkins ( Wiriatmadja,
2008: 11) mengatakan tentang pengertian penelitian tindakan kelas bahwa:
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan
prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan
dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang
sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.
Sejalan dengan pemikiran Hopkins, Wiriaatmadja (2008: 13) secara ringkas mengemukakan, “penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengoorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri”.
Dari kedua pengertian penelitian tindakan kelas di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian reflektif yang
dilakukan guru terhadap pembelajaran yang dilaksanakannya, dan melakukan
tindakan-tindakan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Dalam pelaksanaan
tindakan tersebut guru terlibat di dalamnya dan membutuhkan orang lain, maka
dari itu penelitian tindakan kelas dilaksanakan secara kolaboratif. Adapun desain
yang diterapkan dalam penelitian ini adalah desain Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research). “Penelitian tindakan kelas adalah bagaimana
sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri” (Wiriaatmadja, 2008: 13). 2. Desain Penelitian
Model penelitian yang digunakan adalah model Spiral dari Kemmis dan
36
berkelanjutan yang terdiri dari empat tahap yaitu, perencanaan (plan), tindakan
(act), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect). Berikut gambar dari model
tindakan kelas dari Kemmis dan Taggart.
Gambar 3.1
Model Spiral Kemmis dan Mc Taggart (Wiriaatmadja, 2008 : 66)
Berdasarkan gambar di atas, langkah pertama yang dilakukan peneliti
sebelum melakukan tindakan, yaitu membuat rencana tindakan (plan).
Langkah kedua, setelah rencana disusun dengan baik, maka rencana tersebut
dilaksanakan (action). Langkah ketiga, peneliti mengadakan pengamatan
terhadap proses pelaksanaan tindakan (observe) melalui lembar observasi
bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Langkah keempat, berdasarkan
hasil pengamatan yang telah dilakukan maka langkah selanjutnya yaitu
mengadakan refleksi (reflect) atas tindakan yang telah dilakukan pada
sampai peneliti dapat menyelesaikan masalah yang ditelitinya dengan hasil
yang optimal.
Model siklus tersebut meliputi langkah-langkah kegiatan sebagai berikut :
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan disusun berdasarkan pada masalah yang hendak
dipecahkan dan hipotesis tindakan yang diajukan agar terjadi perubahan dan
peningkatan dalam pembelajaran membaca peta provinsi/kabupaten/kota dengan
penerapan permainan menyusun puzzle melalu iteknik numbered heads.
Langkah-langkah perencanaannya yaitu :
1. Melakukan kunjungan ke SD, mengurus perizinan kepada kepala sekolah
mengenai penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan.
2. Mewawancarai guru kelas yang kelasnya akan dijadikan objek penelitian
mengenai apa saja yang menjadi kendala dalam pembelajaran IPS.
3. Melakukan wawancara kepada siswa kelas IV SDN Cipancar seputar
kendala yang dirasakan dalam pembelajaran IPS.
4. Penetapan observasi dilakukan oleh guru di SDN Cipancar dan peneliti
sebagai model.
5. Melakukan diskusi dengan guru yang bersangkutan /observer dalam rangka
memecahkan masalah dan mencari alternative pemecahan masalahnya dalam
pembelajaran membaca peta provinsi/kabupaten/kota.
6. Mempersiapkan alat instrumen data yang nantinya akan digunakan dalam
pelaksanaan tindakan kelas diantaranya lembar observasi, lembar wawancara,
format penilaian proses dan penilaian hasil belajar siswa.
7. Menetapkan waktu pelaksanaan tindakan penelitian dengan menerapkan
permainan menyusun puzzle melalui teknik numbered heads.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahapan pelaksanaan tindakan, peneliti berperan sebagai model atau
sebagai guru yang mengajar, sedangkan guru SDN Cipancar menjadi observer.
Dalam pelaksanaannya peneliti menerapkan permainan menyusun puzzle melalui
38
provinsi/kabupaten/kota. Apabila pelaksanaan siklus I belum memenuhi target
yang telah ditetapkan, maka pembelajaran dilakukan pada siklus selanjutnya
sampai tercapai target yang telah ditetapkan.Adapun langkah-langkah rencana
pelaksanaan pembelajaran membaca peta kabupaten/kota dengan penerapan
permainan menyusun puzzle melalui teknik numbered heads di kelas IV SDN
Cipancar adalah sebagai berikut :
1. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi dari membaca peta
2. Siswa bertanya jawab tentang materi yang tealah di jelaskan oleh guru.
3. Siswa membentuk kelompok yang heterogen menjadi empat kelompok.
4. Guru membagikan puzzle gambar peta yang masih teracak pada setiap
kelompok.
5. Setiap siswa diberi nomor untuk digunakan pada saat melaksanakan
kooperatif teknik Numbered Heads Together.
6. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang tentang cara-cara
pembelajaran yang akan dilaksanakan di dalam kelompok.
7. Setiap kelompok menyusun puzzle dengan benar.
8. Semua kelompok menyebutkan gambar puzzle tersebut.
9. Siswa diperintahkan untuk melihat ke belakang puzzle, karena dibelakang
puzzle tersebut terdapat soal yang harus dikerjakan.
10. Siswa mengerjakan soal dengan cara berkelompok.
11. Anggota kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan
memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawabannya.
12. Guru memanggil salah satu nomor. Siswa yang dipanggil harus
melaporkan kerjasamanya di depan kelas.
13. Siswa diberikan lembar evaluasi oleh guru untuk dikerjakan secara
individu.
14. Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya.
c. Tahap Observasi
ini dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa”
(S.Margono, 1997 : 158).
Pelaksanaan observasi berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan, karena atau informasi yang dikumpulkan adalah data tentang proses
berupa perubahan kinerja pembelajaran dan hasil belajar siswa. Observasi
dipandang sebagai teknik yang paling tepat untuk mengumpulkan data tentang
proses kegiatan guru dan aktivitas siswa.
Kegiatan dalam pengamatan seperti mencatat dan mendokumentasikan
segala temuan dilakukan oleh observer dengan mengisi lembar observasi,
sehingga dengan begitu dapat diketahui seberapa jauh keberhasilannya, adanya
dampak positif atau negatif dari pelaksanaan tindakan yang nantinya akan
berujung pada pertimbangan untuk perbaikan tindakan selanjutnya.
Menurut Kasboulah (1998 : 74) berkaitan dengan tahapan observasi ini
adalah sebagai berikut :
Kegiatan observasi atau pengamatan dalam penelitian pendidikan kelas dapat disejajarkan kedudukannya dengan pengumpulan data dalam penelitian formal. Istilah observasi lebih sering dipergunakan dalam penelitian tindakan kelas, karena data atau informasi yang dikumpulkan adalah data tentang proses perubahan kinerja pembelajaran, walau data tentang hasil kegiatan pembelajaran juga diperlukan. Observasi dikatakan sebagai teknik yang paling tepat pada penelitian tindakan kelas, karena observasi mengumpulkan data tentang kegiatan. Penelitian tindakan kelas lebih cenderung disebut penelitian kualitatif, sehingga datanya pun cenderung kualitatif.
d. Tahap Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan akhir dari penelitian; yakni peneliti
mengkaji, melihat, serta mempertimbangkan hasil atau dampak dari pelaksanaan
tindakan dari berbagai kriteria.Refleksi ini dilakukan untuk mengetahui segala hal
yang terjadi dan diperoleh dalam proses dan hasil pembelajaran, yang dilakukan
dengan cara:
1. Mengecek data yang diperoleh selama melakukan penelitian.
2. Mendiskusikan hasil yang diperoleh yang terkait dalam pelaksanaan
40
3. Menyusun rencana yang akan dilakukan pada siklus selanjutnya, untuk
mengetahui hal-hal yang perlu di perbaiki dalam siklus selanjutnya.
D. InstrumenPenelitian
Secara sederhana, instrument dapat diartikan sebagai alat ukur atau
fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat,
lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah di olah.
Adapun Instrumen yang digunakan dalam penelitian :
a. Format Observasi
Format observasi digunakan untuk mengumpulkan data. Format ini
merupakan panduan yang berisi hal-hal pokok untuk dicermati pada saat
pelaksanaan tindakan berlangsung.
Dalam penelitian yang akan dilaksanakan, penulis akan melaksanakan
observasi ke SDN Cipancar Kecamatan Sumedang Selatan. Observasi ini
dilakukan untuk mengetahui atau mengamati guru dan siswa dalam proses
kegiatan belajar mengajar, pada saat kegiatan membaca peta
provinsi/kabupaten/kota..
Sehingga dari hasil observasi tersebut, dapat ditemukan permasalahan dalam
membaca peta kabupaten/kota pada siswa. Karena itu perlu mengkaji
penyebabnya dan mencari solusi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kemampuan membaca peta kabupaten/kota di kelas IV SDN Cipancar
Kecamatan Sumedang Selatan. Adapun lembar observasi aktivitas guru dan
lembar observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, adapun formatnya
(terlampir).
b. Pedoman Wawancara
Teknik wawancara dilakukan sebagai upaya untuk mencari data tentang
pendapat siswa mengenai proses belajar yang dialaminya, dimana percakapan itu
berisi cerita yang telah dilaksanakannya pembelajaran membaca peta
kabupaten/kota dengan penerapan permainan menyusun puzzle melalui teknik
numbered heads. Selain itu, wawancara tersebut juga dilakukan sebagai upaya
menyusun puzzle melalui teknik numbered heads dalam pembelajaran membaca
peta kabupaten/kota. Di dalamnya memuat beberapa pertanyaan yang akan
menjadi acuan untuk berkomunikasi dengan responden.
Pedoman wawancara bila digunakan untuk menguji kebenaran dan
kemantapan suatu data, metode wawancara menjadi kriterium.Dalam fungsinya
sebagai kriterium maka wawancara harus dilaksanakan dengan hati-hati. Sangat
tidak dibenarkan bila metode wawancara sebagai kriterium diselenggarakan
secara tergesa-gesa, tanpa persiapan yang matang (Arikunto , 2004 : 89).
Wawancara yang dilaksanakan oleh peneliti, dipadukan dengan
wawancara yang sifatnya dinamis, tidak kaku, dan tidak terfokus pada suatu
konsep wawancara yang tertulis. Tetapi berupa percakapan santai menanti bel
pulang berbunyi. Dimana percakapan itu berisi seputar kegiatan belajar mengajar
yang dilakukan oleh guru kelasnya sehari-hari. Adapun format wawancara yang
digunakan diantaranya adalah format atau lembar wawancara guru dan format
wawancara untuk siswa (terlampir).
Alat instrument untuk wawancara berupa pedoman wawancara yang
meliputi nama yang di wawancarakan, waktu wawancara, tempat wawancara,
masalah-masalah berupa pertanyaan yang diajukan disertakan kesimpulan
wawancara. (format pedoman wawancara terlampir).
c. Tes Hasil Belajar
Tes merupakan alat pengukuran data yang berharga dalam penelitian. Tes
adalah seperangkat rangsangan (stimulus) yang diberikan kepada seseorang
dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang dijadikan penetapan
skor angka. Tes dilakukan untuk mengukur dan mengetahui kemampuan dan
keberhasilan siswa setelah dilakukannya tindakan melalui alat pengumpulan data
yang digunakan.
Format penilaian digunakan oleh peneliti untuk menilai hasil proses
belajar dan hasil akhir siswa dalam pembelajaran membaca peta kabupaten/kota,
adapun format penilaian dalam membaca peta provinsi/kabupaten/kota yaitu
42
E. Teknik Pengolahan Data a. Teknik Pengolahan Proses
Pengolahan data dimulai setelah data terkumpul dari alat pengumpul data
seperti wawancara, observasi, tes hasil belajar, dan lembar kerja siswa kemudian
diolah dan dianalisis serta dimaknai dan disimpulkan.
Dalam pengolahan data proses (kegiatan guru dan aktivitas siswa) dengan
mengolah data yang terkumpul dalam instrument (lembar observasi) kemudian
disesuaikan dengan indikator atau aspek yang diamati dan menginterprestasikan
dengan rentang skala yang telah ditentukan. Aspek yang dinilai dalam penilaian
proses ada 3 aspek yaitu kerjasama, disiplin, dan keaktifan. Masing-masing aspek
memiliki skor tertinggi 3, dan data proses dapat diperoleh saat pelaksanaan
tindakan berlangsung. Setelah itu baru dianalisis dan menyimpulkan data proses
(kegiatan guru dan aktivitas siswa) sehingga dapat melakukan refleksi terhadap
tindakan yang akan direncanakan pada pertemuan atau siklus selanjutnya, adapun
format penilaian proses (terlampir).
b. Teknik Pengolahan Hasil
Cara pengolahan data hasil belajar siswa yaitu dengan menentukan
terlebih dahulu KKM dengan tujuan untuk mencari batas nilai siswa yang tuntas
dan belum tuntas. Ada pun cara untuk penghitungan KKM adalah sebagai berikut
:
Membaca lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dengan menggunakan skala sederhana.
Mendeskripsikan letak wilayah
kabupaten/kota √ √ √ 5 60
Menentukan perbatasan-perbatasan
kabupaten/kota √ √ √ 5 60
Mengidentifikasi kenampakan alam
Deskriptor Kompleksitas
a. Guru memahami dengan benar kompetensi yang harus dibelajarkan pada
peserta didik.
b. Guru kreatif dan inovatif dengan metode pembelajaran yang bervariasi.
c. Guru menguasai pengetahuan dan kemampuan sesuai bidang yang diajarkan.
Daya Dukung
a. Sarana pendidikan sesuai dengan tuntutan kompetensi
b. Ketersediaan tenaga, manajemen sekolah
c. Prasarana pendidikan sesuai dengan tuntutan kompetensi
Intake
a. Peserta didik mempunyai kemampuan penalaran tinggi.
b. Peserta didik yang cakap/terampil menerapkan konsep.
c. Peserta didik yang cermat, kreatif dan inovatif dalam penyelesaian
tugas/pekerjaan.
Kriteria Penilaian untuk Daya Dukung dan Intake
3 (Baik) = Jika ketiga indikator dilaksanakan
2 (Cukup) = Jika hanya dua indikator dilaksanakan
1 (Kurang) = Jika hanya satu indikator yang dilaksanakan
Kriteria Penilaian untuk Kompleksitas
3 (Kurang) = Jika hanya satu indikator dilaksanakan
2 ( Cukup) = Jika hanya dua indikator yang dilaksanakan
1 (Baik) = Jika ketiga indikator dilaksanakan.
Skor Ideal = Skor tertinggi kompleksitas + Skor tertinggi daya dukung + Skor
44
Keterangan :
Jika siswa mendapat nilai 60 dikatakan tuntas
Jika siswa mendap[at nilai 60 dikatakan belum tuntas
Setelah batas tuntas diketahui maka berlanjut pada penilaian hasil kerja
siswa. Ada 5 aspek yang dinilai dari hasil kerja siswa yaitu menentukabn nama
kabupaten/kota/provinsi, mendeskripsikan letak provinsi/kabupaten/kota,
menentukan perbatasan-perbatasan provinsi/kabupaten/kota, mengidentifikasi
kenampakan alam kabupaten/kota, dan mengidentifikasi banyaknya kecamatan
pada kabupaten. Setiap aspek memiliki skor maksimal 3 sehingga skor total ideal
adalah 15. Langkah selanjutnya menghitung persentase dan menentukan lulus atau
tidaknya siswa, dengan cara penilaian skor perolehan dari 3 aspek dibagi skor
ideal dikali 100.
Skor Ideal = 15
Nilai = Skor Perolehan x 100
Skor Ideal
Dari hasil kegiatan ini kemudian dianalisis sehingga dapat diketahui
aspek-aspek mana yang masih belum dicapai oleh setiap individu, dan peneliti
dapat menentukan tindakan untuk pertemuan selanjutnya dengan menitikberatkan
pada aspek yang belum tercapai secara optimal.
5. Validasi Data
Kegiatan validasi data yaitu menetapkan keabsahan data dengan teknik
pemeriksaan untuk menghasilkan data yang valid (tepat) sehingga data yang
dilaporkan peneliti sesuai dengan data yang sesungguhnya yang terjadi di
lapangan.
Adapun validasi data yang digunakan dalam penelitian ini merujuk
pendapat Hopkins ( Wiraatmaja, 2005:168-171), yaitu :
a. Member check, yaitu untuk mendapatkan kebenaran dengan cara meninjau
dengan menginformasikannya pada guru maupun siswa melalui kegiatan
reflektif kolaboratif pada setiap akhir kegiatan pembelajaran. Pada kesempatan
ini peneliti mengemukakan hasil temuan sementara di kelas IV ini agar
memperoleh tanggapan, sanggahan, kritikan, informasi baik dari guru maupun
siswa, sehingga peneliti menemukan titik terang dari data yang benar-benar
memiliki validasi yang tinggi.
b. Triangulasi yaitu memeriksa kebenaran data yang diperoleh peneliti, dengan
membandingkan terhadap hasil yang diperoleh sumber lain yaitu guru dan
siswa. Dari data tersebut peneliti melihat keadaan sebenarnya, mewawancarai
sedikit padasiswa untuk mengetahui gambaran tentang permainan dan teknik
yang akan peneliti gunakan yaitu penerapan permaina nmenyusun puzzle
melalui teknik numbered heads.
c. Audit Trail yaitu mengecek kebenaran prosedur dan metode pengumpulan
data dengan cara mendiskusikannya terhadap guru dan teman-teman peneliti.
Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang akurat.
d. Expert Opinion dilakukan dengan cara mengkonsultasikan hasil semua
peneliti kepada para ahli. Dalam kegiatan ini peneliti secara berkali-kali
mengkonsultasikan hasil temuan peneliti pada pembimbing (Dosen) untuk
memperoleh arahan dan masukan sehingga temuan penelitian dapat
77 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan
oleh peneliti pada bab sebelumnya, tentang pelaksanaan dan hasil tindakan dengan
penggunaan media puzzle dengan menggunakan teknik numbered heads together
untuk meningkatkan hasil belajar pada materi membaca peta di kelas IV SDN
Cipancar, dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan gambar fotografi untuk
meningkatkan hasil belajar pada materi kaitan aktivitas ekonomi dengan sumber
daya alam terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan dalam penelitian ini yang melakukan kegiatan di
dalam tahap ini sepenuhnya dilakukan oleh guru. Kegiatan yang dilakukan
meliputi mempersiapkan RPP, mempersiapkan media pembelajaran,
mempersiapkan teknik pembelajaran, mempersiapkan materi pembelajaran,
mempersiapkan alat evaluasi dan instrumen penelitian. Pada tahap ini, kegiatan
yang terpenting adalah mempersiapkan media pembelajaran yaitu puzzle sebagai
perwujudan dari permainan merangkai sebuah petakabupaten. Kemudian hal yang
penting kedua adalah pembuatan LKS dengan bahasa yang mudah dipahami oleh
siswa, sehingga bisa membantu siswa dalam pembelajaran. LKS ini mengalami
perubahan pada perencanaan penelitian ini sebanyak satu kali yaitu pada siklus II
yang peta yang digunakan adalah peta jawa barat sehingga siswa tidak jenuh
dalam mengerjakan LKS. Pada tahap perencanaan kinerja guru ini mengalami
peningkatan setiap siklusnya. Adapun persentase ketercapaian indikator kinerja
guru pada perencanaan ini dari setiap siklus, adalah tindakan siklus I sebesar
77%, tindakan siklus II 100 %.
2. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, terdapat dua kegiatan yang dilakukan yaitu
aktivitas siswa dan kinerja guru. Kinerja guru pada tahapan ini meliputi kegiatan
kelas, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan mengadakan apersepsi. Pada
kegiatan inti, guru membagi siswa dalam lima kelompok, memberi nomor kepada
setiapsiswa, membagikan puzzle kepada tiap kelompok, membagikan LKS,
menjelaskan cara mengerjakan LKS, membimbing sswa dalam diskusi, meminta
perwakilan siswa dalam kelompok untuk presentasi, dan tanya jawab dengan
siswa. Pada kegiatan akhir, guru membimbing siswa menyimpulkan materi, dan
mengadakan evaluasi. Perbaikan pada kegiatan pada siklus II yaitu guru meminta
siswa yang perwakila untuk menempelkan hasil puzzle pada papan tulis yang
kemudian diamati. Berdasarkan data yang diperoleh, persentase ketercapaian
target kinerja guru dalam penelitian ini adalah pada tindakan siklus I sebesar 77,8
%, dan pada tindakan siklus II sebesar 92,3 %. Kemudian pada aktivitas siswa
yang di dalamnya meliputi tiga aspek yang diobservasi yaitu aktif mengamati
peta, responsif diskusi dan aktif presentasi. Serangkaian aktivitas siswa tersebut
pada setiap siklusnya dalam penelitian ini mengalami peningkatan. Hal ini
diperoleh dari data hasil observasi penilaian aktivitas siswa. Adapun persentase
rata-rata penilaian aktivitas siswa dari setiap siklusnya adalah untuk tindakan
siklus I sebesar 60 %, dan tindakan siklus II sebesar 90 %, dengan target
pencapaian ketuntasan ≥76 %.
3. Evaluasi
Pada tahap evaluasi, yang terdiri dari kegiatan guru dan aktivitas siswa.
Untuk kinerja guru pada saat penilaian dari ketiga siklus dalam penelitian ini telah
mencapai target yaitu 90 % dari siklus I dan siklus II. Kemudian pada tahap ini,
untuk hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari setiap siklusnya. Hasil
belajar dalam penelitian ini merupakan hasil pengolahan nilai tes tertulis. Untuk
nilai tertulis persentase rata-rata kelas dalam setiap siklusnya adalah tindakan
siklus I sebesar 60%, dan tindakan siklus II sebesar 90 %. Sedangkan peningkatan
nilai aktivitas siswa telah dijelaskan di atas. Nilai hasil belajar tersebut
dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), jika nilai siswa
kurang dari KKM, maka dinyatakan belum tuntas, dan jika nilai siswa sama
dengan atau lebih dari KKM, maka dinyatakan tuntas. Adapun Kriteria
79
hasil belajar siswa pada materi membaca peta dapat dilihat dari persentase
ketuntasan siswa. Adapun persentase ketuntasan untuk tindakan siklus I adalah
60 %, dan tindakan siklus II adalah 90 % dengan target pencapaian ketuntasan
≥76 %.
Berdasarkan gambaran yang telah peneliti paparkan di atas, telah
membuktikan bahwa “Jika guru menerapkan permainan menyusun puzzle melalui teknik numbered heads together, maka kemampuan siswa dalam membaca peta
kabupaten/kota di kelas IV SDN Cipancar dapat meningkat”
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dengan penggunaan media puzzle untuk
meningkatkan kemampuan siswa membaca peta yang dilaksanakan dalam dua
siklus, maka dapat dikemukakan beberapa saran.
1. Bagi Guru
Dalam menyampaikan materi pembelajaran khususnya menerangkan peta,
alangkah lemah jika guru tidak menggunakan media sama sekali. Sebaiknya
guru menggunakan media untuk mempermudah siswa dalam memahami
materi dan memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran
sehingga suasana belajar menjadi lebih hidup dan menyenangkan.
2. Bagi Peneliti yang Lainnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan jika ada yang ingin meneliti dengan
menggunakan media atau model serupa, serta dapat dijadikan pengembangan
penelitian lebih lanjut dalam pembelajaran IPS materi lainnya.
3. Bagi Sekolah
Sebaiknya dilakukan kerjasama yang baik dari seluruh pihak, agar setiap
masalah pembelajaran dapat dicarikan solusi penyelesaian yang terbaik secara
bersama-sama serta mendukung pengadaan media di sekolah, misalnya
dengan pengadaan media dalam pembelajaran IPS baik media sederhana
4.Bagi Lembaga
Skripsi ini dapat memperkaya situs penelitian bagi UPI ke depannya dan dapat
membantu meningkatkan kualitas lembaga pada umumnya, kualitas dosen dan
81
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2007. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Erlangga.
Awan, Mutakin dan Triyanto.2007. Model-model Pembelajaran Konstruktivis. Jakarta: Prestasi Pustaka.]
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. (2008). Pedoman Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Djamarah, S.B. dan Zain, A. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Djuanda, Dadan. Dkk.(2009). Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Bandung: Upi Press
Hamalik, Oeman. (2001). Proses Belajar Mengajar. Bandung : Bumi Aksara.
Hisnu, Tantya. (2008). Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta : Depdiknas.
Kasbulah, K.(1999). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Depdikbud.
Lie. A. 2002. Kooperatif Learning. Jakarta: GramediaWidyaSarana Indonesia.
Mulyasa, 2002.Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Rineka Rosda Karya.
Nasution, 1995. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.Jakarta : PT. BumiAksara.
Pudjiastuti, Sri Rahayu. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta : STKIP Kusuma Negara Jakarta.
Rahayu, Sri Palupi.2010. Peningkatan Pemahaman bangun daftar melalui media kertas lipat dan permainan puzzle pada kelas I-A SDN Made 1 Kecamatan Sambikerep.Surabaya. Universitas Negeri Malang.
Sanjaya, Wina. (2006). Model Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media.
Saputra, M. Yudha. (2007). Model Pembelajaran Kooperatif. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia. IPS. Jakarta; Bumi Aksara
Solihatin. Etin. Raharjo. 2007.Cooperative Leraning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta : Bumi Aksara
Sutardi, Didi. Dkk. (2007). Pembaharuan dalam PBM di SD. Bandung : UPI PRESS.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Sadiman, Arif. (2006). Media Pendidikan, Pengertian, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sapriya. 2008. Pendidikan IPS. Bandung: Labolatorium PKN UPI Press.
Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
Wibawa, Basuki dan Farida Mukti. 1992. Media Pengajaran. Bandung: UPI Press