• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN OPEN SOURCE SOFTWARE PENDIDIKANOLEH MAHASISWA DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UNDANG- UNDANG NO. 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA INTELLECTUAL PROPERTY RIGHTS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMANFAATAN OPEN SOURCE SOFTWARE PENDIDIKANOLEH MAHASISWA DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UNDANG- UNDANG NO. 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA INTELLECTUAL PROPERTY RIGHTS."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

BAB II KAJIAN TEORI OPEN SOURCE SOFTWARE PENDIDIKAN DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA (INTELLECTUAL PROPERTY RIGHTS) A. Tinjauan Umum Tentang Software ... 14

1. Pengertian Software ... 14

2. Jenis-jenis Perangkat Lunak ... 16

3. License Software (Lisensi Perangkat Lunak) ... 31

B. Tinjauan Umum Tentang Open Source Software ... 36

1. Pengertian Open Source Software (Perangkat Lunak Sumber Terbuka) ... 36

(2)

Rizky Djati Munggaran, 2012

C. Tinjauan Umum Tentang Hak atas Kekayaan Intelektual

(HaKI) ... 48

1. Pengertian Hak atas Kekayaan Intelektual ... 48

2. Pengertian Tentang Hak Cipta ... 52

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 58

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 60

1. Populasi ... 60

2. Sampel ... 60

C. Teknik Pengumpulan Data ... 61

D. Instrumen Penelitian ... 62

E. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 64

1. Uji Validitas ... 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pemanfaatan Open Source Software Pendidikan dalam Rangka Implementasi Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta ... 76

B. Pemanfaatan Berbagai Open Source Software Pendidikan ... 79

C. Open Source Software Pendidikan Sebagai Penunjang Proses Pembelajaran ... 90

D. Deskripsi Hasil Penelitian ... 92

(3)

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan ... 133

B. Rekomendasi ... 135

DAFTAR PUSTAKA ... 137

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di dunia

sangatlah pesat, teknologi telah diciptakan manusia untuk mendukung berbagai

macam aktivitas guna mempermudah pekerjaan dan meningkatkan

produktivitas. Oleh karena itu dengan pesatnya perkembangan TIK, penerapan

komputerisasi merupakan bagian yang sangat penting untuk mendukung

pekerjaan sehari-hari. Semua teknologi yang dirancang oleh manusia tentu

membutuhkan peran perangkat lunak (software) yang dapat mengeksekusi

kerja dari sebuah mesin (hardware), sebuah mesin yang diciptakan tanpa

adanya perangkat lunak bagaikan mesin yang tiada guna, sehingga komponen

dari perangkat lunak sangatlah vital, baik dalam bentuk kernel sistem operasi

beserta utilitasnya maupun program aplikasi yang berjalan di atasnya.

Perangkat lunak diciptakan oleh para software engineer untuk

memastikan sebuah mesin dapat berjalan sesuai dengan yang dikehendakinya.

Perangkat lunak saat ini sudah menjadi kekuatan yang menentukan, perangkat

lunak menjadi mesin yang mengendalikan pengambilan keputusan dalam

segala bidang kehidupan, baik itu dalam bidang telekomunikasi, bisnis, medis,

pendidikan, industri, perbankan maupun masyarakat umum. Perangkat lunak

sangat lekat dengan kehidupan modern dan saat ini dan kini perangkat lunak

(5)

sebuah kejayaan teknologi karena masyarakat sudah mulai mempertaruhkan

pekerjaan, kenyamanan, keselamatan, keputusan dan banyak dari segi

kehidupan lainnya pada teknologi, khususnya perangkat lunak.

Berbagai macam perangkat lunak hampir sering kita temui di berbagai

PC (personal computer) maupun laptop. Perangkat lunak yang sering ditemui

dan digunakan antara lain: (1) Operating System., (2) Application Program.,

(3) dan Programming Language. Namun dalam penggunaan sebuah perangkat

lunak komputer, ada hal-hal yang harus diperhatikan terutama legalitas dari

aplikasi yang digunakan. Dikeluarkannya undang-undang no.19 tahun 2002

tentang hak cipta, memberikan hukum yang jelas tentang penggunaan aplikasi

komputer. Undang-undang hak cipta diterapkan sebagai bentuk penghargaan

terhadap karya cipta manusia dan juga sebagai bentuk penghargaan moral.

Dalam hal penggunaan perangkat lunak, hak cipta berkaitan erat dengan hak

seseorang yakni pembuat perangkat lunak, seorang pembuat perangkat lunak

telah bekerja keras dan mencurahkan segala pemikirannya dalam berkarya,

sehingga hasil karyanya patut dihargai dan dilindungi dengan undang-undang

yang dalam hal ini undang-undang no.19 tahun 2002 tentang hak cipta.

Undang-undang no.19 tahun 2002 tentang hak cipta adalah

undang-undang yang mengatur dalam rangka pengembangan berbagai ilmu

pengetahuan, sehingga perlu diwujudkan iklim yang lebih baik terutama bagi

tumbuh dan berkembangnya gairah dibidang perangkat lunak komputer.

Dilihat dari nilai ekonomisnya, ciptaan dibagi menjadi dua yakni: (1) Ciptaan

(6)

dari produk tersebut, seperti lukisan maupun patung., (2) Ciptaan yang dapat

digandakan, artinya gandaan tidak menurunkan nilai jual dari produk tersebut,

seperti aplikasi komputer, lagu, maupun karya sastra, sehingga untuk membeli

produk yang dapat digandakan hanya mempunyai hak untuk menggunakan

atau memanfaatkannya saja, sedangkan hak cipta tetap berada pada

penciptanya. Pelanggaran hak cipta secara umum terjadi apabila suatu produk

karya cipta digunakan tanpa izin dari pemilik hak cipta atau apabila bagian

yang pokok dari suatu karya cipta digunakan tanpa izin dari pencipta atau

pemegang hak cipta.

HaKI seharusnya dipahami oleh semua pengguna perangkat lunak

komputer, terutama untuk keperluan pribadi yang menunjang pekerjaan.

Tersedianya berbagai perangkat lunak komputer yang saat ini beredar, mulai

dari yang berpemilik (proprietary) hingga yang bebas (free), membuat pilihan

kepada mahasiswa mana yang lebih tepat mereka gunakan. Dilihat dari

kemudahan dan fitur yang dimiliki oleh perangkat lunak proprietary, membuat

banyak dari kalangan mahasiswa tertarik untuk menggunakannya dan tentu

dengan risiko harga yang cukup tinggi untuk menikmati semua kemudahan itu.

Harga yang ditawarkan oleh program aplikasi proprietary membuat

hanya sebagian mahasiswa saja yang sadar dengan hukum HaKI yang membeli

dengan lisensi asli (original)/lisensi sah, sehingga banyak dari kalangan

mahasiswa yang tidak memiliki uang yang cukup dan kemudian memilih jalan

pintas untuk menyelesaikan itu semua dengan membeli aplikasi bajakan atau

(7)

Perlu kiranya diketahui oleh para mahasiswa yang membeli program

aplikasi proprietary/original/lisensi sah, bahwa terjadinya jual beli aplikasi

komputer tidak menyebabkan beralihnya hak cipta. Pembeli hanya membeli

hak lisensi untuk menggunakan aplikasi berdasakan syarat dan kondisi yang

biasanya tertera dalam End User Licence Agreement (EULA) yang telah

ditetapkan sebelumnya oleh pembuat perangkat lunak komputer/vendor

perangkat lunak, dan dalam lisensi ini biasanya mencakup ketentuan yakni: (1)

Software tersebut boleh diinstal hanya pada satu mesin., (2) Dilarang

memperbanyak software tersebut untuk keperluan apapun (biasanya pengguna

diberi kesempatan untuk membuat backup copy untuk pemilik lisensi saja)., (3)

Dilarang meminjamkan software tersebut kepada orang lain untuk kepentingan

apapun. Berdasarkan ketentuan ini maka tindakan menginstal aplikasi

komputer ke dalam lebih dari satu mesin atau di luar ketentuan yang

dikeluarkan oleh satu lisensi, pinjam meminjam program komputer dan

menginstalnya, mengkopi atau memperbanyak program komputer tersebut

dapat dikategorikan sebagai tindakan pembajakan (ilegal).

Dalam hal ini Business Software Alliance (BSA) yakni sebuah organisasi

resmi dunia yang melakukan studi tentang penggunaan perangkat lunak

bajakan, melaporkan bahwa BSA menemukan 59 persen pengguna komputer di

Indonesia mengaku bahwa mereka memperoleh software bajakan (ilegal). Hal

ini yang membuat tingkat pembajakan perangkat lunak di Indonesia pada tahun

(8)

berarti kerugian pembajakan perangkat lunak mencapai Rp.12,8 Triliun

(http://bsa.org, 5/15/2012) .

Penggunaan aplikasi ilegal (bajakan) merupakan masalah serius diseluruh

dunia dan sangat sulit dicegah karena mudahnya melakukan penggandaan

produk tanpa izin. Para pengguna yang menggunakan perangkat lunak ilegal

dapat diartikan bahwa ia tidak menghargai hak atas kekayaan intelektual dari

suatu produk dan tidak bermoral. Masalah penggunaan perangkat lunak ilegal

tidak akan berkurang selama pengguna mempunyai maksud untuk

menggunakan perangkat lunak ilegal yang pada umumnya didorong karena

masalah finansial.

Pembajakan terjadi ketika harga software sangat mahal, orang tidak

mampu membelinya (Damien, http://inet.detik.com, 25/04/2012). Dengan

adanya aturan tentang HaKI diharapkan para mahasiswa dapat menghargai

karya orang lain dengan membeli liensi asli (original)/lisensi sah produk, dan

apabila tidak mampu membeli lisensi perangkat lunak berpemilik (proprietary)

maka mahasiswa dapat menggunakan perangkat lunak alternatif lain, yakni

dengan menggunakan perangkat lunak yang bebas (free) maupun sumber

terbuka (open source). Semakin banyak pengguna menggunakan software open

source, akan lebih kecil tingkat pembajakan. Karena akan lebih sedikit pula

alasan bagi orang untuk melakukan pembajakan (Damien, http://inet.detik.com,

25/04/2012).

Sebagaimana hasil kajian dari The United Nation Conference on Trade

(9)

menggunakan perangkat lunak berbasis sumber terbuka yang dalam hal ini

adalah open source software untuk mengurangi kesenjangan teknologi dengan

negara maju, selain itu juga dapat menghemat anggaran negara hingga 50–62

persen dan dilihat dari daya beli masyarakat Indonesia yang masih rendah tentu

perangkat lunak open source sangat cocok untuk digunakan, terutama dalam

bidang pendidikan.

Di Indonesia dukungan pemanfaatan open source software telah

diresmikan pada tanggal 30 juni 2004 (dalam Amin Rois Sinung Nugroho,

2008:12-13) oleh Menteri Riset dan Teknologi, Menteri Negara

Pendayagunaan Aparatur Negara, Menteri Kehakiman dan HAM dan Menteri

Pendidikan Nasional dengan membentuk sebuah gerakan open source yakni

Indonesia Go Open Source (IGOS). Kemudian pada IGOS SUMMIT II pada

tanggal 27-28 Mei 2008, 18 kementrian dan kepolisian turut menandatangani

Memorandum of Understanding (MoU) lanjutan yaitu Departemen Komunikasi

dan Informatika, Kementrian Negara Riset dan Teknologi, Sekretariat Negara,

Kementrian Negara BUMN, Kementrian Negara Pendayagunaan Aparatur

Negara, Bappenas, Departemen Koperasi dan UKM, Departemen

Perhubungan, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Perindustrian,

Departemen Sosial, Departemen Agama, Departemen Kehutanan, Departemen

Keuangan, Departemen Dalam Negeri, Departemen Hukum dan HAM,

Departemen Perdagangan dan Kepolisian Republik Indonesia.

Perangkat lunak menurut ketersediaan kode sumbernya dibagi menjadi

(10)

software merupakan perangkat lunak yang kode sumbernya terbuka (tidak

dirahasiakan), dengan terbukanya kode sumber dari perangkat lunak open

source memungkinkan para penggunanya untuk dapat memodifikasi,

meningkatkan dan mempelajari bagaimana software berjalan, sehingga sangat

cocok bagi dunia pendidikan. Selain itu penggunaan open source software

tidak dibebankan oleh biaya lisensi atau izin penggunaan software, berbeda

halnya dengan proprietary software yang mengharuskan para penggunanya

untuk membayar sejumlah rupiah untuk mendapatkan izin dari penggunaan

software.

Tersebarnya berbagai perangkat lunak open source memungkinkan bagi

para civitas akademik di berbagai lembaga pendidikan untuk memilih mana

yang mereka butuhkan untuk menunjang pekerjaan menjadi lebih efektif dan

efisien. Selain itu mereka juga dapat memilikinya secara bebas, yang dalam hal

ini mereka bebas menggandakan dan mengunduhnya di internet. Perangkat

lunak open source sangat penting dalam pendidikan, open source software

pendidikan digunakan untuk membantu civitas akademik di suatu lembaga

pendidikan untuk membantu proses pendidikan, seperti halnya mengolah data

mahasiswa, sarana dosen untuk menunjang proses perkuliahan dan juga untuk

membantu dalam proses mengerjakan tugas perkuliahan bagi mahasiswa.

Banyak open source software pendidikan yang digunakan untuk menunjang

proses perkuliahan mahasiswa mulai dari peramban web (browser), aplikasi

(11)

client, programming dan sebagainya, semua itu mampu dilakukan oleh open

source software.

Tingkat pembajakan software di Indonesia yang tinggi, menyebabkan

rendahnya kesadaran masyarakat terutama mahasiswa mengenai penggunaan

open source software, sehingga menjadikan mereka menggunakan perangkat

lunak berpemilik (proprietary)/ilegal dan melanggar hak cipta dalam

menunjang proses pendidikannya. Padahal mahasiswa bisa menggunakan

perangkat lunak bebas dan gratis untuk dapat menunjang kegiatan

pendidikannya. Pelanggaran hak cipta ini berdampak pada legalitas dari hasil

karya cipta yang dibuat oleh mahasiswa, karena mahasiswa tentu diwajibkan

membuat karya tulis di akhir kependidikannya untuk memperoleh gelar.

Penggunaan open source software dapat mendidik mereka untuk menghormati

karya cipta orang lain dengan tidak menggunakannya secara ilegal, oleh karena

itu pemanfaatan open source software pendidikan sangatlah esensial untuk

mendukung hasil karya dari mahasiswa.

Kebutuhan pemanfaatan open source software pendidikan ini khususnya

oleh mahasiswa jurusan kurikulum dan teknologi pendidikan, Universitas

Pendidikan Indonesia (UPI) sangatlah penting, mengingat mahasiswa jurusan

kurikulum dan teknologi pendidikan merupakan salah satu jurusan yang

menghasilkan mahasiswa yang banyak berkecimpung dalam masalah teknologi

dan perangkat lunak, tentu dalam hal ini legalitas perangkat lunak sangatlah

dibutuhkan oleh mahasiswa. Selain itu mengingat output mahasiswa yang

(12)

kedalam dunia pendidikan dan non pendidikan, baik itu sebagai guru,

entrepreneur (wirausaha) maupun bekerja di perusahaan yang nantinya

menggunakan perangkat lunak sebagai penunjang kegiatannya.

Sesuai dengan latar belakang di atas maka dengan ini penyusun ingin

mengetahui seberapa besar pemanfaatan open source software pendidikan oleh

mahasiswa dalam rangka implementasi undang-undang no. 19 tahun 2002

tentang hak cipta (intellectual property rights).

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, secara umum penulis mengajukan

masalah penelitian yakni “Bagaimana Pemanfaatan Open Source Software

Pendidikan oleh Mahasiswa dalam Rangka Implementasi Undang-Undang No.

19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta (Intellectual Property Rights)?”.

Berdasarkan permasalahan yang ada dan agar lebih fokus penelitian ini

dirumuskan pada pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat pemahaman mahasiswa jurusan kurikulum dan

teknologi pendidikan mengenai undang-undang hak cipta?

2. Bagaimana tingkat pemahaman mahasiswa jurusan kurikulum dan

teknologi pendidikan mengenai jenis lisensi perangkat lunak yang

digunakan?

3. Bagaimana legalitas penggunaan perangkat lunak yang dipakai oleh

mahasiswa jurusan kurikulum dan teknologi pendidikan?

4. Bagaimana tingkat pemahaman tentang open source software dari sudut

(13)

5. Apa saja kendala yang dihadapi mahasiswa jurusan kurikulum dan

teknologi pendidikan dalam menggunakan open source software

pendidikan?

6. Bagaimana kebermanfaatan open source software pendidikan dalam

membantu pembelajaran mahasiswa jurusan kurikulum dan teknologi

pendidikan?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk memperoleh data

yang akurat mengenai tingkat Pemanfaatan Open Source Software Pendidikan

oleh Mahasiswa dalam Rangka Implementasi Undang-Undang No. 19 Tahun

2002 Tentang Hak Cipta (Intellectual Property Rights).

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah memperoleh data yang

akurat mengenai:

1. Untuk mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa jurusan kurikulum dan

teknologi pendidikan mengenai undang-undang hak cipta.

2. Untuk mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa jurusan kurikulum dan

teknologi pendidikan mengenai jenis lisensi perangkat lunak yang

digunakan.

3. Untuk mengetahui legalitas penggunaan perangkat lunak yang dipakai oleh

mahasiswa jurusan kurikulum dan teknologi pendidikan.

4. Untuk mengetahui tingkat pemahaman tentang open source software dari

(14)

5. Untuk mengetahui apa saja kendala yang dihadapi mahasiswa jurusan

kurikulum dan teknologi pendidikan dalam menggunakan open source

software pendidikan.

6. Untuk mengetahui kebermanfaatan open source software pendidikan dalam

membantu pembelajaran mahasiswa jurusan kurikulum dan teknologi

pendidikan.

D.Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan

manfaat secara teoritis dan praktis:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak,

baik secara langsung maupun tidak langsung terutama yang dalam berbagai

kegiatannya menjadikan aplikasi komputer sebagai penunjang kegiatan.

Selain itu diharapkan dapat memberikan kesadaran atau pemahaman

terhadap pentingnya penggunaan perangkat lunak legal khususnya open

source software, hasil dari studi ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan bagi peneliti lain yang melakukan penelitian serupa mengenai

open source software.

2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian adalah:

a. Diketahuinya tingkat pemahaman mahasiswa jurusan kurikulum dan

(15)

b. Diketahuinya tingkat pemahaman mahasiswa jurusan kurikulum dan

teknologi pendidikan mengenai jenis lisensi perangkat lunak yang

digunakan.

c. Diketahuinya legalitas penggunaan perangkat lunak yang dipakai oleh

mahasiswa jurusan kurikulum dan teknologi pendidikan.

d. Diketahuinya tingkat pemahaman tentang open source software dari

sudut pandang mahasiswa jurusan kurikulum dan teknologi pendidikan.

e. Diketahuinya apa saja kendala yang dihadapi mahasiswa jurusan

kurikulum dan teknologi pendidikan dalam menggunakan open source

software pendidikan.

f. Diketahuinya kebermanfaatan open source software pendidikan dalam

membantu pembelajaran mahasiswa jurusan kurikulum dan teknologi

pendidikan.

E.Definisi Operasional

Untuk menghindari perbedaan penafsiran dalam penelitian ini, maka

perlu dijelaskan definisi operasional yang terdapat dalam judul, yakni:

1. Open source software pendidikan adalah serangkaian instruksi yang ditulis

untuk melakukan fungsi spesifik pada komputer yang dalam hal ini

perangkat lunak berbasis sumber terbuka (open source) yang diperuntukkan

untuk kegiatan pendidikan.

2. Implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan suatu kegiatan yang

(16)

norma-norma tertentu yang dalam penelitian ini adalah undang-undang

no.19 tahun 2002 tentang hak cipta.

3. Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk

mengumumkan, memperbanyak atau memberikan izin hasil ciptaanya itu

dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

4. Hak atas kekayaan intelektual (intellectual property rights) adalah

pengakuan hukum yang memungkinkan pemegang hak atas kekayaan

intelektual tersebut untuk mengatur penggunaan gagasan-gagasan dan

ekspresi yang diciptakannya dalam jangka waktu tertentu. Istilah kekayaan

intelektual mencerminkan bahwa hak atas kekayaan intelektual dapat

(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Pendekatan Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2012:2).

Dengan demikian dapat diambil pengertian bahwa metode penelitian

merupakan cara-cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pada suatu

penelitian. Dalam penelitian ini penyusun menggunakaan pendekatan

kuantitatif, hal ini didasarkan pada permasalahan yang ada pendekatan

kuantitatif sangatlah tepat karena menekankan pada angka-angka (numerical)

yang kemudian diolah menggunakan statistik, hal ini sejalan dengan pendapat

Sugiyono yang mengatakan bahwa "metode ini disebut metode kuantitatif

karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik"

(Sugiyono, 2012:13). Penyusun berharap bahwa dengan menggunakan

pendekatan kuantitatif akan didapatkan signifikansi terhadap hasil dari

penelitian.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode non

eksperimen yakni metode deskriptif dengan teknik survei (descriptive survey)

yaitu mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dengan kuesioner mengenai

Pemanfaatan Open Source Software Pendidikan oleh Mahasiswa dalam Rangka

Implementasi Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

(18)

berupaya menjelaskan atau mencatat kondisi atau sikap untuk menjelaskan apa

yang ada saat ini... survei deskriptif berupaya untuk mengungkapkan situasi

saat ini terkait dengan suatu topik studi tertentu" (Morissan, 2012:166)., lebih

lanjut Morissan mengatakan kelebihan atau keunggulan penelitian survei salah

satunya adalah "survei dapat digunakan untuk meneliti suatu masalah atau

pertanyaan penelitian dalam situasi yang sebenarnya" (Morissan, 2012:167).

Pemilihan metode deskriptif dirasakan sesuai untuk melihat mengenai

gambaran tentang suatu kejadian secara detail, hal ini sejalan dengan yang

disampaikan oleh Prasetyo dan Jannah bahwa “penelitian deskriptif dilakukan

untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau

fenomena” (Prasetyo dan Jannah, 2010:42). Adapun tujuan dari metode

deskriptif ini menurut Prasetyo dan Jannah yakni "untuk menggambarkan

mekanisme sebuah proses dan menciptakan sebuah kategori atau pola"

(Prasetyo dan Jannah, 2010:43)., penelitian dengan metode deskriptif

menggambarkan sebuah kejadian secara alami tanpa ada campur tangan

peneliti yang dalam hal ini adalah keadaan sebenarnya dari objek yang diteliti.

Menurut Suharsimi penelitian deskriptif merupakan “penelitian yang

dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status gejala yang ada,

yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan"

(Suharsimi Arikunto, 2007:234). Berdasarkan pengertian di atas maka

penyusun beranggapan bahwa penelitian ini ditujukan untuk memberikan

gambaran, menyelidik keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang diteliti secara

(19)

Mahasiswa dalam Rangka Implementasi Undang-undang No. 19 Tahun 2002

Tentang Hak Cipta pada waktu penelitian atau pada masa sekarang yang akurat

dan faktual, sehingga metode deskriptif sesuai untuk menggambarkan

mengenai kondisi suatu masyarakat atau suatu kelompok tertentu.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan gejala, individu, kasus dan masalah

yang diteliti di daerah penelitian yang dapat dijadikan objek penelitian

(Nursid Sumaatmaja, 1988:112). Adapun menurut Sugiyono “populasi

adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono,

2012:80). Populasi merupakan sumber informasi untuk memperoleh

berbagai data yang dibutuhkan dalam penelitian. Populasi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Kurikulum dan Teknologi

Pendidikan konsentrasi Guru TIK angkatan 2010 yang berjumlah 29

orang.

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang dimiliki

(Suharsimi Arikunto, 2010:174). Adapun menurut Sugiyono sampel

adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut” (Sugiyono, 2012:81). Sampel yang digunakan dalam penelitian

(20)

konsentrasi Guru TIK angkatan 2010 yang berjumlah 29 orang. Penyusun

menggunakan teknik sampling jenuh dalam mengambil sampel, hal ini

selaras dengan pendapat Sugiyono bahwa:

Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2012:85).

Menurut Suharsimi bahwa “apabila subjeknya kurang dari 100 maka

lebih baik diambil semuanya” (Suharsimi Arikunto, 2010:134).

Penggunaan sampling jenuh pada penelitian ini didasarkan pada beberapa

pertimbangan, yaitu: (1) jumlah populasi relatif kecil, (2) dapat

memperoleh informasi yang lengkap tentang ciri dan sifat populasi, (3) dan

dapat menghasilkan gambaran yang lengkap dan dapat dipercaya tentang

Pemanfaatan Open Source Software Pendidikan oleh Mahasiswa. Adapun

Usman Rianse dan Abdi menuliskan kelebihan menggunakan sampling

jenuh adalah "simpulan penelitian memberikan gambaran yang

komprehensif tentang populasi" (Usman Rianse dan Abdi, 2011:210).

Karena dalam penelitian ini menggunakan seluruh populasi sebagai sampel

penelitian, maka dapat juga disebut penelitian populasi.

C. Teknik Pengumpulan Data

Penyusun menggunakan kuesioner atau angket dalam mengumpulkan

data yang didalamnya terdapat seperangkat daftar pertanyaan yang telah

(21)

ukur berupa lembar kuesioner berskala Guttman, data yang diperoleh berupa

data interval atau rasio dikotomi (dua alternatif) yaitu “Ya” dan “Tidak”

sehingga dengan demikian penyusun berharap mendapatkan jawaban yang

tegas terhadap suatu permasalahan yang diteliti. Adapun tahapan proses

pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu:

1. Pengambilan data dilakukan oleh penyusun sendiri dengan mendatangi

subjek penelitian.

2. Penyusun menjelaskan kepada calon responden mengenai teknik pengisian

kuesioner dan apabila ada sesuatu yang kurang jelas, calon responden

dipersilahkan untuk bertanya.

3. Pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan kuesioner secara

langsung oleh penyusun dibantu oleh rekan-rekan di sekitar calon

responden, dan setelah pengisian selesai, kuesioner dikumpulkan kepada

penyusun.

4. Data primer didapat dari hasil pengisian kuesioner yang berisi data

mengenai permasalahan yang diberikan.

5. Setelah data didapat proses selanjutnya kemudian analisa data.

D. Instrumen Penelitian

Untuk mengukur keberhasilan penelitian ini, penyusun menggunakan

instrumen kuesioner atau angket untuk mengungkap lingkup mengenai

teknologi Open Source Software, Hak atas Kekayaan Intelektual dan Hak

(22)

relevan dan untuk memperoleh tingkat keandalan (reliability) dan keabsahan

(validity) setinggi mungkin.

Dalam penelitian ini penyusun menggunakan angket bersifat tertutup

(berstruktur), hal ini didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman responden

yang berbeda-beda, selain itu untuk menghindari informasi yang lebih meluas.

Penyusun menggunakan kuesioner tertutup sehingga dengan demikian

responden tinggal memilih beberapa alternatif jawaban yang tersedia.

Penyusun menggunakan kuesioner dengan skala Guttman. Penelitian

menggunakan skala guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang

tegas (konsisten) terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.

Menurut Usman Rianse dan Abdi bahwa “skala Guttman sangat baik

untuk meyakinkan peneliti tentang kesatuan dimensi dan sikap atau sifat yang

diteliti, yang sering disebut dengan atribut universal” (Usman Rianse dan Abdi,

2011:155). Skala Guttman disebut juga skala scalogram yang sangat baik

untuk meyakinkan hasil penelitian mengenai kesatuan dimensi dan sikap atau

sifat yang diteliti. Adapun skoring perhitungan responden dalam skala Guttman

adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Skoring Skala Guttman

Alternatif Jawaban

Skor Alternatif Jawaban

Positif Negatif

Ya 1 0

(23)

Jawaban dari responden dapat dibuat skor tertinggi “satu” dan skor

terendah “nol”, untuk alternatif jawaban dalam kuesioner, penyusun

menetapkan kategori untuk setiap pernyataan positif, yaitu Ya = 1 dan Tidak =

0, sedangkan kategori untuk setiap pernyataan negatif, yaitu Ya = 0 dan Tidak

= 1. Dalam penelitian ini penyusun menggunakan skala Gutman dalam bentuk

checklist, dengan demikian penyusun berharap akan didapatkan jawaban yang

tegas mengenai data yang diperoleh. Tahap awal dari pembuatan kuesioner

adalah mengumpulkan berbagai informasi yang ingin didapatkan dari

responden yang kemudian dituangkan dalam kisi-kisi instrumen, setelah itu

baru disusun pertanyaan dari kisi-kisi yang telah dibuat.

E. Uji Validitas dan Reliabilitas

Setelah jenis instrumen penelitian ditentukan, langkah selanjutnya adalah

menguji validitas dan reliabilitas instrumen, instrumen yang baik harus

memenuhi persyaratan valid dan reliabel. Untuk itu penyusun mengadakan uji

validitas dan reliabilitas terlebih dahulu sebelum instrumen tersebut digunakan

didalam penelitian.

1. Uji Validitas

Sejalan dengan yang dikatakan oleh Nasution bahwa “suatu alat

ukur dikatakan valid, jika alat ukur itu mengukur apa yang harus diukur

oleh alat itu” (Nasution, 2009:74). Penyusun melakukan pengujian

konstruksi mengenai aspek-aspek yang akan diukur kepada ahli (expert

judgement), dalam hal ini penyusun meminta bantuan ahli dalam bidang

(24)

Universitas Pendidikan Indonesia yakni Eddy Prasetyo Nugroho untuk

memvalidasi keabsahan atau kesesuaian instrumen dengan subjek yang

akan diteliti. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyono bahwa:

Untuk menguji validitas konstruksi, dapat digunakan pendapat dari ahli (expert judgement). Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. Mungkin para ahli akan memberi keputusan: instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan mungkin dirombak total. (Sugiyono, 2012:125).

Pengujian validitas dengan menggunakan expert judgement

dilaksanakan dengan penelaahan terhadap kisi-kisi instrumen apakah telah

sesuai dengan tujuan penelitian, setelah itu dilakukan penelaahan terhadap

kesesuaian alat ukur penelitian serta penelaahan terhadap item-item

pertanyaan yang diajukan terhadap responden. Setelah sejumlah

pertanyaan dianggap relevan, penyusun melakukan uji instrumen di

jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan konsentrasi Guru TIK

angkatan 2009 berjumlah 29 orang.

Setelah didapatkan data uji instrumen, penyusun melakukan tabulasi

pada tabel Guttman dengan menyusun item menurut ukuran skor jawaban

“Ya” tertinggi sampai dengan yang paling rendah, hasil tabulasi Guttman

terlampir. Karena instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner

dengan skala Guttman maka untuk memperoleh tingkat validitas

instrumen kuesioner, penyusun menggunakan koefisien Reprodusibilitas

dan koefisien Skalabilitas. Adapun rumus untuk menghitung koefisien

(25)

Koefisien Reprodusibilitas (Kr)

� = 1−

Keterangan:

Kr = koefisien Reprodusibilitas

e = jumlah kesalahan

n = jumlah total pilihan jawaban = jumlah pertanyaan

x jumlah responden

(Usman Rianse dan Abdi, 2008:157)

Koefisien Skalabilitas (Ks)

� = 1 −

� � − �

Keterangan:

Ks = koefisien Skalabilitas

e = jumlah kesalahan

k = jumlah kesalahan yang diharapkan = c(n-Tn)

dimana c adalah kemungkinan mendapatkan jawaban

yang benar. Karena jawaban adalah “Ya” dan “Tidak”

maka c = 0,5.

n = jumlah total pilihan jawaban = jumlah pertanyaan

x jumlah responden

Tn = jumlah pilihan jawaban

(26)

Setelah penyusun melaksanakan uji instrumen, didapatkanlah hasil

dari jumlah responden sebanyak 29 orang dengan jumlah potensi salah

sebesar 1450 dan jumlah error sebesar 272, dengan koefisien

Reprodusibilitas sebesar 0,81 dan koefisien Skalabilitas sebesar 0,62.

Untuk penghitungan secara praktis koefisien Reprodusibilitas dan

koefisien Skalabilitas, penyusun menggunakan aplikasi spreadsheet

LibreOffice Calc dengan program SKALO (program analisis skala

Guttman), hasil perhitungan terlampir. Adapun perhitungan secara

manualnya adalah sebagai berikut:

Koefisien Reprodusibilitas (Kr)

Kr = 1 - �

= 1 - 272

2450

= 1 - 0,19

= 0,81

Skala yang memiliki nilai Kr > 0,90 dianggap baik, karena nilai

dari hasil perhitungan ini 0,82 maka Koefisien Reprodusibilitas untuk

hasil uji instrumen ini dianggap hampir memenuhi.

Koefisien Skalabilitas (Ks)

Ks = 1 -

� (�− �)

= 1 - 272

(27)

= 1 - 272

0,5 (1400 )

= 1 - 272

700

= 1- 0,38

= 0,62

Dalam perhitungan koefisien Skalabilitas, jika nilai Ks > 0,60

maka dianggap baik untuk digunakan dalam penelitian. Karena dalam

perhitungan ini menghasilkan sejumlah 0,62 maka hasil koefisien

Skalabilitas ini baik digunakan untuk penelitian.

Adapun upaya penyusun dalam menganalisis hasil dari uji

instrumen ini adalah menggunakan pendekatan non statistik yakni dengan

menganalisis beberapa kelainan yang dianggap sebagai error dalam skala

Guttman kedalam bentuk pertanyaan yang lebih relevan. Penyusun

memperbaiki beberapa pertanyaan yang memiliki error paling banyak

dengan asumsi oleh penyusun, tiada lain agar data itu dapat digunakan

untuk mengungkap permasalahan responden untuk hasil penelitian yang

lebih bermakna. Sehingga dalam hal ini tidak semua item dengan error

tertinggi dihapus, melainkan diperbaiki agar dapat mengungkap dan

memenuhi tujuan dari penelitian. Adapun menurut Suharsimi bahwa

“tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data

(28)

(Suharsimi Arikunto, 2010:168). Jumlah soal yang penyusun eliminasi

adalah sebanyak 3 soal dari total 50 soal, sehingga jumlah total soal yang

akan digunakan dalam penelitian adalah sebanyak 47 soal.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mendapatkan instrumen yang benar

sesuai dengan kondisi di lapangan. Menurut Arikunto “instrumen yang

reliabel adalah instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu

mengungkap data yang bisa dipercaya” (Suharsimi Arikunto, 1998:171).

pengujian reliabilitas dalam uji instrumen ini adalah dengan internal

consistency, yakni dilakukan dengan cara mengujicobakan instrumen

sekali saja, kemudian setelah data diperoleh lalu dianalisis dengan teknik

tertentu. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan KR 20 (Kuder

Richardson), adapun rumusnya adalah:

� = �

� − 1

2− ∑ 2

Keterangan:

k = jumlah item dalam instrumen

=proporsi banyaknya subjek yang

menjawab pada item 1

= 1 -

2 = varians total

(29)

Rumus KR 20 digunakan karena skor yang diperoleh adalah skor

dikotomi 1 dan 0, adapun tabel hasil uji reliabilitas instrumen dengan KR

20 terlampir. Setelah didapat hasil perhitungan dari tabulasi KR 20 maka

langkah selanjutnya adalah menghitung varians total dan kemudian

dimasukkan kedalam rumus KR 20:

Varians total

kemudian dimasukkan kedalam rumus KR 20:

(30)

= 50

49 5,17 12,04

= 1,02 {0,429}

= 0,437

Maka dengan demikian didapatkanlah hasil uji reliabilitas sebesar

0,437 kemudian dimasukkan kedalam tabel kriteria reliabilitas. Hasil dari

perhitungan menunjukkan bahwa reliabilitas cukup untuk digunakan

dalam penelitian.

Tabel 3.2 Kriteria Reliabilitas

Nilai Kriteria

-1,00 - 0,20 Reliabilitas sangat rendah

0,21 - 0,04 Reliabilitas rendah

0,41 - 0,70 Reliabilitas cukup

0,71 - 0,90 Reliabilitas tinggi

0,91 - 1,00 Reliabilitas sangat tinggi

F. Teknik Analisis Data

Setelah penyusun melakukan penelitian dengan mengumpulkan data-data

dari responden, kemudian penyusun melakukan analisis data. Data yang

didapatkan oleh penyusun adalah data mentah yang berisi jawaban dari

responden mengenai permasalahan yang diteliti. Salah satu dari tujuan analisis

(31)

susunan yang sistematis, setelah itu menafsirkan atau memaknai data yang

didapat. Adapun menurut Prasetyo dan Jannah bahwa ada beberapa langkah

dalam menganalisis data, yakni:

1. Pengkodean data (data coding), data coding merupakan suatu proses penyusunan secara sistematis data mentah (yang ada dalam kuesioner) ke dalam bentuk yang mudah dibaca oleh mesin pengolah data.

2. Pemindahan data ke komputer (data entering), data entering adalah memindahkan data yang telah diubah menjadi kode kedalam mesin pengolah data.

3. Pembersihan data (data cleaning), data cleaning adalah memastikan bahwa seluruh data yang telah dimasukkan kedalam mesin pengolah data sudah sesuai dengan yang sebenarnya.

4. Penyajian data (data output) data output adalah data hasil pengolahan data. 5. Penganalisaan data (data analyzing), penganalisaan data merupakan suatu proses lanjutan dari proses pengolahan data untuk melihat bagaimana menginterprestasikan data, kemudian menganalisis data dari hasil yang sudah ada pada tahap hasil pengolahan data.

(Prasetyo dan Jannah, 2010:171)

Data yang diperoleh penyusun bersifat kuantitatif dengan skala Guttman

sehingga perlu diolah untuk proses penarikan kesimpulan. Teknik analisis data

yang digunakan adalah teknik hitung analisis deskriptif untuk mendeskripsikan

variabel penelitian dalam pengukuran dan tidak menggunakan statistik

inferensial karena tidak ada hipotesis dalam penelitian ini.

Adapun teknik statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah

persentase. Persentase untuk setiap kemungkinan jawaban diperoleh dari

membagi frekuensi yang diperoleh dengan jumlah sampel, kemudian dikalikan

(32)

� =

� � 100%

Keterangan:

P = Prosentase

f = Frekuensi dari setiap jawaban yang dipilih

n = Jumlah

100% = Konstanta

(Bungin, 2010:177)

Selanjutnya persentase yang diperoleh diterjemahkan kedalam kategori

sebagai berikut:

Tabel 3.3 Kategori Persentase

Persentase Kategori

0 - 1% Tidak ada

2% - 25% Sebagian kecil

26% - 49% Kurang dari setengahnya

50% Setengahnya

51% - 75% Lebih dari setengahnya

76% - 99% Sebagian besar

(33)

G. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah tahapan-tahapan yang dilakukan sebelum

penelitian dilaksanakan sampai dengan penelitan itu terlaksana. Secara umum

prosedur dalam penelitian ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1. Merumuskan permasalahan penelitian.

2. Membuat proposal penelitian.

3. Menyusun kisi-kisi instrumen penelitian dan menyusun instrumen

penelitian.

4. Validasi instrumen kepada dosen ahli (expert judgement).

5. Melakukan uji validitas dan uji reliabilitas instrumen terhadap responden

yang bukan subjek penelitian.

6. Menyebarkan angket kepada responden yang dijadikan sampel penelitian.

7. Mengumpulkan data dan mengolah data hasil penelitian.

8. Membuat penafsiran dan kesimpulan hasil penelitian.

H. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah Jurusan Kurikulum dan Teknologi

Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia yang beralamatkan di Jalan Dr.

Setiabudhi No. 229 Bandung 40154 Jawa Barat Telp. +62-22-2013161/4 Fax.

(34)

I. Alur Penelitian

(35)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Simpulan

Penyusun dalam penelitian ini mengungkapkan masalah bagaimana

tingkat Pemanfaatan Open Source Software Pendidikan Oleh Mahasiswa dalam

Rangka Implementasi Undang-Undang No.19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

(Intellectual Property Rights) di Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan

konsentrasi Guru Teknologi Informasi dan Komunikasi angkatan 2010.

Penelitian ini berbentuk penelitian populasi dengan teknik pengumpulan data

menggunakan kuesioner skala Guttman. Adapun kesimpulan yang didapatkan

adalah sebagai berikut:

1. Simpulan Umum

Berdasarkan hasil penelitian yang telah terlaksana, secara umum

tingkat pemanfaatan open source software oleh mahasiswa jurusan

kurikulum dan teknologi pendidikan konsentrasi guru TIK angkatan 2010

lebih dari setengahnya memanfaatkan teknologi open source software

pendidikan, walaupun dilihat dari tingkat pengetahuan Hak atas Kekayaan

Intelektual (HaKI) cukup tinggi namun tidak diikuti dengan kesadaran

HaKI, sehingga masih banyak dari mahasiswa yang masih menggunakan

software bajakan (ilegal), hal ini terlihat dari temuan hasil penelitian. Selain

itu hasil dari penelitian mengungkapkan tingkat pemahaman mahasiswa

(36)

merupakan hal yang positif dan perlu adanya suatu tindak lanjut untuk

memfasilitasi dan menampung kreatifitas mahasiswa mengenai

pemanfaatan open source software pendidikan. Tingginya pemahaman

mahasiswa mengenai open source software dapat dimanfaatkan guna

mendukung cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan.

2. Simpulan Khusus

a. Tingkat pemahaman mahasiswa Jurusan Kurikulum dan Teknologi

Pendidikan konsentrasi Guru TIK angkatan 2010 mengenai

undang hak cipta lebih dari setengahnya memahami mengenai

undang-undang hak cipta.

b. Tingkat pemahaman mahasiswa Jurusan Kurikulum dan Teknologi

Pendidikan konsentrasi Guru TIK angkatan 2010 mengenai jenis lisensi

perangkat lunak yang digunakan lebih dari setengahnya memahami

jenis lisensi perangkat lunak yang digunakan.

c. Legalitas penggunaan perangkat lunak yang dipakai oleh mahasiswa

Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan konsentrasi Guru TIK

angkatan 2010 sebagian kecil yang menggunakan software legal.

d. Tingkat pemahaman tentang open source software dari sudut pandang

mahasiswa Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan konsentrasi

Guru TIK angkatan 2010 lebih dari setengahnya memahami tentang

open source software.

e. Kendala yang dihadapi mahasiswa Jurusan Kurikulum dan Teknologi

(37)

open source software pendidikan kurang dari setengahnya mengalami

kendala dalam menggunakan open source software pendidikan.

f. Kebermanfaatan open source software pendidikan dalam membantu

pembelajaran mahasiswa Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan

konsentrasi Guru TIK angkatan 2010 lebih dari setengahnya

memanfaatkan open source software pendidikan.

B.Rekomendasi

Berdasarkan hasil temuan dari penelitian ini penyusun

merekomendasikan:

1. Mahasiswa

Senantiasa mempelajari berbagai ilmu pengetahuan khususnya open

source software, karena dengan menggunakan open source software maka

akan berdampak pada minimnya terhadap penggunaan software bajakan

(ilegal), dengan demikian martabat bangsa Indonesia akan naik. Tingkat

pembajakan di Indonesia akan menurun seiring dengan meningkatnya

tingkat kesadaran masyarakat mengenai Hak atas Kekayaan Intelektual

khususnya di lingkungan pendidikan yang merupakan penghasil

orang-orang terdidik. Mahasiswa sebagai kaum intelektual harus paham dan

mengimplementasikan ilmu mengenai Hak atas Kekayaan Intelektual,

menghargai hasil kerja dan jerih payah orang lain dengan tidak membajak

software, mentaati semua aturan penggunaan software dan senantiasa

(38)

2. Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan

Penyusun berharap dengan adanya temuan dari penelitian ini, Jurusan

Kurikulum dan Teknologi Pendidikan dapat memasukkan kurikulum

mengenai Hak Cipta dan Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI), karena

berdasarkan pengalaman penyusun didapati materi mengenai Hak Cipta

maupun HaKI dalam proses pembelajaran di berbagai lembaga pendidikan

(sekolah). Dengan demikian diharapkan mahasiswa akan dapat mematuhi

etika dan aturan dalam penggunaan perangkat lunak dengan tidak

membajak software.

3. Peneliti Selanjutnya

Dengan adanya penelitian ini maka didapatkan tingkat Pemanfaatan

Open Source Software Pendidikan oleh Mahasiswa dalam Rangka

Implementasi Undang-Undang No.19 Tentang Hak Cipta. Perlu kiranya

diadakan penelitian lebih lanjut mengenai penelitian serupa, baik itu dalam

ranah pendidikan seperti penggunaan open source software untuk

meningkatkan hasil belajar maupun implementasi open source software

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Adisumarto, Harsono. (2000). Hukum Perusahaan Mengenai Hak atas

Kepemilikan Intelektual (Hak Cipta, Hak Paten, Hak Merek). Bandung:

Mandar Maju.

Alsa, Asmadi. (2007). Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dalam Penelitian

Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

AlternativeTo. (2012). Open Source Alternative Software. [Online]. Tersedia: http://alternativeto.net/category/?license=opensource [17 September 2012]

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Edisi Revisi Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Asian Law Group. (2003). Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar. Bandung: Alumni.

Bungin, Burhan. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Prenada Media Group.

(40)

Cahyo. (2012). Kerugian Pembajakan Software Capai Rp12,8 T. [Online]. Tersedia: http://www.neraca.co.id/2012/05/15/kerugian-pembajakan-software-capai-rp128-t/ [22 Juni 2012]

Daulay, Melwin Syafrizal. (2006). Mengenal Hardware – Software & Pengelolaan Instalasi Komputer. Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Darmawan, Deni. (2007). Teknologi Informasi & Komunikasi.Bandung: Arum Mandiri Press.

DepDikNas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Damian, E. (1999). Hukum Hak Cipta Menurut Beberapa Konvensi Internasional,

UU Hak Cipta 1997, dan Perlindungannya terhadap Buku serta Perjanjian Penerbitan. Bandung: Alumni.

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM RI. (2006). Buku Panduan Hak Kekayaan Intelectual dilengkapi dengan

Peraturan Perundang-Undangan dibidang Hak Kekayaan Intelektual.

Tanggerang: Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual – EC Asian Intellectual Property Rights Co-Operation Program.

Djumhana, M. dan Djubaedillah. (1997). Hak Milik Intelektual (Sejarah, Teori

dan Prakteknya di Indonesia). Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Dumbstrack. (2010). Macintoh Operating System. [Online]. Tersedia: http://tutorial.dumbstrack.org/macintosh-os/ [13 September 2012]

Gara. (2012). Software and Technology Solutions for Small Business.[Online]. Tersedia: http://www.gara.com [13 September 2012]

GNU. (2012). Linux and GNU. [Online]. Tersedia: http://www.gnu.org/gnu/linux-and-gnu.html [13 September 2012]

Hartono, Jogiyanto. (2002). Analisis dan Disain Sistem Informasi: Pendekatan

Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis. Yogyakarta: Andi.

Hozumi, Tamotsu. (2006). Asian Copyright Handbook, Buku Panduan Hak Cipta

Asia versi Indonesia. Jakarta: Ikapi.

InfoLINUX. (2011). Kursus Online, Monitoring Sistem Sekolah, Distro untuk

(41)

Junus, Emawati. (2003). Aspek Hukum dalam Sengketa Hak Kekayaan Intelektual

Teori dan Praktek. Tersedia:

http://www.http://umum.kompasiana.com/2009/07/09/manfaat-perlindungan-hak-kekayaan-intelektual-hki/ [22 Juni 2012]

Juwandi, Ronni. (2012). Efektivitas Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota

Bandung Dalam Rangka Reformasi Birokrasi Untuk Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik Sebagai Upaya Untuk Mewujudkan Good Governance. Skripsi pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Ladjamudin, Al-Bahra. (2006). Rekayasa Perangkat Lunak. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Linux. (2012). Linux Operating System. [Online]. Tersedia: http://www.linux.org/ [13 September 2012]

Marzuki, Peter M. (1996). Pemahaman Praktis Mengenai Hak Milik Intelektual,

Jurnal Hukum Ekonomi Edisi III. Surabaya: FH Unair.

Morissan. (2012). Metode Penelitian Survei. Jakarta: Prenada Media Group.

Mout, Bouwman N. (1989). “Perlindungan Hak Cipta Intelektual: Suatu

Rintangan atau Dukungan Terhadap Perkembangan Industri”, Makalah pada Seminar Hak Milik Intelektual. Medan FH USU tanggal 10 Januari 1989.

Nasution. (2009). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.

Nazir, Moh. (2011). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nugroho, Amin Rois S. (2008). Berbisnis Software Gratis. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Nursidik, Yahya. (2011). Penggunaan Cloud Base Personal Information

Management System DIIGO Service Sebagai Research Tool untuk Fasilitas Knowledge Sharing. Skripsi pada FIP UPI Bandung: tidak

diterbitkan.

PC MAG Encyclopedia. (2012). Encyclopedia of IT Terms. Tersedia: http://pcmag.com/encyclopedia [16 Desember 2012]

Prasetyo, Bambang dan Jannah, Lina Miftahul. (2005) Metode Penelitian

Kuantitatif: Teori dan Aplikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Prasetyo, Bambang dan Jannah, Lina Miftahul. (2010) Metode Penelitian

(42)

Prihadi, Susetyo. Dwi. (2012). Wah! Pembajakan Software di Indonesia Capai

86%. [Online]. Tersedia :

http://inet.detik.com/read/2012/05/15/153029/1917613/398/wah-pembajakan- software-di-indonesia-capai-86 [22 Juni 2012]

Priharniwati. (2004). “Peranan Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI) dalam Pembangunan Ekonomi”. Makalah pada Seminar Nasional Hubungan antara Penegakkan Hukum HKI dan Pembangunan Ekonomi tanggal 28 September Hotel Sheratom Bandung.

Purwanigsih, Endang. (2012). Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dan Lisensi. Bandung: Mandar Maju.

Purwanto & Sulistyastuti. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Gava Media.

Rachmatunisa. (2012). Open Source Redam Pembajakan Software. [Online].

Tersedia :

http://inet.detik.com/read/2012/04/25/174128/1901497/398/open-source-redam- pembajakan-software [22 Juni 2012]

Ramli, Ahmad. M. (2006). CYBER LAW DAN HAKI DALAM SISTEM HUKUM

INDONESIA. Bandung: Refika Aditama

Rianse, Usman dan Abdi. (2011). Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi:

Teori dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.

Riswandi, B.A. Dan Syamsudin, M. (2005). Hak Kekayaan Intelektual dan

Budaya Hukum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Permana, Erry (2006). Desktop Publishing dengan Scribus, GIMP, dan Inkscape. Jakarta: Dian Rakyat.

Pressman, Roger. S. (2002). Rekayasa Perangkat Lunak Pendekatan Praktisi. Yogyakarta: Andi.

Rahardjo, Budi. (2000). Mengadopsi Pola “Open Content”. Makalah PPAU Mikroelektronika ITB.

Stallings, William. (2005). Operating Systems, Internals and Design Principles. New Jersey: Pearson - Prentice Hall.

Stallman, Richard M. (2010). Free Software, Free Society: Selected Essay of

(43)

Subroto, M. A. & Suprapedi. (2008). PENGENALAN HKI (Hak Kekayaan

Intelektual). Jakarta: Indeks.

Sudjana, Nana. (1989). Penelitian dan Penilaian dalam Pendidikan. Bandung: CV. Sinar Baru.

Sugiyono. (2012). Statistika untuk penelitian.Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara

Sumaatmaja, Nursid. (1998). Metodologi Pengajaran Geografi. Bandung: IKIP Bandung.

Supriyanto. (2006). Migrasi Radikal ke Linux: InfoLinux Edisi November. Jakarta: Dian Rakyat.

Umar, Husein. (2005). Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi, Edisi

Revisi & Perluasan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Undang-undang (2002) Undang-undang Republik Indonesia No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Indonesia.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Wahana Komputer. (2004). Administrasi Sistem di Linux. Yogyakarta: Andi.

Widhiarso, W. (2011). SKALO: Program Analisis Skala Guttman. Program Komputer. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Wilfridus Bambang T.H., Bernard R.S., Ahmad Ashari. (2010). Linux System

Administrator. Bandung: Informatika.

Gambar

Tabel 3.1  Skoring Skala Guttman
Tabel 3.2  Kriteria Reliabilitas
Tabel 3.3  Kategori Persentase
Gambar 3.1  Alur Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Judul Skripsi : Aspek Hukum Plagiarisme dalam Tayangan Televisi ditinjau dari Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.. Nama Mahasiswa : Danella Ananadita

iii.. Hak-Hak Anak dalam Undang-Undang Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002 untuk Memperoleh Pendidikan dalam Perspektif Islam. Magister Pendidikan Islam. Program

dengan judul “ RANCANG BANGUN VoIP MENGGUNAKAN SOFTWARE OPEN SOURCE ASTERISKNOW ”.. Setiap kesulitan pasti akan mendatangkan berkah dalam ilmu

Dalam undang-undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002, pasal 12 diatur lebih lanjut mengenai jenis-jenis ciptaan yang dilindungi oleh hukum, yaitu terbatas pada lingkup

Perlindungan hukum terhadap hak cipta software diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (pada Pasal 1 Angka 9, Pasal 11 Ayat 2, Pasal 40 Ayat 1,

III.2 Efektifitas Penggunaan Software Open Source (SLiMS) dalam Penerapan Sistem Informasi Manajemen pada Perpustakaan Perguruan Tinggi di Malang. Penelitian tentang

Pertama, open source dianggap hanya layak digunakan oleh pakar TI, dan kebiasaan serta pengetahuan yang dimiliki mengenai software propietary dirasa sudah cukup

Beberapa waktu terakhir ini banyak inisiatif yang bersifat “open”; mulai dari implementasi software dalam bentuk source code yang dapat dibaca (awal dari istilah