DAFTAR ISI
BAB II KAJIAN TEORI OPEN SOURCE SOFTWARE PENDIDIKAN DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO. 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA (INTELLECTUAL PROPERTY RIGHTS) A. Tinjauan Umum Tentang Software ... 14
1. Pengertian Software ... 14
2. Jenis-jenis Perangkat Lunak ... 16
3. License Software (Lisensi Perangkat Lunak) ... 31
B. Tinjauan Umum Tentang Open Source Software ... 36
1. Pengertian Open Source Software (Perangkat Lunak Sumber Terbuka) ... 36
Rizky Djati Munggaran, 2012
C. Tinjauan Umum Tentang Hak atas Kekayaan Intelektual
(HaKI) ... 48
1. Pengertian Hak atas Kekayaan Intelektual ... 48
2. Pengertian Tentang Hak Cipta ... 52
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 58
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 60
1. Populasi ... 60
2. Sampel ... 60
C. Teknik Pengumpulan Data ... 61
D. Instrumen Penelitian ... 62
E. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 64
1. Uji Validitas ... 64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pemanfaatan Open Source Software Pendidikan dalam Rangka Implementasi Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta ... 76
B. Pemanfaatan Berbagai Open Source Software Pendidikan ... 79
C. Open Source Software Pendidikan Sebagai Penunjang Proses Pembelajaran ... 90
D. Deskripsi Hasil Penelitian ... 92
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan ... 133
B. Rekomendasi ... 135
DAFTAR PUSTAKA ... 137
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di dunia
sangatlah pesat, teknologi telah diciptakan manusia untuk mendukung berbagai
macam aktivitas guna mempermudah pekerjaan dan meningkatkan
produktivitas. Oleh karena itu dengan pesatnya perkembangan TIK, penerapan
komputerisasi merupakan bagian yang sangat penting untuk mendukung
pekerjaan sehari-hari. Semua teknologi yang dirancang oleh manusia tentu
membutuhkan peran perangkat lunak (software) yang dapat mengeksekusi
kerja dari sebuah mesin (hardware), sebuah mesin yang diciptakan tanpa
adanya perangkat lunak bagaikan mesin yang tiada guna, sehingga komponen
dari perangkat lunak sangatlah vital, baik dalam bentuk kernel sistem operasi
beserta utilitasnya maupun program aplikasi yang berjalan di atasnya.
Perangkat lunak diciptakan oleh para software engineer untuk
memastikan sebuah mesin dapat berjalan sesuai dengan yang dikehendakinya.
Perangkat lunak saat ini sudah menjadi kekuatan yang menentukan, perangkat
lunak menjadi mesin yang mengendalikan pengambilan keputusan dalam
segala bidang kehidupan, baik itu dalam bidang telekomunikasi, bisnis, medis,
pendidikan, industri, perbankan maupun masyarakat umum. Perangkat lunak
sangat lekat dengan kehidupan modern dan saat ini dan kini perangkat lunak
sebuah kejayaan teknologi karena masyarakat sudah mulai mempertaruhkan
pekerjaan, kenyamanan, keselamatan, keputusan dan banyak dari segi
kehidupan lainnya pada teknologi, khususnya perangkat lunak.
Berbagai macam perangkat lunak hampir sering kita temui di berbagai
PC (personal computer) maupun laptop. Perangkat lunak yang sering ditemui
dan digunakan antara lain: (1) Operating System., (2) Application Program.,
(3) dan Programming Language. Namun dalam penggunaan sebuah perangkat
lunak komputer, ada hal-hal yang harus diperhatikan terutama legalitas dari
aplikasi yang digunakan. Dikeluarkannya undang-undang no.19 tahun 2002
tentang hak cipta, memberikan hukum yang jelas tentang penggunaan aplikasi
komputer. Undang-undang hak cipta diterapkan sebagai bentuk penghargaan
terhadap karya cipta manusia dan juga sebagai bentuk penghargaan moral.
Dalam hal penggunaan perangkat lunak, hak cipta berkaitan erat dengan hak
seseorang yakni pembuat perangkat lunak, seorang pembuat perangkat lunak
telah bekerja keras dan mencurahkan segala pemikirannya dalam berkarya,
sehingga hasil karyanya patut dihargai dan dilindungi dengan undang-undang
yang dalam hal ini undang-undang no.19 tahun 2002 tentang hak cipta.
Undang-undang no.19 tahun 2002 tentang hak cipta adalah
undang-undang yang mengatur dalam rangka pengembangan berbagai ilmu
pengetahuan, sehingga perlu diwujudkan iklim yang lebih baik terutama bagi
tumbuh dan berkembangnya gairah dibidang perangkat lunak komputer.
Dilihat dari nilai ekonomisnya, ciptaan dibagi menjadi dua yakni: (1) Ciptaan
dari produk tersebut, seperti lukisan maupun patung., (2) Ciptaan yang dapat
digandakan, artinya gandaan tidak menurunkan nilai jual dari produk tersebut,
seperti aplikasi komputer, lagu, maupun karya sastra, sehingga untuk membeli
produk yang dapat digandakan hanya mempunyai hak untuk menggunakan
atau memanfaatkannya saja, sedangkan hak cipta tetap berada pada
penciptanya. Pelanggaran hak cipta secara umum terjadi apabila suatu produk
karya cipta digunakan tanpa izin dari pemilik hak cipta atau apabila bagian
yang pokok dari suatu karya cipta digunakan tanpa izin dari pencipta atau
pemegang hak cipta.
HaKI seharusnya dipahami oleh semua pengguna perangkat lunak
komputer, terutama untuk keperluan pribadi yang menunjang pekerjaan.
Tersedianya berbagai perangkat lunak komputer yang saat ini beredar, mulai
dari yang berpemilik (proprietary) hingga yang bebas (free), membuat pilihan
kepada mahasiswa mana yang lebih tepat mereka gunakan. Dilihat dari
kemudahan dan fitur yang dimiliki oleh perangkat lunak proprietary, membuat
banyak dari kalangan mahasiswa tertarik untuk menggunakannya dan tentu
dengan risiko harga yang cukup tinggi untuk menikmati semua kemudahan itu.
Harga yang ditawarkan oleh program aplikasi proprietary membuat
hanya sebagian mahasiswa saja yang sadar dengan hukum HaKI yang membeli
dengan lisensi asli (original)/lisensi sah, sehingga banyak dari kalangan
mahasiswa yang tidak memiliki uang yang cukup dan kemudian memilih jalan
pintas untuk menyelesaikan itu semua dengan membeli aplikasi bajakan atau
Perlu kiranya diketahui oleh para mahasiswa yang membeli program
aplikasi proprietary/original/lisensi sah, bahwa terjadinya jual beli aplikasi
komputer tidak menyebabkan beralihnya hak cipta. Pembeli hanya membeli
hak lisensi untuk menggunakan aplikasi berdasakan syarat dan kondisi yang
biasanya tertera dalam End User Licence Agreement (EULA) yang telah
ditetapkan sebelumnya oleh pembuat perangkat lunak komputer/vendor
perangkat lunak, dan dalam lisensi ini biasanya mencakup ketentuan yakni: (1)
Software tersebut boleh diinstal hanya pada satu mesin., (2) Dilarang
memperbanyak software tersebut untuk keperluan apapun (biasanya pengguna
diberi kesempatan untuk membuat backup copy untuk pemilik lisensi saja)., (3)
Dilarang meminjamkan software tersebut kepada orang lain untuk kepentingan
apapun. Berdasarkan ketentuan ini maka tindakan menginstal aplikasi
komputer ke dalam lebih dari satu mesin atau di luar ketentuan yang
dikeluarkan oleh satu lisensi, pinjam meminjam program komputer dan
menginstalnya, mengkopi atau memperbanyak program komputer tersebut
dapat dikategorikan sebagai tindakan pembajakan (ilegal).
Dalam hal ini Business Software Alliance (BSA) yakni sebuah organisasi
resmi dunia yang melakukan studi tentang penggunaan perangkat lunak
bajakan, melaporkan bahwa BSA menemukan 59 persen pengguna komputer di
Indonesia mengaku bahwa mereka memperoleh software bajakan (ilegal). Hal
ini yang membuat tingkat pembajakan perangkat lunak di Indonesia pada tahun
berarti kerugian pembajakan perangkat lunak mencapai Rp.12,8 Triliun
(http://bsa.org, 5/15/2012) .
Penggunaan aplikasi ilegal (bajakan) merupakan masalah serius diseluruh
dunia dan sangat sulit dicegah karena mudahnya melakukan penggandaan
produk tanpa izin. Para pengguna yang menggunakan perangkat lunak ilegal
dapat diartikan bahwa ia tidak menghargai hak atas kekayaan intelektual dari
suatu produk dan tidak bermoral. Masalah penggunaan perangkat lunak ilegal
tidak akan berkurang selama pengguna mempunyai maksud untuk
menggunakan perangkat lunak ilegal yang pada umumnya didorong karena
masalah finansial.
Pembajakan terjadi ketika harga software sangat mahal, orang tidak
mampu membelinya (Damien, http://inet.detik.com, 25/04/2012). Dengan
adanya aturan tentang HaKI diharapkan para mahasiswa dapat menghargai
karya orang lain dengan membeli liensi asli (original)/lisensi sah produk, dan
apabila tidak mampu membeli lisensi perangkat lunak berpemilik (proprietary)
maka mahasiswa dapat menggunakan perangkat lunak alternatif lain, yakni
dengan menggunakan perangkat lunak yang bebas (free) maupun sumber
terbuka (open source). Semakin banyak pengguna menggunakan software open
source, akan lebih kecil tingkat pembajakan. Karena akan lebih sedikit pula
alasan bagi orang untuk melakukan pembajakan (Damien, http://inet.detik.com,
25/04/2012).
Sebagaimana hasil kajian dari The United Nation Conference on Trade
menggunakan perangkat lunak berbasis sumber terbuka yang dalam hal ini
adalah open source software untuk mengurangi kesenjangan teknologi dengan
negara maju, selain itu juga dapat menghemat anggaran negara hingga 50–62
persen dan dilihat dari daya beli masyarakat Indonesia yang masih rendah tentu
perangkat lunak open source sangat cocok untuk digunakan, terutama dalam
bidang pendidikan.
Di Indonesia dukungan pemanfaatan open source software telah
diresmikan pada tanggal 30 juni 2004 (dalam Amin Rois Sinung Nugroho,
2008:12-13) oleh Menteri Riset dan Teknologi, Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara, Menteri Kehakiman dan HAM dan Menteri
Pendidikan Nasional dengan membentuk sebuah gerakan open source yakni
Indonesia Go Open Source (IGOS). Kemudian pada IGOS SUMMIT II pada
tanggal 27-28 Mei 2008, 18 kementrian dan kepolisian turut menandatangani
Memorandum of Understanding (MoU) lanjutan yaitu Departemen Komunikasi
dan Informatika, Kementrian Negara Riset dan Teknologi, Sekretariat Negara,
Kementrian Negara BUMN, Kementrian Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara, Bappenas, Departemen Koperasi dan UKM, Departemen
Perhubungan, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Perindustrian,
Departemen Sosial, Departemen Agama, Departemen Kehutanan, Departemen
Keuangan, Departemen Dalam Negeri, Departemen Hukum dan HAM,
Departemen Perdagangan dan Kepolisian Republik Indonesia.
Perangkat lunak menurut ketersediaan kode sumbernya dibagi menjadi
software merupakan perangkat lunak yang kode sumbernya terbuka (tidak
dirahasiakan), dengan terbukanya kode sumber dari perangkat lunak open
source memungkinkan para penggunanya untuk dapat memodifikasi,
meningkatkan dan mempelajari bagaimana software berjalan, sehingga sangat
cocok bagi dunia pendidikan. Selain itu penggunaan open source software
tidak dibebankan oleh biaya lisensi atau izin penggunaan software, berbeda
halnya dengan proprietary software yang mengharuskan para penggunanya
untuk membayar sejumlah rupiah untuk mendapatkan izin dari penggunaan
software.
Tersebarnya berbagai perangkat lunak open source memungkinkan bagi
para civitas akademik di berbagai lembaga pendidikan untuk memilih mana
yang mereka butuhkan untuk menunjang pekerjaan menjadi lebih efektif dan
efisien. Selain itu mereka juga dapat memilikinya secara bebas, yang dalam hal
ini mereka bebas menggandakan dan mengunduhnya di internet. Perangkat
lunak open source sangat penting dalam pendidikan, open source software
pendidikan digunakan untuk membantu civitas akademik di suatu lembaga
pendidikan untuk membantu proses pendidikan, seperti halnya mengolah data
mahasiswa, sarana dosen untuk menunjang proses perkuliahan dan juga untuk
membantu dalam proses mengerjakan tugas perkuliahan bagi mahasiswa.
Banyak open source software pendidikan yang digunakan untuk menunjang
proses perkuliahan mahasiswa mulai dari peramban web (browser), aplikasi
client, programming dan sebagainya, semua itu mampu dilakukan oleh open
source software.
Tingkat pembajakan software di Indonesia yang tinggi, menyebabkan
rendahnya kesadaran masyarakat terutama mahasiswa mengenai penggunaan
open source software, sehingga menjadikan mereka menggunakan perangkat
lunak berpemilik (proprietary)/ilegal dan melanggar hak cipta dalam
menunjang proses pendidikannya. Padahal mahasiswa bisa menggunakan
perangkat lunak bebas dan gratis untuk dapat menunjang kegiatan
pendidikannya. Pelanggaran hak cipta ini berdampak pada legalitas dari hasil
karya cipta yang dibuat oleh mahasiswa, karena mahasiswa tentu diwajibkan
membuat karya tulis di akhir kependidikannya untuk memperoleh gelar.
Penggunaan open source software dapat mendidik mereka untuk menghormati
karya cipta orang lain dengan tidak menggunakannya secara ilegal, oleh karena
itu pemanfaatan open source software pendidikan sangatlah esensial untuk
mendukung hasil karya dari mahasiswa.
Kebutuhan pemanfaatan open source software pendidikan ini khususnya
oleh mahasiswa jurusan kurikulum dan teknologi pendidikan, Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI) sangatlah penting, mengingat mahasiswa jurusan
kurikulum dan teknologi pendidikan merupakan salah satu jurusan yang
menghasilkan mahasiswa yang banyak berkecimpung dalam masalah teknologi
dan perangkat lunak, tentu dalam hal ini legalitas perangkat lunak sangatlah
dibutuhkan oleh mahasiswa. Selain itu mengingat output mahasiswa yang
kedalam dunia pendidikan dan non pendidikan, baik itu sebagai guru,
entrepreneur (wirausaha) maupun bekerja di perusahaan yang nantinya
menggunakan perangkat lunak sebagai penunjang kegiatannya.
Sesuai dengan latar belakang di atas maka dengan ini penyusun ingin
mengetahui seberapa besar pemanfaatan open source software pendidikan oleh
mahasiswa dalam rangka implementasi undang-undang no. 19 tahun 2002
tentang hak cipta (intellectual property rights).
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, secara umum penulis mengajukan
masalah penelitian yakni “Bagaimana Pemanfaatan Open Source Software
Pendidikan oleh Mahasiswa dalam Rangka Implementasi Undang-Undang No.
19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta (Intellectual Property Rights)?”.
Berdasarkan permasalahan yang ada dan agar lebih fokus penelitian ini
dirumuskan pada pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat pemahaman mahasiswa jurusan kurikulum dan
teknologi pendidikan mengenai undang-undang hak cipta?
2. Bagaimana tingkat pemahaman mahasiswa jurusan kurikulum dan
teknologi pendidikan mengenai jenis lisensi perangkat lunak yang
digunakan?
3. Bagaimana legalitas penggunaan perangkat lunak yang dipakai oleh
mahasiswa jurusan kurikulum dan teknologi pendidikan?
4. Bagaimana tingkat pemahaman tentang open source software dari sudut
5. Apa saja kendala yang dihadapi mahasiswa jurusan kurikulum dan
teknologi pendidikan dalam menggunakan open source software
pendidikan?
6. Bagaimana kebermanfaatan open source software pendidikan dalam
membantu pembelajaran mahasiswa jurusan kurikulum dan teknologi
pendidikan?
C.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk memperoleh data
yang akurat mengenai tingkat Pemanfaatan Open Source Software Pendidikan
oleh Mahasiswa dalam Rangka Implementasi Undang-Undang No. 19 Tahun
2002 Tentang Hak Cipta (Intellectual Property Rights).
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah memperoleh data yang
akurat mengenai:
1. Untuk mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa jurusan kurikulum dan
teknologi pendidikan mengenai undang-undang hak cipta.
2. Untuk mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa jurusan kurikulum dan
teknologi pendidikan mengenai jenis lisensi perangkat lunak yang
digunakan.
3. Untuk mengetahui legalitas penggunaan perangkat lunak yang dipakai oleh
mahasiswa jurusan kurikulum dan teknologi pendidikan.
4. Untuk mengetahui tingkat pemahaman tentang open source software dari
5. Untuk mengetahui apa saja kendala yang dihadapi mahasiswa jurusan
kurikulum dan teknologi pendidikan dalam menggunakan open source
software pendidikan.
6. Untuk mengetahui kebermanfaatan open source software pendidikan dalam
membantu pembelajaran mahasiswa jurusan kurikulum dan teknologi
pendidikan.
D.Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan
manfaat secara teoritis dan praktis:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak,
baik secara langsung maupun tidak langsung terutama yang dalam berbagai
kegiatannya menjadikan aplikasi komputer sebagai penunjang kegiatan.
Selain itu diharapkan dapat memberikan kesadaran atau pemahaman
terhadap pentingnya penggunaan perangkat lunak legal khususnya open
source software, hasil dari studi ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan bagi peneliti lain yang melakukan penelitian serupa mengenai
open source software.
2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dari penelitian adalah:
a. Diketahuinya tingkat pemahaman mahasiswa jurusan kurikulum dan
b. Diketahuinya tingkat pemahaman mahasiswa jurusan kurikulum dan
teknologi pendidikan mengenai jenis lisensi perangkat lunak yang
digunakan.
c. Diketahuinya legalitas penggunaan perangkat lunak yang dipakai oleh
mahasiswa jurusan kurikulum dan teknologi pendidikan.
d. Diketahuinya tingkat pemahaman tentang open source software dari
sudut pandang mahasiswa jurusan kurikulum dan teknologi pendidikan.
e. Diketahuinya apa saja kendala yang dihadapi mahasiswa jurusan
kurikulum dan teknologi pendidikan dalam menggunakan open source
software pendidikan.
f. Diketahuinya kebermanfaatan open source software pendidikan dalam
membantu pembelajaran mahasiswa jurusan kurikulum dan teknologi
pendidikan.
E.Definisi Operasional
Untuk menghindari perbedaan penafsiran dalam penelitian ini, maka
perlu dijelaskan definisi operasional yang terdapat dalam judul, yakni:
1. Open source software pendidikan adalah serangkaian instruksi yang ditulis
untuk melakukan fungsi spesifik pada komputer yang dalam hal ini
perangkat lunak berbasis sumber terbuka (open source) yang diperuntukkan
untuk kegiatan pendidikan.
2. Implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan suatu kegiatan yang
norma-norma tertentu yang dalam penelitian ini adalah undang-undang
no.19 tahun 2002 tentang hak cipta.
3. Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan, memperbanyak atau memberikan izin hasil ciptaanya itu
dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
4. Hak atas kekayaan intelektual (intellectual property rights) adalah
pengakuan hukum yang memungkinkan pemegang hak atas kekayaan
intelektual tersebut untuk mengatur penggunaan gagasan-gagasan dan
ekspresi yang diciptakannya dalam jangka waktu tertentu. Istilah kekayaan
intelektual mencerminkan bahwa hak atas kekayaan intelektual dapat
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Pendekatan Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2012:2).
Dengan demikian dapat diambil pengertian bahwa metode penelitian
merupakan cara-cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pada suatu
penelitian. Dalam penelitian ini penyusun menggunakaan pendekatan
kuantitatif, hal ini didasarkan pada permasalahan yang ada pendekatan
kuantitatif sangatlah tepat karena menekankan pada angka-angka (numerical)
yang kemudian diolah menggunakan statistik, hal ini sejalan dengan pendapat
Sugiyono yang mengatakan bahwa "metode ini disebut metode kuantitatif
karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik"
(Sugiyono, 2012:13). Penyusun berharap bahwa dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif akan didapatkan signifikansi terhadap hasil dari
penelitian.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode non
eksperimen yakni metode deskriptif dengan teknik survei (descriptive survey)
yaitu mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dengan kuesioner mengenai
Pemanfaatan Open Source Software Pendidikan oleh Mahasiswa dalam Rangka
Implementasi Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta
berupaya menjelaskan atau mencatat kondisi atau sikap untuk menjelaskan apa
yang ada saat ini... survei deskriptif berupaya untuk mengungkapkan situasi
saat ini terkait dengan suatu topik studi tertentu" (Morissan, 2012:166)., lebih
lanjut Morissan mengatakan kelebihan atau keunggulan penelitian survei salah
satunya adalah "survei dapat digunakan untuk meneliti suatu masalah atau
pertanyaan penelitian dalam situasi yang sebenarnya" (Morissan, 2012:167).
Pemilihan metode deskriptif dirasakan sesuai untuk melihat mengenai
gambaran tentang suatu kejadian secara detail, hal ini sejalan dengan yang
disampaikan oleh Prasetyo dan Jannah bahwa “penelitian deskriptif dilakukan
untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau
fenomena” (Prasetyo dan Jannah, 2010:42). Adapun tujuan dari metode
deskriptif ini menurut Prasetyo dan Jannah yakni "untuk menggambarkan
mekanisme sebuah proses dan menciptakan sebuah kategori atau pola"
(Prasetyo dan Jannah, 2010:43)., penelitian dengan metode deskriptif
menggambarkan sebuah kejadian secara alami tanpa ada campur tangan
peneliti yang dalam hal ini adalah keadaan sebenarnya dari objek yang diteliti.
Menurut Suharsimi penelitian deskriptif merupakan “penelitian yang
dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status gejala yang ada,
yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan"
(Suharsimi Arikunto, 2007:234). Berdasarkan pengertian di atas maka
penyusun beranggapan bahwa penelitian ini ditujukan untuk memberikan
gambaran, menyelidik keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang diteliti secara
Mahasiswa dalam Rangka Implementasi Undang-undang No. 19 Tahun 2002
Tentang Hak Cipta pada waktu penelitian atau pada masa sekarang yang akurat
dan faktual, sehingga metode deskriptif sesuai untuk menggambarkan
mengenai kondisi suatu masyarakat atau suatu kelompok tertentu.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan gejala, individu, kasus dan masalah
yang diteliti di daerah penelitian yang dapat dijadikan objek penelitian
(Nursid Sumaatmaja, 1988:112). Adapun menurut Sugiyono “populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono,
2012:80). Populasi merupakan sumber informasi untuk memperoleh
berbagai data yang dibutuhkan dalam penelitian. Populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Kurikulum dan Teknologi
Pendidikan konsentrasi Guru TIK angkatan 2010 yang berjumlah 29
orang.
2. Sampel
Sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang dimiliki
(Suharsimi Arikunto, 2010:174). Adapun menurut Sugiyono sampel
adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut” (Sugiyono, 2012:81). Sampel yang digunakan dalam penelitian
konsentrasi Guru TIK angkatan 2010 yang berjumlah 29 orang. Penyusun
menggunakan teknik sampling jenuh dalam mengambil sampel, hal ini
selaras dengan pendapat Sugiyono bahwa:
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2012:85).
Menurut Suharsimi bahwa “apabila subjeknya kurang dari 100 maka
lebih baik diambil semuanya” (Suharsimi Arikunto, 2010:134).
Penggunaan sampling jenuh pada penelitian ini didasarkan pada beberapa
pertimbangan, yaitu: (1) jumlah populasi relatif kecil, (2) dapat
memperoleh informasi yang lengkap tentang ciri dan sifat populasi, (3) dan
dapat menghasilkan gambaran yang lengkap dan dapat dipercaya tentang
Pemanfaatan Open Source Software Pendidikan oleh Mahasiswa. Adapun
Usman Rianse dan Abdi menuliskan kelebihan menggunakan sampling
jenuh adalah "simpulan penelitian memberikan gambaran yang
komprehensif tentang populasi" (Usman Rianse dan Abdi, 2011:210).
Karena dalam penelitian ini menggunakan seluruh populasi sebagai sampel
penelitian, maka dapat juga disebut penelitian populasi.
C. Teknik Pengumpulan Data
Penyusun menggunakan kuesioner atau angket dalam mengumpulkan
data yang didalamnya terdapat seperangkat daftar pertanyaan yang telah
ukur berupa lembar kuesioner berskala Guttman, data yang diperoleh berupa
data interval atau rasio dikotomi (dua alternatif) yaitu “Ya” dan “Tidak”
sehingga dengan demikian penyusun berharap mendapatkan jawaban yang
tegas terhadap suatu permasalahan yang diteliti. Adapun tahapan proses
pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu:
1. Pengambilan data dilakukan oleh penyusun sendiri dengan mendatangi
subjek penelitian.
2. Penyusun menjelaskan kepada calon responden mengenai teknik pengisian
kuesioner dan apabila ada sesuatu yang kurang jelas, calon responden
dipersilahkan untuk bertanya.
3. Pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan kuesioner secara
langsung oleh penyusun dibantu oleh rekan-rekan di sekitar calon
responden, dan setelah pengisian selesai, kuesioner dikumpulkan kepada
penyusun.
4. Data primer didapat dari hasil pengisian kuesioner yang berisi data
mengenai permasalahan yang diberikan.
5. Setelah data didapat proses selanjutnya kemudian analisa data.
D. Instrumen Penelitian
Untuk mengukur keberhasilan penelitian ini, penyusun menggunakan
instrumen kuesioner atau angket untuk mengungkap lingkup mengenai
teknologi Open Source Software, Hak atas Kekayaan Intelektual dan Hak
relevan dan untuk memperoleh tingkat keandalan (reliability) dan keabsahan
(validity) setinggi mungkin.
Dalam penelitian ini penyusun menggunakan angket bersifat tertutup
(berstruktur), hal ini didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman responden
yang berbeda-beda, selain itu untuk menghindari informasi yang lebih meluas.
Penyusun menggunakan kuesioner tertutup sehingga dengan demikian
responden tinggal memilih beberapa alternatif jawaban yang tersedia.
Penyusun menggunakan kuesioner dengan skala Guttman. Penelitian
menggunakan skala guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang
tegas (konsisten) terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.
Menurut Usman Rianse dan Abdi bahwa “skala Guttman sangat baik
untuk meyakinkan peneliti tentang kesatuan dimensi dan sikap atau sifat yang
diteliti, yang sering disebut dengan atribut universal” (Usman Rianse dan Abdi,
2011:155). Skala Guttman disebut juga skala scalogram yang sangat baik
untuk meyakinkan hasil penelitian mengenai kesatuan dimensi dan sikap atau
sifat yang diteliti. Adapun skoring perhitungan responden dalam skala Guttman
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Skoring Skala Guttman
Alternatif Jawaban
Skor Alternatif Jawaban
Positif Negatif
Ya 1 0
Jawaban dari responden dapat dibuat skor tertinggi “satu” dan skor
terendah “nol”, untuk alternatif jawaban dalam kuesioner, penyusun
menetapkan kategori untuk setiap pernyataan positif, yaitu Ya = 1 dan Tidak =
0, sedangkan kategori untuk setiap pernyataan negatif, yaitu Ya = 0 dan Tidak
= 1. Dalam penelitian ini penyusun menggunakan skala Gutman dalam bentuk
checklist, dengan demikian penyusun berharap akan didapatkan jawaban yang
tegas mengenai data yang diperoleh. Tahap awal dari pembuatan kuesioner
adalah mengumpulkan berbagai informasi yang ingin didapatkan dari
responden yang kemudian dituangkan dalam kisi-kisi instrumen, setelah itu
baru disusun pertanyaan dari kisi-kisi yang telah dibuat.
E. Uji Validitas dan Reliabilitas
Setelah jenis instrumen penelitian ditentukan, langkah selanjutnya adalah
menguji validitas dan reliabilitas instrumen, instrumen yang baik harus
memenuhi persyaratan valid dan reliabel. Untuk itu penyusun mengadakan uji
validitas dan reliabilitas terlebih dahulu sebelum instrumen tersebut digunakan
didalam penelitian.
1. Uji Validitas
Sejalan dengan yang dikatakan oleh Nasution bahwa “suatu alat
ukur dikatakan valid, jika alat ukur itu mengukur apa yang harus diukur
oleh alat itu” (Nasution, 2009:74). Penyusun melakukan pengujian
konstruksi mengenai aspek-aspek yang akan diukur kepada ahli (expert
judgement), dalam hal ini penyusun meminta bantuan ahli dalam bidang
Universitas Pendidikan Indonesia yakni Eddy Prasetyo Nugroho untuk
memvalidasi keabsahan atau kesesuaian instrumen dengan subjek yang
akan diteliti. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyono bahwa:
Untuk menguji validitas konstruksi, dapat digunakan pendapat dari ahli (expert judgement). Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. Mungkin para ahli akan memberi keputusan: instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan mungkin dirombak total. (Sugiyono, 2012:125).
Pengujian validitas dengan menggunakan expert judgement
dilaksanakan dengan penelaahan terhadap kisi-kisi instrumen apakah telah
sesuai dengan tujuan penelitian, setelah itu dilakukan penelaahan terhadap
kesesuaian alat ukur penelitian serta penelaahan terhadap item-item
pertanyaan yang diajukan terhadap responden. Setelah sejumlah
pertanyaan dianggap relevan, penyusun melakukan uji instrumen di
jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan konsentrasi Guru TIK
angkatan 2009 berjumlah 29 orang.
Setelah didapatkan data uji instrumen, penyusun melakukan tabulasi
pada tabel Guttman dengan menyusun item menurut ukuran skor jawaban
“Ya” tertinggi sampai dengan yang paling rendah, hasil tabulasi Guttman
terlampir. Karena instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner
dengan skala Guttman maka untuk memperoleh tingkat validitas
instrumen kuesioner, penyusun menggunakan koefisien Reprodusibilitas
dan koefisien Skalabilitas. Adapun rumus untuk menghitung koefisien
Koefisien Reprodusibilitas (Kr)
� = 1−
�
Keterangan:
Kr = koefisien Reprodusibilitas
e = jumlah kesalahan
n = jumlah total pilihan jawaban = jumlah pertanyaan
x jumlah responden
(Usman Rianse dan Abdi, 2008:157)
Koefisien Skalabilitas (Ks)
� = 1 −
� � − �
Keterangan:
Ks = koefisien Skalabilitas
e = jumlah kesalahan
k = jumlah kesalahan yang diharapkan = c(n-Tn)
dimana c adalah kemungkinan mendapatkan jawaban
yang benar. Karena jawaban adalah “Ya” dan “Tidak”
maka c = 0,5.
n = jumlah total pilihan jawaban = jumlah pertanyaan
x jumlah responden
Tn = jumlah pilihan jawaban
Setelah penyusun melaksanakan uji instrumen, didapatkanlah hasil
dari jumlah responden sebanyak 29 orang dengan jumlah potensi salah
sebesar 1450 dan jumlah error sebesar 272, dengan koefisien
Reprodusibilitas sebesar 0,81 dan koefisien Skalabilitas sebesar 0,62.
Untuk penghitungan secara praktis koefisien Reprodusibilitas dan
koefisien Skalabilitas, penyusun menggunakan aplikasi spreadsheet
LibreOffice Calc dengan program SKALO (program analisis skala
Guttman), hasil perhitungan terlampir. Adapun perhitungan secara
manualnya adalah sebagai berikut:
Koefisien Reprodusibilitas (Kr)
Kr = 1 - �
= 1 - 272
2450
= 1 - 0,19
= 0,81
Skala yang memiliki nilai Kr > 0,90 dianggap baik, karena nilai
dari hasil perhitungan ini 0,82 maka Koefisien Reprodusibilitas untuk
hasil uji instrumen ini dianggap hampir memenuhi.
Koefisien Skalabilitas (Ks)
Ks = 1 -
� (�− �)
= 1 - 272
= 1 - 272
0,5 (1400 )
= 1 - 272
700
= 1- 0,38
= 0,62
Dalam perhitungan koefisien Skalabilitas, jika nilai Ks > 0,60
maka dianggap baik untuk digunakan dalam penelitian. Karena dalam
perhitungan ini menghasilkan sejumlah 0,62 maka hasil koefisien
Skalabilitas ini baik digunakan untuk penelitian.
Adapun upaya penyusun dalam menganalisis hasil dari uji
instrumen ini adalah menggunakan pendekatan non statistik yakni dengan
menganalisis beberapa kelainan yang dianggap sebagai error dalam skala
Guttman kedalam bentuk pertanyaan yang lebih relevan. Penyusun
memperbaiki beberapa pertanyaan yang memiliki error paling banyak
dengan asumsi oleh penyusun, tiada lain agar data itu dapat digunakan
untuk mengungkap permasalahan responden untuk hasil penelitian yang
lebih bermakna. Sehingga dalam hal ini tidak semua item dengan error
tertinggi dihapus, melainkan diperbaiki agar dapat mengungkap dan
memenuhi tujuan dari penelitian. Adapun menurut Suharsimi bahwa
“tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data
(Suharsimi Arikunto, 2010:168). Jumlah soal yang penyusun eliminasi
adalah sebanyak 3 soal dari total 50 soal, sehingga jumlah total soal yang
akan digunakan dalam penelitian adalah sebanyak 47 soal.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mendapatkan instrumen yang benar
sesuai dengan kondisi di lapangan. Menurut Arikunto “instrumen yang
reliabel adalah instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu
mengungkap data yang bisa dipercaya” (Suharsimi Arikunto, 1998:171).
pengujian reliabilitas dalam uji instrumen ini adalah dengan internal
consistency, yakni dilakukan dengan cara mengujicobakan instrumen
sekali saja, kemudian setelah data diperoleh lalu dianalisis dengan teknik
tertentu. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan KR 20 (Kuder
Richardson), adapun rumusnya adalah:
� = �
� − 1
2− ∑ � � 2
Keterangan:
k = jumlah item dalam instrumen
� =proporsi banyaknya subjek yang
menjawab pada item 1
� = 1 - �
2 = varians total
Rumus KR 20 digunakan karena skor yang diperoleh adalah skor
dikotomi 1 dan 0, adapun tabel hasil uji reliabilitas instrumen dengan KR
20 terlampir. Setelah didapat hasil perhitungan dari tabulasi KR 20 maka
langkah selanjutnya adalah menghitung varians total dan kemudian
dimasukkan kedalam rumus KR 20:
Varians total
kemudian dimasukkan kedalam rumus KR 20:
= 50
49 5,17 12,04
= 1,02 {0,429}
= 0,437
Maka dengan demikian didapatkanlah hasil uji reliabilitas sebesar
0,437 kemudian dimasukkan kedalam tabel kriteria reliabilitas. Hasil dari
perhitungan menunjukkan bahwa reliabilitas cukup untuk digunakan
dalam penelitian.
Tabel 3.2 Kriteria Reliabilitas
Nilai Kriteria
-1,00 - 0,20 Reliabilitas sangat rendah
0,21 - 0,04 Reliabilitas rendah
0,41 - 0,70 Reliabilitas cukup
0,71 - 0,90 Reliabilitas tinggi
0,91 - 1,00 Reliabilitas sangat tinggi
F. Teknik Analisis Data
Setelah penyusun melakukan penelitian dengan mengumpulkan data-data
dari responden, kemudian penyusun melakukan analisis data. Data yang
didapatkan oleh penyusun adalah data mentah yang berisi jawaban dari
responden mengenai permasalahan yang diteliti. Salah satu dari tujuan analisis
susunan yang sistematis, setelah itu menafsirkan atau memaknai data yang
didapat. Adapun menurut Prasetyo dan Jannah bahwa ada beberapa langkah
dalam menganalisis data, yakni:
1. Pengkodean data (data coding), data coding merupakan suatu proses penyusunan secara sistematis data mentah (yang ada dalam kuesioner) ke dalam bentuk yang mudah dibaca oleh mesin pengolah data.
2. Pemindahan data ke komputer (data entering), data entering adalah memindahkan data yang telah diubah menjadi kode kedalam mesin pengolah data.
3. Pembersihan data (data cleaning), data cleaning adalah memastikan bahwa seluruh data yang telah dimasukkan kedalam mesin pengolah data sudah sesuai dengan yang sebenarnya.
4. Penyajian data (data output) data output adalah data hasil pengolahan data. 5. Penganalisaan data (data analyzing), penganalisaan data merupakan suatu proses lanjutan dari proses pengolahan data untuk melihat bagaimana menginterprestasikan data, kemudian menganalisis data dari hasil yang sudah ada pada tahap hasil pengolahan data.
(Prasetyo dan Jannah, 2010:171)
Data yang diperoleh penyusun bersifat kuantitatif dengan skala Guttman
sehingga perlu diolah untuk proses penarikan kesimpulan. Teknik analisis data
yang digunakan adalah teknik hitung analisis deskriptif untuk mendeskripsikan
variabel penelitian dalam pengukuran dan tidak menggunakan statistik
inferensial karena tidak ada hipotesis dalam penelitian ini.
Adapun teknik statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
persentase. Persentase untuk setiap kemungkinan jawaban diperoleh dari
membagi frekuensi yang diperoleh dengan jumlah sampel, kemudian dikalikan
� =
� � 100%
Keterangan:
P = Prosentase
f = Frekuensi dari setiap jawaban yang dipilih
n = Jumlah
100% = Konstanta
(Bungin, 2010:177)
Selanjutnya persentase yang diperoleh diterjemahkan kedalam kategori
sebagai berikut:
Tabel 3.3 Kategori Persentase
Persentase Kategori
0 - 1% Tidak ada
2% - 25% Sebagian kecil
26% - 49% Kurang dari setengahnya
50% Setengahnya
51% - 75% Lebih dari setengahnya
76% - 99% Sebagian besar
G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah tahapan-tahapan yang dilakukan sebelum
penelitian dilaksanakan sampai dengan penelitan itu terlaksana. Secara umum
prosedur dalam penelitian ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1. Merumuskan permasalahan penelitian.
2. Membuat proposal penelitian.
3. Menyusun kisi-kisi instrumen penelitian dan menyusun instrumen
penelitian.
4. Validasi instrumen kepada dosen ahli (expert judgement).
5. Melakukan uji validitas dan uji reliabilitas instrumen terhadap responden
yang bukan subjek penelitian.
6. Menyebarkan angket kepada responden yang dijadikan sampel penelitian.
7. Mengumpulkan data dan mengolah data hasil penelitian.
8. Membuat penafsiran dan kesimpulan hasil penelitian.
H. Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini adalah Jurusan Kurikulum dan Teknologi
Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia yang beralamatkan di Jalan Dr.
Setiabudhi No. 229 Bandung 40154 Jawa Barat Telp. +62-22-2013161/4 Fax.
I. Alur Penelitian
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.Simpulan
Penyusun dalam penelitian ini mengungkapkan masalah bagaimana
tingkat Pemanfaatan Open Source Software Pendidikan Oleh Mahasiswa dalam
Rangka Implementasi Undang-Undang No.19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta
(Intellectual Property Rights) di Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
konsentrasi Guru Teknologi Informasi dan Komunikasi angkatan 2010.
Penelitian ini berbentuk penelitian populasi dengan teknik pengumpulan data
menggunakan kuesioner skala Guttman. Adapun kesimpulan yang didapatkan
adalah sebagai berikut:
1. Simpulan Umum
Berdasarkan hasil penelitian yang telah terlaksana, secara umum
tingkat pemanfaatan open source software oleh mahasiswa jurusan
kurikulum dan teknologi pendidikan konsentrasi guru TIK angkatan 2010
lebih dari setengahnya memanfaatkan teknologi open source software
pendidikan, walaupun dilihat dari tingkat pengetahuan Hak atas Kekayaan
Intelektual (HaKI) cukup tinggi namun tidak diikuti dengan kesadaran
HaKI, sehingga masih banyak dari mahasiswa yang masih menggunakan
software bajakan (ilegal), hal ini terlihat dari temuan hasil penelitian. Selain
itu hasil dari penelitian mengungkapkan tingkat pemahaman mahasiswa
merupakan hal yang positif dan perlu adanya suatu tindak lanjut untuk
memfasilitasi dan menampung kreatifitas mahasiswa mengenai
pemanfaatan open source software pendidikan. Tingginya pemahaman
mahasiswa mengenai open source software dapat dimanfaatkan guna
mendukung cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan.
2. Simpulan Khusus
a. Tingkat pemahaman mahasiswa Jurusan Kurikulum dan Teknologi
Pendidikan konsentrasi Guru TIK angkatan 2010 mengenai
undang hak cipta lebih dari setengahnya memahami mengenai
undang-undang hak cipta.
b. Tingkat pemahaman mahasiswa Jurusan Kurikulum dan Teknologi
Pendidikan konsentrasi Guru TIK angkatan 2010 mengenai jenis lisensi
perangkat lunak yang digunakan lebih dari setengahnya memahami
jenis lisensi perangkat lunak yang digunakan.
c. Legalitas penggunaan perangkat lunak yang dipakai oleh mahasiswa
Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan konsentrasi Guru TIK
angkatan 2010 sebagian kecil yang menggunakan software legal.
d. Tingkat pemahaman tentang open source software dari sudut pandang
mahasiswa Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan konsentrasi
Guru TIK angkatan 2010 lebih dari setengahnya memahami tentang
open source software.
e. Kendala yang dihadapi mahasiswa Jurusan Kurikulum dan Teknologi
open source software pendidikan kurang dari setengahnya mengalami
kendala dalam menggunakan open source software pendidikan.
f. Kebermanfaatan open source software pendidikan dalam membantu
pembelajaran mahasiswa Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
konsentrasi Guru TIK angkatan 2010 lebih dari setengahnya
memanfaatkan open source software pendidikan.
B.Rekomendasi
Berdasarkan hasil temuan dari penelitian ini penyusun
merekomendasikan:
1. Mahasiswa
Senantiasa mempelajari berbagai ilmu pengetahuan khususnya open
source software, karena dengan menggunakan open source software maka
akan berdampak pada minimnya terhadap penggunaan software bajakan
(ilegal), dengan demikian martabat bangsa Indonesia akan naik. Tingkat
pembajakan di Indonesia akan menurun seiring dengan meningkatnya
tingkat kesadaran masyarakat mengenai Hak atas Kekayaan Intelektual
khususnya di lingkungan pendidikan yang merupakan penghasil
orang-orang terdidik. Mahasiswa sebagai kaum intelektual harus paham dan
mengimplementasikan ilmu mengenai Hak atas Kekayaan Intelektual,
menghargai hasil kerja dan jerih payah orang lain dengan tidak membajak
software, mentaati semua aturan penggunaan software dan senantiasa
2. Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Penyusun berharap dengan adanya temuan dari penelitian ini, Jurusan
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan dapat memasukkan kurikulum
mengenai Hak Cipta dan Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI), karena
berdasarkan pengalaman penyusun didapati materi mengenai Hak Cipta
maupun HaKI dalam proses pembelajaran di berbagai lembaga pendidikan
(sekolah). Dengan demikian diharapkan mahasiswa akan dapat mematuhi
etika dan aturan dalam penggunaan perangkat lunak dengan tidak
membajak software.
3. Peneliti Selanjutnya
Dengan adanya penelitian ini maka didapatkan tingkat Pemanfaatan
Open Source Software Pendidikan oleh Mahasiswa dalam Rangka
Implementasi Undang-Undang No.19 Tentang Hak Cipta. Perlu kiranya
diadakan penelitian lebih lanjut mengenai penelitian serupa, baik itu dalam
ranah pendidikan seperti penggunaan open source software untuk
meningkatkan hasil belajar maupun implementasi open source software
DAFTAR PUSTAKA
Adisumarto, Harsono. (2000). Hukum Perusahaan Mengenai Hak atas
Kepemilikan Intelektual (Hak Cipta, Hak Paten, Hak Merek). Bandung:
Mandar Maju.
Alsa, Asmadi. (2007). Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dalam Penelitian
Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
AlternativeTo. (2012). Open Source Alternative Software. [Online]. Tersedia: http://alternativeto.net/category/?license=opensource [17 September 2012]
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Edisi Revisi Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Asian Law Group. (2003). Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar. Bandung: Alumni.
Bungin, Burhan. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Prenada Media Group.
Cahyo. (2012). Kerugian Pembajakan Software Capai Rp12,8 T. [Online]. Tersedia: http://www.neraca.co.id/2012/05/15/kerugian-pembajakan-software-capai-rp128-t/ [22 Juni 2012]
Daulay, Melwin Syafrizal. (2006). Mengenal Hardware – Software & Pengelolaan Instalasi Komputer. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Darmawan, Deni. (2007). Teknologi Informasi & Komunikasi.Bandung: Arum Mandiri Press.
DepDikNas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Damian, E. (1999). Hukum Hak Cipta Menurut Beberapa Konvensi Internasional,
UU Hak Cipta 1997, dan Perlindungannya terhadap Buku serta Perjanjian Penerbitan. Bandung: Alumni.
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM RI. (2006). Buku Panduan Hak Kekayaan Intelectual dilengkapi dengan
Peraturan Perundang-Undangan dibidang Hak Kekayaan Intelektual.
Tanggerang: Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual – EC Asian Intellectual Property Rights Co-Operation Program.
Djumhana, M. dan Djubaedillah. (1997). Hak Milik Intelektual (Sejarah, Teori
dan Prakteknya di Indonesia). Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Dumbstrack. (2010). Macintoh Operating System. [Online]. Tersedia: http://tutorial.dumbstrack.org/macintosh-os/ [13 September 2012]
Gara. (2012). Software and Technology Solutions for Small Business.[Online]. Tersedia: http://www.gara.com [13 September 2012]
GNU. (2012). Linux and GNU. [Online]. Tersedia: http://www.gnu.org/gnu/linux-and-gnu.html [13 September 2012]
Hartono, Jogiyanto. (2002). Analisis dan Disain Sistem Informasi: Pendekatan
Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis. Yogyakarta: Andi.
Hozumi, Tamotsu. (2006). Asian Copyright Handbook, Buku Panduan Hak Cipta
Asia versi Indonesia. Jakarta: Ikapi.
InfoLINUX. (2011). Kursus Online, Monitoring Sistem Sekolah, Distro untuk
Junus, Emawati. (2003). Aspek Hukum dalam Sengketa Hak Kekayaan Intelektual
Teori dan Praktek. Tersedia:
http://www.http://umum.kompasiana.com/2009/07/09/manfaat-perlindungan-hak-kekayaan-intelektual-hki/ [22 Juni 2012]
Juwandi, Ronni. (2012). Efektivitas Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota
Bandung Dalam Rangka Reformasi Birokrasi Untuk Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik Sebagai Upaya Untuk Mewujudkan Good Governance. Skripsi pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Ladjamudin, Al-Bahra. (2006). Rekayasa Perangkat Lunak. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Linux. (2012). Linux Operating System. [Online]. Tersedia: http://www.linux.org/ [13 September 2012]
Marzuki, Peter M. (1996). Pemahaman Praktis Mengenai Hak Milik Intelektual,
Jurnal Hukum Ekonomi Edisi III. Surabaya: FH Unair.
Morissan. (2012). Metode Penelitian Survei. Jakarta: Prenada Media Group.
Mout, Bouwman N. (1989). “Perlindungan Hak Cipta Intelektual: Suatu
Rintangan atau Dukungan Terhadap Perkembangan Industri”, Makalah pada Seminar Hak Milik Intelektual. Medan FH USU tanggal 10 Januari 1989.
Nasution. (2009). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.
Nazir, Moh. (2011). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nugroho, Amin Rois S. (2008). Berbisnis Software Gratis. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Nursidik, Yahya. (2011). Penggunaan Cloud Base Personal Information
Management System DIIGO Service Sebagai Research Tool untuk Fasilitas Knowledge Sharing. Skripsi pada FIP UPI Bandung: tidak
diterbitkan.
PC MAG Encyclopedia. (2012). Encyclopedia of IT Terms. Tersedia: http://pcmag.com/encyclopedia [16 Desember 2012]
Prasetyo, Bambang dan Jannah, Lina Miftahul. (2005) Metode Penelitian
Kuantitatif: Teori dan Aplikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Prasetyo, Bambang dan Jannah, Lina Miftahul. (2010) Metode Penelitian
Prihadi, Susetyo. Dwi. (2012). Wah! Pembajakan Software di Indonesia Capai
86%. [Online]. Tersedia :
http://inet.detik.com/read/2012/05/15/153029/1917613/398/wah-pembajakan- software-di-indonesia-capai-86 [22 Juni 2012]
Priharniwati. (2004). “Peranan Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI) dalam Pembangunan Ekonomi”. Makalah pada Seminar Nasional Hubungan antara Penegakkan Hukum HKI dan Pembangunan Ekonomi tanggal 28 September Hotel Sheratom Bandung.
Purwanigsih, Endang. (2012). Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dan Lisensi. Bandung: Mandar Maju.
Purwanto & Sulistyastuti. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Gava Media.
Rachmatunisa. (2012). Open Source Redam Pembajakan Software. [Online].
Tersedia :
http://inet.detik.com/read/2012/04/25/174128/1901497/398/open-source-redam- pembajakan-software [22 Juni 2012]
Ramli, Ahmad. M. (2006). CYBER LAW DAN HAKI DALAM SISTEM HUKUM
INDONESIA. Bandung: Refika Aditama
Rianse, Usman dan Abdi. (2011). Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi:
Teori dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.
Riswandi, B.A. Dan Syamsudin, M. (2005). Hak Kekayaan Intelektual dan
Budaya Hukum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Permana, Erry (2006). Desktop Publishing dengan Scribus, GIMP, dan Inkscape. Jakarta: Dian Rakyat.
Pressman, Roger. S. (2002). Rekayasa Perangkat Lunak Pendekatan Praktisi. Yogyakarta: Andi.
Rahardjo, Budi. (2000). Mengadopsi Pola “Open Content”. Makalah PPAU Mikroelektronika ITB.
Stallings, William. (2005). Operating Systems, Internals and Design Principles. New Jersey: Pearson - Prentice Hall.
Stallman, Richard M. (2010). Free Software, Free Society: Selected Essay of
Subroto, M. A. & Suprapedi. (2008). PENGENALAN HKI (Hak Kekayaan
Intelektual). Jakarta: Indeks.
Sudjana, Nana. (1989). Penelitian dan Penilaian dalam Pendidikan. Bandung: CV. Sinar Baru.
Sugiyono. (2012). Statistika untuk penelitian.Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukardi. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara
Sumaatmaja, Nursid. (1998). Metodologi Pengajaran Geografi. Bandung: IKIP Bandung.
Supriyanto. (2006). Migrasi Radikal ke Linux: InfoLinux Edisi November. Jakarta: Dian Rakyat.
Umar, Husein. (2005). Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi, Edisi
Revisi & Perluasan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Undang-undang (2002) Undang-undang Republik Indonesia No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Indonesia.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.
Wahana Komputer. (2004). Administrasi Sistem di Linux. Yogyakarta: Andi.
Widhiarso, W. (2011). SKALO: Program Analisis Skala Guttman. Program Komputer. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Wilfridus Bambang T.H., Bernard R.S., Ahmad Ashari. (2010). Linux System
Administrator. Bandung: Informatika.