DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN i
ABSTRAK ii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
BAB .I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian 1
B. Perumusan Masalah 13
C. Tujuan Penelitian 14
D. Manfaat Penelitian 15
E. Metode Penelitian 16
F. Struktur Organisasi Disertasi 18
BAB.II LANDASAN TEORI
A. Teori Tranformasi Nilai Budaya 20
1. Pendidikan Sebagai Proses Sosialisasi 21
2. Pendidikan Sebagai Proses Internalisasi 23
3. Pendidikan Sebagai Proses Enkulturisasi 24
B. Pewarisan Budaya Melalui Pendidikan 26
1. Pendidikan In Formal 27
2. Pendidikan Non Formal 28
C. Demokrasi 30
1. Pengertian Demokrasi 31
2. Sistem Politik Demokrasi 34
3. Demokrasi Pancasila 34
4. Demokrasi Pancasila Sebagai Manifestasi Kebudayaan 36
D.Kearifan Lokal Minangkabau 37
1. Adat Masyarakat Minangkabau 39
2. Sistem Sosial Dan Politik Masyarakat Minangkabau 42
3. Kepemimpinan Dalam Masyarakat Miangkabau 46
4. Pemerintahan Menurut Adat Minangkabau 48
5. Demokrasi Menurut Adat Minangkabau 59
6. Prinsip-Prinsip Demokrasi Adat Minangkabau 62
E. Membangun Karakter Bangsa 70
1. Pengertian Karakter Bangsa 70
2. Membangun Karakter Bangsa 74
3. Membangun Keperibadian Bangsa 76
F. Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Konteks
Pendidikan IPS 78
1. Pendidikan IPS 78
2. Pendidikan Kewarganegaraan 90
3. Keterkaitan Pendidikan Kewarganegaraan Dengan
Pendidikan IPS 95
4. Pendikakan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan
Demokrasi 98
G. Pengembangan Model Pembelajaran Demokrasi
Berbasis demokrasi Adat Miangkabau 102
1. Teori Pengembangan Model 102
3. Landasan Teori Belajar 104
H. Landasan Filosofis 108
I. Penelitian Terdahulu 114
J. Paradigma Penelitian 119
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi Dan Subjek Penelitian 120
B. Metode Penelitian 122
C. Instrumen Penelitian 135
D. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas 136
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 140
1. Pendapat Tokoh Masyarakat Adat Minangkabau Tentang
Nilai Demokrasi Adat Minangkabau 140
2. Pendapat Para Guru Tentang Nilai Demokrasi Adat
Minangkabau 170
3. Pendapat Generasi Muda Tentang Nilai Demokrasi Adat
Minangkabau 194
B. Pembahasan Hasil Penelitian 221
1. Demokrasi Adat Minangkabau 221
2. Faktor yang menjadi Kendala Dalam Mentransformasikan
Demokrasi Adat Minangkabau 232
3. Upaya yang Dilakukan Pendidik dalam
Mentransformasi Nilai Demokrasi Adat Minangkabau 252
4. Melalui PTK dapat Meningkatkan prestasi peserta
C.Temuan Penelitian 272
1. Kurangnya Pemahaman Masyarakat Minangkabau
Terhadap Nilai Budayanya 272
2. Menipisnya Sifat Komunal Dan Kebersamaan 273
3. Krisis Kepemimpinan di Minangkabau 279
4. Tergerusnya Nilai-Nilai Demokrasi Adat
Minangkabau 284
5. Masyarakat Minangkabau Mengalami
Goncangan Budaya 289
6. Pentingnya Pengajaran Pendidikan Nilai Demokrasi
Adat Minangkabau Kepada Generasi Sekarang 292
7. Perobahan Nilai Budaya Masyarakat Minangkabau
Sebagai Akibat Modernisasi Dan Globalisasi 299
8. Model Pembelajaran PKn yang Berbasiskan Nilai
Demokrasi Adat Minangkabau 305
D.Kendala Pengimplementasian Pembelajaran PKn Berbasis
Demokrasi Adat Minangkabau dalam Pembelajaran di SMP 340
BAB V KESIMPILAN. IMPLIKASI, REKOMENDASI DAN PERUMUSAN DALIL
A. Kesimpulan 345
B. Implikasi Hasil Penelitian 348
C. Rekomendasi 352
D. Perumusan Dalil 356
DAFTAR PUSTAKA 358
DAFTAR TABEL
No : Tabel Halaman
1. Tabel 2.1 Perbandingan Demokrasi, Secara Umum,
Menurut Teori, dan Demokrasi Menurut Adat
Minangkabau 68
2. Tabel 4.1 Perubahan Sosial Budaya Masyarakat
Minangkabau Sebagai Akibat dari Modernisasi dan
Globalisasi 275
3. Tabel 4.2 Struktur Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
Mata Pelajaran PKn berbasis Demokrasi adat Minangkabau 281
DAFTAR GAMBAR
No: Gambar Halaman
1. 2.2 Paradigma Penelitian 119
2. 3.2 Siklus Tindakan Kelas 139
3. 4.1 Rumah Gadang Minangkabau 148
4. 4.2 Rumah Gadang Bodicaniago 150
5. 4.3 Rumah Gadang Koto Piliang 150
6. 4.4 Rapat Ninik Mamak Saat Pengangkatan Penghulu 152
7. 4.5 Rapat Tungku Tigo Sajarangan dalam Mengambil
Keputusan 158
8. 4.6 Aktivitas Guru Dalam Menggunakan Ceramah 308
9. 4.7 Pengarahan Guru Dalam Pembentukan Kelompok 325
10.4.8 Partisispasi Peserta Didik Dalam Tanya Jawab 327
DAFTAR LAMPIRAN
No: Lampiran Halaman
1. Lampiran.1. Struktur Dalam Masyarakat Minangkabau 374
2. Lampiran. 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 379
3. Lampiran. 3 Panduan Observasi / Pengamatan Guru 364
4. Lampiran .4. Hasil Tse Formatif Peserta didik 397
5. Lampiran .5. Lampiran Pedoman Wawancara 399
6. Lampiran .6.Daftar Informan 401
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia, seperti halnya bangsa-bangsa lain dalam era globalisasi
ini, tidak dapat menghindar dari arus derasnya kompleksitas perubahan (inovasi)
sebagai akibat pesatnya perkembangan teknologi informasi, telekomunikasi dan
transportasi. Beberapa indikator globalisasi yang melanda bangsa Indonesia
menimbulkan dampak positif dan negatif sebagai berikut; (1) Globalisasi di
bidang hukum, sebagai dampak positif semakin menguatnya supremasi hukum,
dan regulasi hukum, demokratisasi dan pembuatan peraturan perundang-undangan
yang memihak dan bermanfaat untuk kepentingan rakyat banyak. Dari sisi
negative terjadinya perubahan dunia yang cepat mempengaruhi pola pikir
masyarakat secara global, masyarakat sering kali mengajukan tuntutan kepada
pemerintah dan jika tidak dipenuhi cenderung bertindak anarkis. (Budiyanto,
:2004:19).(2) Globalisasi sosial bidang budaya, dapat meningkatkan pembelajaran
mengenai tata nilai sosial budaya, cara hidup, pola pikir yang baik, maupun ilmu
pengetahuan, teknologi. dan meningkatkan etos kerja yang tinggi, dari sisi negatif
mudahnya nilai-nilai barat masuk ke Indonesia baik melalui internet, media
televisi, maupun media cetak yang banyak ditiru oleh masyarakat.dan
memudarnya apresiasi terhadap nilai-nilai budaya lokal yang melahirkan gaya
hidup individualisme, pragmatisme, hedonisme, primitive, konsumerisme. (3)
Globalisasi bidang ekonomi memberi peluang kepada Indonesia untuk ikut
laut, tekstil, dan bahan tambang. di bidang jasa kita mempunyai peluang menarik
wisatawan mancanegara. Akibatnya, dengan masuknya perdagangan luar negeri
terjadi defisit perdagangan nasional, maraknya penyelundupan dan masuknya
wisatawan ke Indonesia melunturkan nilai luhur bangsa. (Robert Gilpin, 1972:
111-119).
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan dalam bidang politik telah
terjadi demokratisasi, dalam bidang sosial dan budaya terjadi uiversalisasi dan
Bidang ekonomi terjadi liberalisasi, hal inilah yang harus dipikirkan oleh seluruh
bangsa Indonesia untuk mempertahankan jati dirinya.
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu
negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara)
atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Salah satu pilar
demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan politik
negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga jenis
lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yang
sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara
ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling
mengontrol. Oleh karena itu agar kalangan intelektual terutama mahasiswa
sebagai calon pengganti pemimpin bangsa di masa mendatang memahami makna
serta kedudukan demokrasi yang sebenarnya maka harus dilakukan suatu kajian
yang bersifat ilmiah.
Secara historis, demokrasi adalah konsep yang berasal dari Yunani kuno.
yang modern dan kompleks. “ Sekalipun konsep yang kompleks, logika yang
diekspresikan demokrasi modern mengandung prinsip-prinsip dasar, seperti
adanya unsur kedaulatan rakyat, pemerintahan mayoritas, perlindungan minoritas,
kemerdekaan yang dijamin UU, partisipasi warga, persamaan hak, dan
sebagainya.” (Minogue dalam Kuper & Kuper, 2000: 215).
Pada zaman Yunani-Kuno, kata demokrasi digunakan untuk menunjuk
pada pemerintahan oleh orang banyak, sebagai lawan dari pemerintahan oleh
sekelompok orang bentuk dan susunan negara demokrasi pada masa Yunani-Kuno
sangat berbeda dengan bentuk dan susunan negara demokrasi pada masa sekarang.
ada negara-negara modern dikembangkan model demokrasi tidak langsung
melalui lembaga perwakilan” (Saragih, 1988: 79).
Lembaga perwakilan memegang peranan yang penting dalam menata
jalannya roda pemerintahan bagi negara demokrasi modern, walaupun pada
mulanya keberadaan lembaga perwakilan bukan dimaksudkan sebagai perangkat
sistem demokrasi. Hal inilah yang merupakan perbedaan secara mendasar antara
negara kota dengan negara bangsa dalam proses penyelenggaraan pemerintahan.
Praktek demokrasi pada negara-negara kota tidak terdapat lembaga perwakilan,
sebab demokrasi menjadi pertemuan warga kota untuk membahas masalah secara
bersama-sama. Dinamika demokrasi modern, selain lembaga perwakilan yang
diisi melalui pemilihan umum, masih terdapat elemen demokrasi lainnya yang
mempunyai hak dan kedudukan yang sama dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Di sinilah arti pentingnya, interest group, presure group, tokoh masyarakat, pers
Dalam perkembangannya, penerapan konsep pemisahan kekuasaan (separation of
powers) meluas ke seluruh dunia dan menjadi paradigma tersendiri dalam
pemikiran mengenai susunan organisasi negara modern. Menurut Sumantri, S
( 1976: 70.) “Fungsi legislatif biasanya dikaitkan dengan peran lembaga parlemen
atau legislature, fungsi eksekutif dikaitkan dengan peran pemerintah dan fungsi
judikatif dikaitakan dengan lembaga peradilan “. Cara kerja dan hubungan ketiga
kekuasaan negara itu disebut sebagai sistem pemerintahan negara.
Menurut Mayo (1990:218) demokrasi mencakup beberapa norma atau
nilai, “yaitu penyelesaian perselisihan secara damai dan melembaga, terjadinya
perubahan secara damai dalam masyarakat yang sedang berubah, pergantian
kepemimpinan secara teratur, pembatasan pemakaian kekerasan secara minimum ,
pengakuan dan penghormatan atas kenegaraan serta jaminan penegak keadilan”
Demokrasi merupakan amanah terpenting dari Pancasila. Demokrasi
dalam perspektif Pancasila dirumuskan oleh para pendiri bangsa merupakan
jawaban atas tantangan nyata bangsa pada masa itu dengan mengelaborasi
gagasan besar dunia, namun dimaknai dengan berpijak pada kearifan budaya
nusantara dan sejarah bangsa secara visioner. Dalam perspektif ini, bangsa kita
telah mempraktikkan demokrasi sejak sebelum kemerdekaan. Para pendiri negara
yang kemudian menemukan “Pancasila sebagai dasar negara menyebutkan bahwa
yang dimaksud dasar di sini adalah philosofische grondslag, yaitu dasar
kefilsafatan bagi berdirinya Negara Indonesia yang diserap dari weltanschaung,
pandangan hidup bangsa yang berupa nilai-nilai fundamental, yaitu nilai-nilai
Menurut Alfian mengenai kriteria ideologi yang baik (Alfian, 1978: 187).
Suatu ideologi akan mampu bertahan dan berfungsi dengan baik bila memenuhi sekurangnya tiga syarat. (1) merupakan pencerminan realita yang hidup dalam masyarakat di mana ideologi itu muncul untuk pertama kalinya, paling kurang pada saat-saat kelahirannya.(2) kemampuannya memberikan harapan kepada berbagai kelompok yang ada dalam masyarakat akan kehidupan bersama dan masa depan yang lebih cerah,(3) kemampuannya mempengaruhi sekaligus menyesuaikan diri dengan pertumbuhan atau perrkembangan masyarakat.
Keunggulan lain dari Pancasila yang sering tidak kita sadari adalah rumusan
teks Pancasila yang dibuat sederhana, singkat dan padat sehingga mudah dihapal
oleh masyarakat hampir segala strata dan lapisan. Ini dimaksudkan agar Pancasila
mudah dikenal dan diingat serta mudah menjangkau masyarakat seluas-luasnya.
Bersamaan dengan itu di balik teks yang singkat tersebut terkandung nilai-nilai
fundamental yang memerlukan pemahaman seksama.Pancasila dipandang sebagai
satu kesatuan yang bulat dan utuh karena Pancasila akan mengalami kerancuan
bila sila-silanya diantitesiskan satu sama lain atau dipahami terpisah
sendiri-sendiri. “Setiap sila memiliki hubungan yang saling mengikat dan menjiwai satu
sama lain, sedemikian rupa hingga tidak dapat dipisah-pisahkan” (Notonagoro,
1975: 52).
Demokrasi Pancasila adalah paham demokrasi yang bersumber kepada
kepribadian dan filsafat bangsa Indonesia yang perwujudannya seperti tertuang
dalam Pembukaan UUD 1945. Dasar Demokrasi Pancasila Kedaulatan Rakyat
(Pembukaan UUD ‘45) Negara yang berkedaulatan – Pasal 1 ayat (2) UUD 1945.
Makna Demokrasi Pancasila keikutsertaan rakyat kehidupan bermasyarakat dan
kehidupan bernegara ditentukan peraturan perundang-undangan. Di Indonesia,
disemangati dan didasari nilai-nilai pancasila. Dalam demokrasi pancasila rakyat
adalah subjek demokrasi, yaitu rakyat sebagai keseluruhan berhak ikut serta aktif
“menentukan” keinginan-keinginan dan juga sebagai pelaksana dari keinginan-
itu, yang disalurkan melalui lembaga perwakilan yang dibentuk melalui Pemilu
Pada masa Orde Baru, seluruh organ struktur politik lokal diatur secara
terpusat dan seragam tanpa mengindahkan heterogenitas system politik lokal yang
telah ada jauh sebelum konsep kebangsaan Indonesia. “Nagari yang tadinya
berdaulat bergerak dalam system demokratis dan otonom dihapus lalu diganti
dengan sistem pemerintah desa, suatu konsep yang diadopsi dari Jawa” ( Adnan
2003:65). Terbitnya Undang Undang No 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan
Desa menjadi salah satu tanda bahwa sistem sentralistik membuat
nagari-nagari mengalami pemecahan “telah menghancurkan institusi tradisional di
tingkat lokal yang sudah ada beratus tahun lamanya” (Zed M dkk 1996 :21).
Pragmatisme politik warisan Orde Baru tidak banyak membawa kemajuan
bagi transformasi politik lokal, birokrasi yang belum banyak berubah juga dapat
menjelaskan prakondisi distorsi politik lokal pasca orde baru, sepenuhnya
merupakan warisan rezim masa lalu. “Memang intervensi politik terhadap
birokrasi seperti di era orde baru sudah berkurang di era reformasi tapi kultur lama
masih dianggap kental dalam penyelenggaraan pemerintah daerah” ( Prasejo
2005:31).
Secara Antropologis Minangkabau termasuk suku bangsa yang serumpun
dengan suku-suku bangsa lainnya di Nusantara, hal itu dilihat beberapa kesamaan
Minangkabau memiliki kekhususan dari segi aspek budaya politik yang tumbuh
berkembang dalam masyarakat memiliki khazanah budaya yang sama dengan
nilai-nilai demokrasi. Dengan terjadinya globalisasi dan modernisasi konstruksi
Ideal masyarakat Minangkabau tidak berjalan menurut realitas sesungguhnya,
tidak terimplementasikan nilai –nilai demokrasi di tingkat nagari dan masyarakat.
Meskipun di lapangan sosial misalnya dalam pemilihan kepala kaum di
( datuak/penghulu), masih muncul nilai-nilai kesamaan dan keterbukaan, tapi
secara umum pola-pola semacam itu meredup di seluruh ranah Minangkabau.
Merasuknya sistem birokrasi yang kaku dan hierarkis dan kemudian
bersentuhan langsung dengan tatanan sosial Minangkabau, ditambah pula trauma
sosial politik pasca-PRRI, membuat feodalisme tumbuh subur. Salah satu
konsekuensinya, suara-suara kritis dari masyarakat Minangkabau mulai meredup
di bawah kendali otoriterianisme negara. Secara institusional, elemen-elemen
sub-ordinasi negara muncul sebagai fenomena sosial politik.
Lembaga-lembaga yang muncul, formal maupun informal, umumnya tidak lebih sebagai
representasi negara. “Akibatnya, corak pemimpin yang muncul pun tidak hanya
feodalistis tapi juga cenderung elitis. Kalaupun ada kritisisme dari masyarakat
lokal, secara umum hal itu tak mampu lagi mengubah tatanan sosial politik yang
sedang mapan. “( Abdullah T 2005:17)
Di Minangkabau, eksistensi penghulu sebagai elit tradisional hingga kini
juga patut digugat, mereka kerap dituding menggerogoti kaumnya dengan
kecenderungan pada tindakan menjual tanah pusaka dan tanah ulayat tanpa
Peranan perempuan, yang dalam sistem matrilineal menjadi penjaga harta
pusaka, dipinggirkan ( Bahar, 2004: 30).
Kuatnya motif ekonomi politik di balik eksistensi dan peranan pemangku
adat ikut mendistorsi nilai-nilai demokrasi di Minangkabau tanpa ada
mekanisme yang bisa mengkritisi para pemimpin tradisional, dalam konteks
pembangunan karakter bangsa. Ada kritik mendasar terhadap daerah
Minangkabau, sejak Orde Baru sampai era reformasi, orang Minangkabau
patuh pada kemauan rezim otokratis di Jakarta tidak ada lagi kritisisme
Minangkabau sebagaimana ditunjukkan pada masa sebelumnya. Golkar
menang besar di daerah ini jauh melampaui angka kemenangan partai itu di
tingkat nasional, feodalisme baru juga muncul, tidak hanya di Istana
Pagaruyung, tetapi juga di birokrasi dan kampus.
Naim ( 1986: 39 ) mengemukkan bahwa:” generasi muda Minangkabau,
sejalan dengan perkembangan zaman timbul aplikasi tindakan yang tidak sesuai
dengan aturan adat, masyarakat Minangkabau sudah tidak memahami sistem
nilai dan keluhuran budaya mereka sendiri “. Fenomena yang terjadi semakin
jelas mengisyaratkan, bahwa kebudayaan Minangkabau tampaknya tidak lagi
menjadi sumber inspirasi dalam keseharian masyarakatnya. Sehingga dalam
keberlangsungan proses sosialisasi dan interaksi dalam kehidupan, mereka
seringkali tidak tampak tampil dalam identitas keminangannya. Seorang putra
Minangkabau pada hari ini akan lebih mendambakan profesinya, ketimbang dari
identitas keminangannya. Mereka lebih dikenal sebagai seorang dokter,
orang Minangkabau akan lebih dikenal dalam identitas keminangannya,
misalnya H.Chaidir Latief Dt.Bandaro, pada saat sekarang rasanya jarang kita
memanggilnyam dengan Dt Bandaro, tapi gelar sarjana hukum yang beliau
sandang tampak lebih bersinar. Bila persoalan ini dikaji lebih jauh maka dapat
dilihat bahwa telah terjadi pergeseran nilai budaya Minangkabau tersebut,
menurut asumsi sangat berkaitan dengan kemerosotan moral orang Minang.
Hal ini mungkin karena pengaruh praktek birokrasi pemerintahan desa
masa lalu kurang demokratis, secara sosiologi antropologis nagari merupakan
kesatuan bentuk bagi berbagai perangkat tatanan sosial budaya,” Nagari adalah
lambang mikrokosmik dan sebuah makrokosmik yang lebih luas “(Naim 986: 31)
Menurut Manan I (1995: 23 ) “Nagari merupakan republik kecil dengan
teritorial yang jelas bagi anggota- anggotanya, mempunyai pemerintah tersendiri,
secara otonom dan mempunyai adat sendiri yang mengatur tata kehidupan
anggotanya” . Sebagai sebuah republik kecil nagari mempunyai perangkat
pemerintahan demokratis memiliki lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif,
mempunyai aturan sendiri yang disebut dengan adat istiadat, adanya jaminan hak
azazi manusia. Manakala sistem yang berlaku menyebabkan terjadinya pergerakan
pendulum kebudayaan yang menjauhi kutup budaya Minangkabau secara bertahap
masyarakat Minangkabau mengalami pelapukan budaya, fungsi dan peranan
sosial “tungku tigo sajarangan dan tali tigo sapilin “ (tungku tiga sejerangan dan
tali tiga sepilin ) mengalami krisis akibatnya hubungan mamak dan kemenakan
mulai menjarak, ninik mamak kurang mengayomi anak kemenakan, alim ulama
islam secara mendalam cerdik pandai kurang mampu menegakkan supremasi
hukum, terlalu tingginya kekuasaan pemerintahan terhadap hukum lokal, tidak
banyak peranan sosial dari orang empat jinih ( ninik mamak, alim ulama, cerdik
pandai, bundo kanduang) dan generasi muda kehilangan identitas dan jati diri.
Ketika persoalan yang selama ini berada dalam wilayah hukum adat, telah pula
bergeser ke dalam pengaturan hukum positif maka adat terkesan mandul. Pada
saat itulah segala institusi tradisional, unsur kepemimpinan tradisional dan
hukum adat, sudah tidak lagi ditempatkan pada posisi yang sebenarnya.
Jika hal seperti ini dibiarkan terus berlanjut maka budaya nilai demokrasi
Minangkabau yang ditanamkan sejak nenek moyang dulu dan selama ini telah di
jalani, dipelihara secara utuh akan menjadi musnah serta tidak dikenal lagi oleh
generasi selanjutnya, masalah inilah yang melatar belakangi penulis untuk
melakukan penelitian tentang Nilai Demokrasi Adat Minangkabau dan
ditransformasikan melalui pembelajaran PKn dalam membangun karakter
bangsa, karena generasi muda harus mengenal dan mempelajari budaya yang
merupakan warisan nenek moyang.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan nilai budaya Minangkabau yang
selama ini kurang dikenal oleh masyarakat akan menjadi landasan dalam hidup
bermasyarakat bagi generasi berikutya terutama dalam hal bagaimana berlaku
adil ketika mengambil keputusan, bagaimana bertingkah laku yang demokratis,
sesuai dengan nilai moral budaya bangsa, dan bagaimana peranan serta fungsi
ninik mamak dalam budaya minangkabau sesuai dengan konsep adat “ Adat
Dilihat dari letak geografis, Minangkabau mempunyai potensi yang cukup
baik dalam bidang pendidikan terutama bila dikaitkan dengan nilai demokrasi
Budaya Minangkabau. Minangkabau sejak dahulu hingga sekarang, tatanan
kehidupan masyarakatnya sangat ideal karena didasari nilai-nilai, norma-norma
adat dan agama Islam yang menyeluruh, dalam satu ungkapan adat berbunyi:
“Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”. Fenomena sekarang terlihat
norma lama yang luhur mulai agak memudar, sementara tatanan baru belum pula
terbentuk. Nilai-nilai kehidupan pada mulanya bersifat kebersamaan di masa
sekarang agak cendrung bersifat individual. Nilai-nilai kehidupan selama ini
tumbuh di nagari, sekarang kecendrungan masyarakat lebih suka hidup di
perkotaan. Pada masa dulu norma kehidupan berpegang kepada budi dan rasa
malu, sekarang cenderung mulai meninggalkan sifat tenggang rasa, dan fenomena
seperti itu sering menjadikan adat Minangkabau yang mempunyai banyak sekali
nilai-nilai ideal itu mulai jadi bahan cercaan.
Nilai-nilai universal dalam masyarakat Minangkabau berkaitan dengan
nilai-nilai adat dan syarak dapat dikategorikan ke dalam 6 kelompok, yaitu: (1)
nilai-nilai ketuhanan, (2) nilai-nilai kemanusiaan, (3) nilai-nilai persaudaraan atau
ukhuwah Islamiyah / kesatuan dan persatuan, (4) nilai musyawarah dan
demokrasi, (5) rasa-periksa / akhlak / budi pekerti, (6) gotong royong / sosial
kemasyarakatan. Keenam nilai-nilai tersebut sangat dipahami oleh para ninik
mamak pemangku adat Minangkabau akan menjadi prilakunya sehari-hari,
karena ninik mamak adalah suri teladan (contoh ) bagi anak kemenakannya.
nilai demokrasi adat Minangkabau melalui pembelajaran PKn di persekolahan.
dalam membangun karakter bangsa yang benar-benar memahami dan
menjunjung tinggi budaya bangsa. Penelitian ini akan menjawab pemahaman
peserta didik tentang hidup berdemokrasi dan bagaimana nilai demokrasi yang
ada dalam budaya masyarakat Minangkabau.
Pendidik yang sedang mendalami Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
mempunyai tanggung jawab untuk melestarikan budaya bangsa seperti yang
dinyatakan dalam Amandemen Undang – Undang Dasar Negara Repoblik
Indonesia tahun 1945 fasal 31 ayat 3 menyatakan bahwa: tujuan pendidikan
nasional adalah "Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak
mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan
undang-undang."
Penjabaran lebih lanjut tentang pendidikan Nasional dalam UU no. 20
/2003 fasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, fungsi pendidikan adalah
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sedangkan
tujuannya adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
Untuk menjadikan manusia sesuai dengan tujuan yang diinginkan UU
pembinaan, seperti pembinaan disiplin melalui pendidikan nilai demokrasi yang
didalamnya mencakup nilai sosial, politik, ekonomi. Sebagai suatu nilai
demokrasi tidak dapat diberikan secara built- up diberikan langsung kepada
seseorang baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Demokrasi terbentuk
dalam diri seseorang melalui proses sosial yang berlangsung relatif lama dan
tergantung pada sarana dan prasaran serta suasana lingkungan pendukung
individu atau kelompok masyarakat bertempat tinggal, keterpaduan kondisi inilah
yang membentuk nilai dan perilaku demokrasi dalam diri manusia. Sekolah
sebagai wahana pendidikan nilai merupakan salah satu lingkungan vital dalam
sosialisasi nilai-nilai dan perilaku demokrasi serta berkembangnya kehidupan
yang demokratis.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pokok-pokok pikiran yang telah diuraikan pada latar belakang
masalah dan ruang lingkup penelitian, maka masalah yang akan dicari
jawabannya melalui penelitian : Bagaimana Nilai Demokrasi Adat Minangkabau
tersebut dapat diterapkan dan diwariskan kepada generasi sekarang melalui
pembelajaran PKn yang berbasiskan Demokrasi Adat Minangkabau dalam
membangun karakter bangsa. Berdasarkan masalah tersebut selanjutnya
dirumuskan pertanyaan penelitian:
1. Bagaimanakah demokrasi Adat Minangkabau menurut Tokoh Masyarakat
2. Faktor apakah yang menjadi kendala dalam mentransformasikan Demokrasi
Adat Minangkabau
3. Bagaimana upaya para pendidik untuk mentranformasi nilai Demokrasi Adat
Minangkabau melalui pembelajaran PKn kepada generasi muda dalam
membangun karakter bangsa?
4. Apakah melalui Penelitian Tindakan Kelas, Pembelajaran PKn berbasis Nilai
Demokrasi Adat Minangkabau dalam membangun Karakter Bangsa dapat
meningkatkan prestasi belajar peserta didik dan cukup signifikan untuk
meningkatkan kinerja guru yang profesioanal ?.
C. Tujuan Penelitian
Ditinjau dari sudut ruang lingkup, tujuan penelitian ini dapat dibedakan
atas dua bagian yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun tujuan umum
penelitian yaitu mengkaji perubahan nilai demokrasi adat Minangkabau dan
mengapa nilai Demokrasi Adat Minangkabau kurang dikenal oleh generasi
sekarang serta upaya apa yang bisa dilakukan agar nilai Demokrasi Adat
Minangkabau menjadi pedoman bagi generasi sekarang dalam bersikap dan
bertingkah laku
Tujuan khusus sebagaimana rumusan masalah penelitian di atas, meliputi:
1. Pengungkapan demokrasi adat Minangkabau melalui pembelajaran PKn di
Sekolah Menengah Pertama dalam membangun karakter bangsa
2. Penggalian dan analisis faktor apa yang menjadi kendala dalam
3. Penemuan dan menganalisis peluang untuk melakukan transformasi nilai
Demokrasi adat Minangkabau melaui pendidikan berdasarkan pengalaman
individu siswa, berfikir, memutuskan, mengingat, dan perilaku fisik lainnya.
4. Pengungkapan dan mengimplementasikan pembelajaran demokrasi adat
Minangkabau dengan pendekatan transformatif yang dikembangkan dalam
pembelajaran di SMP.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat praktis
maupun teoritis. Manfaat teoritis dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan dan menanam
kan jiwa demokrasi kepada masyarakat dan generasi penerus
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pemikir dan
peneliti lebih lanjut, apabila dirasakan dalam penelitian ini terdapat
aspek-aspek yang belum tergali dengan sempurna.
Adapun manfaat praktis yang diharapkan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagi guru mata pelajaran PKn hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber
informasi mengenai nilai –nilai demokrasi yang ditemui dalam budaya lokal.
2. Bagi para peserta didik hasil penelitian ini dapat memperluas wawasan nya
tentang demokrasi dalam pembelajaran PKn
3. Bagi Kepala Sekolah hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tolak ukur
sebagai upaya guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran PKn dan
4. Bagi pemerintah hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengambilan
kebijakan pendidikan ,diharapkan akan menjadi salah satu masukan dalam
merumuskan kebijakan yang berhubungan dengan pembinaan guru
5. Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat menanamkan rasa cinta para
peserta didik terhadap budaya bangsa dan dapat menghargai nilai-nilai luhur
bangsa kita sendiri
6. Bagi pemuka Adat hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi
untuk melestarikan nilai Demokrasi adat Minangkabau
7. Bagi Peneliti sendiri hasil penelitian ini menambah pengetahuan peneliti
khususnya tentang nilai yang ada dalam budaya masyarakat Minangkabau dan
sehubungan dengan pembelajaran PKn peneliti bisa memperluas
pengetahuan tentang Demokrasi dan membuat model pembelajaran PKn yang
berbasis Demokrasi Adat Minangkabau
8. Bagi para peneliti selanjutnya , khususnya para dosen pengelola program studi
PKn dan PIPS, hendaknya dapat mengembangkan lebih lanjut melalui
penelitian yang lebih komprehensif, melibatkan para guru secara langsung
dalam proses penelitian sejak proses awal. Para dosen hendaknya
berkolaborasi dengan guru- guru PKn melalui model penelitian tindakan
kelas, atau model penelitian lain yang ditujukan untuk inovasi pembelajaran
PKn di sekolah
E. Metode Penelitian
pada bagian terdahulu, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan
kualitatif metode etnografi, dengan alasan dapat menggali informasi nilai
Demokrasi Adat Minangkabau yang berkembang di tengah masyarakat
Minangkabau ( Spradley 2006: 13). Dengan kata lain, kebudayaan merupakan
hasil belajar manusia termasuk di dalamnya tingkah laku, karena itu, etnografi
sebagai pengetahuan yang diperoleh digunakan untuk menginterpretasikan
tingkah laku sosial budaya melalui deskripsi yang holistik. (Spradley 2007: 5).
Sebagai metode penelitian kualitatif, etnografi dilakukan untuk tujuan tertentu.
Spradley mengungkapkan beberapa tujuan penelitian etnografi,sbb: (1) Untuk
memahami rumpun manusia dalam hal ini, etnografi berperan menginformasikan
teori-teori ikatan budaya; menawarkan suatu strategi yang baik sekali untuk
menemukan teori grounded.(2) etnografi juga berperan untuk membantu
memahami masyarakat yang kompleks. (3) melalui etnografi dapat diperoleh
gambaran berkenaan nilai Demokrasi Adat Minangkabau secara umum ditengah
masyarakat yang direpresentasikan dalam bentuk simbol, kepercayaan,
keterampilan, artifak, pengetahuan lokal, dan perilaku sehari-hari ( Geetz dan Le
Comte 1991:58, 1984). Untuk menguji efektivitas model pembelajaran dilakukan
melalui penelitian tindakan kelas ( PTK) atau yang sudah dikenal dengan sebutan
classroom action research . Pada dasarnya PTK ini bermula dari action research
yang didefinisikan oleh Elliot(1991) sebagai situasi studi sosial dengan sebuah
pandangan untuk meningkatkan kualitas tindakan yang dilaksanakan dalam
penelitian.
Propinsi Sumatera Barat, dengan alasan masih adanya kekuasaan yang berada
ditangan keturunan raja dan disisi lain daerah ini sekarang maju pesat dengan
dibangun pelabuhan Udara Internasional Minangkabau. Hal ini sangat
mempengaruhi budaya yang selama ini kekuasaan berada ditangan keturunan Dt
Rajo Sampono yang tetap menjalankan nilai- nilai demokrasi menurut adat
Minangkabau secara murni.
F. Struktur Organisasi Disertasi
Langkah akhir yang ditempuh dalam penelitian ini adalah menulis laporan
hasil penelitian. organisasi penulisan laporan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pendahuluan, dibagian ini dikemukakan masalah penelitian yang dilengkapi
dengan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian dan metode penelitian
2. Kerangka Teori, disini dikemukakan berbagai teori dan definisi yang
dikemukakan para pakar yang ada relevansinya dengan masalah yang
diteliti untuk dijadikan landasan berpikir yang dapat memberikan pemahaman
universal bagi para peneliti lain yang menjadikan disertasi ini sebagai bahan
kajian dalam penelitian yang dilakukannya.
3. Metode Penelitian, pada bagian ini dijelaskan pendekatan, metode dan teknik
etnografis yang diterapkan dalam penelitian ini , baik dalam memperoleh data-
data maupun menganalisa data sehingga didapatkan pola transformasi sitem
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan, dalam bagian ini dikemukakan seluruh
data yang signifikan dan relevan dengan tujuan penelitian dan pembahasan
semua temuan untuk sampai kepada pembentukan pola transformasi sistem
nilai budaya yang dapat diterapkan di sekolah.
5. Kesimpulan, Implikasi dan Rekomendasi, bagian ini merupakan bagian
akhir dari penulisan laporan, yang mampu memberi gambaran yang
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian dan Sabjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di daerah Propinsi Sumatera Barat dengan
ibukota Padang, setiap daerah mempunyai situasi dan kondisi sosial budaya yang
berbeda-beda baik secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan
dampak bagi tumbuhnya nilai-nilai budaya demokrasi Minangkabau. Penelitian
ini menitik beratkan pada daerah pinggiran kota tepatnya di pinggiran ibu kota
Propinsi yaitu di Nagari Kataping yang secara geografis termasuk Kabupaten
Padang Pariaman karena pada dasarnya daerah ini masih dikenal adanya
kekuasaan ditangan keturunan raja dan disisi lain daerah ini sekarang maju pesat
dengan dibangun pelabuhan Udara Internasional Minangkabau.
Dalam hal pengembangan dari hasil penelitian ini dilakukan pada SMP
negri 7 Padang yang terletak diantara kota dan perbatasan kota, alasan diambil
sekolah tersebut sebagai tempat melakukan penelitian karena peserta didik dari
sekolah itu terdiri dari barmacam- macam suku bangsa di Indonesia dan tidak
hanya berasal dari suku Minangkabau saja, melalui hal tersebut dapat dilihat
apakah pembelajaran tentang Nilai Demokrasi Adat Minangkabau hanya di
ketahui oleh masyarakat Minangkabau saja atau juga diketahui oleh masyarakat
2. Subjek Penelitian
Berdasarkan rancangan penelitian pendekatan kualitatatif metode
etnografi dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang menjadi subjek
penelitian adalah, peristiwa, manusia dan situasi yang dapat diobservasi
( Alwasiah 2003). Penelitian ini memiliki subjek penelitian berdasarkan
purposive sampling dengan tujuan supaya betul-betul bisa memberikan informasi
penting yang bertalian dengan tujuan penelitian. Subjek dalam penelitian ini
terdiri dari :
a. Tokoh Adat , yang terdiri dari penghulu, ninik mamak
b. Alim Ulama
c. Pemuka Masyarakat yang terdiri dari unsur pemerintah nagari, Lembaga
Kerapatan Adat Minangkabau . Kerapatan Adat Nagari dan urang mudo
d. Guru PKn dan Guru IPS
e. Generasi muda
3. Data Penelitian
Data penelitian yang dihimpun dalam penelitian ini berupa perkataan,
tindakan, dokumen, situasi, dan peristiwa yang dapat diobservasi, berkenaan
dengan kinerja guru dan siswa, termasuk interaksi sosial yang terjadi selama
pembelajaran berlangsung. Secara lebih terperinci data penelitian yang
dikumpulkan berupa:
a. Perkataan
peserta didik dan antara peserta didik. Data ini diperoleh melalui observasi
pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas, dan diskusi balikan antara peneliti
dan guru sebagai peneliti mitra
b. Aktivitas
Aktivitas berupa tindakan interaktif antara guru dengan peserta didik dan antar
peserta didik, serta tindakan guru dalam mengambil keputusan intruksional,
dan reaksi (tidakan). Data ini diperoleh dari observasi pelaksanaan
pembelajaran di dalam kelas.
c. Dokumen
Materi ajar yang digunakan sebagai data disini adalah berupa teks atau
bahan-bahan tertulis yang dibuat oleh guru dan peneliti, yang berkenaan dengan
pembelajaran yang dilaksanakan, atau lembar LKS dan lembar refleksi yang
dibuat oleh siswa dan yang dibuat oleh guru sebagai mitra peneliti dan
peneliti, berupa catatan lapangan, lembar panduan observasi.
B. Metode Penelitian
Tujuan umum penelitian adalah mendapatkan suatu model pembelajaran
demokrasi adat Minangkabau yang secara empirik dianggap valid. Berdasarkan
tujuan yang ditetapkan tersebut, maka studi ini akan dilaksanakan dengan
pendekatan kualitatif dan metode Etnografi, alasan menggunakan penelitian
Etnografi adalah untuk mendiskripsikan suatu kebudayaan, (Spradley 1997: :3).
berpikir dan betindak dengan cara-cara yang berbeda tidak hanya mempelajari masyarakat, lebih dari itu etnografi berarti belajar dari masyarakat.”
Spradley memfokuskan secara khusus pembuatan kesimpulan dari apa
yang dikatakan orang. Wawancara dianggap lebih mampu menjelajah susunan
pemikiran masyarakat yang sedang diamati. Dalam pandangannya ini, Spardley
tidak lagi menganggap etnografi sebagai metode untuk meneliti other culture
(lain budaya) masyarakat kecil yang terisolasi, namun juga, masyarakat
multicultural di seluruh dunia. Pemikiran ini kemudian dia rangkum dalam “Alur
Penelitian Maju Bertahap”. Inti dari “Etnografi ” ini adalah upaya memperhatikan
makna tindakan dari kejadian yang menimpa orang yang ingin kita pahami
melalui kebudayaan mereka.
Dalam penelitian ini juga menggunakan metode penelitian Tindakan
Kelas atau yang sudah dikenal dengan classroom action research. Wiraatmadja
(2002:127) menyatakan bahwa:
Penelitian Tindakan Kelas mendorong guru untuk selalu meningkatkan kerjanya dengan refleksi, selalu mencoba strategi pembelajaran yang akan mengemansipasikan peserta didiknya dari pembelajaran yang “teacher
centered” dan mendorong peserta didiknya untuk “discovery”, yakni
mencari sendiri, sampai mampu berdiri mandiri dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan diluar otootoritas gurunya. Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan tradisi penelitian kualitatif
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menggunakan tradisi penelitian
kualitatif, karena yang menjadi kajian adalah meneliti masalah sosial dan
kemanusiaan di bidang pendidikan, dimana peneliti membangun sebuah gambaran
( kelas) yang kompleks dan holistik, menganalisis kata-kata, melaporkan
alamiah /wajar. PTK sebagai salah satu upaya untuk memperbaiki mutu pendidi-
kan yang secara langsung menyentuh permasalahan di lapangan, terutama
masalah-masalah yang berkaitan dengan proses pembelajaran di kelas yang
bersangkutan. PTK akan lebih membantu guru dalam mengungkapkan
kebermaknaan dari banyak hal tentang wacana dari isi pengajaran yang
dihubungkan dengan ilmu pengetahuan yang dikuasai oleh guru yang
bersangkutan, kemampuannya untuk menstransfer ilmu pengetahuan tersebut
termasuk aplikasinya pada siatuasi baru, pemahaman ini dan keterampilan dalam
meningkatkan pembelajaran siswa. Ia juga memberikan solusi untuk teknik
pengajaran yang sebaiknya digunakan adalah dengan menggunakan teknik
problem solving, dengan eksperimen, dengan cooperative learning. atau
discovery, atau dengan membangun konsep siswa sendiri sehingga menumbuhkan
suasana atau iklim belajar yang kondusif di dalam kelas, memperbaiki teknik
bertanya guru, serta teknik dan upaya lain untuk selalu mengaktifkan dan
melibatkan para siswa dalam partisipasi belajar.
Penelitian ini merupakan bentuk tindakan bersifat reflektif yang dilakukan
oleh pelaku dalam masyarakat sosial untuk tujuan memperbaiki dan memahami
pekerjaan dimana situasi pekerjaan itu dilakukan. Penelitian ini didasarkan atas
analisis masalah dan tujuan penelitian yang menuntut informasi dan tindak lanjut
yang terjadi di lapangan untuk segera dikaji dan ditindaklanjuti secara reflektif,
kolaboratif, dan partisipatif.
Secara instrumental penelitian tindakan ini merupakan pendekatan khusus
tindakan substansif. Sebagai prosedur penelitian tindakan, adanya suatu kajian
reflektif diri secara inkuiri, partisipasi, dan kolaboratif tehadap latar alamiah dan
implikasinya dari suatu tindakan. Sedangkan sebagai tindakan substansif ciri-ciri
penelitian tindakan dengan suatu intervensi skala kecil berupa pengembangan
pembelajaran dengan memfungsikan kealamiahan latar sebagai upaya diri
melakukan peningkatan kualitas tindakan dan iklim sosial kelas selama
pengembangan pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu yang terkandung
dalam PTK adalah suatu bentuk penelitian yan bersifat reflektif dengan
melakukan tindakan nyata agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktek
pembelajaran di kelas secara lebih professional.
Alasan pemilihan penggunaan metode PTK dalam penelitian ini karena
dalam kajian penelitian etnografi pada intinya hanya bisa mendiskripsikan upaya
pemahaman terhadap sebuah situasi sosial untuk menarik hipotesis dari usaha
tersebut. Dalam Penelitian tindakan bukan hanya bidang keilmuan sosial saja tapi
juga melibatkan unsur kependidikan ( educational action research ) sehingga
metoda yang dipilih adalah metoda penelitian tindakan kelas dimana PTK, dapat
senantiasa menempatkan sentralisasi dan otonomi peran professional guru dalam
proses refleksi diri terhadap kinerja dan aktivitas mengajar guru.
Model penelitian ini merupakan serangkaian tindakan yang didisiplinkan
oleh inkuiri yang dilakukan seseorang dalam situasi sosial tertentu untuk
memahami sambil melakukan kegiatan, perbaikan , penyesuaian dan pembauran.
Artinya PTK merupakan suatu rangkaian penelitian yang mengikuti
perncanaan, tindakan, obsrvasi dan refleksi. Pendapat serupa juga diungkapkan
oleh Wiraatmadja (2002) yang menyebutkan “PTK “ merupakan serangkaian
spiral atau siklus tindakan penelitian yang terdiri dari urutan perencanaan (plan),
tindakan (act), pengamatan ( observe ), dan refleksi (reflect).
1.Langkah-Langkah Penelitian
Langkah penelitian yang dilakukan dalam penelitian kualitatif ini sesuai
dengan apa yang dikemukakan oleh Spradley (1997:65)
a. Penentuan Informan, dalam menetapkan informan ada bebarapa hal yang
harus diperhatikan, orang yang diambil sebagai informan harus benar- benar
mengerti budayanya dengan baik dan adanya keterlibatan langsung dengan
budaya tersebut selain itu orang yang dijadikan informan harus mempunyai
waktu yang cukup untuk memberi penjelasan dalam peneneliti ini digunakan
beberapa orang informan inti yang terdiri dari Penghulu, Ninik Mamak ,
Cerdik Pandai, Alim Ulama , Pemuka Masyarakat dan Pejabat Pemerintah
yang mempunyai hubungan dengan masalah kebudayaan.
b. Melakukan wawancara kepada informan. Dalam melalukan wawancara
dilakukan dengan rasa kekeluargaan sebelum melakukan wawancara
memperkenalkan diri dengan menggunakan bahasa asli karena peneliti
mempunyai bahasa yang sama dengan daerah yang diteliti, kemudian
dijelaskan apa maksud tujuan dari peneliti melakukan wawancara ini, dalam
pelaksaan wawancara dilakukan perekaman dan catatan dalam penjelasan
dengan pertanyaan yang bersifat deskriptif , Struktural, dan kontras dalam
mennyebabkan orang tersinggung dan tidak menimbulkan suatu kecurigaan
karena hal ini akan menggangu kelancaran dari wawancara yang peneliti
lakukan.
c. Membuat Catatan Etnografis. yang berisikan tentang hal yang menurut penulis
sangat penting dan bisa dianalisis atau diint diinterpretasi, hal ini dilakukan
pada kertas biasa dan cukup sederhana dan yang paling utama penulis catat
adalah identitas informan yang terdiri, nama, pekerjaan, umur dan posisi
dalam kelembagaan masyarakat nagari, hal ini sangat penting untuk dapat
mengetahui secara jelas tentang budaya demokrasi pada masyarakat tersebut.
d. Mengajukan pertanyaan deskriptif. Pada saat mengajukan pertanyaan ini
peneliti memulai kerjasama dengan maksud tertentu untuk melestarikan
budaya tradisi yang kita miliki agar jangan sampai punah dan tidak dikenal
oleh generasi penerus kita dengan jalan membuat penjelasan berulang dari apa
yang telah disampaikan oleh informan.
e. Melalukan analisis wawancara. Hasil wawancara yang peneliti peroleh di
analisis dengan mengaitkan simbol dan makna yang disampaikan informan,
juga memberi simbol – simbol budaya serta melakukan identifikasi dari aturan
penyajian yang mendasar. Dengan analisis ini memungkinkan kita untuk
menemukan berbagai permasalahan yang akan ditanyakan pada wawancara
selanjutnya.
f. Melakukan Analisis Domain. Peneliti membuat suatu kesimpulan dari apa
yang dinyatakan informan. istilah tersebut seharusnya memiliki hubungan
hubungan, semantik tersembunyi oleh istilah- istilah penduduk asli yang lebih
nyata untuk benda atau tindakan, upaya mendengarkan dan menganalisis
pembicaraan termasuk apa yang dikatakan oleh informan selama wawancara
dapat dibandingkan dengan pengamatan masyarakat secara bersama.
g. Mengajukan pertanyaan struktural. Yakni pertanyaan untuk melengkapi
pertanyaan deskriptif , yang disesuaikan dengan informan, dihubungkan
dengan jenis pertanyaan lain dan terus-menerus diulang secara baik.
Pertanyaan tidak terlalu difokuskan pada suatu masalah tetapi diselingi dengan
masalah lain yang hampir dapat dikatakan acak, hal ini akan menghindarkan
informan dari perasaan bosan tapi juga mengurangi kegelisahan yang
ditimbulkan oleh efek seperti ujian yang diciptakan oleh pertayaan kontras dan
struktural. Masing-masing prinsip berikut akan berperan sebagai petunjuk
untuk menggunakan pertanyaan struktural.
h. Analisis Taksonomi. Taksonomi adalah upaya pemfokusan pertanyaan yang
telah diajukan. Ada lima langkah penting membuat taksonomi, yaitu: (a) pilih
sebuah domain analisis taksonomi,(b) identifikasi kerangka substitusi yang
tepat untuk analisis, (c) cari subset di antara beberapa istilah tercakup, (d) cari
domain yang lebih besar, (f) buatlah taksonomi sementara.
i. Mengajukan pertanyaan yang kontras. Kita bisa mengajukan pertanyaan yang
kontras untuk mencari makna yang berbeda. Untuk memahami prinsip- prinsip
penemuan utama dalam studi makna dan mempelajarai cara-cara untuk
j. Analisis Komponen Analisis komponen sebaiknya dilakukan ketika dan
setelah di lapangan. hal ini untuk menghindari manakala ada hal-hal yang
masih perlu ditambah, segera dilakukan wawancara ulang kepada informan.
Analisis komponen merupakan pencarian sistematik berbagai komponen
makna yang berhubungan dengan simbol-simbol budaya.
k. Menemukan Tema Budaya Penentuan tema budaya ini boleh dikatakan
merupakan puncak analisis etnografi. Keberhasilan seorang penelti dalam
menciptakan tema budaya, berarti keberhasilan dalam penelitian.Tentu saja,
akan lebih baik justru peneliti mampu mengungkap tema-tema yang orisinal,
dan bukan tema-tema yang telah banyak dikemukakan peneliti sebelumnya.
Tema budaya merupaka unsur – unsur dalam peta kognitif yang membentuk
suatu kebudayaan.
l. Menulis etnografi dilakukan secara deskriftif, dengan bahasa yang cair dan
lancar. Jika kemungkinan harus berceritera tentang suatu fenomena, sebaiknya
dilukiskan yang enak dan tidak membosankan pembaca
2. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi observasi,
wawancara, serta studi dokumentasi dan kepustakaan terhadap dokumen dan
pustaka yang berhubungan dengan materi penelitian.
a.Observasi
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi observasi
pengumpulan data ini dimaksudkan untuk dapat memahami proses sosial budaya
yang terjadi ditengah masyarakat Minangkabau dan disekolah khususnya
berkenaan dengan pentranformasian nilai demokrasi adat Minangkabau.
Observasi yang dilakukan ditengah masyarakat dimulai demgam observasi secara
menyeluruh dan tidak terfokus guna mengetahui lingkungan fisik, sodial dan
budaya masyarakat Minangkabau. Pada saat yang bersamaan, peneliti
membangun kontak dengan tokoh masyarakat terdiri dari Ninik Mamak. Alim
Ulama, Cerdik Pandai dan juga dari unsur pemerintah seperti Camat dan Wali
Nagari. Sedangkan observasi yang dilakukan di sekolah dimulai dengan
mengobservasi secara menyeluruh dan tidak terfokus guna mengetahui
lingkungan fisik, sosial, dan budaya secara lintas yang ada di sekolah dan sekitar
sekolah. Dalam hal ini juga mengadakan hubugan yang baik dengan semua
elemen yaitu kepala sekolah, guru dan siswa.
Hasil catatan lapangan dan foto-foto yang dikumpulkan dikembangkan
menjadi deskripsi hasil penelitian dan diinterpretasikan, serta dijadikan dasar
untuk melakukan wawancara mendalam tentang proses pewarisan nilai demokrasi
adat Minangkabau yang berlaku dimasyarakat dan secara khusus terjadi di
sekolah.
b. Wawancara
Teknik wawancara terutama dilakukan dalam penelitian ini melalui
wawancara dialogis, wawancara mendalam dan wawancara tidak terstruktur .
Teknik wawancara ini dilakukan guna memperoleh data yang tidak saja diketahui
lacit information, selain itu diperoleh pula data yang bersifat pandangan subjektif
( keyakinan, nilai, apresiasi dan sikap ). Agar wawancra yang dilakukan terarah,
pada prosesnya dilakukan dengan menggunakan panduan wawancara.
c. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dan kepustakaan dilakukan guna menggali data
pendukung bagi kepentingan deskripsi penelitian yang datanya terdapat dalam
dokumen tertulis dalam UUD Repoblik Indonesia 1945, Perda no.9 than 2000
tentang Ketentuan Pokok Pemerintahan Nagari, Perda 9/ 2000 dan Perda 2/ 2007.
Dan Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan no 012. 08 C.1994 tentang Penerapan Pendidikan Muatan Lokal
yang dikenal dengan Budaya Alam Minangkabau (BAM), merupakan kebijakan
khusus berkenaan dengan proses pewarisan nilai budaya Minangkabau di sekolah
mulai dari SD sampai SMP. Hasil studi dokumentasi dan kepustakaan ini
dikembangkan sebagai deskripsi penelitian dan diinterpretasikan seta
dipergunakan untuk kepentingan triangulasi
Proses penelitian ini meliputi perencanaan, pelaksanaan, analisis data
lapangan dan pelaporan hasil penelitian. Pada proses pengumpulan data di
pergunakan alat bantu pendukung yaitu kamera digital, catatan lapangan, radio
perekam, catatan wawancara, serta pedoman wawancaradan pedoman observasi di
sekolah. Semua alat bantu tersebut dipergunakan agar selama pengumpula data
3.Teknik analisis Data
Pengolahan analisis dan interpretasi data yang telah dikumpulkan ter-
sebut dilakukan secara terintegrasi dan berkesinambungan selama proses
penelitian berlangsung. Seluruh data yang diperoleh dianalisis sejak masih berada
di lapangan, selanjutnya dilakukan klasifikasi dan kategorisasi data yang berhasil
dihimpun. Setelah dilakukan klasifikasi dan kategorisasi data, kemudian data
tersebut dideskripsi, dimaknai dan dielaborisasi secara komprehensif serta
dianalisis melalui interpretasi kualitatif.
Seluruh data yang diperoleh di lapangan sebelum dianalisis dilakukan
validasi secara triangulasi. Pertanyaan kepada informan pertama juga kan
ditanyakan kepada informan ke dua, ketiga dan seterusnyapada kelompok
informan yang sama. Jika terjadi perbedaan jawaban yang diberikan informan
dalm satu kelompok atas pertanyaan yang sama akan diverifikasi kembali kepada
yang bersangkutan dan atau kepada informan lainnya hingga memperoleh benag
merah dari perbedaan tersebut. Jawaban para informan atas pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan tersebut kemudia disimpulkan dandimaknai untuk kemudian
dianalisis.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan prosedur analisa induktif
terhadap data yang terkumpul sejak awal penelitian hingga selesainya penelititan
secara garis besar, analisis data yang dilakukan dikelompokkan menjadi:
a. Analisis terhadap nilai- nilai demokrasi adat Minangkabau yang terdapat pada
naskah-naskah lama seperti tambo, karya sastra, tradisi lisan dan tradisi
b. Analisis terhadap proses transformasi nilai demokrasi Ada Minangkabau
kepad generasi muda melalui proses pendidikan di lingkungan keluarga,
masyarakat, dan sekolah. Analisis ini dilakukan terhadap semua data hasil
pengamatan lapangan di sekolah dan lingkungan masyarakat Miangkabau,
wawancara dialogis dengan tokoh masyarakat Minangkabau, pakar
pendidikan, praktisi pendidikan dan penentu kebijakan dan keluarga
Miangkabau.
c. Analisis terhadap kandungan lokal dalam kurikulum PKn dan Pendidikan IPS
yang berlaku saat ini.
4. Validasi Data
Validasi data adalah suatu pengujian terhadap keobjektifan dan kesahihan
data. Validasi data dilakukan untuk mendapatkan data yang benar-benar
mendukung dan sesuai dengan karakteristik permasalahan maupun tujuan
penelitian. Sejalan dengan itu menurut ( Sukardi 2003:121). Suatu instrument
dikatakan valid jika instrument yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak
diukur. Teknik validasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Triangulasi ( Hopkins 1993:152, Miles dan Haberman 1992: 434) yaitu
pengecekan kebenaran data atau informasi tentang pelaksanaan tindakan
dengan cara mengkonfirmasikan kebenaran data, yaitu upaya mendapatkan
informasi dari sumber-sumber lain mengenai kebenaran data penelitian,
Dalam penelitian ini, peneliti membandingkan kebenaran data hasil
b. Member-chek (Nasution, 1996:117) yaitu mengecek kebenaran dan kesahihan
data temuan penelitian dengan cara mengkonfirmasinya dengan sumber data
atau kepada pemberi data agar informasi yang diperoleh dan digunakan dalam
penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud informan. Apabila data
yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berti datanya valid
sehingga semakin kredibel/ dipercaya. Dalam penelitian ini data yang telah
diperoleh dikonfirmasikan atau diperbincangkan dengan guru mitra melalui
diskusi setiap akhir pelaksanaan tindakan dan pada akhir pelaksanaan tindakan
yang direncanakan sesuai tujuan penelitian.
c. Auidit trail ( Wiraatmadja 2005:170). Audit artinya pemeriksaan pembukuan
oleh seorang ahli , Trail artinya jejak yang dapat dilacak atau dapat ditelusuri.
Audit trail berarti mencek kebenaran hasil penelitian sementara, beserta
prosedur dan metode pengumpulan data dengan mengkonfirmasikan pada
bukti-bukti temuan yang telah diperiksa dan dicek kesahihannya pada sumber
data tangan pertama. Diskusi juga dilakukan dengan teman-teman,
pembimbing dan dengan siapa saja yang dianggap berkompetensi, dengan
maksud untuk memperoleh kritik dan masukan atau saran sehingga bisa
mempertajam analisis guna memperoleh data dengan validasi yang tinggi.
d. Expert Opinion, (Wiraatmadja,2005:171) kegiatan ini dilakukan dengan cara
mengkonsultasikan hasil temuan penelitian kepada para ahli. Dalam kegiatan
ini, peneliti mengkonsultasikan hasil temuan penelitian kepada pembimbing
untuk memperoleh arahan dan masukan terhadap masalah penelitian sehingga
5. Interpretasi
Hopkins (1993) menyatakan bahwa pada tahap ini peneliti berusaha
menginterpretasikan temuan-temuan penelitian berdasarkan kerangka teori yang
dipilih dengan mengacu pada norma-norma praktis yang disetujui atau instuisi
guru itu sendiri yang mengambarkan pelajaran yang baik. Hasil intepretasi ini
diharapkan dapat memberikan makna yang cukup berarti untuk kegiatan tindakan
selanjutnya dan dapat mengembangkan model pembelajran PKn berbasis
demokrasi adat Minangkabau di SMP. N 7 Padang.
C. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen utama (human instrument ),
peneliti sendiri, yang turun ke lapangan untuk mengumpulkan data yang
diperlukan. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Nasution ( 1996:57) bahwa
hanya manusialah yang mampu memahami, memberikan makna terhadap
interaksi antara manusia, mimik muka, menyelami perasaan dan nilai yang
terkandung dalam ucapan dan perbuatan yang mereka lakukan. Selain peneliti
sendiri yang menjadi instrumen utama, peneliti juga menggunakan instrument
bantu yang berupa catatan lapangan, lembar observasi, pedoman wawancara,
dokumen sekolah dan foto-foto.
Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian kualitatif dapat dilakukan
pada kondisi yang alamiah, apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti sehingga
kondisi pada saat memasuki lapangan, setelah berada di lapangan dan akhir dari
Menurut Creswell (1997:16) Karakteristik penelitian kualitatif adalah
sebagai berikut:
Setting alami (terpokus pada data lapangan) sebagai sumber data peneliti sebagai instrument utama dalam mengumpul data, pengumpulan data berupa kata-kata dan gambar, mengutamakan proses dari pada hasil, analisis data bersifat induktif, perhatian peneliti diarahkan pada hal-hal tertentu yang bermakna, menggunakan bahasa ekspresip, pendekatan persuasip.
Untuk mempermudah pengumpulan data juga digunakan data bantu
berupa: pertama, lembar panduan observasi aktivitas guru dan siswa yang disusun
oleh peneliti. Lembaran panduan observasi digunakan untuk membantu peneliti
mengamati proses pengembangan tindakan berdasarkan penggunaan pendekatan
daur belajar lingkungan. Kedua lembar refleksi peseta didik, yang di susun
peneliti untuk mengakses pandangan peserta didik terhadap tindakan guru dan
pengaruhnya terhadap reaksi dirinya, serta keseluruhan pembelajaran PKn yang
berbasis Demokrai Adat Minangkabau.
D. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Tindakan Pengembangan Pendekatan Pembelajaran PKn berbasis
Demokrasi Adat Minangkabau di SMP yang dikembangkan pada penelitian ini
diorganisasikan melalui dua pendekatan pokok yaitu
1. Pendekatan yang dikemas dalam pemberian tugas
2. Pendekatan dialogis yang dikemas melalui diskusi kelompok
Prosedur pendekatan dialogis atau tanya jawab menuntun dalam bentuk
diskusi atau didasarkan pada kenyataan selama studi pendahuluan dan refleksi
diskusi ini, akan mendorong memberikan banyak kesempatan kepada peserta
didik untuk merangsang mengungkapkan ide atau gagasan yang ada pada dirinya
sebagai hasil proses belajar. Peserta didik akan mempunyai kesempatan untuk
dapat memberi dan menerima gagasan orang lain berdasarkan fakta-fakta yang
dia temukan dari hasil eksplorasi. Sehingga dialog dan diskusi yang terjadi tidak
terbatas hanya pada guru dan peserta didik saja, melainkan terjadi pada
individu-individu peserta didik lainnya. Melalui prosedur tanya jawab yang bersifat
dialogis, proses eksplorasi peserta didik terhadap topik materi bahasan akan lebih
bersifat otentik, artinya peserta didik akan berusaha mengeksplorasi yakni
mencari sendiri, menggali, sendiri, dan menemukan sendiri dari pengalaman dan
pengetahuan yang dia miliki.
Menurut Tantra ( 2005:11) penelitian tindakan bertujuan mengungkapkan
penyebab masalah dan sekaligus memberikan solusi terhadap masalah. Upaya
tersebut dilakukan secara terkendali dan kolaboratif. Langkah-langkah pokok
yang umumnya di tempuh adalah: 1) penetapan fokus masalah penelitian,2)
perencanaan tindakan perbaikan, 3) pelaksanaan tindakan perbaikan dan
interpretasi, 4) analisa dan rerefleksi, dan 5) perencanaan tindak lanjutan.
Prosedur penelitian yang digunakan mengacu pada tahap-tahap penelitian
Tindakan Kelas yang dilakukan Kemnis dan Mc Taggart dalam Wiraatmadja
(2005:66) yang berbentuk siklus. Siklus ini berlangsung beberapa kali hingga
tercapai tujuan yang diinginkan, dan apabila tidak muncul lagi permasalahan
Pembelajaran sudah kelihatan stabil dengan respon peserta didik yang diharap
Sebelum tahap-tahap siklus dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan studi
pendahuluan. Hal ini dilakukan untuk menemukan informasi-informasi aktual
yang akan dijadikan indikator dalam menyusun rencana penelitian tindakan, pada
kegiatan ini guru sebagai mitra peneliti sudah terlibat secara aktif dan intensif
dalam rangkaian kegiatan penelitian. Secara partisipatif guru dan peneliti akan
bekerjasama mulai dari tahap orientasi dilanjutkan dengan menyusun perencanaan
berikut persiapan-persiapan yang diperlukan, pelaksanaan tindakan dalam siklus I,
diskusi-diskusi yang bersifat analitik dilakukan setelah pelaksanaan tindakan
kemudian melakukan refleksi atas semua kegiatan yang telah berlangsung
selama siklus I.Kemudian merencanakan tahap modifikasi, koreksi, ataupun
penyempurnaan pembelajaran dalam siklus II dan seterusnya .
Menurut Hopkins dalam Wiraatmadja (2005:66) ada empat langkah
penting dalam setiap siklus penelitian tindakan kelas yaitu: perencanaan ( plan)
yaitu menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan di kelas, pelaksanaan (act)
yaitu kegiatan nyata pembelajaran di kelas, pengamatan (observe), yaitu kegiatan
mengamati dan menganali sambil mendokumentasikan terhadap proses, hasil,
pengaruh dan masalah baru yang mungkin saja muncul selama penerapam model
pembelajaran PKn berbasis demokrasi adat Minangkabau dilakukan, dan refleksi
( reflect), yaitu kegiatan menganalisis tentang rencana-rencana dan tindakan yang
sudah dicapai belum dapat dan sempat dilakukan pada suatu siklus. Refleksi
dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru mitra. Berangkat dari
hasil refleksi ini peneliti bersama guru mitra merumuskan kembali rencana
siklus II dan seterusnya jenis kegiatan yang dilaksanakan peneliti bersama guru
mitra adalah memperbaiki rencana (revised plan), pelaksanaan (act), pengamatan
(observe) dan refleksi, dan tahap ini akan diulangi pada siklus berikutnya, dan
seterusnya hingga berakhir dengan hasil yang diharapkan.
Gambar: 3.2 Siklus Tindakan Kelas Model Kemnis dan Taggart
(Hopkins, 1993: 48)
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI DAN PERUMUSAN DALIL
Bab V merupakan bagian penutup dari keseluruhan disertasi yang isinya
merupakan kesimpulan dan uraian pada bagian terdahulu serta rekomendasi yang
berhasil dirumuskan guna perbaikan pada pendidikan khususnya pendidikan PKn
dimasa mendatang.
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang terdahulu dapat disimpulkan bahwa Nilai
Demokrasi Adat Minangkabau mengalami perubahan dan kurang dikenal
masyarakat hal ini karena perubahan disegala bidang kehidupan termasuk
pandangan masyarakat Minangkabau terhadap nilai budayanya, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada keterangan berikut ini :
1. Pada saat sekarang terjadi perubahan-perubahan di banyak bidang kehidupan,
terutama sekali Nilai Demokrasi dalam Adat Minangkabau, dimana
masyarakat dalam melakukan tindakan sehari-hari telah mulai melupakan
nilai kebersamaan seperti gotong royong, tolong menolong, musyawarah dan
mufakat dalam kehidupannya, dan sudah mulai mengarah kepada kehidupan
individual hal ini disebabkan akibat migrasi dan perantauan ke kota- kota,
desa dit