• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN BERAGAMA MAHASISWA: Studi Kuasi Eksperimen Terhadap Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling UNNES Tahun Akademik 2011/2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS KONSELING SPIRITUAL TEISTIK UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN BERAGAMA MAHASISWA: Studi Kuasi Eksperimen Terhadap Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling UNNES Tahun Akademik 2011/2012."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

BAB II KONSEP KONSELING SPIRITUAL TEISTIK DAN KESADARAN BERAGAMAMAHASISWA ... 11

A. Konsep Spiritualitas dan Konseling Spiritual Teistik ... 11

B. Konsep Kesadaran Beragama Mahasiswa ... 28

C. Program Bimbingan dan Konseling Berbasis Konseling Spiritual Teistik Untuk Meningkatkan Kesadaran Beragama Mahasiswa ... 56

BAB III METODE PENELITIAN ... 67

B. Gambaran Umum Efektivitas Bimbingan dan Konseling Berbasis Konseling Spiritual Teistik Untuk Meningkatkan Kesadaran Beragama Mahasiswa ... 102

(2)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 123 A. Kesimpulan ... 123 B. Rekomendasi ... 124

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini bukan hanya

mengenai ekonomi, keamanan dan kesehatan, tetapi juga menurunnya kualitas

sumber daya manusia. Diantara bentuk menurunnya kualitas SDM di Indonesia,

yakni tingginya angka korupsi, semakin bertambahnya jumlah pemakai narkoba,

tingginya angka kejahatan, dan maraknya free sex di kalangan remaja. Data

statistik menunjukkan bahwa setiap tahun jumlah koruptor semakin meningkat,

jumlah remaja pemakai narkoba semakin bertambah, kejahatan yang melibatkan

remaja semakin marak, serta angka aborsi di kalangan pelajar dan mahasiswa

yang semakin tinggi.

Hasil survei Badan Narkotika Nasional pada tahun 2011 menunjukkan,

prevalensi penyalahgunaan narkoba di lingkungan pelajar mencapai 4,7 persen

dari jumlah pelajar dan mahasiswa atau sekitar 921.695 orang. Temuan tersebut

menunjukkan angka peningkatan dari 3,1-3,8 juta orang pada tahun 2008, menjadi

4,7 juta orang pada tahun 2011. Jika menggunakan angka prevalensi, terjadi

kenaikan angka prevalensi penyalahgunaan narkoba setahun terakhir dari 1,9%

menjadi 2,2% dari mereka yang berusia 10-59 tahun di Indonesia. Menurut

sasaran populasi, kebanyakan penyalahguna berasal dari kelompok pekerja (70%),

kelompok pelajar/ mahasiswa (22%), kelompok rumah tangga (6%) dan sisanya

(4)

Masyarakat Islam saat ini makin parah dalam keimanan dan ibadah. Hal ini

berdasarkan data statistik mengenai jumlah umat Islam secara kesuluruhan, dari

jumlah penduduk Indonesia. Sofyan Willis (2009: 2) mengemukakan: “Ada yang

mengatakan bahwa jumlah umat Islam 90% dari jumlah penduduk Indonesia.

Akan tetapi berapakah jumlahnya yang setia dan taat dengan ajaran Islam

terutama ibadah shalat? Sedikit sekali, mungkin sekitar 25% saja. Sisanya

sebagian besar lebih mengutamakan urusan hidup di dunia, bahkan banyak yang

menjadikan hidup di dunia sebagai tujuannya.”

Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena

dalam penciptaannya manusia dibekali dengan akal, yang membedakannya dari

makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya. Sejak di dalam kandungan, manusia telah

berjanji kepada Allah untuk tunduk dan patuh kepada perintah Allah. Oleh karena

itu manusia dikenal sebagai makhluk beragama (homo religius). Manusia

mempunyai naluri untuk mengakui keberadaan Tuhan sebagai pencipta dan

satu-satunya yang wajib ditaati, naluri tersebut dipahami dengan istilah “fitrah

beragama” atau religiusitas.

Allah menganugerahkan beberapa macam fitrah kepada manusia, yakni

fitrah iman, fitrah jasmani, fitrah rohani, dan fitrah nafs. Dengan fitrah iman inilah

manusia berkomitmen untuk tunduk dan patuh kepada ketentuan Allah, dengan

melaksanakan perannya sebagai khalifah di dunia. Dalam ajaran agama Islam,

bahwa adanya kebutuhan terhadap agama disebabkan manusia selaku makhluk

Tuhan dibekali dengan berbagai potensi (fitrah) yang dibawa sejak lahir. Salah

(5)

dalam Jalaludin (2010: 103) menyatakan: „Salah satu ciri fitrah beragama adalah

bahwa manusia menerima Allah sebagai Tuhan, dengan kata lain, manusia itu

adalah dari asal mempunyai kecenderungan beragama, sebab agama itu sebagian

fitrah-Nya‟.

Bersamaan dengan terjadinya perubahan pada diri remaja akhir (perubahan

fisik, perubahan emosi, dan perubahan tuntutan agama) tidak jarang remaja mulai

kehilangan kepercayaan diri untuk tetap berpegang teguh pada aturan agama.

Remaja mulai mencoba hal-hal baru yang kadang bertentangan dengan ajaran

agama seperti, meminum minuman keras, free sex, dan sebagainya. Nilai-nilai

agama yang telah tertanam dalam diri mereka sejak masih kanak-kanak seakan

luntur dengan hadirnya teman sebaya (peer group) yang tidak selalu membawa

pengaruh positif bagi kehidupan mereka. Menyikapi menurunnya minat dan

motivasi remaja untuk beribadah dan tetap berpegang teguh pada ajaran agama

ini, dosen maupun konselor seyogyanya dapat memberikan bimbingan kepada

mahasiswa, bahwa mereka mampu untuk tetap menjadi remaja yang berhasil

tanpa harus meninggalkan ajaran agama.

Mahasiswa semester VI merupakan mahasiswa yang telah memasuki tahun

ketiga dalam kehidupan akademik di kampus, seharusnya mereka mampu

menampilkan kematangan dalam hal kesadaran beragama. Kematangan dalam

kesadaran beragama ini, terkait dengan usia mereka yang telah memasuki fase

remaja akhir, dimana mereka diharapkan telah memahami ajaran agama dengan

benar, melaksanakan ibadah ritual dengan konsisten, serta secara sukarela

(6)

Hasil penelitian Richard dan Bergin pada tahun 2004 (Syamsu Yusuf,

2007: 23-24) mengenai pengaruh agama terhadap kesehatan fisik dan mental

menunjukkan individu yang memiliki komitmen yang kuat dalam melaksanakan

ajaran agama lebih memiliki penyesuaian psikologis, memiliki perilaku sosial

yang sehat, dan terhindar dari gangguan jiwa dibandingkan orang yang kurang

taat beragama. Dalam penelitian tersebut juga dijelaskan bahwa hampir 100

penelitian menemukan agama menjadi faktor penghalang, perintang, dan

pencegah penyalahgunaan obat-obatan terlarang atau minuman keras, baik di

kalangan anak-anak, remaja maupun dewasa.

Hasil observasi awal terhadap mahasiswa semester VI jurusan Bimbingan

dan Konseling Universitas Negeri Semarang, menunjukkan bahwa sebagian

mahasiswa semester VI tersebut: (1) belum melaksanakan shalat 5 waktu dengan

tertib; (2) terbiasa berkata kasar dan mudah berburuk sangka kepada orang lain;

(3) belum dapat bersikap sopan kepada orang yang lebih tua dan dosen; (4)

cenderung berbicara dan bertindak sesuka hati, tanpa berpikir bahwa setiap

perbuatan akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat kelak; serta (5) mudah

berputus asa dalam menghadapi permasalahan, karena belum meyakini bahwa

Allah Maha Memberi Petunjuk. Hasil observasi tersebut diperkuat dengan hasil

angket terkait dengan pemahaman para mahasiswa tentang ajaran agama yang

sebelumnya telah dilakukan oleh dosen pengampu mata kuliah Konseling Agama

Islam. Berdasarkan kuesioner tersebut diperoleh informasi bahwa: (1) masih

(7)

belum semua mahasiswa mampu membaca Al Qur‟an; dan (3) sebagian besar

mahasiswa belum dapat memaknai dua kalimat syahadat.

Keyakinan agama yang terbentuk pada diri mahasiswa dapat dijadikan

patokan sampai sejauh mana mahasiswa memiliki sense of responsibility dalam

menghadapi tekanan psikologis yang dihadapinya, sehingga mahasiswa mampu

menghindari pengaruh negatif yang datang dari luar. Kekosongan ruhaniah pada

diri mahasiswa memberikan peluang timbulnya berbagai permasalahan, baik yang

bersifat personal, maupun sosial. Keadaan semacam ini, akan berdampak pada

kondisi psikologis mereka. Kondisi psikologis tersebut seperti: perasaan cemas,

khawatir yang berlebihan, perasaan terasing dari lingkungan serta penyimpangan

moral.

Berdasarkan fenomena di atas, yakni terdapat kesenjangan antara harapan

dan kenyataan dimana para siswa mahasiswa yang diharapkan dapat

mengamalkan pengetahuan agama yang telah dimiliki dalam kehidupan

sehari-hari, akan tetapi pada kenyataannya para mahasiswa tersebut belum dapat

menghayati dan mengamalkan nilai-nilai keislaman, maka peneliti memilih untuk

menggunakan layanan konseling spiritual teistik sebagai metode untuk

mengembangkan kesadaran beragama para mahasiswa di jurusan Bimbingan dan

Konseling UNNES.

Pemilihan layanan bimbingan dan konseling berbasis konseling spiritual

teistik untuk mengembangkan kesadaran beragama mahasiswa didasarkan pada

asumsi bahwa para mahasiswa semester VI Jurusan BK UNNES telah mengenal

(8)

tidak melaksanakan kewajiban beribadah, serta manfaat yang mereka peroleh

ketika melaksanakan ajaran agama secara konsisten. Namun demikian pada

kenyataannya para mahasiswa tersebut belum memiliki motivasi dari dalam diri

untuk melaksanakan ajaran agama.

Kesadaran beragama, mutlak diharapkan pencapaiannya pada tingkat yang

optimal bagi mahasiswa jurusan BK, karena para mahasiswa tersebut merupakan

calon konselor. Mengingat bahwa bimbingan dan konseling merupakan

serangkaian kegiatan yang berfokus pada upaya membantu (building relationship)

individu dalam mengembangkan potensinya untuk mencapai perkembangan yang

optimal, maka dimensi religiusitas berfungsi sebagai petunjuk yang mengarahkan

pada suatu realitas bahwa terdapat aspek-aspek yang tidak dapat ditelusuri dan

dijamah, serta adanya hidayah yang berasal dari Tuhan. Hal ini terungkap dalam

penjelasan Mubiar Agustin dalam M. Djawad Dahlan (2005: 243) berikut ini:

...dimensi religiusitas berfungsi sebagai radar yang mengarahkan kepada suatu titik tentang realitas, bahwa terdapat aspek-aspek kompleks pada diri individu yang tak terjangkau untuk ditelusuri dan dijamah, serta menyadarkan bahwa aspek hidayah hanya datang dari Sang Penggenggam kehidupan itu sendiri.

Berdasarkan asumsi mengenai keadaan mahasiswa serta kendala yang

dihadapi mahasiswa dalam melaksanakan ajaran agama, maka layanan bimbingan

yang diberikan lebih ditekankan pada layanan dasar untuk mengkaji lebih dalam

dan mengingatkan kembali para mahasiswa mengenai ajaran agama yang

sesungguhnya sangat bermanfaat untuk kehidupan mereka, khususnya untuk

mengembangkan sikap dan tanggung jawab profesional mereka sebagai calon

(9)

melalui layanan dasar dengan menggunakan teknik konseling spiritual teistik

yaitu berdo‟a dan membaca kitab suci. Penggunaan teknik berdo‟a dan membaca

kitab suci dimaksudkan untuk menginternalisasikan hikmah dari setiap ibadah

ritual yang dilaksanakan oleh mahasiswa, sehingga para mahasiswa tersebut dapat

berkembang kesadaran bergamanya yaitu lebih yakin kepada Allah, ikhlas dan

bersungguh-sungguh dalam beribadah, serta berperilaku sesuai dengan syari‟at

Islam.

Beberapa alasan mengapa menggunakan pendekatan konseling spiritual

teistik adalah sebagai berikut:

1. Konseling spiritual teistik berorientasi pada upaya untuk mengembangkan

fitrah beragama/ kesadaran beragama individu agar sesuai dengan nilai-nilai

agama.

2. Konseling spiritual teistik mengatasi masalah-masalah kehidupan melalui

pemahaman, keyakinan, dan praktik-praktik ritual ibadah.

3. Tujuan umum Konseling Spiritual Teistik adalah memfasilitasi dan

meningkatkan kemampuan klien untuk mengembangkan kesadaran beragama.

4. Kesadaran spiritual atau fitrah beragama manusia tidak dapat berkembang

secara otomatis, tetapi melalui suatu proses (pengalaman yang bermakna

melalui pendidikan) dimulai dari kondisi belum memiliki kesadaran sampai

kondisi dimana manusia memiliki kemampuan untuk menjalin hubungan

dengan Tuhan (ibadah mahdlah) dan hubungan dengan sesama manusia dan

(10)

Melalui program bimbingan dan konseling berbasis konseling spiritual

teisik dengan teknik berdo‟a dan membaca kitab suci, diharapkan mahasiswa

dapat mengembangkan kesadarannya untuk melaksanakan ajaran agama. Jika

selama ini para mahasiswa masih terkesan setengah hati untuk beribadah, serta

kurang dapat menghargai dan menghormati orang lain, maka konseling spiritual

teistik yang ditekankan pada pemaknaan hikmah ibadah diharapkan dapat

menyadarkan para mahasiswa tentang esensi ibadah dan penetapan hukum

syari‟ah sebagai suatu „kebutuhan‟ dan bukan sekedar sebagai „kewajiban‟,

sebagaimana selama ini dimaknai oleh para mahasiswa.

Oleh karena itu, program bimbingan dan konseling berbasis konseling

spiritual teistik, disusun berdasarkan kebutuhan mahasiswa terhadap layanan

bimbingan yang berguna untuk meningkatkan kesadaran dalam melaksanakan

ajaran agama. Program bimbingan dan konseling yang diberikan kepada

mahasiswa lebih menekankan kepada teknik berdo‟a dan membaca kitab suci,

sebagai bentuk ibadah yang mudah dan telah dipahami oleh mahasiswa. Teknik

berdo‟a bukan hanya berisi do‟a, akan tetapi berdo‟a yang dimaksud adalah

mengoptimalkan pemahaman mahasiswa terhadap makna do‟a yang terkandung

dalam bacaan shalat.

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini difokuskan pada upaya untuk mengungkap permasalahan

perkembangan kesadaran beragama serta melakukan pengkajian yang lebih

(11)

mengembangkan kesadaran beragama mahasiswa. Melalui penelitian ini

diharapkan dapat tersusun suatu program konseling spiritual teistik dalam

mengembangkan kesadaran beragama. Penelitian ini juga diharapkan dapat

membantu para mahasiswa untuk mengembangkan fitrah iman atau kesadaran

untuk beragama, yang diwujudkan dalam keyakinan (aqidah), ibadah ritual yang

tertib, dan tingkah laku (akhlak) yang mulia.

Berdasarkan pemaparan mengenai latar belakang masalah serta fokus

penelitian, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Seperti apa gambaran kesadaran beragama pada mahasiswa jurusan

Bimbingan dan Konseling UNNES tahun akademik 2011/ 2012?

2. Seberapa besar tingkat keefektifan Konseling Spiritual Teistik dengan Teknik

berdo‟a dan membaca kitab suci dalam mengembangkan kesadaran beragama

mahasiswa jurusan BK UNNES?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan program bimbingan

dan konseling dalam mengembangkan kesadaran beragama mahasiswa melalui

pendekatan Konseling Spiritual Teistik. Secara khusus, penelitian ini bertujuan

untuk:

1. Memperoleh gambaran tentang kesadaran beragama mahasiswa jurusan

(12)

2. Menguji efektivitas Konseling Spiritual Teistik dalam meningkatkan

kesadaran beragama pada mahasiswa jurusan Bimbingan dan Konseling

UNNES tahun akademik 2011/ 2012.

D. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan tesis ini adalah sebagai berikut:

1. Bab I yakni Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, penjelasan istilah, dan sistematika penulisan.

2. Bab II yakni Kajian Pustaka yang tercakup di dalamnya landasan teori tentang

konseling spiritual teistik dan teori tentang kesadaran beragama pada remaja.

3. Bab III yakni Metode Penelitian, tercakup di dalamnya penjelasan mengenai

pendekatan dan metode penelitian, lokasi dan subjek penelitian, metode

pemilihan subjek, desain penelitian, serta metode analisis data.

4. Bab IV yakni Hasil Penelitian dan Pembahasan, tercakup di dalamnya

pemaparan mengenai hasil penelitian dan pembahasan terhadap hasil

penelitian tersebut.

5. Bab V yakni Kesimpulan dan Rekomendasi, tercakup di dalamnya kesimpulan

yang diperoleh peneliti setelah melakukan penelitian, serta rekomendasi

(13)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi

eksperimen. Metode kuasi eksperimen digunakan untuk mengetahui efektivitas

konseling spiritual teistik dengan teknik berdo’a dan membaca kitab suci untuk

mengembangkan kesadaran beragama mahasiswa.

Desain penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen nonekuivalent

control group design, dimana baik kelompok eksperimen maupun kelompok

kontrol tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2006: 84). Eksperimen dilakukan

dengan memberikan perlakuan meningkatkan kesadaran beragama pada kelompok

eksperimen, dan bimbingan secara konvensional pada kelompok kontrol. Desain

penelitian disajikan dalam tabel (3.1)

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen 0 X 0

Kontrol 0 - 0

Sumber: Sugiyono (2006: 84)

Keterangan:

(14)

Adapun rancangan kuasi eksperimen uji keefektivan konseling spiritual

teistik dalam mengembangkan kesadaran beragama mahasiswa, dapat dijabarkan

dalam bagan berikut ini:

Gambar 3.1

Rancangan Kuasi Eksperimen

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran beragama mahasiswa

jurusan Bimbingan dan Konseling UNNES, melalui konseling spiritual teistik

dengan teknik berdo’a dan membaca kitab suci. Kondisi yang diamati pada

penelitian ini adalah peningkatan kesadaran beragama mahasiswa melalui layanan

konseling spiritual teistik.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Bimbingan dan

Konseling UNNES, Tahun Akademik 2011/2012.

Pre Test

Traetment

Post Test

Kelompok Eksperimen

Kelompok Eksperimen Konseling

Spiritual Teistik

Kelompok Kontrol

Perlakuan Konvensional

(15)

2. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Bimbingan dan

Konseling UNNES semester 6, yang memiliki 2 rombel (rombongan belajar),

berjumlah 58 orang, karena penelitian ini bersifat kuasi eksperimen, maka rombel

yang dipilih sebagai subyek penelitian adalah rombel 1 sebagai kelas eksperimen,

dan rombel 2 sebagai kelas kontrol.

Subjek penelitian ini sebanyak 29 orang, yang berdasarkan hasil pengolahan

data dari skala kesadaran beragama, 29 orang tersebut menunjukkan pencapaian

kesadaran beragama pada tahap mengamalkan ajaran agama secara insidental,

tidak mengamalkan ibadah mahdlah, serta mahasiswa yang melecehkan nilai-nilai

agama secara keseluruhan.

C. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel yakni variabel independen (bebas)

dan variabel dependen (terikat). Adapun kedua jenis variabel tersebut dipaparkan

dalam uraian berikut:

1. Identifikasi Variabel

a. Variabel Independen/ variabel bebas (X)

Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi penyebab. Dalam penelitian ini sebagai variabel bebas adalah

(16)

b. Variabel Dependen/ variabel terikat (Y)

Variabel dependen/ terikat merupakan variabel yang keberadaannya

bergantung pada variabel bebas. Dalam penelitian ini sebagai variabel terikat

adalah kesadaran beragama.

2. Hubungan antar Variabel

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua variabel yakni variabel bebas

(X) yaitu konseling spiritual teistik dengan teknik berdo’a dan membaca kitab

suci, serta variabel (Y) yaitu kesadaran beragama. Dengan demikian, dalam hal ini

konseling spiritual teistik dengan teknik berdo’a dan membaca kitab suci sebagai

variabel bebas mempunyai pengaruh untuk membentuk kesadaran beragama

mahasiswa sebagai variabel terikat. Hubungan antara kedua variabel tersebut

dijelaskan melalui gambar berikut ini:

Gambar 3.2

Hubungan/ pengaruh variabel

D. Definisi Operasional Variabel

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari konseling spiritual teistik dengan

teknik berdo’a dan membaca kitab suci, serta kesadaran beragama. Untuk

memperoleh kejelasan ruang lingkup penelitian, perlu ditegaskan definisi

operasional yang merupakan konsep pokok penelitian. Konseling spiritual teistik

dengan teknik berdo’a dan membaca kitab suci)

(X)

Kesadaran Beragama

(17)

1. Konseling Spiritual Teistik dengan Teknik Berdo’a dan Membaca Kitab Suci

Konseling spiritual teistik berupaya untuk memberikan layanan konseling

dengan mendasarkan kepada fitrah manusia, agar perilaku individu menjadi sesuai

dengan kaidah keagamaan. Dengan kata lain, konseling spiritual teistik

merupakan proses konseling yang mendasarkan kepada pengembangan fitrah

manusia untuk memperoleh perilaku individu yang sesuai dengan nilai-nilai

keagamaan.

Menurut Syamsu Yusuf (2009: 36) konsep konseling spiritual teistik yakni

sebagai berikut: “Konseling spiritual teistik dapat diartikan sebagai proses

pemberian bantuan kepada individu agar memiliki kemampuan untuk

mengembangkan fitrahnya sebagai makhluk beragama (homo religus), berperilaku

sesuai dengan nilai-nilai agama (berakhlak mulia), dan mengatasi

masalah-masalah kehidupan melalui pemahaman, keyakinan, dan praktik-praktik ritual

ibadah agama yang dianutnya.”

Adapun teknik berdo’a dan membaca kitab suci merupakan dua dari

beberapa teknik yang disarankan dalam konseling spiritual teistik untuk

membantu konseli mengembangkan fitrah beragamanya.

a. Berdo’a

Marsha Wiggins Frame menyatakan bahwa berdo’a merupakan “Pikiran

-pikiran, perasaan-perasaan, dan perbuatan-perbuatan yang dirancang untuk

mengungkapkan, serta memperoleh pengalaman berhubungan dengan Tuhan.

(18)

connection to the sacred.” (Marsha Wiggins Frame, 2003: 184). Dalam konseling

spiritual teistik, berdo’a termasuk teknik intervensi spiritual yang diartikan

sebagai pemberian layanan yang lebih alami. Do’a dianggap sebagai layanan yang

bersifat alami, karena dengan berdo’a individu yakin bahwa permohonannya akan

didengar dan dikabulkan oleh Allah.

Do’a sebagai bentuk komunikasi spiritual dengan Allah Swt. memberikan

pengaruh positif terhadap kesehatan mental atau rohaniah yang melakukannya

secara ikhlas dan khusyu (penuh konsentrasi). Melalui berdo’a seorang muslim

akan memperoleh nilai-nilai psiko-spiritual yang sangat bermanfaat bagi

peningkatan mutu keberagamaannya. Berdo’a yang dimaksud dalam penelitian

ini, bukan hanya dengan mengajarkan kepada konseli mengenai do’a sehari-hari

yang seharusnya dibaca, melainkan ditekankan kepada pemaknaan bacaan shalat

yang secara keseluruhan merupakan do’a. Apabila konseli memahami makna dari

bacaan shalat, diasumsikan mereka dapat mendirikan shalat dengan khusyu’,

sehingga memperoleh ketenangan dan ketentraman batin.

Lebih lanjut Syamsu Yusuf (2009: 55) menjelaskan tentang manfaat

memahami bacaan shalat: “Dalam shalat, sang hamba dengan perasaan ikhlas

“ajrih” dan tawadlu menghadap Tuhannya yang ghaib, untuk memanjatkan do’a,

membaca ayat-ayat-Nya, bertasbih, bertahmid, bertakbir, bertahlil, bershalawat

bagi utusan-Nya, dan bersalam bagi hambaNya yang shaleh. Apabila semua

bacaan itu dipahami artinya dan direnungkan maknanya, maka akan melahirkan

suasana hati yang tenang, perasaan berharga, sikap tawadlu (tidak arogan), dan

(19)

b. Membaca Kitab Suci

Membaca kitab suci dalam konteks konseling spiritual teistik adalah

membaca kitab suci yang dilakukan oleh konselor dan konseli, guna

memantapkan keyakinan. Alasan digunakannya kitab suci sebagai media dalam

memberikan layanan konseling adalah karena di dalam kitab suci terdapat

sejumlah petunjuk dan nasihat-nasihat spiritual yang sangat bermanfaat untuk

individu, sebagaimana dikemukakan oleh Dennis Lines (2006: 161): “Religious

text have a rich store of spiritual and moral wisdom.” Dalam Al Qur’an,

dipaparkan mengenai pedoman hidup agar seorang hamba memperoleh kehidupan

yang baik, di dunia maupun di akhirat.

Oleh karena itu, membaca Al Qur’an atau mengkaji ayat-ayat yang

terkandung didalamnya akan semakin memudahkan individu itu sendiri untuk

memperoleh kehidupan yang bahagia. Ustman Najati (1985: 182-190)

memaparkan tentang beberapa metode yang diajarkan dalam Al Qur’an untuk

membangkitkan keinginan manusia, khususnya motivasi untuk mendekatkan diri

kepada Allah, yakni sebagai berikut:

1) Pembangkitan dorongan dengan janji dan ancaman

Dalam seruannya pada keimanan terhadap aqidah tauhid, Al Qur’an telah

menaruh perhatian dalam membangkitkan berbagai dorongan pada diri manusia

untuk memperoleh imbalan yang akan dkaruniakan kepada orang-orang yang

beriman dalam surga, dan akan membuat mereka takut akan siksa dan azab di

neraka. Ayat-ayat Al Qur’an membangkitkan rasa harap dan mendeskripsikan

(20)

memperoleh nikmat tersebut. Hal ini juga mendorong kaum muslim untuk

bertakwa kepada Allah, ikhlas dalam beribadah, beramal shaleh, serta melakukan

tindakan yang diterima Allah. Sebaliknya, ayat-ayat Al Qur’an yang

menggambarkan tentang neraka, akan membangkitkan rasa cemas, dan takut

terhadap adzab di neraka.

2) Pembangkitan dorongan dengan cerita

Cerita merupakan salah satu sarana yang digunakan Al Qur’an untuk

membangkitkan dorongan untuk belajar. Melalui cerita-cerita Al Qur’an berusaha

menanamkan tujuan-tujuan keagamaan yang berkenaan dengan aqidah, suri

teladan, atau hukum yang hendak diajarkan kepada manusia.

3) Pemanfaatan peristiwa-peristiwa penting

Diantara faktor-faktor yang membantu membangkitkan dorongan dan

perhatian yaitu terjadinya peristiwa atau problema penting yang menggelorakan

perasaan manusia, membangkitkan perhatiannya, dan menyibukkan pikirannya.

Konseling spiritual teistik yang dimaksud dalam penelitian ini, yakni proses

pemberian bantuan yang dilakukan oleh konselor kepada mahasiswa semester VI

Jurusan Bimbingan dan Konseling UNNES, melalui pemaknaan bacaan shalat

(berdo’a) dan pengkajian terhadap kandungan kitab suci Al Qur’an (membaca Al

Qur’an) khususnya pada ayat-ayat yang dapat memotivasi mahasiswa untuk

memperoleh kehidupan yang baik, di dunia maupun di akhirat.

2. Kesadaran Beragama

Kesadaran beragama merupakan keadaan mental di mana individu berupaya

(21)

memahami, menyadari, meyakini dan mengamalkan nilai-nilai agama dalam

beribadah, bersikap, serta bertingkah laku. Terdapat tiga aspek yang

menggambarkan kesadaran beragama mahasiswa, yakni:

a. Aqidah atau keyakinan, yang terkait dengan aspek keyakinan atau keimanan.

Keimanan tersebut terangkum dalam rukun iman, yang mencakup: iman

kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab suci Al Qur’an, iman

kepada Nabi dan Rasul, iman kepada hari akhir, serta iman kepada takdir.

1) Iman kepada Allah ditandai dengan adanya: meyakini bahwa Allah itu ada,

meyakini bahwa tiada Tuhan selain Allah, meyakini bahwa Allah Swt adalah

pencipta alam semesta, memohon pertolongan dan perlindungan hanya

kepada-Nya, meyakini bahwa Allah Maha Melihat semua perbuatan manusia, serta

meyakini bahwa hanya kepada Allah, manusia akan kembali.

2) Iman Kepada Malaikat, ditandai dengan: meyakini bahwa Allah menciptakan

malaikat, serta merasa bahwa segala ucapan dan tindakan kita, ada yang

mengontrol.

3) Iman Kepada Nabi dan Rasul, mencakup: meyakini Rasul sebagai utusan Allah

yang memberikan petunjuk bagi manusia, meyakini bahwa Allah mengutus

para Rasul sebagai teladan bagi manusia, serta menjadikan ucapan dan perilaku

Rasul sebagai pedoman dalam bertingkah laku.

4) Iman Kepada Kitab Suci, mencakup: meyakini Al Qur’an sebagai petunjuk

tentang kebaikan dan keburukan, meyakini Al Qur’an sebagai penenang jiwa,

(22)

suci, serta meyakini bahwa dengan mengamalkan ajaran Al Qur’an akan

selamat di dunia maupun di akhirat.

5) Iman Kepada Hari Akhir, mencakup: meyakini bahwa kehidupan pasti akan

berakhir, dan menyadari bahwa segala perbuatan di dunia akan dimintai

pertanggung jawabannya di akhirat.

6) Iman Kepada Takdir Allah, mencakup: meyakini bahwa tidak ada sesuatu yang

terjadi tanpa ijin Allah, Ikhlas menerima ketentuan Allah yang berlaku bagi

dirinya, serta berusaha semampunya, namun menyerahkan hasilnya kepada

Allah.

b. Ibadah, yaitu merendahkan diri kepada Allah dengan melaksanakan segala

apa yang diperintahkan-Nya, dan menjauhi apa-apa yang dilarang-Nya,

dengan penuh kecintaan dan pengagungan kepada-Nya. Ibadah, tercakup

dalam rukun Islam, yakni:

1) Dua kalimat syahadat, mencakup: memahami makna dua kalimat syahadat.

meyakini bahwa seluruh ibadah yang dilakukan hanya ditujukan kepada Allah,

dan memotivasi diri untuk patuh kepada ketentuan Allah.

2) Shalat, mencakup: melaksanakan sholat lima waktu, berusaha melaksanakan

ibadah shalat sunnah, menjadikan sabar dan shalat sebagai penolong, khusyu’

dalam shalat, serta meyakini bahwa shalat dapat menghindarkan diri dari

perbuatan keji dan mungkar.

3) Puasa, tercakup di dalamnya: melaksanakan ibadah puasa Ramadhan dan

ibadah puasa sunnah di luar bulan Ramadhan, serta memahami hikmah puasa,

(23)

kesehatan, dan untuk memperoleh kejernihan hati dalam berpikir dan

beragama.

4) Zakat, mencakup: membayar zakat pada akhir bulan Ramadhan, serta meyakini

bahwa zakat, infaq dan shadaqah berarti mensucikan diri dari harta yang bukan

milik kita.

5) Haji, mencakup: meyakini haji sebagai media untuk berlatih menghadapi

kesulitan dan merendahkan diri, dan meyakini ibadah haji sebagai media untuk

mengendalikan hawa nafsu.

c. Akhlak, yakni terkait dengan sikap dan perilaku yang seyogianya ditampilkan

oleh seorang muslim dalam kehidupan sehari-hari. Akhlak terbagi dalam

empat kategori, yaitu akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap orang tua

dan guru, akhlak terhadap sesama muslim, serta akhlak terhadap orang yang

bukan muhrim.

1) Akhlak terhadap diri sendiri, mencakup: makan dan minum dengan cara yang

dicontohkan oleh Rasul, berpakaian sesuai dengan tuntunan agama (menutup

aurat), serta menjauhkan diri dari kebiasaan berkata-kata yang tidak

bermanfaat.

2) Akhlak terhadap orang tua dan guru, mencakup: bersikap sopan dan santun,

hormat dan patuh, serta berdo’a untuk orang tua dan guru.

3) Akhlak terhadap sesama muslim, mencakup: mengucapkan salam, menjenguk

bila sakit, serta berbuat baik

4) Akhlak terhadap orang yang bukan muhrim, mencakup: berupaya untuk tidak

(24)

Kesadaran beragama yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

kemampuan mahasiswa semester VI Jurusan Bimbingan dan Konseling UNNES

untuk memiliki aqidah (keyakinan), ibadah, serta akhlak (tingkah laku) yang

sesuai dengan tingkat perkembangannya, yakni bukan hanya mampu mengetahui

dan memahami ajaran agama, akan tetapi mahasiswa mampu beraqidah, beribadah

dan berakhlak yang baik, semata-mata karena kesadaran dari dalam diri untuk

memperoleh kehidupan yang baik, di dunia maupun di akhirat.

E. Pengembangan Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data merupakan suatu metode yang dilakukan oleh peneliti

untuk memperoleh data. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah skala psikologi. Skala psikologi merupakan skala yang digunakan untuk

melakukan pengukuran dalam bidang psikologis. Skala psikologis adalah alat

ukur psikologis atau bidang afektif, adapun skala yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu skala kesadaran beragama untuk mengetahui keadaan diri

mahasiswa.

Pada skala psikologi, pernyataannya merupakan stimulus yang tertuju pada

indikator untuk memancing jawaban yang merupakan refleksi dari keadaan diri

subjek, yang pada umumnya tidak disadari oleh responden yang bersangkutan.

Format respon yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari empat pilihan

jawaban, yaitu a, b, c, dan d yang kadar kualitatifnya berjenjang. Skala

pengukuran (rating scale) yang peneliti gunakan yaitu skala bertingkat (1, 2, 3,

(25)

keseluruhan, yakni tidak melaksanakan perintah Allah. Skala 2 menggambarkan

remaja yang tidak mengamalkan ibadah mahdlah, tetapi dapat berinteraksi sosial

dengan orang lain (habluminannas) secara baik. Skala 3 menggambarkan remaja

yang mengamalkan ajaran agama secara insidental (kadang-kadang). Adapun

skala 4 menggambarkan remaja yang mengamalkan ajaran agama secara

konsisten.

Tingkat kesadaran beragama dari masing-masing pernyataan tidak sama

(tidak selalu berurutan 1, 2, 3, 4), namun peneliti sengaja mengacaknya (bisa 4, 3,

2, 1) atau susunan yang lainnya agar responden tidak terpaku pada model jawaban

yang sama.

1. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen

Kisi-kisi instrumen skala kesadaran beragama dikembangkan berdasarkan definisi

operasional variabel penelitian, yang didalamnya terkandung aspek-aspek

(26)

tahap, baik dalam pembuatan instrumen maupun dalam uji coba instrumen. Secara

lebih rinci, langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam menyusun instrumen

penelitian, dijabarkan dalam bagan berikut ini:

Gambar 3.3

Prosedur penyusunan instrumen

Data yang akan diungkap dalam penelitian ini yaitu mengenai kesadaran

beragama. Oleh karena itu, instrumen yang digunakan adalah skala kesadaran

beragama. Kisi-kisi yang dikembangkan mencakup aspek, sub aspek, serta

indikator kesadaran beragama sebagaimana telah dipaparkan dalam definisi

operasional variabel. Instrumen yang telah dibuat kemudian diuji cobakan,

sebelum digunakan sebagai pengumpul data. Uji coba ini dilakukan untuk

mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen. Berikut ini dipaparkan

kisi-kisi skala kesadaran beragama mahasiswa: Kisi-kisi

instrumen Instrumen

Uji coba instrumen

Perbaikan instrumen

(27)

Tabel 3.3

KISI-KISI SKALA KESADARAN BERAGAMA MAHASISWA

Aspek Sub Aspek Indikator No. Item dan tindakan kita, ada yang mengontrol.

Meyakini Al Qur’an sebagai petunjuk tentang kebaikan dan

mengamalkan ajaran Al Qur’an akan selamat di dunia maupun di akhirat. sesuatu yang terjadi tanpa ijin Allah.

23 1

(28)

Allah yang berlaku bagi dirinya.

Zakat Meyakini bahwa zakat, infaq dan shodaqoh berarti

mensucikan diri dari harta yang bukan milik kita.

40,41 2

Haji Meyakini haji sebagai media untuk berlatih menghadapi

Makan dan minum dengan cara yang dicontohkan oleh Rasul.

Bersikap sopan dan santun. 48 1

Hormat dan patuh. 49 1

(29)

guru. Akhlak

terhadap sesama muslim

Mengucapkan salam. 51 1

Menjenguk bila sakit. 52 1

2. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen a. Validitas

Penilaian terhadap skala kesadaran beragama ini dilakukan oleh tiga orang

pakar (judgest) yaitu orang yang memiliki keahlian dalam bidang penyusunan

instrumen, terutama instrumen kesadaran beragama. Penilaian ini dilakukan untuk

menentukan validitas isi (content validity) dari skala kesadaran beragama yang

telah disusun oleh peneliti. Validitas isi adalah validitas yang ditentukan oleh

derajat representativitas butir-butir tes yang telah disusun, sejauh mana butir-butir

tersebut mewakili keseluruhan materi yang hendak diukur. Instrumen dinyatakan

valid setelah dianalisis oleh ketiga pakar tersebut, dan dinyatakan layak untuk

digunakan sebagai instrumen yang berhak untuk diuji cobakan sebelum

disebarkan kepada subjek penelitian.

Setelah instrumen tersusun sebanyak 66 pernyataan, kemudian dilakukan

validasi isi skala kesadaran beragama oleh tiga orang pakar dalam bidang

pengembangan instrumen kesadaran beragama. Ketiga pakar tersebut yakni: 1)

Prof. Dr. Ahmad Juntika Nurihsan, M.Pd, 2) Dr. Mubiar Agustin, M.Pd, dan 3)

Drs. Nurhudaya, M.Pd. Setelah dilakukan uji kelayakan baik secara konstruk,

(30)

masukan: 1) agar menghindari penggunaan kata-kata yang tendensius, seperti

“tidak dan selalu”, 2) agar melengkapi sub aspek, agar dapat menjelaskan masing

-masing aspek secara komprehen, serta 3) merubah format instrumen, dari yang

semula angket dengan pilihan jawaban “ya” dan “tidak”, menjadi skala kesadaran

beragama dengan pilihan jawaban berjenjang, agar responden tidak memilih

jawaban yang bersifat normatif, yaitu “ya”.

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan atau

kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu

mengukur apa yang akan diukur dan mempunyai validitas yang tinggi, serta dapat

mengungkap data dari variabel yang diteliti. Uji validitas yang dilakukan oleh

peneliti, menggunakan rumus “Korelasi Product Moment”, yang dikemukakan

oleh Karl Pearson sebagai berikut:

r

xy = N XY−( X) ( Y)

NX2 ( 2)

X N X2

Keterangan:

= koefisien korelasi antara X dan Y.

N = jumlah responden.

= jumlah skor item.

= jumlah skor total.

2 = jumlah kuadrat dari skor item.

2 = jumlah kuadrat dari skor total.

= jumlah perkalian skor total dengan skor item.

Pengujian validitas butir dengan menggunakan microsoft excell, kriteria butir

(31)

signifikansi 5%, dan kriteria butir soal kategori drop (tidak valid) adalah jika nilai

hitung r < nilai tabel r.

Hasil pengujian validitas instrumen kesadaran beragama dengan

menggunakan teknik korelasi item total - product moment, dari 66 item

pernyataan yang disusun peneliti diperoleh 55 item valid, sementara jumlah item

yang tidak valid sebanyak 11 item, yakni item dengan nomor pernyataan 1, 2, 3,

4, 8, 12, 28, 32, 42, 49, dan 53.

b. Reliabilitas

Reliabilitas atau keterandalan instrumen sebagai alat ukur dimaksudkan untuk

mengetahui sejauh mana alat ukur tersebut sesuai atau cocok digunakan sebagai

alat ukur. Teknik yang diuji menggunakan rumus alpha (Suharsimi Arikunto,

2002: 163):

11= ��− 1

1− 2

2

11

=

reliabilitas instrumen.

k =

banyaknya butir pertanyaan. 2

∝ = jumlah varian butir. 2 = varians total.

Pengujian reliabilitas perumusan hipotesisnya adalah: � = skor butir

berkorelasi positif dengan faktornya, dan � = skor butir tidak berkorelasi positif

dengan faktornya. Dasar pengambilan keputusannya adalah: jika r Alpha dan r

Alpha > dari r tabel, maka butir atau variabel tersebut reliabel. � diterima (jika r

Alpha > dari r tabel, tapi bertanda negatif, � tetap akan ditolak) dan jika r Alpha

(32)

ditolak. Sugiyono (1999: 149) menjelaskan bahwa kualifikasi normatif nilai

koefisien reliabilitas ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 3.4

Kriteria Nilai Koefisien Reliabilitas Koefisien- Korelasi Kualifikasi

0,00 – 0,19 Sangat rendah

0,20 – 0, 39 Rendah

0,40 – 0, 59 Sedang

0,60 – 0,79 Tinggi

0,80 – 1,00 Sangat tinggi

Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan rumus di atas, diperoleh koefisien

reliabilitas (�) sebesar 0,718. Mengacu pada rentang koefisien reliabilitas menurut

(Sugiyono, 1999: 149) koefisien reliabilitas (�) sebesar 0,718 termasuk dalam

kualifikasi tinggi.

F. Prosedur Analisis Data

Prosedur analisis data disajikan dalam beberapa kajian, yaitu: pengujian

persyaratan analisis, dan metode analisis data, yang dipaparkan sebagai berikut:

1. Pengujian Persyaratan Analisis

Pada penelitian ini diupayakan melakukan uji normalitas sebaran data. Uji

normalitas dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa data sampel berasal dari

populasi yang berdistribusi normal. Pengujian normalitas sebaran data dilakukan

dengan membandingkan nilai Kolmogorov-Smirnov (K-S) dan probabilitas

dengan nilai signifikannya adalah 0.05. Dengan dasar pengambilan keputusan

bahwa: P dari koefisien K-S > 0.05, maka data berdistribusi normal, dan P dari

(33)

pengujian normalitas sebaran data ini menggunakan program SPSS 16.0 for

Windows.

2. Metode Analisis Data a. Deskripsi Data

Data yang diperoleh melalui skala kesadaran beragama yang telah

diujicobakan perlu untuk dideskripsikan kembali. Kegiatan ini dimaksudkan

untuk mendeskripsikan tingkat kesadaran beragama mahasiswa. Dalam penelitian

ini, skala kesadaran beragama digunakan untuk mengetahui rerata skor pretest

yakni untuk mengetahui tingkat kesadaran beragama mahasiswa sebelum

memperoleh treatment, dan skor posttest untuk mengetahui rerata skor setelah

masing-masing kelompok diberikan treatment yang menentukan efektif atau

tidaknya konseling spiritual teistik yang diberikan kepada mahasiswa. Data dalam

penelitian ini dideskripsikan dengan perbandingan rerata empiris data mengenai

kesadaran beragama mahasiswa berdasarkan pengamatan awal dan akhir, pada

kelompok yang diberikan konseling spiritual teistik.

b. Teknik Analisis Data

Tujuan dari analisis data dalam penelitian ini adalah untuk mengungkap

hal-hal yang ingin dicapai melalui penelitian ini, yaitu ingin mengetahui efektivitas

konseling spiritual teistik dalam meningkatkan kesadaran beragama mahasiswa.

(34)

Analisis data dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Analisis Profil Kesadaran Beragama Mahasiswa Jurusan BK UNNES Analisis terhadap gambaran umum atau profil kesadaran beragama

mahasiswa dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a) Menentukan skor maksimal ideal yang diperoleh sampel, dengan rumus:

Skor maksimal ideal = jumlah soal x skor tertinggi.

b) Menentukan skor minimal ideal yang diperoleh sampel, dengan rumus:

Skor minimal ideal = jumlah soal x skor terendah.

c) Mencari rentang skor ideal yang diperoleh sampel, dengan rumus:

Rentang skor = skor maksimal ideal – skor minimal ideal.

d) Mencari interval skor dengan rumus:

Interval skor = rentang skor/ 4

Berdasarkan langkah perhitungan tersebut, diperoleh kriteria kesadaran

beragama mahasiswa kedalam tiga kategori kesadaran beragama, yaitu: (1) tinggi,

(2) sedang, dan (3) rendah.

2) Analisis Efektivitas Konseling Spiritual Teistik dalam Meningkatkan Kesadaran Beragama Mahasiswa

Untuk mengetahui efektivitas konseling spiritual teistik dalam meningkatkan

kesadaran beragama mahasiswa, dilakukan dengan teknik uji t independent

(independent sample t test) melalui analisis data tingkat kesadaran beragama

mahasiswa sebelum dan sesudah diberikan perlakuan layanan konseling spiritual

teistik. Cara ini dilakukan dengan membandingkan data normalized gain score

(35)

untuk mengetahui data empirik tentang keefektivan konseling spiritual teistik,

dibandingkan model lain yang diterima oleh kelompok kontrol. Perhitungan

tersebut menggunakan bantuan software Statistical Product and Service Solution

(SPSS) 16.0.

Adapun pengujian efektivitas konseling spiritual teistik adalah dengan

menghitung data normalized gain (N-Gain). Perhitungan ini bertujuan untuk

mengetahui selisih antara skor posttest dengan pretest pada kelompok eksperimen

dan kontrol. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

� = � − � �

� − � �

Selanjutnya menguji perbedaan efektivitas konseling spiritual teistik untuk

meningkatkan kesadaran beragama mahasiswa menggunakan uji t independent

(independent sample t test). Kriteria untuk menguji t tersebut berpatokan pada

hipotesis statistik dalam penelitian ini, yaitu bahwa:

�0 = konseling spiritual teistik tidak efektif untuk meningkatkan kesadaran

beragama mahasiswa BK UNNES.

�1= konseling spiritual teistik efektif untuk meningkatkan kesadaran beragama

mahasiswa BK UNNES.

Taraf keyakinan (α) yang digunakan sebagai kriteria dasar pengambilan keputusan

hipotesisnya adalah pada taraf signifikansi = 5% atau α = 0, 05. Dengan demikian,

pengambilan keputusannya adalah:

(36)

2) Jika ℎ� < maka �0 diterima dan �1 ditolak.

Rumus untuk menentukan ℎ� yang dipergunakan untuk menganalisi

hipotesis penelitian tersebut, adalah:

= 1− 2

�12+�22 1− 1 ( 2− 1)

Keterangan:

1 = rata-rata skor kelompok eksperimen.

2 = rata-rata skor kelompok kontrol.

�12 = Variansi kelompok eksperimen.

�22 = Variansi kelompok kontrol.

1 = jumlah subjek kelompok eksperimen.

(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Merujuk kepada hasil analisis data dan pembahasan penelitian dapat

disimpulkan bahwa tujuan penelitian telah tercapai, yaitu dengan diperolehnya

program bimbingan dan konseling berbasis konseling spiritual teistik untuk

meningkatkan kesadaran beragama. Efektivitas tersebut nampak dalam

peningkatan angka statistik pada aspek aqidah dan akhlak, setelah mahasiswa

memperoleh layanan konseling spiritual teistik. Selanjutnya, secara rinci terdapat

beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan hasil penelitian, yaitu sebagai

berikut.

1. Pada umumnya mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling UNNES

semester VI Tahun Akademik 2011/2012 telah memiliki kemauan dan

kemampuan yang optimal untuk melaksanakan ibadah ritual. Mahasiswa

telah mengetahui kewajibannya sebagai hamba Allah, akan tetapi mereka

baru mengamalkan ajaran agama secara insidental. Mahasiswa belum

melaksanakan ajaran agama secara konsisten.

2. Program bimbingan dan konseling berbasis konseling spiritual teistik mampu

meningkatkan kesadaran beragama mahasiswa secara signifikan. Peningkatan

kesadaran mahasiswa untuk melaksanakan ajaran agama khususnya tampak

pada aspek aqidah dan akhlak, akan tetapi tidak signifikan pada aspek ibadah.

(38)

untuk lebih meningkatkan pelaksanaan ajaran agama dalam kehidupan

sehari-hari.

B. Rekomendasi

Hasil penelitian ini menunjukkan terjadinya peningkatan pada aspek aqidah

dan akhlak, akan tetapi belum menunjukkan perubahan yang optimal pada aspek

ibadah. Oleh karena itu disarankan untuk melakukan pengkajian lebih lanjut guna

meningkatkan bidang keilmuan bimbingan dan konseling, khususnya dalam

bidang konseling keagamaan, terutama pada aspek ibadah maka disarankan

hal-hal berikut ini:

1. Bagi Jurusan Bimbingan dan Konseling

Dalam rangka meningkatkan kualitas kepribadian para calon konselor yakni

mahasiswa jurusan bimbingan dan konseling, jurusan bimbingan dan konseling

perlu mengimplementasikan konseling spiritual teistik untuk meningkatkan

kesadaran beragama mahasiswa. Dalam mengimplementasikan konseling spiritual

teistik tersebut, jurusan bimbingan dan konseling dapat menugaskan dosen yang

menguasai konsep konseling spiritual teistik.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini dilakukan untuk menelaah gambaran kesadaran beragama

secara umum, sehingga penelaahan kesadaran beragama secara khusus

berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran beragama, dan

menggunakan variasi teknik dan strategi konseling yang lain masih diperlukan.

Oleh karena itu, peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan tema:

(39)

(b) meningkatkan kesadaran beragama calon konselor dengan menggunakan

bimbingan dan konseling Islami, dengan konseli yang lebih muda usianya,

(c) meneliti kesadaran beragama mahasiswa berdasarkan latar belakang

pendidikan, status sosial ekonomi, dan gender, (d) meneliti konsistensi

pelaksanaan ibadah ritual bagi kepribadian seorang calon konselor, (e) meneliti

efektivitas ibadah untuk meningkatkan kepercayaan diri calon konselor, dan

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Mubiar. (2005). Dimensi Religiusitas Dalam Bimbingan dan Konseling dalam Mamat Supriatna & Achmad Juntika Nurihsan (Editor). Pendidikan

dan Konseling Di Era Global Dalam Perspektif Prof. Dr. M. Djawad Dahlan. Bandung: Rizqi Press.

Ahyadi, Abdul Aziz. (2001). Psikologi Agama Kepribadian Muslim Pancasila. Bandung: CV. Sinar Baru.

Al Qarni, A’idh. (2005). Jagalah Allah, Allah Menjagamu. (Alih Bahasa:

Abdillah). Jakarta: Darul Haq.

Ancok, Djamaludin & Fuat Nashori. (2008). Psikologi Islami (Solusi Islam atas

Problem-problem Psikologi). Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arifin, H. M. (2000). Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi. Jakarta: Bumi Aksara.

Dahlan, M. Djawad. (2011). Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Kerangka

Ilmu Pendidikan dalam Suherman & Nandang Budiman (Eds.) Pendidikan dalam Perspektif Bimbingan dan Konseling. Bandung: Universitas

Pendidikan Indonesia Press.

Daradjat, Zakiah. (1990). Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: PT. Bulan Bintang.

Desmita. (2008). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Fathani, A. Halim. (2008). Ensiklopedi Hikmah Memetik Buah Kehidupan di

Kebun Hikmah. Jakarta: Darul Hikmah.

Frame, M. Wiggins. (2003). Integrating Religion and Spirituality Into Counseling

A Comprehensive Approach. California: Brooks/Cole- Thompson Learning.

Gysbers, C. Norman and Patricia Henderson. (2006). Developing and Managing

Your School Guidance and Counseling Program (Forth Edition).

Alexandria: American Counseling Association.

Jalaludin. (2010). Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

(41)

______________. (1999). Al Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa.

Hikmawati, Fenti. (2008). Model Konseling Islami Untuk Meningkatkan

Kesadaran Beragama (Studi Terhadap Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung). Disertasi pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung.

Khalif, K A Muthi. (2005). Nasihat untuk Orang-orang Lalai (Alih bahasa: Abdul Hayyie al-Kattani & Arif Chasanul-Muna). Jakarta: Gema Insani.

Lines, Dennis. (2006). Spirituality in Counseling and Psychotherapy. London: Sage Publication.

Maesaroh, Cucu. (2010). Pendekatan Konseling Spiritual Untuk Mengembangkan

Hikmah Ibadah Bagi Pemulihan Pecandu Napza dalam Jurnal Bimbingan

dan Konseling Volume XIII, No. 1 Mei 2010. Bandung: Pengurus Besar ABKIN.

Muhammad, Syaikh bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri. (2011). Ensiklopedi

Islam Al-Kamil. Jakarta: Darus Sunnah Press.

Najati, M. Ustman. (2005). Al Qur’an dan Ilmu Jiwa. Bandung: Penerbit Pustaka.

Nelson, M. James. (2009). Psychology, Religion, and Spirituality. New York: Spinger.

Nurihsan, Juntika. (2003). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Bandung: Mutiara.

_______________. (2011). Membangun Peradaban Bangsa Indonesia Melalui

Pendidikan dan Bimbingan Komprehensif yang Bermutu dalam Suherman &

Nandang Budiman (Eds.) Pendidikan dalam Perspektif Bimbingan dan

Konseling. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Press.

Shihab, M Q. (2000). Wawasan Al Qur’an, Tafsir Maudhu’i Atas Pelbagai

Persoalan Umat. Bandung: Mizan.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: ALFABETA.

(42)

_____________. (2006). Model Konseling Qur’ani untuk Mengembangkan Fitrah

Manusia Menuju Pribadi Kaaffah (Uji Coba Pada Mahasiswa Jurusan BK

FIP UNNES). Disertasi pada Program Pascasarjana UPI Bandung.

Tasmara, Toto. (2001). Kecerdasan Ruhani (Trancendental Intelligence). Jakarta:

Gema Insani Press.

Walgito, Bimo. (2004). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Willis, Sofyan S. (2008). Konseling Keluarga (Family Counseling). Bandung: Alfabeta.

Yusuf, Syamsu. (2004). Psikologi Belajar Agama. Bandung: Maestro

. (2009). Konseling Spiritual Teistik. Bandung: Rizqi Press.

Gambar

Tabel 3.1 Desain Penelitian
Gambar 3.1 Rancangan Kuasi Eksperimen
Gambar 3.2 Hubungan/ pengaruh variabel
Tabel 3.2 Pola Skor Alternatif Respon
+4

Referensi

Dokumen terkait

A sebelum dilakukan asuhan keperawatan yaitu mengalami sesak napas, terdapat retraksi dada, menggunakan otot bantu pernapasan, RR 24x/menit, SpO2 97%, dapat

sehingga para anak Ikatan Remaja Masjid betul- betul mengetahui apa yang diajarkan selama proses pembinaan berjalan, adapun Kegiatan yang paling menonjol di Masjid Nurul

Tujuan dari penelitian ini sepenuhnya dipusatkan pada peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas III SD N Salatiga 01 Semester 2 Tahun Pelajaran 2016/2017 setelah

hari : ……….. guna diperiksa/dimintai*) keterangannya sehubungan dengan dugaan Pelanggaran Etik dan Perilaku terhadap ketentuan Pasal … huruf ... Peraturan Menteri

Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu dari pertama kali dikalahkan sampai menjadi salah satu provinsi dari Khalifah Bani Umayah memakan waktu selama 53 tahun, yaitu mulai tahun 30

Pengolahan data merupakan kegiatan lanjutan setelah pengumpulan data. 103) analisis data merupakan upaya pengolahan data yang sudah tersedia dengan statistik dan dapat

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan yaitu penambahan suplemen ke dalam ransum berbasis pucuk tebu diamoniasi memberikan respons yang sama terhadap jumlah

21 Menguasai standar Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dan kompetensi dasar kompetensi dasar mata pelajaran mata pelajaran yang diampu.