PENDAPAT PESERTA TENTANG PELATIHAN KETERAMPILAN
TATA RIAS SEBAGAI MEDIA INTERVENSI SOSIAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Kesejahteraan Keluarga Program Studi
Pendidikan Kesejahteraan Keluarga
Oleh :
Nisya Alviah Nuzullul
0800232
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
PENDAPAT PESERTA TENTANG PELATIHAN KETERAMPILAN TATA RIAS SEBAGAI MEDIA INTERVENSI SOSIAL
Oleh
Nisya Alviah Nuzullul
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
© Nisya Alviah Nuzullul 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
NISYA ALVIAH NUZULLUL
PENDAPAT PESERTA TENTANG PELATIHAN KETERAMPILAN TATA RIAS SEBAGAI MEDIA INTERVENSI SOSIAL
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :
Pembimbing I
Dra. Hj. Tati Abas, M.Si
NIP 19560201 198403 2 001
Pembimbing 2
Dr. Hj. Yani Achdiani, M.Si
NIP 19611120 198603 2 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga
FPTK Universitas Pendidikan Indonesia
Dra. Hj. Tati Abas, M.Si
PENDAPAT PESERTA TENTANG PELATIHAN KETERAMPILAN TATA RIAS SEBAGAI MEDIA INTERVENSI SOSIAL
Nisya Alviah Nuzullul
ABSTRAK
Permasalahan dalam penelitian ini membahas bagaimana pendapat peserta tentang pelatihan keterampilan tata rias sebagai media intervensi sosial. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran pendapat peserta tentang pelatihan keterampilan tata rias sebagai media intervensi sosial di Balai Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra Lembang (BRSPP). Metode yang digunakan adalah metode deskriptif, populasi dalam penelitian ini adalah para korban Napza sebagai peserta pelatihan keterampilan tata rias berjumlah 32 orang. Sampel yang digunakan adalah sampel total. Hasil pelatihan menunjukan bahwa sebagian besar peserta berpendapat keterampilan tata rias sebagai media intervensi sosial berada pada kriteria sangat tinggi dan bermanfaat sekali, yaitu peserta sudah dapat pengetahuan baru, perubahan sikap ataupun prilaku, mulai percaya diri kembali dan aktif dalam bersosialisasi dan berkomunikasi. Rekomendasi dari penelitian ini diharapkan peserta lebih berlatih mengasah kemampuan dalam berfikir, menciptakan model baru dalam membuat karya. Kepada instruktur diharapkan untuk lebih menggali dan mengembangkan proses pelatihan keterampilan tata rias sebagai media intervensi serta lebih memotivasi peserta
OPINION CONCERNING PARTICIPANTS AS A MAKE-UP PROCEDURES TRAINING SKILLS SOCIAL MEDIA INTERVENTION
NISYA ALVIAH NUZULLUL
ABSTRACT
Problems in this study discusses how participants think about cosmetology skills training as a social media intervention. The purpose of this study was to obtain an overview of the participants' opinions cosmetology skills training as a means of social intervention in the Social Rehabilitation Center Pamardi Son Lembang (BRSPP). The method used is descriptive method, the population in this study were the victims of drug as cosmetology skills training participants numbered 32 people. The sample used is the total sample. Training results indicate that the participants' opinions about the cosmetology skills training as a means of social intervention most of the participants are at very high criteria and beneficial once, the participants are able to new knowledge of the results of cosmetology skills training as a means of social intervention. Recommendations from this study are expected to be trained participants hone skills in thinking, creating a new model in making the work. The instructor is expected to further explore and develop the training process cosmetology skills as media intervention and further motivate participants.
DAFTAR ISI
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ………... 3
C. Tujuan Penelitian ………. 4
D. Manfaat Penelitian ………... 4
E. Struktur Organisasi ……….. 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ……….. 6
A. Pelatihan Keterampilan Tata Rias Sebagai Media Intervensi Sosial Bagi Korban Napza ……….. 6
1. Pengertian Pelatihan ……...………... 6
2. Media Intervensi Sosial Pada Korban Napza …………...…………. 7
3. Tujuan dan Fungsi Intervensi Sosial ……….. 9
4. Jenis- Jenis Intervensi Sosial ……...……….. 10
5. Prinsip- Prinsip Intervensi Sosial ………... 11
B. Pelaksanaan Pelatihan Keterampilan Tata Rias Sebagai Media Intervensi Sosial ………... 12
1. Tahap Intervensi Sosial ……….. 12
2. Metode Intervensi Sosial ………...……… 13
3. Proses Intervensi Sosial ………. 14
4. Tujuan Pelatihan Keterampilan Tata Rias ………. 16
5. Materi Pelatihan Keterampilan Tata Rias ……….. 16
BAB III METODE PENELITIAN ……… 19
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ………. 19
B. Metode Penelitian ……….. 20
C. Definisi Operasional ……….. 20
D. Teknik Pengumpulan Data ………. 21
E. Teknik Pengolahan Data ……… 22
F. Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ………. 25
G. Prosuder Penelitian ……… 26
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 28
B. Pembahasan Dan Hasil Penelitian ……….. 39
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ………. 42
A. Kesimpulan ………. 42
B. Rekomendasi ……….. 43
DAFTAR PUSTAKA ………... 45
LAMPIRAN ……….. 47
1. Kisi- Kisi ……….. 48
2. Instrumen ………. 49
3. Surat- Surat ……….. 50
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai mahluk tuhan yang paling sempurna, memiliki akal
dan pikiran. Setiap manusia mempunyai perbedaan satu dengan lainnya.
Manusia dapat melakukan kegiatan yang bisa merugikan dan menguntungkan
dirinya sendiri. Manusia yang mempunyai pandangan hidup adalah manusia
yang mempunyai akal, perhatian dan bisa menyikapi semua yang dianggapnya
salah. Penyalahgunaan NAPZA merupakan salah satu contoh. aktifitas yang
mengalami penyimpangan. Ini merupakan suatu perilaku manusia yang tak
bisa menyikapi dan tidak bisa menggunakan akal pikirannya.
Perhatian yang begitu besar terhadap masalah penyalahgunaan
NAPZA baik pemerintah maupun lembaga sosial mengemukakan bahwa
permasalahan ini sangat penting. Perhatian ini tidak hanya di tingkat nasional
dan regional saja, tetapi juga lembaga internasional. Komitmen bersama
antara pemerintah dan masyarakat ini diwujudkan dalam upaya penanganan
yang meliputi kegiatan preventif, kuratif dan rehabilitatif. Sebagaimana diatur
dalam undang-undang nomor 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial dan
merupakan salah satu tugas pokok Kementrian Sosial yaitu “Memberikan
pelayanan dalam rangka rehabilitasi sosial dan juga perlindungan sosial
terhadap Penyandang Masalah Kesejateraan Sosial (PMKS). Rehabilitasi
sosial dilaksanakan melalui Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi
Sosial (Ditjen Yenrehsos th 1997).”
Upaya penanganan penyalahgunaan ini menjadi sangat berarti, karena
terkait secara langsung atau tidak langsung dalam menyelamatkan masyarakat
dan dampak penyalahgunaan NAPZA. Komitmen masyarakat diwujudkan
dengan adanya suatu lembaga pelayanan rehabilitasi sosial dalam penanganan
masalah penyalahgunaan NAPZA, oleh karena itu kondisi yang kondusif ini
2
yang kondusif bagi berkembangnya peran serta dan kepedulian masyarakat
terhadap permasalahan NAPZA.
Masalah penyalahgunaan NAPZA dikalangan masyarakat cenderung
semakin berkembang dari waktu ke waktu, baik secara kualitas maupun
kuantitasnya. Perkembangan masalah penggunaan NAPZA di tengah-tengah
masyarakat memerlukan perhatian dan penanganan yang komperensif dengan
melibatkan berbagai pihak terkait. Salah satu kepedulian pemerintah dalam
menangani penyalahgunaan NAPZA yaitu melalui pelaksanaan program
rehabilitasi bagi korban penyalahgunaan NAPZA yang di implementasikan dalam
bentuk kegiatan/ program bimbingan fisik, mental, sosial, dan pelatihan
keterampilan.
Salah satu tujuan dari pelaksanaan rehabilitasi sosial tercantum dalam profil
Balai Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra (2002:14) yaitu untuk menghilangkan
ketergantungan NAPZA melalui detoksifikasi dan memulihkan keberfungsian
fisik dan sosial sehingga eks penyandang masalah NAPZA dapat bersosialisasi
secara wajar di lingkungan keluarga sekolah dan masyarakat. Serta menjadi
sumber daya manusia yang berguna , produktif dan berkualitas sehingga menjadi
pribadi yang mandiri”.
Realisasi dari tujuan rehabilitasi tersebut di wujudkan dalam bentuk
berbagai pelatihan seperti : Tata Rias, Baber Shop, montir motor, montir mobil,
sablon, dan menjahit. Kegiatan pelatihan ini memerlukan bentuk intervensi,
penanggulangan yang di lakukan setelah terjadinya tindak pidana, melalui
pembinaan dan pengobatan, yang di harapkan nantinya korban NAPZA, dapat
kembali normal dan berprilaku baik dalam kehidupan bermasyarakat. Rolf P.
Lynton (1998) mengemukakan bahwa “Pelatihan mempersiapkan peserta latihan
untuk mengambil jalur tindakan tertentu yang dilukiskan oleh teknologi dan
organisasi tempat bekerja, dan membantu peserta memperbaiki prestasi dalam
kegiatannya terutama mengenai pengertian dan keterampilan”.
Upaya yang perlu instruktur pahami dalam pelatihan ini yakni kondisi para
peserta yang sangat berbeda dari peserta yang normal pada umumnya. Kondisi ini
3
diruang kelas, sehingga perlu adanya penanganan khusus dalam kegiatan
pelatihan.
Intervensi dalam arti umum adalah bimbingan,cara atau strategi untuk
memberikan bantuan kepada masyarakat. Intervensi sosial merupakan metode
yang digunakan dalam praktik di lapangan pada bidang pekerjaan sosial dan
kesejahteraan sosial. Pekerjaan sosial dan kesejahteraan sosial adalah dua bidang
yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan seseorang untuk memfungsikan
kembali fungsi sosialnya.
Keterkaitan keilmuan dengan penelitian ini merupakan pengetahuan
mengenai perkembangan dan prilaku manusia, yang menekankan suatu
pandangan holistik, manusia dengan timbal balik pengaruh lingkungan, termasuk
pengaruh- pengaruh sosial, psikologis, ekonomik, dan budaya. Hal tersebut erat
kaitannya dengan Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga yang
sebagian besar membahas tentang kesejahteraan keluarga. Dimana pada penelitian
ini peneliti mendapatkan tambahan pengalaman dan pengetahuan mengenai
kesejahteraan sosial.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
a. Pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh dalam mengikuti
pelatihan keterampilan merupakan salah satu bekal untuk masa depannya.
b. Rendahnya pengetahuan yang dimiliki peserta dalam mengikuti kegiatan
pelatihan tata rias melalui media intervensi.
c. Karakter peserta yang berbeda, merupakan faktor yang perlu di pahami
oleh para instruktur
2. Perumusan Masalah
Setiap penelitian perlu adanya penjelasan masalah yang akan diteliti,
4
merumuskan masalah penelitian yaitu: “Bagaimana Pendapat Peserta Tentang
Keterampilan Tata Rias Sebagai Media Intervensi Sosial?”
C. Tujuan Penelitian
1. Secara umum penelitian ini adalah untuk memperoleh data mengenai
pendapat peserta tentang pelatihan keterampilan tata rias sebagai media
intervensi sosial di Lembang Bandung.
2. Tujuan khusus
Secara khusus tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
memperoleh gambaran data mengenai pendapat peserta tentang pelatihan
keterampilan tata rias yang meliputi :
a. Pengetahuan meliputi alat dan bahan tata rias sebagai media intervensi
sosial
b. Sikap yang meliputi prilaku, motivasi, disiplin sebagai media intervensi
sosial
c. Keterampilan meliputi penggunaan alat, penggabungan gradasi warna
rias, berbahasa, dengan para peserta
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Teoritis
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan bahar pertimbangan sebagai media
kegiatan belajar mengajar agar dapat menambah wawasan mengenai
pelatihan keterampilan tata rias sebagai media intervensi sosial.
2. Praktis
a. Peserta korban napza
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran penguasaan pengetahuan
keterampilan tata rias dan penerapannya untuk berwirausaha.
b. Dinas Sosial/BRSPP
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi Dinas Sosial
Provinsi Jawa Barat dalam meningkatkan kualitas penyelenggaraan
5
c. Instruktur
Pelatihan ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para instruktur di
BRSPP Lembang dalam meningkatkan intervensi sosial melalui pelatihan
keterampilan tata rias.
E. Struktur Organisasi Skripsi
BAB I PENDAHULUAN berisi latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan struktur organisasi
BAB II LANDASAN TEORI berisi landasan teori hasil kajian pustaka
yang berkenaan dengan masalah penelitian yang akan dijadikan dasar dalam
merumuskan asumsi penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN berisi komponen metode
penelitian, lokasi dan subjek penelitian, definisi operasional, teknik
pengumpulan data dan pengolahan/analisis data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN berisi mengenai
pengolahan atau analisis data menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah
penelitian, pertanyaan penelitian, asumsi dan pembahasan penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI menyajikan penafsiran
dan perkiraan penelitian terhadap hasil dan temuan penelitian data
19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat kegiatan peniliti memperoleh data yang
diperlukan. Balai rehabilitasi Sosial Pamardi Putra Lembang Bandung Barat, dijadikan
lokasi penelitian karena Balai Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra Lembang merupakan
lembaga rehabilitasi yang salah satunya menyelenggarakan pelatihan tata rias yang
menjadikan motivasi untuk melaksanakan penelitian.
2. Subjek Penelitian
a. Populasi
Populasi dalam penelitian merupakan sumber data, Suharsimi Artikunto (2002:108) berpendapat bahwa “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian” populasi dalam penelitian ini adalah instruktur tata rias, peserta korban NAPZA di BRSPP yang
berjumlah 32 orang
Tabel 3.1 Jumlah Populasi
b. Sampel
Sampel diambil berdasarkan populasi yang ada, dalam penelitian ini menggunakan
sampel total yakni seluruh peserta yang mengikuti pelatihan tata rias Penelitian ini
menunjukan dua hal yang pokok yang pertama karakteristik instruktur menurut para
peserta pelatihan yaitu: menarik,sopan, ramah, perhatian. Kedua dimilikinya
kemampuan teknikal dalam mengajar seperti cara mengajarnya enak, mampu membuat
suasana yang kondusif, mampu memotivasi peserta menjadi lebihh semangat dalam
No Responden Jumlah
1. Instruktur 2
2. Peserta korban napza 30 Jumlah 32
20
belajar. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 2 orang instruktur yang mengajar dalam
pelatihan keterampilan tata rias, peserta korban NAPZA 32 orang,
B. Metode Penelitian
Metode deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar ditunjukan untuk
menggambarkan fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat ilmiah ataupun
rekayasa manusia. Penelitian ini mengkaji bentuk aktifitas, karakteristik, perubahan,
hubungan, kesamaan dan perbedaannya dengan fenomena ini. Metode penelitian
deskriftif dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
pendapat peserta tentang pelatihan keterampilan tata rias sebagai media intervensi sosial
di Balai Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra Lembang Bandung.
C. Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini dimaksudkan guna menghindari adanya
kesalahpahaman antara pembaca dan penulis terhadap beberapa istilah yang terdapat
dalam judul penelitian. Definisi operasional dari beberapa istilah tersebut adalah :
1. Pendapat Peserta
Pendapat menurut W.J.S Poerwodaminta (1998-227) adalah “Penilaian terpadu
sebagai pernyataan tanpa sikap secara verbal, non verbal bersifat positif, negatif, tetapi pertanyaan dapat berbeda pada objek tertentu”.
2. Pelatihan Keterampilan Tata Rias
Mangkunegara P. (2003:52) mengemukakan bahwa pelatihan adalah “Tindakan
meningkatkan pengetahuan alam dan keterampilan seorang pegawai untuk
melaksanakan pekerjaan tertentu”.
Antonio D Martilo (2009) Keterampilan tata rias adalah kegiatan mengubah
penampilan dari bentuk asli sebenarnya dengan bantuan bahan dan alat kosmetik.
Make-up lebih sering ditujukan kepada pengubah bentuk wajah, meskipun
sebenarnya seluruh tubuh bisa.
3. Media Intervensi Sosial
Media Intervensi Sosial menurut (Depsos RI 2007) sebuah alat yang berfungsi
21
bantuan seperti skill pengetahuan. kepada korban yang menderita ketergantungan
NAPZA,.
Pendapat peserta pelatihan tata rias sebagai media intervensi sosial yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah sarana mengembalikan atau memperbaiki keberfungsian
sosialnya meliputi upaya menumbuhkan kepercayaan dirinya, mengubah pola pikir,
hubungan sosial serta kepribadian dan tingkah laku dengan perbekalan pengetahuan,
sikap, dalam menata rias wajah melalui keterampilan tata rias.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah metode atau cara yang dapat digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data dengan bantuan alat. Alat yang digunakan dalam
pengumpulan data penelitian ini adalah angket. Angket merupakan alat pengumpulann
data yang diajukan secara tertulis kepada responden berkaitan dengan masalah yang
diteliti. Setiap jawaban item di beri skor tertinggi 1 dan terendah 0. Untuk jawaban YA
diberi skor 1 dan TIDAK diberi skor 0.
Langkah-langkah pengumpulan data yang dilakukan adalah:
1. Menyiapkan instrumen
Penulis menyiapkan angket sesuai jumlah responden sebanyak 32 orang
2. Menyebarkan instrumen
Angket telah disusun dan diperbanyak, kemudian di bagikan kepada seluruh
responden untuk di isi.
3. Mengumpulkan kembali angket yang telah diisi responden, kemudian menghitung
jumlah angket yang telah diisi responden dan memeriksa kelengkapan jawaban
serta kebenaran cara pengisiannya.
E. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara
menjabarkan hasil perhitungan prosentasi jawaban masing-masing item sesuai jawaban
22
1. Verifikasi Data
Angket yang terkumpul selanjutnya diperiksa tentang kelengkapan jawaban
responden pada setiap item sesuai dengan pedoman angket.
2. Uji coba Instrumen
Sebelum digunakan instrumen, di uji cobakan kepada peserta pelatihan tata rias,
yang telah mengikuti keterampilan. Hasil uji coba tersebut kemudian diolah untuk
mengetahui validasi dan reliabilitas, sehingga diharapkan setelah melalui mekanisme
ini, didapatkan instrumen yang baik dan layak untuk dijadikan instrumen.
a. Uji Validas
Pengujian validitas data dilakukan pada setiap butir pertanyaan, apakah valid
atau tidak valid. Instrumen penelitian yang valid berarti bahwa instrumen tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharunyya diukur. Pengujian
validitas ini dilakukan terhadap butir-butir pertanyaan dengan melihat nilai mean
dan standar. Pengujian validitas ini dapat dilakukan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
√ ∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
(Suharsimi, A, 2006:170)
Keterangan :
r = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y x = skor tiap item dari responden uji
y = skor total
∑x = jumlah skor tiap item
∑y = jumlah skor total dari seluruh responden n = jumlah responden
Uji validitas dikenakan pada setiap item instrumen, sehingga perhitungannya
pun merupakan perhitungan setiap item, selanjutnya untuk menentukan validitas
23
yang berfungsi apabila peneliti ingin mencari makna hubungan X terhadap Y, maka
hasil korelasi (r) diuji dengan uji t dengan rumus:
t = r √
(Suharsimi.A, 2001:149)
Keterangan:
t hitung = nilai t hitung
r = koefesien korelasi hasil t hitung n = jumlah responden
b. Uji Realiabilitas
Setelah dilakukan pengujian validitas data, kemudian dilanjutkan dengan
pengujian reliabilitas data. Pengujian ini dilakukan untuk menganalisa instrumen
penelitian, berapa butir-butir pertanyaan apakah reliabel atau tidak reliabel. Rumus
yang digunakan untuk menentukan valid atau tidaknya suatu pernyataan pendapat
tentang hasil pelatihan pembantu penjaga lansia adalah rumus produk moment
metode person (r), yaitu :
r = ∑
√{(∑ )} ( )
(Suharsimi.A, 2001:149)
Keterangan :
r : Angka koefisien korelasi X : (X-MX)
Y : (Y-MY)
1. Tabulasi Data
Tabulasi data merupakan langkah memasukan data berdasarkan hasil penggalian
data di lapangan. Bertujuan untuk memprediksi jawaban mengenai frekuensi tiap item
24
hanya dapat memilih salah satu alternatif jawaban, sehingga jumlah frekuensi jawaban
sama dengan jumlah responden (n).
2. Presentase Data
Presentase data merupakan perhitungan yang digunakan untuk melihat besar
kecilnya frekuensi jawaban. Rumus statistik menggunakan presentase yang digunakan
mengacu pada pendapat Muhamad Ali (2002:184)
Keterangan :
Penafsiran data pada penelitian ini, yaitu : jawaban responden dari pertanyaan yang
dapat dijawab salah satu alternatif jawaban, sehingga jumlah frekuensi jawaban sama
dengan jumlah responden.
Penafsiran data dilakukan untuk memperoleh gambaran yang jelas terhadap
jawaban dari pertanyaan yang diajukan. Kriteria penafsiran data dalam penelitian ini
berpedoman pada batasan yang dikemukakan oleh Ali Mohammad (1995:184), yaitu
25
Data yang telah dianalisis selanjutnya ditafsirkan dengan menggunakan batasan-batasan
menurut Ridwan (2010:22)
E.Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
1. Uji Validitas
Perhitungan uji validitas dalam penelitian ini menggunakan kolerasi “Product
moment pearson”. Validitas yang diukur merupakan validitas butir soal atau validitas item. Apabila thitung> ttabel, maka butiran soal dianggap valid, dari hasil uji validitas
pada taraf signifikan 95% dan drajat kebebasan (dk) = n-2 didapat
ttabel=1,81, diketahui bahwa di antara 30 butir soal yang telah dibuat diperoleh 28
butiran soal valid dan 2 soal lainnya tidak valid. Soal yang tidak valid dengan jumlah
2 butir soal tersebut dihilangkan.(perhitungan jelasnya dapat dilihat di lampiran).
Tabel 3.2 Validitas Butir Soal
Validitas Butir Soal Jumlah
Valid 1,3,4,5,6,7,8,9,10,11,13,14,15,16,17
18,19,20,21,22,23,24,25,26,27,28,29,30
28
Tidak valid 2 dan 12 2
Sumber data : hasil pengolahan uji validitas butir soal
2. Uji Reliabilitas
Perhitungan uji reliabilitas dilakukan untuk menguji keajegan instrumen
penelitian. Hasil perhitungan uji reabilitas pada sampel sebanyak 15 peserta derajat
kebebasan dk=n-2 dan taraf signifikan 5% maka didapat r tabel= 0,707 berdasarkan
hasil perhitungan uji realibilitas dengan menggunakan rumus Alpha diperoleh bahwa
r hitung (r11) sebesar 0,951. Hal ini menunjukan bahwa instrumen angket yang
digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel, d mana r hitung = 0,951 > r tabel =
26
Tabel 3.3 ringkasan perhitungan uji reliabelitas instrumen
r hitung r tabel Keterangan
0,951 0,707 signifikan
Sumber data : hasil pengolahan uji reliabilitas instrumen
F. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan urutan kerja atau langkah yang di lakukan selama
penelitian berlangsung. Prosedur dalam penelitian ini di bagi menjadi tiga tahap yaitu
tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penyelesaian akhir
1. Tahap persiapan
Tahap persiapan dilakukan sebelum mengadakan penelitian dengan mengadakan
kegiatan sebagai berikut
a. Pemilihan masalah dan perumusan masalah b. Penyusunan proposal penelitian
c. Pengajuan dosen pembimbing d. Proses bimbingan menuju seminar 1 e. Penyusunan instrument
f. Seminar 1 2. Tahap pelaksanaan
Setelah seminar 1 diselenggarakan dan hasil perbaikan disetujui, maka dilakukan
tahapan pelaksanaan sebagai berikut:
a. Penyebaran instrument penelitian didahului dengan uji coba instrumen
b. Pengumpulan kembali instrument penelitian.I
c. pengecekan data dan pengolahan data penelitiani
d. penyusunan laporan hasil penelitian
e. pembuatan kesimpulan
f. seminar 2
3. Tahap penyelesaian akhir
41
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan dan rekomendasi disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian
tentang “Pendapat Peserta Tentang Pelatihan Keterampilan Tata Rias Sebagai
Media Intervensi Sosial” di Balai Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra Lembang
Bandung sebagai berikut :
A. Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian ini berdasarkan pada tujuan penelitian, hasil
pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian yang dikemukakan sebagai
berikut:
1. Sebagian besar peserta berpendapat bahwa setelah mengikuti pelatihan
keterampilan tata rias sebagai media intervensi sosial memperoleh
perubahan dari hasil pelatihan keterampilan tata rias, mereka
memperoleh pengetahuan tentang fungsi tata rias dan arti tata rias,
mengenal jenis dan fungsi kuas yang dipakai untuk merias, cara
membentuk alis dengan menggunakan pensil alis dan cara menggunakan
foundation serta shadow dengan benar.
2. Sebagian besar peserta berpendapat bahwa setelah mengikuti pelatihan
keterampilan tata rias sebagai media intervensi sosial, mereka
memperoleh keberanian dalam berkomunikasi dengan teman-temannya,
keberanian untuk bertukar pikiran, terampil dalam bekerja,
bersungguh-sungguh berlatih agar kelak bisa berwira usaha, berhati-hati dalam
bekerja, tepat waktu dalam mengerjakan tugas dan tidak merasa takut
lagi bila berhadapan dengan para instruktur atau pengelola, mereka
merasa lebih nyaman, memperoleh keberanian untuk bersosiaisasi
dengan lingkungan, bersosialisasi dengan teman- teman, para pengelola
lembaga dan bermain sambil berkarya agar kelak saat kembali ke
42
3. Sebagian besar peserta berpendapat bahwa setelah mengikuti pelatihan
keterampilan tata rias mereka memiliki keterampilan untuk membuat
suatu karya, rasa kepercayaan dirinya timbul kembali, memiliki modal
keterampilan yang bisa dikembangkan untuk berwirausaha.
B. Rekomendasi
Rekomendasi dari penelitian yang dapat di pertimbangkan untuk
dijadikan bahan masukan bagi peserta, instruktur pelatihan dan peneliti
selanjutnya. Rekomendasi di susun sebagai berikut:
1. Peserta Pelatihan Keterampilan Tata Rias
Pendapat peserta tentang pelatihan keterampilan tata rias sebagai
media intervensi sosial, penulis merekomendasikan hendaknya peserta tidak
mengulangi kesalahan yang sebelumnya pernah di lakukan. Serta Peserta
dapat meningkatkan dan mempertahankan kemampuan pengetahuan, sikap,
keterampilan sebagai media intervensi sosial yang sudah dimilikinya.
2. Instruktur
Instruktur diharapkan untuk lebih menggali dan mengembangkan proses
pelatihan keterampilan tata rias sebagai media intervensi sosial, serta lebih
memotivasi peserta pelatihan dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan, sehingga memiliki kesiapan saat harus kembali ke lingkungan
masyarakat, memberikan gambaran serta arahan tentang dunia kerja kepada
peserta dan meyakinkan kepada peserta agar bisa lebih percaya diri dengan
kemampuan yang dimilikinya.
3. Peneliti Selanjutnya
Setelah mendapatkan hasil penelitian tentang “Pendapat Peserta Tentang
Pelatihan Keterampilan Tata Rias Sebagai Media Intervensi Sosial” tidak
menutup kemungkinan untuk dapat di lakukan penelitian selanjutnya dengan
mengembangkan variabel-variabel yang lainnya berkaitan dengan
keterampilan tata rias sebagai media intervensi sosial seperti bagaimana
program setelah peserta mengikuti pelatihan, kesiapan peserta dalam dunia
kerja, kesiapan peserta setelah lepas dari tempat rehabilitasi dan harus mulai
43
DAFTAR PUSTAKA
Andrew E.Sikula.(1981). Pelatihan dan Pengembangan Tenaga Kerja. Jakarta: Pustaka Binaman.
Adi, Isbandi Rukmianto. (2005). Proses Intervensi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka
Antonio De Martilo. (2009). Tata Rias. http//www.damandiri.or.idprofil.php.
Allen dan Minahan. (1973). Jenis-jenis Intervensi. Jakarta. Balai Pustaka
Ali, Mohammad. (1982). Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa
BRSPP. (2012). Modul Tata Rias. (Tidak diterbitkan).Bandung.
BNN.(2003).Badan Narkotika Nasional Repuplik Indonesia [Online] Tersedia: http://www.bnn.go.id//portal/indekx.php/konten/deputi-pemberantasan/data-kasus-narkoba-propinsi-jawa-barat-tahun-2007-2011. [2 Agustus 2012]
DEPSOS. (2013) Sumber Informasi. Tidak Diterbitkan.
DEPSOS RI. (2007). Standarisasi Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Korban Napza. Bandung : CV. Andal Bhineka Mandiri
__________.(1998). Panduan Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Korban Napza. Bandung.
KBBI, (1998). Pengertian Rehabilitasi Sosial. Bandung : CV. Andal Bhineka Mandiri
Hamzah. (2006). Teori Motivasi dan pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara
Kamil, Mustofa. (2010). Model pendidikan dan pelatihan. Bandung: Alfabeta
Loewenberg, Frank M. (1972). Itervensi Sosial, Ecyclopedia of Social Work 1: 40-43, 2000
44
Simamora, H. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Kedua. Yogyakarta : Bagian penerbit STIEYKPN.
Suharsimi, Arikunto (2006).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Satria. (2008). Pengertian Keterampilan dan Jenisnya Oneline]. Tersedia : http://id.shvoong.com/business-management/human-resources/2197108- pengertian-keterampilan-dan-jenisnya/#xzzlx0EudblD2.[28 desember2012].
UPI. (2012). Pedoman Karya Ilmiah. Bandung.
Pincus dan Minahan. (2001). Tahap Intervensi. Jakarta. Balai Pustaka.