Implementasi Penggunaan Model Cooperative Learning tipe Student
Fasilitator and Explaining (SFE) dalam Upaya Meningkatan Hasil Belajar
Siswa Pada Konsep Teknologi
(PTK di Kelas IV SDN Babakanlor IV Kecamatan Cikedal Kabupaten Pandeglang Banten)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
MULYANTI
0903750
PROGRAM SI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
Implementasi Penggunaan Model Cooperative Learning tipe Student Fasilitator and
Explaining (SFE) dalam Upaya Meningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Teknologi
Oleh
Mulyanti
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Mulyanti 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN
MULYANTI
0903750
Implementasi Penggunaan Model Cooperative Learning tipe Student Fasilitator and Explaining (SFE) dalam Upaya Meningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep
Teknologi
(PTK di Kelas IV SDN Babakanlor IV Kecamatan Cikedal Kabupaten Pandeglang Banten)
DISETUJUI DAN DISAJIKAN OLEH PEMBIMBING :
PEMBIMBING I
Dra. Hj. Ima Ni’mah Ch, M.Pd
NIP.195707031980032001
PEMBIMBING II
Tatang Suratno, M.Pd
NIP.197809162008011008
Mengetahui,
Ketua Program S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Drs. Ajo Sutarjo, M.Pd
i
ABSTRAK
Mulyanti, 2013. “Implementasi Penggunaan Model Cooperative Learning tipe Student Fasilitator and Explaining (SFE) dalam Upaya Meningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Teknologi”
Latar belakang dari penelitian ini adalah Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang masih menekankan pada konsep-konsep yang terdapat dalam buku. Hal ini membuat pembelajaran kurang efektif, karena siswa kurang merespon terhadap pembelajaran yang disampaikan. Sehingga pembelajaran IPS khususnya pada konsep teknologi hasilnya kurang maksimal. Penelitian ini menerapkan Model Cooperative Learning tipe Student Fasilitator and Explaining (SFE), yaitu suatu strategi belajar yang lebih menekankan kepada kerjasama kelompok dan guru sebagai fasilitator. Secara umum rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Bagaimana model cooperative learning tipe student fasilitator and explaining (SFE) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep teknologi?”. Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1) Mendeskripsikan penerapan model cooperative learning tipe student fasilitator and explaining (SFE) terhadap konsep teknologi; dan 2) Mengetahui hasil belajar siswa dengan penerapan model
cooperative learning tipe student fasilitator and explaining (SFE) pada konsep teknologi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah PTK yang terdiri dari tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian dilakukan di kelas IV Sekolah Dasar Negeri (SDN) Babakanlor IV Kecamatan Cikedal Kabupaten Pandeglang, dengan jumlah siswa secara keseluruhan adalah 25 orang yang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 15 orang perempuan. Instrumen yang digunakan ialah lembar observasi dan tes tertulis. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa, hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata setiap siklus, pada siklus I rerata 60 presentase 36% kategori kurang, siklus II rerata 84 presentase 80% kategori baik, namun penelitian masih dilanjutkan berdasarkan hasil refleksi dengan guru mitra. Dan pada siklus III rerata 88 presentase 88% kategori baik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah dengan penerapan model Cooperative Learning tipe Student Fasilitator and Explaining (SFE) dalam pembelajaran IPS pada konsep teknologi dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Guru sebaiknya memotivasi siswa, agar siswa memiliki rasa ingin tahu dan fokus, dan menjadi fasilitator bagi siswa sehingga siswa mendapatkan kebebasan dalam mengembangkan potensi yang dimiliki siswa.
Kata kunci:
Kata Pengantar
Alhamdulillahirobbil’alamin. Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan kelancaran dan kemudahan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Penggunaan Model
Cooperative Learning tipe Student Fasilitator and Explaining (SFE) dalam Upaya Meningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Teknologi”. yang
merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian sarjana pendidikan.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagai syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) dalam ilmu pendidikan Fakultas
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) di Universitas Pendidikan Indonesia
(UPI) Kampus Serang.
Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, baik secara moril atau materil. Untuk itu dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. H. M. Abdul Somad, M.Pd selaku direktur UPI kampus
serang
2. Bapak Drs. Ajo Sutarjo, M.Pd Selaku ketua jurusan progran studi S1
PGSD
3. Ibu Dra. Hj. Ima Ni’mah Ch, M.Pd Selaku pembimbing I yang telah
4. Bapak Tatang Suratno, M.Pd selaku pembimbing II yang telah
memberikan motivasi, bimbingan, dan pengarahan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi.
5. Seluruh dosen yang telah membimbing selama penulis belajar di
Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Serang.
6. Bapak Jajang Suhendi, S. Pd selaku kepsek yang telah memberikan
kesempatan dan waktu kepada penulis untuk melakukan penelitian.
7. Bapak Aa Hidayat, S.Pd Selaku guru mitra yang telah memberikan
kesempatan dan waktu kepada penulis untuk melakukan penelitian.
8. Ayahanda Bapak Mugni dan Ibunda Siti Khodijah yang tercinta,
kakak-kakakku Iip Suherman,S.Sos.I dan Mimin Suningsih,Amd.Kep dan
adikku Siti Ipah Chopipah yang tersayang, serta semua keluarga penulis
yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil dalam
menyelesaikan skripsi ini.
9. Kepada Sahabat-sahabatku yang selalu menemani dikala suka maupun
duka, memotivasi, mengingatkan, dalam gerak dan langkah penulis.
Semoga skripsi ini bermanfaat, akhirnya penulis hanya dapat berdoa semoga
Allah SWT menerima amal sholehnya dan membalas dengan pahala yang berlipat
Penulis menyadari bahwa skripsi ini sangat jauh dari kesempurnaan dari segi
bahasa, penulisan, analisa maupun materi kajiannya. Maka dari itu kritik yang
konstuktif demi kesempurnaan skripsi ini penulis harapkan.
Serang, juni 2013
Penulis
MULYANTI
i
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ... i
Kata Pengantar... ii
Daftar Isi ... v
Daftar Tabel ... vii
Daftar Grafik ... viii
Daftar Gambar ... ix
Daftar Lampiran ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Hasil penelitian ... 5
E. Hipotesis Tindakan ... 6
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Model Cooperative Learning Tipe SFE ... 7
B. Ruang Lingkup Pembelajaran IPS... 17
C. Konsep Teknologi Produksi, Komunikasi, dan transportasi ... 21
D. Hasil Belajar ... 24
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian Tindakan Kelas ... 27
B. Desain Penelitian ... 31
C. Subjek dan Lokasi Penelitian ... 43
D. Definisi Operasional ... 43
E. Instrumen Penelitian ... 46
F. Analisis Data ... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian ... 54
B. Pelaksanaan Penelitian ... 55
1. Pra Siklus ... 55
2. Siklus I ... 56
3. Siklus II ... 66
4. Siklus III ... 75
C. Rekapitulasi Hasil Penelitian ... 84
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 88
E. Jawaban Hipotesis Tindakan ... 91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 93
B. Saran ... 95
DAFTAR PUSTAKA ... 97
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pedoman Observasi Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran dengan
Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe Student Fasilitator
and Explaining (SFE ... 47
Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal ... 50
Tabel 4.1 Hasil Skor Pre Test Siswa Sebelum Melakukan Proses Pembelajaran
Pada Siklus I ... 62
Tabel 4.2 Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Konsep Teknologi Dengan
Model Cooperative Learning Tipe Student Fasilitator aand
Explaining (SFE) Siklus I ... 64
Tabel 4.3 Hasil Skor Pre Test Siswa Sebelum Melakukan Proses Pembelajaran Pada Siklus II ... 72 Tabel 4.4 Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Konsep Teknologi Dengan
Model Cooperative Learning Tipe Student Fasilitator aand
Explaining (SFE) Siklus II ... 73
Tabel 4.5 Hasil Skor Pre Test Siswa Sebelum Melakukan Proses Pembelajaran Pada Siklus III ... 81 Tabel 4.6 Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Konsep Teknologi
Dengan Model Cooperative Learning Tipe Student Fasilitator aand
Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Tes Belajar Siswa pada Konsep Teknologi
Melalui Model Cooperative Learning Tipe Student Fasilitator aand
Explaining (SFE) dari Siklus I Sampai dengan Siklus III ... 86
DAFTAR GRAFIK
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Desain PTK Model Kemmis dan Mc Taggart Sumber: (Natalia dan
Dewi 2009: 38) ... 34
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keputusan Dosen Pembimbing, surat Izin Penelitian, surat
Telah Melaksanakan Penelitian
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan Menggunakan
Model Cooperative Learning Tipe Student Fasilitator and
Explaining (SFE) Siklus I,II dan III
Lampiran 3 Soal dan kunci jawaban
Lampiran 4 hasil Siswa Siklus I, II, dan III
Lampiran 5 Pedoman Observasi Aktivitas Siswa
Lampiran 6 Dokumentasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran ilmu pengetahuan sosial merupakan salah satu mata
pelajaran yang harus diberikan di Sekolah Dasar. Karena pendidikan ilmu
pengetahuan sosial bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai
berikut: 1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungannya; 2) Memiliki kemampuan dasar untuk
berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah,
serta keterampilan dalam kehidupan sosial; 3) Memiliki komitmen dan
kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; 4) memiliki
kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, baik pada tingkat lokal, nasional maupun
global.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Sekolah Dasar
Negeri Babakanlor IV Kecamatan Cikedal Kabupaten Pandeglang, pada
minggu terakhir bulan Januari. Bahwa pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial masih menekankan pada konsep-konsep yang terdapat didalam
buku. Hal ini membuat pembelajaran kurang efektif, karena siswa kurang
merespon terhadap pembelajaran yang disampaikan. Sehingga
pembelajaran IPS khususnya pada konsep teknologi hasilnya kurang
2
Dari hasil observasi diatas peneliti mengangkat permasalahan ini
dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa dalam proses belajar
mengajar IPS khususnya pada konsep teknologi. Dengan salah satu cara
yaitu melalui penerapan model pembelajaran Cooperative Learning tipe
Student Fasilitator and Explaining (SFE).
Pada pembelajaran IPS khususnya konsep teknologi ini apabila
dilakukan tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran
Cooperative Learning tipe Student Fasilitator and Explaining (SFE)
merupakan salah satu upaya peningkatan hasil belajar siswa. Namun
apabila model pembelajaran Cooperative Learning tipe Student Fasilitator
and Explaining (SFE) ini tidak diterapkan maka tidak adanya upaya
peningkatan hasil belajar siswa karena tujuan utama penelitian ini ialah
upaya peningkatan hasil belajar siswa.
Adapun kelebihan dari model pembelajaran ini ialah Model
Cooperative Learning Tipe Student Fasilitator and Explaining (SFE)
memiliki kelebihan yaitu menurut Asma dalam febriyanti (2010: 9) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa “tidak satupun studi menunjukkan
bahwa pembelajaran Cooperative memberikan pengaruh negatif”. Temuan
penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model-model yang ada
dalam pembelajaran kooperatif terbukti lebih unggul dalam meningkatkan
3
individual yang tergantung pada usia siswa, mata pelajaran, atau aktifitas
belajar.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan Penelitian Tindakan
Kelas karena melalui PTK masalah-masalah pendidikan, kurikulum dan
pembelajaran dapat dianalisis, dikembangkan dan ditingkatkan. Supaya
Pembelajaran yang efektif, kreatif, menyenangkan serta inovatif dapat
diwujudkan secara nyata. Manfaat PTK sangat besar bagi dunia
pendidikan. Menurut I Wayan Santyana (2007), dalam Arifin (2012: 100.
101), “PTK dapat memberikan manfaat sebagai inovasi pendidikan yang
tumbuh dari bawah, karena guru adalah ujung tombak pelaksana
lapangan.” Adapun kelebihan PTK yakni: 1) Hasil PTK kolaboratif dapat
dijadikan feedback bagi sistem pembelajaran dengan cara yang lebih
substansial dan kritis; 2) Mendorong guru untuk berbagi masalah
pembelajaran terhadap pihak-pihak yang terkait; 3) Dapat memberdayakan
potensi guru; 4) Tumbuhnya rasa memiliki melalui kolaborasi tim dalam
PTK; 5) Tumbuhnya berpikir kritis dan kreatif, sistematis dan logis
melalui interaksi terbuka yang reflektif-evaluatif dalam PTK; 6) Adanya
upaya saling mendorong untuk berubah dala kerja sama; 7) Meningkatnya
kesepakatan melalui kerja sama secara demokratis dan dialogis; dan 8)
Timbulnya semangat dan motivasi kerja melalui dinamika kelompok.
Karena pentingnya masalah yang akan diteliti maka peneliti
4
“ Implementasi Penggunaan Model Cooperative Learning tipe Student
Fasilitator and Explaining (SFE) dalam Upaya Peningkatan Hasil
Belajar Siswa Pada Konsep Teknologi (PTK di Kelas IV SDN
Babakanlor IV Kecamatan Cikedal Kabupaten Pandeglang Banten)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan judul diatas maka dapat dirumuskan
masalah secara umum yaitu “Bagaimana model cooperative learning tipe
student fasilitator and explaining (SFE) dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada konsep teknologi?”.
Dari rumusan masalah tersebut dapat diuraikan lebih rinci ialah sebagai
berikut :
1. Bagaimana aktivitas siswa dengan menggunakan model
cooperative learning tipe student fasilitator and explaining (SFE)
pada konsep teknologi?
2. Bagaimana hasil belajar siswa dengan menggunakan model
cooperative learning tipe student fasilitator and explaining (SFE)
pada konsep teknologi?
C. Tujuan Penelitian
5
1. Mendeskripsikan aktivitas siswa dengan menggunakan model
cooperative learning tipe student fasilitator and explaining (SFE)
terhadap konsep teknologi
2. Mengetahui hasil belajar siswa dengan penerapan model cooperative
learning tipe student fasilitator and explaining (SFE) pada konsep
teknologi
D. Manfaat Hasil Penelitian
Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan memberikan manfaat secara
praktis dalam rangka upaya peningkatan hasil belajar siswa terhadap
konsep IPS di SD. Adapun manfaat lain yaitu :
1. Manfaat Bagi siswa
a. Memotivasi aktivitas belajar siswa
b. Memotivasi peningkatkan hasil belajar siswa
2. Manfaat Bagi guru
a. Menyediakan bahan masukan dalam meningkatkan dan
mengembangkan kemampuan profesional untuk mengadakan
perubahan dan perbaikan dalam pembelajaran IPS.
b. Menyediakan contoh metode Cooperative Learning tipe Student
Fasilitator and Explaining (SFE) yang lebih efektif dalam
pembelajaran IPS.
6
a. Sabagai bahan dan upaya peningkatan dalam perbaikan terhadap
kualitas penerapan kurikulum dan pengembangan kompetensi
siswa.
b. Sebagai bahan untuk diskusi dan kajian bersama tentang metode
pembelajaran yang cocok untuk tingkatan pendidikan Sekolah
Dasar.
E. Hipotesis Tindakan
“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah atau
sub masalah yang diajukan oleh peneliti yang dijabarkan dari landasan
teori atau tinjauan pustaka dan masih harus diuji kebenarannya”
(Yusnandar 2005: 38). Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah: “Jika diterapkan model Cooperative Learning tipe
Student Fasilitator and Explaining (SFE) maka akan meningkatkan hasil
belajar siswa dalam memahami konsep Teknologi”.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian Tindakan Kelas
Dalam pelaksanaan penelitian ini penulis akan menggunakan jenis
penelitian tindakan kelas. Sudah lebih dari sepuluh tahun yang lalu
penelitian tindakan kelas dikenal dan banyak dibicarakan dalam dunia
pendidikan. Dari namanya sudah terkandung isi didalamnya, yaitu sebuah
kegiatan penelitian yang dilakukan dikelas. Karena ada tiga kata yang
yang membentuk pengertian tersebut yaitu: a) Penelitian: menunjukkan
pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara
dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi
yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat
dan penting bagi peneliti; b) Tindakan: menunjuk pada sesuatu gerak
kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian
terbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa; dan c) Kelas : dalam hal
ini tidak terkait dengan pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah
lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud
dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang
sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti, yaitu:
penelitian, tindakan dan kelas. Maka disimpulkan bahwa penelitian
28
sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau
dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.
Menurut Hopkins (1993), dan Elliot (1991), dalam Arifin, (2012: 97)
bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian untuk perubahan dan
perbaikan di ruang kelas. Serta PTK merupakan kajian situasi sosial
dengan suatu tindakan agar dapat memperbaiki mutu situasi yang ada
didalamnya.
Beberapa pengertian di atas memberikan gambaran yang terperinci dan
jelas bahwa PTK dapat diartikan suatu proses penyelidikan ilmiah dalam
bentuk refleksi diri yang melibatkan guru dalam suatu pendidikan tertentu
dengan tujuan memperbaiki pemahaman dan keadilan tentang situasi dan
praktik pendidikan.
1. Alasan penggunaan PTK
Pada penelitian ini peneliti menggunakan Penelitian Tindakan
Kelas karena melalui PTK masalah-masalah pendidikan, kurikulum
dan pembelajaran dapat dianalisis, dikembangkan dan ditingkatkan.
Supaya Pembelajaran yang efektif, kreatif, menyenangkan serta
inovatif dapat diwujudkan secara nyata.
2. Karakteristik PTK
Karakteristik PTK secara khusus adalah sebagai berikut: a)
dilakukan dalam bentuk refleksi diri. Refleksi merupakan tindakan
29
mengutamakan masalah-masalah praktis, terbatas, dan sesuai dengan
situasi aktual dalam praktik pembelajaran di kelas; c) fleksibel dan
adaptif, baik bagi peneliti maupun penelitiannya; d) tujuannya untuk
memperbaiki praktik pembelajaran guru di kelas; e) menggunakan
pendekatan kolaboratif terhadap orang-orang yang terlibat didalamnya;
f) melibatkan kelompok partisipasi secara demokratis yang memiliki
komitmen bersama untuk melakukan evaluasi diri; g) memiliki
kerangka kerja yang sistematis untuk menampilkan keterampilan baru
yang lebih baik; h) memiliki langkah-langkah yang spesifik, yaitu
rencana, tindakan, observasi, evaluasi dan refleksi. Langkah-langkah
tersebut membuat siklus yang bersifat on-the spot; i) jika PTK
dilakukan secara kelompok maka masing-masing anggota harus ikut
ambil bagian dalam setiap tahap kegiatan; dan j) hasil PTK dapat
langsung diterapkan.
3. Tujuan dan Manfaat PTK
Tujuan utama dari pelaksanaan PTK adalah untuk memecahkan
permasalahan yang terjadi di kelas dan meningkatkan kegiatan guru
dalam pengembangan profesionalnya. Tujuan dari penelitian tindakan
kelas ini harus benar-benar dapat dicapai, yaitu untuk meningkatkan
hasil belajar siswa. Dengan dilaksanakannya PTK, berarti peneliti
30
dengan merancang suatu rencana pembelajaran yang merujuk pada
peningkatan kualitas belajar siswa.
Manfaat PTK sangat besar bagi dunia pendidikan. Menurut I
Wayan Santyana (2007), dalam Arifin (2012: 100. 101), “PTK dapat
memberikan manfaat sebagai inovasi pendidikan yang tumbuh dari
bawah, karena guru adalah ujung tombak pelaksana lapangan.” Serta
hasil PTK dapat dijadikan sumber masukan dalam rangka melakukan
pengembangan kurikulum dan pembelajaran. Proses pengembangan
kurikulum tidak bersifat netral, melainkan dipengaruhi oleh
gagasan-gagasan yang saling terkait mengenai hakikat pendidikan,
pengetahuan, dan pembelajaran yang dihayati oleh guru di lapangan.
PTK dapat membentu guru untuk lebih memahami hakikat pendidikan
dan pembelajaran secara empirik.
4. Kelebihan PTK
Adapun kelebihan PTK yang dijelaskan oleh Arifin dalam bukunya
(2012: 107) yakni: 1) Hasil PTK kolaboratif dapat dijadikan feedback
bagi sistem pembelajaran dengan cara yang lebih substansial dan
kritis; 2) Mendorong guru untuk berbagi masalah pembelajaran
terhadap pihak-pihak yang terkait; 3) Dapat memberdayakan potensi
guru; 4) Tumbuhnya rasa memiliki melalui kolaborasi tim dalam PTK;
5) Tumbuhnya berpikir kritis dan kreatif, sistematis dan logis melalui
31
saling mendorong untuk berubah dala kerja sama; 7) Meningkatnya
kesepakatan melalui kerja sama secara demokratis dan dialogis; dan 8)
Timbulnya semangat dan motivasi kerja melalui dinamika kelompok.
B. Desain Penelitian
1. Prosedur Pengembangan Program Tindakan
Dilihat dari karakteristik dan tujuan PTK di atas, maka penelitian
tindakan kelas yang diambil oleh peneliti adalah PTK Menurut
Kemmis dan M.C. Taggart, dengan melalui empat tahap, yaitu:
Perencanaan (planning), Tindakan (action), Pengamatan (observation),
Refleksi (reflection), dan seterusnya sampai perbaikan atau
peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan)
(Arikunto, 2006: 104).
a. Tahap 1: menyusun rancangan tindakan
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa,
kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut
dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan
secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan
pihak yang mengamati proses jalannya tindakan.
Istilah untuk cara lainnya adalah penelitian kolaborasi. Cara ini
dikatakan ideal karena adanya upaya untuk mengurangi unsur
subjektivitas pengamat serta mutu kecermatan yang dilakukan.
32
pada diri sendiri biasanya kurang teliti dibanding dengan
pengamatan yang dilakukan terhadap hal – hal yang berbeda diluar
diri, karena adanya unsur subjektivitas yang berpengaruh, yaitu
cenderung mengunggulkan dirinya. Apabila pengamatan dilakukan
oleh orang lain, pengamatannya lebih cermat dan hasilnya akan
lebih objektivitas.
Dalam tahapan menyusun rancangan ini peneliti menentukan
titik atau fokus perisiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus
untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan
untuk membantu peneliti
b. Tahap 2: pelaksanakan tindakan (Acting)
Tahap ini merupakan pelaksanaan yang menjadi
implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan
tindakan kelas, hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap
ke-2 ini prlaksanaan guru harus ingat dan berusaha mentaati apa
yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku
wajar, tidak dibuat-buat. Dalam refleksi, berkaitan antara
pelaksanaan dengan perencaan perlu dopertahankan secara
seksama agar sinkron dengan maksud semula.
c. Tahap 3: pengamatan (Observing)
Tahap ini merupakan pengamatan yang dilakukan oleh
33
dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena seharusnya
dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi, keduanya
berlangsung dalam waktu yang sama.
d. Tahap 4: Refleksi (Reflecting)
Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan
kembali apa yang sudah dilakukan. Istilah refleksi berasal dari kata
bahasa inggris reflebtion, yang diterjemahkan dalam bahasa
indonesia pemantulan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan
ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian
berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi
rancangan tindakan. Dalam hal ini guru sedang memantulkan
pengalamannya pada peneliti yang baru saja mengamati
kegiatannya dalam tindakan. Inilah inti dari penelitian tindakan,
yaitu ketika guru pelaku tindakan siap mengatakan kepada peneliti
pengamat tentang hal-hal yang dirasakan sudah berjalan baik dan
bagian mana yang belum. Dengan kata lain guru pelaksana sedang
melakukan evaluasi diri.
Dalam PTK peneliti bekerjasama dengan guru kelas, baik
dalam penyusunan rencana pembelajaran maupun pada saat
pelaksanaan pembelajaran. Dalam penelitian ini dilaksanakan
34
merencanakan, melakukan tindakan, mengamati dan melakukan
refleksi.
Adapun langkah-langkah PTK adalah sebagai berikut:
1.
Gambar 3.1: Desain PTK Model Kemmis dan Mc Taggart
Sumber: (Natalia dan Dewi 2009: 38)
Siklus III, Dst...
Perencanaan
Pelaksanaan
Pengamatan
Refleksi
Pelaksanaan
Refleksi
Pengamatan Perencanaan Siklus
II Siklus
I
35
Demikianlah secara keseluruhan, keempat tahapan dalam PTK ini
membentuk suatu siklus, yang diikuti oleh siklus-siklus lain yang
secara berkesinambungan.
2. Prosedur Pelaksanaan Tindakan
Rangkaian kegiatan penelitian ini diawali dengan studi pendahuluan
(penelitian pendahuluan) tentang pola pembelajaran yang dilaksanakan
guru di kelas. Prosedur pelaksanaan tindakan yang dapat dijelaskan
adalah sebagai berikut:
a. Pra Siklus
1) Observasi
Pada tahap ini peneliti mengamati aktivitas belajar siswa
pada pembelajaran IPS. Untuk mengetahui aktivitas belajar
siswa pada pembelajaran IPS yang biasa dilaksanakan di
sekolah tersebut.
2) Refleksi
Pada tahap ini, guru mitra dan peneliti melakukan diskusi
tentang hal-hal yang diperoleh pada saat observasi. Yang akan
dijadikan revisi pelaksanaan tindakan pada siklus 1.
b. Siklus I
1) Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pada tahap pra siklus, maka
36
a) Menyusun perangkat pembelajaran yaitu rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) konsep teknologi produksi
di kelas IV dengan menggunakan metode cooperative
learning tipe student fasilitator and explaining (SFE).
b) Membuat pedoman observasi dan lembar observasi terhadap
aktivitas siswa.
c) Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tulis untuk mengetahui
hasil kognitif siswa dan lembar observasi untuk penilaian
aktivitas siswa.
2) Tindakan
Pada tahap ini melakukan kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan metode cooperative learning tipe student
fasilitator and explaining (SFE) pada konsep teknologi produksi
di kelas IV yakni sebagai berikut:
a) Kegiatan awal pembelajaran guru melakukan apersepsi,
untuk menggali konsep awal siswa terhadap teknologi
produksi yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
Contohnya ialah guru membawa cobek dan blender,
kemudian mendemonstrasikan dikelas kepada siswa yang
bertujuan agar anak mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi
37
b) Guru sedikit memberi penjelasan awal dengan melakukan
tanya jawab dengan siswa dan membagi siswa kedalam
beberapa kelompok serta memberikan permasalahan yang
harus mereka diskusikan mengenai teknologi produksi.
c) Siswa difasilitasi untuk memberikan penjelasan kepada
teman yang lainnya dengan menggunakan peta konsep dari
masing-masing perwakilan kelompoknya.
d) Guru memberikan penguatan dan kembali memberikan
penjelasan untuk meluruskan pemahan siswa, serta
menyimpulkan bersama-sama dan melaksanakan evaluasi
untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.
3) Obervasi
Seiring dengan dilakukannya tindakan, observer mengamati
proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan
penerapan model Cooperative Learning tipe Student Fasilitator
and Explaining (SFE) pada materi teknologi produksi selama
poses pembelajaran. Ialah sebagai bahan untuk revisi tindakan
yang akan dilakukan selanjutnya pada siklus II
4) Refleksi
Di dalam kegiatan ini guru mitra bersama peneliti
38
proses pembelajaran tadi, kemudian dijadikan bahan perbaikan
untuk merencanakan tindakan siklus II.
c. Siklus II
1) Perencanaan
Berdasarkan refleksi pada siklus I. Peneliti menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran sebagai wujud revisi dari
siklus 1 ialah sebagai berikut:
a) Mendata masalah dan temuan-temuan pada siklus I.
b) Membuat rencana pelakasanaan pembelajaran (RPP)
dengan model cooperative laerning tipe syudent fasilitator
and explaining (SFE) untuk siklus II.
c) Mempersiapkan lembar pedoman observasi.
d) Menentukan jadwal untuk pelaksanaan siklus II.
2) Tindakan
Pada tahap ini merupakan relisasi pelaksanaan perencanaan
yang sudah disusun berdasarkan temuan pada siklus 1. Guru
melaksanakan tindakan dengan langkah-langkah rencana siklus
I sesuai dengan langkah – langkah model yang diterapkan ialah
sebagai berikut:
a) Kegiatan awal pembelajaran guru melakukan apersepsi,
untuk menggali konsep awal siswa terhadap teknologi
39
Contohnya ialah guru membawa telik sandi, handphone,
kentongan dan surat sebagai perwakilan dari contoh
teknologi komunikasi jaman dulu dan masa kini. kemudian
guru bersama siswa melakukan praktik bersama-sama. Yang
bertujuan untuk supaya anak mempunyai rasa ingin tahu
yang tinggi dan anak dan mnemukan bedanya secara konkret
serta belajar sambil bermain, Sehingga dapat memotivasi
belajar siswa agar terkesan menyenangkan.
b) Guru sedikit memberikan penjelasan kepada siswa dan
memberikan permasalahan mengenai teknologi komunikasi
yaitu supaya anak dapat mengetahui perbedaan antara
komunikasi jaman dulu dan masa kini.
c) Siswa difasilitasi setelah mereka berdiskusi dengan
temannya. Untuk maju kedepan memberikan penjelasan
kepada teman yang ada dikelompok lain dengan
menggunakan peta konsep dan berekspresi semau mereka
layaknya seorang guru agar mereka merasa rileks.
d) Guru memberikan penguatan dan menjelaskan kesalah
pemahaman dan menyimpulkan materi yang telah siswa
jelaskan. Guru pun kembali melakukan percobaan dengan
siswa agar dapat menemukan bedanya kembali dan siswa
40
e) Adanya evaluasi dan kesimpulan bersama-sama.
3) Observasi
Seiring dengan dilakukannya tindakan, observer mengamati
proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan
penerapan model Cooperative Learning tipe Student Fasilitator
and Explaining (SFE) pada materi teknologi komunikasi selama
poses pembelajaran. Ialah sebagai bahan untuk revisi tindakan
yang akan dilakukan selanjutnya pada siklus III
5) Refleksi
Di dalam kegiatan ini guru mitra bersama peneliti
melakukan diskusi tentang temuan-temuan yang muncul pada
proses pembelajaran tadi, kemudian dijadikan bahan perbaikan
untuk merencanakan tindakan siklus III.
d. Siklus III
1) Perencanaan
Berdasarkan refleksi pada siklus II. Peneliti menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran sebagai wujud revisi dari
siklus II ialah sebagai berikut:
e) Mendata masalah dan temuan-temuan pada siklus II.
f) Membuat rencana pelakasanaan pembelajaran (RPP)
dengan model cooperative laerning tipe syudent fasilitator
41
g) Mempersiapkan lembar pedoman observasi.
h) Menentukan jadwal untuk pelaksanaan siklus III.
2) Tindakan
Pada tahap ini merupakan relisasi pelaksanaan perencanaan
yang sudah disusun berdasarkan temuan pada siklus II. Guru
melaksanakan tindakan dengan langkah-langkah rencana siklus
I sesuai dengan langkah – langkah model yang diterapkan ialah
sebagai berikut:
a) Kegiatan awal pembelajaran guru melakukan apersepsi,
untuk menggali konsep awal siswa terhadap teknologi
komunikasi yang dikaitkan dengan mengamati lingkungan
sekitar yaitu siswa dibawa keluar kelas untuk mengamati
alat transportasi dan sesuai dengan anggota kelompoknya
masing-masing, karena sekolah dengan jalan raya. Sehingga
dapat memotivasi belajar siswa agar terkesan
menyenangkan.
b) Guru sedikit memberikan penjelasan kepada siswa dan
memberikan permasalahan mengenai teknologi transportasi
yaitu supaya anak dapat mengetahui perbedaan antara
teknologi transportasi jaman dulu dan masa kini.
c) Siswa difasilitasi setelah mereka berdiskusi dengan
42
kepada teman yang ada dikelompok lain dengan
menggunakan peta konsep dan berekspresi semau mereka
layaknya seorang guru agar mereka merasa rileks, dan
bedanya siklus ini dengan siklus yang lainnya ialah siswa
belajar di taman sekolah dibawah pohon rindang, sebelum
mereka kembali belajar dikelas.
d) Guru memberikan penguatan dan menjelaskan kesalah
pemahaman dan menyimpulkan materi yang telah siswa
jelaskan. Guru pun kembali melakukan percobaan dengan
siswa agar dapat menemukan bedanya kembali dan siswa
menjadi lebih memahami.
e) Adanya evaluasi dan kesimpulan bersama-sama.
3) Observasi
Seiring dengan dilakukannya tindakan, observer mengamati
proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan
penerapan model Cooperative Learning tipe Student Fasilitator
and Explaining (SFE) pada materi teknologi produksi selama
poses pembelajaran.serta mencatat perubahan aktivitas siswa.
4) Refleksi
a) Merefleksi proses pembelajaran dengan menggunakan
model cooperative learning tipe student fasilitator and
43
b) Merefleksi hasil perubahan aktifitas siswa pada saat
pembelajaran dengan menggunakan model cooperative
learning tipe student fasilitator and ezplaining (SFE) pada
konsep Teknologi.
C. Subjek dan Lokasi Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini dikelas IV SD Negeri Babakanlor IV
yang berjumlah 25 siswa, 10 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang diambil adalah di Sekolah Dasar Negeri
Babakanlor IV kecamatan Cikedal Kebupaten Pandeglang Banten,
Karena dekat dengan tempat tinggal.
D. Definisi Operasional
1. Model Cooperative Learning tipe Student Fasilitator and
Explaining (SFE)
Pelaksanaan pembelajaran cooperative ialah melalui sharing serta
merupakan suatu proses antara peserta belajar, sehingga dapat
mewujudkan pemahaman bersama diantara peserta belajar itu sendiri.
44
Dalam pembelajaran ini pada penelitian tindakan kelas yang akan
dilakukan melalui penggunaan model Cooperative Learning tipe
Student Fasilitator and Explaining (SFE) akan tercipta sebuah
interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang
dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa
dengan siswa (multy way traffic comunication).
Maksud dari Student Fasilitator and Explaining (SFE) ini ialah
selain guru menjelaskan materi akan tetapi guru juga sebagai fasilitator
bagi siswa. Yang mana siswa diberikan kesempatan untuk menjelaskan
materi teknologi kepada siswa yang lainnya baik melalui bagan/peta
konsep.
2. Teknologi
Pengertian Teknologi ialah keseluruhan sarana atau alat yang
digunakan manusia untuk menghasilkan barang dan jasa yang
diperlukan manusia. (Tantya , 2008:170)
Pada penelitian ini akan membahas materi tentang teknologi
dengan menerapkan model Cooperative Learning tipe Student
Fasilitator and Explaining (SFE) untuk mengetahui apakah dengan
penerapan model tersebut mempengaruhi terhadap hasil belajar siswa.
Adapun manfaat dari pembelajaran ini berdasarkan standar
45
membedakan teknologi zaman dulu dan masa sekarang. Baik itu
teknologi produksi, komunikasi maupun transportasi. Bahkan siswa
juga dapat menceritakan pengalaman mereka dalam menggunakan
teknologi tersebut.
3. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas dan
keterampilan. Hasil belajar diterima oleh murid apabila memberikan
kepuasan pada kebutuhannya dan berguna serta bermanfaat baginya.
Dan dilengkapi dengan jalan serangkaian pengalaman-pengalaman
yang dapat dipersamakan dan dengan pertimbangan yang baik.
Tercapainya hasil belajar ialah apabila siswa sudah memahami
belajar yang diiringi perubahan tingkah laku yang lebih baik serta hasil
belajar ini dijadikan ukuran dan kriteria oleh guru untuk mencapai
suatu tujuan pendidikan (Hamalik dalam Mulyawati, 2010: 8).
Dan dalam penelitian ini dalam upaya peningkatan hasil belajar
siswa maka digunakannya instrumen yaitu dalam bentuk observasi dan
46
E. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan komponen kunci dalam suatu penelitian.
Mutu instrumen akan menentukan mutu data yang digunakan dalam
penelitian, sedangkan data merupakan dasar kebenaran emprik dari
penemuan atau kesimpulan penelitian. Oleh karena itu, instrumen harus
dibuat sebaik-baiknya. Untuk membuat instrumen penelitian, ada tiga hal
yang harus diperhatikan yaitu masalah penelitian, variabel penelitian, dan
jenis instrumen yang akan digunakan.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis
berupa tes hasil belajar dan nontes berupa observasi terhadap aktivitas
siswa dalam pembelajaran IPS pada konsep teknologi dengan
menggunakan model Cooperative Learning tipe Student Fasilitator and
Explaining (SFE)diantaranya yaitu:
1. Pedoman Observasi
Pengertian Observasi yang dijelaskan dalam Arifin (2012: 231)
bahwa Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis,
objektif dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi
yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan
tertentu. Teknik observasi sering digunakan dalam penelitian kualitatif.
Adapun tujuan observasi ialah: 1) untuk mengumpulkan data dan
47
maupun buatan; dan 2) untuk mengukur perilaku terutama kecakapan
sosial.
Sebenarnya observasi merupakan suatu proses yang alami yang
kita sering lakukan baik dalam keadaan sadar ataupun tidak dalam
kehidupan sehari-hari, seperti dalam kehidupan sehari-hari. Kita sering
mengamati orang lain, yang menjadi pentingnya observasi dalam
penelitian ialah untuk memahami lebih jauh judgement
(pertimbangan) serta menggunakan komentar orang lain sebagai
informasi untuk melakukan tindakan selanjutnya.
Ditinjau dari kerangka kerjanya observasi dibedakan menjadi dua
jenis yaitu berstruktur dan tidak berstruktur. Sedangkan observasi yang
digunakan dalam penelitian ini observasi berstruktur yaitu semua
kegiatan observer telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan
kerangka kerja.
Tabel 3.1
Pedoman Observasi Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran dengan
Menggunakan Model Cooperative Learning tipe Student Fasilitator and
Explaining (SFE)
No. Aspek Yang
Diobservasi Deskriptor
1. Apersepsi:
perhatian siswa
a. keberanian siswa dalam bertanya.
48
pada awal pembelajaran
pendapat.
c. Antusiasme/semangat dalam mengikuti pembelajaran
2. Siswa diberikan suatu
permasalahan
a. Antusiasme terhadap masalah yang diberikan
b. Pemahaman siswa terhadap masalah yang diberikan
c. Inisiatif yang timbul saat diberikan permasalahan (proses berfikir terbuka)
a. Antusiasme dalam membentuk kelompok.
b. Hubungan siswa dengan teman kelompoknya dalam pembelajaran.
c. Siswa melakukan diskusi dalam kelompok dengan mengikuti petunjuk dari guru.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja dan mempersentasika n
a. Mempersentasikan hasil kerja kelompoknya dengan menggunakan peta konsep.
b. Menghubungkan pengetahuan awal dengan konsep yang telah dipelajari
c. menyimpulkan hasil pembelajaran.
Penjelasan tambahan:
49
Peneliti
2. Tes
Dalam Arifin (2012: 226) tes adalah suatu teknik pengukuran yang
didalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, dan serangkaian
tugas yang harus dijalankan atau dijawab oleh responden.
Dilihat dari aspek kemampuan maka tes dibedakan menjadi dua
jenis yaitu tes kemampuan dan tes kecepatan. Sedangkan ditinjau dari
bentuk jawaban responden dapat dibedakan menjadi tiga yaitu tes
tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan.
Adapun jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes
tertulis dan tes perbuatan. Karena dalam penerapan model yang
digunakan dalam penelitian ini bukan hanya menuntut siswa untuk
mampu menjawab pertanyaan, akan tetapi memfasilitasi siswa untuk
menjelaskan kepada temannya yang lain baik melalui peta konsep dan
lain sebagainya.
Penskoran tes hasil belajar siswa untuk mengetahui tingkat
kemampuan siswa, yaitu:
50
Standar Kompetensi: Mengenal sumber daya alam, kegiatan
ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten /
kota dan provinsi
Kompetensi Dasar: mengenal perkembangan teknologi
produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman
51
Tabel diatas merupakan kisi-kisi soal yang akan diberikan pada
saat pelaksanaan tindakan penelitian. Soal yang diberikan berjumlah
lima buah soal dengan tingkatan kognitif pengetahuan, pemahaman,
dan penerapan dan tingkat kesukaran yang berbeda.
F. Analisis Data
Melalui penerapan Model Cooperative Learning tipe Student
Fasilitator and Explaining (SFE) data yang telah terkumpul menjadi acuan
dalam melaksanakan analisis data.
Berkaitan dengan keaktifan siswa dan peningkatan hasil belajar maka
untuk teknik pengolahan datanya ialah sebagai berikut :
1. Lembar Pedoman Observasi
Untuk mengetahui peningkatan aktivitas yang dilakukan siswa
selama kegiatan proses pembelajaran IPS dalam konsep teknologi
dengan penerapan Model Cooperative Learning tipe Student
Fasilitator and Explaining (SFE) yang dilakukan oleh guru model
(peneliti), maka observer menuliskan hasil penemuannya pada lembar
observasi yang telah disediakan. Hal ini dalam upaya perolehan data
yang relevan dalam bentuk kualitatif sesuai dengan apa yang telah
52
2. Tes Hasil Belajar
Adapun penskoran tes hasil belajar siswa untuk mengetahui tingkat
kemampuan siswa, yaitu:
Skor maksimal adalah 100
Untuk menentukan nilai hasil siswa adalah:
Dan nilai rata-rata kelasnya ditentukan dengan rumus:
Untuk menghitung presentase ketuntasan belajar, digunakan rumus
sebagai berikut:
P= Siswa Yang Tuntas Belajar X 100 %
Siswa
Nilai Rata-rata Kelas = ∑ Nilai Akhir Siswa
53
Berdasarkan rumus di atas, maka disesuaikan dengan kriteria penilaian
sebagai berikut:
- Skor nilai 90 – 100 = A (baik sekali)
- Skor nilai 80 – 89 = B (baik)
- Skor nilai 65 – 79 = C (cukup)
- Skor nilai 55 – 64 = D (kurang)
- Skor nilai 55 = E (buruk)
(Sumber: Cece Rakhmat dan Solehudin 2006 : 67).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dari hasil penelitian tindakan kelas yang telah
dilakukan oleh peneliti pada penerapan model Cooperative Learning Tipe
Student Fasilitatir and Explaining (SFE), maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan dari mulai pelaksanaan pra siklus, siklus I, siklus II dan siklus
III, adalah sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative
Learning Tipe Student Fasilitator and Explaining (SFE) yang
memberikan fasilitas kepada siswa untuk memberikan penjelasan
kepada teman yang lainnya dengan menggunakan peta konsep. Yaitu
pada awal pembelajaran guru mendemonstrasikan alat peraga yaitu
bertujuan untuk memberikan gambaran kepada siswa dan memancing
rasa ingin tahu siswa, lalu siswa dibagi kedalam beberapa kelompok
untuk berdiskusi dan membuat peta konsep sebagai bahan untuk
memberikan penjelasan dihadapan temannya yang lain. dalam
pembelajaran sudah bisa menunjukan pembelajaran yang aktif, kreatif
dan efektif karenanya dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam
belajar. Guru sudah bisa menciptakan pembelajaran yang kolaboratif,
94
sudah terlihat. Bahkan guru sudah bisa mengajak siswa untuk bisa
berpikir terbuka dan menuangkan ide gagasannya terhadap
permasalahan yang disajikan. Dan berdasarkan hasil observasi yang
dilaksanakan seiring dengan adanya tindakan mengenai aktifitas siswa
maka hasilnya ialah cukup baik karena siswa yang mulai berani tampil
kedepan untuk memberikan penjelasan. Yang walaupun pada awalnya
mengalami kesulitan namun dari setiap siklusnya mengalami
peningkatan dalam aktifitas belajar siswa.
2. Hasil belajar siswa pada konsep teknologi dengan menggunakan model
Coopertive Learning Tipe Student Fasiliator and Explaining (SFE)
mengalami peningkatan yang sangat baik, hal ini bisa dilihat dari skor
rerata hasil belajar siswa mulai dari siklus I mencapai 60 dan
preesentase 36% dengan kategori cukup, pada siklus II nilai rerata
siswa meningkat menjadi 84 dengan preesentase 80% masih dalam
kategori baik, terbukti telah tercapainya penelitian. Namun masih
dilanjutkan pada siklus selanjutnya karena materi teknologi yang
belum tersampaikan seluruhnya. dan kemudian pada siklus III
mencapai 88 dengan preesentase 88% termasuk dalam kategori baik.
Hal ini menunjukan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan
khususnya pada pembelajaran IPS konsep teknologi dengan
menggunakan penerapan model Cooperative Learning Tipe Student
95
Dari uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa penelitian pada
penerapan model Cooperative Learning Tipe Student Fasilitator and
Explaining (SFE) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep
teknologi ini telah berhasil dan memperoleh hasil yang sangat baik dengan
meningkatnya skor hasil belajar siswa dan mampu melaksanakan
langkah-langkah model Cooperative Learning Tipe Student Fasilitator and Explaining
(SFE) dengan baik sehingga terciptanya pembelajaran yang aktif dan dapat
mengeksplorasi siswa untuk bisa berfikir terbuka saat melaksanakan kegiatan
kelompok. Sehingga dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam mengikuti
proses belajar mengajar. Sehingga siswa mampu untuk maju kedepan dan
memberikan penjelasan kepada teman yang lainnya melalui peta konsep yang
dibuat dengan berdiskusi bersama anggota kelompoknya masing-masing.
B. Saran
Berdasarkan temuan-temuan penelitian tindakan kelas di kelas IV SDN
Babakanlor IV terhadap pembelajaran IPS, peneliti mengajukan beberapa
saran sebagai berikut:
1. Guru Kelas
Dalam pembelajan sebaiknya diawali dengan memotivasi siswa,
agar siswa memiliki rasa ingin tahu dan fokus. Dan sebaiknya menjadi
sebagai fasilitator bagi siswa sehingga siswa mendapatkan kebebasan
96
memberikan pembelajaran guru senantiasa menciptakan atau
menggunakan alat peraga.
2. Kepala Sekolah
Selaku pemegang kebijakan tertinggi di sekolah kepala sekolah
hendaknya memberikan dukungan dan penghargaan kepada guru yang
berusaha meningkatkan kualitas pembelajaran dengan memilih
pendekatan atau metode yang tepat dan sesuai dengan materi yang
akan diajarakan, serta kepala sekolah senantiasa selalu memantau guru
dengan memberikan masukan-masukan atau saran terhadap
pembelajaran yang dilakukan oleh guru guna mewujudkan
peningkatan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan.
3. Peneliti Selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya, dikarenakan dalam penelitian ini masih
ditemukan adanya kekurangan, maka hasil penelitian ini bisa dijadikan
bahan diskusi dan referensi untuk diteliti lebih lanjut sebagai upaya
memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan pada pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Dkk. (2006). Pendidikan Tundakan Kelas, Jakarta:
Bumi Aksara.
Arifin Zainal, (2012). Penelitian Pendidikan Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Dewi, KI dan M. Mega N. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:
CV. Regina
Febriyanti Fera, 9, (2010). Penerapan Model Cooperative Learning Teknik
Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep
Komunikasi Pembelajaran IPS di SD. Skripsi. Prodi. [tidak
diterbitkan]
Hamalik, Oemar, (2008). Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Rosdakarya.
Hisnu Tantya, dan Winardi, (2008). Ips 4. Jakarta : PT. Pustaka Tiga
Kelana
Kusumaatmaja Nursyid, Dkk. (2005). Konsep Dasar IPS. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Mulyawati, 8, (2010). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep
Makanan Bergizi Seimbang Melalui Pendekatan Science
98
Rakhmat Cece dan Solehuddin, (2006). Pengukuran dan Penilaian Hasil
Belajar Bandung: CV. Andira
Riyanto Yatim, (2009). Paradigma Baru Pembelajaran sebagai Referensi
Bagi Guru/Pendidik Jakarta : Prenada Media
Rusman, (2011). Model – model Pembelajaran Mengambangkan
Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Sudjana Nana, (2009). Penilaian Hasil Proses Mengajar Bandung:
Rosdakarya
Uno Hamzah B dan Mohamd Nurdin, (2012). Belajar Dengan Pendekatan
PAILKEM Jakarta : PT Bumi Aksara
Yusnandar E, (2010) Belajar dan Pembelajran SD. UPI Serang [tidak
diterbitkan]
Wahyudin Uyu, dkk. (2006). Evaluasi Pembelajaran SD Bandung: UPI