• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Penggunaan Model Cooperative Learning tipe Student Fasilitator and Explaining (SFE) dalam Upaya Meningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Teknologi:PTK di Kelas IV SDN Babakanlor IV Kecamatan Cikedal Kabupaten Pandeglang Banten.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Penggunaan Model Cooperative Learning tipe Student Fasilitator and Explaining (SFE) dalam Upaya Meningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Teknologi:PTK di Kelas IV SDN Babakanlor IV Kecamatan Cikedal Kabupaten Pandeglang Banten."

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

Implementasi Penggunaan Model Cooperative Learning tipe Student

Fasilitator and Explaining (SFE) dalam Upaya Meningkatan Hasil Belajar

Siswa Pada Konsep Teknologi

(PTK di Kelas IV SDN Babakanlor IV Kecamatan Cikedal Kabupaten Pandeglang Banten)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

MULYANTI

0903750

PROGRAM SI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

Implementasi Penggunaan Model Cooperative Learning tipe Student Fasilitator and

Explaining (SFE) dalam Upaya Meningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Teknologi

Oleh

Mulyanti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Mulyanti 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

MULYANTI

0903750

Implementasi Penggunaan Model Cooperative Learning tipe Student Fasilitator and Explaining (SFE) dalam Upaya Meningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep

Teknologi

(PTK di Kelas IV SDN Babakanlor IV Kecamatan Cikedal Kabupaten Pandeglang Banten)

DISETUJUI DAN DISAJIKAN OLEH PEMBIMBING :

PEMBIMBING I

Dra. Hj. Ima Ni’mah Ch, M.Pd

NIP.195707031980032001

PEMBIMBING II

Tatang Suratno, M.Pd

NIP.197809162008011008

Mengetahui,

Ketua Program S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Drs. Ajo Sutarjo, M.Pd

(4)
(5)
(6)
(7)

i

ABSTRAK

Mulyanti, 2013. “Implementasi Penggunaan Model Cooperative Learning tipe Student Fasilitator and Explaining (SFE) dalam Upaya Meningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Teknologi”

Latar belakang dari penelitian ini adalah Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang masih menekankan pada konsep-konsep yang terdapat dalam buku. Hal ini membuat pembelajaran kurang efektif, karena siswa kurang merespon terhadap pembelajaran yang disampaikan. Sehingga pembelajaran IPS khususnya pada konsep teknologi hasilnya kurang maksimal. Penelitian ini menerapkan Model Cooperative Learning tipe Student Fasilitator and Explaining (SFE), yaitu suatu strategi belajar yang lebih menekankan kepada kerjasama kelompok dan guru sebagai fasilitator. Secara umum rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Bagaimana model cooperative learning tipe student fasilitator and explaining (SFE) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep teknologi?”. Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1) Mendeskripsikan penerapan model cooperative learning tipe student fasilitator and explaining (SFE) terhadap konsep teknologi; dan 2) Mengetahui hasil belajar siswa dengan penerapan model

cooperative learning tipe student fasilitator and explaining (SFE) pada konsep teknologi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah PTK yang terdiri dari tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian dilakukan di kelas IV Sekolah Dasar Negeri (SDN) Babakanlor IV Kecamatan Cikedal Kabupaten Pandeglang, dengan jumlah siswa secara keseluruhan adalah 25 orang yang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 15 orang perempuan. Instrumen yang digunakan ialah lembar observasi dan tes tertulis. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa, hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata setiap siklus, pada siklus I rerata 60 presentase 36% kategori kurang, siklus II rerata 84 presentase 80% kategori baik, namun penelitian masih dilanjutkan berdasarkan hasil refleksi dengan guru mitra. Dan pada siklus III rerata 88 presentase 88% kategori baik. Kesimpulan dari penelitian ini adalah dengan penerapan model Cooperative Learning tipe Student Fasilitator and Explaining (SFE) dalam pembelajaran IPS pada konsep teknologi dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Guru sebaiknya memotivasi siswa, agar siswa memiliki rasa ingin tahu dan fokus, dan menjadi fasilitator bagi siswa sehingga siswa mendapatkan kebebasan dalam mengembangkan potensi yang dimiliki siswa.

Kata kunci:

(8)

Kata Pengantar

Alhamdulillahirobbil’alamin. Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan kelancaran dan kemudahan kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Penggunaan Model

Cooperative Learning tipe Student Fasilitator and Explaining (SFE) dalam Upaya Meningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Teknologi”. yang

merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian sarjana pendidikan.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagai syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) dalam ilmu pendidikan Fakultas

Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) di Universitas Pendidikan Indonesia

(UPI) Kampus Serang.

Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak, baik secara moril atau materil. Untuk itu dalam kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Abdul Somad, M.Pd selaku direktur UPI kampus

serang

2. Bapak Drs. Ajo Sutarjo, M.Pd Selaku ketua jurusan progran studi S1

PGSD

3. Ibu Dra. Hj. Ima Ni’mah Ch, M.Pd Selaku pembimbing I yang telah

(9)

4. Bapak Tatang Suratno, M.Pd selaku pembimbing II yang telah

memberikan motivasi, bimbingan, dan pengarahan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi.

5. Seluruh dosen yang telah membimbing selama penulis belajar di

Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Serang.

6. Bapak Jajang Suhendi, S. Pd selaku kepsek yang telah memberikan

kesempatan dan waktu kepada penulis untuk melakukan penelitian.

7. Bapak Aa Hidayat, S.Pd Selaku guru mitra yang telah memberikan

kesempatan dan waktu kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8. Ayahanda Bapak Mugni dan Ibunda Siti Khodijah yang tercinta,

kakak-kakakku Iip Suherman,S.Sos.I dan Mimin Suningsih,Amd.Kep dan

adikku Siti Ipah Chopipah yang tersayang, serta semua keluarga penulis

yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil dalam

menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada Sahabat-sahabatku yang selalu menemani dikala suka maupun

duka, memotivasi, mengingatkan, dalam gerak dan langkah penulis.

Semoga skripsi ini bermanfaat, akhirnya penulis hanya dapat berdoa semoga

Allah SWT menerima amal sholehnya dan membalas dengan pahala yang berlipat

(10)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini sangat jauh dari kesempurnaan dari segi

bahasa, penulisan, analisa maupun materi kajiannya. Maka dari itu kritik yang

konstuktif demi kesempurnaan skripsi ini penulis harapkan.

Serang, juni 2013

Penulis

MULYANTI

(11)
(12)

i

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

Kata Pengantar... ii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Grafik ... viii

Daftar Gambar ... ix

Daftar Lampiran ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Hasil penelitian ... 5

E. Hipotesis Tindakan ... 6

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Model Cooperative Learning Tipe SFE ... 7

B. Ruang Lingkup Pembelajaran IPS... 17

C. Konsep Teknologi Produksi, Komunikasi, dan transportasi ... 21

D. Hasil Belajar ... 24

(13)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian Tindakan Kelas ... 27

B. Desain Penelitian ... 31

C. Subjek dan Lokasi Penelitian ... 43

D. Definisi Operasional ... 43

E. Instrumen Penelitian ... 46

F. Analisis Data ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian ... 54

B. Pelaksanaan Penelitian ... 55

1. Pra Siklus ... 55

2. Siklus I ... 56

3. Siklus II ... 66

4. Siklus III ... 75

C. Rekapitulasi Hasil Penelitian ... 84

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 88

E. Jawaban Hipotesis Tindakan ... 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 93

B. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 97

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pedoman Observasi Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran dengan

Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe Student Fasilitator

and Explaining (SFE ... 47

Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal ... 50

Tabel 4.1 Hasil Skor Pre Test Siswa Sebelum Melakukan Proses Pembelajaran

Pada Siklus I ... 62

Tabel 4.2 Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Konsep Teknologi Dengan

Model Cooperative Learning Tipe Student Fasilitator aand

Explaining (SFE) Siklus I ... 64

Tabel 4.3 Hasil Skor Pre Test Siswa Sebelum Melakukan Proses Pembelajaran Pada Siklus II ... 72 Tabel 4.4 Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Konsep Teknologi Dengan

Model Cooperative Learning Tipe Student Fasilitator aand

Explaining (SFE) Siklus II ... 73

Tabel 4.5 Hasil Skor Pre Test Siswa Sebelum Melakukan Proses Pembelajaran Pada Siklus III ... 81 Tabel 4.6 Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Konsep Teknologi

Dengan Model Cooperative Learning Tipe Student Fasilitator aand

(15)

Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Tes Belajar Siswa pada Konsep Teknologi

Melalui Model Cooperative Learning Tipe Student Fasilitator aand

Explaining (SFE) dari Siklus I Sampai dengan Siklus III ... 86

DAFTAR GRAFIK

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Desain PTK Model Kemmis dan Mc Taggart Sumber: (Natalia dan

Dewi 2009: 38) ... 34

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keputusan Dosen Pembimbing, surat Izin Penelitian, surat

Telah Melaksanakan Penelitian

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan Menggunakan

Model Cooperative Learning Tipe Student Fasilitator and

Explaining (SFE) Siklus I,II dan III

Lampiran 3 Soal dan kunci jawaban

Lampiran 4 hasil Siswa Siklus I, II, dan III

Lampiran 5 Pedoman Observasi Aktivitas Siswa

Lampiran 6 Dokumentasi

(18)
(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran ilmu pengetahuan sosial merupakan salah satu mata

pelajaran yang harus diberikan di Sekolah Dasar. Karena pendidikan ilmu

pengetahuan sosial bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai

berikut: 1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat dan lingkungannya; 2) Memiliki kemampuan dasar untuk

berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah,

serta keterampilan dalam kehidupan sosial; 3) Memiliki komitmen dan

kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; 4) memiliki

kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam

masyarakat yang majemuk, baik pada tingkat lokal, nasional maupun

global.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Sekolah Dasar

Negeri Babakanlor IV Kecamatan Cikedal Kabupaten Pandeglang, pada

minggu terakhir bulan Januari. Bahwa pembelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial masih menekankan pada konsep-konsep yang terdapat didalam

buku. Hal ini membuat pembelajaran kurang efektif, karena siswa kurang

merespon terhadap pembelajaran yang disampaikan. Sehingga

pembelajaran IPS khususnya pada konsep teknologi hasilnya kurang

(20)

2

Dari hasil observasi diatas peneliti mengangkat permasalahan ini

dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa dalam proses belajar

mengajar IPS khususnya pada konsep teknologi. Dengan salah satu cara

yaitu melalui penerapan model pembelajaran Cooperative Learning tipe

Student Fasilitator and Explaining (SFE).

Pada pembelajaran IPS khususnya konsep teknologi ini apabila

dilakukan tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran

Cooperative Learning tipe Student Fasilitator and Explaining (SFE)

merupakan salah satu upaya peningkatan hasil belajar siswa. Namun

apabila model pembelajaran Cooperative Learning tipe Student Fasilitator

and Explaining (SFE) ini tidak diterapkan maka tidak adanya upaya

peningkatan hasil belajar siswa karena tujuan utama penelitian ini ialah

upaya peningkatan hasil belajar siswa.

Adapun kelebihan dari model pembelajaran ini ialah Model

Cooperative Learning Tipe Student Fasilitator and Explaining (SFE)

memiliki kelebihan yaitu menurut Asma dalam febriyanti (2010: 9) dalam

penelitiannya menyatakan bahwa “tidak satupun studi menunjukkan

bahwa pembelajaran Cooperative memberikan pengaruh negatif”. Temuan

penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model-model yang ada

dalam pembelajaran kooperatif terbukti lebih unggul dalam meningkatkan

(21)

3

individual yang tergantung pada usia siswa, mata pelajaran, atau aktifitas

belajar.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan Penelitian Tindakan

Kelas karena melalui PTK masalah-masalah pendidikan, kurikulum dan

pembelajaran dapat dianalisis, dikembangkan dan ditingkatkan. Supaya

Pembelajaran yang efektif, kreatif, menyenangkan serta inovatif dapat

diwujudkan secara nyata. Manfaat PTK sangat besar bagi dunia

pendidikan. Menurut I Wayan Santyana (2007), dalam Arifin (2012: 100.

101), “PTK dapat memberikan manfaat sebagai inovasi pendidikan yang

tumbuh dari bawah, karena guru adalah ujung tombak pelaksana

lapangan.” Adapun kelebihan PTK yakni: 1) Hasil PTK kolaboratif dapat

dijadikan feedback bagi sistem pembelajaran dengan cara yang lebih

substansial dan kritis; 2) Mendorong guru untuk berbagi masalah

pembelajaran terhadap pihak-pihak yang terkait; 3) Dapat memberdayakan

potensi guru; 4) Tumbuhnya rasa memiliki melalui kolaborasi tim dalam

PTK; 5) Tumbuhnya berpikir kritis dan kreatif, sistematis dan logis

melalui interaksi terbuka yang reflektif-evaluatif dalam PTK; 6) Adanya

upaya saling mendorong untuk berubah dala kerja sama; 7) Meningkatnya

kesepakatan melalui kerja sama secara demokratis dan dialogis; dan 8)

Timbulnya semangat dan motivasi kerja melalui dinamika kelompok.

Karena pentingnya masalah yang akan diteliti maka peneliti

(22)

4

“ Implementasi Penggunaan Model Cooperative Learning tipe Student

Fasilitator and Explaining (SFE) dalam Upaya Peningkatan Hasil

Belajar Siswa Pada Konsep Teknologi (PTK di Kelas IV SDN

Babakanlor IV Kecamatan Cikedal Kabupaten Pandeglang Banten)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan judul diatas maka dapat dirumuskan

masalah secara umum yaitu “Bagaimana model cooperative learning tipe

student fasilitator and explaining (SFE) dapat meningkatkan hasil belajar

siswa pada konsep teknologi?”.

Dari rumusan masalah tersebut dapat diuraikan lebih rinci ialah sebagai

berikut :

1. Bagaimana aktivitas siswa dengan menggunakan model

cooperative learning tipe student fasilitator and explaining (SFE)

pada konsep teknologi?

2. Bagaimana hasil belajar siswa dengan menggunakan model

cooperative learning tipe student fasilitator and explaining (SFE)

pada konsep teknologi?

C. Tujuan Penelitian

(23)

5

1. Mendeskripsikan aktivitas siswa dengan menggunakan model

cooperative learning tipe student fasilitator and explaining (SFE)

terhadap konsep teknologi

2. Mengetahui hasil belajar siswa dengan penerapan model cooperative

learning tipe student fasilitator and explaining (SFE) pada konsep

teknologi

D. Manfaat Hasil Penelitian

Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan memberikan manfaat secara

praktis dalam rangka upaya peningkatan hasil belajar siswa terhadap

konsep IPS di SD. Adapun manfaat lain yaitu :

1. Manfaat Bagi siswa

a. Memotivasi aktivitas belajar siswa

b. Memotivasi peningkatkan hasil belajar siswa

2. Manfaat Bagi guru

a. Menyediakan bahan masukan dalam meningkatkan dan

mengembangkan kemampuan profesional untuk mengadakan

perubahan dan perbaikan dalam pembelajaran IPS.

b. Menyediakan contoh metode Cooperative Learning tipe Student

Fasilitator and Explaining (SFE) yang lebih efektif dalam

pembelajaran IPS.

(24)

6

a. Sabagai bahan dan upaya peningkatan dalam perbaikan terhadap

kualitas penerapan kurikulum dan pengembangan kompetensi

siswa.

b. Sebagai bahan untuk diskusi dan kajian bersama tentang metode

pembelajaran yang cocok untuk tingkatan pendidikan Sekolah

Dasar.

E. Hipotesis Tindakan

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah atau

sub masalah yang diajukan oleh peneliti yang dijabarkan dari landasan

teori atau tinjauan pustaka dan masih harus diuji kebenarannya”

(Yusnandar 2005: 38). Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah: “Jika diterapkan model Cooperative Learning tipe

Student Fasilitator and Explaining (SFE) maka akan meningkatkan hasil

belajar siswa dalam memahami konsep Teknologi”.

(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian Tindakan Kelas

Dalam pelaksanaan penelitian ini penulis akan menggunakan jenis

penelitian tindakan kelas. Sudah lebih dari sepuluh tahun yang lalu

penelitian tindakan kelas dikenal dan banyak dibicarakan dalam dunia

pendidikan. Dari namanya sudah terkandung isi didalamnya, yaitu sebuah

kegiatan penelitian yang dilakukan dikelas. Karena ada tiga kata yang

yang membentuk pengertian tersebut yaitu: a) Penelitian: menunjukkan

pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara

dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi

yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat

dan penting bagi peneliti; b) Tindakan: menunjuk pada sesuatu gerak

kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian

terbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa; dan c) Kelas : dalam hal

ini tidak terkait dengan pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah

lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud

dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang

sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti, yaitu:

penelitian, tindakan dan kelas. Maka disimpulkan bahwa penelitian

(26)

28

sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau

dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.

Menurut Hopkins (1993), dan Elliot (1991), dalam Arifin, (2012: 97)

bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian untuk perubahan dan

perbaikan di ruang kelas. Serta PTK merupakan kajian situasi sosial

dengan suatu tindakan agar dapat memperbaiki mutu situasi yang ada

didalamnya.

Beberapa pengertian di atas memberikan gambaran yang terperinci dan

jelas bahwa PTK dapat diartikan suatu proses penyelidikan ilmiah dalam

bentuk refleksi diri yang melibatkan guru dalam suatu pendidikan tertentu

dengan tujuan memperbaiki pemahaman dan keadilan tentang situasi dan

praktik pendidikan.

1. Alasan penggunaan PTK

Pada penelitian ini peneliti menggunakan Penelitian Tindakan

Kelas karena melalui PTK masalah-masalah pendidikan, kurikulum

dan pembelajaran dapat dianalisis, dikembangkan dan ditingkatkan.

Supaya Pembelajaran yang efektif, kreatif, menyenangkan serta

inovatif dapat diwujudkan secara nyata.

2. Karakteristik PTK

Karakteristik PTK secara khusus adalah sebagai berikut: a)

dilakukan dalam bentuk refleksi diri. Refleksi merupakan tindakan

(27)

29

mengutamakan masalah-masalah praktis, terbatas, dan sesuai dengan

situasi aktual dalam praktik pembelajaran di kelas; c) fleksibel dan

adaptif, baik bagi peneliti maupun penelitiannya; d) tujuannya untuk

memperbaiki praktik pembelajaran guru di kelas; e) menggunakan

pendekatan kolaboratif terhadap orang-orang yang terlibat didalamnya;

f) melibatkan kelompok partisipasi secara demokratis yang memiliki

komitmen bersama untuk melakukan evaluasi diri; g) memiliki

kerangka kerja yang sistematis untuk menampilkan keterampilan baru

yang lebih baik; h) memiliki langkah-langkah yang spesifik, yaitu

rencana, tindakan, observasi, evaluasi dan refleksi. Langkah-langkah

tersebut membuat siklus yang bersifat on-the spot; i) jika PTK

dilakukan secara kelompok maka masing-masing anggota harus ikut

ambil bagian dalam setiap tahap kegiatan; dan j) hasil PTK dapat

langsung diterapkan.

3. Tujuan dan Manfaat PTK

Tujuan utama dari pelaksanaan PTK adalah untuk memecahkan

permasalahan yang terjadi di kelas dan meningkatkan kegiatan guru

dalam pengembangan profesionalnya. Tujuan dari penelitian tindakan

kelas ini harus benar-benar dapat dicapai, yaitu untuk meningkatkan

hasil belajar siswa. Dengan dilaksanakannya PTK, berarti peneliti

(28)

30

dengan merancang suatu rencana pembelajaran yang merujuk pada

peningkatan kualitas belajar siswa.

Manfaat PTK sangat besar bagi dunia pendidikan. Menurut I

Wayan Santyana (2007), dalam Arifin (2012: 100. 101), “PTK dapat

memberikan manfaat sebagai inovasi pendidikan yang tumbuh dari

bawah, karena guru adalah ujung tombak pelaksana lapangan.” Serta

hasil PTK dapat dijadikan sumber masukan dalam rangka melakukan

pengembangan kurikulum dan pembelajaran. Proses pengembangan

kurikulum tidak bersifat netral, melainkan dipengaruhi oleh

gagasan-gagasan yang saling terkait mengenai hakikat pendidikan,

pengetahuan, dan pembelajaran yang dihayati oleh guru di lapangan.

PTK dapat membentu guru untuk lebih memahami hakikat pendidikan

dan pembelajaran secara empirik.

4. Kelebihan PTK

Adapun kelebihan PTK yang dijelaskan oleh Arifin dalam bukunya

(2012: 107) yakni: 1) Hasil PTK kolaboratif dapat dijadikan feedback

bagi sistem pembelajaran dengan cara yang lebih substansial dan

kritis; 2) Mendorong guru untuk berbagi masalah pembelajaran

terhadap pihak-pihak yang terkait; 3) Dapat memberdayakan potensi

guru; 4) Tumbuhnya rasa memiliki melalui kolaborasi tim dalam PTK;

5) Tumbuhnya berpikir kritis dan kreatif, sistematis dan logis melalui

(29)

31

saling mendorong untuk berubah dala kerja sama; 7) Meningkatnya

kesepakatan melalui kerja sama secara demokratis dan dialogis; dan 8)

Timbulnya semangat dan motivasi kerja melalui dinamika kelompok.

B. Desain Penelitian

1. Prosedur Pengembangan Program Tindakan

Dilihat dari karakteristik dan tujuan PTK di atas, maka penelitian

tindakan kelas yang diambil oleh peneliti adalah PTK Menurut

Kemmis dan M.C. Taggart, dengan melalui empat tahap, yaitu:

Perencanaan (planning), Tindakan (action), Pengamatan (observation),

Refleksi (reflection), dan seterusnya sampai perbaikan atau

peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan)

(Arikunto, 2006: 104).

a. Tahap 1: menyusun rancangan tindakan

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa,

kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut

dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan

secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan

pihak yang mengamati proses jalannya tindakan.

Istilah untuk cara lainnya adalah penelitian kolaborasi. Cara ini

dikatakan ideal karena adanya upaya untuk mengurangi unsur

subjektivitas pengamat serta mutu kecermatan yang dilakukan.

(30)

32

pada diri sendiri biasanya kurang teliti dibanding dengan

pengamatan yang dilakukan terhadap hal – hal yang berbeda diluar

diri, karena adanya unsur subjektivitas yang berpengaruh, yaitu

cenderung mengunggulkan dirinya. Apabila pengamatan dilakukan

oleh orang lain, pengamatannya lebih cermat dan hasilnya akan

lebih objektivitas.

Dalam tahapan menyusun rancangan ini peneliti menentukan

titik atau fokus perisiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus

untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan

untuk membantu peneliti

b. Tahap 2: pelaksanakan tindakan (Acting)

Tahap ini merupakan pelaksanaan yang menjadi

implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan

tindakan kelas, hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap

ke-2 ini prlaksanaan guru harus ingat dan berusaha mentaati apa

yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku

wajar, tidak dibuat-buat. Dalam refleksi, berkaitan antara

pelaksanaan dengan perencaan perlu dopertahankan secara

seksama agar sinkron dengan maksud semula.

c. Tahap 3: pengamatan (Observing)

Tahap ini merupakan pengamatan yang dilakukan oleh

(31)

33

dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena seharusnya

dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi, keduanya

berlangsung dalam waktu yang sama.

d. Tahap 4: Refleksi (Reflecting)

Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan

kembali apa yang sudah dilakukan. Istilah refleksi berasal dari kata

bahasa inggris reflebtion, yang diterjemahkan dalam bahasa

indonesia pemantulan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan

ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian

berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi

rancangan tindakan. Dalam hal ini guru sedang memantulkan

pengalamannya pada peneliti yang baru saja mengamati

kegiatannya dalam tindakan. Inilah inti dari penelitian tindakan,

yaitu ketika guru pelaku tindakan siap mengatakan kepada peneliti

pengamat tentang hal-hal yang dirasakan sudah berjalan baik dan

bagian mana yang belum. Dengan kata lain guru pelaksana sedang

melakukan evaluasi diri.

Dalam PTK peneliti bekerjasama dengan guru kelas, baik

dalam penyusunan rencana pembelajaran maupun pada saat

pelaksanaan pembelajaran. Dalam penelitian ini dilaksanakan

(32)

34

merencanakan, melakukan tindakan, mengamati dan melakukan

refleksi.

Adapun langkah-langkah PTK adalah sebagai berikut:

1.

Gambar 3.1: Desain PTK Model Kemmis dan Mc Taggart

Sumber: (Natalia dan Dewi 2009: 38)

Siklus III, Dst...

Perencanaan

Pelaksanaan

Pengamatan

Refleksi

Pelaksanaan

Refleksi

Pengamatan Perencanaan Siklus

II Siklus

I

(33)

35

Demikianlah secara keseluruhan, keempat tahapan dalam PTK ini

membentuk suatu siklus, yang diikuti oleh siklus-siklus lain yang

secara berkesinambungan.

2. Prosedur Pelaksanaan Tindakan

Rangkaian kegiatan penelitian ini diawali dengan studi pendahuluan

(penelitian pendahuluan) tentang pola pembelajaran yang dilaksanakan

guru di kelas. Prosedur pelaksanaan tindakan yang dapat dijelaskan

adalah sebagai berikut:

a. Pra Siklus

1) Observasi

Pada tahap ini peneliti mengamati aktivitas belajar siswa

pada pembelajaran IPS. Untuk mengetahui aktivitas belajar

siswa pada pembelajaran IPS yang biasa dilaksanakan di

sekolah tersebut.

2) Refleksi

Pada tahap ini, guru mitra dan peneliti melakukan diskusi

tentang hal-hal yang diperoleh pada saat observasi. Yang akan

dijadikan revisi pelaksanaan tindakan pada siklus 1.

b. Siklus I

1) Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi pada tahap pra siklus, maka

(34)

36

a) Menyusun perangkat pembelajaran yaitu rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) konsep teknologi produksi

di kelas IV dengan menggunakan metode cooperative

learning tipe student fasilitator and explaining (SFE).

b) Membuat pedoman observasi dan lembar observasi terhadap

aktivitas siswa.

c) Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tulis untuk mengetahui

hasil kognitif siswa dan lembar observasi untuk penilaian

aktivitas siswa.

2) Tindakan

Pada tahap ini melakukan kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan metode cooperative learning tipe student

fasilitator and explaining (SFE) pada konsep teknologi produksi

di kelas IV yakni sebagai berikut:

a) Kegiatan awal pembelajaran guru melakukan apersepsi,

untuk menggali konsep awal siswa terhadap teknologi

produksi yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.

Contohnya ialah guru membawa cobek dan blender,

kemudian mendemonstrasikan dikelas kepada siswa yang

bertujuan agar anak mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi

(35)

37

b) Guru sedikit memberi penjelasan awal dengan melakukan

tanya jawab dengan siswa dan membagi siswa kedalam

beberapa kelompok serta memberikan permasalahan yang

harus mereka diskusikan mengenai teknologi produksi.

c) Siswa difasilitasi untuk memberikan penjelasan kepada

teman yang lainnya dengan menggunakan peta konsep dari

masing-masing perwakilan kelompoknya.

d) Guru memberikan penguatan dan kembali memberikan

penjelasan untuk meluruskan pemahan siswa, serta

menyimpulkan bersama-sama dan melaksanakan evaluasi

untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.

3) Obervasi

Seiring dengan dilakukannya tindakan, observer mengamati

proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan

penerapan model Cooperative Learning tipe Student Fasilitator

and Explaining (SFE) pada materi teknologi produksi selama

poses pembelajaran. Ialah sebagai bahan untuk revisi tindakan

yang akan dilakukan selanjutnya pada siklus II

4) Refleksi

Di dalam kegiatan ini guru mitra bersama peneliti

(36)

38

proses pembelajaran tadi, kemudian dijadikan bahan perbaikan

untuk merencanakan tindakan siklus II.

c. Siklus II

1) Perencanaan

Berdasarkan refleksi pada siklus I. Peneliti menyusun

rencana pelaksanaan pembelajaran sebagai wujud revisi dari

siklus 1 ialah sebagai berikut:

a) Mendata masalah dan temuan-temuan pada siklus I.

b) Membuat rencana pelakasanaan pembelajaran (RPP)

dengan model cooperative laerning tipe syudent fasilitator

and explaining (SFE) untuk siklus II.

c) Mempersiapkan lembar pedoman observasi.

d) Menentukan jadwal untuk pelaksanaan siklus II.

2) Tindakan

Pada tahap ini merupakan relisasi pelaksanaan perencanaan

yang sudah disusun berdasarkan temuan pada siklus 1. Guru

melaksanakan tindakan dengan langkah-langkah rencana siklus

I sesuai dengan langkah – langkah model yang diterapkan ialah

sebagai berikut:

a) Kegiatan awal pembelajaran guru melakukan apersepsi,

untuk menggali konsep awal siswa terhadap teknologi

(37)

39

Contohnya ialah guru membawa telik sandi, handphone,

kentongan dan surat sebagai perwakilan dari contoh

teknologi komunikasi jaman dulu dan masa kini. kemudian

guru bersama siswa melakukan praktik bersama-sama. Yang

bertujuan untuk supaya anak mempunyai rasa ingin tahu

yang tinggi dan anak dan mnemukan bedanya secara konkret

serta belajar sambil bermain, Sehingga dapat memotivasi

belajar siswa agar terkesan menyenangkan.

b) Guru sedikit memberikan penjelasan kepada siswa dan

memberikan permasalahan mengenai teknologi komunikasi

yaitu supaya anak dapat mengetahui perbedaan antara

komunikasi jaman dulu dan masa kini.

c) Siswa difasilitasi setelah mereka berdiskusi dengan

temannya. Untuk maju kedepan memberikan penjelasan

kepada teman yang ada dikelompok lain dengan

menggunakan peta konsep dan berekspresi semau mereka

layaknya seorang guru agar mereka merasa rileks.

d) Guru memberikan penguatan dan menjelaskan kesalah

pemahaman dan menyimpulkan materi yang telah siswa

jelaskan. Guru pun kembali melakukan percobaan dengan

siswa agar dapat menemukan bedanya kembali dan siswa

(38)

40

e) Adanya evaluasi dan kesimpulan bersama-sama.

3) Observasi

Seiring dengan dilakukannya tindakan, observer mengamati

proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan

penerapan model Cooperative Learning tipe Student Fasilitator

and Explaining (SFE) pada materi teknologi komunikasi selama

poses pembelajaran. Ialah sebagai bahan untuk revisi tindakan

yang akan dilakukan selanjutnya pada siklus III

5) Refleksi

Di dalam kegiatan ini guru mitra bersama peneliti

melakukan diskusi tentang temuan-temuan yang muncul pada

proses pembelajaran tadi, kemudian dijadikan bahan perbaikan

untuk merencanakan tindakan siklus III.

d. Siklus III

1) Perencanaan

Berdasarkan refleksi pada siklus II. Peneliti menyusun

rencana pelaksanaan pembelajaran sebagai wujud revisi dari

siklus II ialah sebagai berikut:

e) Mendata masalah dan temuan-temuan pada siklus II.

f) Membuat rencana pelakasanaan pembelajaran (RPP)

dengan model cooperative laerning tipe syudent fasilitator

(39)

41

g) Mempersiapkan lembar pedoman observasi.

h) Menentukan jadwal untuk pelaksanaan siklus III.

2) Tindakan

Pada tahap ini merupakan relisasi pelaksanaan perencanaan

yang sudah disusun berdasarkan temuan pada siklus II. Guru

melaksanakan tindakan dengan langkah-langkah rencana siklus

I sesuai dengan langkah – langkah model yang diterapkan ialah

sebagai berikut:

a) Kegiatan awal pembelajaran guru melakukan apersepsi,

untuk menggali konsep awal siswa terhadap teknologi

komunikasi yang dikaitkan dengan mengamati lingkungan

sekitar yaitu siswa dibawa keluar kelas untuk mengamati

alat transportasi dan sesuai dengan anggota kelompoknya

masing-masing, karena sekolah dengan jalan raya. Sehingga

dapat memotivasi belajar siswa agar terkesan

menyenangkan.

b) Guru sedikit memberikan penjelasan kepada siswa dan

memberikan permasalahan mengenai teknologi transportasi

yaitu supaya anak dapat mengetahui perbedaan antara

teknologi transportasi jaman dulu dan masa kini.

c) Siswa difasilitasi setelah mereka berdiskusi dengan

(40)

42

kepada teman yang ada dikelompok lain dengan

menggunakan peta konsep dan berekspresi semau mereka

layaknya seorang guru agar mereka merasa rileks, dan

bedanya siklus ini dengan siklus yang lainnya ialah siswa

belajar di taman sekolah dibawah pohon rindang, sebelum

mereka kembali belajar dikelas.

d) Guru memberikan penguatan dan menjelaskan kesalah

pemahaman dan menyimpulkan materi yang telah siswa

jelaskan. Guru pun kembali melakukan percobaan dengan

siswa agar dapat menemukan bedanya kembali dan siswa

menjadi lebih memahami.

e) Adanya evaluasi dan kesimpulan bersama-sama.

3) Observasi

Seiring dengan dilakukannya tindakan, observer mengamati

proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan

penerapan model Cooperative Learning tipe Student Fasilitator

and Explaining (SFE) pada materi teknologi produksi selama

poses pembelajaran.serta mencatat perubahan aktivitas siswa.

4) Refleksi

a) Merefleksi proses pembelajaran dengan menggunakan

model cooperative learning tipe student fasilitator and

(41)

43

b) Merefleksi hasil perubahan aktifitas siswa pada saat

pembelajaran dengan menggunakan model cooperative

learning tipe student fasilitator and ezplaining (SFE) pada

konsep Teknologi.

C. Subjek dan Lokasi Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini dikelas IV SD Negeri Babakanlor IV

yang berjumlah 25 siswa, 10 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang diambil adalah di Sekolah Dasar Negeri

Babakanlor IV kecamatan Cikedal Kebupaten Pandeglang Banten,

Karena dekat dengan tempat tinggal.

D. Definisi Operasional

1. Model Cooperative Learning tipe Student Fasilitator and

Explaining (SFE)

Pelaksanaan pembelajaran cooperative ialah melalui sharing serta

merupakan suatu proses antara peserta belajar, sehingga dapat

mewujudkan pemahaman bersama diantara peserta belajar itu sendiri.

(42)

44

Dalam pembelajaran ini pada penelitian tindakan kelas yang akan

dilakukan melalui penggunaan model Cooperative Learning tipe

Student Fasilitator and Explaining (SFE) akan tercipta sebuah

interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang

dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa

dengan siswa (multy way traffic comunication).

Maksud dari Student Fasilitator and Explaining (SFE) ini ialah

selain guru menjelaskan materi akan tetapi guru juga sebagai fasilitator

bagi siswa. Yang mana siswa diberikan kesempatan untuk menjelaskan

materi teknologi kepada siswa yang lainnya baik melalui bagan/peta

konsep.

2. Teknologi

Pengertian Teknologi ialah keseluruhan sarana atau alat yang

digunakan manusia untuk menghasilkan barang dan jasa yang

diperlukan manusia. (Tantya , 2008:170)

Pada penelitian ini akan membahas materi tentang teknologi

dengan menerapkan model Cooperative Learning tipe Student

Fasilitator and Explaining (SFE) untuk mengetahui apakah dengan

penerapan model tersebut mempengaruhi terhadap hasil belajar siswa.

Adapun manfaat dari pembelajaran ini berdasarkan standar

(43)

45

membedakan teknologi zaman dulu dan masa sekarang. Baik itu

teknologi produksi, komunikasi maupun transportasi. Bahkan siswa

juga dapat menceritakan pengalaman mereka dalam menggunakan

teknologi tersebut.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai,

pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas dan

keterampilan. Hasil belajar diterima oleh murid apabila memberikan

kepuasan pada kebutuhannya dan berguna serta bermanfaat baginya.

Dan dilengkapi dengan jalan serangkaian pengalaman-pengalaman

yang dapat dipersamakan dan dengan pertimbangan yang baik.

Tercapainya hasil belajar ialah apabila siswa sudah memahami

belajar yang diiringi perubahan tingkah laku yang lebih baik serta hasil

belajar ini dijadikan ukuran dan kriteria oleh guru untuk mencapai

suatu tujuan pendidikan (Hamalik dalam Mulyawati, 2010: 8).

Dan dalam penelitian ini dalam upaya peningkatan hasil belajar

siswa maka digunakannya instrumen yaitu dalam bentuk observasi dan

(44)

46

E. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan komponen kunci dalam suatu penelitian.

Mutu instrumen akan menentukan mutu data yang digunakan dalam

penelitian, sedangkan data merupakan dasar kebenaran emprik dari

penemuan atau kesimpulan penelitian. Oleh karena itu, instrumen harus

dibuat sebaik-baiknya. Untuk membuat instrumen penelitian, ada tiga hal

yang harus diperhatikan yaitu masalah penelitian, variabel penelitian, dan

jenis instrumen yang akan digunakan.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis

berupa tes hasil belajar dan nontes berupa observasi terhadap aktivitas

siswa dalam pembelajaran IPS pada konsep teknologi dengan

menggunakan model Cooperative Learning tipe Student Fasilitator and

Explaining (SFE)diantaranya yaitu:

1. Pedoman Observasi

Pengertian Observasi yang dijelaskan dalam Arifin (2012: 231)

bahwa Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis,

objektif dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi

yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan

tertentu. Teknik observasi sering digunakan dalam penelitian kualitatif.

Adapun tujuan observasi ialah: 1) untuk mengumpulkan data dan

(45)

47

maupun buatan; dan 2) untuk mengukur perilaku terutama kecakapan

sosial.

Sebenarnya observasi merupakan suatu proses yang alami yang

kita sering lakukan baik dalam keadaan sadar ataupun tidak dalam

kehidupan sehari-hari, seperti dalam kehidupan sehari-hari. Kita sering

mengamati orang lain, yang menjadi pentingnya observasi dalam

penelitian ialah untuk memahami lebih jauh judgement

(pertimbangan) serta menggunakan komentar orang lain sebagai

informasi untuk melakukan tindakan selanjutnya.

Ditinjau dari kerangka kerjanya observasi dibedakan menjadi dua

jenis yaitu berstruktur dan tidak berstruktur. Sedangkan observasi yang

digunakan dalam penelitian ini observasi berstruktur yaitu semua

kegiatan observer telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan

kerangka kerja.

Tabel 3.1

Pedoman Observasi Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran dengan

Menggunakan Model Cooperative Learning tipe Student Fasilitator and

Explaining (SFE)

No. Aspek Yang

Diobservasi Deskriptor

1. Apersepsi:

perhatian siswa

a. keberanian siswa dalam bertanya.

(46)

48

pada awal pembelajaran

pendapat.

c. Antusiasme/semangat dalam mengikuti pembelajaran

2. Siswa diberikan suatu

permasalahan

a. Antusiasme terhadap masalah yang diberikan

b. Pemahaman siswa terhadap masalah yang diberikan

c. Inisiatif yang timbul saat diberikan permasalahan (proses berfikir terbuka)

a. Antusiasme dalam membentuk kelompok.

b. Hubungan siswa dengan teman kelompoknya dalam pembelajaran.

c. Siswa melakukan diskusi dalam kelompok dengan mengikuti petunjuk dari guru.

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja dan mempersentasika n

a. Mempersentasikan hasil kerja kelompoknya dengan menggunakan peta konsep.

b. Menghubungkan pengetahuan awal dengan konsep yang telah dipelajari

c. menyimpulkan hasil pembelajaran.

Penjelasan tambahan:

(47)

49

Peneliti

2. Tes

Dalam Arifin (2012: 226) tes adalah suatu teknik pengukuran yang

didalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, dan serangkaian

tugas yang harus dijalankan atau dijawab oleh responden.

Dilihat dari aspek kemampuan maka tes dibedakan menjadi dua

jenis yaitu tes kemampuan dan tes kecepatan. Sedangkan ditinjau dari

bentuk jawaban responden dapat dibedakan menjadi tiga yaitu tes

tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan.

Adapun jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes

tertulis dan tes perbuatan. Karena dalam penerapan model yang

digunakan dalam penelitian ini bukan hanya menuntut siswa untuk

mampu menjawab pertanyaan, akan tetapi memfasilitasi siswa untuk

menjelaskan kepada temannya yang lain baik melalui peta konsep dan

lain sebagainya.

Penskoran tes hasil belajar siswa untuk mengetahui tingkat

kemampuan siswa, yaitu:

(48)

50

Standar Kompetensi: Mengenal sumber daya alam, kegiatan

ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten /

kota dan provinsi

Kompetensi Dasar: mengenal perkembangan teknologi

produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman

(49)

51

Tabel diatas merupakan kisi-kisi soal yang akan diberikan pada

saat pelaksanaan tindakan penelitian. Soal yang diberikan berjumlah

lima buah soal dengan tingkatan kognitif pengetahuan, pemahaman,

dan penerapan dan tingkat kesukaran yang berbeda.

F. Analisis Data

Melalui penerapan Model Cooperative Learning tipe Student

Fasilitator and Explaining (SFE) data yang telah terkumpul menjadi acuan

dalam melaksanakan analisis data.

Berkaitan dengan keaktifan siswa dan peningkatan hasil belajar maka

untuk teknik pengolahan datanya ialah sebagai berikut :

1. Lembar Pedoman Observasi

Untuk mengetahui peningkatan aktivitas yang dilakukan siswa

selama kegiatan proses pembelajaran IPS dalam konsep teknologi

dengan penerapan Model Cooperative Learning tipe Student

Fasilitator and Explaining (SFE) yang dilakukan oleh guru model

(peneliti), maka observer menuliskan hasil penemuannya pada lembar

observasi yang telah disediakan. Hal ini dalam upaya perolehan data

yang relevan dalam bentuk kualitatif sesuai dengan apa yang telah

(50)

52

2. Tes Hasil Belajar

Adapun penskoran tes hasil belajar siswa untuk mengetahui tingkat

kemampuan siswa, yaitu:

 Skor maksimal adalah 100

 Untuk menentukan nilai hasil siswa adalah:

Dan nilai rata-rata kelasnya ditentukan dengan rumus:

Untuk menghitung presentase ketuntasan belajar, digunakan rumus

sebagai berikut:

P= Siswa Yang Tuntas Belajar X 100 %

Siswa

Nilai Rata-rata Kelas = ∑ Nilai Akhir Siswa

(51)

53

Berdasarkan rumus di atas, maka disesuaikan dengan kriteria penilaian

sebagai berikut:

- Skor nilai 90 – 100 = A (baik sekali)

- Skor nilai 80 – 89 = B (baik)

- Skor nilai 65 – 79 = C (cukup)

- Skor nilai 55 – 64 = D (kurang)

- Skor nilai  55 = E (buruk)

(Sumber: Cece Rakhmat dan Solehudin 2006 : 67).

(52)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dari hasil penelitian tindakan kelas yang telah

dilakukan oleh peneliti pada penerapan model Cooperative Learning Tipe

Student Fasilitatir and Explaining (SFE), maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan dari mulai pelaksanaan pra siklus, siklus I, siklus II dan siklus

III, adalah sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative

Learning Tipe Student Fasilitator and Explaining (SFE) yang

memberikan fasilitas kepada siswa untuk memberikan penjelasan

kepada teman yang lainnya dengan menggunakan peta konsep. Yaitu

pada awal pembelajaran guru mendemonstrasikan alat peraga yaitu

bertujuan untuk memberikan gambaran kepada siswa dan memancing

rasa ingin tahu siswa, lalu siswa dibagi kedalam beberapa kelompok

untuk berdiskusi dan membuat peta konsep sebagai bahan untuk

memberikan penjelasan dihadapan temannya yang lain. dalam

pembelajaran sudah bisa menunjukan pembelajaran yang aktif, kreatif

dan efektif karenanya dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam

belajar. Guru sudah bisa menciptakan pembelajaran yang kolaboratif,

(53)

94

sudah terlihat. Bahkan guru sudah bisa mengajak siswa untuk bisa

berpikir terbuka dan menuangkan ide gagasannya terhadap

permasalahan yang disajikan. Dan berdasarkan hasil observasi yang

dilaksanakan seiring dengan adanya tindakan mengenai aktifitas siswa

maka hasilnya ialah cukup baik karena siswa yang mulai berani tampil

kedepan untuk memberikan penjelasan. Yang walaupun pada awalnya

mengalami kesulitan namun dari setiap siklusnya mengalami

peningkatan dalam aktifitas belajar siswa.

2. Hasil belajar siswa pada konsep teknologi dengan menggunakan model

Coopertive Learning Tipe Student Fasiliator and Explaining (SFE)

mengalami peningkatan yang sangat baik, hal ini bisa dilihat dari skor

rerata hasil belajar siswa mulai dari siklus I mencapai 60 dan

preesentase 36% dengan kategori cukup, pada siklus II nilai rerata

siswa meningkat menjadi 84 dengan preesentase 80% masih dalam

kategori baik, terbukti telah tercapainya penelitian. Namun masih

dilanjutkan pada siklus selanjutnya karena materi teknologi yang

belum tersampaikan seluruhnya. dan kemudian pada siklus III

mencapai 88 dengan preesentase 88% termasuk dalam kategori baik.

Hal ini menunjukan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan

khususnya pada pembelajaran IPS konsep teknologi dengan

menggunakan penerapan model Cooperative Learning Tipe Student

(54)

95

Dari uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa penelitian pada

penerapan model Cooperative Learning Tipe Student Fasilitator and

Explaining (SFE) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep

teknologi ini telah berhasil dan memperoleh hasil yang sangat baik dengan

meningkatnya skor hasil belajar siswa dan mampu melaksanakan

langkah-langkah model Cooperative Learning Tipe Student Fasilitator and Explaining

(SFE) dengan baik sehingga terciptanya pembelajaran yang aktif dan dapat

mengeksplorasi siswa untuk bisa berfikir terbuka saat melaksanakan kegiatan

kelompok. Sehingga dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam mengikuti

proses belajar mengajar. Sehingga siswa mampu untuk maju kedepan dan

memberikan penjelasan kepada teman yang lainnya melalui peta konsep yang

dibuat dengan berdiskusi bersama anggota kelompoknya masing-masing.

B. Saran

Berdasarkan temuan-temuan penelitian tindakan kelas di kelas IV SDN

Babakanlor IV terhadap pembelajaran IPS, peneliti mengajukan beberapa

saran sebagai berikut:

1. Guru Kelas

Dalam pembelajan sebaiknya diawali dengan memotivasi siswa,

agar siswa memiliki rasa ingin tahu dan fokus. Dan sebaiknya menjadi

sebagai fasilitator bagi siswa sehingga siswa mendapatkan kebebasan

(55)

96

memberikan pembelajaran guru senantiasa menciptakan atau

menggunakan alat peraga.

2. Kepala Sekolah

Selaku pemegang kebijakan tertinggi di sekolah kepala sekolah

hendaknya memberikan dukungan dan penghargaan kepada guru yang

berusaha meningkatkan kualitas pembelajaran dengan memilih

pendekatan atau metode yang tepat dan sesuai dengan materi yang

akan diajarakan, serta kepala sekolah senantiasa selalu memantau guru

dengan memberikan masukan-masukan atau saran terhadap

pembelajaran yang dilakukan oleh guru guna mewujudkan

peningkatan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan.

3. Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya, dikarenakan dalam penelitian ini masih

ditemukan adanya kekurangan, maka hasil penelitian ini bisa dijadikan

bahan diskusi dan referensi untuk diteliti lebih lanjut sebagai upaya

memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan pada pembelajaran

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Dkk. (2006). Pendidikan Tundakan Kelas, Jakarta:

Bumi Aksara.

Arifin Zainal, (2012). Penelitian Pendidikan Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Dewi, KI dan M. Mega N. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:

CV. Regina

Febriyanti Fera, 9, (2010). Penerapan Model Cooperative Learning Teknik

Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep

Komunikasi Pembelajaran IPS di SD. Skripsi. Prodi. [tidak

diterbitkan]

Hamalik, Oemar, (2008). Proses Belajar Mengajar. Bandung:

Rosdakarya.

Hisnu Tantya, dan Winardi, (2008). Ips 4. Jakarta : PT. Pustaka Tiga

Kelana

Kusumaatmaja Nursyid, Dkk. (2005). Konsep Dasar IPS. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Mulyawati, 8, (2010). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep

Makanan Bergizi Seimbang Melalui Pendekatan Science

(57)

98

Rakhmat Cece dan Solehuddin, (2006). Pengukuran dan Penilaian Hasil

Belajar Bandung: CV. Andira

Riyanto Yatim, (2009). Paradigma Baru Pembelajaran sebagai Referensi

Bagi Guru/Pendidik Jakarta : Prenada Media

Rusman, (2011). Model – model Pembelajaran Mengambangkan

Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Sudjana Nana, (2009). Penilaian Hasil Proses Mengajar Bandung:

Rosdakarya

Uno Hamzah B dan Mohamd Nurdin, (2012). Belajar Dengan Pendekatan

PAILKEM Jakarta : PT Bumi Aksara

Yusnandar E, (2010) Belajar dan Pembelajran SD. UPI Serang [tidak

diterbitkan]

Wahyudin Uyu, dkk. (2006). Evaluasi Pembelajaran SD Bandung: UPI

Gambar

Tabel   4.6  Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Konsep Teknologi
Grafik 4.1 Rekapitulasi Skor Hasil Belajar Siswa ....................................................
Gambar 3.1 Desain PTK Model Kemmis dan Mc Taggart Sumber: (Natalia dan
Gambar 3.1: Desain PTK Model Kemmis dan Mc Taggart
+4

Referensi

Dokumen terkait

Ayat 3: “Dalam hal isi perjanjian kerja bersama bertentang an dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagaimana dimaksud dalam Ayat (2), maka ketentuan

[r]

For this assessment, subjects 15 years old or more had their visual acuity measured using the Snellen chart and their mental health status determined using the

of 802.11 authentication method is used on the client to associate to an Access Point on the Certkiller network. A.Open B.LEAP C.Closed D.EAPTLS

The results of the study are as follows: (1) There is an increasing ability found in mathematical connection of students whom taught by using outdoors mathematics

Nomor P.14IPHPL/SEI/412016 tenlang Standar dan Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) dan Verifikasi Legalitas Kayu

Pelaksamaam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) bertujuan untuk memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi warga negara usia sekolah untuk memperoleh layanan pendidikan

Hasil ini menunjukan bahwa variabel kinerja keuangan yang diproksikan dengan ROA dan kepemilikan manajerial memiliki pengaruh postif terhadap nilai perusahaan,