PENYULUHAN INDUSTRI KECIL
MENINGKATKAN USAHA PETANI GULA AREN
( Studi Kasus Pola Penyuluhan Industri Kecil Gula Aren Di Desa Wanga Kecamatan Motoling
Kabupaten Minahasa Propinsi Sulawesi Utara
T E S I S
Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis Institut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Program Pasca Sarjana Bidang Studi
Pendidikan Luar Sekolah
O l e h :
HAROL REFLIE LUMAPOW
NP. : 673/C/XIX-11
BIDANO STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN B A N D U N G
LEMBAR PERSETUJUAN
Prof. Dr. Socpardjo Adikusumo
PEMBIMBING I
Dr. Ni^rsid Sumaatmadja
PEMBIMBING II
BIDANG STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BANDUNG
DAFTAR ISI
Hal
PERSETUJUAN PEMBIMBING
PENGANTAR
l
UCAPAN TERIMA KASIH
....
DAFTAR ISI
• • • v m
DAFTAR GAMBAR
. . . XII
BAB I PENDAHULUAN
±
A. Latar Belakang Pemikiran
.
X
1. Dimensi pendidikan dalam Pembangunan
...
1
2. Pendidikan luar sekolah sebagai sub
sistem pendidikan n
3. Penyuluhan sebagai bentuk pendidikan
luar sekolah
15
k. Penyuluhan industri kecil sebagai
ca-kupan pendidikan orang dewasa
...
20
5. Peranan penyuluhan dalam pembangunan
industri kecil # p?
B. Perraasalahan
?c-1. Perumusan masalah ... pp.
2. Definisi oprasional
. . .
r
?&
3* Pembatasan masalah . 71
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
32
1. Tujuan penelitian
32
2. Manfaat penelitian
33
BAB II POLA PENYULUHAN INDUSTRI KECIL 34
A. Sistera Penyuluhan Industri Kecil . 34
1. Masukan sarana (instrumental input) 37
2. Masukan mentah (raw input) 50
3. Masukan lingkungan (enviromental input) ... %
4. Proses penyuluhan industri kecil 59
5. Komponen keluaran 61
6. Masukan lain (other input) ... 62
7. Komponen pengaruh (impact) 64
B. Pola Pendekatan Pendidikan Luar Sekolah ... 65
C. Pola Pendekatan Penyuluhan Industri Kecil
Bagi Petani Gula Aren 72
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 76
A. Metode Penelitian ... . 76
B. Subyek Yang Diteliti ... 77
C. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data .... 78
1. Instrumen penelitian ... 78
2. Teknik pengumpulan data 79
3. Analisis data . 79
D. Tahap-tahap Penelitian ... 80
E. Kredibilitas Hasil Penelitian 81
1. Member check 81
2. Triangulasi 82
3. Audit trail 82
4. Kerahasiaan 83
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA Ql+
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian dan Keadaan
Petani Gula Aren Sebelum Adanya Penyuluhan
Industri Kecil. . q^
1. Gambaran umum daerah penelitian 8^
2. Keadaan industri kecil gula aren 92
3. Sistim pengolahan gula aren sebelura penyuluhan
industri kecil 95
4. Pengamatan peneliti tentang sistim petani
dalam pengolahan gula aren 100
B. Deskripsi Hasil Penelitian lOZf
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam
proses penyuluhan industri kecil 10^
2. Pola pendekatan penyuluhan industri kecil . . . 111+
C. Reduksi data 126
D. Analisis Data 133
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam
proses penyuluhan industri kecil 133
a. Pengalaman belajar membuat gula aren 133
b. Orientasi nilai budaya petani gula aren .... 135
c. Status ekonomi petani gula aren I36
d. Kondisi fisik dan psikhologis petani gula aren. I38
e. Kondisi geografis tempat membuat gula aren . . 1/fl
f. Tujuan penyuluhan industri kecil 1^2
2. Pola penyuluhan industri kecil IZ4.3
a. Bentuk penyuluhan industri kecil 143
c. Peran penyuluh industri kecil . . . 146
d. Peran petani dalam proses penyuluhan Iif9
e. Materi penyuluhan industri kecil 151
f. Metode penyuluhan industri kecil 153
g. Media penyuluhan industri kecil 155
h. V/aktu dan tempat penyuluhan 157
3. Hasil penyuluhan industri kecil 159
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi peraahaman
petani gula aren 160
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan
penyuluhan 162
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 172
A. Kesimpulan 172
B. Rekomendasi 176
DAFTAR KEPUSTAKAAN 180
LAMPIRAN-LAMPIRAN . 18^
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
Hal
A. Daftar gambar
1. Keterkaitan antara kedua sub sistem pendidikan 8
2. Hubungan fungsional antara koraponen-komponen
pendidikan luar sekolah 35
B. Tabel
1. Perkembangan penduduk Desa Wanga sejak tahun
1985 sampai dengan tahun 1989 85
2. Jenis mata pencaharian dan jumlah pekerja 86
3. Keadaan pendidikan penduduk Desa Wanga yang
sudah bekerja Q^>
if. Keadaan penduduk yang sedang bersekolah 88
BAB I PENDAHULUAN
A» Latar Belakang Pemikiran
1. Dimensi pendidikan dalam pembangunan
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu
pesat menuntut kemandirian manusia untuk memberikan
makna
segenap potensi sumber daya yang ada. Sikap mandiri
ber-arti memiliki prakarsa tanpa selalu didorong, mampu membu
at antisipasi masa depan, serta menjadikan setiap-
peng-alaman sebagai proses belajar guna kemajuan yang lebih
rae-nguntungkan. Soepardjo Adikusumo (1988:3) mengeaukakan:
"Pembangunan adalah peluang bagi setiap insan
di
hJmW^arVel^Jar' yaitu belaJ*ar ^ri pengalaman,
hambatan dan kemajuan, untuk diraih manfaat dan nilai
tambah selama ini dari perilaku stagnat, statis
daa
intertia, yaitu kecerobohan, kurang kepedulian,
asal-w«™ keJufs^/anS tidak berdimensi hari depan yang
berprospek kehidupan generatif".
Perilaku stagnat, statis dan intertia akan
membuda-ya dalam masmembuda-yarakat serta membawa dampak ketertinggalan
teknologi apabila tidak diadakan perubahan. Akibat
keter
tinggalan ilmu dan teknologi, mereka akan dicengkram oleh
berbagai kemiskinan yang senantiasa. pasrah pada nasib, ku
rang memiliki motif berpres'tasi, serta tidak dapat
meng-ubah struktur sosial.yang sudah mapan dan tidak
menguntung-kan dalam masyarakat. Mereka ini amenguntung-kan menjadi sekelompok
masyarakat yang selalu menunggu diprakarsai, mengikuti se
tiap ajakan tanpa memberikan komentar, kurang percaya diri
serta takut mengambil resiko dalam setiap aktivitas.
Menu-rut Selo Soemardjan (1980:5) bahwa:
a/lBi
antara para anggota golongan miskin itu mungkin
ada yang ingin melepaskan diri dari belenssu kemiskin
Sh^emSlSfUSah^an ?e^duPan ^ng secaJffkonoSs ^1
2aa?aPmagnoSSggan\tau^ta """^
^
^
^
^
Pemikiran yang dikemukakan tadi menunjukkan bahwa
potensi yang dimiliki seseorang untuk melakukan aktivitas
pembangunan memerlukan upaya yang menuntut perjuangan
se-cara kelompok. Hanya dengan berkelompok, mereka yang
ber-ada dalam struktur yang belum menguntungkan dapat meraih
kesuksesan dan sekaligus mencapai posisi yang seimbang de
ngan anggota lain dalam masyarakat. Di samping kelompok
dipandang sebagai suatu potensi bangunan struktur sosial
yang menjadi alat untuk mengadakan perubahan, dapat
juga
berfungsi sebagai wadah interaksi educatif dan evaluatif
hasil. yang telah dicapai. Di dalam kelompok, seseorang da
pat mengembangkan dan mengoptimalisasikan potensi diri,
dan menanamkan kemandirian untuk memafuhi setiap
norma-norma yang disepakati bersama.
^
Pembangunan yang sedang digalakkan di Indonesia ber
upaya untuk melaksanakan segenap aspek tanpa mengabaikan
antara satu dengan yang lain. Hal ini telah disadari bahwa
semua aspek saling mempengaruhi. serta memiliki
ciri
khas
tersendiri sebagai potensi ke arah kemajuan yang
ting-3
gal di daerah pedesaan dan umumnya bekerja sebagai petani
dan perajin. Begitu pula dengan aspek sosial budaya pendu
duk Indonesia memiliki budaya yang beragam serta
pola
in-teraksi yang lebih bersifat gotong-royong. Umumnya mereka
yang tinggal di daerah pedesaan masih dicengkram berbagai
kemiskinan yang disebabkan oleh pendidikan yang
relatif
rendah, struktur sosial yang kurang menguntungkan, serta
orientasi budaya berdasarkan tradisi turun-temurun.
Menu-rut Astrid Susanto (198^:21) bahwa "Karena kemiskinan
ter-lalu mencekam secara teratur dan kontinu, akhirnya
pada-diri petani miskin timbulah sikap anti resiko
, dalam
mencoba suatu inovasi dari luar, kadang-kadang masih
di-nilai terlalu mahal".
Berbagai upaya telah digalakkan untuk membebaskan
masyarakat desa dari kemiskinan. Pendidikan sebagai
sub-sistem pembangunan dianggap sebagai salah satu peluang un
tuk menanggulanginya. Antara pendidikan dan masyarakat ti
dak dapat dipisahkan karena keduanya berhubungan dialektis,
di satu pihak pendidikan berperan sebagai pembawa perubah
an sedangkan di lain pihak pendidikan itu raerupakan produk
dari masyarakat. Astrid Susanto (198^:114) mengemukakan
bahwa "Pemikiran pokok untuk meni.ngkatkan taraf hidup mas
yarakat yang hidup dibawah garis kemiskinan melalui pendi
dikan ialah karena adanya asumsi bahwa melalui pendidikan
bagi masyarakat miskin terbukalah kesempatan baru.memberi
dikemu-kakan tadi sangat beralasan oleh karena berbagai
kenyata-an telah menunjukkkenyata-an bahwa umumnya mereka ykenyata-ang mencapai
posisi adalah produk dari proses pendidikan.
Pendidikan merupakan suatu proses untuk aencapai
ke-dewasaan. H.D. Sudjana S, (1989:3) mengemukakan "Pendidik
an dalam pengertian umum, dapat diartikan sebagai
komunika-si terorganisakomunika-si untuk menumbuhkan kegiatan belajar yang
berlanjut". Secara rinci Achmad Sanusi (1989:2+5) mengurai
unsur-unsur, koraponen-komponen dan dimensi-dimensi
pendi-dikan sebagai wilayah obyek ilmu sebagai berikut:
U) SdUd^Pfr^ftan
Sfdar
(yanS disengaja) dan
meli-batkan totalitas nilai-nilai manusiawi:
fisik.men-,,, Jai» sosial, budaya, dan spiritual;
Kb)
Terjadi dalam situasi, hubungan, dan pergaulan
an-tara pendidik dan yang dididik;
Di satu pihak, oleh pendidik sebagai orang dewasa,
melalui bentuk kegiatan membimbing, mengajar,
me-danan "J*!561,1 lnformasi» nasehat, contoh,
ketela-(d) Di lain pihak, oleh yang mendapat didikan atau
pe-serta didik sebagai yang dianggap belum dewasa,
melalui berbagai bentuk kegiatan belajar, berlatih,
Dertanya, membaca, menulis, berhitung, dan
kegiat-ber iki?^ yanS melibatkan dirinya dalam proses
(e) Dengan raengolah bahan-bahan didikan yang berisi
teknolSgiaidlitk' estetik' PenSetahuan atau ilmu,
(f)-Di mana.terjadi proses inter-relasi, inter-aksi,
transaksi, dan transformasi mental, secara sosial Duaaya;
(g) Dari terjadi proses pendewasaan diri sesuai dengan
potensi, bakat, minat, motif, aspirasi,
kepercaya-, an>dH dan yang dididik sendiri;
U; Dengan metode dan cara-cara yang adaptif
dengan
sifat-sifat yang dididik serta bahan-bahan didik
an, begitu juga dengan suasana lingkungan fisik
serta sosial budaya yang bersangkutan;
Hi
J1Ser
JenSan penilaian, pengujian, pengukuran:
^3)
^angsegala
sesuatunya ditujukan pada pencapaian
da-sar modal yang pada kelanjutannya member!
kekuat-an atau dampak pengiring ykekuat-ang positif bagi per kembangan kualitas pribadi yang dididik sebagai manusia seutuhnya, demikian juga bagi perkembang
an hubungan fungsional dengan lingkungannya.
Berdasarkan batasan pendidikan yang dikemukakan
ta-di dapat ta-disimpulkan bahwa aktivitas penta-dita-dikan dapat
ber-langsung dalam berbagai situasi yang memberikan nilai
tam-bah bagi seseorang untuk mencapai tujuannya. Secara
eks-plisit telah dikemukakan dalam Undang-undang RI No.2 tahun
1989 tentang Pendidikan Nasional pasal 10 ayat (1) bahwa "Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui 2 (dua)
jalur yaitu jalur pendidikan sekolah dan luar sekolah".
Dengan mengacu pada batasan tadi dapat di lihat pe
ranan pendidikan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan.
Peranan pendidikan untuk mengembangkan kualitas manusia su
dah menjadi fakta sosial dalam kehidupan masyarakat,sehing
ga sangat beralasan apabila pendidikan mendapat prioritas
di dalam anggaran pembangunan serta banyak institusi mulai
menginvestasi dana mereka untuk membiayai pelaksanaan pen
didikan. Bagi mereka investasi dalam pendidikan akan mem
berikan peluang untuk raeningkatkan usaha yang digalakkan.
E.F. Schumacher (1980:75) mengemukakan bahwa "Dari semua
sumber daya, pendidikan adalah yang terpenting". Peraikiran
pendidikan sebagai sumber daya yang terpenting oleh karena
perannya yang begitu luas dalam segala aspek pembangunan.
Soepardjo Adikusumo (1989:36) mengemukakan bahwa "Pendidik
dan transformasi budaya". Pendidikan sebagai terapi budaya
bukan semata-mata hanya berorientasi pada aspek anak didik
tetapi lebih jauh terapi terhadap struktur sosial yang
se-ring menjadi pengharabat pelaksanaan pembangunan. Pendidik
an sebagai transformasi budaya dapat berperan untuk membe
rikan segenap nilai-nilai yang relevan .untuk pencapaian tu juan pembangunan. Sebagai pengembang budaya, pendidikan me
miliki peran untuk menggali dan mengembangkan nilai-nilai
positif. yang.sudah ada dalam masyarakat, dan dapat mengem
bangkan potensi yang dimiliki oleh seseorang untuk
melaksa-nakan proses pembangunan.
Banyak pakar pendidikan menyadari bahwa manusia ti
dak lepas dari kehidupan sosial di mana dia berada. Ling
kungan sangat mempengaruhi tindakannya dan akan
mencermin-kan keadaan budaya. Hal ini amencermin-kan mempengaruhi pelaksanaan
proses pendidikan karena menghadapi manusia tidak dapat
digeneralisasikan antara satu kelompok dengan kelompok la
in. Toh Chin Chye (1981:21) mengemukakan bahwa:
"You cannot modernize without changing behavior.
Behavior is adapted to enviroment and enviroment cha nges with inventions and technology. So culture is
not immutable. It evolves with technological progress
and a culture legacy therefore changes in time from
one generation to another generation".
Implikasi di Indonesia yang beragara budaya dan kon
disi geografisnya sangat perlu dilakukan diagnosa keadaan
masyarakatnya agar dapat ditemukan pola pendidikan yang
relevan untuk mencapai tujuan pembangunan. Soepardjo Adi
me-mantapkan ciri-ciri kepribadian bangsa, ciri-ciri budaya
bangsa..., kepribadian individu itu pun merupakan hasil
dari budaya itu sendiri". Tanpa memperhatikan kondisi
geo-grafis dan kehidupan sosial budaya masyarakat dengan
sen-dirnya pendidikan akan menghadapi berbagai hambatan.
2. Pendidikan luar sekolah sebagai subsistem pendidikan.
Secara historis pendidikan luar sekolah seiring de
ngan adanya manusia di muka bumi, sehingga dapat dikatakan
pendidikan luar sekolah sudah ada sebelum pendidikan for
mal. H.D. Sudjana S, (1989:2) mengemukakan bahwa:
"Dengan variasi penamaan lain baginya dan menurut asal usul dan sejarahnya, pendidikan luar sekolah te
lah lahir di dunia ini setua.usia manusia yang hidup
berraasyarakat. Pendidikan luar sekolah telah tumbuh
dan berkembang dalam alur kebudayaan setiap masyara kat, dan sering bersumber pada agama dan tradisi
yang dianut oleh masyarakat, sehingga kehadirannya mempunyai akar yang kuat pada budaya raasyarakatV
Berbagai praktek pendidikan luar sekolah sebelum*
adanya pendidikan formal dapat di lihat melalui sistim
pe-warisan budaya di dalam keluarga, sistim belajar magarfg,
kelompok belajar, seperti dalam kegiatan agama yang
dipim-pin oleh pemimdipim-pin agama.
Pendidikan luar sekolah sebagai subsistem pendidik
an mengandung makna bahwa kedua subsistem pendidikan yang
ada memiliki tanggung jawab yang sama untuk mencapai
tujuan pendidikan. Kedua subsistem pendidikan ini
bersama-sama menjawab setiap perraasalahan pendidikan.H.D. Sudjana S,
(1989:68) menggambarkan keterkaitan antara kedua subsistem
Gambar 1 : KETERKAITAN ANTARA KEDUA SUB SISTEM PENDIDIKAN
Sistea Pendidikan
Nasional
Subsistem
Pendidikan Luar Seko
lah
(Out Of School Educa tion)
Program Pendidik
an Non Formal
Di Lingkungan
Masyarakat/Lem-baga
Program Pendir-dtkaii Informal
Di Lingkungan Keluarga
Subsistem
Pendidikan sekolah
(In School Educati on)
Program Pendi
dikan Formal
Di Lingkungan
Sekolah
Tri-Pueat/Tri-Kondisi
Pendidikan
Dari gambar yang dikemukakan di atas menunjukkan bah
wa program pendidikan non formal dan pendidikan informal me
relevan dengan batasan pendidikan luar sekolah yang dikemu
kakan oleh Soepardjo Adikusumo (1971:4) sebagai berikut:
"Pendidikan luar sekolah adalah setiap kesempatan di
mana terdapat komunikasi yang teratur dan terarah di
luar sekolah dan seseorang memperoleh informasi penge
tahuan, latihan, atau bimbingan sesuai dengan usia
dan kebutuhan hidupnya, dengan tujuan mengembangkan
tingkat keterampilan, sikap,dan nilai-nilai yang me-mungkinkan baginya menjadi peserta yang efiesien dan efektif dalam lingkungan keluarganya bahkan lingkung
an masyarakatnya dan negaranya".
Batasan yang dikemukakan tadi memandang setiap
ke
sempatan yang dapat menjalin komunikasi teratur dan terarah
serta mendapat nilai tambah bagi dirinya dapat disebut
se
bagai aktivitas pendidikan luar sekolah. Dengan demikian,
baik pendidikan di dalam keluarga atau pun interaksi sese
orang yang sama-sama secara sadar melakukan komunikasi un
tuk memperoleh nilai tambah dapat juga dipandang
sebagai
cakupan pendidikan luar sekolah. Sedangkan The University
of Massachusetts mengartikan pendidikan luar sekolah seba
gai berikut "A wide range of non-school activities whose major purpose is to promote in people around the world the
development of skills, konwledge and behaviors which will
enable them to improve'their life situations"(Gail Von
Hahmann, 1978:6).
Batasan tadi memandang pendidikan luar sekolah seba
gai proses yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku seseorang sehingga memungkinkan
baginya mencapai taraf hidup dalam berbagai situasi kehi
seko-lah yang teseko-lah dikemukakan tadi tidak terdapat perbedaan
yang sangat prinsipil. Keduanya memandang pendidikan
lu-sekolah sebagai suatu aktivitas pendidikan di luar sis
tim pendidikan formal dan bertujuan untuk mengingkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan mengubah perilaku
sese
orang untuk mencapai taraf hidup yang menguntungkan. Di
lihat dari dimensi-dimensi pendidikan luar sekolah dapat
dimekukakan dimensi yang
diberikan oleh Arlen Etling
(1977:3) sebagai berikut: 1) Learner-centered, 2)
Cafe-taria curriculum, 3) Informal human relationship, /,) Re_
liance on local resorces, 5) Immediate usefulness, 6)
Low level of atructure".
Melihat batasan dan dimensi-dimensi dalam pendidik
an luar sekolah narapak jelas perbedaannya dengan
pendidik-an.formal, yang secara nasional seragam dari segi usia
pe-serta didik, waktu pengajaran, adanya pembagian tingkat,
mengandalkan ijasa masuk, materi belajar yang
diseragam-kan, serta tidak semua keterampilan yang dibutuhkan mas
yarakat dapat dilayani.
Pendidikan luar sekolah memiliki berbagai bentuk
aktivitas pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Frederck H. Harbison (1973:5) mengemukakan iiga
klasifi-kasi bentuk aktivitas pendidikan luar sekolah sebagai be
rikut :
1) Activities oriented primarily to-development of
S^S^i
and k?owledSe of members of the labor
2) Activites designed primarily to prepare persons,
mostly youth, for entry into employment;
3) Activities designed to develop skill, knowledge,
and understanding that trancend the work world.Berdasarkan klasifikasi yang telah dikemukakan tadi
dapat di lihat cakupan pendidikan luar sekolah dalam
penca-paian tujuan pendidikan. Dari bentuk-bentuk tadi
ternyata
pendidikan luar sekolah dapat berperan dalam berbagai situ
asi yang tidak dapat dijangkau oleh pendidikan formal. Ber
dasarkan hasil penelitian Philip H. Coombs dan Manzoor Ah
med (1973:378) dapat disimpulkan bahwa:
"Pendidikan non formal mempunyai kebebasan dan
kele-luasaan luar biasa untuk melayani penduduk dari setiap
kelompok usia dan dengan sembarangan dasar pendidikan
berkenaan dengan hampir segala jenis ilmu yang
hendak
dituntut. Pendidikan non formal dapat mengandalkan
aneka ragaa sponsor dan sumber dana atau dukungan, dan
dapat diadakan dengan aneka corak dan-bentuk,
menggu^-nakan aneka ragam tenaga pengajar dan metodik
peng-ajaran, dapat diselenggarakan pada sembarangan tempat,
waktu, untuk sembarangan jangka-masa".
Pendidikan luar sekolah memiliki berbagai jenis pen
didikan sesuai dengan sasaran yang dihadapi. Untukv-m.enun-..
Jang pendidikan formal, pendidikan luar sekolah dapat ber
peran sebagai pengganti, penambah maupun sebagai pelengkap.
Dari segi tujuannya, pendidikan luar sekolah selalu
menye-suaikan dengan kebutuhan sasaran yang menjadi peserta pen
didikan. H.D. Sudjana S, (1989:72) mengemukakan bahwa
"Pendidikan luar sekolah, sebagai subsistem -pendidikan
na-sional, mencakup jenis pendidikan lainnya sepanjang pendi
dikan tersebut diselenggarakan di luar sistem sekolah.
massa, pendidikan orang dewasa, dan pendidikan perluasan".
Pendidikan massa (Mass education) adalah kesempatan pendi
dikan yang diberikan kepada masyarakat luas dengan tujuan
untuk membantu masyarakat agar warganya memiliki kecakapan
membaca, menulis, berhitung dan pengetahuan umum yang
di-perlukan dalam upaya peningkatan taraf hidup kehidupannya
sebagai warga masyarakat dan warga negara. Pendidikan orang
dewasa (Adult education) adalah jenis pendidikan yang
disa-jikan untuk membelajarkan orang dewasa. Tujuannya agar me
reka dapat mengembangkan kemampuan, memperkaya pengetahuan,
meningkatkan kualifikasi teknik dan profesi yang telah
di-railikinya, memperoleh cara-cara baru, serta mengubah sikap
dan perilakunya. Jenis-jenis pendidikan orang dewasa, se
perti pendidikan lanjutan, pendidikan perbaikan, pendidikan
populer, pendidikan kader, dan pendidikan keluarga. Pendi
dikan perluasan (Extension Education) adalah kegiatan pen
didikan yang diperluas jangkauannya ke luar peserta didik
di perguruan tinggi, yaitu kepada masyarakat. Pendidikan
ini merupakan pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan
oleh perguruan tinggi untuk melayanirkebutuhan belajar
mas-rakat .yang berkaitan dengan hasrat mereka untuk
berpartisi-pasi aktif dalam menerapkan atau memanfaatkan
penemuan-pe-nemuan baru yang dihasilkan oleh perguruan tinggi.
Dari berbagai jenis pendidikan tadi menunjukkan bah
wa pendidikan luar sekolah dapat melayani semua peserta di
pe-layanan pendidikan berdasarkan kebutuhan yang. diharapkaa
oleh anggota masyarakat. Pendidikan luar sekolah dapat
men-jangkau seluruh kebutuhan sesuai dengan kondisi masyarakat.
Hal ini disebabkan oleh programnya yang fleksibel dengan
kondisi sosial yang berada di dalam masyarakat.
Dikaitkan dengan penduduk Indonesia yang umumnya ber
ada di pedesaan, pendidikan luar sekolah banyak berperan da
lam meberikan pendidikan kepada: masyarakat desa.
Kebutuhan
masyarakat desa yang tidak dapat dilayani pendidikan formal,
pendidikan luar sekolah dapat memainkan peranannya. Menurut
H.D. Sudjana S, (1989:159) bahwa "Pendidikan luar sekolah
memegang peranan penting dalam menunjang pembangunan pede
saan secara terpadu. Pendidikan ini member! dukungan
terha-dap pembangunan pedesaan karena program-programnya:
1) Berorientasi untuk memenuhi kebutuhan belajar pen
duduk pedesaan.
2) Memotivasi-masyarakat .untuk berpartisipasi
dalam
kegiatan pembangunan.
3) Menumbuhkan ino'vasi.karena sifatnya <yang luas dan
1leKsibel.4) Menggunakan sumber-sumber yang terdapat di
5) Menjadi forum kegiatan saling belajar bagi
masya-6) Mendororig terjadinya komunikasi antar lembaga
pe-merintah dan kemasyarakatan yang bergerak dalam
kegiatan pendidikan luar sekolah dan pembangunan.
() Leoxti murah biaya penyelenggaraannya dibandingkan
dengan pembiayaan pendidikan sekolah.
Di lihat dari lembaga pendidikan formal yang berada
di daerah pedesaan nampaknya belum sepenuhnya mengjangkau
sasaran dan kebutuhan belajar yang diharapkan. Umumnya di
tingkat pendidikan.raenengah pertama atau pada level pendi
dikan dasar. Berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan
ini dapat digambarkan tingkat pengetahuan dari peserta
di-dik yang mengikutinya, dimana tingkat pendidi-dikan ini belum
memberikan bekal skill yang dapat diterapkan langsung da
lam dunia kerja. Untuk melanjutkan pada tingkat pendidikan
yang lebih tinggi biasanya mereka menghadapi berbagai
ham-batan, seperti daya tampung lembaga, biaya pendidikan yang
semakin mahal, dan-program belajar yang serxng tidak rele
van:. dengan kebutuhan yang diharapkan.
Untuk menanggulangi aasalah tersebut, pendidikan lu
ar sekolah sebagai jalan satu-satunya bagi mereka
mendapat-kan tambahan pengetahuan dan keterampilan yang relevan de
ngan kebutuhan belajar untukcdijadikan.modal dalam meaasuki
dunia kerja. Melihat perraasalahan yang dihadapi masyarakat
desa dalam pendidikan, Wahyudi Ruwiyanto dalam desertasinya
memberikan kesimpulan sebagai berikut;
atasi masalah pengangguran. Pendidikan tSebSt h2?Sf"
^is£r&n&^s^xB^lSV?:
sempatan menerSskan pendidikan k* t?Sfir-J
keC
keiuruaft'T^
*™**™J
seSai^nya'SfiSt-aTSfSSh
(K£aS? l9etJuPlimI9n8S8e)!angkan *endid^ non-for^*
Rekoraendasi untuk membatasi sekolah kejuruan dan me- .
sepenunya menjawab kebutuhan belajar peserta didik. Dari
segi pembiayaannya dapat di lihat pada sarana-sarana yang
dibutuhkan untuk penyelenggaraan program pendidikan
keju-ruan yang memerlukan banyak biaya, sedangkan kemampuan
ekonomi masyarakat desa masih relatif rendah.
Perkembang-an ilmu pengetahuPerkembang-an dPerkembang-an teknologi yPerkembang-ang begitu cepat
meru-pakan penyebab lain dari program belajar yang sering
ti-dak sepenuhnya menjawab kebutuhan belajar peserta didik.
3. Penyuluhan sebagai bentuk pendidikan luar sekolah.
Penyuluhan dapat dipandang sebagai bentuk pendidik
an luar sekolah oleh karena memiliki karakteristik
yang
relevan dengan pendidikan luar sekolah. Paulston
mengemu-kakan perbedaan karakteristik pendidikan sekolah dan pen
didikan luar sekolah dari segi: penetapan tujuan, waktu,
isi program, proses belajar-mengajar, dan
pengendalian
program"(H.D. Sudjana S, 1989 :<fl). Berkenaan dengan
ka
rakteristik pendidikan luar sekolah dapat dijelaskan
se
bagai berikut:
1) Tujuan:
a. Jangka pendek.dan khusus. Bertujuan untuk memenuhi ke
butuhan belajar tertentu yang fungsional
bagi
kehidup-an raasa ini.
b. Kurang menekankan pentingnya ijasah. Hasil belajar,
kehi-dupan di lingkungan pekerjaan atau di masyarakat.
Ganjaran diperoleh selama proses dan akhir program dalam
bentuk benda yang diproduksi, pendapatan dan
keterampil-an.
2) Waktu:
a Relatif singkat. Jarang lebih dari satu iahun, pada
umumnya kurang dari satu tahun.
Lamanya penyelenggaraan program tergantung pada kebutuh
an belajar peserta didik.
Persyaratan untuk mengikuti program ialah kebutuhan,
mi-nat, dan kesempatan waktu paEa peserta.
b. Menekankan masa sekarang. Memusatkan layanan untuk
meme-nuhi kebutuhan terasa peserta didik guna meningkatkan
kemampuan sosial-ekonominya dalam waktu bebas.
c. Menggunakan waktu tidak terus menerus. Waktu ditetapkan
dengan berbagai cara sesuai dengan kesempatan peserta
didik, serta memungkinkan untuk melakukan kegiatan bel
ajar sambil bekerja atau berusaha.
3) Isi program;
a. Kurikulum berpusat pada kepentingan peserta didik. Ku
rikulum bermacam-macam ragam atas dasar perbedaan kebu
tuhan belajar peserta didik.
b. Mengutamakan aplikasi. Kurikulum lebih menekankan
kete-rampilan yang bernilai guna bagi kehidupan peserta di
dik dan lingkungannya.
Karena program diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan
untuk mengembangkan kemaapuan potensi peserta didik
ma-ka kualifima-kasi pendidima-kan formal dan kemampuan baca
tu-lis sering tidak menjadi persyaratan utama.
*f) Proses belajar-mengajar.
a. Kegiatan belajar dilakukan di berbagai lingkungan
(mas-yarakat, tempat bekerja) atau di pusat-pusat pendidikan
non formal (sanggar kegiatan belajar, pusat latihan,
dsb).
b. Berkaitan dengan kehidupan pserta didik dan masyarakat.
Pada waktu mengikuti program, peserta didik berada da
lam dunia kehidupan pekerjaannya. Lingkungan dihubungkan
secara fungsional dengan kegiatan belajar.
C Struktur program yang fleksibel. Program belajar
berma-cam ragam dalam jenis dan urutannya. Pengembangan kegi
atan dapat dilakukan sewaktu program sedang berjalan.
d. Berpusat pada peserta didik. Kegiatan belajar dapat
menggunakan sumber belajar dari berbagai keahlian dan
juru didik. Pserta didik sering menjadi sumber belajar.
Lebih menitik beratkan kegiatan membelajarkan peserta
didik dari pada mengajar.e. Penghematan sumber-sumber yang tersedia. Memanfaatkan
tenaga dan sarana yang terdapat di masyarakat dan ling
kungan kerja untuk menghemat biaya.
5) Pengendalian program,
Pengendalian tidak terpusat. Kordinasi dilakukan oleh
lembaga-lembaga yang terkait. Otonomi
terdapat pada
tingkat program dan daerah, dan menekankan
pada
ini-siatif dan partisipasi di tingkat daerah.
b. Pendekatan deraokratis. Hubungan antara pendidik dan
peserta didik bergerak hubungan sejajar atas dasar
kefungsian. Pembinaan program dilakukan secara
demo-kratis antara pendidik, peserta didik, dan pihak la
in yang berpartisipasi.
Jika penyuluhan sebagai bentuk pendidikan luar se
kolah berdasarkan karakteristik tadi, maka ada beberapa
ciri-ciri yang dapat dikemukakan sebagai berikut:
1) Kegiatan penyuluhan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
belajar yang berhubungan dengan peningkatan usaha
pe-tani.
2) Penyelenggaraan kegiatan penyuluhan tidak raementingkan
ijasah melainkan pengetahuan, keterampilan dan
sikap
baru yang langsung dipraktekkan dalam peningkatan usa
ha.
,3) Lamanya penyelenggaraan penyuluhan tergantung pada ke
butuhan belajar petani. Biasanya sangat singkat (hanya
1 sampai 2 jam) sesuai dengan kesempatan belajar
pe
tani dan sering diadakan tindak lanjut yang dikunjungi
oleh petugas penyuluh.
/*) Pengetahuan dan keterampilan yang diberikan kepada pe
5) Pengetahuan dan keterampilan yang diberikan tidak
teo-ritis aelainkan praktis dan langsung diaplikasikan gu
na peningkatan usaha petani.
6) Petani yang mengikuti penyuluhan tidak diberikan persya
ratan, seperti ijasah, usia atau pengalaman kerja.
7) Tempat belajar dapat.dilaksanakan di fempat kerja, di
rumah, di gedung pertemuan, di lapangan terbuka, sesuai
dengan keadaan lokasi penyuluhan.
8) Kegiatan penyuluhan tidak mengganggu pekerjaan petani
melainkan dapat dilakukan sementara petani melakukan
pekerjaan.
9) Dalam proses belajar-membelajarkan, antara penyuluh dan
petani dapat bergantian peran. Sewaktu-waktu petani da
pat berperan sebagai sumber belajar, dan penyuluh
men-. jadi warga belajarmen-.
10) Sarana-sarana yang ada di lingkungan petani sering
di-pergunakan sebagai media belajar.11) Proses belajar membelajarkan lebih ditekankan kepada pe
tani yang aktif sedangkan penyuluh lebih berperan
seba-bagai fasilitator dan motivator.
12) Program belajar disusun bersama-sama antara penyuluh dan
petani.
13) Hubungan antara petani dan penyuluh bersifat sejajar
dan tidak bersifat atasan bawahan.
k.
Penyuluhan industri kecil sebagai cakupan pendidikan
orang dewasa
Pendidikan orang dewasa adalah sala satu jenis pen
didikan luar sekolah bagi orang yang sudah dewasa.
Gordon
G. Darkenwald dan Sharan B. Merriam (1982:9) mengartikan
pendidikan orang dewasa sebagai berikut:"Adult education is a whereby persons whose major
social roles are characteristic of adult status un
dertake and sustained learning activities for the
purpose of bringing about changes in knowledge,
atti-tudesj values, or skills".Pendidikan orang dewasa bukan bertujuan untuk
mem-persiapkan seseorang,dalam.memasuki- lapangan .kehidupan
ba-ru, melainkan lebih menekankan pada upaya untuk
mengembang-kan potensi seseorang ke arah kehidupan yang lebih
mengun-tungkan dan secara sadar dapat berperan dalam berbagai ke
hidupan, baik sosial, ekonomi, politik, budaya, sebagai
akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam pelaksanaannya, pendidikan orang dewasa memiliki ber
bagai jenis kegiatan sesuai dengan kebutuhan belajar yang
akan dipelajari. H.D. Sudjana S, (1989:75) mengemukakan je
nis- jenis pendidikan orang dewasa, seperti "Pendidikan
lan-jutan, pendidikan perbaikan, pendidikan populer, pendidikan
dasar, pendidikan kader, dan pendidikan keluarga".
Pendidikan lanjutan merupakan kesempatan bagi orang
dewasa untuk meningkatkan kemampuan setelah mereka
melaksa-nakan suatu pekerjaan atau suatu kegiatan secara sukarela
meningkatkan pengetahuan yang terus berkembang
dalam peker
jaan atau kegiatan seseorang, latihan kepemimpinan,
pening
katan kemampuan manajerial untuk mengolah personil keuangan,
fasilitas, dan sumber daya manusia. Pendidikan lanjutan
ti
dak berkaitan dengan pendidikan umum dan latihan untuk
mema-suki lapangan kerja atau dunia usaha.
Pendidikan perbaikan adalah kesempatan belajar
yang
disajikan bagi orang-orang dewasa yang mulai memasuki usia
tua dengan tujuan agar mereka dapat mengisi kekurangan
pen-didikannya yang tidak sempat diperoleh pada usia muda.
Satu-an-satuan pendidikannya, seperti kursus-kursus pengetahuan
dasar, latihan berorganisasi dan keterampilan yang
berhu
bungan dengan pekerjaan dan usaha.
Pendidikan pppuler adalah kesempatan belajar
yang
disediakan bagi orang dewasa dan orang tua dengan tujuan
agar mereka dapat mengenal perubahan dan variasi dalam ke
hidupan sehari-hari, seperti pergaulan dengan orang
lain.
Pendidikan kader adalah kegiatan pendidikan yang
di-selenggarakan oleh lembaga, organisasi atau perkumpulan
yang giat di bidang politik, ekonomi, kepemudaan, kesehatan.
Pendidikan ini bertujuan untuk membina dan meningkatkan ke
mampuan kelompok tertentu,
Pendidikan keluarga adalah pendidikan orang dewasa
yang berupaya untuk menanamkan prinsip-prinsip, nilai-nilai,
dan kehidupan berkeluarga. Tujuannya adalah memperluas dan
ber-partisipasi dengan terampil dalam kehidupan keluarga seba
gai satuan kelompok. Program belajar dapat diikuti oleh
pria dan wanita dalam semua tingkatan usia. Pendidikan ini
terdiri atas berbagai bidang, seperti hubungan dalam ke
luarga, pertumbuhan dan perkembangan anak, persiapan untuk
memasuki pernikahan, sosialisasi anak muda memasuki peran
sebagai orang dewasa, dll.
Jika penyuluhan industri kecil dipandang sebagai
ca-kupan pendidikan orang dewasa dalam jenis pendidikan lan
jutan, maka ada beberapa ciri-ciri yang dapat dikemukakan:
1) Petani sebagai peserta penyuluhan industri kecil adalah
orang dewasa yang telah memiliki kematangan peran sosi
al dalam kehidupannya,
2) Pada umumnya petani sebagai peserta penyuluhan industri
kecil sudah memiliki pekerjaan,
3) Kehadiran mereka dalam penyuluhan industri kecil untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.yang berhu
bungan dengan kebutuhan belajar,
k) Pengalaman hidup mereka sering mempengaruhi pelaksanaan
proses belajar membelajarkan.
5. Peranan penyuluhan dalam pembangunan industri kecil
Penyuluhan industri kecil adalah suatu bentuk pendi
dikan luar sekolah bagi petani untuk meningkatkan pengetahu
an, keterampilan, dan sikap sehingga raemiliki kesadaran dan
kemandirian melakukan usaha secara modern dan dapat
pendidikan luar sekolah sebagai proses "empowering", maka
diharapkan petani memiliki pengertian dan kesadaran untuk
mengadakan kontrol sosial, ekonomi, dan politik untuk raem-perbaiki kedudukannya dalam masyarakat. Pendidikan luar
sekolah sebagai "empowering process", Suzanna Kindervatter
(1979:13) mengemukakan bahwa "People gaining an understan
ding of and control over social, economic, and/or politic
al forces in order improve their standing in society".
Peranan penyuluhan dalam pembangunan industri kecil
telah dikemukakan dalam SK Dirjen Industri kecil No./+5/DJIK
/VI/81, sebagai berikut: 1) Memaksimalkan kesempatan kerja,
2) Mendorong modernisasi secara selektif, 3) Mendorong
pe-nyempurnaan management, /*) Mendorong saling terkaitnya an
tara sesarna industri kecil, 3) Menyediakan fasilitas
pela-yanan yang diperlukan'.' Selanjutnya H.D. Sudjana S, (1989:
172) mengemukakan bahwa "Tugas pendidikan luar sekolah
di
masyarakat industri ialah untuk raembelajarkan peserta di
dik dan masyarakat agar mereka merapersiapkan dan meningkat
kan kemampuan bekerja dan berusaha, menyesuaikan dan
meng-embangkan diri baik di dalam kehidupan keluarga dan
masya
rakat, serta melaksanakan tanggung jawabnya sebagai
warga
negara'.'
Bagi petani yang akan menyesuaikan sistim
pengolah-an usaha sesuai dengpengolah-an tuntutpengolah-an pembpengolah-angunpengolah-an industri kecil,
penyuluhan dapat memainkan perannya untuk.imeraberikan
Di lihat dari karakteristik petani, baik dari segi
peng-alaman, kesempatan belajar, orientasi belajar, motivasi
belajar, kebutuhan belajar, kondisi fisik, maupun kondisi
lainnya yang turut mempengaruhi aktivitas belajar petani,
pennyuluhan yang bersifat fleksibel dapat berperan untuk
mengatasinya.
Dalam kaitannya dengan pendidikan seumur hidup bagi
masyarakat di pedesaan Louis Malassis (1981:117) mengemuka
kan bahwa :
t-i HP2n?idikau sfumur hiduP dalam lingkungan pedesaan
tidakhanya bertujuan untuk meningkatkan kesediaan
petani dalam menerima sesuatu serta membantu
.aenye-barkan kemajuan teknis, akan tetapi juga untuk
menge-"alvla; ^ndidik para pelajar yang mengembangkan
de-sa yang potensial".
Bagi petani di pedasaan yang umumnya bergerak dalam
sektor pertanian dan industri,kecil dapat dilayani melalui
kegiatan penyuluhan industri kecil, oleh karena petani
di
pedesaan tidak dapat memperolehnya melalui bentuk pendidik
an yang lain. Alasannya adalah pada umumnya petani di pede
saan harus melakukan pekerjaan selama satu hari dan sering
•mengerjakannya di kebun. Penyuluhan industri kecil bagi pe
tani di pedesaan bukfm hanya berperan untuk .memberikan pe
ngetahuan yang berkenaan dengan peningkatan usaha mereka,
akan tetapi mendorong petani melakukan aktivitas belajar
mandiri, baik secara perorang maupun kelompok belajar yang
diprakarsai oleh petani sendiri. Penyuluhan menanamkan
si
B. Permasalahan.
Permasalahan utama yang dihadapi masyarakat desa
ia-lah bagaimana mereka meningkatkan potensi
sehingga
dapat
mengolah dan memanfaatkan segenap sumber daya yang ada un
tuk mencapai taraf hidup yang seimbang di dalam masyarakat.
Permasalahan ini mendorong berbagai kalangan, baik
secara
lerabaga maupun individu memikirkan berbagai konsep yang da
pat direkomendasikan kepada pihak penyelenggara pembangunan
untuk dijadikan acuan dalam pelaksanaannya.
Dalam pembangunan sektor industri kecil telah
dikemu-kakan oleh berbagai pemikir tentang permasalahan yang diha
dapi oleh pengolah industri
kecil. Secara umum dapat
di-kemukakan hasil penelitian dari Universitas Samratulangi
Manado (1987:37) tentang permasalahan yang dihadapi
oleh
petani gula aren sebagai berikut:
- Proses produksi gula aren di Sulawesi Utara
pada
umumnya dikerjakan masih bersifat tradisional de ngan menggunakan cara turun-temurun;
- Petani sering mengalami kekurang bahan bakar
mema-sak gula aren.
- Saluran pemasaran hasil usaha gula aren terlalu
panjang sehingga sering produsen menjual dengan
murah dan konsumen membeli dengan mahal.
Permasalahan yang dikemukakan tadi, berhubungan erat
dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
dimiliki
oleh petani gula aren. Untuk mengubah pengetahuan, keteram
pilan, dan sikap, agar melakukan usaha berdasarkan sistim
pengolahan yang modern, dapat dilakukakan melalui pendidik
Secara umum Suryadinegara (198^:57-58) mengemukakan
kebijakan pembinaan yang dapat dilakukan dalam pengembang
an industri kecil sebagai berikut:
a) Sistem pembinaan: bersifat menyeluruh
(comperhen-sive), terpadu (integrated),
dan
berkelanjutan
(continuity). d
b) Pendekatan pembinaan: fungsional, sektoral, dan
wilayah.
c) A'rah perkembangan: sesuai potensi dan sumber daya
yang tersedia, meningkatkan peran serta dan pra-.-karsa masyarakat melalui pengembangankewiraswas-taan, pengembangan ekspor komoditi non
migas,mem-pergunakan teknologi tepat guna, dan memperbanyak tenaga yang trampil.
Bersifat menveluruh artinya pembinaan industri kecil
diarahkan pada aspek teknologi, pemasaran, manajemen, dan
Iain-lain. Terpadu artinya pembinaan industri kecil harus
terpadu baik aspek pembinaannya maupun terpadu antar
lem-baga yang ada kaitannya dengan perkembangan industri
ke-cil» Berkelanjutan artinya pembinaan industri kecil
memer-lukan tindak Ianjut.
Pendekatan fungsional menyangkut pembinaan program
untuk menciptakan iklim, bantuan untuk mendorong perkemba
ngan industri kecil. Pendekatan sektoral berupaya untuk
memprioritaskan pengembangan jenis-jenis komoditi yang
di-harapkan dapat berkembang secara cepat. Pendekatan wilavah
berupaya untuk mengembangkan industri kecil yang serasi da
lam suatu wilayah dalam kaitannya dengan wilayah lainnya
Dalam kenyataannya hasil yang dicapai dalam
aktivi-tas penyuluhan industri kecil belum mencapai hasil yang
optimal. M. Sujuti Jahja (1985:22-24) mengemuakan hasil
pe-nelitiannya tentang berbagai kelemahan dan kekurangan da
lam pelaksanaan pendidikan bagi para pengusaha industri ke
cil, meliputi"peserta pendidikan dan latihan, perencanaan
pendidikan dan latihan, tenaga pengajar, badan pelaksana,
dan koordinasi antara badan pelaksana..
Peserta Pendidikan dan latihan raengikuti pendidikan
tidak atas dasar kemauan sendiri atau motivasi yang tinggi
untuk mengembangkan diri. Perencana** pendidikan dan latih
an tidak sesuai dengan kebutuhan para peserta sehingga
me
reka tidak terdorong dalam pendidikan, materi yang
diberi-tidak sesuai dengan tingkat pendidikan dan pengalaman pe
serta, metode yang dipakai lebih banyak dengan ceramah, ti
dak pernah dilakukan evaluasi sehingga tidak diketahui
ke-berhasilan latihan. Tenaga pengajar belum berfungsi secara
profesional dalam tugas, Badan pelaksana
latihan tidak
di-organisasikan secara penuh sebagai sarana yang berkompeten
dalam fungsi pendidikan, Tidak ada koordinasi antara badan
pelaksana dari berbagai departemen, sehingga semua bekerja
sendiri-sendiri.
Keadaan industri kecil tadi berlaku juga dalam pe
laksanaan penyuluhan di ciesa Wanga kecamatan Motoling
Di lain pihak para petani telah diberikan penyuluhan ten tang sistim pengolahan gula aren yang modern. Mengapa pe
tani masih melakukan sistim pengolahan gula aren secara
tradisional, tidak lepas dari berbagai faktor yang menja
di penyebab. Faktor-faktor tersebut dapat ditelusuri me
lalui pola pendekatan penyuluhan industri kecil yang
su-dah diterapkan.
1. Perumusan masalah.
Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian
ini dapat dirumuskan sebagai berikut "Bagaimanakah pola
penyuluhan industri kecil mengubah perilaku petani me
ningkatkan pengolahan gula aren?.
Secara rinci permasalahan ini akan dituangkan da
lam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1) Bagaimanakah pola penyuluhan industri kecil bagi pe
tani gula aren?
2) Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi petani da
lam proses penyuluhan industri kecil?
3) Bagaimanakah hasil pelaksanaan penyuluhan industri
kecil?
2.. Definisi oprasional.
Dalam penelitian ini ada beberapa istilah yang
per-lu diberikan definisi oprasional. Istilah-istilah tersebut
a. Pola penyuluhan industri kecil.
Yang dimaksud dengan pola di sini ialah bentuk pen
dekatan program penyuluhan
yang dijadikan pedoman dalam
pelaksanaan proses belajar-membelajarkan.
Yang dimaksud dengan penyuluhan industri kecil di
sini ialah bentuk pendidikan luar sekolah yang bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap pe
tani gula aren agar mereka mampu memperbaiki serta
.me-ningkatan sistim pengolahan gula aren.
Yang dimaksud dengan industri kecil di sini ialah
proses pengolahan bahan mentah air nira menjadi gula aren
dengan modal sedikit serta tenaga kerja yang terbatas.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan pola penyuluh
an industri kecil di sini ialah bentuk pendekatan program
pendidikan luar sekolah yang telah dirancang secara teror-ganisir untuk dijadikan pedoman dalam proses belajar-mem
belajarkan antara penyuluh industri kecil dengan petani
gula aren guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tu
juan di sini ialah perubahan perilaku petani untuk memper
baiki dan meningkatkan sistim pengolahan gula aren sesuai
dengan inovasi yang telah diberikan.
b. Perilaku petani.
Yang dimaksud dengan perilaku petani di sini ialah
tindakan atau perbuatan oleh petani dalam pengolahan gula
atau perbuatan petani akan diamati melalui cara pemasakan
gula aren, peningkatan produksi, peningkatan kualitas, dan
pemasaran produksi gula aren.
c. Petani gula aren
Yang dimaksud dengan petani gula aren di sini ialah
seseorang yang mengolah bahan mentah air nira dari pohon
aren kemudian memasaknya sampai menjadi gula aren.
d. Meningkatkan pengolahan gula aren
Yang dimaksud dengan meningkatkan di sini ialah
upa-ya petani melakukan usaha pengolahan gula aren ke arah
ke-majuan sesuai dengan teknologi baru yang diperoleh melalui
penyuluhan industri kecil. Sedangkan pengolahan gula aren
adalah kegiatan yang dilakukan oleh petani mulai dari
pro
ses penyadapan air nira, pemasakan, sampai pada pemasaran..
produksi.
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Yang dimaksud dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
di sini ialah berbagai kondisi atau keadaan yang
mengham-bat atau mendorong petani dalam pelaksanaan proses
penyu
luhan industri kecil. Keadaan
atau
kondisi
yang
menjadi
penghambat atau pendorong, meliputi pola petani belajar
mem-buat gula aren, orientasi nilai budaya, status ekonomi, dan
3. Pembatasan masalah
Pada penelitian ini akan dibatasi beberapa
kompo-nen yang berhubungan dengan pola penyuluhan industri ke
cil dan faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam pro
ses pelaksanaan penyuluhan industri kecil. Secara rinci dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Pola pendekatan penyuluhan industri kecil
- Tujuan penyuluhan industri kecil - Bentuk penyuluhan industri kecil - Pendekatan penyuluhan industri kecil - Peran penyuluh industri kecil
- Peran petani gula aren
- Materi penyuluhan industri kecil - Metode penyuluhan industri kecil - Media penyuluhan industri kecil
- Waktu dan tempat penyuluhan industri kecil
Berbagai faktor yang mempengaruhi petani dalam pro
ses penyuluhan industri kecil akan ditekankan pada:
a. Pola belajar petani membuat gula aren b. Orientasi nilai budaya petani gula aren c. Status ekonomi petani gula aren
d. Kondisi geografis tempat petani membuat gula aren
Untuk mengetahui bagaimana hasil pelaksanaan penyu
dalam proses pengolahan gula aren. Aspek-aspek yang akan
diamati meliputi:
a. Cara meningkatkan produksi gula aren
b. Cara meningkatkan mutu gula aren
c. Cara memasarkan produksi gula aren..
C. Tu.juan dan Manfaat Penelitian
Penelitian yang bersifat studi kasus ini,tidak
ber-tujuan untuk menguji hipotesis. Menurut S. Nasution (1988:
11) bahwa "Tujuan penelitian naturalistik bukanlah untuk
menguji hipotesis yang didasarkan atas teori-teori
terten-tu, melainkan untuk menemukan pola-pola yang dikembangkan
menjadi teori. Yang ingin dicapai adalah teori yang
"gro
unded" yakni didasarkan atas data".
1. Tu.juan penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk
raemper-oleh gambaran yang mendalam tentang pola pendekatan penyu
luhan industri kecil mengubah perilaku petani meningkatkan
sistim pengolahan gula aren.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
a. Memperoleh gambaran yang mendalam tentang pola pendekat
an penyuluhan industri kecil bagi petani gula aren.
b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam
proses penyuluhan industri kecil.
c. Mengetahui hasil yang dicapai dalam pelaksanaan
penyu
2. Manfaat penelitian.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan untuk kepentingan perencanaan program penyuluh
an industri kecil bagi perancang program penyuluhan
dan
penyuluh lapangan industri kecil, sehingga diperoleh
ha
sil yang lebih efektif. Secara khusus hasil ini diharap
kan dapat memberikan sumbangan bagi perencana dan penyu
luh untuk melaksanakan penyuluhan industri kecil sesuai
prinsip-prinsip belajar-membelajarkan dalam pendidikan
BAB III
METODOLOGT PENELTTTAN A. Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan untuk mengetahui
pengguna-an pola penyuluhpengguna-an industri kecil bagi petpengguna-ani gula aren ia
lah pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus.
Lexy
.J. Moleong (1989:4) membuat kajian sintesis karakteristik
penelitian kualitatif yang dikemukakan oleh Bogdan dan
Bi-len serta Lincoln dan Cuba sebagai berikut: 1) latar
alami-ah, 2) manusia sebagai alat (instrument), 3) metode kuali
tatif, 4) analisis data secara induktif, 5) teori dari
da
sar (grounded theory), 6) deskriptif, 7) lebih mementingkan
proses dari pada hasil, 8) adanya batas yang ditentukan
fo-kus, 9) adanya kriteria khusus untuk keabsahan data,
10)di-sain yang bersifat sementara, 11) hasil penelitian
dirun-dingkan dan disepakati bersama". Dengan menerapkan metode
mi, peneliti dapat berkenalan dengan subyek yang diteliti
dan berkomunikasi langsung serta dapat mengamati sistim me
reka dalam pengolahan gula aren.
Pendekatan kualitatif bertujuan untuk memahami
dan
menghayati subyek yang diteliti yakni petani gula aren .dan
penyuluh industri kecil dalam pelaksanaan penyuluhan indus
tri kecil gula aren, serta sistim petani dalam pengolahan
gula aren secara alamiah. Bagi peneliti, pemahaman
serta
menghayati secara mendalam tentang kehidupan dan perilaku
77
petani akan mempermudah mengetahui hasil pelaksanaan penyu
luhan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
pe
nyuluhan industri kecil. Menurut Lincoln dan Guba (1985:
236) bahwa hal ini dapat dilakukan apabila digunakan "human
instrument".
B. Subyek Yang Diteliti
. Subyek yang diteliti dalam penelitian ini adalah pe
tani gula aren di desa Wanga Kecamatan Motoling Kabupaten'
Minahasa dan penyuluh industri kecil yang pernah memberikan
penyuluhan kepada petani gula aren
dari
Departeraen
Per-industrian. Secara keseluruhan jumlah petani gula aren
di
desa Wanga berjumlah 205 orang dengan 205 unit usaha. (Data
berdasarkan statitistik desa 1988/1989). Sedangkan penyuluh
industri kecil yang pernah memberikan penyuluhan kepada pe
tani gula aren berjumlah dua orang.
Cara pemilihan subyek yang diteliti dilakukan berda
sarkan pertimbangan informasi yang berkaitan dengan
pola
penyuluhan industri kecil dan faktor-faktor yang mempenga
ruhi pelaksanaan- penyuluhan industri kecil bagi petani
gu
la aren. Petani gula aren yang dijadikan subyek penelitian
berjumlah empat orang. Keempat petani yang menjadi
subyek
penelitian telah mengikuti semua kegiatan penyuluhan indus
tri kecil yang pernah dilaksanakan oleh Departeraen
Perin-dustrian. Sedangkan penyuluh industri kecil yang menjadi
Penjaringan data berlanjut terus
dan-berakhir sam
pai data yang diharapkan mulai terjadi pengulangan
Qirifor-masi. Penentuan subyek penelitian dilakukan secara
purpo
sive. Lexy J. Moleong (1989:182) mengemukakan ciri-ciri
sampel bertujuan adalah sebagai berikut: 1) Sampel tidak
dapat ditentukan atau ditarik terlebih dahulu; 2) Tujuan
meraperoleh variasi sebanyak-banyaknya hanya dapat dicapai
apabila pemilihan satuan sampel dilakukan jika satuan
se-beluranya sudah dijaring dan dianalisis; 3) Pada mulanya
setiap sampel dapat sama kedudukannya. Namun sesudah makin
banyak informasi yang masuk dan makin mengerabangkan hipo
tesis kerja, akan ternyata bahwa sampel makin dipilih atas
dasar fokus penelitian; 4) Pada sampel bertujuan jumlah
sampel ditentukan oleh pertimbangan informasi yang
diperlu-kan. Jika sudah terjadi pengulangan informasi, maka
pena-rikan sampel sudah harus dihentikan". S. Nasution (1988:11)
mengemukakan bahwa "Metode naturalistik tidak menggunakan
sampling random atau acakan dan tidak menggunakan populasi
dan sampel yang banyak. Sampel biasanya sedikit dan dipilih
menurut tujuan (purposive) penelitian".
C Teknik Pengumnul^n dan Analisis Data
1. Instrumen penelitian
Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah pe
neliti sendiri. Lexy J. Moleong (1989:132) mengemukakan
ruralt. la sekaligus merupakan perencana, pelaksana,
pengum-pul data, analisis, penafsir data dan pada akhirnya menja
di pelapor hasil penelitian.,,, instrumen penelitian di si
ni dimaksudkan sebagai alat pengurapul data seperti test pa
da penelitian kuantitatif".
2. Teknik pengumnulan data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
wawancara yang mendalam dan pengamatan langsung
(partici
pant observation) baik dalam kegiatan penyuluhan, di'rumah
•maupun di tempat petani membuat gula aren. Dalam pengamat
an, peneliti tidak sepenuhnya melebur dalam kegiatan peng
olahan gula aren dan berperan dalam penyuluhan tetapi tetap
melakukan fungsi pengamatan. Menurut Buford Junker, teknik
ini disebut "pemeranserta sebagai pengamat"(Lexy J. Moleong
1989:139). Sedangkan alat yang digunakan peneliti dalam ke
giatan wawancara dan pengamatan adalah tape recorder dan
catatan lapangan. Tape recorder digunakan pada waktu meng
adakan wawancara dan lembaran catatan digunakan pada waktu
peneliti mengadakan pengamatan.
3. Analisis data
Data yang diperoleh pada setiap pertemuan
langsung
dianalisis. Analisis dan interpretasi data berjalan
terus
selama proses penelitian dan sesudah semua data yang
diper-lukan terkumpul. Selama proses penelitian, analisis dilaku
untuk melacak terus kasus yang diteliti samp'ai diperoleh
data sebanyak mungkin tentang pola penyuluhan industri ke
cil dan faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam
pe
nyuluhan industri kecil. Sesudah penelitian, data yang te
lah terkumpul dikelompok-kelompokan,
kemudian/.dicari
hu
bungan antara satu dengan yang lain. Menurut Schatzman
(1973:111) proses ini disebut "linkage".
Oleh karena kasus yang diteliti menyangkut pola pe
nyuluhan industri kecil-dan faktor-faktor yang
mempengaru-hinya,. berkaitan dengan perilaku petani, maka hasil pene
litian akan dianalisis dengan menghubungkannya melalui
te-ori-teori pendidikan luar sekolah.
D. Tahap-tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian yang dimaksud di sini adalah
langkah-langkah kegiatan yang dilakukan oleh peneliti
se
lama proses penelitian berlangsung.
Tahap awal didahului dengan orientasi, kemudian di
lakukan eksplorasi. Orientasi dilakukan guna mendapatkan
gambaran umum tentang sasaran penelitian. Hal ini meliputi
petani gula aren, tempat membuat gula aren, dan peristiwa
yang dapat dijadikan sumber informasi yang berkaitan de
ngan fokus penelitian.
Setelah tahap orientasi, diikuti dengan tahap
eks
kaitan dengan studi ini. Metode yang digunakan adalah wa
wancara intensif dengan penyuluh dan petani gula aren. Me
tode lain adalah observasi langsung pelaksanaan penyuluhan
dan aktivitas petani di tempat membuat gula aren. Hasilnya
langsung dianalisis guna meneraukan pertanyaan-pertanyaan
yang akan diajukan dalam pertemuan berikutnya. Dari infor
masi yang diperoleh dibuat kesimpulan sementara dan hipo
tesis. Proses eksplorasi ini berlangsung terus menerus se
lama penelitian sampai diketemukan apa yang menjadi fokus
penelitian.
E. Kredibili t.a« Hasil Penelitian
Untuk mempertahankan kebenaran informasi yang
di
peroleh selama penelitian berlangsung, ada beberapa kegiat
an yang telah peneliti lakukan. Kegiatan tersebut meliputi:
1. Member check
Hasil wawancara yang dituangkan dalam bentuk lapor- '
an lapangan diperlihatkan kepada responden untuk dibaca
dan diperiksa kebenarannya, apakah sesuai dengan yang
di-katakan ketika peneliti mengadakan wawancara. Jika terdapat
kekeliruan, peneliti meraberikan kebebasan kepada reponden
memperbaikinya. Cara lain yang ditempuh adalah peneliti
membacakan hasil wawancara kemudian responden mendengarkan
apakah sesuai atau tidak informasi yang diberikan. Hal ini
dilakukan atas kesepakatan responden oleh karena mereka
ring tidak mau merabacakannya disebabkan oleh faktor usi
s e
yang mulai kurang jelas penglihatan. Kesulitan dari member
check ialah pada waktu peneliti memintakan tanda tangan ke
pada responden. Sebagian responden tidak mau memberikannya
disebabkan oleh pengalaman masa lalu dimasa situasi
poli
tik, sehingga responden lebih berhati-hati memberikan
tan-da tangan.
2. Triangular
Dalam penelitian ini, untuk merabuktikan
kebenaran
suatu informasi yang diperoleh, diadakan triangulasi. Data
yang diberikan oleh satu responden dipefiksa lagi
kebenar-annya kepada responden lainnya sampai diperoleh persamaan.
Untuk mengadakan triangulasi kebenaran informasi,
peneliti mengadakan pengamatan, baik pelaksanaan penyuluh
an maupun aktivitas petani membuat gula aren. Demikian ju
ga dengan kegiatan penyuluh, peneliti mengadakan triangu
lasi kepada petugas di bidang pembinaan industri kecil dan
Kepala desa serta pedagang gula aren.
3. Audit trail
Untuk merabuktikan kebenaran data yang dilaporkan da
lam penelitian ini, setiap informasi yang diperoleh
dican-tumkan dalam satu bentuk laporan dengan keterangan dari
ma-na informasi diperoleh dan kapan dilakukan wawancara
atau
pengamatan. Bentuk laporan lapangan dibuat secara terpisah
4. Kerahasiaan
Guna menjaga kerahasiaan maka seraua informasi yang
diberikan responden diupayakan hanya diketahui oleh pene
liti. Hasil data yang diberikan oleh responden yang satu
tidak diperlihatkan kepada responden lainnya. Teknik lain
yang dilakukan adalah pemisahan antara laporan lapangan
A. Kesimpulan
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan
tadi, akan diberikan beberapa kesimpulan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam pengolahan industri
kecil gula aren, pola pendekatan penyuluhan industri ke
cil, dan hasil yang dicapai dalam penyuluhan industri ke
cil.
1. Secara umum penyuluhan industri kecil bagi petani gula
aren di desa Wanga belum mencapai hasil yang diharapkan.
Pada umumnya. petani gula aren belum menerapkan.
keselu-ruhan teknologi.baru yang pernah diberikan dalam penyu luhan industri kecil.
2. Teknologi baru pengolahan gula aren yang diperoleh pe tani dalam penyuluhan industri kecil yaitu teknologi
memasak gula aren dengan menggunakan konfor minyak ta
nah, teknologi memasak gula aren dengan memakai bahan
pengawet.untuk air nira yang kurang bermutu, dan tekno
logi memasak gula semut.
3. Petani tidak menerapkan teknologi baru yang diberikan
dalam penyuluhan disebabkan oleh masalah biaya peralat
an dan pemasaran hasil usaha.
4. Sistim pengolahan gula aren yang biasa petani gunakan
tidak mempunyai resiko biaya dibandingkan dengan
173 logi baru yang pernah diperoleh dalam penyuluhan indus
tri kecil.
5. Berbagai faktor yang mempengaruhi pelaksanaan .penyuluh
an industri kecil yakni orientasi nilai budaya, kondisi
ekonomi petani, kondisi geografis tempat usaha, kondisi
fisik dan psikhologis petani sebagai orang dewasa.
6. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pro
ses belajar-membelajarkan dalam penyuluhan industri ke
cil bagi petani gula aren. Faktor-faktor tersebut meli
puti:
a. Materi penyuluhan industri kecil
Salah satu faktor yang menyebabkan sehingga petani
ti
dak dapat menerapkan teknologi baru adalah materi
pe
nyuluhan yang belum sepenuhnya menjawab kebutuhan bel
ajar petani. Materi penyuluhan industri kecil hanya me
nyangkut aspek teknis pengolahan gula aren tanpa di
iringi dengan pengetahuan pemasaran dan sistim
mening-katan produksi. Hal inilah yang menyebabkan
sehingga
petani tetap ketergantungan pemasaran hasil usaha kepa
da pedagang di desa dengan sistim mengutang kebutuhan.
o. Bentuk pendekatan dalam proses belajar membelajarkan
Bentuk pendekatan yang digunakan penyuluh dalam proses
belajar membelajarkan adalah '-'pendekatan yang berpusat
pada sumber belajar". Dalam pendekatan ini penyuluh ba
sedang-174
kan petani bersifat pasif, yang lebih berperan sebagai
penerima informasi.
c. Penyuluh industri kecil
Penampilan penyuluh industri kecil yang sering humor da
lam proses belajar-membelajarkan mendorong perhatian dan
kemauan belajar petani gula aren.
d. Petani gula aren
Pada umumnya petani gula aren belum mempunyai
kemandiri-an untuk memecahkkemandiri-an berbagai hambatkemandiri-an ykemandiri-ang dihadapi da
lam penerapan teknologi baru pengolahan gula aren.
e. Waktu dan tempat penyuluhan
Penetapan waktu dan tempat penyuluhan industri kecil be
lum efektif bagi petani gula aren yang melakukan
peker
jaan selama satu hari di kebun. Hal ini akan lebih efek
tif apabila petani gula aren diikutsertakan dalam
menen-tukan sesuai dengan kesempatan mereka.
f. Metode penyuluhan industri kecil
Materi penyuluhan industri kecil yang bersifat keteram
pilan dengan menggunakan metode ceramah, dialog dan de
monstrasi tampaknya dapat mencapai tingkat pemahaman dan
percobaan, namun belum mencapai pada tingkat pemecahan
masalah apabila tidak menggunakan metode diskusi kelom
g. Media penyuluhan industri kecil
Media belajar yang digunakan dalam penyuluhan industri
kecil adalah media pengalaman langsung. Hal ini relevan
dengan kondisi petani sehingga materi yang disuluhkan
dianggap mudah dipahami.
7. Tindak lanjut program penyuluhan
Dalam penyuluhan industri kecil bagi petani gula aren