• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hidrolika Bangunan Krib Permeabel pada Saluran Tanah (Uji Model Laboratorium)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Hidrolika Bangunan Krib Permeabel pada Saluran Tanah (Uji Model Laboratorium)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

382

! "#

Ayu Marlina Humairah

Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

Jl.Raya Palembang & Prabumulih KM.32 Indralaya,Sumatera Selatan *Korenpondensi Penulis: aiiu_marlina@yahoo.com

$ % ! ! % % & & ! ! ' ! ( ! ! ) % % ! $ % * % % + $ % % ! $ % % , % % % - . % $ ! ! % ! ! ! % $ ( ! / 0 1 2 , % % 3 + & + $ % ! ! % % 4"5 ! $ ! ! ! % -* 3 . ( ! 6 7 , % % % ! ! 5 4"5 # 5 $ $ % # + + + % , % % & 1 % + * 3 % $ % ! ! $ & + $ & % % ( ! $ % % -' 7' . % % % ! ! 5 4"5 # 5% ! % # 6 * # 6 * # * 8 % - %7&. % % % ! ! 5 4"5 # 5% ! % # " * " 4 * # # * $ % % ! ! ! 4"5 ! $ ! ! $ % % & -' 7' . ! $ * & # 6 * -# 6 % 3 . ) % % -9 . $ # &

" 4 : % % & - %7&. + ! $ * & " 4 * ) % %

-9 . $ # & " : # ! % % ! ! 5

# 5

8 ! ( ! 8 * ! ; % 8 < %

= ) $ % * % * , ! % % & < & * % , * 3

) 3 * ) 3 , * & %* ) , ! $ % % ) $ % % & % &> $

*$ % $ , ! , - $ &. $ $ ) %* $ % &

* % !& $ ! & % $ , % $ ? 3 % * *

0 / *$ *% 1& *% ! & 3 + & 2 , % & $ % & % $ $& *%

% > *$ % ) 4"5 ) , ! & % % $ 3 ) 3 $ *$ % 3 % * 3 $ !% , % 3 * 3 $ ) 3 3 % 6 7 $ , % ) ! & % 3 5 4"5 # 5 $ % 3 $ # $ $ % $ % ) *$ , % $ % % ) $ % % & %$ 3 $ $ ) 3 , * & ) % 3 % * % $ ) $ % $ *$ % ) *$ & ** $ , ! / ? , ! *$ % -' 7 ' . ) ! & ) 5 4"5 # 5 3 # 6 * # 6 * # * $ ? $ ) %* - %7&. ) ! & ) 5 4"5 # 5 3 # " * " 4 * # # * $ % ! & 3 $ ) 4" , ! $ ! % 3 $ $ % % , ! *$ % -' 7' . 3 % # 6 * $ * )) * ) -9 . 3 % " 4 : % $ % % %* $ - %7&. 3 % " 4 * $ * )) * ) -9 . 3 % " : # * $ & ! % ( ! < & 0 3 9 9 , ! @$ % ; $ * %

Sungai merupakan saluran terbuka yang terbentuk secara alamiah di atas permukaan bumi dimana air mengalir dengan muka air bebas. Setiap sungai memiliki karakteristik dan bentuk yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, hal ini disebabkan oleh banyak faktor

diantaranya topografi, iklim, maupun segala gejala alam dalam proses pembentukkannya. Sungai yang menjadi salah satu sumber air, tidak hanya menampung air tetapi juga mengalirkannya dari bagian hulu ke bagian hilir. Persoalan sungai yang menarik untuk diamati adalah terjadinya perubahan morpologi sungai. Perubahan ini

(2)

terjadi secara alami maupun karena bany yang ada di sepanjang sungai, misal ada waduk, jembatan, dan karena kondisi a dapat dihindarkan seperti adanya ti Perubahan yang terjadi pada dasar diakibatkan oleh pergerakan sedimen ya arus sungai dan pengendapan akan terja yang akan dipindahkan jauh lebih berat penyebab pergerakan. Hal ini dapat kemiringan atau terjadinya erosi pada din tebing atau tanggul yang dapat mengakib longsor.

Bangunan pengamanan belokan salu pada umumnya berupa bangunan krib sebagai pengarah arus atau berfungsi unt alinyemen saluran atau sungai. Pening aliran pada saat memasuki daerah belo kemampuan krib dalam mengatur, meng serta memperlambat kecepatan aliran pa dipasangi krib. Kegagalan konstruk disebabkan oleh adanya arus air yang mas sekitar krib, sehingga menimbulkan ger tebing di sekitar krib.

!" # "! $ %! ! #$& $

Gaya sentrifugal pada tikungan aka timbulnya arus melintang sungai ya bersama dengan aliran utama akan me helicoidal. Besarnya kecepatan arus melin antara 10% & 15% dari kecepatan ara (Legono, 1990). Dengan demikian pa bermeander, erosi akan terjadi pada sisi pengendapan terjadi pada sisi dalam belok tikungan pengikisan terjadi diawal pengendapan terjadi di akhir tikungan. paling banyak di bagian luar tikungan dan

bagian dalam tikungan. Pengaru

(superelevasi tikungan), memperbesar superelevasi miring ke arah dalam tiku berkurang bila kemiringan sebaliknya. Te masih besar akibat aliran yang terpunti tikungan.

' ' ! !$& #$& ! % $ $

Erosi atau penggerusan terjadi turbulensi tambahan yang disebabkan ol aliran baik besar maupun arahnya. A material dasar atau tebing saluran ya bergerak terbawa oleh aliran. Untuk men tebing dapat dilakukan dengan memakai berupa bronjong, krib maupun tiang panca

( $&#$ $ !

Masalah perbaikan alur sungai yang terjadi erosi dan sedimentasi tidak da secara teoritis, karena karakteristik aliran komplek. Pengujian model dan for

merupkan alat utama yang dig

merencanakan alur sungai.Salah satu melindungi tebing sungai adalah denga

383 a banyaknya perlakuan

sal adanya bendungan, ndisi alam yang tidak ya tikungan sungai. dasar sungai yang en yang terbawa oleh n terjadi bila material berat dari pada gaya dapat mempengaruhi da dinding atau pada ngakibatkan terjadinya n saluran atau sungai, krib yang berfungsi si untuk memperbaiki eningkatan kecepatan h belokan sungai dan mengubah arah aliran ran pada daerah yang nstruksi krib dapat ng masih cukup kuat di an gerusan dasar atau

n akan menyebabkan ai yang selanjutnya an membentuk aliran melintang ini berkisar an arah utama aliran an pada sungai yang a sisi luar belokan dan belokan. Pada daerah iawal tikungan dan ngan. Dan pengikisan an dan pengendapan di

engaruh kemiringan

besar pengikisan bila m tikungan dan akan ya. Tetapi pengerusan rpuntir (turbulensi) di

$ $ $&&#" $& $

rjadi akibat adanya kan oleh terganggunya ya. Akibatnya terjadi an yang hanyut atau k mengatasi erosi pada akai dinding penahan pancang.

yang berubah karena ak dapat diselesaikan alirannya yang sangat n formulasi empirik

digunakan untuk

satu metode untuk dengan menggunakan

bangunan krib. Krib adalah bang dari tebing sungai ke arah teng

sungai (Suryono Sosrodorso

penggunaan krib diperlihatkan pa

Gambar 1. Penggu Tujuan utama dalam pemasan pengatur arah arus sungai, men sungai sepanjang tebing sungai, m dan menjamin keamanan tangg gerusan dan mempertahankan le pada alur sungai diperlihatkan pad

Gambar 2. Krib untuk melin Menurut Suryono Sosrodorso krib pada sungai mempunyai be

krib ! (krib lolos air),

tidak lolos air), krib semi permea krib padat), dan krib silang dan

) $ !

Jarak antara krib ditetapkan

didasarkan pada pengamatan

bersangakutan antara lain situas kemiringan sungai, debit banjir normal, transportasi sedimen sungai. Secara empiris (Ernawan antara masing&masing krib adalah

di mana:

L = jarak antar krib, m

α = parameter empiris (≈ 0

C = koefisien Chezy, m1/2

h = mean (nilai tengah) ke

g = percepatan gravitasi, m

) $&

Saluran terbuka dapat dibeda kritis (mengalir) dan super kritis tipe aliran dapat didasarkan pada

! "#

h bangunan yang dibuat mulai h tengah guna mengatur arus

odorsono: 2008). Contoh

pada Gambar 1.

enggunaan Krib

masangan krib adalah sebagai engurangi kecepatan arus ngai, mempercepat sedimentasi tanggul atau tebing terhadap kan lebar dan kedalaman air

an pada Gambar 2.

melindungi tebing sungai odorsono (2008) Pemasangan

yai beberapa klasifikasi yaitu

air), krib ! (krib

ermeabel (krib permeabel dan memanjang.

pkan secara empiris yang

matan data sungai yang

situasi sungai, lebar sungai, banjir, kedalaman air, debit men dan kondisi sekeliling nawan: 2007), penentuan jarak

adalah: (1)

≈ 0,6)

1/2

/dt

ah) kedalaman air, m tasi, m/dt2 (≈ 9,8)

dibedakan menjadi aliran sub r kritis (meluncur). Penentuan

(3)

1 $ A / A % 1 ' 8 ! ( ! $ -2+ / ! .

384

! "#

.. Aliran adalah sub kritis apabila 0 B #, kritis apabila 0

C #, dan super kritis apabila 0 D #. (Bambang,2008)

Fr = (2) Dimana : Fr = Angka 0 Y = kedalaman aliran (m) V = Kecepatan (m/s) g = gravitasi (m2/s) * # $

Proses erosi dan deposisi di sungai pada umumnya terjadi karena perubahan pola aliran, terutama pada sungai. Perubahan tersebut terjadi karena adanya rintangan pada aliran sungai, berupa rintangan bangunan

sungai seperti ! jembatan, pilar jembatan, krib

sungai, , dan sebagainya. Bangunan semacam ini

dipandang dapat mengubah geometri alur serta pola aliran selanjutnya diikuti dengan terjadinya gerusan lokal di dekat bangunan (Legono: 1990).

+ $ "! ! & ! % $ ' " !

Analisis regresi dan korelasi bertujuan untuk mempelajari secara kuantitatif hubungan antara berbagai kejadian berupa kumpulan titik&titik yang dapat dihubungkan oleh garis atau kurva yang disebut garis regresi (linier, logaritmik, kuadratik, eksponensial kubik, dll).

(

Pemodelan sungai dilaboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika dengan ukuran panjang bak saluran 1200 cm, lebar 300 cm dan tinggi 50 cm, model saluran berbentuk trapesium dengan lebar bawah 10 cm, lebar atas 20 cm dan tinggi 10 cm, model saluran mempunyai 1 tikungan dengan sudut 90˚, terdapat 5 buah krib permeabel (krib lolos air) pada tikungan, air tidak

bersedimen (* 3 ) dan saluran tidak bercabang.

Pengamatan dilakukan sebanyak 9 kali simulasi berdasarkan variasi sudut pemasangan krib permeabel 45˚, 90˚ dan 135˚ selama 1 jam, 2,5 jam dan 4 jam. Data yang diamati yaitu data ecepatan aliran di hulu krib, kedalaman aliran, perubahan elevasi dasar saluran di hulu krib, lebar dasar saluran dan debit ukur. Dari data yang didapat akan dianalisis pengaruh sudut pemasangan krib permeabel terhadap perubahan dasar saluran (Bt/Bo) dan kedalaman gerusan dihulu krib (ds/y).

)

) ! , $ $ "! ! $

Agar penelitian ini dapat berlangsung, maka persiapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Pembersihan Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika serta mempersiapkan alat dan bahan yang akan diperlukan selama percobaan berlangsung. b. Melakukan analisa saringan dan berat jenis tanah. c. Mengisi tanah ke dalam model hidrolik.

d. Melakukan perataan tanah pada bak saluran.

e. Membuat alur sungai dengan menggunakan alat pembentuk sungai dengan sketsa yang telah direncanakan yaitu mempunyai satu tikungan dengan sudut meander 90˚.

f. Membuat kemiringan saluran agar air bisa mengalir pada saluran yang telah direncanakan yaitu pada daerah hulu lebih tinggi 5 cm dari daerah hilir.

g. Pemasangan 5 krib permeabel pada tikungan saluran dengan variasi sudut pemasnagan 45˚, 90˚ dan 135˚ ke arah hulu aliran. Layout model hidrolik saluran seperti gambar 3.

Gambar 3. & Model Hidrolik Saluran

) ' %# $ "! ! $

Prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Pemasangan 5 krib permeabel pada tikungan saluran dengan variasi sudut pemasnagan 45˚, 90˚ dan 135˚ ke arah hulu aliran

b. Jarak antar krib permeabel 40 cm

c. Alirkan air dengan menghidupkan pompa dari sumber dengan debit tertentu. Setelah aliran melewati pintu

$ % dengan ketinggian yang sama sebesar 5,5 cm, maka pengamatan dapat dimulai. Penyusunan krib seperti gambar 4

Gambar 4. Penyusunan Krib Permeabel

0 1 2 3 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

(4)

385

! "#

d. sedimentasi di hilir aliran per 30 menit

e. Pengamatan diambil 3 kali dalam 1 variasi sudut

yang ditentukan berdasarkan sedimentasi yang terangkut

f. Catat kecepatan aliran dengan menggunakan mini

* di hulu krib

g. Amati ketinggian air (h).

h. Catat elevasi tinggi dasar saluran.

i. Catat lebar saluran diukur menggunakan mistar.

j. Catat kedalaman gerusan di hulu krib.

k. Catat Koordinat x dan y dengan menggunakan grid.

l. Ulangi prosedur no.d – no.k untuk setiap variasi

sudut pemasangan krib permeabel yang

direncanakan.

*

Pada penelitian ini dilakukan selama 4 jam dan divariasikan dengan sudut 45˚, 90˚ dan 135˚ ke arah hulu aliran selama waktu 1 jam, 2.5 jam dan 4 jam. Penentuan variasi waktu berdasarkan perubahan sedimentasi yang terangkut di hilir aliran. Besarnya debit ukur aliran yang

terjadi dihitung dengan menggunakan persamaan

hubungan volume air dengan waktu aliran kemudian didapatkan nilai koefisien debit rata&rata. Dari data koefisien debit rata&rata (cd) sebesar 0,63 dan ketinggian air pada pintu thompson 5,5 cm sehingga didapatkan debit aliran sebesar 63.32 Lt/menit. Untuk setiap variasi sudut mempunyai debit aliran yang sama karena ketinggin air

pada pintu air $ % sama yaitu sebesar 5.5 cm.

Pemasangan krib tipe permeabel pada bagian tikungan diharapkan dapat mengubah arah dan mengurangi kecepatan aliran. Kecepatan aliran diukur dengan

menggunakan mini * . Mini @

memberikan data pada * HZ yang

kemudian data tersebut dimasukan ke dalam grafik sehingga mendapatkan data kecepatan (V cm/detik) terhadap aliran pada saluran untuk titik tinjau yang ditentukan. Kecepatan aliran pada awal memasuki belokan sampai belokan akhir mengalami penurunan di hulu krib permeabel yang dapat dilihat pada Gambar 5, Gambar 6 dan Gambar 7, sehingga krib permeabel membuktikan dapat berfungsi mengurangi kecepetan arus air.

Gambar 5. Hubungan antara Kecepatan dan Jarak Krib

dengan Sudut PemasanganKrib 45˚ Ke Arah Hulu

Gambar 6. Hubungan antara Kecepatan dan Jarak Krib

dengan Sudut PemasanganKrib 90˚ Ke Arah Hulu

Gambar 7. Hubungan antara Kecepatan dan Jarak Krib

dengan Sudut PemasanganKrib 135˚ Ke Arah Hulu

Hubungan antara Fr max dengan variasi sudut pemasangan krib permeabel dapat dilihat pada Gambar 8,

Gambar 8. Hubungan antara Fr Mx dan Variasi Sudut Pemasangan Krib Permeabel

Dari grafik di atas, angka ) yang paling

maksimum terjadi pada sudut pemasangan krib permeabel 45˚ ke arah hulu aliran.

0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0.55 0.6 0.65 450 500 550 600 650 K e ce p a ta n ( m /s ) STA t1 = 1 jam t2 = 2.5 jam t3 = 4 jam 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0.55 450 500 550 600 650 K e ce p a ta n ( m /s ) STA t1 = 1 jam t2 = 2.5 jam t3 = 4 jam 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0.55 0.6 450 500 550 600 650 K e ce p a ta n ( m /s ) STA t1 = 1 jam t2 = 2.5 jam t3 = 4 jam 0.500 0.600 0.700 0.800 0.900 1.000 1.100 1.200 1.300 25 50 75 100 125 150 F r M x Sudut (Derajat) POTONGAN A POTONGAN B POTONGAN C POTONGAN D POTONGAN E

(5)

1 $ A / A % 1 ' 8 ! ( ! $ -2+ / ! .

386

! "#

Perubahan elevasi dan lebar dasar saluran diamati dan diukur selama dilakukan pengaliran dengan variasi waktu dan sudut pemasangan arah krib yang telah ditentukan. Pengamatan dan pengukuran ditinjau pada daerah tikungan saluran dengan sudut belokan 90˚. Perubahan lebar saluran hanya terjadi pada bagian lebar dasar saluran karena ketinggian air lebih kecil daripada ketinggian saluran dan perubahan dasar saluran lebih besar terjadi di tikungan luar dibandingkan dengan di tikungan dalam. Untuk rata&rata perubahan dasar saluran pada setiap jam yaitu 1 jam, 2,5 jam dan 4 jam dapat dilihat pada Tabel 1 seperti di bawah ini:

Tabel 1. Rata&Rata Perubahan Dasar Saluran Pada Setiap Jamnya ' '$& $ . ' % $& $ / ! ! #%# 0 $& $ ! 0 " )*1 231 (*1 4 # 5 0 4 # 5 0 4 # 5 0 6* ) 6* ) 6* ) 6 73 6( 3 6((3 6 3 6 +3 6((3 6(33 6(*3 6)73 6 33 6 *3 6 23 6 +3 6 (3 6 +3 6(*3 6)(3 6* 3 - 6 73 6 23 6(83 6 23 6(83 6(83 6( 3 6()3 6(83 6(+3 6) 3 6* 3 6( 3 6(83 6)33 6((3 6(73 6) 3 6()3 6(*3 6(83 6( 3 6()3 6(83 6(23 6) 3 6)73 9 6 8 6( ) 6(8+ 6 *7 6( ) 6()+ 6((+ 6(7) 6)*

Dari tabel di atas dibuat grafik analisis regresi untuk mengetahui koefisien determinasi yang dapat dilihat pada gambar 9.

Gambar 9. Grafik Hubungan Antara Bt/Bo dengan Waktu (Jam)

Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa sudut pemasangan krib permeabel krib 90˚ lebih baik karena

perubahan dasar salurannya lebih kecil dan R2 lebih

mendekati 1 sebesar 0,9384 dibandingkan dengan sudut pemasangan krib permeabel 45˚ dan 135˚, perubahan dasar saluran maksimum untuk sudut pemasangan krib permeabel 45˚, 90˚ dan 135˚sebesar 1,376 cm, 1,346 cm dan 1,452 cm.

Untuk data kedalaman rata&rata pada setiap jam yaitu 1 jam, 2,5 jam dan 4 jam dapat dilihat pada tabel 2 seperti di bawah ini:

Tabel 2. Rata&Rata Kedalaman Gerusan Pada Setiap Jamnya ' '$& $ % .: % $& $ / ! ! #%# 0 $& $ ! 0 " )*1 231 (*1 4 # 5 0 4 # 5 0 4 # 5 0 6* ) 6* ) 6* ) 363+2 363+2 363*2 363+2 363*2 363*2 36382 363)2 363(2 3632) 3638) 3638) 3637) 363+) 363*) 36 3) 3638) 363+) - 36 2 36322 363+2 36 32 36372 363*2 36 (2 36 2 36 32 36 ) 36 3) 3637) 3632) 3637) 363*) 36 ) 36 ) 3632) 36 2 36 (2 36 32 36 2 36372 363*2 36 (2 36 2 36322 9 36 3* 36328 36382 3632* 36388 363*8 36 8 3632* 3637

Dari tabel di atas dibuat grafik analisis regresi untuk mengetahui koefisien determinasi yang dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Grafik Hubungan Antara ds/y dengan Waktu (Jam)

Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa sudut pemasangan krib permeabel krib 90˚ lebih baik karena

kedalaman gerusan lebih kecil dan R2 lebih mendekati 1

sebesar 0,8317 dibandingkan dengan sudut pemasangan krib permeabel 45˚ dan 135˚, kedalaman gerusan maksimum untuk sudut pemasangan krib permeabel 45˚, 90˚ dan 135˚sebesar 1,05 cm, 0,95 cm dan 1,17 cm.

y = -0.035x2+ 0.226x + 1.025 R² = 0.928 y = -0.036x2+ 0.223x + 1.022 R² = 0.938 y = -0.042x2+ 0.270x + 1.033 R² = 0.913 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 0 1 2 3 4 5 B t/ B o Waktu (jam) 45 DERAJAT 90 DERAJAT 135 DERAJAT y = -0.017x2+ 0.087x + 0.011 R² = 0.831 y = -0.016x2+ 0.075x + 0.011 R² = 0.765 y = -0.018x2+ 0.088x + 0.014 R² = 0.747 0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0 1 2 3 4 5 d s/ y Waktu (jam) 45 DERAJAT 90 DERAJAT 135 DERAJAT

(6)

387

! "#

Morpologi lebar dan elevasi dasar saluran dapat dilihat pada Gambar 11 sampai dengan Gambar 13.

Gambar 11. Gambar Perbandingan Morpologi Sungai Dengan Surfer 8 Untuk Sudut Krib 45˚

Gambar 12. Gambar Perbandingan Morpologi Sungai Dengan Surfer 8 Untuk Sudut Krib 90˚

Gambar 13. Gambar Perbandingan Morpologi Sungai Dengan Surfer 8 Untuk Sudut Krib 135˚

Dari hasil penggambaran kontur berdasarkan surfer 8 dan penggambaran secara langsng di lapangan hasilnya berbeda. Hasil yang beda dikarenakan pengambilan data untuk pengambaran kontur tidak terlalu rapat yang diakibatkan data tidak dapat mewakili kontur yang dibuat secara langsung di lapangan.

+ !0,#" $ % $ $ + !0,#" $

Dari hasil penelitian pemodelan sungai yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika, maka didapat kesimpulan sebagai berikut:

1. Sudut pemasangan krib permeabel krib 90˚ lebih

baik karena perubahan dasar saluranny lebih kecil yaitu 1,346 cm (1,346 kali dari saluran awal) dan koefisien determinasinya hampir mendekati 1 yaitu 0,9384 dibandingkan dengan sudut pemasangan krib permeabel 45˚ dan 135˚.

2. Kedalaman gerusan dengan sudut pemasangan krib

permeabel krib 90˚ juga lebih kecil yaitu 0,95 cm dan koefisien determinasinya hampir mendekati 1 yaitu 0,8317dibandingkan dengan sudut pemasangan krib permeabel 45˚ dan 135˚.

+ $

Dengan data yang diperoleh dari hasil penelitian, saran yang dapat diajukan untuk penelitian selanjutnya yaitu:

1. Perlu dilakukan penelitian terhadap variasi jarak

antar krib agar dapat mengetahui jarak antar krib yang lebih efisien.

2. Hendaknya dilakukan penelitian mendalam tentang

perbandingan morpologi lebar dan elevasi dasar saluran pada saat sebelum pengaliran, pengaliran tanpa krib dan pengaliran menggunakan krib langsung dilapangan yang akan dibandingkan dengan hasil program.

;

Chow, V.T. 1992. 1 ! -=

@$ 1& *%.. Erlangga. Jakarta.

Djufri, Hasdaryatmin dkk. 2012. ( $ 8 ! 1

( ! ( < % ' ,

Jurnal Ilmiah Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanudin, Makasar.

Luknanto.D. 1999. 9 % 8 ! % Jurnal

penelitian Dosen. Yogyakarta.

Legono, Djoko. 1999. ( ; %

( ' 3 3 %

' + . Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta.

Kodoatie, Robert J . 2009. 1 A

! ( Andi. Yogyakarta.

Mulyanto, H.R. 2007. 0 % ) ) & .

(7)

1 $ A / A % 1 ' 8 ! ( ! $ -2+ / ! .

388

! "#

Raudkivi, AJ. 1991. * . AA.

Balkema/Rotterdam/Brookfield.

Santoso. 2004 ( $ 8 ) % ' 8 !

( ' ; ' 4",

Tesis Program Magister Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Dipenogoro, Semarang.

Setyono, Ernawan. 2007. 8 ! ! !

( ( %* ' -8 % % '

' % ; ; ! 2 ., Media

Teknik Sipil Vol 5 No.1 Universitas Muhammadiyah Malang.

Sidharta, SK. 1997. % ' A .

Gunadarma. Jakarta.

Triatmodjo, Bambang. 2008. 1 . Beta Offset.

Yogyakarta.

Universitas Sriwijaya, ( 8 + ( ;

Gambar

Gambar 2. Krib untuk melin Menurut  Suryono  Sosrodorso krib  pada  sungai  mempunyai  be krib  ! (krib  lolos  air),  tidak lolos air), krib semi permea krib padat), dan krib silang dan
Gambar 4. Penyusunan Krib Permeabel
Gambar 7. Hubungan antara Kecepatan dan Jarak Krib  dengan Sudut Pemasangan Krib 135˚ Ke Arah Hulu  Hubungan  antara  Fr  max  dengan  variasi  sudut  pemasangan krib permeabel dapat dilihat pada Gambar 8,
Tabel 1. Rata&amp;Rata Perubahan Dasar Saluran Pada Setiap  Jamnya  ' '$&amp; $ . ' % $&amp; $ / ! ! #%#  0 $&amp; $ !   0   &#34;)*1231(*1 4 # 5 0 4 # 5 0 4 # 5 0 6* ) 6* ) 6* ) 6 73 6( 3 6((3 6 3 6 +3 6((3 6(33 6(*3 6)73 6 33 6 *3 6 23 6 +3 6 (3 6 +3 6(*
+2

Referensi

Dokumen terkait

Seperti halnya di SMPN 2 & SMPN 3 Kecamatan Kepanjen, ketika peneliti mendatangai dan mensurvey kegiatan belajar mengajar mata pelajaran pendidikan agama Islam ternyata tidak

Tujuan Penelitian.. Untuk mengetahui apakah dengan menerapankan pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan dapat meningkatkan hasil belajar IPS Sejarah siswa kelas

Sampel pada penelitian ini diambil dengan metode incidential sampling pada wajib pajak yang sudah bekerja yang terdaftar di KPP Pratama Padang Satu.Teknik pengumpulan data yang

Tidak lulus (bagi mahasiswa yang IPK kurang dari tiga (3,00), maka wajib untuk menempuh ujian ulang yang ditentukan oleh Program (maksimal 2 kali).. |Buku Peraturan

Ada sebuah kisah yang disampaikan oleh Syaikh Sulaiman Al-Mufarraj –-semoga Allah memberinya taufik–, bahwa seseorang telah bercerita kepada Syaikh perihal kisah ajaib

yang kompeten (SO) - Pembinaan siswa berprestasi - Pembuatan Modul CBT - Pengembangan Kreatifitas/Inovasi Siswa - Kegiatan Teaching Factory - Praktek Kerja Industri -

Acara ini mengundang perwakilan pengurus OSIS dari setiap Sekolah Menengah Atas daerah JABODETABEK untuk memberikan pelatihan kepemimpinan agar mereka bisa

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan Program SPSS, didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,001 dimana nilai tersebut lebih kecil dari