• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

5

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Belajar dan Hasil Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar

Djamarah (2000) menyatakan belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan yang terdiri dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hakikat belajar merupakan perubahan dan tidak setiap perubahan adalah sebagai hasil belajar.

Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang, dan belajar mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang. Belajar memegang peranan penting dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi seseorang (Anni, 2009).

Daryanto (2010) menyatakan belajar merupakan proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku dari hasil interaksi dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Skinner (dalam Lapono, 2008) menyatakan bahwa belajar menghasilkan perubahan perilaku yang dapat diamati. Sedangkan Parkay dan Standford (dalam Lapono, 2008) belajar sebagai kegiatan pemrosesan informasi, membuat penalaran, mengembangkan pemahaman dan meningkatkan penguasaan keterampilan dalam proses pembelajaran.

Simpulan dari beberapa pendapat diatas, hakikat belajar merupakan perubahan tingkah laku dari lingkungan. Kondisi belajar di kelas diciptakan untuk mengantarkan siswa ke tujuan pembelajaran, sehingga terjadinya perubahan perilaku siswa ke arah positif. Selain itu, juga diciptakan suasana yang kondusif bagi semua siswa agar dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan. Suasana yang tidak menyenangkan biasanya

(2)

6

mendatangkan kegiatan belajar mengajar yang kurang harmonis sehingga siswa tidak nyaman dan tidak memperhatikan pelajaran. Kondisi ini tentu menjadi kendala yang serius bagi tercapainya tujuan pembelajaran.

2.1.1.2 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah proses pembelajaran (Anni, 2010). Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004). Sedangkan menurut Kingsley dalam Sudjana (2004) membagi tiga macam hasil belajar mengajar: (1) keterampilan dan kebiasaan, (2) pengetahuan dan pengarahan, (3) sikap dan cita-cita.Menurut Hamalik (2002) hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Arikunto (2007) menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan yang dapat diaamati dan dapat diukur.

Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Sudjana (2005), melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1) Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai;

2) Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya;

3) Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya;

4) Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh, yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif dan ranah psikomotorik, keterampilan atau perilaku;

(3)

7

5) Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajar.

Gagne (dalam Sudjana, 2005) mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar, yakni : informasi verbal, kecakapan intelektual, strategi kognitif, sikap dan keterampilan. Sementara Bloom dalam (Anni, 2009) mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu: kognitif, afektif dan psikomotorik.

1) Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup kategori pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), penilaian (evaluation), dan menciptakan (creat).

Indikator siswa dalam penelitian ini yang masuk dalam ranah kognitif meliputi: (1) mampu memberi ide kalimat kepada kelompok; (2) memberi kontribusi penyusunan paragraf dalam kelompok; (3) menyusun paragraf secara mandiri; (4) aktif bertanya dan mengemukakan pendapat; (5) mempresentasikan hasil kelompok; (6) menyimpulkan materi pembelajaran; (7) dan melakukan refleksi.

2) Ranah Afektif

Ranah afektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori tujuan peserta didikan afektif adalah penerimaan (receiving), penanggapan (responding), penilaian (valuing), pengorganisasian (organization), dan pembentukan pola hidup (organization by a value complex.

Indikator siswa dalam penelitian ini yang masuk dalam ranah afektif meliputi: (1) mendengarkan penjelasan guru; aktif bertanya dan mengemukakan pendapat; (2) mempresentasikan hasil kelompok; (3) menyimpulkan materi pembelajaran; dan (4) melakukan refleksi.

3) Ranah Psikomotorik

Ranah psikomotorik berkaitan dengan kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Simpson dalam Anni (2009) menyatakan rincian dalam domain psikomotorik terdiri dari: persepsi (perception);

(4)

8

kesiapan (set); respon terpimpin (guided response); mekanisme (mechanism); respon tampak yang kompleks (complex overt response); penyesuaian (adaptation); Penciptaan (originality). Indikator siswa dalam penelitian ini yang masuk dalam ranah psikomotorik meliputi: (1) memberi kontribusi penyusunan paragraf dalam kelompok dan (2) mempresentasikan hasil kelompok.

Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga tampak pada diri individu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri.

2.1.2 Matematika di Sekolah Dasar. 2.1.2.1 Hakikat Matematika

Matematika merupakan ilmu dasar yang digunakan sebagai alat untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain. Penguasaan konsep yang ada dalam matematika harus benar, karena konsep yang ada dalam matematika merupakan rangkaian sebab akibat. Suatu konsep disusun berdasarkan konsep yang ada sebelumnya dan menjadi dasar bagi konsep-konsep selanjutnya. Sehingga, pemahaman yang salah pada suatu konsep akan berakibat pemahaman yang salah pada konsep matematika selanjutnya (Prihandoko, 2009).

National Council of Teachers of Mathematics (2000) menyatakan terdapat enam prinsip matematika sekolah mencakup lingkup:

1) Kejujuran. Keunggulan dalam pendidikan matematika memerlukan kejujuran, harapan, dan dukungan yang kuat bagi siswa.

2) Kurikulum. Kurikulum bukan hanya sekedar kumpulan aktivitas, kurikulum harus koheren, berpusat pada pentingnya matematika, dan dijabarkan dengan baik pada tiap kelas.

(5)

9

3) Pengajaran. Pengajaran matematika yang efektif membutuhkan pemahaman tentang apa yang diketahui siswa dan apa yang diperlukan siswa serta mendukung siswa mempelajarinya dengan baik.

4) Pembelajaran. Siswa harus belajar matematika dengan pemahaman, membangun pengetahuannya dari pengalaman.

5) Penilaian. Penilaian harus mendukung belajar dan memberi informasi bagi guru dan siswa.

6) Teknologi. Teknologi mempengaruhi matematika yang diajarkan dan meningkatkan belajar siswa.

Matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran logis dan masalah-masalah yang berhubungan dengan bilangan (Prihandoko, 2006). Sedangkan menurut Soedjadi dalam Heruman (2008) hakikat matematika adalah memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan dan pola pikir yang deduktif.

2.1.2.1 Tujuan Pembelajaran Matematika

Standar kompetensi dan kompetensi dasar tingkat SD/MI dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah menyatakan bahwa mata pelajaran Matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah;

2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika;

3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; 4) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa

ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah;

(6)

10

Suherman (2003) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran matematika di sekolah mengacu kepada fungsi matematika serta kepada tujuan pendidikan nasional yang telah dirumuskan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Diungkapkan dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) matematika, bahwa tujuan umum matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi dua hal sebagai berikut:

1) mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien;

2) mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

2.1.2.3 Tahapan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Berikut adalah pemaparan pembelajaran yang ditekankan pada konsep-konsep matematika (Heruman, 2008):

1) Penanaman Konsep

Yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika. Pembelajaran penanaman konsep dasar merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkret dengan konsep baru matematika yang abstrak.

2) Pemahaman Konsep

Yaitu lanjutan pembelajaran dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika. Pemahaman konsep terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran pemahaman konsep dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih merupakan lanjutan dari pemahaman konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas sebelumnya. 3) Pembinaan Keterampilan

Yaitu pembelajaran lanjutan dari pemahaman konsep dan penanaman konsep. Pembelajaran pembinaan keterampilan bertujuan agar siswa lebih terampil dalam

(7)

11

menggunakan berbagai konsep matematika. Seperti halnya pada pemahaman konsep, pembinaan keterampilan juga terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dan pemahaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran pembinaan keterampilan dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tapi masih merupakan lanjutan dari penanaman dan pemahaman konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman dan pemahaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas sebelumnya.

Berdasar uraian-uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa setiap pembelajaran pasti memiliki tahapan-tahapan tersendiri, sama halnya dengan pembelajaran matematika yang memiliki tiga tahapan di atas, tiga tahapan tersebut tidak terpisah namun berkesinambungan. Dalam melaksanakan tiga tahapan di atas guru tidak boleh lepas dari landasan pembelajaran matematika yang ada. Agar pembelajaran matematika yang berlangsung dapat memberikan kebermaknaan konsep bagi siswa sehingga siswa dapat memiliki kompetensi yang diharapkan dengan begitu tujuan matematika tercapai.

2.1.3 Metode Kerja Kelompok

Mulyana (2012) menyatakan kerja kelompok dilakukan atas dasar pandangan bahwa anak didik merupakan satu kesatuan yang dapat belajar bersama, berbaur untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Adapun tujuan dari metode kerja kelompok, adalah: 1) Belajar kelompok bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa, dengan

memberi sugesti, motivasi, dan informasi;

2) Melatih diri anak dengan mengembangkan potensi dengan berinteraksi dengan orang lain;

3) Memupuk rasa kebersamaan dengan cara bekerjasama memecahkan persoalan berupa pekerjaan/tugas dari guru;

4) Melatih keberanian siswa;

5) Untuk memantapkan pengetahuan yang telah diterima oleh para siswa.

Moedjiono (dalam Krisiyanto, 2012) mengemukakan metode kerja kelompok dapat diartikan sebagai format belajar-mengajar yang menitikberatkan kepada interaksi

(8)

12

anggota yang satu dengan anggota yang lain dalam suatu kelompok guna menyelesaikan tugas-tugas belajar secara bersama-sama.

Roestiyah N.K (1998) menyebutkan beberapa keuntungan metode kerja kelompok yaitu sebagai berikut:

1) dapat memberikan kesempatan para siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah

2) dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu kasus atau masalah.

3) dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampailan berdiskusi.

4) dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu serta kebutuhannya belajar.

5) para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka, dan mereka lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi.

6) dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai dan menghormati pribadi temannya, menghargai pendapat orang lain, hal mana mereka telah saling membantu kelompok dalam usahanya mencapai tujuan bersama.

Menurut Roestiyah N.K (1998) menyebutkan langkah-langkah kerja kelompok sebagai berikut:

7) Menjelaskan tugas kepada siswa; 8) Menjelaskan apa tujuan kerja kelompok; 9) Membagi kelas menjadi beberapa kelompok;

10) Setiap kelompok menunjuk seorang pencatat yang akan membuat laporan tentang kemajuan dan hasil kerja kelompok tersebut;

11) Guru berkeliling selama kerja kelompok itu berlangsung, bila perlu memberi saran/pertanyaan;

12) Guru membantu menyimpulkan kemajuan dan menerima hasil kerja kelompok.

Keenam langkah di atas perlu diterapkan oleh peneliti agar siswa dalam melakukan kerja kelompok yang dilakukan pada saat penelitian dapat menghasilkan tujuan yang diharapkan yaitu siswa dapat memecahkan masalah dengan baik.

(9)

13

2.2 Kajian Hasil-hasil Penelitian Yang Relevan

Terdapat beberapa penelitian yang sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu penelitian yang telah dilaksanakan oleh:

1) Penelitian relevan juga dilaksanakan Sugiarto (2009) dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui Penerapan Metode Kerja Kelompok pada Siswa Kelas VI SD Negeri Sidogiri I Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan”. Temuan penelitiannya yaitu: 1) proses pembelajaran Matematika dilihat dari keaktifan siswa pada saat penerapan metode kerja kelompok berlangsung aktif, dan 2) penerapan metode kerja kelompok dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Matematika standar kompetensi menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan data. Terbukti nilai rata-rata kelas pada pra tindakan 54,85 mengalami peningkatan sebesar 13,49 (24,59%) sehingga menjadi 68,34 pada siklus I. Persentase peningkatan hasil belajar dari pra tindakan ke siklus I dapat dikategorikan rendah. Nilai rata-rata kelas pada siklus I adalah 68,34 yang mengalami peningkatan sebesar 11,81 (17,28%) sehingga menjadi 80,15 pada siklus II. Persentase peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II dapat dikategorikan sangat rendah. Secara keseluruhan nilai rata-rata kelas pada pra tindakan yang 54,85 mengalami peningkatan sebesar 25,30 (46,13%) pada siklus II. Persentase peningkatan hasil belajar dari pra tindakan ke siklus II dapat dikategorikan sedang.

2) Sugiyanti (2010) dengan judul “Penggunaan metode kerja kelompok sebagai upaya meningkatkan hasil belajar matematika materi operasi hitung bilangan pada siswa kelas 4 SD Sukomangli 01 Kecamatan Reban Kabupaten Batang Tahun Ajaran 2010/2011.” Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar. Hal ini ditunjukkan dari perkembangan hasil belajar yaitu nilai ulangan harian siswa pada prasiklus sebesar 45, akhir siklus 1 telah dicapai nilai sebesar 65, dan siklus 2 mencapai nilai sebesar 75. Metode kerja kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta kemandirian belajar siswa meningkat.

3) Penelitian dilaksanakan oleh Istiarini (2008) dengan judul “Upaya Peningkatan Minat Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Remedial Kerja Kelompok (PTK Pembelajaran Matematika Kelas V SD Negeri 1 Bangsalan)”, temuan penelitiannya adalah (1) melalui pembelajaran remedial kerja kelompok dapat meningkatkan minat

(10)

14

siswa dalam belajar matematika yang meliputi (1) perasaan senang siswa sebanyak 19 siswa (76%), (2) perhatian siswa sebanyak 20 siswa (80%), (3) kemauan siswa sebanyak 17 siswa (68%), (4) konsentrasi siswa sebanyak 21 siswa (92%), (e) kesadaran siswa sebanyak 23 siswa (92). (2) Peran aktif siswa dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditujukan dengan adanya peningkatan ketuntasan belajar siswa sebesar 72%..

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan kerja kelompok dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Berdasarkan hasil penelitian yang relevan tersebut di atas, digunakan sebagai acuan penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan.

(11)

15

2.3 Kerangka Pikir

Permasalahan (Kondisi Awal)

Menurunnya kualitas pembelajaran matematika di kelas 1 SDN Gumawang 03 Kecamatan Pecalugan Kabupaten Batang.

Solusi dengan penerapan metode kerja kelompok (Pelaksanaan Tindakan)

1) Dapat memberikan kesempatan para siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.

2) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu kasus atau masalah.

3) Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan berdiskusi. 4) Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu serta kebutuhannya dalam belajar.

5) Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka, dan mereka lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi.

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian Hasil Setelah Tindakan:

Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 1 SDN Gumawang 03 Meningkat.

2.4 Hipotesis Tindakan

Dengan penerapan metode kerja kelompok hasil belajar matematika materi operasi hitung bilangan siswa kelas 1 SDN Gumawang 03 akan meningkat.

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka Berpikir Penelitian Hasil Setelah Tindakan:

Referensi

Dokumen terkait

Penambahan ekstrak daun sirih merah ( P.crocatum ) dengan berbagai dosis dalam pakan berpengaruh nyata terhadap total eritrosit, total leukosit, persentase limfosit,

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian berbagai mulsa dan bokashi kulit jengkol beserta interaksi antara kedua perlakuan tersebut berpengaruh tidak nyata

f) jumlah kompensasi dari pihak ketiga untuk Aset Tetap yang mengalami penurunan nilai, hilang, atau dihentikan yang dimasukkan dalam laba rugi, apabila tidak diungkapkan

Perlakuan yang terjadi seringkali bukannya penghargaan dan pengakuan atas kehadiran yang lain akan tetapi upaya untuk ”mempersamakan” (conformity) atas nama

Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan proyek dari segi waktu maka dilakukan percepatan waktu pelaksanaan dengan menggunakan metode cost slope dan Time Cost Trade Off

peneliti akan akan sulit menggunakan semua yang ada dipopulasi. misal karena keterbatasan waktu, tenaga dan dana sehingga peneliti dapat menggunakan sebagian dari populasi

Bentuk hubungan hukum para pihak dalam pemenuhan kewajiban penjaminan buy back guarantie adalah hubungan antara Bank dengan konsumen yang melakukan pembelian unit

62 Hikmah diturunkannya secara gradual adalah untuk menguatkan atau meneguhkan hati Rasulullah saw, tarbiyah bagi umat Islam dari segi keilmuan dan pengamalan,