• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERCEPATAN WAKTU PELAKSANAAN TERHADAP BIAYA PADA PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH JEMBATAN, DI KABUPATEN BUATAN, PEKANBARU, RIAU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PERCEPATAN WAKTU PELAKSANAAN TERHADAP BIAYA PADA PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH JEMBATAN, DI KABUPATEN BUATAN, PEKANBARU, RIAU"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERCEPATAN WAKTU PELAKSANAAN TERHADAP

BIAYA PADA PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH JEMBATAN, DI

KABUPATEN BUATAN, PEKANBARU, RIAU

Isma Kania Muthmainah, Jade S.Petroceany

Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia

ABSTRAK

Pembangunan proyek Jembatan, di Kabupaten Buatan, Pekanbaru, Riau bertujuan untuk mendukung pendistribusian produksi PT. Pertamina Riau. Namun, pada kenyataannya, lokasi proyek yang kurang memadai menjadi kendala dalam pengiriman alat-alat berat serta pengadaan peralatan kerja yang membuat waktu pekerjaan semakin lama. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan proyek dari segi waktu maka dilakukan percepatan waktu pelaksanaan dengan menggunakan metode cost slope dan Time Cost Trade Off (TCTO) yang diharapkan proyek jembatan ini dapat selesai lebih cepat dengan memperhitungkan biaya yang paling efektif. Alternatif percepatan waktu yang dilakukan adalah dengan menambah jam kerja (lembur) dan jumlah pekerja. Berdasarkan hasil perhitungan dua alternatif maka dipilihlah alternatif penambahan jam kerja (lembur) dengan percepatan waktu yang paling optimal dan pengurangan durasi proyek sebesar 8 hari dari biaya total Rp2.505.912.167,19.

Kata Kunci :

Jembatan, Hubungan Waktu dengan Biaya, Time Cost Trade Off(TCTO).

ABSTRACT

Highway Bridge’s construction project at Buatan, Pekanbaru, Riau aims to support distribution of production from PT. Pertamina Pekanbaru, Riau. Whereas, in fact, the site of project inadequate become an obstacle on deliver and provide heavy equipments so that spending activities much longer. Therefore, to achieve the project goals must accelerate execution of time with cost slope and Time CostTradeOff(TCTO) method, then hopefully,Highway bridge’sproject could achieve faster by taking account of the cost effective. To apply time acceleration alternative by adding time of work (overtime) and number of employees. According to two alternatives of calculation, so that the best option has been selected the time of work (overtime) which had optimal time acceleration and reduced project duration 8 days of the total cost project is Rp2,505,912,167.19. Keyword :

(2)

PENDAHULUAN

Proyek merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilaksanakan untuk menghasilkan suatu produk atau bangunan tertentu dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Dalam dunia konstruksi, salah satu jenis proyek adalah proyek infrastruktur yang sangat penting untuk mendukung kelancaran penyediaan fasilitas dan aktivitas ekonomi masyarakat. Dalam dunia konstruksi di Indonesia, pembangunan proyek infrastruktur sedang banyak dilakukan dan memiliki parameter-parameter kesuksesan yang harus dicapai. Suatu proyek dikatakan sukses apabila tercapai tujuan dari biaya, mutu, dan, waktu sesuai dengan fokus project management (Pinkerton, 2003) [1]. Sedangkan menurut Pinto dan Slevin (1987) [2] suatu proyek dianggap berhasil diterapkan apabila memenuhi 4 kriteria, yaitu sesuai jadwal (menurut kriteria waktu), sesuai anggaran (menurut kriteria keuangan), mencapai semua tujuan awal yang telah ditetapkan (menurut kriteria efektivitas), serta dapat diterima dan digunakan oleh client sebagaimana tujuan dari proyek tersebut (menurut kriteria kepuasan client).

Berdasarkan penelitian tersebut, time dan cost adalah dua hal yang menjadi kunci kesuksesan suatu proyek, tetapi kenyataannya di Indonesia sendiri banyak proyek-proyek yang mengalami delay dan cost overruns. Kaming et. Al (1997) [3] telah mengidentifikasikan bahwa dari segi waktu, 54,5% dari manajer proyek menyelesaikan 90% penyelesaian proyeknya tepat waktu, 15,2% dari manajer proyek menyelesaikan 70-90% penyelesaian proyeknya, dan 30,3% dari manajer proyek menyelesaikan kurang dari 70% penyelesaian proyeknya. Serta dari segi biaya, 20,7% dari manajer proyek mengakui bahwa 90% dari proyek mereka selesai sesuai dengan budget yang telah ditetapkan, 51,7% menyelesaikan proyek 70-90% sesuai dengan budget, dan 27,6% menyelesaikan proyek kurang dari 70% sesuai dengan budget. Hal tersebut pun diperkuat oleh pernyataan dari Imam Soeharto (1999) [4] bahwa di dalam pembangunan sebuah proyek, perencanaan strategis pengendalian waktu dan biaya dalam sebuah proyek sangat penting sehingga tidak sampai terjadi hal-hal yang tidak diingin seperti time and cost overrun.

Prasarana jembatan merupakan infrastruktur transportasi yang sangat penting dan strategis dalam menunjang efisiensi dan efektifitas kegiatan PT. Pertamina dalam menjalankan fungsi utamanya sebagai produsen minyak bumi dan bahan bakar minyak di Provinsi Riau yang dikenal kekayaan sumber alam berupa minyak bumi. Prasarana jembatan yang ada berupa jembatan sementara dengan konstruksi sederhana dan diperkirakan tidak akan mampu menangani arus lalu lintas kegiatan produksi dari PT Pertamina. Oleh karena

(3)

itu, pembangunan Jembatan Jalan Raya Pekanbaru Riau merupakan solusi yang tepat untuk menunjang efisiensi dan efektifitas kegiatan PT. Pertamina di wilayah provinsi Pekanbaru Riau.

Kendala yang dihadapi adalah lokasi proyek yang kurang memadai dalam hal pengiriman alat-alat berat serta pengadaan peralatan kerja yang membuat waktu pekerjaan semakin lama. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan proyek dari segi waktu maka harus dilakukan percepatan waktu pelaksanaan dengan perencanaan yang matang. Sedikit saja kesalahan yang terjadi dalam perencanaan percepatan waktu pelaksanaan akan berakibat pada pembengkakan biaya yang tidak terduga. Menurut Imam Soeharto (1999) [4] percepatan waktu pelaksanaan proyek secara otomatis akan berdampak terhadap penambahan biaya proyek.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh percepatan waktu pelaksanaan terhadap biaya pada pekerjaan struktur bawah jembatan, di kabupaten Buatan, Pekanbaru, Riau. Wulfram I. Ervianto (2005) [5] menyatakan bahwa percepatan waktu pelaksanaan dapat dilakukan dengan beberapa cara dan alternatif yang dipilih pada penelitian ini adalah dengan menambah waktu kerja (lembur) dan menambah jumlah tenaga kerja tanpa lembur khususnya untuk pekerjaan struktur bawah. Metode yang digunakan adalah metode cost slope dan metode Time Cost Trade Off (TCTO), dengan demikian diharapkan proyek jembatan ini dapat selesai lebih cepat dengan memperhitungkan biaya yang dibutuhkan.

TINJAUAN TEORITIS

Proyek

Proyek adalah suatu kegiatan yang bersifat sementara, terdiri dari serangkaian kegiatan yang antara lain memiliki tujuan khusus dengan spesifikasi tertentu, memiliki batas waktu awal dan akhir yang jelas, membutuhkan sumber daya, yaitu : uang, tenaga manusia, dan peralatan serta memiliki keterbatasan pendanaan(Kerzner,2000)[6]. Suatu proyek harus diselesaikan lebih cepat dari waktu normalnya merupakan masalah yang sering timbul dalam suatu proyek. Perencanaan yang matang harus dilakukan agar biaya yang timbul dari percepatan waktu pelaksanaan proyek tetap dapat terkontrol dengan baik.

(4)

Komponen-komponen yang dapat dioptimalkan dalam melakukan percepatan waktu pelaksanaan proyek, antara lain :

1. Tenaga Kerja

Pengoptimalan dilakukan dengan meningkatkan produktivitas dengan penambahan jam kerja (jam lembur). Kualitas hasil kerja dapat ditingkatkan dengan melakukan penambahan jumlah jam kerja (lembur) sehingga produktivitas tenaga kerja akan meningkat 75% dari produktivitas tenaga kerja pada saat normal.

2. Biaya

Analisis terhadap masing-masing komponen perlu dilakukan dalam merencanakan suatu proyek.Komponen-komponen tersebut memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya yang tidak dapat dipisahkan.Hubungan antara waktu dan biaya tidak dapat dipisahkan yang merupakan bagian dari sejumlah aktivitas pada pelaksanaan proyek, aktivitas tersebut merupakan bagian dari komponen dalam suatu proyek.

3. Hukum dan Undang-Undang yang digunakan

Dasar teori memang digunakan sebagai acuan metode pelaksanaan tetapi untuk memperkuat dan menambah perencanaan, hal yang tidak kalah penting adalah hukum dan Undang-Undang yang berlaku. Undang-undang atau hukum yang digunakan untuk mempercepat waktu pelaksanaan proyek adalah :

 UU RI No. 50 thn 1997 tentang ketenagakerjaan yang berisi tentang waktu lembur maksimal 3 jam dalam suatu hari.

 Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-72/MEN/84 menyatakan bahwa : o Upah lembur perjam dikalikan 1,5 dari harga kerja normal untuk 1 jam pertama; o Upah lembur per jam akan 2 kali dari harga kerja normal jika diatas 1 jam.

Penjadwalan Proyek

Paulus, Natan, dan Sutjipto (1986) [7] menyatakan bahwa penjadwalan merupakan fase menterjemahkan suatu perencanaan kedalam suatu diagram-diagram yang sesuai dengan skala waktu. Kapan suatu aktivitas akan dimulai, ditunda, dan diselesaikan ditentukan dari penjadwalan tersebut sehingga kebutuhan yang telah ditentukan menurut jangka waktu tertentu akan di sesuaikan dengan pembiayaan dan pemakaian sumber daya yang telah dialokasikan.

Panjadwalan waktu dikelompokan menjadi dua, yaitu untuk proyek-proyek yang tidak berulang seperti proyek pembuatan sebuah rumah dan untuk proyek-proyek yang berulang (repetitive) seperti membangun sebuah rumah yang sama (misalnya perumahan

(5)

rakyat). Beberapa metode yang digunakan untuk merencanakan dan melukiskan secara grafis setiap aktivitas pekerjaan konstruksi dikemukakan secara lebih menyeluruh oleh Tubagus Haedar Ali (1986) [8] sebagai berikut :

1. Diagram balok (gantt bar chart)

Metode ini diciptakan oleh Henry Gannt dan disusun dengan mengidentifikasi unsur waktu dalam merencanakan suatu kegiatan yang terdiri dari waktu dalam merencanakan suatu kegiatan yang terdiri dari waktu mulai, akhir, dan saat pelaporan sehingga dapat diketahui dengan mudah apakah pekerjaan tersebut terlambat atau tidak.Metode ini masih digunakan secara luas karena dapat digabung dengan beberapa metode lainnya, antara lain dengan grafik/kurva S. Kelebihan dari metode ini, antara lain :

a. Bentuk grafik yang sederhana sangat efektif untuk komunikasi di lapangan;

b. Bentuk grafik yang sederhana dan mudah dimengerti sehingga jika ada keterlambatan proyek maka hanya sedikit pembetulan;

c. Bila digabungkan dengan metode lain dapat dipakai untuk perencanaan dan pengendalian pada aspek yang lebih luas.

Metode ini selain memiliki kelebihan juga memiliki beberapa kekurangan karena penggunaannya terbatas untuk proyek pembangunan industri berukuran sedang dan besar yang disebabkan oleh :

a. Hubungan antar masing-masing kegiatan tidak dapat digambarkan secara jelas; b. Bila terjadi keterlambatan sulit mengetahui seberapa jauh hal tersebut

mempengaruhi jadwal proyek;

c. Kegiatan kritis tidak dapat ditunjukkan.

2. Kurva S (Hanumm Curve)

Kurva S sangat berkaitan dengan jadwal dari masing-masing kegiatan.Jika dikaitkan dengan network planning kurva S sangat efektif untuk menunjukkan prestasi kerja yang telah dicapai, memonitor waktu pelaksanaan yang telah dikerjakan, dan berapa biaya yang telah dikeluarkan.Suatu proyek terlambat atau tidak dapat dikontrol dengan memberi baseline pada periode tertentu sehingga keadaan aktualnya dapat dibandingkan dengan bobot penyelesaian kumulatif dari masing-masing kegiatan.

(6)

Gambar 1 Contoh diagram kurva

Berdasarkan grafik diatas sumbu X menyatakan durasi proyek sedangkan sumbu Y menyatakan biaya/prestasi kumulatif dari kegiatan. Kurva S dibuat dari kumpulan aktifitas proyek dan merupakan representasi dari sebuah proyek.Kurva S yang akan ditampilkan adalah kurva S antara biaya langsung normal dan biaya langsung dengan waktu yang dipercepat, biaya tak langsung normal dan biaya tak langsung dengan waktu yang dipercepat, dan biaya total normal dengan biaya total dengan waktu yang dipercepat.

Biaya Proyek

Biaya proyek konstruksi menurut Ir. Iman Soeharto (1999) [4] dibagi menjadi biaya langsung, biaya tak langsung, biaya tak terduga, dan biaya total. Biaya langsung adalah biaya yang langsung berhubungan dengan pekerjaan konstruksi bangunan. Biaya langsung ini terdiri dari biaya bahan/material, upah buruh (man power), dan biaya peralatan (equipments). Biaya yang secara tidak langsung berhubungan dengan pekerjaan konstruksi tetapi harus ada dan tidak dapat dilepas dari proyek disebut dengan biaya tidak langsung. Biaya ini terdiri dari biaya overhead, kendaraan dan peralatan konstruksi, pajak, serta biaya pembangunan fasilitas sementara. Biaya tak terduga adalah biaya untuk kejadian-kejadiaan yang tak terduga yang mungkin bisa terjadi sehingga sulit untuk memprediksi besaran biayanya tetapi harus tetap diperhitungkan. Biaya tak terduga terdiri dari biaya kesalahan, ketidak pastian yang subjektif, ketidak pastian yang objektif, dan keuntungan. Komponen biaya proyek yang terakhir adalah biaya total yang merupakan jumlah dari biaya langsung dan biaya tidak langsung di proyek.

(7)

Rancangan Anggaran Biaya (RAB)

Rancangan Anggaran Biaya (RAB) adalah perhitungan yang dilakukan untuk memperlihatkan besarnya biaya yang dibutuhkan oleh suatu proyek. Perhitungan ini diperoleh dengan mengalikan harga satuan pekerjaan dengan volume pekerjaan. Harga satuan pekerjaan akan dipengaruhi oleh tenaga kerja, peralatan yang digunakan, dan keperluan material dari pekerjaan tersebut. Harga satuan pekrjaan akan dihasilkan dari jumlah seluruh harga satuan dasar ditambah dengan laba dan biaya umum dikalikan dnegan koefisien pekerjaan tersebut.

Time Cost Trade Off (TCTO)

Untuk mengatasi masalah-masalah proyek, khususnya yang berhubungan dengan durasi proyek, seperti penjadwalan proyek yang tidak sesuai dengan kontrak merupakan tujuan dilakukannya Time Cost Trade Off (TCTO). Keterlambatan tersebut dapat diatasi dengan menambahkan jumlah jam kerja dan jumlah sumber daya yang akan berdampak terhadap penambahan biaya proyek.

Penggunaan sumber daya tidak efektif bila waktu penyelesaian proyek lebih besar dari waktu normal (t > to) sehingga durasi proyek dan biaya proyek akan bertambah. Jika

dilakukan percepatan waktu proyek (pemampatan) (t < to) maka biaya proyek juga akan

meningkat karena adanya penambahan sumber daya sesuai dengan kebutuhan. Crasing program atau mempercepat waktu pelaksanaan terhadap kegiatan-kegiatan kritis dilakukan untuk memendekkan durasi proyek dengan kenaikan biaya minimum. (Abrar Husein, MT, 2009) [9]. Time cost trade off dapat dilakukan dengan :

Project Crashing merupakan analisis untuk memperoleh kenaikan biaya langsung (direct cost) yang minimal dari usaha mempersingkat waktu penyelesaian proyek menjadi durasi tertentu;

Least-Cost Analysis merupakan analisis untuk memperoleh durasi proyek yang optimal dengan memperhitungkan biaya total (total cost) yang minimal.

Prosedur Mempersingkat Waktu

Berdasarkan pernyataan dari Ir. Iman Soeharto (1999) [4], suatu proyek dapat dipercepat dengan melakukan prosedur :

1. Dengan menggunakan kurun waktu normal dilakukan perhitungan waktu penyelesaian proyek dan identifikasi float dengan CPM;

(8)

2. Melakukan perhitungan biaya normal dari masing-masing kegiatan; 3. Melakukan perhitungan biaya setelah masing-masing kegiatan dipercepat; 4. Menghitung slope cost dari masing-masing komponen kegiatan;

5. Melakukan percepatan waktu pelaksanaan dengan mempersingkat durasi kegiatan kritis dengan slope cost terendah;

6. Setelah melakukan pengurangan durasi lintasan kritis harus dilakukan pengecekan kembali apakah ada float yang dapat dipakai untuk mengulur waktu kegiatan yang bersangkutan dengan pengoptimalisasian biaya;

7. Jika terbentuk jalur kritis yang baru maka percepat kegiatan-kegiatan kritis yang mempunyai kombinasi slope cost terendah;

8. Lalukan percepatan waktu kegiatan sampai titik TPD;

9. Memperlihatkan hubungan antara biaya dan waktu dengan menggunakan grafik dan menghubungkan titik normal (biayadan waktu normal), titik-titik yang terbentuk akibat percepatan waktu pelaksana sampai ke titik TPD;

10. Menghitung biaya tidak langsung proyek dan memperlihatkan dalam bentuk grafik; 11. Menghitung biaya total dengan menjumlahkan biaya langsung dan biaya tak langsung

sebelum kurun waktu yang diinginkan dan perlihatkan dengan menggunakna grafik; 12. Melakukan analisis grafik biaya total untuk memperoleh waktu percepatan dan biaya

yang paling optimal.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap, tahap pertama adalah tahap persiapan dengan mencari informasi pada instansi terkait data-data yang dibutuhkan, mengurus surat-surat yang diperlukan untuk proses pengumpulan data serta mengumpulkan dan mempelajari segala bentuk kegiatan yang dapat mendukung dalam penyusunan penelitian ini. Tahap kedua adalah tahap pengumpulan data dengan melakukan pengumpulan acuan, seperti gambar detail proyek, metode pelaksanaan, data alat berat dan pekerja, analisis harga satuan, serta data-data lain yang dapat digunakan untuk perencanaan teknis. Tahap selanjutnya adalah studi literatur dengan mencari literatur-literatur yang menunjang estimasi waktu, biaya, dan tenaga kerja, antara lain adalah schedule pekerjaan, analisis anggaran kontraktor, dan analisis anggaran

(9)

biaya. Menyusun jenis-jenis pekerjaan dilakukan setelah tahapan studi literatur dengan Work Breakdown Structure (WBS) Struktur Bawah :

1. Pekerjaan Umum 1.1 Mobiliasasi;

1.2 Kantor Lapangan dan Fasilitas; 1.3 Pekerjaan Pembersihan. 2. Pekerjaan Tanah 2.1 Galian; 2.2 Timbunan. 3. Struktur Bawah 3.1 Abutmen; 3.2 Wing wall;

3.3 Tiang pancang beton prategang pracetak dia. 50 cm. 4. Pekerjaan Lain-Lain

4.1 Pengadaan air kerja;

4.2 Administrasi dan dokumentasi;

Tahapan kelima adalah melakukan perhitungan pada kondisi normal dan pada kondisi pemampatan. Perhitungan tersebut terdiri dari volume pekerjaan, biaya upah pekerja, biaya satuan, durasi normal, biaya normal, crash duration, dan crash cost. Tahapan terakhir adalah menganalisis data terhadap dua alternatif percepatan waktu dengan mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas dari biaya proyek. Kedua alternatif tersebut adalah :

1. Sistem kerja lembur untuk mempercepat waktu pelaksanaan proyek dengan mempertimbangkan biayanya;

2. Sistem kerja dengan menambah jumlah pekerja untuk mempertimbangkan segi waktu dan biaya pelaksanaan proyek.

HASIL PENELITIAN

Klasifikasi jembatan merupakan jembatan jalan raya kelas A yang terdiri dari 2 jalur, dengan lebar kedua jalur adalah 7 meter ditambah dengan 0.5 meter lebar trotar untuk pejalan kaki yang dilengkapi dengan sandaran pada kanan dan kiri jembatan. Jembatan ini merupakan jembatan rangka baja dengan panjang 40 meter.

(10)

Gambar 2 Gantt Chart Awal Sumber : Olahan Sendiri

Berdasarkan Gantt Chart awal, dari pekerjaan persiapan sampai dengan struktur bawah membutuhkan waktu 48 hari dengan pekerjaan kritis yang meliputi pekerjaan penggalian, abutment, wing wall, pengadaan air, administrasi serta dokumentasi, dan keamanan.

Perhitungan Biaya Pada Kondisi Normal

1. Besarnya Biaya Langsung Total = Rp 2,360,507,750.52 2. Biaya Tak Langsung Total

= 5% x total biaya langsung = 5% x Rp 2,360,507,750.52 = Rp 118,025,387.5

3. Biaya Tak Langsung Total/Hari

= Total biaya tak langsung/ Total durasi pekerjaan = Rp 118,025,387.5/66 hari

= Rp 2,458,862.24 4. Biaya pada kondisi normal

= Biaya langsung total + Biaya tak langsung total = Rp 2,360,507,750.52 + Rp 118,025,387.5 = Rp 2,478,533,138.05

(11)

Perhitungan Alternatif Percepatan 1

Alternatif pertama yang akan diperhitungkan diambil dari komponen tenaga kerja dengan menambahkan jam lembur dengan perhitungan untuk mendapatkan cost slope adalah sebagai berikut :

1. Volume (diketahui);

2. Biaya upah pekerja (diketahui);

3. Biaya satuan = Upah pekerja + Peralatan (diketahui); 4. Durasi normal (diketahui);

5. Biaya Normal (1x3); 6. Crash duration :

a. Produktivitas harian (1/4);

b. Produktivitas tiap jam (6a/7 jam);

c. Produktivitas harian setelah crash ((7x6b) + (3x0.75x6b)); d. Crash duration (1/6c).

7. Crash Cost

a. Biaya untuk pekerja normal per jam (6b x 2); b. Biaya lembur per jam (2x7a);

c. Crash cost per hari ((7x7a) + (3x7b)) d. Biaya alat per jam (diketahui);

e. Biaya untuk peralatan normal per jam (6b x 7d); f. Biaya lembur alat per jam (1x7e);

g. Crash cost alat per hari ((7x7e) + (3x7f)); h. Crash cost ((7c+7g) x 6d).

PEKERJAAN PEMBERSIHAN LAPANGAN

1. Volume = 320,00

2. Biaya Upah Pekerja = Rp 78.446,00

3. Biaya Satuan (Upah Pekerja + Peralatan) = Rp 155.629,66

4. Durasi Normal = 8

5. Biaya Normal = Rp 49.801.492,14

6 Crash duration = 6

7 Crash cost = Rp 61.427.473,01

(12)

PEMANCANGAN TIANG PANCANG

1. Volume = 1.584,00

2. Biaya Upah Pekerja = Rp 69.296,00

3. Biaya Satuan (Upah Pekerja + Peralatan) = Rp 202.479,44

4. Durasi Normal = 15 5. Biaya Normal = Rp 320.727.429,59 6. Crash duration 11 7. Crash cost = Rp 382.331.771,67 Slope Cost = Rp 16.884.153,01

PENIMBUNAN TANAH KEMBALI UNTUK JEMBATAN

1. Volume = 200,00

2. Biaya Upah Pekerja = Rp 162.245,36

3. Biaya Satuan (Upah Pekerja + Peralatan) = Rp 218.006,14

4. Durasi Normal = 12 5. Biaya Normal = Rp 43.601.227,11 6. Crash duration = 9 7. Crash cost = Rp 57.660.485,09 Slope Cost = Rp 4.816.597,64 GALIAN TANAH 1. Volume = 460,00

2. Biaya Upah Pekerja = Rp 113.699,12

3. Biaya Satuan (Upah Pekerja + Peralatan) = Rp 162.434,50

4. Durasi Normal = 12 5. Biaya Normal = Rp 74.719.869,12 6. Crash duration = 9 7. Crash cost = Rp 97.740.916,41 Slope Cost = Rp 7.886.840,28 ABUTMENT 1. Volume = 85,50

2. Biaya Upah Pekerja = Rp 371.030,79

3. Biaya Satuan (Upah Pekerja + Peralatan) = Rp 999.557,01

4. Durasi Normal = 12

5. Biaya Normal = Rp 85.462.123,99

6. Crash duration = 9

7. Crash cost = Rp 102.368.018,57

(13)

WING WALL

1. Volume = 18,64

2. Biaya Upah Pekerja = Rp 371.030,79

3. Biaya Satuan (Upah Pekerja + Peralatan) = Rp 999.557,01

4. Durasi Normal = 12

5. Biaya Normal = Rp 18.631.742,59

6. Crash duration = 9

7. Crash cost = Rp 22.317.425,33

Slope Cost = Rp 1.262.687,61

Perhitungan Alternatif Percepatan 2

Alternatif kedua yang akan diperhitungkan diambil dari komponen tenaga kerja dengan menambahkan jumlah pekerja dengan perhitungan untuk mendapatkan cost slope adalah sebagai berikut :

1. Volume (diketahui);

2. Biaya satuan upah (diketahui); 3. Biaya satuan bahan (diketahui); 4. Biaya satuan alat/hari (diketahui); 5. Jumlah pekerja (diketahui); 6. Durasi normal (diketahui);

7. Biaya Normal (((2+3)x1)+(4x6)); 8. Crash duration :

a. Produktivitas harian (1/6);

b. Penambahan jumlah pekerja ((50%) x 5); c. Produktivitas harian setelah crash (8a+(8a/8b); d. Biaya upah normal

e. Crash duration (1/8c); f. Crash cost ((1x3)+(4x6)+());

(14)

PEKERJAAN PEMBERSIHAN LAPANGAN

1. Volume = 320

2. Biaya upah pekerja = Rp 78.446,00 3. Biaya satuan bahan = Rp 0 4. Biaya satuan alat/hari = Rp 77.183,66

5. Jumlah pekerja = 12 6. Durasi Normal = 8 7. Biaya Normal = Rp 25.720.189,30 8 Crash duration = 7 Crash Cost = Rp 29.425.005,13 Slope Cost = Rp 3.241.713,84

PENIMBUNAN TANAH KEMBALI UNTUK JEMBATAN

1. Volume = 200

2. Biaya upah pekerja = Rp 162.245,36 3. Biaya satuan bahan = Rp 0 4. Biaya satuan alat/hari = Rp 55.760,78

5. Jumlah pekerja = 9 6. Durasi Normal = 12 7. Biaya Normal = Rp 33.118.201,31 8. Crash duration = 10 Crash Cost = Rp 37.132.977,15 Slope Cost = Rp 1.840.105,59 ABUTMENT 1. Volume = 85,50

2. Biaya upah pekerja = Rp 371.030,79 3. Biaya satuan bahan = Rp 3.276.098 4. Biaya satuan alat/hari = Rp 625.150,23

5. Jumlah pekerja = 22 6. Durasi Normal = 12 7. Biaya Normal = Rp 319.331.280,27 8. Crash duration = 11 Crash Cost = Rp 364.342.096,82 Slope Cost = Rp 45.010.816,54

PEMANCANGAN TIANG PANCANG

1. Volume = 1.584

2. Biaya upah pekerja = Rp 69.296,00 3. Biaya satuan bahan = Rp 823.958 4. Biaya satuan alat/hari = Rp 133.183,44

5. Jumlah pekerja = 9 6. Durasi Normal = 15 7. Biaya Normal = Rp 1.416.911.976,69 8 Crash duration = 12 Crash Cost = Rp 1.428.898.486,10 Slope Cost = Rp 4.395.053,45 GALIAN TANAH 1. Volume = 460

2. Biaya upah pekerja = Rp 113.699,12 3. Biaya satuan bahan = Rp 0 4. Biaya satuan alat/hari = Rp 48.735,38

5. Jumlah pekerja = 9 6. Durasi Normal = 12 7. Biaya Normal = Rp 52.886.419,74 8. Crash duration = 10 Crash Cost = Rp 56.395.366,96 Slope Cost = Rp 1.608.267,48 WING WALL 1. Volume = 18,64

2. Biaya upah pekerja = Rp 371.030,79 3. Biaya satuan bahan = Rp 3.276.097,60 4. Biaya satuan alat/hari = Rp 625.150,23

5. Jumlah pekerja = 22 6. Durasi Normal = 12 7. Biaya Normal = Rp 75.484.275,98 8. Crash duration = 11 Crash Cost = Rp 120.495.092,53 Slope Cost = Rp 45.010.816,54

(15)

PEMBAHASAN

Cost slope masing-masing kegiatan berdasarkan perhitungan dengan menggunakan 2 alternatif adalah sebagai berikut :

Tabel 1 Perbandingan Nilai Cost Slope

Kompresi Alternatif 1

Tabel 2 Alternatif 1

No Kegiatan Durasi Biaya Langsung Biaya Tak Langsung Biaya Total 1 Normal 48 Rp2.360.507.750,52 Rp118.025.387,53 Rp2.478.533.138,05 2 Kompres 1 46 Rp2.372.133.731,39 Rp113.107.663,05 Rp2.485.241.394,44 3 Kompres 2 43 Rp2.384.168.271,35 Rp110.328.079,64 Rp2.494.496.350,99 4 Kompres 3 40 Rp2.396.121.109,03 Rp109.791.058,16 Rp2.505.912.167,19

Gambar 3 Kurva Biaya Langsung Alternatif 1 Sumber : Olahan Sendiri

(16)

Gambar 4 Kurva Biaya Tak Langsung Alternatif 1 Sumber : Olahan Sendiri

Gambar 5 Kurva Biaya Total Alternatif 1 Sumber : Olahan Sendiri

Berdasarkan kurva diatas, urutan untuk biaya langsung, biaya tak langsung, dan biaya total dimulai dari kondisi normal, kondisi dengan pengurangan durasi pekerjaan pembersihan lapangan (kompresi 1), kondisi dengan pengurangan durasi galian tanah (kompresi 2), dan yang terakhir adalah kondisi dengan pengurangan durasi pekerjaan kombinasi antara penimbunan tanah kembali untuk jembatan, abutment, dan wing wall (kompresi 3). Biaya langsung dan biaya total akan semakin bertambah dengan pengurangan durasi proyek, tetapi biaya tak langsungnya akan berkurang mengikuti pengurangan durasinya.

(17)

Kompresi Alternatif 2

Tabel 3 Alternatif 2

No Kegiatan Durasi Biaya Langsung Biaya Tak Langsung Biaya Total 1 Normal 48 Rp2.360.507.750,52 Rp118.025.387,53 Rp2.478.533.138,05 2 Kompres 1 46 Rp2.363.724.285,48 Rp113.107.663,05 Rp2.476.831.948,52 3 Kompres 2 45 Rp2.363.749.464,37 Rp115.459.618,23 Rp2.479.209.082,60 4 Kompres 3 42 Rp2.373.692.910,87 Rp110.157.028,36 Rp2.483.849.939,23

Gambar 6 Kurva Biaya Langsung Alternatif 2 Sumber : Olahan Sendiri

Gambar 7 Kurva Biaya Tak Langsung Alternatif 2 Sumber : Olahan Sendiri

(18)

Gambar 8 Kurva Biaya Total Alternatif 2 Sumber : Olahan Sendiri

Kurva diatas memperlihatkan hubungan antara pengurangan durasi dengan biaya langsung, biaya tak langsung, dan biaya total dari kondisi normal, kondisi pengurangan durasi pekerjaan galian tanah (kompresi 1), kondisi pengurangan durasi pekerjaan pembersihan lapangan (kompresi 2), serta kondisi pengurangan durasi pekerjaan pemancangan tiang pancang (kompresi 3).

Kurva Percepatan

Berdasarkan perhitungan dua alternatif percepatan waktu pelaksanaan proyek, alternatif pertama atau dengan menambahkan waktu lembur pekerja dipilih sebagai karena menghasilkan durasi penyelesaian proyek tercepat yaitu sebesar 40 hari atau dapat dilakukan percepatan sebanyak 8 hari dengan biaya total Rp2.505.912.167,19.

Kurva biaya percepatan terletak di atas kurva biaya normal dengan perbandingan antara kurva normal dan kurva percepatan sebagai berikut :

(19)

Gambar 9 S-Curve Sumber : Olahan Sendiri

KESIMPULAN

Untuk melihat pengaruh percepatan waktu pelaksanaan terhadap biaya pada pekerjaan struktur bawah jembatan dilakukanlah perhitungan dengan menggunakan dua alternatif. Alternatif pertama dilakukan dengan melakukan penambahan waktu kerja (lembur) dan alternatif kedua adalah dengan melakukan penambahan jumlah pekerja. Kesimpulan dari perhitungan tersebut adalah :

1. Alternatif pertama (penambahan waktu kerja/lembur) membuat durasi proyek menjadi 40 hari atau dapat dilakukan percepatan sebanyak 8 hari dengan biaya total Rp2.505.912.167,19;

2. Alternatif kedua (penambahan jumlah pekerja) membuat durasi proyek menjadi 42 hari atau dapat dilakukan percepatan sebanyak 6 hari dengan biaya total Rp2.483.849.939,23;

3. Berdasarkan hasil perhitungan dua alternatif tersebut maka dipilihlah alternatif pertama dengan kompresi 3 yang merupakan alternatif percepatan waktu yang paling optimal dengan pengurangan durasi proyek sebesar 8 hari dari biaya total Rp2.505.912.167,19.

10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 Bob ot Pekerjaa n K um ulatif (%) hati ke-

S Kurve

Kurva Normal Kurva Percepatan

(20)

SARAN

Percepatan waktu pelaksanaan secara teori dapat dilaksanakan dalam proyek, tetapi pada kenyataannya hal tersebut terkadang tidak dapat dilaksanakan secara maksimal. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti kondisi lapangan yang tidak memungkinkan. Waktu pelaksanaan pun dapat dimaksimalkan dari pemilihan metode setiap pekerjaan dan peninjauan tidak hanya dilakukan untuk struktur bawah, tetapi juga untuk struktur atas.

DAFTAR REFERENSI

Ervianto, W. I. (2005). Manajemen Proyek Konstruksi Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi. Haedar Ali, T. (1986). Prinsip-Prinsip Network Planning. Jakarta: PT. Gramedia. Husein, A. (2011). Manajemen Proyek : Perencanaan, Penjadwalan, dan Pengendalian

Proyek. Yogyakarta: Andi.

Kaming, P., Olomolaiye, P., Holt, G., & Harris , F. (1997). Factors Influencing Construction Time and Cost in INdonesia Construction Industry. Journal of Construction

Management and Economics, 83-94.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-72/MEN/84.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.102/MEN/IV/2004, pasal 1

Kerzner, H. (2000). Project Management A System Approach to Planning, Schedulling, and Controlling, Sevent Edition. Singapore.

Pinkerton, W. (2003). Achieing Project Bottom-Line Success. Project Management, 337. Pinto, J., & Slevin, D. (1987). Critical Success Factors in Effective Project Implementation.

IEE Transactions of Engineering Management EM-34, 22-27.

R, S., Nugraha, P., & Natan, I. (1985). Manajemen Proyek Konstruksi. Surabaya: Kartiak Yudha.

Soeharto, I. (1999). Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional. Jakarta: Erlangga.

UU RI tentang Ketenagakerjaan No. 13 thn 2003, pasal 77 ayat 1. UU RI tentang Ketenagakerjaan No. 13 thn 2003, pasal 77 ayat 2. UU RI No. 50 thn 1997 tentang ketenagakerjaan.

Gambar

Gambar 1 Contoh diagram kurva
Gambar 2 Gantt Chart Awal  Sumber : Olahan Sendiri
Tabel 1 Perbandingan Nilai Cost Slope
Gambar 4 Kurva Biaya Tak Langsung Alternatif 1  Sumber : Olahan Sendiri
+4

Referensi

Dokumen terkait

Menurut National Council of Teachers of Mathematics(1989), komunikasi matematis adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan kosakata, notasi, dan struktur matematika

Transformasi  Fourier  digunakan  untuk  mewakili  sebuah  waktu  kontinu  non‐periodis  sebagai  sebuah  fungsi  sinus  kompleks.  Pada  transformasi  Fourier 

Dengan menggunakan teknik simulasi dan visualisasi dapat memfasilitasi suatu design yang kompleks untuk mengetahui aliran fluida, injection time, injection pressure, pressure

Prestressed concrete preslab (PC Preslab) adalah slab tipis dengan sistem prestress yang memakai baja wire dengan permukaan kasar pada bagian atasnya. Permukaannya

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (1) uji kelayakan 4 buku yang ada di pasaran

Pencatatan dan pelaporan rekapitulasi kegiatan yang diselenggarakan setiap triwulan dan tiap tahun adalah pencatatan data untuk semua kegiatan dalam satu triwulan dan satu tahun

Software yang berfungsi untuk membekukan sistem konfigurasi pada komputer.. 93 Adobe Illustrator Aplikasi

Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan menurut teknik analisis linier berganda, maka dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian secara parsial, menunjukan