PONDOK PESANTREN NURUL HIDAYAH DUSUN BEDAGAS DESA TUNGGALPAGER KECAMATAN PUNGGING KABUPATEN MOJOKERTO
TAHUN 1983-2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)
Oleh:
Fiqqiyah Birrodloh NIM A82212134
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang “Pondok Pesantren Nurul Hidayah Dusun Bedagas Desa Tunggalpager Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto Tahun
1983-2016”. Masalah yang di teliti dalam skripsi ini adalah (1)Bagaimana Sejarah
berdirinya pondok pesantren Nurul Hidayah desa Tunggalpager kecamatan Pungging kabupaten Mojokerto? (2)Bagaimana perkembangan pondok pesantren Nurul Hidayah desa Tunggalpager kecamatan Pungging kabupaten Mojokerto? (3) Bagaimana respon masyarakat terhadap pondok pesantren Nurul Hidayah desa Tunggalpager kecamatan Pungging kabupaten Mojokerto?.
Berkenaan dengan itu, dalam penelitian ini digunakan metode historis untuk memberikan gambaran mengenai “Pondok Pesantren Nurul Hidayah Dusun Bedagas Desa Tunggalpager Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto Tahun 1983-2016” dan pendekatan sosiologi untuk menjelaskan faktor-faktor sosial yang mempengaruhi perkembangan pesantren. Dalam skripsi ini penulis mengunakan teori continuity and change dalam buku Tradisi pesantren karya Zamakhsyari Dhofier yang menguraikan masalah-masalah kesinambungan di tengah-tengah perubahan yang terjadi di pesantren, di harapkan dapat mengungkap perkembangan pondok pesantren Nurul Hidayah yang di lihat dari segi kerangka zamakhsyari yang terdiri dari Lima elemen-elemen pesantren. Dari kerangka tersebut dapat terlihat kesinambungan yang berkelanjutan dan perubahan-perubahan yang terjadi dari tahun ke tahun.
ABSTRACT
This Thesis discuses “NurulHidayah Islamic Boarding village
BedagasTunggalpagerdistricts PunggingMojokerto Regency, year 1983-2016”.
Problems are researched in this thesis are (1)How history of the Islamic boarding districts NurulHidayahTunggalpager village PunggingMojokerto regency? (2)Howis development of Islamic Boarding NurulHidayahTunggalpager village districts PunggingMojokerto district? (3)How is the public response to the Islamic boarding districts NurulHidayahTunggalpager village PunggingMojokerto regency?
In connection with that, in this study used the historical method to provide an overview of “NurulHidayah Islamic Boarding village BedagasTunggalpager districts PunggingMojokerto Regency, year 1983-2016” dan Sociological approach is inteded to exsplain the social facctors that influence the development of Islamic boarding. In this paper the author uses the theory of continuity and change in the book pesantren tradition DhofierZamakhsyari work outlining the problems of continuity in the midst of changes that occur in schools. By using the theory of continuity and change is expected to reveal the development of Islamic Boarding NurulHidayah in view of the terms of Zamakhsyari framework that consists of five elements of the Islamic boarding. The framework can be seen from the ongoing sustainability and the changes that occur from year to year.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PERSETUJUAN TIM PENGUJI ... iv
TRANSLITERASI ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Pendekatan Dan Kerangka Teoritik ... 9
F. Penelitian Terdahulu ... 11
G. Metode Penelitian... 12
BAB II : SEJARAH BERDIRINYA PONDOK PESANTREN NURUL HIDAYAH
A. Letak Geografis Pesantren Nurul Hidayah ... 17
B. Latar Belakang Berdirinya Pesantren Nurul Hidayah ... 21
C. Tokoh-Tokoh Yang Ikut Berperan Mendirikan Pesantren Nurul Hidayah 1. Kyai Maghfur Siroj ... 29
2. Nyai Khoirotin ... 37
3. Kyai Muhajir Siroj ... 39
4. Kyai Mahali Siroj ... 41
D. Visi-Misi Pondok Pesantren Nurul Hidayah ... 43
BAB III : PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN NURUL HIDAYAH A. Infrastruktur Pesantren Nurul Hidayah ... 46
B. SuprastrukturPesantrenNurulHidayah ... 57
C. Sistim Pendidikan Dan Peangajaran 1. Metode Pembelajaran ... 64
2. Kurikulum... 68
3. Wirausaha ... 72
D. Aktivitas Di Pesantren Nurul Hidayah 1. Keagamaan ... 73
2. Pendidikan ... 76
BAB IV: RESPON MASYARAKAT SEKITAR TERHADAP ADANYA PONDOK PESANTREN NURUL HIDAYAH
A. Masyarakat ... 82
B. Wali Santri ... 85
C. Santri... 87
D. Perangkat Desa ... 90
BAB V: PENUTUP A.Kesimpulan ... 93
B.Saran ... 95 DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di Indonesia mempunyai beragam aneka agama yaitu agama
Islam, Kristen Prostestan, Katholik, Hindu dan Konghucu. Mayoritas
Masyarakat Indonesia memeluk agama Islam yaitu yang berpegang teguh
pada al-Qur’an dan Hadits.
Dalam kehidupan di dunia, masyarakat Islam haruslah
berpedoman pada al-Qu’ran dan Hadits supaya tidak salah mengambil
langkah dan berprilaku sesuai tuntunan Nabi Muhammad Saw. Mencari
ilmu dan mempelajari al-Qu’ran dan Hadits sangatlah penting bagi
kehidupan di masyarakat dan tidak di ukur batasusia. Tujuan Ilmu adalah
pengamalan ilmu, karena pengamalan adalah buah ilmu, kemanfatan usia
(hidup) dan bekal akhirat, barang siapa meraih amaliah ilmu, berarti dia
berbahagia dan barang siapa tidak meraihnya, berarti dia merugi.1 Jadi mencari ilmu itu wajib bagi umat muslim.
Dalam mempelajari haruslah ada seorang pembimbing seperti
Kiai, Ustadz, atau Guru. Tempat yang tepat bagi pemula mencari ilmu dan
memperdalam ilmu agama Islam yaitu di pesantren, sebuah lembaga
pendidikan Islam tradisional tertua, yang telah berfungsi sebagai salah satu
benteng pertahanan umat Islam, sebagai pusat dakwah dan pengembangan
2
masyarakat muslim Indonesia. Di dalam Pesantren selain diajarkan
mempelajari atau memperdalam al-Qur’an dan Hadits juga di tanamkan
sifat akhlakul karimah sehingga kelak dalam bermasyarakat sesuai dengan
tuntunan nabi Muhammad SAW.
Kebanyakan berdirinya sebuah pesantren diawali dengan
seseorang ulama untuk menyebarkan Islam dengan diikuiti satu dua orang
santrinya, dimana mereka melakukan perjalanan dan kadang-kadang
berhenti pada sebuah desa untuk mengadakan pengajian.2 Berdirinya
sebuah pesantren disebabkan adanya keiginan ulama untuk memberikan
ilmu pengetahuan dan mendidik umat Islam supaya menjadi manusia yang
mengerti seluk beluk agama Islam dan berprilaku sesuai dengan tuntunan
Nabi Muhammad SAW.
Setiap pesantren memiliki ciri khusus akibat perbedaan selera
Kiai dan kedaan sosial budaya maupun sosial geografis yang
mengelilinginya. Pesantren di bagi menjadi dua kategori yaitu pesantren
Salafi tetap mengajarkan pengajaran kitab-kitab Islam klasik sebagai inti pendidikannya, penerapan sistem madrasah untuk memudahkan system
sorogan yang dipakai dalam lembaga-lembaga pengajian bentuk lama tanpa mengenalkan pengajaran pengetahuan umum, sedang pesantren
Khalafi telah memasukkan pelajara-pelajaran umum dalam
3
madrasah yang dikembangkan atau membuka tipe-tipe sekolah umum di
dalam lingkungan pesantren.3
Pesantren memiliki unsur-unsur minimal Kiai yang mendidik dan
mengajar, santri yang belajar, dan masjid, tiga unsur ini yang mewarnai
pesantren pada awal berdirinya atau bagi pesantren kecil yang belum
mampu mengembangkan fasilitasnya.4 Pesantren terdapat beberapa elemen yang mendukungnya. Kelima elemen tersebut meliputi Kiai, santri
pondok, masjid, dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik atau yang sering
disebut kitab kuning.5
Pesantren merupakan sebuah tempat untuk mengenal dan
menggali ilmu agama lebih dalam. Pesantren memegang peranan penting
dalam suatu masyarakat karena selain menjaga tradisi keilmuan Islam juga
berperan penting dalam merubah prilaku masyarakat menjadi berakhlakul
karimah. Pondok pesantren mempunyai arti asrama atau tempat mengaji,
sedangkan secara etimologi kata pesantren berasal dari kata santri yaitu
istilah yang digunakan bagi orang-orang yang menuntut ilmu agama di
lembaga pendidikan islam tradisionaldi Jawa. Kata santri mendapat awalan
“pe” dan akhiran “an”, yang berarti tempat para santri menuntut ilmu.6
3 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai (Jakarta:LP3ES, 1984), 44.
4 Muzamil Qomar, Pesantren dari Transformasi metodologi menuju demokratisasi Institusi (Jakarta: Erlangga, 2009) 19.
5 Amin Haedari, et al, Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan Komplesitas Global (Jakarta: IRD Prees, 2004), 25.
4
Pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam dan para
siswanya tinggal dan belajar bersama dibawah bimbingan seorang atau
beberapa Guru yang lebih dikenal dengan sebutan Kiai dan umumnya
lembaga pendidikan tersebut bersifat tradisional.7Syekh Maulana Malik
Ibrahim atau Sunan Gresik (Wafat 1419) merupakan orang pertama yang
membangun pesantren sebagai tempat mendidik dan mengembleng para
santri, tujuanya agar para santri menjadi juru dakwah yang mahir sebelum
mereka diterjunkan langsung di masyarakat luas.8
Di dalam pesantren memiliki visi dan misi yang berbeda, yang
mana bertujuan untuk kebaikan para santrinya sendiri. Tetapi tujuan secara
umum yaitu membina masyarakat terutama kepada santri supaya memiliki
kepribadian Muslim sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam dan
menanamkan rasa akhlakul karimah bagi segi kehidupan, serta menjadikan
orang yang berguna bagi agama, masyarakat, dan Negara. Adapaun tujuan
khusus pesantren antara lain sebagai berikut:
1. Mendidik siswa/santri anggota masyarakat untuk menjadi seorang
Muslim yang bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, memiliki
kecerdasan, ketrampilan dan sehat lahir batinsebagai warga Negara
yang berpancasila.
7Dhafier, Tradisi Pesantren, 44.
5
2. Mendidik siswa/santri untuk membantu meningkatkan kesejahteraan
sosial masyarakat lingkungan dalam rangka usaha pembangunan
masyarakat bangsa.9
Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia
sampai saat ini terus berkembang, pesantren memiliki keunikan tersendiri
baik dari sarana prasarana, metode pengajaran serta kharismatik Kiai dan
peranan tersendiri dalam masyarakatnya, dari semua pesantren yang
menyebar di seluruh dunia. Sehingga pesantren merupakan suatu hal yang
sangat penting untuk di teliti.
Kepemimpinan dan struktur kekuasaan Kiai dari sudut pandang
sosiologi yang menjadi corak kepemimpinan yang ada di pondok
pesantren masih dalam bentuk tunggal. Kiai memgang peranan penting
dalam sebuah pondok, karena Kiai mempunyai kekuasaan tinggi dalam
mengatur dan mempunyai kharismatik. Sehingga dari kharismatik dan
kekuasaan kiai maka para santri akan mudah dibimbing.
Salah satunya yaitu pondok pesantren Nurul Hidayah yang terletak
di JL.Raden Patah No.2, dudun Bedagas desa Tunggalpager kecamatan
Pungging kabupaten Mojokerto. Pondok pesantren Nurul Hidayah
didirikan oleh seorang Ulama yang bernama Kiai KH. Maghfur Siroj pada
tahun 1983 dan dibantu oleh istrinya yaitu Nyai Khoirotun. Di dalam
perkembangan pesantren tidak lepas dari peranan Kiai Maghfur Siroj,
Nyai Khoirotin dan saudara-saudaranya.
6
Kedudukan Kiai memang mempunyai peranan dan kekuasaan
penting dalam sebuah pondok pesantren. Posisi tersebut mempunyai
wewenang dalam menyebarkan dan mengajarkan ilmu agama. Peranan
Kiai mempunyai peranan yang mana menentukan corak kepemimpinan
dan perkembangan dalam pondok pesantren.
Dalam perkembangan pesantren Nurul Hidayah mempunyai
peranan yang sangat penting bagi kehidupan santri yaitu mencerdaskan
dan menanamkan jiwa akhlakul karimah yang sesuai dengan al-Qur’an dan
Hadits. Pondok pesantren Nurul Hidayah dalam perkembanganya dalam
pembangunan Infrastruktur mengalami perkembangan yang cukup pesat,
hal ini bisa terlihat dari peningkatan pembangunan tiap tahun ke tahun,
serta dalam metode juga mempertahankan sistem tradisional dalam
pengajarannya, yaitu dengan system wetonan dan sorogan. Sistem weton
adalah pengajian yang inisiatifnya berasal dari kiai sendiri baik dalam
menentukan tempat, waktu, maupun lebih-lebih lagi kitabnya, sedangkan
sorogan pengajian yang merupakan permintaan dari seseorang atau beberapa orang santri kepada Kiainya untuk diajarkan kitab tertentu.10
Dalam pengajaran yang memakai cara sorogan dan weton ini, tidak ada
pengulangan ataupun pertanyaan yang diajukan oleh kedua belah pihak,
dan setiap pelajaran dimulai dengan bab baru, semua pelajaran ini
7
diberikan oleh Kiai atau pengantinya (badal) yang terdiri dari santri
senior.11
Pondok pesantren Nurul Hidayah di dalam pendidikan juga
terdapat perkembangan salah satunya pendidikan formal yang awalnya
hanya bekerjasama dengan sekolah lain sekarang membangun sekolah
seendiri di dalam pesantren.
Pesantren mempunyai peranan dan tujuan yang baik. Maka dalam
keberhasilan tersebut tidak lepas dari respon positif masyarakat sekitar
mengenai pesantren tersebut. Pondok pesantren paling tidak mempunyai
tiga peran utama yaitu sebagai lembaga pendidikan Islam, lembaga
dakwah dan sebagai sosial budaya.12
Dengan pemaparan di atas, maka untuk mengetahui sejarah
perkembangan dan aktivitas di pondok pesantren tersebut, penulis
mengambil judul “Pondok Pesantren Nurul Hidayah Dusun Bedagas Desa
Tunggalpanger Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto Tahun
1983-2016”.
B. RumusanMasalah
Untuk mempermudah penulis dalam membuat sebuah skripsi,
maka penulis perlu menguraikan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Sejarah berdirinya pondok pesantren Nurul Hidayah dusun
Bedagas desa Tunggalpager kecamatan Pungging kabupaten Mojokerto.
11Dawam Raharjo, Pesantren Dan Pembaharuan (Jakarta: LP3ES, 1985), 88.
8
2. Bagaimana perkembangan pondok pesantren Nurul Hidayah dusun
Bedagas desa Tunggalpager kecamatan Pungging kabupaten Mojokerto.
3. Bagaimana respon masyarakat terhadap pondok pesantren Nurul
Hidayah dusun Bedagas desa Tunggalpager kecamatan Pungging
kabupaten Mojokerto.
C. TujuanPenelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam pembahasan skripsi ini antara
lain sebagai berikut:
1. Unuk mengetahui Sejarah berdirinya pondok pesantren Nurul Hidayah
dusun Bedagas desa Tunggalpager kecamatan Pungging kabupaten
Mojokerto
2. Untuk menegtahui perkembangan pondok pesantren Nurul Hidayah
dusun Bedagas desa Tunggalpager kecamatan Pungging kabupaten
Mojokerto
3. Untuk mengetahui respon masyarakat terhadap pondok pesantren Nurul
Hidayah dusun Bedagas desa Tunggalpager kecamatan Pungging
kabupaten Mojokerto
D. KegunaanPenelitian
Berdasarkan tujuan di atas peneliti ini dapat memberikan informasi
dan pemahaman yang lebih dalam, maka penelitian ini dapat memberikan
arti guna kepada masyarakat. Adapun hal-hal yang dihasilkan dan
9
1. Berguna sebagai catatan sejarah, terutama di dalam perpustakaan
fakultas adab Uin Sunan Ampel Surabaya.
2. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini sebagai informasi tentang
gambaran pondok pesantren Nurul Hidayah desa Tunggalpager
kecamatan Pungging kabupaten Mojokerto.
3. Bagi Pondok pesantren Nurul Hidayah sebagai bahan masukan atau
gambaran tentang sejarah dan perkembangan pesantren, sehingga
dapat dijadikan sebagai referensi ilmu pengetahuan yang membahas
tentang pondok pesantren.
4. Untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan program strata 1
(S-1) di jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab
UIN Sunan Ampel Surabaya.
E. PendekatandanKerangkaTeori
Penggambaran mengenai suatu peristiwa sangat bergantung pada
pendekatan, yaitu dari segi mana memandangnya, dimensi mana yang
diperhatikan, unsur-unsur mana yang diungkapkan, dan
sebagainya.13Untuk mengungkap judul tentang Pondok pesantren Nurul
Hidayah di desa Tunggalpanger kecamatan pungging kabupaten
Mojokerto Tahun 1983-2016, maka penulis mengunakan pendekatan
historis, di harapkan dapat menampilkan kronologi sejarah dan
perkembangan secara runtut. Selain pendekatan historis, penulis
mengunakan pendekatan sosiologi, sebab pada dasarnya pondok
10
pesantren Nurul Hidayah dengan gejala sosiologi dengan di sertai
pesan-pesan moral. Pendekatan ini didasari bahwa setiap gerak sejarah dalam
masyarakat timbul karena adanya rangsangan untuk melakukan interaksi
soisal dan reaksi sosial antara masyarakat dengan lingkungan pesantren
untuk melakukan reaksi dengan menetapkan tanggapan-tanggapan dan
perubahan.
Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori
continuity and change. Teori Continuity and Change atau sudut pendekatan yang meneliti adanya “kesinambungan di tengah-tengah
perubahan” yang terjadi dalam pondok pesantren, bahwa dalam
membangun masa depannya, pesantren berdiri dengan teguh di atas
tradisi masa lampaunya. Perubahan yang terjadi ketika tradisi baru datang
mempunyai kekuatan dan dorongan yang kuat yang telah ada dan baik
sebelumnya.14
Jika tradisi baru yang datang mempunyai kekuatan dan daya
dorong yang kuat, dibanding tradisi -tradisi yang telah ada dan mapan
sebelumnya. Akan tetapi perubahan yang terjadi tida serta merta terputus
begitu saja dari tradisi keilmuan yang lama yang telah ada sebelumnya.
Masih ada kesinambungan yang berkelanjutan dengan tradisi keilmuan
yang lama, meskipun telah muncul paradigma baru. Seperti pelajaran
kitab kuning yang diajarkan dari awal berdirinya pesantren yang hanya
11
berjumlah sedikit, tetapi dari tahun ke tahun tetap berkesinambungan dan
terdapat perkembangan jumlah kitab kuning yang dipelajari.
Dengan menggunakan teori continuity and change di harapkan
dapat mengungkap perkembangan pondok pesantren Nurul Hidayah yang
di lihat dari segi kerangka zamakhsyari, terdiri dari lima elemen-elemen
pondok pesantren. Dari kerangka tersebut dapat terlihat kesinambungan
yang berkelanjutan dan perubahan-perubahan yang terjadi dari tahun ke
tahun.
F. PenelitianTerdahulu
Untuk mengetahui dari sisi mana penelitian yang telah di ungkap
dan sisi lain yang belum terungkap diperlukan kajian penelitian terdahulu.
Penelusuran penelitian terdahulu sangat diperlukan sebab dengan
melakukan penelusuran terhadap penelitian terdahulu. Dapat di
identifikasi posisi dan peranan penelitian yang sedang dilakukan dalam
konteks permasalahan yang lebih luas, serta hasilnya yang mungkin dapat
sumbangkan pada perkembangan ilmu terkait.
Dalam penelitian terdahulu penulis menemukan Tesis berjudul
Pondok Pesantren Nurul Hidayah Dalam Pembinan Akhlaq Masyarakat
Tunggalpager Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto yang ditulis
oleh Mokhamad Shokeh jurusan Psikologi pendidikan Islam tahun 2010,
Universitas Darul Ulum Jombang. Penulis ini lebih menekankan pada
peranan pondok pesantren dalam pembinaan akhlak masyarakat
12
Skripsi yang berjudul Sejarah Pondok Pesantren Darul Karomah
Dalam Pembinaan Anak Punk di Dusun Tlebuk Desa Wiyu Kecamatan
Pacet Kabupaten Mojokerto yang ditulis oleh Sunarno Fakultas Adab
tahun 2013 Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam, IAIN Sunan Ampel
Surabaya. Penulisan terdahulu lebih menekankan pada perjuangan Kiai
dan peranan pondok pesantren Darul Karomah dalam membina anak
punk.
Skripsi yang berjudul Pendidikan Islam Sebagai Sarana Pembinaan
Akhlaq Remaja Di Madrasah Diniyah Nurul Hidayah Desa Tnggalpager
Kabupaten Mojokkerto yang ditulis oleh Luluk Munafiroh. Fakultas
Tarbiyah, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo tahun 2003. Penulisan ini
lebih menekankan pada pelaksanaa pendidikkan agama islam dalam
membina akhlak remaja di madrasah diniyah Nurul Hidayah desa
Tunggalpager.
Dari penelitian terdahulu penulis lebih memfokuskan pada
pembahasan keseluruhan dari mulai sejarah berdirinya, perkembangan
hingga aktivitas di pondok pesantren Nurul Hidayah
G. MetodePenelitian
Metode ini menggunakan metode penelitian sejarah. Alat atau
piranti yang digunakan (sejarawan) dalam tugas meneliti dan menyusun
sejarah. Menurut Louis Gottschalk, berpendapat bahwa metode sejarah
sebagai proses, proses pengujian dan analilis sumber atau laporan dari
13
berdasarkan data atau fakta yang diperoleh lewat peroses itu desebut
historiografi/penulisan sejarah.15 Penelitian yang dilakukan bersifat studi
historis, oleh karena itu metode yang dianggap relevan untuk membahas
skripsi kali ini adalah metode sejarah, maka penelitian yang dilakukan
melalui empat tahap yaitu:
1. Heuristik
Heuristik atau pengumpulan sumber yaitu suatu proses yang
dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan sumber-sumber,
data-data atau jejak sejarah.16 Langkah awal untuk mengumpulkan sumber
data yang diinginkan adalah sebagai berikut:Adapun pada penelitian
ini, sumber yang digunakan dibagi dalam dua kategori, yakni:
a. Sumber Primer
1) Sumber primer yang saya gunakan adalah SK pendirian pondok
pesantren Nurul Hidayah
2) Piagam
3) Wawancara langsung dengan istrinya yaitu Nyai Khoirotin
4) Wawancara kepada adik-adiknya yang juga ikut berperan
dalam mendirikan pesantren yaitu Kiai Mahali Siroj, Kiai Irfan
Siroj dan Kiai Mahali Siroj selaku pengurus pondok pesantren
Nurul Hidayah.
b. Sumber Sekunder
15Aminudin Kasdi, Memahami Sejarah(Surabaya: UUP, 2011), 10.
14
Selain menggunakan sumber primer di atas, penulis juga
menggunakan sumber-sumber skunder dari buku-buku literatur
lainnya.
2. Verifikasi (Kritik Sumber)
Kritik sumber di lakukan terhadapa sumber-sumber yang di
butuhkan, kritik ini menyangkut verifikasi sumber yaitu pengujian
mengenai keontetikan sumber itu. Dalam metode sejarah kritik dibagi
menjadi dua yaitu:
a. Kritik Ekstern adalah proses untuk melihat apakah sumber yang
didapatkan otentik atau asli. Sumber yang diperoleh penulis
merupakan relevan, karna penulis mendapatkan sumber tersebut
langsung dari tokoh yang ikut berperan mendirikan pesantren
Nurul Hidayah yang sedang di teliti melalui beberapa wawancara.
b. Kritik Intern adalah upaya yang dilakukan untuk melihat apakah isi
sumber isi tersebut cukup layak untuk dipercaya kebenarannya.17
Dengan cara mencari korelasi dengan sumber-sumber yang ada
tersebut akan ditarik sebagai fakta sejarah untuk penulisan
selanjutnya, di samping itu kritik intern atau kredabilitas sumber
adalah realitas sosial bahwa pondok pesantren Nurul Hidayah
adalah sebuah lembaga pendidikan Islam yang sangat berpengaruh
terhadap prilaku santri dan masyarakat sekitar.
3. Interprestasi
15
Suatu upaya sejarawan untuk melihat kembali tentang
sumber-sumber yang di dapatkan apakah sumber-sumber-sumber-sumber yang didapatkan dan
yang telah di uji autentitasnya. Terdapat saling berhubungan atau yang
satu dengan yang lain dengan demikian sejarawan memberikan
penafsiran terhadap sumber yang telah di dapatkan.
4. Historiografi
Tahap ini merupakan bentuk penulisan, pemaparan, atau pelaporan
hasil penelitian yang telah dilakukan sebagai penelitian sejarah yang
menekankan aspek kronologis masa lampau (menjelaskan tentang
Pondok Pesantren Nurul Hidayah Dusun Bedagas Desa Tunggalpanger
Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto Tahun 1983-2016). Tahap
ini akan menguak hal-hal tentang sejarah perkembangan pondok
pesantren baik dari sejarah, perkembangan maupun respon masyarakat
tentang adanya pesantren Nurul Hidayah.
H. Sistematika pembahasan
Untuk mempermudah pembaca dalam memahami karya ini, maka
karya ilmiah ini disusun secara sistematis. Adapun mengenai sistematika
pembahasan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bab pertama, merupakan bab pendahuluan yang berisikan latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian diadakan
penelitian, kegunaan penelitian, pendekatan dan kerangka teori, penelitian
terdahulu, metodologi penelitian, dansitematika pembahasan sehingga
16
Bab kedua, menjelaskan tentang Letak Geografis Pesantren, latar
belakang berdirinya pondok pesantren Nurul Hidayah, tokoh-tokoh yang
berperan dalam mendirikan pesantren, visi dan misi pondok pesantren
Nurul Hidayah.
Bab ketiga, menjelaskan tentang Perkembangan Pesantren Nurul
Hidayah, yang berisikan tentang infrastruktur pesantren, sistem pendidikan
dan pengajaran, aktifitas
Bab keempat, menjelaskan tentang respon masyarakat, yang
meliputi respon masyarakat sekitar, santri, wali santri dan perangkat desa.
Bab kelima, merupakan pembahasan terakhir yang berisikan
17
BAB II
KONDISI OBYEKTIF LOKASI PENELITIAN
A. LETAK GEOGRAFIS 1. Letak Geografis Desa
Pondok pesantren Nurul Hidayah berada ditenggah-tengah desa Tunggalpager dusun Bedagas. Luas tanah pondok pesantren Nurul Hidayah sekitar 4.100 meter persegi dan luas bangunan sekitar 3.531 meter persegi. Letak Pondok tersebut sangatlah strategis karena terletak di tengah-tengah pemukiman penduduk dan dekat dengan terminal baru Mojosari, yang jaraknya sekitar 300 Km, selain itu dalam menuju pondok pesantren Nurul Hidayah dari arah pasar Mojosari sekitar 1,1 Km dan dari kantor kelurahan desa Tunggalpager sekitar 500 Km, sehingga jalan menuju ke pondok Nurul Hidayah tidaklah sulit.
Desa Tunggalpager adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Mojokerto yang terletak di kecamatan Pungging dan masih di wilayah Propinsi Jawa Timur, jarak dari pusat pemerintahan kecamatan yaitu sekitar 0,200 Km, jarak dari ibu kota kabupaten 18 Km.
menemukan tempat tujuan karena denah menyediakan informasi yang lengkap mengenai suatu tempat.
Wilayah yang membatasi desa Tunggalpager antara lain sebagai berikut:2
1.Sebelah Utara
1 Yuli, “Manfaat Denah Dalam Kehidupan Sehari
denah (7 Mei 2016).
2 Sumber Monografi Desa
menemukan tempat tujuan karena denah menyediakan informasi yang lengkap mengenai suatu tempat.1Berikut denah lokasi:
Wilayah yang membatasi desa Tunggalpager antara lain sebagai
Sebelah Utara : Desa Jaboh Tegal
anfaat Denah Dalam Kehidupan Sehari-Hari”, dalam http:// manfaat.co.id/manfaat Sumber Monografi Desa Tunggalpager
18
menemukan tempat tujuan karena denah menyediakan informasi yang
Wilayah yang membatasi desa Tunggalpager antara lain sebagai
19
2.Sebelah Selatan : Desa Lebaksono 3.Sebelah Barat : Desa Wonokusumo 4.Sebelah Timur : Desa Pungging 2. Kependudukan
Desa Tunggalpager terkenal dengan warganya yang suka gotong royong dan rukun, karena dengan gotong royong warga mencerminkan jiwa toleransi terhadap sesama tetangga, juga mempererat tali silahturahim antara satu dengan yang lain.3Menurut data Monografi bahwa jumlah kependudukan terdiri dari 10.591 orang antara lain laki-laki 5253 orang dan perempuan terdiri dari 5338 orang yang terdiri dari Kepala Keluarga 2751 orang.
TABEL 2.1
Jumlah penduduk menurut umur
Kelompok usia 00-03 tahun 90 orang
04-06 tahun 373 orang
07-12 tahun 436 orang
13-15 tahun 299 orang
16-18 orang 287 orang
19 – keatas 299 orang
3. Mata Pencaharian
20
Mayoritas penduduk desa Tunggalpager banyak mengantungkan nafkahnya pada wiraswasta atau perdagangan dan sektor bidang pertanian. Ditinjau dari aktivitas kebanyakan penduduk sekitar, setiap pagi berbondong-bondong membuka lapak dagagangan, dan pergi ke sawah.
TABEL 2.2
Pegawai Negri Sipil 207 orang
TNI 39 orang
POLRI 38 orang
Swasta 1665 orang
Wiraswasta/pedagang 2223 orang
Tani 200 orang
Pertukangan 149 orang
Buruh Tani 38 orang
Pensiunan 65 orang
Pemulung 22 orang
Jasa 53 orang
Sumber: Monografi desa Tunggalpager
21
Kebanyakan petani mengunakan tanah Irigasi teknis yang luasnya 109.100 Ha.
4. Kondisi Sosial Keagamaan
TABEL 2.3
Islam 10.518 orang
Kristen 57 orang
Katholik 20 orang
Hindu 10 orang
Budha 6 orang
Sumber: Monografi desa Tunggalpager
Di desa Tunggalpager ada bermacam-macam penduduk menganut agama. Mayoritas menganut agama Islam, dalam menunjang aktifitas agama Islam di desa Tunggalpager tardapat masjid 7 buah dan musholla 46 buah. Walaupun banyak agama yang dianut, tetapi warga desa Tunggalpager mempunyai jiwa toleransi, dan saling menghargai,termasuk dalam mengamalkan ajaran agamanya maupun kegiatan social keagamaan, sehingga masyarakatnya terkenal rukun antara satu dengan yang lain.
B. Latar Belakang Berdirinya Pondok Pesantren Nurul Hidayah
22
pondok pesantren, yang mana memiliki posisi penting dalam elemen pendirian dan perkembangan pesantren.
Kiai Maghfur Siroj mendirikan pondok pesantren Nurul Hidayah bermula dari cita-citanya dan mendapat dukungan dari istrinya Nyai Khoirotun beserta para saudaranya yaitu, Kiai Muhajir Siroj, Kiai Irfan Siroj dan Kiai Mahali Siroj. Dia melihat masyarakat dengan keadaan sekitar yang sedang kekurangan akan pendidikan agama. Mereka selain mendukung juga ikut berperan dalam mendirikan pondok pesantren.
Pada waktu itu perhatian masyarakat terhadap ajaran agama masih kurang, sehingga kurang akan prilaku yang berakhlakul karimah dan wawasan tentang agama Islam. Dia mendirikan pesantren juga diutus oleh gurunya yang berada di Purworejo untuk mengamalkan ilmunya yang sudah di dapat saat menjadi santri di pesantren Dzulqornain dan ia diberi restu untuk mendirikan pesantren di tempat kelahiranya yaitu di dusun Bedagas. Selain itu, juga ingin mewujudkan cita-cita ayahnya yang ingin melihat semua anaknya menjadi seorang Kiai.4
Dia mondok di pesantren Darul Ulum selama enam tahun dan di Dzulqornain selama kurang lebih sepuluh tahun. Disana dia memperdalam pengetahuan tentang ilmu agama Islam, selain menjadi santri juga sudah dianggap seperti anak sendiri, karena dia dinikahkan dengan salah satu
23
cucu dari Kiai Ahmad Naim Tajuddin (mbah Mad Naim) pendiri pondok Dzulqornain, dia menikah pada tahun 1977 di Purworejo.
Setelah menikah mereka dikaruniai dua anak prempuan dan dibangunkan rumah kecil di sekitar dalam pondok pesantren Dzulqornain, tetapi dia tidak lama tinggal Purworejo, karena pada tahun 1980 ibunya sakit dan menginginkan supaya dia beserta keluarganya tinggal di tempat kelahiranya yaitu di dusun Bedagas. Dia selain membawa istri dan kedua anaknya, diikuti oleh empat santrinya yang mana ingin mengabdi kepadanya. Santri tersebut dulunya mondok di Purworejo dan menjadi santri Kiai Maghfur Siroj, empat santri tersebut bernama:
1. Syamsiah dari Pulorejo 2. Sumariyah dari Pulorejo 3. Yaman dari Mojolebak 4. Solikhin dari Mojolebak5
Di dusun Bedagas dia membangun sebuah rumah yang berada di belakang rumah ibunya. Sebelum didirikan sebuah rumah, pekarangan tersebut berupa lahan kosong yang banyak tertanami pohon juwet, pohon mente serta ditumbuhi tanaman liar yang tidak beraturan (barongan). Disana mereka memulai hidup yang baru dengan keluarga kecilnya dan empat santrinya.
24
Di rumah kecilnya tersebut empat santrinya bermukim dan belajar memperdalam ilmu agama bersama Kiai Maghfur dan Nyai Khoirotun. Mereka diajari beberapa kitab dan memperdalam ilmu agama Islam. Melihat itu, masyarakat antusias ingin menitipkan anak-anaknya supaya di ajarkan membaca al-Qur’an dan bisa mengenal lebih dalam tentang ilmu agama Islam. Pada waktu itu rumah Kiai Maghfur Siroj belum teraliri listrik, mereka mengajar saat sore sampai menjelang malam hanya mengunakan lampu storking sekitar 17 lampu yang mengeliligi rumahnya. Seluruh waktu kiai dan Nyai dihabiskan hanya untuk mengamalkan ilmu yang sudah di dapatkan ketika menjadi santri di pesantren. Pada saat itu Nyai juga mengajarkan membaca al-Qur’an dan tajwidnya sedangkan Kiai Maghfur mengajarkan kitab yaitu Kitab fiqhSulam Taufiq dan kitab Sulam Safinah.
Kiai Magfur mempunyai cara dalam mendekati dan mengajak masyarakat supaya memperdalam ilmu agama Islam. Salah satunya yaitu mengajarkan ilmu kanuragan dan mengajak Istigotsah setiap malam kamis.6Pada tahun 1983 mulailah membangun pondok pesantren yang berupa kamar atau asrama santri, merupakan ciri khas pondok pesantren.Adanya asrama dapat dikatakan sebagai elemen penguatan yang mana dengan adanya asrama (pondok), maka santri bertambah banyak untuk bermukim dan mampu menampung santri dari daerah mana saja.
25
Pada tahun 1984 putri kedua Kiai Maghfur Siroj yang bernama Nurul Hidayah sakit keras dia masih berumur tujuh tahun. Nurul Hidayah sangat disayang kedua orang tuannya, anaknya murah senyum dan patuh dengan kedua orang tuanya.Dalam menyembuhkan anak ke duanya, mereka membawa ke berbagai rumah sakit, tetapi setelah tiga bulan menderita penyakit tersebut, Nurul hidayah wafat pada bulan maret 1984. Pada awalnya pondok ini belum diberi nama. Hanya sebatas pondok pesantren biasa dan berjalan layaknya pesantren yang lain. Sehingga Kiai Maghfur Siroj dan Nyai memberikan nama pondok tersebut sesuai dengan nama anak keduanya yaitu “NURUL HIDAYAH” yang mana untuk mengenang anak keduanya tersebut dan supaya pondok yang didirikan kelak sesuai dengan arti nama tersebut yaitu pondok tersebut kelak akan membawa cahaya yang penuh dengan hidayah.7
Pada tahun 1984 santri mukim bertambah banyak, yang awalnya hanya tidur di kamar Nyai dan ruang tamu dan tidak muat lagi menampung santri, sehingga di buatlah asrama putra dan kamar mandi. Dalam pembangunan asrama, mendapatkan respon yang baik dari semua pihak, terutama masyarakat dusun Bedagas. Mereka kebanyakan menyumbangkan tenaga tetapi tetapi ada juga yang berupa material yaitu pasir, batu, semen dan ada juga yang mengairi listrik. Keluarga dari Nyai Khoirotun yang berada di desa Purworejo juga ikut antusias mendukung mantun dan anaknya dalam membuat pondok yang mana demi kebaikan
26
masyarakat sekitar Bedagas yaitu dengan cara menyumbang material berupa batu besar.
Kiai Muhajir Siroj dan kiai Irfan Siroj berperan dalam kemasyarakatan, yang mana mereka mengatur hubungan pondok pesantren dengan masyarakat, sehingga masyarakat dapat berhubungan baik dengan pondok pesantren, begitu juga sebaliknya.
Selain dibangunkan Asrama, Kiai Maghfur merasa kurang akan tenaga kerja dalam hal mengajar, akhirnya pada tahun 1987 adeknya yang terakhirpun pulang, dan ikut berperan dalam hal mengajar. Adeknya yang terakhir bernama Kiai Mahali Siroj dan berperan di dunia pendidikan, memberikan perkembangan, karena dia mencetuskan adanya pendidikan diniyah di dalam pesantren Nurul Hidayah.
C. Tokoh-Tokoh yang Berperan Dalam Mendirikan Pondok Pesantren Nurul Hidayah
27
Setelah lama berkeluarga, akhirnya dikaruniai seoarang putra putri yang akan menjunjung drajat orang tuanya kelak. Mereka mempunyai 10 orang anak, yaitu:8
1. Muhammad Akhyat 2. Abdul majid
3. Abdul Malik 4. Ibu Fathah 5. Ibu Asrifah 6. Maghfur Siroj 7. Ibu Muzammah 8. Muhajir Siroj 9. Irfan Siroj 10.Mahali Siroj
Di dalam mendidik anaknya, keluarga Siroj ingin anaknya tidak mementingkan urusan duniawi dan lupa akan tangungjawab akhiratnya, mereka sangat tegas dan mempunyai cita-cita agar anaknya kelak menjadi seorang yang berakhlakul karimah dan ingin anaknya kelak menjadi seorang Kiai.9Cita-citanya itu mempunyai alasan yang kuat, karena di dalam desanya dulu terkenal dengan rusak akan akhlaknya, banyak orang yang berjudi dan sambung ayam. Di dalam mewujudkan cita-citanya tersebut kedua orang tuannya memiliki strategi yaitu pertama mengajak anaknya mengikuti mengaji tabarukan kepada Kiai mbah Mad Naim di
28
pondok pesantren Dzulqornain yang terletak di Purworejo, dengan begitu semua anaknya tidak akan mempunyai waktu luang untuk melakukan perbuatan yang kurang baik. Kedua, menitipkan semua anaknya di dalam pesantren, supaya kelak dalam menjalani hidup tidak salah arah dan mempunyai tujuan yang jelas yang dalam berpedoman memegang al-Qur’an dan Hadits.
Kiai Muhammad Siroj sendiri mengagumi figur Kyai. Kekagumanya tersebut dapat terlihat ketika menjalani tradisi aqiqoh. Aqiqah dari segi bahasa berarti rambut yang tumbuh dikepala bayi, sedangkan menurut istilah adalah binatang yang disembelih pada saat mencukur rambut anak yang baru dilahirkan.10 Pada saat mengaqiqohkan anaknya, ia tidak melaksanakannya di rumahnya sendiri melainkan di serahkan kepada Kiai yang ada di pesantren, supaya tradisi Aqiqoh dilakukan di pesantren. Selain itu, ketika menjenguk anaknya di pondok pesantren, mereka juga sowan ke rumah Kiai dengan membawa hasil panennya, yang mana jumlah yang cukup banyak seperti beras, ketan, pisang dan lain-lain. Berangkat dari kesukaan dengan figur Kiai, Muhammad Siroj menginginkan semua anaknya kelak menjadi Kiai.
Selama di pondok pesantren semua anaknya memperdalam ilmu agama dan mempelajari berbagai kitab yang belum pernah dilihatnya. Setelah pulang dari pesantren banyak anaknya yang berhasil dalam
10Sulfiana,”Qurban dan Aqiqoh”, dalam
29
mengamalkan ilmu yang di dapat dari pesantren yaitu dengan mengajar mengaji membaca al-Qur’an dan kitab, membuat kelompok jama’ah, serta ada salah satu yang berhasil mendirikan pondok pesantren.
Terdapat elemen terpenting dalam mendirikan pondok pesantren yaitu Kiai. Kiai memainkan peranan yang lebih yang lebih dari sekedar seorang guru, ia bukan sekedar menempatkan dirinya sebagai pengajar dan pendidik santri-santrinya melainkan aktif dalam pemecahan masalah-masalah krusial yang dihadapi masyarakat.11 Peran seorang Kiai memang utama dalam mendirikan sebuah lembaga pesantren, karena kiai merupakan tokoh Islam atau pelepor yang mempunyai tujuan yang mulia terhadap suatu masyarakat dan berdampak positif bagi masyarakat sekitar. Berasal dari peran Kiailah pondok pesantren muncul dan dapat berkembang.
Salah satunya salah satu anak dari keluarga Siroj yang berhasil merintis pondok pesantren di desa Tunggalpager dusun Bedagas kecamatan Pungging kabupaten Mojokerto.Disinilah mereka mulai mendirikan pondok pesantren untuk kebaikan masyarakat sekitar. Salah satu anak Dari Kiai Muhammad Siroj yang berperan dalam mendirikan pondok Nurul Hidayah adalah sebagai berikut:
1. Kiai Maghfur Siroj
30
Kiai Maghfur Siroj lahir pada tanggal 19 Juni tahun 1951 di desa Tunggalpager dusun Bedagas. Kyai di dalam Masyarakat lebih dikenal dengan sebutan Kyai Pur. Dia dikenal sebagai pribadi yang Zahid (tidak mementingkan urusan duniawi), ‘abid (ahli ibadah), waro’ (berhati-hati dalam segala hal), shobur (sabar), bertanggungjawab dan mempunyai jiwa penolong.12 Dia mempunyai Kharisma dan daya pikat tersendiri sehingga di kalangan masyarakat sangat disegani, prilaku dan tutur katanya di jadikan cerminan bagi masyarakat setempat untuk melakukan perbuatan yang lebih baik lagi, sesuai yang di ucapkan yang disarankan Kiai Maghfur.
Kiai Magfur adalah anak ke enam dari sepuluh bersaudara. Di dalam keluarganya dia terkenal dengan sifatnya yang sabar dan ahli ibadah. Dia tidak suka menunda sholat ketika sudah memasuki waktu sholat, baginya Sholat merupakan kewajiban yang tidak bisa ditunda dengan kegiatan apapun, karena dari kecil dididik kedua orangtuanya supaya mempunyai rasa tanggungjawab dan tidak mementingkan duniawi.
Orang tuanya berharap kelak besar nanti Kiai Maghfur menjadi anak yang berbakti, mempunyai akhlakul karimah, tidak memikirkan duniawi saja dan kelak dalam memutuskan suatu hal tidak salah melangkah yang mana sesuai dengan al-Qur’an dan Hadits. Sehingga dalam mewujudkan harapan tersebut, pada tahun 1963 kedua orang tuanya
31
menitipkan Kiai Maghfur Siroj di desa Rejoso dalam pondok pesantren Darul Ulum.
Pada tahun 1969 dia pulang di Bedagas tempat kelahiranya, karena saat itu ayahnya wafat disebabkan sakit yang di deritanya. Dia tidak dapat meneruskan nyantrinya di pondok pesantren Darul Ulum Jombang, karena dia mempunyai rasa tanggung jawab untuk membantu ibunya mencari nafkah supaya bisa menafkahi saudara-saudaranya yang semuanya berada di pondok pesantren. Selama di rumah untuk membantu ibunya, ia mengamalkan ilmu yang telah di dapat ketika dalam pondok pesantren Darul Ulum yaitu dengan mengajar di pesantren An-Nur yang berada di desa Bulu Lawang, selama kurang lebih satu tahun. Selain mengajar, ia bekerja sebagai material Batu Merah.
32
yaituKitab Ihya’ulumudin, Sulam safinah, Balagoh, Fiqh Sulam Taufiq, Mantiq, Kifayatu Akhiyat, Falak, Bidayatu Hidayah.
Kiai Maghfur Siroj mondok di pesantren Dzulqornain selain mendapatkan ilmu agama yang bermanfaat juga mendapat pengalaman yang mengesankan. Dia mondok disana cukup lama sampai dia dibaiat menjadi Mursyid Tariqoh qodiriyah wan naqsabandiyah.13 Di Pondok pesantren Dzaulqornain ia sangat di sayang oleh Kiai mbah Mad Naim, karena kepintaranya serta mempunyai akhlakul karimah. Sangking sayangnya ia diutus Mbah Mad Naim untuk mengajar diniyah di pesantrennya, yaitu mengajar kitab kuning meliputi kitab Sulam Safinah,
Bidayatu Hidayah, dan kitab tasawuf (Ihya’ulumudin), terkadang setiap malam selasa ia memimpin jama’ah yang ada di sana untuk mengikuti pengajian dan istigotsah dan sudah mempunyai banyak jama’ah istigotsah sendiri.
Pada tahun 1977 dinikahkan dengan cucunya Mbah Mad Naim yang bernama Nyai Khoirotun, yang mana dulunya Nyai pernah menjadi santri Kiai Maghfur Siroj selama menggajar diniyah di pesantren Dzulqornain. Setelah menikah mereka tinggal di rumah kedua orang tuanya Nyai Khorotun, sambil mengajar di pesantren Dzulqornain.14
Pada saatwafatnya pendiri pondok pesantren Dzulqornain yaitu Kiai Ahmad Na’im, jabatan mursyid jatuh kepada putranya yaitu Kiai Ahmad Kholil (ayah Nyai Khoirotun). Selang beberapa tahun Kiai Ahmad
13Ibid,.
33
Kholil wafat dan jabatan mursyid di berikan kepada menantunya yang bernama Kiai Maghfur Siroj suami Nyai Khoirotin. Setelah di amanati jabatan tersebut, Kiai Maghfur Siroj di pesantren Dzulqornain memimpin jama’ah Tariqoh dan istigotsah, sehingga ia mempunyai jama’ah sendiri.15
Kiai Maghfur Siroj menikah dengan nyai Khoirotun dianugrahi lima orang anak yaitu Maghfirotin, Alm Nurul Hidayah, Muhammad Fauzi, dan Muhammad Salman Al Farisi. Kiai Mghfur Siroj dalam mendidik anaknya sangat sabar namun tegas.beliau mendidik anaknya supaya kelak mempunyai akhlakul karimah dalam bermasyarakat dan tidak terlalu mementingkan duniawi. Di dalam keluarganya, dia di kenal sesesok pemimpin yang bertanggung jawab, tegas dan sabar.
Pada tahun 1980 ia pulang di tempat kelahiranya yaitu di desa Tunggalpager dusun Bedagas, karena Ibunya sakit. Ibu Kiai Magfur menginginkan supaya Kiai Magfur beserta istri dan anaknya tinggal di rumah ibunya, akhirnya Kiai Magfur dan Nyai Khoirotun membuat rumah di belakang tempat tinggal ibunya, yang dimana sekeliling rumahnya berupa hamparan tanah luas yang tertanami tanaman liar (Barongan).
Pada tahun 1983 Kiai Maghfur Siroj menjadi tokoh utama dalam pendirian pondok pesantren Nurul Hidayah. Dia mendirikan pondok pesantren dengan penuh keihklasan dan semangat tinggi. Dia mendirikan pesantren karena melihat masyarakat sekitar masih kurang dalam segi ilmu agama dan pemudanya kurang akan perbaikan akhlaknya.
34
Kiai Magfur mempunyai cara dalam mengajak masyarakat supaya memperdalam ilmu agama Islam. Di dalam mendekati masyarakat, ia mencari permasalahan yang ada di masyarakat dan kegemaran di dalam masyarakat. Cara tersebut dilakukan Kiai Magfur Siroj dengan penuh kesabaran dan ketelatenan, adapun cara dalam mengajak masyarakat
pertama Kiai Maghfur tidak berdandan layaknya Kiai yang berwibawa, melainkan berdandan layaknya orang biasa yang mana tujuanya supaya masyakat tidak memandang kedudukan, melainkan semua makluk di mata Allah itu sama, dengan begitu masyarakat akan mau berbaur dengannya,
keduadengan cara mengajarkan ilmu kanuragan atau bela diri mengunakan tenaga dalam yang mana didalam teknisnya terdapat amalan-amalan wirid yang harus dibaca dan tirakat yang harus dilaksanakan seperti puasa. Karena dulu terdapat ilmu bela diri cina yang merajalela. Tujuan ilmu tenaga dalam yang di ajarkan Kiai Maghfur yaitu mempunyai dasar dan tujuan yaitu ingin memperbaiki akhlak, melakukan kewajiban sholat, gemar membaca al-quran dan dzikir. Sesuai yang ada di dalam Qs Al-ankabut:
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab
(Al-Qur’an) dan dirikanlah shalat.Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan – perbuatan) keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat
Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya daripada ibadah –
ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
35
Kiai Maghfur mengajarkan ilmu kanuragan yang bergerak putih yang mana tujuannya, kanuragan ini hanya untuk menolong orang, misalnya menyembuhkan penyakit yang tidak wajar dan haram untuk menyakiti orang lain serta menunjukkan bahwa kekuatan atas izin Allah itu lebih dahsyat dari pada kekuatan yang bukan dari Islam.16Ketiga dengan cara mengajak Istigotsahsetiap hari kamis malam, walaupun orang tersebut umat muslim yang tidak sholat sekalipun, karena tujuan ia ingin mengayomi masyarakat sehingga dengan di mengikuti istigotsah masyarakat akan lebih memperdalam ilmu agama17. Di dalam istigotsah terkandung kalimat-kalimat suci. Istigotsah merupakan upaya dalam masyarakat Islam untuk meningkatkan keimanan serta ketakwaan kepada Allah. Kegiatan ini tergolong bersifat sosial spiritual. Dalam kegiatan tersebut selain meningkatkan ketakwaan hamba kepada Allah dapat mempererat hubungan antarjama’ah, dengan adanya Istigotsah, akhlak masyarakat desa Tunggalpager terkendali dan menjadi lebih baik. Di dalam istigotsah selain membaca kalimat suci, juga diajarkan ilmu kanuragan, dengan pendekatan seperti itu masyarakat merasa simpatik dan merasa diperhatikan.
Kyai Maghfur Siroj selain tokoh utama yang mendirikan pondok pesantren Nurul Hidayah, tetapi juga sebagai pengasuh pesantren tersebut. Semenjak dipegang oleh Kiai Maghfur banyak perubahan yang terjadi di kalangan masyarakat dan di pondok pesantren tersebut dari tahun ketahun
36
mendapat perkembangan, yang mana pondok Nurul Hidayah sampai sekarang masih berdiri kokoh. Kiai atau pengasuh pondok pesantren merupakan elemen yang sangat esensial bagi suatu pesantren, oleh kerenanya sangat wajar jika dalam pertumbuhannya, pesantren sangat bergantung pada peran seorang Kiai.18 Kiai Maghfur Siroj setelah mendirikan pondok pesantren mempunyai julukan di kalangan wali santri dan masyarakat yaitu Kiai galengan karena saat wali santri ingin menemui Kiai Magfur Siroj sangat sulit dan wali santri selalu bertemu di saat ia bertani di sawah, di situlah mereka berbincang-bincang.19
Pengalaman dari kecil hingga dewasa beliau lewati. Salah satunya yaitu pengalaman sebagai berikut:
a) Tahun 1969 materialan batu merah
b) Tahun 1975 mempunyai jama’ah istigotsah c) Tahun 1985 bertani padi dan tebu
d) Tahun 1987 mempunyai peternakan ayam dan sapi
Pada tahun 2011 ia meninggal dunia karena sakit yang dideritanya selama kurang lebih satu tahun, dia wafat dengan meninggalkan empat orang anak yang di rasa sudah cukup mampu dan bisa menjaga keluarganya. Dengan ditinggalkan Kiai Maghfur Siroj meninggalkan duka bagi keluarga sendiri, santri maupun masyarakat. Kiai Maghfur di
18 Haedari,Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan Komplesitas Global, 38.
37
makamkan di tempat kelahiranya yaitu di desa Tunggalpager dusun Bedagas yang mana letak pemakamanya di dalam pesantren Nurul Hidayah sebelah rumah Nyai Khoirotun.
2. Nyai Khoirotun
Nyai Khoirotun adalah istri dari Kiai Maghfur siroj, lahir pada tanggal 1 Agustus 1959 di Purworejo dilahirkan oleh seorang ibu yang bernama Nyai Khoiriyah dan ayah bernama Kiai Kholil (anak dari Kiai mbah Mad Naim).
Sejak kecil dibesarkan di Purworejo tepatnya di pondok pesantren Dzulqornain, tempat pesantren milik kakeknya yaitu yang bernama Kiai mbah Mad Naim.Pesantren Dzulqornain adalah pesantren salaf yang terkenal sudah lama. Nyai di dalam keluarganya terkenal dengan anak yang pendiam, ahli badah, sabar dan mempunyai akhlakul karimah. Nyai sangat disayang oleh kedua orang tuanya terutama kakeknya Kiai mbah Mad Naim.
38
Banyak kitab yang pernah dikaji oleh Nyai Khoirotun. Kitab-kitab yang pernah di pelajari Nyai Khoirotin antara lain kitab Ihya’ulumudin, sulam safinah, fiqh Sulam taufiq, kifayatu kkhiyat, bidayatu hidayah, tafsir
jalalin
Nyai di dalam pesantren Dzulqornain terkenal kepandaianya dalam memahami isi kitab yang dipelajarinya, walaupun Nyai terkenal pendiam tetapi mempunyai kepintaranya dalam ilmu agama, selain itu nyai juga terkenal mempunyai akhlakul karimah di kalangan masyarakat maupun keluarganya sendiri.20
Pada tahun 1977 ia dinikahkan dengan seorang santri Kiai mbah Mad Naim yang bernama Kiai Maghfur Siroj dusun Bedagas. Setelah lama menikah Nyai Khoirotin dibawa pulang kedesa Kiai Maghfur dan menjadi penduduk dusun Bedagas pada tahun 1980. Disana ia memulai kehidupan baru dengan keluarga kecilnya.
Pada tahun 1983 Nyai Khoirotun sangat mendukung sekali tujuan baik Kiai Maghfur Siroj mendirikan pondok pesantren Nurul Hidayah yang mana untuk kebaikan masyarakat di sekitar dusun Bedagas. Nyai selain mendukung berupa dorongan semangat juga ikut berperan dalam mendirikan pesantren. Pada saat merintis pondok pesantren yang hanya berupa membaca al-Qur’an dan kitab di dalam rumah kecilnya, Nyai ikut berperan dalam mengajar membaca al-Qur’an, dan menemani Kiai Magfur di sampingnya saat mengajar kitab, salah satu kitab pertama kali yang
39
diajarkan yaitu kitab Sulam Safinah. Pada saat pembangunan pesantren ia besarta keluarganya yang berada di Purworejo juga ikut membantu dalam pembangunan pesantren, salah satunya yaitu memberi material berupa batu dan pasir.
Nyai Khoirotun membekali santri dengan menanamkan jiwa entrepreneurship.Entrepreneurship sendiri berasal dari bahasa perancis
Enterpreneur, yang secara harfiah mempunyai arti perantara, dalam bahasa Indonesia, dikenal istilah wirausaha yang merupakan gabungan dari kata wira (gagah berani, perkasa) dan kata usaha.21 Wirausaha adalah orang yang mempunyai keberanian untuk berusaha guna memenuhi kebutuhan. Nyai mempunyai tujuan menanamkan jiwa wirausaha supaya kelak setelah keluar dari pesantren mempunyai bekal untuk menciptakan usaha sendiri di rumah sehingga kelak bisa membantu masyarakat di sekitarnya, salah satunya membuat produksi krupuk di dalam pesantren, yang mana santri turut serta ikut berperan di dalamnya.
3. Kiai Muhajir Siroj
Kiai Muhajir Siroj, atau yang biasanya di kalangan masyarakat terkenal dengan panggilan Kiai Jer, lahir di desa Pungging, dusun Bedagas pada tanggal 24 februari 1956. Sewaktu kecil Kiai Jer di dalam keluarganya terkenal dengan sifatnya yang bertanggungjawab dalam menjalankan amanat dan pandai dalam membaur dengan teman-temanya
21Abdul Jalil, Spiritual Enterpreneurship Transformasi Spiritualitas Kewirausahaan (Yogyakarta:
40
dikalangan masyarakat. Sifatnya itu sampai sekarang masih melekat dalam diri Kiai Jer.
Di kalangan masyarakat Kiai jer sangat di segani baik dari desanya sendiri maupun luar desa, karena selain ia suka membaur dengan masyarakat. Kedua orang tuanya berharap Kiai Jir menjadi seorang anak yang berbakti, serta mempunyai sifat akhlaqul karimah.Sehingga pada tahun 1970 kedua orang tuanya menitipkan di salah satu pondok Rejoso yang bernama pesantren Darul Ulum. Pada tahun 1976 ia dipindahkan di pondok Dzulkarnain yang berada di Purworejo. Dia di pindahkan di pondok Dzulkarnain supaya bisa dekat dengan kakaknya yang bernama Kiai Magfur Siroj dan Muhammad Akhyat (kakaknya) yang sudah terlebih dahulu mondok di pondok Dzulkarnain.
41
karena pembibitan lele dilakukan dengan cara Bioflok dan ia mempunyai Budi Daya Lele berada di desa Ketok Wonogirang.22
Tahun 1982 Kiai Jer menikah dengan Siti Hajar anak dari seorang Tokoh agama di desa Ketok yaitu Kh Mahfud. Selang beberapa tahun mereka di karuniai dua anak yang bernama Maulidatur Rochmah dan Akhmad Mukhidin.
Pada saat mulai merintis pondok pesantren Nurul Hidayah ia membantu dalam mengajar santri dan di utus oleh kakaknya yang bernama Kiai Maghfur untuk berperan dalam kemasyarakatan. Sehingga ia bertangungjawab dengan semua yang berhubungan dengan masyarakat. Salah satunya dengan cara membantu kakaknya dalam mengajak masyarakat untuk mengikuti Istigotsah yang diadakan setiap hari kamis, baik kaum muda maupun kaum tua. Ia juga turut serta dalam pembangunan gedung pesantren Nurul Hidayah baik saat merintis sampai sekarang.
Pada saat awal pembangunan pondok pesantren, terdapat masyarakat yang ikut membantu dan material. Ia yang bertangung jawab memanajemen dan menampung sumbangan material tersebut dan ia mengajar membantu kakaknya di pesantren Nurul Hidayah. Selain itu, ketika mengadakan acara yang berhubungan dengan masyarakat, ia yang mengatur dan bertangungjawab. Kiai Muhajir di dalam pondok pesantren
42
menjabat sebagai wakil ketua. Setelah Kiai Maghfur Siroj wafat, ia di diberikan tangungjawab untuk memimpin ilmu kanuragan dan jama’ah istigotsah.
4. Kiai Mahali Siroj
Kiai Mahali Siroj dilahirkan di dusun Bedagas desa Tunggalpager. Sejak di tinggal ayahnya wafat dia di besarkan oleh ibunya Nyai Aminah dan keluarga Kiai Magfur Siroj. Di dalam keluarganya mempunyai sifat disiplin, tegas, dan berfikiran luas, dia terkenal dengan sifatnya yang tegas dalam hal pemikiran. Pada tahun 1977 dia dititipkan kedua orang taunya di pondok pesantren Dzulqornain desa Purworejo.
Pada tahun 1980 ia pulang karena ayahnya sakit keras. Dia awalnya tidak meneruskan nyantrinya, selama tidak meneruskan mondok di Dzulqornain ia membantu kakaknya dalam mencari nafkah.
43
Dia ikut berperan dalam perkembangan pesantren Nurul Hidayah yaitu dengan membantu kakanya Kiai Maghfur Siroj bagian pendidikan.Ia berperan dalam hal pendidikan seperti mengajar dan bagian keamanan dalam pesantren. Pada tahun 1987 Kiai Mahali pulang di tempat kelahiranya yaitu di dusun Bedagas.Ia ikut berperan dalam perkembangan pesantren Nurul Hidayah yaitu dengan membantu kakaknya Kiai Maghfur Siroj bagian pendidikan dalam hal mengajar dan bagian keamanan dalam pesantren. Dia pulang membawa segudang ilmu dari pengalaman saat dia menjadi santri di pondok pesantren Al-Falah Ploso Kediri. Kurikulum pengajarannya dan di tiap marhalah kelas di manajemen dengan baik oleh Kiai Mahali Siroj, yang akhirnya muncullah pelajaran diniyah di pesantren Nurul Hidayah.
44
5. Visi dan Misi Pondok Pesantren Nurul Hidayah
Pondok pesantren didirikan bukan hanya semata-mata didirikan saja, melainkan mempunyai tujuan yang positif, terutama bagi kalangan masyarakat sekitar. Tujuan pendidikan pesantren adalah menciptakan dan mengembangkan kepribadian Muslim yaitu kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat serta menyebarkan agama dan menegakkan agama Islam di tengah-tengah masyarakat.23
Pesantren Nurul Hidayah juga mempunyai tujuan yang jelas yaitu mengajak santi maupun kalangan masyarakat untuk memperdalam agama Islam, supaya kelak dalam melangkah berpedoman kepada al-Qur’an dan Hadits, selain itu, agar mempunyai sifat berakhlakul karimah yang sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad Saw.
Dalam mewujudkan tujuannya, pesantren Nurul Hidayah mempunyai visi misi yang kuat sehingga dalam perkembangannya kelak mempunyai tujuan yang jelas.
1. Visi pondok pesantren Nurul Hidayah
Terwujudnya seorang santri yang cerdas,unggul dan berakhlakul karimah serta berguna bagi semua makhluk Allah yang lainnya
2. Misi pondok pesantren Nurul Hidayah
45
a) Menciptakan generasi penyambung lidah Rasul yang beraqidah kuat dan berakhlakul karimah
b) Menciptakan kader penerus yang berkualitas dan unggul dalam segala hal
c) Menciptakan sebuah keharmonisan antar sesama manusia
Selain terdapat Visi dan Misi, Di dalam pesantreen Nurul Hidayah terdapat susunan struktur organisasi pondok pesantren yaitu:
Ketua Pembina : Kiai Muhajir Siroj
Ketua Yayasan : Kiai Mahali Siroj
Bendahara : Imam Rokhani
Seketaris : Muhammad Sholeh
Seksi Keamanan : Moch Husein
Mahmud
Seksi Kebersihan : Muhammad Khudlory
Kholid
Seksi Pendidikan : Dahlan
Ali Masud
Seksi Humas : Muhammad Huda
Muhammad Hartono
Seksi Sosial : Nur Syarif
46
Seksi Kesehatan : Muhammad Misto
BAB III
PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN NURUL HIDAYAH
Di dalam membangun sebuah lembaga pendidikan Islam yang berupa
pesantren, haruslah mempunyai elemen-elemen dasar yang menunjang adanya
sebuah kegiatan di dalam pesantren.Elemen tersebut merupakan hal pokok yang
harus dimiliki semua di kalangan pondok pesantren, meliputi Pondok, masjid,
santri, pengajaran kitab-kitab Islam klasik dan Kiai, semua itu merupakan lima
elemen dasar dari tradisi pesantren, ini berarti bahwa suatu lembaga pengajian
yang telah berkembang hingga memiliki kelima elemen tersebut, akan berubah
statusnya menjadi pesantren.1
A. Infrastruktur dan Suprstruktur Pondok pesantren Nurul Hidayah
Perkembangan dan kemajuan peradaban telah mendorong pesantren
untuk mengadopsi ragam elemen bagi teroptimalisasikannya pelaksanaan
pendidikan pesantren. Di dalam pelaksanaan pendidikan pesantren harus
meliputi infrastruktur maupun suprastruktur penunjang. Infrastruktur dapat
meliuti perangkat lunak (software), seperti kurikulum, metode pembelajaran,
dan perangkat keras (hardwere) seperti bangunan pondok, masjid, sarana dan
prasarana mengajar (laboratorium, computer, perpustakaan) sedangkan
suprastruktur pesantren meliputi yayasan, kyai, ustad, pengasuh, dan para
pembantu Kyai atau Ustad.2 Begitu pula di dalam pondok pesantren Nurul
1Dhofier, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai, 44.
2Haedari, Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan Komplesitas
48
Hidayah, yang awal merintis hanya berupa rumah kecil untuk belajar mengaji
yang mana metode pengajaran yang masih sederhana, namun dari tahun ke
tahun pondok pesantren Nurul Hidayah berkembang, perkembangan tersebut
dapat terlihat dari Infrastuktur maupun suprastukturnya yang ada di pondok
pesantren Nurul Hidayah.
1. Infrastruktrur pondok pesantren Nurul Hidayah
Sebelum berdirinya pondok Nurul Hidayah di dusun Bedagas,
hanya beruparumah sederhana (perangkat keras)dimana sekitar rumah
tersebut tumbuhan liar yang lebat. Rumah sederhana di bangun oleh Kiai
Maghfur Siroj dan istrinya yang bernama Nyai Khoirotun. Pada saat dia
kembali dari Purworejo, Kyai maghfur selain membawa istri dan kedua
anaknya, Kiai Maghfur Siroj diikuti empat santrinya yang dahulu dari
pesantren Purworejo yang ingin mengabdi kepadanya.Dia mengajar
empat santrinya di rumah. Kegiatan santri yaitu ba’da subuh sampai jam
enam pagi, membaca al-Qur’an bersama Nyai Khoirotun dan Kiai
Maghfur. Selanjutnya santri membantu dalam kegiatan keluarga baik
dalam bekerja maupun dalam berkecinambung dengan
masyarakat.Setelahsholat magrib para santri membaca al-Qur’an dan
memperdalam kitab kuning yaituTa’lim Muta’alim, Sulam safinahdan
Bidayatu Bidayah.Metode dalam pengajaranya yaitu para santri duduk di
hadapan Kiai Maghfur, Kiai membaca terlebih dahulu, santri
mendengarkan dan menirukan, setelah itu santri membaca secara
49
membacanya.3Selain mengajar santrinya di rumah, dia mengajak
masyarakat. Dalam mengajak dan mengayomi masyarakat dia
mempunyai metode yang unik dan tidak memaksa kehendak masyarakat
yang akhirnya masyarakat ingin memperdalam ilmu agama Islam
dengannya. Pada periode ini kurikulum yang ditekankan yaitu ilmu
kanuragan karena minat masyarakat yang antusias mengikuti
pembelajaran tersebut.Dengan memperhatikan atau mengikuti kegiatan
tersebut, akhirnya masyarakat minat dalam belajar membaca al-Qur’an
dan memperdalam ilmu agama. Selain itu, dia mengajarkan kepada
masyarakat setempat yang dilakukan di dalam musholla yang ada di
dusun Bedagas desa Tunggalpager, dia mengajar bagaimana cara
membaca al-Qur’an, memperkenalkan dan memahami dari ilmu syariat
yang meliputi kitab SulamSafinah (ilmu Fiqh), kitab ta’lim Muta’alim
(ilmu akhlak) dan Bidayatu Bidaya (ilmu tasawuf).
a. Asrama
Pada tahun 1983 mulailah merintis pondok pesantren dengan
membangun kamar atau asrama.Adanya asrama dapat dikatakan
sebagai elemen penguatan yang mana dengan adanya asrama
(pondok), maka santri akan bertambah banyak untuk bermukim dan
mampu menampung santri dari daerah mana saja.
Asrama santri masih bersifat sangat sederhana dan di dalamnya
terdapat setiap kotakan, kotakan adalah istilah dari kamar untuk
50
menyebut tempat menginap santri pada masa awal berdirinya.
Biasannya satu kotakan bisa di tempati oleh beberapa orang santri.
Jumlah santri yang tinggal disatu kotakan tergantung dari besar dan
luasnya kotakan. Pondok atau tempat tinggal santri, merupakan ciri
khas pondok pesantren. Tujuan menyediakan asrama untuk tempat
tinggal para santri yaitu adanya timbal balik antara santri dengan Kiai,
dimana para santri menganggap Kyainya seolah-olah seperti
bapaknya, sedangkan Kiai memperlakukan santri seperti anaknya
sendiri, sehingga menimbulkan keakraban dan kebutuhan untuk saling
berdekatan terus menerus.4
Berkat kesabaran Kiai Maghfur dalam melayani para santrinya
yang mengaji, banyak santri yang datang untuk menuntut ilmu, berkat
ilmu dan keahliannya, maka mulai berdatangan orang tua santri untuk
menitipkan putra-putrinya kepadannya, yang awalnyasantri mukim
hanya berjumlah empat, semakin lama semakin bertambah, sehingga
dulunya santri yang menginapdi rumah Nyai Khoirotin cukup muat
dan menjadi tidak muat, maka dibangunlah asrama yang terletak
disebelah rumahnya. Asrama tersebut terdapatlima kamar dan di
sebelah membangun dua kamar mandi. Dalam proses pembangunan,
masyarakat sangat antusias dalam membantu, baik membantu
denganmenyumbang bentuk material maupun menyumbang dalam
bentuk tenaga.
4Haedari, Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan Komplesitas