• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterbukaan Informasi Publik Dalam Pemerintahan (Studi Kasus Pemanfaatan Website Desa di Kabupaten Bojonegoro)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Keterbukaan Informasi Publik Dalam Pemerintahan (Studi Kasus Pemanfaatan Website Desa di Kabupaten Bojonegoro)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Keterbukaan Informasi Publik Dalam Pemerintahan (Studi Kasus Pemanfaatn Website Desa Di Kabupaten Bojonegoro)

KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DALAM PEMERINTAHAN

(Studi Kasus Pemanfaatan Website Desa Di Kabupaten Bojonegoro)

Anik Mustika Rahayu

Program Studi S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Surabaya

anikrahayu@mhs.unesa.ac.id Gilang Gusti Aji

Program Studi S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Surabaya

gilangaji@unesa.ac.id

Abstrak

Kebijakan keterbukaan informasi publik da la m konteks masyarakat desa merupakan gagasan yang lahir untuk menghubungkan fungsi pengelolaan data dan in formasi secara utuh dala m ruang lingkup pe merintahan desa. Dimana setiap informasi yang dimuat berka itan dengan penyelenggaraan pemerintah desa. Pe merintah Kabupaten Bojonegoro mendorong pengembangan Sistem Informas i Desa (SID) salah satunya dalam bentuk Website Desa (WebDes). Website desa merupakan fasilitas jaringan yang berpadu dengan teknologi informasi sebagai med ia informasi publik untuk mendukung proses penyelenggaraan pemerintahan. Da la m penerapan kebija kan website desa dari total 419 desa yang ada di Kabupaten Bojonegoro hanya 102 desa yang aktif. Sedangkan disisi lain pe me rintah Kabupaten Bojonegoro tetap me la ksanakan kebijakan agar diimp le mentasikan semua desa yang ada di Kabupaten Bojonegoro. Da la m konteks keterbukaan informasi me lalu i website desa belum ada satu pemahaman antara pe merintah Kabupaten dan Pemerintah desa. Hal in i tentunya menyebabkan terjadinya perbedaan pandangan terkait u rgensi kebija kan. Bagi pe merintah desa yang tidak mengimp le mentasikan kebijakan website mayoritas yang menjadi ha mbatan me reka adalah sumber daya manusia dan anggaran. Se la in itu setiap pe merintah desa me miliki permasalahan masing -masing seperti infrastruktur, pendidikan maupun kesehatan. Beberapa desa yang ada di kabupaten Bojonegoro tidak menganggarkan dana untuk implementasi website desa karena memiliki fokus pembangunan yang ingin dicapai.

Kata Kunci: Website desa, Keterbukaan Informasi Publik, Kabupaten Bojonegoro Abstract

The destruction of public informat ion disclosure in the context o f v illage society is an idea that was born to connect the whole data and informat ion management function within the scope of village ad ministration Where every informat ion that is related to village government ad min istration Bojonegoro District Govern ment encourages the development of a Village Information System (SID) one of the m in the form o f a Village Website (WebDes). Village website is a network fac ility that is integrated with informat ion technology as a media to inform the public to support the governance process. In imp le menting v illage website polic ies fro m a total of 419 v illages in Bojonegoro only 102 villages re ma in imple ment polic ies so that all e xisting villages are imp le mented in Bojonegoro district In the conte xt of informat ion disclosure through the village website there is not yet one understanding between the district government imple ment the ma jority website policy which is their obstacle is the source of hu man and budgeting. That every village government has its own problems such as education and health infrastructure Some v illages in Bojonegoro district do not budget funds for the imp le mentation of the village website because it has the focus of the development to be achieved while in another part of the Bojonegoro Dis trict Government Activate Windows to Set to.

(2)

PENDAHULUAN

Pada tahun 1990-an, berke mbang paradig ma baru dala m me mandang tata kelola pe merintahan. Parad ig ma ini lah ir a kibat tuntutan dari masyarakat global atas perbaikan da la m men jalankan sistem birokrasi, masyarakat mu lai menuntut agar pemerintah tidak terla lu dominan dan me mberikan ra kyat ruang cukup untuk berpartisipasi dala m roda pe merintahan (Budiat i, 2012: 36). Da ri cara pandang ini a khirnya muncul terminology baru yang disebut sebagai open government yang lebih mene kankan pada penyelenggaraan negara yang terbuka (transparan) dan dapat dipertanggungjawabkan (akuntabel).

Untuk mengembangkan standar yang dapat me mandu me wujudkan dan me mpe rluas agenda open government di Indonesia, Peme rintah Indonesia mela kukan agenda politik yang tertuang dalam Undang-Undang No mor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP). Adanya Undang-undang tersebut akan me mudahkan masyarakat dalam memperoleh informasi.

Teknologi informasi yang telah berke mbang se makin pesat akan me mudahkan siapa saja dala m mengakses informasi. Ke lebihan-ke lebihan seperti info rmasi yang dapat dikases dengan mudah, murah dan cepat menjadi keuntungan tersendiri dengan adanya teknologi informasi. Da la m konteks pemerintahan, Andrianto (2007) mengatakan bahwa digitalisasi akan mendorong adanya transparansi dan akuntabilitas publik. Salah satu upaya yang dilakukan pe merintah untuk mengimp le mentasikan Undang-Undang Nomor 14 tentang Keterbukaan Informasi Publik me la lui teknologi informasi yaitu dengan adanya Sistem Informasi Desa (SID).

Salah satu Pemerintah Daerah yang mengembangkan Sistem Informasi Desa dalam bentuk website desa adalah Kabupaten Bojonegoro. Kabupaten Bojonegoro telah me mbentuk 6 desa sebagai pilot project website desa dan saat ini dari 419 desa 380 diantaranya telah me miliki website desa sebagai media informasi publik (DPMD, 2018). Penggunaan teknologi informasi d i Kabupaten Bojonegoro mendapat perhatian lebih.

Bu kan hanya dalam bentuk website desa yang menyajikan info rmasi, progra m website desa me mbe rikan peran yang lebih besar dalam proses pelaksanaan pembangunan, pembinaan ke masyarakatan dan pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Bojonegoro secara optima l. Dari latar bela kang tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui proses yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Bojonegoro dalam menerapkan

praktik info rmasi publik me lalu i peman faatan website desa (webdes).

METODE

Penelit ian dila kukan dengan menggunakan strategi studi kasus dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Sehingga bukan hanya sekedar men jawab pertanyaan penelitian tentang apa (what) obyek yang diteliti, tetapi juga menja wab secara menyeluruh tentang bagaimana (how) dan mengapa (why). Te knik pengumpulan data yang dilakukan peneliti dala m penelitian ini adalah wawancara dan observasi. Wawancara dila kukan untuk mendapatkan informasi terkait latar bela kang, tujuan serta proses yang dilaku kan Kabupaten Bojonegoro dalam menerapkan kebijakan website desa.

Informan penting dala m penelit ian ini antara la in adalah Dinas Ko munikasi dan Informatika Pe me rintah Kabupaten Bojonegoro, Dinas Pe mberdayaan Masyarakat dan Desa Pe merintah Kabupaten Bojonegoro, Pe me rintah Desa serta dari masyarakat desa. Teknis analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif. Proses analisis data ini menggunakan empat tahap yaitu: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses Pengembangan Website Desa Sebagai Media Informasi Desa

Website desa merupakan salah satu media informasi desa yang diterapkan oleh pe merintah Kabupaten Bojonegoro. Apabila mengacu pada RPJMD Kabupaten Bojonegoro tahun 2013-2018 serta Peraturan Bupati Bojonegoro No mor 10 Tahun 2017 tentang Sistem Informasi Desa, website desa merupakan salah satu wadah yang harus ada dalam pe merintahan desa untuk me mbe rikan a kses kepada masyarakat desa dala m me mpe roleh informasi publik. Adanya pemanfaatan teknologi informasi dala m me mberikan info rmasi terka it penyelenggaraan pemerintahan desa diharapkan dapat me mdorong pe merintahan yang tertib, terbuka dan akuntabel.

Dari sisi masyarakat juga dapat menjad i a lat untuk mengawasi ja lannnya roda pemerintahan desa. Sebagai salah satu sistem informasi desa website desa juga harus me mpunyai kualitas informasi yang sesuai standar yang telah ditetapkan dalam Peraturan Bupati Bo jonegoro No mor 10 Tahun 2017. Adapun informasi publik yang harus tertera dalam website desa adalah sebagai berikut:

Informasi tentang Alokasi Dana Desa (ADD), APBDes, Potensi Desa, Kegiatan dan agenda Pemerintah Desa, Laporan keuangan Pemerintah Desa, Informasi tentang pemberdayaan, kemasyarakatan dan pembangunan desa. Jadi setelah turunnya regulasi tentang sistem informasi desa pada tahun 2017, pada tahun 2018 Pe merintah Kabupaten Bojonegoro lebih mene kankan pada penguatan pengelolaan konten. Tetapi bukan berarti

(3)

Commercium, Volume 02 Nomor 01 Tahun 2019, 43-37

semua desa di Kabupaten Bojonegoro telah me miliki website desa karena sebenarnya memang tidak mudah dala m menerapkan website desa. Karena p rogra m ini berhubungan dengan teknologi informasi. Jadi ha mbatan seperti jaringan yang kurang stabil hingga terbentur dengan anggaran menjadi kendala dala m penerapan website desa.

a) Bimbingan dan Pelatihan

Dala m rangka menerapkan kebija kan website desa di Kabupaten Bojonegoro Dinas Komunikasi dan Informatika tida k bekerja sendiri. Da la m me la ksanakan kebijakan ini Din ko min fo bekerja sama mu la i beberapa le mbaga lain. Dala m b imbingan dan pelatihan harus ada ahli website, ahli jaringan, dan ahli menulis berita yang biasanya dari kalangan jurnalis. Se mua p ihak yang terlibat da la m aplikasi website desa me mpunyai perannya masing-masing dalam menyampaikan informasi.

b) Pendampingan

Setelah proses bimbingan dan pelatihan selesai dila ksanakan maka yang harus diperhatikan selanjutnya adalah pendampingan. Pe merintah sebagai fasilitator dala m progra m website desa me miliki ke wajiban untuk me mbe rikan pelatihan dan selanjutnya pendampingan dalam pengelolaan website desa.

c) Monitoring

Dala m menerapkan suatu kebijakan pasti akan dila kukan monitoring untuk me lihat sejauh mana kebijakan yang diterapkan telah berja lan. De mikian dengan Kabupaten Bojonegoro, dalam menerapkan kebijakan website desa juga dilaku kan mon itoring kebijakan. Ta k semua desa yang telah mendapatkan bimbingan dan pelatihan website desa akan mengimplementasikan kebijakan website desa.

Pelaksanaan Progr am Website Desa Di Kabupaten Bojonegoro

Setiap desa yang ada di Kabupaten Bojonegoro dala m mengimp le mentasikan keb ija kan website desa me miliki ha mbatan dan hasil yang bervariasi. Da ri hasil wawancara dengan berbagai aparatur peme rintah desa yang telah mengikuti bimb ingan program website desa terdapat beberapa kesimpulan yang bisa diperoleh. Bagi pemerintah desa yang tidak mengimp le mentasikan kebijakan website mayoritas yang menjadi ha mbatan mereka adalah sumber daya manusia dan anggaran.

Sela in itu setiap pemerintah desa me miliki permasalahan masing-masing seperti infrastruktur, pendidikan maupun kesehatan. Beberapa desa yang ada di kabupaten Bojonegoro tidak menganggarkan d ana untuk imp le mentasi website desa karena me miliki fo kus pembangunan yang ingin d icapai. Dengan de mikian seharusnya setiap desa wajib untuk menganggarkan dana untuk kebutuhan website desa, tidak dia lokasikan. Mereka melihat website desa belum menjadi media

informasi desa yang harus diimple mentasian, mere ka beranggapan bahwa adanya baliho sudah cukup digunakan sebagai med ia informsasi desa karena tak memerlukan dana untuk setiap bulannya.

Bagi desa yang mengimple mentasikan keb ija kan website desa mereka berpendapat bahwa website desa me miliki fungsi lebih dari sekedar media informasi desa. Dengan adanya website desa menurut me reka ma mpu me mba wa pelayanan publik sema kin dekat dengan masyarakat. Sela in pelayanan publik website desa me miliki kegunaan sebagai med ia pro mosi produk unggulan desa. Melihat adanya peluang yang berguna untuk pembangunan desa, maka mere ka me rasa perlu untuk mengimple mentasikan website desa selain bagai media informasi desa.

Dampak Website Sebagai Sistem Informasi Desa Perspektif Dinas Komunikasi dan Informatika: Me mbangun Ke perc ayaan Masyarakat Melal ui Akses Informasi Yang Mudah

Dinas Ko munikasi dan Informat ika Kabupaten Bojonegoro yang mempunyai tanggungjawab dalam me la ksanakan kebija kan website desa mengatakan bahwa adanya kebijakan website desa akan membe rikan beberapa keuntungan. Salah satunya adalah pemerintah desa akan mendapatkan legit imasi dari masyaraat, dengan adanya kepercayaan dari masyarakat diharapkan pembangunan yang dilakukan minim hambatan.

Adanya kepercayaan masyarakat dalam pemerintahan akan meningkatkan partisipasi publik dala m proses pembangunan. Dengan masyarakat diberikan akses informasi publik secara otomatis masyarakat a kan me la kukan fungsi controlling. Adanya pengawasan dari masyarakat dala m proses pemerintahan akan me min ima lkan tindakan manipulative dari aparatur pemerintahan.

Perspektif Pe merintahan Desa: Website Desa Se bag ai Media Promosi Desa

Bagi Pe merintah Desa Deru adanya website desa tak hanya sekedar menjadi med ia informasi desa. Website desa telah mendorong berbagai program pe mberdayaan di Desa Deru. Da ri beberapa program pe mberdayaandi Desa Deru te lah menghasilkan beberapa produk unggulan desa. Website desa menjad i wadah Pe merintah Desa De ru untuk mempromosikan produk unggulan desa.

Dengan adanya website desa selain me mudahkan pemerintah desa dala m me mberikan pelayanan publik ternyata juga menyimpan potensi la in. Website desa ma mpu men ingkatkan pemberdayaan masyarakat mela lui Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya dipasarkan me la lui website desa. Dengan mela ksanakan keb ija kan website desa, pemerintah desa telah me laksanakan prinsip pelayanan sekaligus pemberdayaan.

(4)

a. Perspektif Masyarakat Desa: Belum Perlu Untuk Dilaksanakan

Disisi la in, Kebija kan website desa menurut salah satu masyarakat Kabupaten Bojonegoro Andy masih be lu m perlu untuk diterapkan. Menurutnya masyarakat desa lebih banyak mengetahui informasi me la lui spanduk atau baliho yang berada di a rea ba lai desa. Adanya website desa sebagai sistem informasi desa perlu d ipertimbangkan kembali.

Masyarakat belum terlalu a krab untuk menggunakan website desa sebagai sistem in formasi desa. Ha l ini sa ma seperti yang dikatakan oleh Lilik salah satu ketua RT yang ada di Kabupaten Bojonegoro. Menurut Lilik masyarakat desa yang mayoritas sebagai petani kurang tepat apabila pemerintah menerap kan webdes sebagai sistem informasi desa. Lilik mena mbahkan bahwa untuk berbagi informasi lebih cocok apabila lewat pertemuan seperti ‘jandom’ atau lewat spanduk.

Andy dan Lilik menganggap bahwa adanya kebijakan website desa sebagai media informasi belu m dibutuhkan oleh masyarakat. Ha l la in yang perlu menjad i pertimbangan adalah ka rakter masyarakat desa. Masyarakat desa lebih me mbutuhkan hal-hal yang lebih penting seperti perbaikan ja lan. Menurut mere ka seka lipun kebijakan in i tetap dila kasanakan oleh pe merintah desa ma ka yang akan terjad i adalah media webdes menjad i tidak terpakai atau tidak ada yang mengakses.

Perspektif Le mbaga S wadaya Masyarak at (IDFos): Ke bi jakan Website Desa Perlu Di analisis Le bih Lanjut

Tetapi yang harus digaris bawahi adalah penerapan website desa sebagai sistem in formasi desa dirasa kurang bermanfaat. Menurut Joko Had i data maupun informasi yang disajikan dala m website desa tidak banyak, jenis, kualitas dan datanya tidak cukup bagus. Dari sisi permintaan informasi juga tidak banyak, karena apabila menggunakan website harus ada data internet. Sela in data internet yang menjadi perka ra penting selanjutnya adalah perihal kebutuhan

Joko Had i menekankan bahwa dala m mengelola website desa isi pesannya harus beragam dan disesuaikan dengan kara kteristik desa supaya bisa lebih menarik. Dimana tujuannya untuk me mbantu masyarakat dala m mencapai tujuannya. Tetapi dala m prakt iknya menurut Joko Hadi kebijakan website desa cenderung digunakan sebagai penggugur kewajiban, masyarakat belu m banyak yang me rasakan manfaat dari adanya kebijakan website desa. Padahal seharusnya kebijakan itu harus efisien dan efektif, sehingga apa yang diinginkan masyarakat dapat tercapai.

PENUTUP Kesimpulan

Kabupaten Bojonegoro menge mbangkan website desa bertujuan agar terselenggaranya pemerintahan desa yang baik (open government). Masyarakat desa dapat me mpe roleh info rmasi publik seperti penyelenggaraan pemerintahan desa, APBDes, keg iatan dan kinerja pemerintah desa, potensi desa, dan pemberdayaan masyarakat me la lui website desa. Na mun pengembangan yang dilakukan Kabupaten Bojonegoro dalam menerap kan kebijakan website desa perlu dila kukan review. Dari 28 keca matan yang terdiri dari 419 desa yang ada di Kabupaten Bojonegoro hanya 102 website desa yang aktif dan 317 diantaranya tidak akt if. Mengingat tidak semua desa ma mpu me la ksanakan kebijakan website desa. Kendala-kendala seperti infrastruktur, anggaran dan sumber daya manusia harus mampu dipecahkan secara bersama-sama.

Saran

Dala m mengembangkan kebija kan website desa di Kabupaten Bojonegoro peme rintah harus me la kukan revie w, mengumpu lkan data dan masalah ke mudian d ianalisis ke mudian mencari a lternatif pemecahan masalah. Revie w menjadi hal yang penting dan perlu melibatkan banyak pihak. Karen a selama ini Pe me rintah Kabupaten Bojonegoro hanya me la kukan rev iew mela lui inde x keterbukaan tetapi tidak ada pemecahan masalah.

Apabila pe merintah desa tidak siap dengan adanya kebijakan website desa ma ka baik pe me rintah kabupaten maupun pemerintah pusat harus menyedia kan segala fasilitasnya terlebih dahulu, seperti infrastruktur ka rena hal tersebut menjadi tugas pemerintah. Pe merintah yang telah diberikan kuasa untuk mengelola keg iatan peme rintahan harus me mastikan setiap kebijakan yang akan diterapkan dapat berjalan. Dari sisi masyarakat juga harus dilihat apa yang menjadi kebutuhan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Andrianto, Nico. (2007). Good e-Government: Transparansi dan Ak untabilitas Publik Melalui e-Government. Malang: Bayumedia Publishing.

Budiati, Lilin. (2012). Good Governance Dalam Pengelolaan Lingk ungan. Bogor: Gha lia Indonesia.

McQuail, Den is. (2011). Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Salemba Humanika.

(5)

Commercium, Volume 02 Nomor 01 Tahun 2019, 43-37

Moelong, Le xy J. 2016. Metodologi Penelitan Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Muhlizi, Arfan Fa iz. (2017). Analisis dan Evaluasi

Huk um Dalam Rangka Partisipasi Publik Dalam Proses Pengambilan Kebijak an Publik. Jakarta: BPHN Kementerian Hukum dan HAM RI. Sutiono, Agus dkk. (2011). Memahami Good Governance Dalam Perspek tif

Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Gava Medika.

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidik an Pendek atan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Uno, Ha mzah B dan La matenggo Nina. (2011). Tek nologi Komunik asi &

Informasi Pembelajaran. Jaka rta: PT Bu mi Aksara.

Referensi

Dokumen terkait

(1) Pemohon informasi publik yang mengajukan keberatan atau pihak yang menerima kuasa yang tidak puas dengan keputusan atasan PPID atau pimpinan badan publik lain berhak

Penulis memilih organisasi Persatuan Islam (PERSIS) karena sebagaimana kita ketahui bahwasannya berbeda dengan 2 ormas terbesar di Indonesia yaitu NU dan

Pembiayaan kesehatan sejatinya digunakan untuk sebesar-besarnya memenuhi kebutuhan masyarakat, anggaran kesehatan dapat dikatakan sebagai intrumen pemerintah dalam hal

Dalam perkembangan sistem informasi telah terjadi banyak pengembangan yang ada untuk membantu kelancaran dan kemudahan dalam suatu organisasi maupun dalam memperlancar

Data reduction is all of the data that have been collected are processed to know between the relevant and the irrelevant. Therefore, data reduction is the data

Air permukaan tanah yang mengandung bahan pencemar misalnya tercemari Air permukaan tanah yang mengandung bahan pencemar misalnya tercemari zat radioaktif, logam berat dalam

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kekuatan otot lengan dan koordinasi mata tangan dengan ketepatan servis atas siswa yang mengikuti

Menjawab rumusan masalah tersebut peneliti mengungkapkan manajemen dakwah Gerakan Pemuda Ansor dalam melaksanakan deradikalisasi agama di Kabupaten Batang yaitu dengan