• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Ketertinggalan Wilayah di Kabupaten Sumbawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Ketertinggalan Wilayah di Kabupaten Sumbawa Barat"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis F aktor-Faktor K etertinggalan W ilayah di K abupaten Sumbawa Barat M artina Ayu Sejati

martinaayuse jati@ gmail.com Lutfi Muta’ali

luthfimutaali@ ugm.ac.id Abstract

Underdeveloped region is a condition of region that has not experienced the development with characterized are low sosial welfare, quality of human life and poverty in various forms. W est Sumbawa Regency is included in the category of underdeveloped region according to Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015-2019. The purpose is to known the underdeveloped region using descriptive analysis and SPSS processing (factor analysis), regional development strategies can be prepared using SW OT analysis. The results showed the distribution of underdeveloped villages was dominated in coa stal and mountainous areas were located far from center of the capital city, the factors formed are infrastruct ure (skills institutions, public transport), economic resou rces (business units, small industries& households), accessibility (distance from capitals and districts), community economy (type of cooking fuel, number of government program participants), region al characteristics (earthquake vulnerability and landslides) and human resources (mortality, peoples with disabilities and out-migration).

Keywords: underdeveloped region, typology, factor analysis, potential, problem

Abstrak

Ketertinggalan wilayah m erupakan kondisi dari wilayah yang belum atau kurang mengalam i perkem bangan dan pem bangunan, ditandai dengan rendahnya kesejahteraan m asyarakat, kualitas hidup m anusia serta m engalami kem iskinan dalam berbagai bentuk. Kabupaten Sum bawa Barat term asuk dalam kategori Daerah Tertinggal m enurut Pe rpres Nom or 131 Tahun 2015-2019. Tujuan penelitian yaitu m engetahui desa-desa tertinggal m enggunakan analisis deskriptif dan pengolahan

SPSS (analisis faktor) sehingga m am pu disusun strategi pengem bangan wilayah m enggunakan analisis deskriptif, kem udian disusun strategi m enggunakan analisis SW OT. Hasil penelitian m enunjukkan bahwa distribusi desa tertinggal didom inasi oleh desa di wilayah pesisir dan pegunungan yang letaknya jauh dari pusat ibukota kabupaten , serta faktor yang terbentuk yaitu sarana prasarana (lem baga keteram pilan, angkutan um um ), sum berdaya ekonomi (unit usaha jasa, jum lah industri kecil & rum ah tangga), aksesibilitas (jarak dari ibukota kecamatan dan kabupaten), perekonomian masyarakat (jenis bahan bakar untuk m em asak, jumlah peserta program pem erintah), karakteristik daerah (kerawanan gem pa dan longsor) dan sum berdaya m anusia (angka kem atian, jumlah penyandang cacat dan m igrasi keluar).

Kata Kunci : ketertinggalan wilayah, tipologi, analisis fakto r, potensi, perm asalahan

PENDAH ULUAN

Pem bangunan berka itan dengan pengem bangan, pengem banga n wilayah m erupakan serangkaian usaha da lam m em bentuk keterpadua n dalam m enggunaka n berbagai sum berdaya. Pengem bangan wilayah bertujua n untuk m ensejahterakan m asyaraka t agar m am pu m em enuhi kebutuhan dasarnya. Dam pak negatif dari proses pem bangunan dan perkem bangan w ilayah yang paling terasa yaitu ke senjangan (Trinanda, 2013).

Tujua n dari pem bangunan na sional salah satunya yaitu m eningka tkan kesejahteraan rakyat dan m enciptakan keseim banga n dan pem erataan pem banguna n, begitu pula yang tertuang

dalam nawacita Jokowi-JK yang ketiga. Kom itm en tersebut sekaligus m encerm inkan perhatian pem erintahan yang m em prioritaskan pem ba ngunan di daerah tertinggal, terde pan dan terluar (3T) sehingga diperlukan konsentrasi dan fokus dalam m em bangun daerah-daerah pinggiran khususnya daerah yang m asuk ke dalam kategori tertinggal.

Pengertian desa ter tinggal m enurut Peraturan M enteri Desa, Pem bangunan Daerah Tertinggal, dan Transm igrasi Republik Indonesia Nom or 2 Tahun 2016 yaitu desa yang m em iliki potensi sum ber daya sosial, ekonom i, dan ekologi tetapi belum m am pu atau kurang dalam upaya peningkatan ke sejahteraan m asyarakat

(2)

desa, kualitas hidup m anusia serta m engalam i kem iskinan dalam berbagai bentuknya.

Isu pem bangunan daerah tertinggal m enurut Kem enteria n Desa (2015) diantaranya adalah rendahnya indeks pem banguna n m anusia, tingginya persentase penduduk m iskin, rendahnya ketersediaan infrastriktur dan akse sibilitas serta banyaknya desa yang m asuk ke dalam kategori tertinggal. M enurut data Badan Pusat Statistik (2018) jum lah desa yang m asuk ke dalam kategori tertingga l m asih sekitar 19,17 persen atau sekitar 14.461 desa dari tota l 75.436 desa yang ada di Indonesia.

Kem iskinan dalam aspek wilayah m enurut Sum odiningrat (2004) m erupakan kerangka yang kom prehensif bagi upaya m enghapus kem iskinan. Kem iskinan di dalam pem bangunan wilayah tidak hanya dapat ditinjau sebaga i sasaran atau keluaran yang harus dihapuskan keberadaannya, tetapi juga dapa t m enjadi ba gian proses analisis pem bangunan m encapai da lam m encapai tujua n.

M enurut Sajogyo (1975) dalam Nugroho (2004) renda hnya potensi sum berdaya alam wilayah berdam pak pada rendahnya nila i jual ba ik dari segi wilayah m aupun sum berda ya yang ada. Sedangkan kem iskinan dari segi sosial budaya m erupakan rendahnya kua lita s dari sum berdaya m anusia yang tercerm in dari rendahnya tingkat penge tahuan. Rendahnya tingkat pengeta huan berdam pak pada rendahnya inovasi dan rasa ingin m aju.

Menurut Muta’ali (2014) ketimpangan adalah sua tu kondisi ketidakseim banga n. Ketim pangan wilayah dapa t digam barka n sebagai suatu kondisi ketidaksesuaian antara tingka t perkem bangan dan pem banguna n wilayah antara w ilayah satu dengan wilaya h lainnya. Terdapat tiga faktor yang m endasari kesenjanga n wilayah tersebut ya itu faktor alam , sosial dan kebija kan.

M enurut Bappenas (2014) Arah kebija kan pem bangunan daerah tertinggal adalah untuk m elakuka n percepatan

pem banguna n daerah tertinggal dengan m eningka tkan pengem bangan perekonom ia n daerah dan kualitas sum berdaya m anusia yang didukung oleh kelem bagaan dan ketersediaan infrastruktur perekonom ia n dan pelayana n dasar.

Kabupate n Sum bawa Barat m erupakan salah satu Kabupaten di Nusa Tenggara Barat yang m asuk ke dalam kate gori wilayah tertinggal m enurut Perpres Nom or 131 Ta hun 2015-2019, indikator-indikator yang digunaka n adalah sebaga i berikut : 1. Perekonom ian m asyarakat

2. Sum berdaya m anusia 3. Sarana dan Prasarana

4. Sum berdaya Ekonom i Daerah 5. Aksesibilitas

6. Karakteristik daerah

M enurut Suryono (2010) Kebijakan dalam m engatasi ketertinggalan ataupun kesenjangan m erupakan suatu hal (baik dalam bentuk aturan atau peringatan, baik tertulis m aupun tidak tertulis) yang m engikat dan dibuat oleh pihak-pihak yang berwenang dibida ngnya, kebijakan dibentuk dan dibua t berdasarka n kondisi perm asalahan yang sedang dihadapi, kebija kan hendaknya dipatuhi oleh seluruh kom pone n dan ba gian di dalam nya sebab kebija kan diba ngun dengan tujuan untuk m engatur tatanan atau m em bawa suatu kondisi kearah yang lebih baik dem i kesejahteraan m asyarakat. Penyusuna n dan perum usan kebijakan pem erintah yang berkaitan dengan pem bangunan da lam m endukung perekonom ian harus m em uat strategi dasar dalam m em ecahkan perm asalahan, pencapaian sasaran serta kebija kan yang m endukung baik secara langsung m aupun kebijakan yang berorientasi kepada program atau yang sering disebut sebaga i kebijakan tidak langsung/turunan.

M enurut Nugroho (2004) Kebijakan pendukun g m erupakan kebijakan yang pengaruhnya secara tidak langsung terhadap iklim aktivitas perekonom ian nam un m em iliki dam pak yang dapat dirasakan, contoh dari kebijaka n ini ya itu : 1. Pem bangunan infrastrukur

(3)

2. Kebijaka n ekonom i m akro 3. Kebijaka n penataan ruang

4. Pengem bangan partisipasi m asyarakat 5. Kepem erintahaan

6. Pem bangunan kelem bagaan

M enurut Haerum an (1997) da lam Nugroho (2004) ke bija kan langsung m erupakan kebijakan yang secara langsung berpengaruh terhadap aktivitas perekonom iaan dan m erupakan penyediaan kebutuhan pa ngan, papan, dan pakaian yang diserta kan kenaikan produktivitas dan pendapatan. U paya dem ikia n harus m encakup langsung perbaikan a kses terhadap sum ber daya, akses terhadap pasar, teknologi, dan sum ber-sum ber pem biayaan.

Tujua n dalam penelitian ini yaitu: 1. M enentukan tingkat ke tertinggala n Desa

di Kabupaten Sum bawa Barat

2. M enganalisis faktor yang m engakibatkan ketertinggalan desa di Kabupate n Sum bawa Barat

3. M enenentukan strategi dalam m engatasi ketertinggala n wilayah di Ka bupate n Sum bawa Barat.

Analisis m engenai faktor ya ng m em pengaruhi dan m engakiba tkan ketertinggala n di suatu wilayah akan m em bantu dalam m engetahui apa sa ja yang m endasari dan m enye babkan ketertinggala n wilayah serta dapat diupa yakan suatu solusi baik dalam bentuk strategi ataupun kebija kan dalam m engatasi ketertinggala n wilaya h.

M ETO DE PENELITIAN

M etode yang digunaka n adalah teknik analisis deskriptif kuantitaf untuk m enjawab tujuan penelitia n pertam a dan kedua, yaitu m enge tahui tingkat ketertinggala n desa di Kabupaten Sum bawa Barat serta m engetahui faktor yang m engakibatkan m engakiba tkan ketertinggala n desa. Hasil pada tujuan pertam a dan kedua didapatkan dari pengolahan m enggunakan SPSS dengan teknik pengola han berupa (dimention

reduction) analisis faktor. Sedangkan analisis SW OT kuantitatif digunakan untuk m enjawab tujuan ketiga yaitu m enyusun strategi dalam m engatasi ketertinggalan wilayah.

Data yang digunakan adala h data prim er dan data sekunder, data sekunder yang didapatkan dari BPS (Badan Pusat Statistik) dan Instansi pem erintahan terkait, sedangka n data prim er dapat berupa wawancara m endalam (indepth interv iew) terhadap Key Person dengan bantuan daftar pertanyaan untuk m enam bah inform asi dan m em bantu dalam penyusuna n strategi pengem bangan de sa tertinggal. Variabel-variabel ya ng digunakan m erupa kan hasil kom binasi antara BPS dan Kem entrian KPDT (Desa, Pem bangunan Daerah Tertinggal dan Transm igrasi). Variabel tersebut kem udian dike lom pokkan berdasarkan indikator-indika tor m enurut Perpres No 131 Tahun 2015-2019.

H ASIL DAN PEM BAH ASAN

1. Tingkat K etertinggalan Desa di K abupaten Sumbawa Barat

Berdasarkan hasil pengolahan data m enggunaka n analisis faktor dan m elibatkan indikator-indikator yang ada, dari jum la h total 65 de sa, desa yang m asuk ke dalam kategori tertinggal se banyak 14 desa, diantaranya adalah Desa Kalim antong, M ataiya ng, M oteng, Lam untet, Rarak Ronges, Kiantar, Tuananga, Tongo, Ai Kangkung, Tatar, Talonang Baru, UPT Tongo, Lalar Liang dan Labua n Lalar. Persebaran desa tertinggal terse but m ayoritas berada di daerah pesisir dan pe gunungan yang jauh dari perkotaan, desa yang berada di pesisir diantaranya yaitu Desa Kiantar, Tuananga, Aikangkung, Tatar, Talonang Baru, Tongo, dan Labuan Lalar. Sedangkan yang berada di daerah pegunungan yaitu Desa Kalim antong, M ataiyang, dan Rarak Ronges. Berikut distribusi desa-desa tertinggal ya ng ada di Kabupaten Sum bawa Barat dapat dilihat pada gam bar 1.

(4)

G ambar 1. D istribusi Desa Tertinggal di K abupaten Sumbaw a Barat

Berdasarkan peta distribusi desa tertinggal ya ng ada di Kabupaten Sum bawa Barat m enunjukka n bahwa desa yang m asuk ke da lam kategori tertinggal lokasinya berada cukup jauh dari pusat kota, selain itu desa-desa terse but berada di wilayah ya ng berbata san dengan laut ataupun dengan kabupate n lain. Seperti contoh Desa Lam untet, dan Rarak Ronges yang berbatasan de ngan Kabupaten Sum bawa Besar. Sedangkan desa yang berbatasan de ngan laut secara langsung adalah Desa Tuananga, Labuan Lalar, Lalar Liang, Tongo, Ai Kang kung, Tatar dan Talonang Baru. M enurut topografi yang ada, desa-desa yang m asuk ke dalam klasifikasi tertinggal m ayoritas berada pada wilayah dengan topografi curam hingga sangat curam .

2. Tipologi W ilayah Tertinggal

Tipologi wilaya h tertinggal disusun berdasarkan letak terhadap pusat pertum buhan dan kondisi fisik, m ayoritas

desa yang ada di Kabupaten Sum bawa Barat m erupakan wilayah dengan topografi yang curam dan kem iringan >40% (sangat curam ) sehingga m asuk ke dalam kate gori pegunungan, sedangkan pusat pem erintahannnya berada di Kecam atan Taliwang yang berada di bagian sebelah barat wilayah, sehingga banyak desa yang m asuk ke dalam kategori rural (jauh dari pusat kota). Desa yang berada di dalam kota berdasarkan RTRW Kabupaten Sum bawa Barat yaitu Tela ga Bertong, Bugis, Dalam , Kuang, M enala, Sam pir, dan Arab Kenangan. Sedangkan yang berada di pinggiran kota diantaranya yaitu desa Labuan Kertasari, Labuan Lalar, Banjar, Serm ong, Tam ekan, Loka, Sapugara Bree, dan Seloto. Desa-desa yang berada di koridor antar kota diantaranya yaitu desa Poto Tano, Kokar Lia n, dan UPT Tam bak Sari, dim ana desa-desa tersebut m erupakan desa yang dilewati ole h jala n arte ri m enuju Kabupate n Sum bawa Besar.

(5)

Desa-desa yang berada di daerah rural dianatranya yaitu Desa Da san Anyar, Goa, Benete, Mantun, Pasir Putih, Kiantar, Tuananga, M ujahidin, M ura, M oteng, Lalar Liang, Lam unte t, Kalim antong Lam pok, dan lain sebaga inya, terda pat satu desa yang term asuk ke dalam kategori isolated yaitu desa Talonang Baru, desa ini berada di ujung Kabupaten Sum bawa Barat dan m erupakan desa yang m em iliki jarak yang paling jauh dibandingka n denga n desa -desa lainnya, dan m em iliki aksesibilitas yang buruk.

Desa-desa yang ada tersebut kem udian di kelom pokkam berdasarkan kondisi fisik yang dim iliki. Sebagian besar desa yang ada di Kabupaten Sum bawa Barat m asuk ke dalam kategori pesisir-rural, da taran-rural dan pegunungan-rural. M enurut kondisi fisik yang ada sebagian besar wilayah berbatas langsung dengan laut sehingga terdapat banya k desa yang m asuk ke dalam kategori pesisir. Pem bagian tipologi dapat dilihat pada tabe l 1.

Tabel 1. Tipologi W ilayah

Letak Terhadap K ota/Pusat Pertumbuhan/K aw asan Strategis Bentuk Lingkungan Fisik D i dalam Kota D i Pinggiran Kota D i Koridor Transportasi A ntar Kota

Jauh/D i D aerah R ural Isolated

Pulau - - - - - Pantai (Pesisir) Telaga Bertong Labuan K ertasari, Labuan Lalar Poto Tano, K okar Lian, U PT Tambak Sari

D asan A nyar, G oa, Benete, M antun, Pasir Putih, K iantar,

Tua N anga, Sekongkang Baw ah, Tongo, Ba njar, Batu

Putih, Tatar, A i K angkung, U PT Tongo. Talongan Baru D ataran Bugis, D alam, K uang, M enala, Sampir, A rab K enang an Banjar, Sermong, Tamekan, Loka, Sapugara Bree -

M ujahidin, M ura, D esa Beru, M oteng, Bukit D amai, M aluk, Senayan, A ir Suning, K elanir, Lamusung, M eraran, Rempe, Tapir. Lalar Liang

-

Sepanjang

Sungai - - - - -

Perbukitan - Seloto Lamuntet, M antar, Tebo,

Seteluk A tas, Seteluk Tengah

Pegunungan - -

K alimantong, Lampok, M anemeng, M ataiyang, Bangkat M onteh, Rarak Ronges, Seminar Salit, Tepas, Tepas Sepakat, Belo,

Beru, K emuning, Sekongkang A tas. * D esa Tertinggal

(6)

3.

Faktor K etertinggalan W ilayah Berdasarkan hasil pengolahan keseluruhan indika tor m enggunakan analisis faktor m enghasilkan faktor uam a dim ana nilai variance pada rotation Sums of Squared Loading faktor 1 sebesar 19,334%, faktor 2 sebesar 11,163%, faktor 3 sebesar 9,627%, faktor 4 sebesar 8,794% dan faktor 5 sebesar 7,902%, faktor 6 sebesar 7,754% dan faktor 7 sebesar 4,992%. Dari ke tujuh faktor yang terbentuk terdapat nilai Variance yang paling tinggi

yaitu faktor 1, faktor 2 dan faktor 3. Faktor 1 m encakup variabel dari indikator sarana prasarana dan sum berdaya ekonom i desa, faktor 2 m encakup variabel dari indikator aksesibilitas da n faktor 3 m encakup variabel dari variabe l perekonom ian m asyarakat, sehingga dapat diketahui bahwa faktor utam a yang m engakibatkan ketertinggala n wilaya h di Kabupaten Sum bawa Barat yaitu faktor sarana prasarana, sum berdaya ekonom i de sa, aksesibilitas dan perekonom ian m asyarakat.

Tabel 2. Faktor Ketertingga lan W ilayah di Kabupaten Sum bawa Barat

TS = 19,334 SF1 + 11,163 SF2 + 9,627 SF3 + 8,794 SF4 + 7,902 SF5 + 7,754 SF6 + 4,992 SF7

Faktor V ariabel

1 U nit usaha jasa, unit usaha jasa tanpa operator, posyandu, ibadah , SD , SM P, Lembaga K eterampilan, A ngkutan U mum.

2 Jarak dari ibu kota kecamatan, jarak dari ibukota kabupaten.

3 Bahan utama memasak (kayu), kepala keluarga (petani), peserta PK H , peserta KPS. 4 K eraw anan gempa, ancaman longsor, kebakaran hutan.

5 Persentase angka kematian, migrasi keluar, pen yandang cacat. 6 Jalan arteri sekunder, industri kecil & rumah tangga.

7 Jalan arteri primer. Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 3.1. Faktor Ekonomi Daerah

Faktor yang terbe ntuk dari indiaktor sum berdaya ekonom i daerah yaitu keberadaan usaha jasa dan usaha jasa tanpa operator. Contoh dari unit usaha jasa diantaranya adalah notaris, pengacara, akuntan, konsulta n, fotografi, jasa pengetikan, fotocopy sedangkan unit usaha jasa tanpa operator berupa rental m obil/m otor, renta l m esin pertanian, rental m esin konstruksi, rental diesel, sewa alat pesta, sewa buku/kom ik, sewa alat olahraga, sewa alat m usik, dan sewa tanam an hias, keberadaan unit usaha jasa yang ada di de sa akan m em bantu da lam kegiatan perkantoran ataupun pendidikan dan kesehatan. Keberadaan unit usaha jasa tersebut m engindikasikan bahwa terdapat suplay dan demand yang saling berhubungan, dim ana m asyarakat sudah m ulai m em butuhka n pelayanan akan jasa tersebut.

3.2. Faktor Sarana Prasarna

Faktor lainnya yang berpengaruh pada indikator sarana prasarana adalah jum lah keberadaan fasilita s pendidikan berupa SD (Sekolah Dasar) dan SM P (Sekolah M enengah Pertam a). Berdasarkan data BPS Kabupate n Sum bawa Barat Tahun 2018 m enunjukkan bawa perse baran Sekolah Dasar sudah cukup baik, nam un untuk SM P m asih belum tersebar secara m erata, keberadaan SM P m enjadi terpusat di kecam atan Taliwang, kecam atan yang m em iliki jum la h SM P paling sedikit adalah Kecam atan Berang Ene, yang hanya m em iliki 2 SM P, sedangka n untuk keberadaan Lem baga Keteram pilan yang ada di Kabupaten Sum bawa Barat m asih sangat kurang sebab jum lahnya m asih sangat sedikit yaitu se kitar 69 ya ng terdiri dari lem baga keteram pilan untuk m enjahit, kecantika n, m ontir, elektronik, kom puter, bahasa asing, m usik dan tari. Pengem bangan dan pem berdayaan

(7)

m asyarakat seharusnya dapat dilakukan m elalui lem baga ketram pila n, nam un jum lahnya yang terbatas dan hanya berada di pusat-pusa t kota seperti di ibukota kabupate n ataupun kecam atan, m enjadikan ham batan pula pada perkem bangan dan peningkatan ke tram pilan m asyaraka t. 3.3. Faktor Aksesibilitas

Faktor yang terbe ntuk dari indika tor aksesibilitas berupa jarak ke ibukota kecam atan dan ke ibukota kabupa ten, hal ini dilanda si ole h keberadaan ibukota kabupate n yang berada di barat wilayah kabupate n, m enjadikan perbedaan jarak antara desa-desa ya ng berada pa ling utara dan selatan sa ngat berbe da dengan desa -desa yang berada di dekat dengan ibukota kabupate n, perbedaan ini sanga t terasa, jarak yang jauh terhadap pusat kota m enjadi salah satu faktor m engapa sua tu wilayah sulit untuk berkem bang sebab jarak m enentukan seberapa inform asi yang didapa tkan, pelayanan yang didapa tkan hingga bagaim ana proses perkem bangan itu dipengaruhi pula denga n keterediaan fasilitas transporta si guna m obilitas penduduk, nam un m enurut hasil kegiatan lapangan, desa-desa yang jaraknya jauh dengan ibukota cederung untuk m em inim alisir kegiata n keluar sebab se lain m enghem at biaya, waktu, m asyarakat juga cenderung m em iliki pekerjaan di wilayah desa setem pat sehingga proses pergerakan itu sanga t sedikit. Hal ini akan m engakibatkan stagnasi pertum buhan sebab tidak ada hubungan atau interaksi yang baik antara desa dan kota.

3.4. Faktor Perekonomian M asyarakat Faktor yang m em iliki pengaruh besar pada indikator perekonom ian m asyarakat yaitu pekerjaan utam a sebagai petani, jum lah m asyarakat penerim a bantuan pem erintah, jenis ba han bakar da n sum ber air bersih. Hal ini m engindikasikan bahwa desa-desa yang m asuk dalam kate gori tertinggal m em iliki jum lah m asyarakat yang bekerja di sektor pertanian cukup tinggi, m enurut data perse ntase pe nduduk

bekerja m enurut lapangan usaha utam a di kabupate n sum bawa barat tahun 2017, m asyarakat yang bekerja di jenis usaha pertanian, perkebunan, kehutana n, perburuan dan perikanan berjum la h 24,72 persen dari total jum lah penduduk yaitu ham pir sekitar 34.828 jiwa yang bergantung pada jenis usaha pertania n, perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan untuk m em enuhi kehidupan sehari-hari.

Faktor lainnya yaitu banyaknya m asyarakat yang m endapatkan bantuan pem erintah, Program Keluarga Harapan m erupakan program pem berian bantuan sosial kepada Keluarga m iskin dengan sasaran ibu ham il dan anak, kondisi ini m engam barkan bahwa kondisi kesejahteraan m asyarakat m asih sangat kurang sebab m asih belum m am pu m em enuhi kebutuhan da sar terutam a kesehatan, hal ini dibuktikan dengan data Kem enterian Desa Tahun 2015 m engenai perhitungan Indeks Desa M em bangun dalam hal IKE (Indeks Ketahanan Ekonom i) , bahwa Kabupaten Sum bawa Barat berada pada posisi paling rendah dibandingkan denga n kabupate n/kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat sedangka n untuk IKS (Indeks Ke tahanan Sosial) berada pada posisi 3 terendah. 3.5. Faktor K arakteristik Daerah

Faktor yang terbe ntuk dari indika tor karakteristik daerah yaitu kerawanan gem pa, ancam an longsor dan kebakaran hutan. Kondisi Geografis Kabupaten Sum bawa Barat yang lokasinya yang berada pada pulau Sum bawa dan berbatasan langsung dengan Sam udera Hindia dan Laut Flores berdam pak pada tingkat kerawanan terhadap bencana alam seperti gem pa bum i, kejadian bencana yang pernah terjadi yaitu pada 19 Agustus 2018 lalu terjadi dua kali gem pa. M enurut BNPBD (Badan Nasional Penanggulangan Bencana Daerah) Gem pa pertam a terjadi pada siang hari berkekuatan 6,4 Skala Richter (SR). Gem pa kedua terjadi m alam

(8)

hari sekitar pukul 23.00 W ita berkekuatan 6,9 SR. 346 Unit Rum ah Rusak Berat, 651 Unit Rum ah Rusak Sedang, dan 1.084 Unit Rum ah Rusak Ringan, sehingga total Rum ah Rusak sebanyak 2.081 Unit, diperkirakan 14 unit fasilitas um um rusak dan terjadinya kerusakan bangunan rum ah penduduk yang tersebar pada sem ua wilayah kecam atan di Kabupaten Sum bawa Barat.

3.6. Faktor Sumberdaya M anusia

Faktor yang terbe ntuk dari indika tor sum berdaya m anusia adalah angka kem atian, m igrasi keluar dan penyandang cacat. Jum lah angka kem atian yang tinggi diserta i dengan m igrasi keluar m enjadi salah satu faktor penuruna n jum lah penduduk, hal ini yang m engakiba tkan daerah khususnya yang m asuk ke dalam kategori tertinggal sulit untuk berkem bang sebab jum lah penduduk cenderung konstan atau m alah m engalam i penurunan. M enurut data BPS Kabupaten Sum bawa Barat tahun 2018 m enunjukkan bahwa angka kem atian m encapai 584 jiwa dari total pe nduduk 140.890 yang dibandingka n dengan angka kelahiran sebesar 1.878. Nam un, m enurut tren data pertum buhan penduduk yang ada di Kabupaten Sum ba wa Barat cenderung m enurun dari tahun 2012 la ju pertum buhan penduduk Kabupa ten Sum bawa Barat m engalam i penurunan, hal tersebut terjadi pula pada tahun 2014 dan 2015, nam un pada tahun 2016 m engalam i peningkatan nam un dengan angka yang tidak begitu signifikan dari 2,75 m enjadi 2,79 (Indikator Kesejahteraan Kabupaten S um bawa Barat 2017).

Faktor lainnya yaitu jum lah m asyarakat penyandang cacat, m enurut data BPS tahun 2018 salah satu desa yang m em iliki penduduk penyandang cacat yaitu Desa M oteng sebanyak 22 jiwa yang terdiri dari 8 tunanetra, 5 tunarungu, 1 tunawicara, 2 tuna daksa, 3 tunagrahita, 2 tunalaras dan 1 cacat gabungan (tunarungu-wicara), sedangka n secara keseluruhan m asyarakat penyanda ng cacat yang ada di Kabupaten

Sum bawa Barat sebanyak 839 jiwa yaitu sekitar 0,6 persen dari total penduduk. Kondisi ini m enuntut a gar fasilitas kesehatan dapat terpenuhi dengan baik, selain itu jum lah penyandang cacat di dom inasi oleh cacat tunadaksa. Berikut ini peta distribusi desa berdasarkan sum berdaya m anusia di Kabupaten Sum bawa Barat

4. Strategi Pengembangan Desa

Penyusunan strategi pengem banga n wilayah m enggunakan analisis SW OT kuantitatif, M enurut Z ulkarnain (2018) SW OT kuantitatif terdiri dari analisis lingkungan internal dan eksternal yang terdiri dari analisis internal atau internal faktor evaluation (IFE) ana laisis eksternal atau eksternal faktor evaluation (EFE). Faktor internal terdiri dari kekua tan dan kelem ahan. Berikut ini hasil perhitungan IFE dan EFE pada wilayah kajian dapat dilihat pada tabe l 3.

Tabel 3. Hasil Perhitungan IFE dan EFE

N o D esa N ilai IFE EFE 1 Labuan Lalar 2,95 2,7 2 Lamuntet 2,4 2,45 3 M oteng 2,55 2,45 4 Rarak Ronges 2,5 1,95 5 M ataiyang 2,6 2,85 6 Talonang Baru 2,3 2,95 7 Tatar 2,5 2,9

Sumber : hasil olah data

Pada tabel IE (Internal-Eksternal) tersebut m enunjukkan bahwa Desa Labuan Lalar, Lam untet, M oteng, M ataiyang, Talonang Baru dan Tatar berada pada tipe V yaitu Hold and Maintain yang dim ana strategi yang dianjurkan yaitu m em pertahankan dan m em elihara kondisi baik itu kekuatan dan peluang yang ada dalam m engem bangkan wilayah serta tetap waspada pada kelem ahan da n ancam an. Sedangkan Desa Rarak Ronges berada pada tipe VIII yaitu H arvest and Divestiture yang dim ana strategi yang dianjurkan yaitu m em fokuskan pada pengem banga n suatu kekuatan yang dim iliki.

(9)

4.1. Strategi Pengembangan W ilayah

Strategi dari m asing-m asing tipologi da pat diliha t pada tabel 4.

Tabel 4. Strategi Pengem banga n W ilaya h Berdasarkan Tipologi

N o D esa Tipologi Strategi

1 Labuan

Lalar

Pesisir-Pinggiran K ota

1. M embentuk BU M D es guna membantu produksi dan pemasaran produk desa

2. M emberikan pelatihan kepada masyarakat mengenai penggunaan alat-alat modern untu k kegiatan melaut

2 Tatar Pesisir-Rural 1. Berkoordinasi denga n dinas pariw isata mengenai

pengembangan objek w isata pantai

2. M enjadikan madu sebagai produk khas desa

3 Talonang

Baru

Pesisir-Isolated

1. M emperbaiki akses jalan yang mengalami long or dan retak-retak agar memudahkan mobilitas hasil produk pertanian 2. M eminta bantuan pihak provinsi dan kabupaten untuk

merehabilitasi alat-alat dan bangunan ko nservasi penyu

4 M oteng D

ataran-Rural

1. M elibatkan BU M D es dalam memasarkan produk, pelabelan dan packing yang baik guna menjadikan pro duk beras sebagai produk ungg ulan desa.

2. M emanfaatkan sumber mata air sebagai objek w isata baik berupa arum jeram ataupun pemancin gan

5 Lamuntet

Perbukitan-Rural

1. M embangun bendungan dan irigasi pertanian agar da pat panen 3 kali

2. M emanfaatkan lahan yang miring untuk perkebu nan

3. M eminta kerjasama daerah untuk dapat mengaw asi kegiatan tambang yang ada.

6 M ataiyang

Pegunungan-Rural

1. M embangun saluran irigasi dan bantuan alat sedot air

2. M engembangkan pro duk rotan, gula aren, mad u sebagai produk khas desa

3. M embangun bronjong di setiap saw ah yang dekat dengan sungai guna mengantisipasi terjadinya longsor

7 Rarak

Ronges

Pegunungan-Rural (Perbatasan)

1. Segera melakukan pembangunan ya ng berkaitan denga n pemenuhan kebutuhan dasa r seperti air bersih, listrik dan jaringan telekomunikasi

2. Pelatihan bagi masyarakat guna persiapan pembagunan objek w isata dan pengembangan pertanian

Sumber : Hasil Analisis SW OT K ESIM PULAN

Kesim pulan penelitian m engenai ana lisis faktor-faktor ke tertinggala n wila yah di Kabupate n Sum bawa Barat denga n tujuan m enentukan tingka t ketertinggalan De sa, m enganalisis faktor yang m engakiba tkan ketertinggala n desa dan m enenentukan strategi dalam m engatasi ketertinggalan wilayah di Kabupaten S um bawa Barat adalah sebagai berikut :

1. Penentuan desa tertingga l di Kabupate n Sum bawa Barat m enggunakan 6 indikator m eliputi perekonom ia n m asyarakat, sum berdaya m anusia, sum berdaya ekonom i desa, aksesibilitas, karakteristik desa dan sarana prasarana,

m aka distribusi de sa tertingga l yang ada di Kabupaten Sum bawa Barat di dom inasi oleh desa-desa pesisir da n pegunungan ya ng letaknya jauh dari pusat Ibukota Kabupaten, desa -desa tersebut diantaranya adalah Desa Labuan Lalar (pesisir-pinggiran kota), Desa Tatar, Kiantar, Tuana nga, Tongo, UPT Tongo, Aikangkung rural), Desa Talona ng Baru (pesisir-isolated), Desa M oteng, Lalar Liang (dataran-rural), Desa Lam untet (perbukitan-rural), Desa Kalim antong, M ataiyang, Rarak Ronges (pegunungan-rural).

(10)

2. Faktor yang terbentuk dari 6 indikator tersebut diantaranya yaitu Sarana Prasarana (Lem baga Keteram pilan, angkutan um um ), Ekonom i desa (unit usaha jasa, unit usaha jasa tanpa operator, jum lah industri kecil & rum ah tangga), Aksesibilitas (jarak dari ibukota kecam atan, jarak dari ibukota kabupate n), Perekonom ian m asyaraka t (jenis bahan ba kar untuk m em asak, jum lah peserta Program Keluarga Harapan, jum lah peserta koperasi sim pan pinjam ), Karakteristik Daerah (kerawanan gem pa, ancam an longsor) dan Sum berdaya m anusia (perse ntase angka kem atian, jum lah penyandang cacat dan m igrasi keluar).

3. Strategi pengem bangan desa dipengaruhi ole h potensi dan perm asalahan yang ada, berdasarka n tipologi wilayahnya, strategi pengem bangan yang sesuai pada wilayah (pesisir- pinggiran kota) yaitu m eningka tkan kone ktivitas dan interaksi dengan kota, pada wilaya h (pesisir-rural) yaitu pelatihan dan pem berdayaan m asyarakat dalam m engolah hasil kelautan da n pertania n serta pengem bangan wisa ta, pada wilaya h (pesisir-isolated) yaitu peningkata n aksesibilitas dengan perbaikan jalan da n penam bahan m oda transportasi um um , pada wilayah (dataran-rural) yaitu pengem bangan pertanian da n perkebunan, sedangkan pada wilaya h (pegunungan-rural) yaitu pelatihan da n pem berdayaan m asyarakat dalam m engolah hasil perkebunan dan pertanian.

SARAN

Saran-saran yang disusun berda sarkan penelitian m engenai analisis faktor-faktor ketertinggala n wilaya h di Kabupaten Sum bawa Barat adalah sebagai berikut : 1. Perlunya pem berdayaan m asyarakat di

tingkat de sa yang dise suaika n denga n potensi wila yah dapat berupa pem berdayaan dalam upaya peningkata n pendapatan, kualitas sum berdaya

m anusia, peningka tan produktivita s perikanan, pertanian, perkebunan da n peternakan.

2. M em bentuk dan m engaktifka n BUM Desa (Badan Usaha M ilik Desa) sebagai m edia dalam m em bangun produk desa

3. Pem erataan sarana prasarana dan peningkatan aksesibilitas khusunya di wilayah pesisir-rural dan pegununggan-rural

DAFTAR PUSTAK A

BPS. 2017. Indikator kesejahteraan rakyat Kabupaten Sum bawa Barat Tahun 2017. Sum bawa Barat : Badan Pusat Statistik Daerah Kabupaten Sum bawa Barat.

BPS. 2018. Kabupaten Sumbawa Barat dalam Angka Tahun 2018. Sum bawa Barat : Badan Pusat Statistik Daerah Kabupaten Sum bawa Barat.

BPS. 2018. Indeks Pembangunan Desa. Jakarta : Badan Pusat Statistik Indonesia.

Bappenas. 2014. Kajian Evaluasi RPJMN 2010-2014 Bidang Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal. Jakarta : Kem enterian PPN/Bappenas.

Trinanda, Riezky dan Eko Budi. 2013. Penentuan Faktor-Faktor yang M em pengaruhi Ketertinggalan Kawasan Kabupaten Pam ekasan. Jurnal Teknik Pomits , Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN : 2337-3539 (2301-9271 Print).

Muta’ali, Lutfi. 2014. Pengem bangan Wilay ah Tertinggal. Yogya karta : Badan Penerbit Fakultas Geografi (BPFG).

Nugroho, Iwan. 2004. Pembangunan Wilay ah Perspektif Ekonomi, Sosial dan Lingkungan. Jakarta : Penerbit Pustaka LP3ES Indonesia.

Sum odiningra t, Gunawan. 2004. Pembangunan W ilayah Perspektif

(11)

Ekonom i, Sosial dan Lingkungan. Jakarta : Penerbit LP3ES.

Suryono, Agus. 2010. Dime nsi-Dimensi Teori Pem bangunan. M alang: Universitas Brawijaya Press.

Zulkarna in, D W ahyuningtias, and T S Putranto. 2018. A nalysis of IFE, EFE and QSPM m atrix on business developm ent stra tegy. Pape r : ‘From Research to Implementation For Better Sustainability’. IOP Conf. Series: Earth and Environm enta l Science 126 (2018) 012062.

Peraturan Presiden Nom or 131 Tahun 2015 – 2019 Mengenai penetapan daerah tertinggal

Peraturan M enteri Desa, Pem bangunan Daerah Tertinggal, dan Transm igrasi Republik Indonesia Nom or 2 Tahun 2016 tentang Indeks Desa M em bangun

Daftar Laman

Kem enterian Desa. 2015. P rogram Pengembangan Desa dan D aerah Tertinggal Tahun 2015-2019 disam paikan dalam Rakornas Kem enterian Kom info. Jakarta, 8 Juni 2015. Diakses m elalui : https://w ww.kem endesa.go.id/sakip

(12)

Lampiran 1. Perhitungan Kelas Distribusi Desa Tertinggal

No Kecamatan Desa SKOR Total Skor Kelas Sumberdaya Manusia Karakteristik Daerah Aksesibilitas Sumberdaya Ekonomi Desa Perekonomian Masyarakat Sarana Prasaran 1 Brang Ene Mura 620.02 198.70 339.02 166.89 421.34 138.07 1884.04 2 Kalimantong 498.85 142.73 338.00 171.78 430.19 137.03 1718.58 1 Lampok 673.28 142.73 335.41 164.36 431.30 122.82 1869.91 2 Manemeng 634.71 142.73 335.98 159.80 420.82 170.82 1864.86 2 Mujahiddin 649.69 159.98 333.33 185.01 444.36 130.45 1902.82 2 Mataiyang 552.78 114.84 307.65 157.63 356.48 118.73 1608.11 1 2 Brang Rea Sapugara Bree 587.25 198.70 328.11 200.74 424.28 160.04 1899.12 2 Desa Beru 583.05 198.70 333.84 241.24 441.78 168.14 1966.76 3 Tepas 589.78 140.71 333.00 196.03 435.49 129.80 1824.80 2 Bangkat Monteh 590.91 128.99 326.51 238.29 402.46 130.17 1817.33 2 Seminar Salit 622.75 168.60 334.79 173.35 420.64 121.91 1842.03 2 Tepas Sepakat 625.91 114.84 329.78 188.92 427.87 126.21 1813.53 2 Moteng 396.60 159.98 329.72 162.90 380.21 130.72 1560.13 1 Lamuntet 610.37 128.99 326.03 179.42 425.98 133.56 1804.35 1 Rarak Ronges 576.27 128.99 308.55 174.95 365.00 125.78 1679.53 1 3 Jereweh Belo 622.38 114.84 336.44 274.46 443.13 163.06 1954.31 2 Goa 635.01 146.47 332.72 216.50 410.47 141.68 1882.86 2 Beru 679.06 47.63 332.82 294.06 450.96 205.93 2010.45 3 Dasan Anyar 635.79 146.47 337.57 237.47 435.74 138.57 1931.61 2 4 Maluk Maluk 635.76 163.09 312.78 203.62 455.98 163.48 1934.72 2 Benete 653.50 147.31 323.11 287.89 449.18 185.99 2046.98 3 Bukit Damai 628.34 158.04 323.09 203.27 450.43 146.43 1909.60 2

(13)

No Kecamatan Desa SKOR Total Skor Kelas Sumberdaya Manusia Karakteristik Daerah Aksesibilitas Sumberdaya Ekonomi Desa Perekonomian Masyarakat Sarana Prasaran Mantun 653.74 151.01 321.26 187.06 459.86 135.35 1908.29 2 Pasir Putih 734.13 147.86 321.68 223.05 448.46 166.09 2041.27 3 5 Poto Tano Senayan 689.43 177.76 326.90 245.14 387.53 138.32 1965.08 3 Mantar 627.19 181.46 316.24 218.74 381.48 119.81 1844.92 2 Kiantar 631.85 151.39 319.14 216.51 367.66 124.05 1810.61 1 Poto Tano 627.03 130.06 331.80 201.11 407.17 129.08 1826.24 2

UPT Tambak Sari 747.61 155.93 322.18 203.73 437.41 151.22 2018.08 3

Tuananga 628.95 155.09 304.79 225.43 373.21 124.25 1811.73 1 Tebo 634.24 198.70 324.14 174.28 383.01 116.79 1831.16 2 Kokar Lian 639.86 173.18 319.96 214.22 371.76 139.81 1858.80 2 6 Sekongkang Sekongkang Bawah 651.19 130.75 325.23 214.88 450.62 162.42 1935.08 2 Sekongkang Atas 744.81 128.99 320.11 194.74 450.56 179.83 2019.04 3 Tongo 633.81 92.37 290.47 205.22 458.14 168.25 1848.27 1 Ai Kangkung 662.20 69.13 273.67 207.24 386.99 141.13 1740.35 1 Tatar 644.35 103.47 173.10 187.82 355.17 135.91 1599.82 1 Talonang Baru 614.88 115.96 167.76 208.74 341.93 145.40 1594.66 1 Kemuning 703.99 139.03 321.92 202.36 426.03 158.68 1952.01 2 UPT 633.81 141.85 222.75 146.98 431.28 103.73 1680.40 1 7 Seteluk Kelanir 678.64 173.22 327.27 164.25 387.28 153.27 1883.93 2 Meraran 654.57 183.07 330.68 167.94 431.55 139.36 1907.18 2 Air Suning 635.70 198.70 333.79 200.59 426.55 144.97 1940.31 2 Rempe 620.98 211.19 331.11 163.98 422.20 137.19 1886.64 2 Tapir 636.49 198.70 334.69 179.59 429.42 130.85 1909.74 2 Seteluk Atas 650.26 168.60 334.53 188.74 424.19 131.22 1897.52 2 Seteluk Tengah 695.76 168.60 332.89 368.13 432.22 211.63 2209.23 3

(14)

No Kecamatan Desa SKOR Total Skor Kelas Sumberdaya Manusia Karakteristik Daerah Aksesibilitas Sumberdaya Ekonomi Desa Perekonomian Masyarakat Sarana Prasaran Lamusung 607.88 195.01 331.68 177.28 418.64 123.21 1853.69 2 Loka 592.23 185.84 331.77 165.35 415.27 123.66 1814.14 2 Seran 630.34 139.03 325.26 191.40 399.31 126.79 1812.13 2 8 Taliwang Lalar Liang 622.08 98.12 319.06 169.88 426.57 142.09 1777.81 1 Labuan Lalar 612.05 64.11 325.97 159.06 339.78 155.94 1656.91 1 Kuang 649.81 187.61 341.18 202.45 444.56 230.17 2055.79 3 Labuan Kertasari 596.49 132.90 317.93 251.79 389.66 156.66 1845.43 2 Bugis 668.43 207.88 343.94 238.62 442.01 177.69 2078.57 3 Dalam 692.03 186.62 342.14 177.49 437.24 212.01 2047.54 3 Menala 667.77 191.31 329.62 284.38 441.52 247.77 2162.37 3 Sampir 649.42 185.27 339.05 193.21 429.79 166.84 1963.57 3 Seloto 636.05 159.83 331.38 171.26 431.08 135.34 1864.95 2 Tamekan 688.72 198.70 331.36 179.09 443.02 120.10 1961.00 3 Banjar 564.08 173.18 335.14 232.90 394.00 150.78 1850.07 2 Batu Putih 601.37 180.58 332.16 186.01 304.37 166.40 1770.88 2 Telaga Bertong 579.46 180.58 340.78 251.62 430.51 184.35 1967.30 3 Sermong 641.22 198.70 339.48 167.23 410.60 124.27 1881.50 2 Arab Kenangan 647.05 223.67 343.15 180.31 450.06 156.92 2001.15 3

Keterangan : Kelas 1 : Tertinggal

Kelas 2 : Berkembang

Kelas 3 : Maju

Gambar

Tabel 1. Tipologi W ilayah
Tabel 2. Faktor Ketertingga lan W ilayah di Kabupaten Sum bawa Barat
Tabel 3. Hasil Perhitungan IFE dan EFE
Tabel 4. Strategi Pengem banga n W ilaya h Berdasarkan Tipologi

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan faktor kebiasaan dan sanitasi lingkungan hubungannya dengan kejadian demam thypoid di wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak

Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah pengunjung ke objek wisata Pantai Siuri Desa Toinasa Kecamatan Pamona Barat

Pertambangan berada pada ranking ke kedua karena banyak menyerap lapangan kerja dari luar Sumbawa Barat pada masa operasi dengan perbandingan tenaga kerja yang berasal dari

Perubahan penggunaan lahan pertanian ke non pertanian bukanlah semata- mata fenomena fisik berkurangnya luasan lahan, melainkan merupakan fenomena dinamis yang menyangkut

Apakah faktor Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) (X1), Investasi Daerah(X2), Jumlah Penduduk (X3), Jumlah Pelanggan Listrik (X4) berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah di

2 Hasil yang didapatkan pada peneliian ini adalah : (1) Karakteristik wisatawan yang berkunjung ke Taman Rekreasi Pantai Kartini sebagian besar berasal dari

Namun demikian penerapan prinsip-prinsip tersebut harus dilakukan evaluasi dari waktu ke waktu untuk mencapai kesempurnaan tujuan program keuangan desa secara umum

Proporsional Random Sampling digunakan untuk mengambil sampel pedagang, jumlah sampel yang diambil 50 % dari jumlah pedagang di tiap-tiap pasar (11 pedagang di Pasar Brangbara,