ANALISIS FAKTOR – FAKTOR GEOGRAFI YANG
MEMPENGARUHI TINGKAT PERKEMBANGAN
DESA TERTINGGAL DI KECAMATAN SIPIROK
KABUPATEN TAPANULI SELATAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh :
WindaPermata Sari harahap NIM. 3101131223
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
ABSTRAK
WindaPermata Sari harahap, NIM.3101131223. Analisis Faktor – Faktor Geografi Yang Mempengaruhi Tingkat Perkembangan Desa tertinggal Di Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan. Skripsi Jurusan Pendidikan Geografi. Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan, 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk :(1) Mengetahui penyebab terjadinya Desa Tertinggal di Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan.(2) Keadaan sarana dan prasarana desa tertinggal di Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan.
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan, 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Desa Tertinggal di Kecamatan Sipirok yang berjumlah 8 desa, yang sekaligus menjadi sampel pada penelitian (total sampling). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tehnik komunikasi langsung, observasi dan studi dokumenter kemudian data dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif.
iii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kasih dan sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Analisis Faktor – Faktor Geografi yang Mempengaruhi Tingkat Perkembangan Desa Tertinggal di Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan”. Adapun tujuan skripsi ini diajukan adalah sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada jurusan pendidikan geografi.Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skeripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima bimbingan, arahan, dandorongan dari berbagai pihak, untuk itu penulis dalam kesempatan ini ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri
5. Ibu Dra. Asnidar, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Negeri Medan.
6. Bapak Drs. Maringan Sirait, SU selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak membantu dan membimbing penulis selama pengerjaan skripsi.
7. Bapak Darwin P. Lubis S.Si, M.Si selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis.
8. Bapak Drs. Ali Nurman, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis.
9. Bapak / Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Geografi
11. Bapak Parlindungan Harahap SH, MM selaku Camat di Kecamatan Sipirok yang telah membantu dengan ikhlas dalam penyelesaian skripsi ini.
12. Teristimewa kepada kedua orangtua tercinta, Ayahanda H.M. Idaman Harahap, SE dan Ibunda Erni Junita Siagian SP.d yang telah sabar dan ikhlas membiayai sekolah penulis dari sekolah dasar hingga sarjana. Terimakasih yang tak terhingga untuk semua do’a dan dukungan yang diberikan demi kelancaran penyelesaian skripsi ini.
13. Kepada adik – adik tersayang khususnya kepada Puspa Dewi yang telah membantu penulis dalam penelitian dan tak lupa juga kepada Rizky Fadillah, Amelia Natasya dan M. Fadly Ananda terimakasih untuk doa dan semangat yang kalian berikan.
14. Sahabat tersayang yang selalu menjadi tempat berbagi selama empat tahun : Nurjannah Harahap, Suyanti, Siti Aisyah Harahap, Tri Febry, Roganda M, Dikiaudina, Ami, Fitri, Tari, Asfih, Adi, Baga, Hardo, Dedi yang sudah menjadi bagian keluarga besar penulis.
15. Teman seperjuangan B Reguler 2010 terimakasih atas bantuan do’a dan dukungannya.
16. Terspesial buat keluarga besar kos 12, Ibu Atun, Kak Indah, Kak ulia, ahra, Hani, Rahma, Tika, Nelidan adik bungsu kami Dina Putri atas doa, dukungan, semangat dan pengertian luar biasa yang telah diberikan untuk kelancaran skripsi penulis.
17. Kepada teman PPLT unimed Taufan, Rahmi, Andry, Novi, Miss Wiyah dan keluarga besar PPLT Unimed SMA N 2 Pematang Siantar 2013.
Akhir kata ucapan terimakasih dan do’a kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca khususnya di Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
Medan, Juli 2014
vi DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v
ABSTRAK ... vi
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 22
A. Lokasi Penelitian ... 22
B. Populasi dan Sampel ... 22
C. Variable Penelitian ... 23
D. Teknik Pengumpulan Data ... 24
E. Teknik Analisis Data ... 24
BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ... 25
A. Kondisi Fisik ... 25
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 2 A. Hasil Penelitian ... 42 B. Pembahasan ... 57 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...
vii
DAFTAR TABEL
NO Uraian Hal
1. Letakluas Wilayah Kecamatan Sipirok menurut Desa ... 28
2. Jarak Setiap Desa Ke Ibukota Kecamatan sipirok ... 29
3. Jumlah Penduduk Kecamatan Sipirok tahun 2013 ... 31
4. Jumlah Penduduk Desa di Kecamatan Menurut jenis Kelamin ... 32
5. Komposisi penduduk Menurut Umur ... 34
6. Komposisi Penduduk Menurut Agama ... 35
7. Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan ... 36
8. Komposisi penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 38
9. Komposisi Penduduk Menurut Suku Bangsa ... 39
10. Faktor Geografis DesaTertinggal di Kecamatan Sipirok ... 42
11. Faktor Sumber daya Manusia di Desa Tertinggal Kecamatan Sipirok ... 44
12. Keadaan Saranadan Prasarana Desa Tertinggal di Kecamatan Sipirok ... 46
13. Keadaan Sarana dan Prasarana Permukiman Penduduk Desa ... 48
14. Keadaan Sarana dan Prasarana Kesehatan Desa Tertinggal ... 53
15. Keadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Desa Tertinggal ... 54
16. Keadaan Sarana dan Prasarana Trasportasi di Desa Tertinggal ... 55
DAFTAR GAMBAR
No Uraian Hal
1. Kerangka Berfikir ... 21
2. Peta Administrasi Kabupaten Tapanuli Selatan ... 40
3. Peta Administrasi Kecamatan Sipirok ... 41
4. Prasarana Jalan Menuju Desa ... 43
5. Prasarana Balai Desa di Kecamatan Sipirok ... 47
6. Sarana prasana permukiman Desa ... 49
7. Aktivitas penduduk di pasar Desa ... 52
ix
DAFTAR LAMPIRAN
No Uraian Hal
1. Instrumen Wawancara Penelitian... 67
2. Tabel : Lembar Observasi Sarana dan Prasarana ... 68
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang,yang
pembangunannya terus mengalami perkembangan yang diwujudkan dalam
pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Indonesia dimana terdapat banyak hambatan dan tantangan dalam
pelaksanaannya yang datang dari berbagai aspek.Salah satu hambatannya adalah
kesalahan dalam kebijakan pembangunan Indonesia selama ini adalah orientasi
pembangunan yang selalu tertumpu pada daerah tertentu.
Pembangunan dalam bidang apapun, pada hakikatnya menghendaki
terjadinya keseimbangan yang tercermin dalam konsep pemerataan pembangunan.
Terkait dengan idealisasi pembangunan serta pelaksanaan pembangunan yang
berimbang di daerah, maka diterbitkanlah UU No. 22 tahun 1999 tentang
pemerintahan daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang pertimbangan keuangan
pemerintah pusat dan daerah. Undang-undang ini merupakan upaya untuk
mendorong proses percepatan pembangunan daerah, oleh daerah itu sendiri dan
hasilnya ditujukan untuk kesejahteraan rakyat di daerah tersebut.
Pembangunan nasional indonesia selama lima pelita dikatakan cukup
berhasil. Salah satu indikatornya adalah laju pertumbuhan ekonomi yang rata-rata
mencapai 6% setahun sejak 1969/1970 (Rais, 1995) padahal bukan aspek ekonomi
saja yang ditinjau pada pembangunan nasional tetapi semakin berkurangnya
2
ini merupakan bagian terpenting dari pembangunan Indonesia karena dampaknya
juga akan mencakup aspek ekonomi artinya ketika daerah ini diperhatikan dan
dibangun tentunya akan memberikan kontribusi untuk daerah maupun wilayah.
Desa tertinggal adalah kondisi suatu wilayah yang potensi desa, keasaan
penduduknya, keadaan perumahannya dan lingkungan pada umumnya masih
perlu mendapat bantuan. ( PS,1994). da beberapa indikator masyarakat desa
tertinggal menurut koentrajaranigrat (1994), yaitu sumber kehidupan
masyarakatnya tergantung pada alam, perilaku hidup sehat masih rendah, tingkat
pengetahuan dan teknologi yang dimiliki masyarakat masi sangat terbatas,
keterkaitan pada system nilai dan adat istiadat masih sangat tinggi sehingga
cenderung bersikap tertutup.
Wilayah tertinggal pada umumnya dicirikan dengan letak geografisnya
yang relatif terpencil.Miskin sumberdaya alam, atau rawan bencana alam.
Wilayah tertinggal merupakan suatu wilayah dalam suatu wilayah lain di wilayah
Negara. Wilayah tertinggal berada di wilayah pedesaan yang mempunyai masalah
khusus atau keterbatasan tertentu seperti keterbatasan sumber daya alam,
keterbatasan sarana dan prasarana, sumber daya alam, keterbatasan aksesibilitas
ke pusat-pusat pemukiman lainnya (www. apenas.go.id)
Hal tersebut menyebabkan kemiskinan serta kondisinya relatif tertinggal
dari pedesaan lainnya dalam menerima dan memanfaatkan hasil pembangunan
dan perkembangan peradaban.Pembangunan wilayah tertinggal berbeda dengan
penanggulangan kemiskinan.Penanggulangan kemiskinan ditujukan untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga melampaui garis
kesejahteraan masyarakat, namun dengan fokus wilayah yang terisolir, tertinggal,
terpencil dan masyarakatnya miskin.Pembangunan wilayah tertinggal merupakan
isu pembangunan nasional, tidak hanya bagi negara-negara berpendapatan sedang
atau menengah, namun juga bagi negara-negara berpendapatan tinggi. Suatu
negara akan menghadapi ketidakstabilan sosial dan politik jika terdapat wilayah
yang sangat jauh tertinggal dibandingkan wilayah-wilayah lainnya, walaupun
tidak terdapat penduduk miskin di wilayah itu. Upaya penanggulangan
kemiskinan dalam banyak hal sejalan dengan upaya pembangunan wilayah
tertinggal, terutama di negara-negara berkembang.
Dari perspektif wilayah, kawasan yang merupakan kantong-kantong
kemiskinan dibedakan ke dalam dua golongan, yaitu: kawasan tertinggal dan
kawasan terbelakang (Soetomo,2006). Selanjutnya Soetomo menjelaskan,
kawasan tertinggal adalah suatu wilayah yang cukup lama dikembangkan
bersama-sama dengan wilayah yang lain tetapi karena berbagai sebab kawasan
tersebut tetap belum dapat berkembang seperti yang diharapkan, sehingga
kehidupan social ekonomi penduduknya tetap rendah. Salah satu penyebab utama
karena terbatasnya potensi dan sumber daya yang dimiliki.
da dua pandangan untuk menangani daerah tertinggal, pertama:
pandangan yang dilandasi pertimbangan dan perhitungan ekonomis, yang
menyarankan agar investasi dipusatkan pada wilayah-wilayah yang berpotensi
tinggi dengan alasan lebih cepat memacu pertumbuhan ekonomi dan peningkatan
ross National Product ( NP). e-dua: didasari pada pertimbangan social politik,
4
rendah.Persoalan penduduk di daerah tertinggal bukan hanya persoalan lokal,
akan tetapi merupakan persoalan bersama (nasional). Oleh karenanya, perlu
perhatian berbagai pihak terkait Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah (provinsi,
kabupaten/kota), dan para pemangku kepentingan lainnya dalam upaya
memberdayakan dan mengembangkannya.Melalui upaya tersebut diharapkan
secara bertahap masyarakat daerah tertinggal terentas dari
ketertinggalannya.Dalam kerangka itu, identifikasi kebutuhan, sumberdaya, dan
permasalahan masyarakat daerah tertinggal penting dilakukan. (Owens dalam
Sutomo, 2006)
Daerah tertinggal adalah daerah abupaten yang relatif kurang
berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala nasional, dan berpenduduk
yang relatif tertinggal.Pembangunan daerah tertinggal merupakan upaya terencana
untuk mengubah suatu daerah yang dihuni oleh komunitas dengan berbagai
permasalahan sosial ekonomi dan keterbatasan fisik, menjadi daerah yang maju
dengan komunitas yang kualitas hidupnya sama atau tidak jauh tertinggal
dibandingkan dengan masyarakat Indonesia lainnya.
Pemekaran abupaten Tapanuli Selatan sempat ada kekhawatiran bahwa
daerah-daerah kabupaten/kota akan mengalami gaya sentripetal dimana antar satu
kecamatan dengan kecamatan lainnya yang dekat semakin dekat dan yang jauh
semakin jauh. Pemekaran membawa implikasinya sendiri. ini, dimasa pasca
pemekaran keinginan untuk mengintegrasikan kembali kecamatan-kecamatan
yang dulunya terpisah satu sama lain semakin dimungkinkan yang berjauhan
semakin mendesak agar proses integrasi berbagai aspek di Tapanuli agian
Selatan semakin terwujud.
ecamatan Sipirok sekurang-kurangnya menunjukkan tiga desa yang
berciri perkotaan (urban), yakni: Desa Pasar Sipirok, Desa agas Nagodang dan
Desa Simaninggir.Desa ini diharapkan akan cepat berkembang dalam waktu dekat
sehubungan dengan telah ditetapkannya ibukota abupaten Tapanuli berada di
Sipirok. Penetapan ibukota tersebut secara defacto sehubungan dengan
ditetapkannya ota Padang Sidempuan sebagai daerah otonom pada waktu
sebelumnya (2001) dan secara dejure dengan dimekarkannya abupaten Tapanuli
Selatan, yakni seiring terbentuknya abupaten Padang awas Utara (UU RI
No.37 Tahun 2007) dan abupaten Padang awas (UU RI No.38 Tahun 2007).
Sementara ota Sipirok sedang mulai menuju jati dirinya sebagai ibokota
abupaten Tapanuli Selatan yang baru, di pelosok kecamatan terdapat desa
terpencil yang juga bagian dari 40 desa di ecamatan Sipirok yang selama ini
masih belum berkembang.
Desa Pargarutan, Desa barnang koling, Desa Panaungan, Desa bulu
mario, Desa Pangaribuan, Desa batu satail, Desa ramba sihosur, Desa luat
lombangdi ecamatan Sipirok merupakan daerah yang sangat tertinggal
dibandingkan daerah lain di abupaten Tapanuli Selatan. Sebagian besar modal
transportasi masih menggunakan kuda, sebab infrastruktur jalan yang sangat
buruk, kondisi jalan berbatu dan setelahnya adalah jalan tanah, sekitar 12 km jalan
menuju desa paling ujung wilayah ecamatan Sipirok masih berupa jalan tanah.
6
penduduk sedikit (small population), cenderung pertumbuhannya lamban, karena
masih adanya kecenderungan tradisi penduduk desa untuk melakukan
perpindahan keluar desa (migrasi).
B. Ident f kas Masalah
erdasarkan latar belakang masalah diatas dikemukakan bahwa okasinya
yang jauh dari jalan arteri pembangunan menjadi alasan struktural mengapa
desa-desa tertinggal kecamatan sipirok ini kurang mendapat porsi yang seharusnya
dalam pengalokasian dana pembangunan, misalnya dalam membangun dan
membuka akses jalan ke desa-desa tertinggal. arak yang jauh dan sulitnya
mencapai ota Sipirok sebagai pusat fasilitas kesehatan dan pendidikan yang
lengkap dan pusat perdagangan menjadi faktor penting untuk meninggalkan desa.
palagi di jaman sekarang ini di desa-desa tertinggal masih banyak keluarga yang
tidak terjangkau listrik. Serta pengembangan sarana dan prasarana untuk yang
mendukung kegiatan pemerintahan desa seperti kantor kepela desa dan balai desa,
serta prasarana dan sarana yang mendukung kegiatan masyarakat disana.
C. Pembatas Masalah
erdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka yang akan
dikaji dan diteliti adalah upaya pengembangan desa tertinggal, mengingat
keterbatasan waktu dan kemampuan teliti untuk meneliti seluruh permasalahan
tersebut, peneliti merasa perlu membuat batasan masalahnya. Masalah dalam
penelitian ini dibatasi pada faktor – faktor penyebab terjadinya desa tertinggal dan
ekonomi, fasilitas umum, kesehatan, kegiatan pendidikan, serta prasarana dan
sarana yang mendukung trasportasi dan komunikasi.
D. Perumusan Masalah
erdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas maka peneliti
merumuskan masalah-masalah yang akan di teliti yaitu :
1. aktor-faktor geografi apa saja yang menyebabkan terjadinya desa tertinggal
di ecamatan Sipirok ?
2. agaimana keadaan prasarana dan sarana desa tertinggaldi ecamatan
Sipirok ?
E. Tu uan penel t an
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Penyebab terjadinya desa tertinggal di ecamatan Sipirok
2. eadaan prasarana dan sarana desa tertinggal di ecamatan Sipirok
F. Manfaat Penel t an
dapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan masukan kepada pemerintah daerah ecamatan Sipirok
abupaten Tapanuli selatan khususnya para kepala desa tertinggal untuk
meningkatkan perhatiannya dalam meningkatan kemajuan masyarakat desa
8
2. Sebagai studi kajian pengembangan wilayah desa tertinggal dikecamatan
Sipirok kabupaten Tapanuli Selatan.
3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang bermaksud mengadakan
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, berikut ini
ditampilkan data tentang faktor penyebab desa tertinggal serta keadaan sarana
dan prasarana desa tertinggal di Kecamatan Sipirok
1. Faktor penyebab desa tertinggal a. Faktor Geografis
Tabel 10. Faktor Geografis Desa Tertinggal di Kecamatan Sipirok Tahun 2014
No. Nama Desa Jarak Desa ke Ibukota
Kecamatan Topografi
Kondisi
Jalan AngkutanSarana
1 Barnang Koling 24 Berbukit – Bukit berbatu roda dua
2 Pargarutan 34 Berbukit – Bukit tanah kuda
3 Panaungan 30 Berbukit – Bukit tanah roda dua
4 pangaribuan 28 Berbukit – Bukit berbatu empat roda
5 Bulu Mario 9 Berbukit – Bukit berbatu Roda dua
6 Batu satail 19 Berbukit – Bukit tanah kuda
7 Ramba Sihosur 19 Berbukit – Bukit berbatu roda dua
8 Luat Lombang 18 Berbukit – Bukit Tanah Roda dua Sumber : Data Skunder Olahan, 2013
Tabel 10 menunjukkan bahwa desa tertinggal di Kecamatan Sipirok
sebanyak 8 Desa. Desa tertinggal dengan jarak terjauh ke ibukota Kecamatan
adalah desa Pargarutan dengan jarak 34 km dari desa ke Ibukota kecamatan,
kecamatan adalah Desa Bulu Mario dengan jarak 9 km dari desa ke ibukota
Kecamatan, dengan topografi berbukit
angkutannya adalah roda dua.
Gambar 3. Kuda Tertinggal
Gambar 3 menunjukkan bahwa kuda masih berfungsi sebagai sarana untuk
mengangkut barang ke pasar Kecamatan dari Desa Tertinggal, hal ini
oleh sulitnya menjangkau desa karena topografinya yang berbukit
menyebabkan tidak mungkin kenderaan bermotor untuk melaluinya.
b. Faktor Sumberdaya Manusia SDM
Pada umumnya masyarakat di dareah tertinggal mempunyai tingkat
pendidikan, pengetahuan dan keterampilan yang relati
adat yang belum berkembang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini .
43
kecamatan adalah Desa Bulu Mario dengan jarak 9 km dari desa ke ibukota
Kecamatan, dengan topografi berbukit – bukit, kondisi jalan berbatu, da
angkutannya adalah roda dua.
Gambar 3. Kuda Sebagai Salah Satu Sarana Angkutan Barang Tertinggal
ambar 3 menunjukkan bahwa kuda masih berfungsi sebagai sarana untuk
mengangkut barang ke pasar Kecamatan dari Desa Tertinggal, hal ini
oleh sulitnya menjangkau desa karena topografinya yang berbukit
menyebabkan tidak mungkin kenderaan bermotor untuk melaluinya.
Faktor Sumberdaya Manusia SDM
Pada umumnya masyarakat di dareah tertinggal mempunyai tingkat
etahuan dan keterampilan yang relatif rendah serta kelembagaan
ng belum berkembang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di kecamatan adalah Desa Bulu Mario dengan jarak 9 km dari desa ke ibukota
bukit, kondisi jalan berbatu, dan sarana
alah Satu Sarana Angkutan Barang Ke Desa
ambar 3 menunjukkan bahwa kuda masih berfungsi sebagai sarana untuk
mengangkut barang ke pasar Kecamatan dari Desa Tertinggal, hal ini disebabkan
oleh sulitnya menjangkau desa karena topografinya yang berbukit-bukit
menyebabkan tidak mungkin kenderaan bermotor untuk melaluinya.
Pada umumnya masyarakat di dareah tertinggal mempunyai tingkat
rendah serta kelembagaan
Tabel 11. Faktor Sumberdaya Manusia di Desa Tertinggal Kecamatan Sipirok Tahun 2014
No. Nama Desa penduduk jumlah Pendidikan Kesehatan 1 Barnang Koling 185 Rendah Kurang
2 Pargarutan 336 Rendah tidak ada
3 Panaungan 477 Rendah tidak ada
4 Pangaribuan 546 Sedang Kurang
5 Bulu Mario 1109 Sedang Kurang
6 Batu satail 392 Rendah tidak ada 7 Ramba Sihosur 179 Rendah tidak ada 8 Luat Lombang 1092 Sedang Kurang Sumber: Data Skunder Olahan, 2013
Dari tabel 11 menunjukkan bahwa di Kecamatan Sipirok terdapat delapan
desa tertinggal yang tingkat pendidikannya rendah dan sedang, serta kesehatan
yang masih tergolong kurang memadai bahkan tidak ada sama sekali. Hal ini
dapat kita lihat dari desa pargarutan, panaungan, batu satail dan ramba sihosur
yang memiliki jumlah penduduk yang sedikit dan tingkat pendidikan yang masih
rendah, sementara untuk tingkat kesehatan di ke empat ini belum ditemukan sama
sekali praktek bidan, posyandu dan sejenisnya. Sementara untuk desa
pangaribuan, bulu Mario, dan luat lombang yang memiliki jumlah penduduk lebih
banyak dari ketiga desa sebelumnya, sudang memiliki tingkat pendidikan yang
sedang dan tingkat kesehatan yang kurang, hal ini dapat dilihat dari praktek bidan
45 c. Kebijakan Pembangunan
Pembangunan yang selama ini distortif juga karena masyarakat pedesaan
berada dalam posisi yang tidak menguntungkan, seperti pendidikan dan
keterampilan yang rendah, tidak ada modal usaha, tidak punya tanah atau luasnya
yang tidak layak dan lain-lain. Disamping itu masyarakat desa tersebut relatif
terisolir dengan jumlah penduduk yang relatif jarang sehingga potensinya untuk
berkembang menjadi terhambat.
Untuk mengatasi kesenjangan ini maka perlu dilakukan terebosan
berupaprogram transmigrasi dan mobilitas penduduk yang memiliki
seperangkatkegiatan, seperti: penataan ruang, penataan pemukiman penduduk,
danpenyempurnaan sarana dan prasarana sehingga tingkat
kesejahteraanmasyarakat dapat ditingkatkan. Beberapa dari daerah miskin ini
sebenarnya memiliki sumberdaya alam yang cukup kaya tetapi masyarakat tidak
mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan kekayaan alam tersebut. Oleh
karena itu dengan program pemberdayaan masyarakat desa tertinggal ini akan
mengurangi ketimpangan pembangunan dan pendapatan antar daerah.
2. Keadaan Sarana dan Prasarana
Keadaan sarana dan prasarana yang dimaksud adalah sarana dan prasarana
pemerintahan, permukiman, ekonomi, kesehatan, penduduk, trasportasi dan
komunikasi. Untuk memudahkan dalam mendeskripsikan keseluruhan sarana dan
a. Sarana dan Prasarana Pemerintahan di Desa Tertinggal
Tabel 12. Keadaan Sarana dan Prasarana Desa Tertinggal di Kecamatan Sipirok Tahun 2014
No. Nama Desa Bangunan Balai Prasarana Sarana
Desa Kep. Desa Sekdes LKMD
1 Barnang Koling Tidak ada Ada Ada Tidak Berfungsi 2 Pargarutan Tidak ada Ada Ada Tidak Berfungsi 3 Panaungan Tidak ada Ada Ada Tidak Berfungsi 4 Pangaribuan Ada Ada Ada Tidak Berfungsi 5 Bulu Mario Tidak ada Ada Ada Tidak Berfungsi 6 Batu satail Tidak ada Ada Ada Tidak Berfungsi 7 Ramba Sihosur Tidak ada Ada Ada Tidak Berfungsi 8 Luat Lombang Tidak ada Ada Ada Tidak Berfungsi Sumber : Data Skunder Olahan, 2013
Berdasarkan tabel 12 diatas menunjukkan bahwa keseluruhan desa tidak
memiliki sarana dan prasarana yang lengkap untuk menjalankan roda
pemerintahan. Hal terlihat dari keseluruhan desa belum ada yang memiliki kantor
desa untuk menjalankan tugasnya sebagai aparatur pemerintah. Setiap desa telah
memiliki unsur – unsur pemerintahan yang terdiri dari kepala Desa, Sekretaris
Desa, dan Badan Ketahanan masyarakat Desa LKMD . Namun dalam beberapa
tahun belakangang ini belum ada bangunan/ prasarana desa yang mengalami
perubahan bahkan memprihatinkan, sehingga musyawarah desa sering dilakukan
Gambar 4. Prasarana
Gambar 4 menunjukkan keadaan prasarana balai desa di desa tertinggal
tepatnya berada di desa pangaribuan.balai desa ini sudah tidak berfungsi lagi
kerena keadaan bangunan yang tidak layak digunakan untuk ruang pertemuan
bagi penduduk di desa.
Gambar 4. Prasarana Balai Desa di Desa Tertinggal
Gambar 4 menunjukkan keadaan prasarana balai desa di desa tertinggal
tepatnya berada di desa pangaribuan.balai desa ini sudah tidak berfungsi lagi
bangunan yang tidak layak digunakan untuk ruang pertemuan
bagi penduduk di desa.
arana dan Prasarana Ekonomi di DesaTertinggal
rana dan prasarana di bidang ekonomi dilihat dari empat aspek yaitu
permukiman, pertanian irigasi, pembibitan, lumbung desa , pasar desa dan KUD.
Berikut ini adalah tabel keadaan sarana dan prasara
penduduk di Desa Tertinggal Kecamatan Sipirok
ertinggal
Gambar 4 menunjukkan keadaan prasarana balai desa di desa tertinggal
tepatnya berada di desa pangaribuan.balai desa ini sudah tidak berfungsi lagi
bangunan yang tidak layak digunakan untuk ruang pertemuan
ertinggal
ekonomi dilihat dari empat aspek yaitu
ng desa , pasar desa dan KUD.
Tabel 13. Keadaan Sarana dan Prasarana Permukiman PendudukDesa
No. Nama Desa Semi Bentuk Rumah Persen % Penerangan Permanen Kayu Tepas Tenaga Surya Minyak Lampu
1 Barnang Koling - 27 19 4,40 30 16
2 Pargarutan - 50 37 8,33 55 32
3 Panaungan - 67 32 9,48 70 29
4 Pangaribuan 27 73 20 11,50 115 5
5 Bulu Mario 43 214 56 29,99 279 34
6 Batu satail - 39 53 8,81 57 35
7 Ramba Sihosur - 18 23 3,93 - 41
8 Luat Lombang 30 125 91 23,56 162 84
Jumlah 100 613 331 100,00 768 276
Sumber : Data Skunder Olahan, 2013
Tabel 13 menunjukkan bahwa sarana dan prasarana di Desa tertinggal
Kecamatan Sipirok masih tergolong kurang.Hal ini terlihat dari 1044 jumlah
pemukiman penduduk pada tahun 2013, masih ada sebagian besar penduduk yang
memiliki rumah kayu dan tepas. Penduduk yang menggunakan rumah semi
permanen terdapat di desa pangaribuan, Bulu Mario, dan luat Lombang atau
sebanyak 100 5,98% , karena desa-desa ini masih bias dilalui kenderaan roda
empat dan roda dua. Penduduk yang pemukimannya terbuat dari kayu yaitu
sebanyak 613 58,72% yakni tersebar di seluruh desa tertinggal sedangkan
pemukiman yang terbuat dari tepas yaitu sebanyak 331 31,70% terdapat di
seluruh desa tertinggal.Berdasarkan data skunder di kecamatan sipirok, penduduk
yang belum menggunakan listrik PLN sebagai penerangan memanfaatkan listrik
tenaga surya sebagai penerangan pada malam hari, sebagian penduduk
menggunakan lampu minyak tanah sebagai penerangan dimalam hari.Dapat
Gambar . Keadaan sarana dan prasarana permukiman penduduk Gambar 5 menunjukkan keadaan pemukiman yang berada di desa
tertinggal yaitu, pemukimannya terbuat dari kayu dan tepas serta belum
mempunyai penerangan listrik.
2 Pertanian
Pada tahun 2013 di desa tertinggal semuanya sudah mnerapkan system
irigasi pada pertanian penduduknya, hal ini berpengaruh dalam memudahkan
pengelolaan pertanian di desa.Para penduduk di desa biasanya menanam 3 kali
dalam setahun. Tetapi terkadang petani sering gagal panen disebabkan oleh faktor
alam seperti musim hujan yang tidak tetap datangnya dan hama penyakit serta
tikus yang sering merusak
dilakukan pemerintah kecamatan setempat adalah dengan menganjurkan
masyarakatnya untuk menanam tanaman palawija pada musim kemarau. Hal ini
dimaksudkan untuk menambah pendapatan rumah tangga petani, terlebih
49
Gambar . Keadaan sarana dan prasarana permukiman penduduk Gambar 5 menunjukkan keadaan pemukiman yang berada di desa
tertinggal yaitu, pemukimannya terbuat dari kayu dan tepas serta belum
mempunyai penerangan listrik.
Pada tahun 2013 di desa tertinggal semuanya sudah mnerapkan system
irigasi pada pertanian penduduknya, hal ini berpengaruh dalam memudahkan
elolaan pertanian di desa.Para penduduk di desa biasanya menanam 3 kali
dalam setahun. Tetapi terkadang petani sering gagal panen disebabkan oleh faktor
alam seperti musim hujan yang tidak tetap datangnya dan hama penyakit serta
tikus yang sering merusak padi petani di desa. Selain itu untuk usaha yang
dilakukan pemerintah kecamatan setempat adalah dengan menganjurkan
masyarakatnya untuk menanam tanaman palawija pada musim kemarau. Hal ini
dimaksudkan untuk menambah pendapatan rumah tangga petani, terlebih Gambar . Keadaan sarana dan prasarana permukiman penduduk
Gambar 5 menunjukkan keadaan pemukiman yang berada di desa
tertinggal yaitu, pemukimannya terbuat dari kayu dan tepas serta belum
Pada tahun 2013 di desa tertinggal semuanya sudah mnerapkan system
irigasi pada pertanian penduduknya, hal ini berpengaruh dalam memudahkan
elolaan pertanian di desa.Para penduduk di desa biasanya menanam 3 kali
dalam setahun. Tetapi terkadang petani sering gagal panen disebabkan oleh faktor
alam seperti musim hujan yang tidak tetap datangnya dan hama penyakit serta
padi petani di desa. Selain itu untuk usaha yang
dilakukan pemerintah kecamatan setempat adalah dengan menganjurkan
masyarakatnya untuk menanam tanaman palawija pada musim kemarau. Hal ini
gagal panen, maka petani masih memiliki pertanian alternati
dijadikan sandaran bagi penopang hidupnya. Namun demikian penyedian pupuk
masih terbatas pada pupuk kandang.
Selanjutnya pada prasarana lumbung desa, tampak bahwa tidak
keseluruhan desa memiliki lumbung desa. Sebagian petani menyimpan padi
mereka di lumbung desa dan diolah sama pengelola tertentu, sedangkan petani
desa yang tidak memiliki lumbung desa menyimpan padi hasil panennya di rumah
masing-masing. Jika musim panen tiba
dibantu petani lainnya dan disusun secara memutar di sawah, keesokan harinya
para petani ini mengambil butiranpadi dengan cara memilas dengan menggunakan
kaki, adapulayang dilakukan dengan cara memukul ujung tanaman padi
papa/batang kayu sampai rontok. Padi yang terkumpul dimaksuukan kedalam
karung dan dibawa pulang untuk dijemur keesokan harinya di halaman rumah
masing- masing penduduk
gagal panen, maka petani masih memiliki pertanian alternatif
dijadikan sandaran bagi penopang hidupnya. Namun demikian penyedian pupuk
masih terbatas pada pupuk kandang.
Selanjutnya pada prasarana lumbung desa, tampak bahwa tidak
luruhan desa memiliki lumbung desa. Sebagian petani menyimpan padi
mereka di lumbung desa dan diolah sama pengelola tertentu, sedangkan petani
desa yang tidak memiliki lumbung desa menyimpan padi hasil panennya di rumah
masing. Jika musim panen tiba, mereka memetik secara bergantian
dibantu petani lainnya dan disusun secara memutar di sawah, keesokan harinya
para petani ini mengambil butiranpadi dengan cara memilas dengan menggunakan
kaki, adapulayang dilakukan dengan cara memukul ujung tanaman padi
papa/batang kayu sampai rontok. Padi yang terkumpul dimaksuukan kedalam
karung dan dibawa pulang untuk dijemur keesokan harinya di halaman rumah
masing penduduk. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
lain yang dapat
dijadikan sandaran bagi penopang hidupnya. Namun demikian penyedian pupuk
Selanjutnya pada prasarana lumbung desa, tampak bahwa tidak
luruhan desa memiliki lumbung desa. Sebagian petani menyimpan padi
mereka di lumbung desa dan diolah sama pengelola tertentu, sedangkan petani
desa yang tidak memiliki lumbung desa menyimpan padi hasil panennya di rumah
, mereka memetik secara bergantian
dibantu petani lainnya dan disusun secara memutar di sawah, keesokan harinya
para petani ini mengambil butiranpadi dengan cara memilas dengan menggunakan
kaki, adapulayang dilakukan dengan cara memukul ujung tanaman padi pada
papa/batang kayu sampai rontok. Padi yang terkumpul dimaksuukan kedalam
karung dan dibawa pulang untuk dijemur keesokan harinya di halaman rumah
51 3 Pasar Kecamatan
Pasar Kecamatan merupakan jantung perekonomian masyarakat
desa.Pasar adalah tempat pertemuan antara pedagang dengan pembeli guna
melakukan transaksi jual beli.Keberadaan pasar Kecamatan sangat penting bagi
kehidupan perekonomian masyarakatdesa.Secara umum pasar Kecamatan
merupakan indikasi kemajuan perekonomian desa.Bagi desa yang sudah maju,
sering ditemukan pasar Kecamatan.
Berdasarkan hasil observasi dilapangan menunjukkan bahwa kecamatan
Sipirok tidak memiliki pasar desa, hanya ada satu pasar di kecamatan sipirok yaitu
di pusat pasar kecamatan ,aktivitas jual beli dipasar dilakukan 2 kali seminggu
yakni setiap hari senin dan kamis. 45 kios kecil dan 15 kios besar serta beberapa
tempat lainnya diisi oleh pedagang kaki lima umumnya adalah pedagang sayur –
mayur.
Berdasarkan data dari kantor kecamatan Sipirok pada tahun 2013 jumlah
kios di pasar Siprok bertambah sebanyak 55 kios, seelumnya kios ini dalam tahap
renovasi oleh pemerintah Kecamatan kemudian mengalami pertambahan hingga
seperti sekarang ini.
Usaha pengembangan pasar desa yang dilakukan pihak Kecamatan Sipirok
adalah dengan mengalokasikanya di Ibukota kecamatan.Hal ini disebabkan
Ibukota kecamatan merupakan sentral perekonomian masyarakat
desa.Pengembangan pasar desa dilakukan dengan mendirikan kios-kios yang
disewakan kepada para pedagang.Pedagang ini banyak brasal dari luar Kecamatan
Sipirok.pedagang yang berasal dari kecamatan setempat lebih sedikit
Bangunan kios ter
tahunan, sementara untuk pedagang kaki li
merupakan salah satu usaha pemerintah se
daerah.Memang pasar di kecamatan Sipirok agak besar dibandi
di Kecamatan lain, barang
Camat telah memenuhi kebutuhan pokok masyarakatnya.
gambar dibawah ini :
Gambar . Pasar 4 Koperasi Unit Desa
Bangunan KUD hanya terdapat di beberapa Desa yang besar dan terdekat
ke pusat kecamatan saja sedangkan di desa lain tidak ada ditemukan KUD.
Keberadaan KUD ini diutamakan untuk menyediakan sarana pertanian seperti
cangkul, pupuk, bibit dan lain
masyarakat di Kecamatan Sipirok keberadaan KUD ini ternyata mampu
mensuplai kebutuhan para petani di desa, sehingga petani tidak perlu repot Bangunan kios tersebut disewakan pedagang kepada pedagang secara
tahunan, sementara untuk pedagang kaki lima dikenakan biaya harian. Ini
merupakan salah satu usaha pemerintah setempat untuk meningkatkan pendapatan
daerah.Memang pasar di kecamatan Sipirok agak besar dibandinggakn pasar desa
di Kecamatan lain, barang- barang yang dipasarkan di pasar tersebut menurut
amat telah memenuhi kebutuhan pokok masyarakatnya. Dapat dilihat pada
Gambar . Pasar Kecamatan di Kecamatan Sipirok Koperasi Unit Desa KUD
Bangunan KUD hanya terdapat di beberapa Desa yang besar dan terdekat
ke pusat kecamatan saja sedangkan di desa lain tidak ada ditemukan KUD.
Keberadaan KUD ini diutamakan untuk menyediakan sarana pertanian seperti
cangkul, pupuk, bibit dan lain- lain. Anggota KUD sebagian besar adalah
masyarakat di Kecamatan Sipirok keberadaan KUD ini ternyata mampu
mensuplai kebutuhan para petani di desa, sehingga petani tidak perlu repot sebut disewakan pedagang kepada pedagang secara
a dikenakan biaya harian. Ini
untuk meningkatkan pendapatan
nggakn pasar desa
barang yang dipasarkan di pasar tersebut menurut
Dapat dilihat pada
ecamatan di Kecamatan Sipirok
Bangunan KUD hanya terdapat di beberapa Desa yang besar dan terdekat
ke pusat kecamatan saja sedangkan di desa lain tidak ada ditemukan KUD.
Keberadaan KUD ini diutamakan untuk menyediakan sarana pertanian seperti
Anggota KUD sebagian besar adalah
masyarakat di Kecamatan Sipirok keberadaan KUD ini ternyata mampu
53
c. Keadaan Sarana dan Prasarana Kesehatan di Desa Tertinggal
Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi kehidupan setiap
individu.Untuk mewujudkannya diperlukan sarana dan prasarana yang
mendukung seperti rumah sakit, puskesmas dan klinik serta unsur-unsur uang ada
didalamnya.
Setiap 30.000 penduduk membutuhkan 1 unit rumah sakit, setiap 30.000
penduduk membutuhkan 1 unit puskesmas. Kecamatan Sipirok memiliki sebuah
rumah sakit yang terletak di ibukota kecamatan Sipirok disamping itu kecamatan
sipirok juga memiliki sebuah puskesmas, 11 unit pustu, 4 polindes, 76 posyandu,4
prakter dokter, dan 58 praktek bidan yang tersebar di desa-desa sekitar Kecamatan
Sipirok namun ada beberapa desa yang tidak memiliki samasekali fasilitas
kesehatan ini di desanya. Hal ini menyebabkan banyak dari penduduk di desa
beberapa desa yang disebutkan menjadi kesulitan dalam mendapatkan pelayanan
kesehatan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini .
Tabel 14. Keadaan Sarana dan Prasarana Kesehatan Desa Tertinggal No. Nama Desa Praktek Prasarana Sarana Keterangan
Bidan Posyandu Polindes
1 Barnang Koling 1 1 PerawatBidan , TerbatasSangat
2 Pargarutan - - - - Tidak Ada
3 Panaungan - - - - Tidak Ada
4 Pangaribuan 1 1 - PerawatBidan , TerbatasSangat 5 Bulu Mario 1 1 1 PerawatBidan , Lengkapkurang 6 Batu Satail - 1 - PerawatBidan , TerbatasSangat
7 Ramba Sihosur - - - - Tidak Ada
Dari tabel 14 dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana kesehatan di desa
tertinggal masih sangat terbatas. Bahkan di desa seperti pargarutan, panaungan,
dan ramba sihosur belum mempunyai sarana dan prasarana kesehatan sama sekali,
hal ini sangat memprihatinkan dan menyulitkan penduduk dalam berobat dan
memperoleh pelayanan kesehatan.
d. Keadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Desa Tertinggal
keadaan sarana dan prasarana pendidikan di desa tertinggal Kecamatan
Sipirok sangat terbatas. Beberapa desa masih belum di temukan pendidikan SD,
tidak satupun desa di daerah tertinggal ini yang mempunyai sarana pendidikan
SMP maupun SMA, pada umumnya sarana SD yang berada di desa tertinggal ini
sangat terbatas baik bangunan sekolah maupun prasarana guru yang mengajar
disana, hal ini disebabkan oleh sulitnya akses untuk mencapai desa
tertinggal.untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 1 . Keadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Desa
No. Nama Desa SD PrasaranaSMP SMA Sarana Keterangan
1 Barnang Koling Ada Tidak Ada Tidak Ada Kepsek,Guru Terbatas
2 Pargarutan Ada Tidak Ada Tidak Ada Kepsek,Guru Terbatas 3 Panaungan Ada Tidak Ada Tidak Ada Kepsek,Guru Terbatas 4 Pangaribuan Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 5 Bulu Mario Ada Tidak Ada Tidak Ada Kepsek,Guru Terbatas 6 Batu satail Ada Tidak Ada Tidak Ada Kepsek,Guru Terbatas
7 Ramba Sihosur Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
Gambar . Keadaan
Dari gambar 4 diatas menunjukkan bahwa
desa tertinggal masih sangat memprihatinkan hal ini dapat dilihat dari keadaan
bangunan SD yang kurang memadai dan prasarana Guru yang mengajar juga
Gambar . Keadaan Sekolah SD di Desa Tertinggal Kecamatan
Dari gambar 4 diatas menunjukkan bahwa keadaan sarana sekolah SD di
desa tertinggal masih sangat memprihatinkan hal ini dapat dilihat dari keadaan
bangunan SD yang kurang memadai dan prasarana Guru yang mengajar juga
sangat terbatas di daerah ini.
arana dan Prasarana Trasportasi dan Komunikasi ertinggal
Keadaan Sarana dan Prasarana Trasportasi di D Tahun 2014
desa tertinggal masih sangat memprihatinkan hal ini dapat dilihat dari keadaan
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hanya desa pangaribuan yang bi
dilewati oleh roda empat dan yang bi
barnang koling,luat lombang ramba sihosur, dan bulu mario sedangkan desa yang
menggunakan kuda sebagai sarana trasportasi adalah desa batu satail, dan
pargarutan. Umumnya masyarakat desa yang tempat tinggalnya terpencil, berjalan
kaki jika ingin mengunjungi desa tetangga. Kenderaan mesin yang lalu lintas
jumlahnya sangat terbatas yakni sepeda motor milik penduduk maupun sepeda
motor milik kepala desa yang disumbangkan oleh kecamatan pada tahun 201
berjumlah 47unit. Keadaan sarana dan prasaran
gambaran bahwa desa
mengadakan kontak dengan daerah lain. Seperti pada
Gambar . Prasarana
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hanya desa pangaribuan yang bi
wati oleh roda empat dan yang bisa dilewati dengan roda du
barnang koling,luat lombang ramba sihosur, dan bulu mario sedangkan desa yang
menggunakan kuda sebagai sarana trasportasi adalah desa batu satail, dan
pargarutan. Umumnya masyarakat desa yang tempat tinggalnya terpencil, berjalan
in mengunjungi desa tetangga. Kenderaan mesin yang lalu lintas
jumlahnya sangat terbatas yakni sepeda motor milik penduduk maupun sepeda
motor milik kepala desa yang disumbangkan oleh kecamatan pada tahun 201
berjumlah 47unit. Keadaan sarana dan prasarana transportasi di atas memberikan
gambaran bahwa desa – desa tertinggal di kecamatan Sipirok sulit untuk
mengadakan kontak dengan daerah lain. Seperti pada gambar dibawah ini.
Gambar . Prasarana Menuju Desa Tertinggal
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hanya desa pangaribuan yang bisa
dilewati dengan roda dua adalah desa
barnang koling,luat lombang ramba sihosur, dan bulu mario sedangkan desa yang
menggunakan kuda sebagai sarana trasportasi adalah desa batu satail, dan
pargarutan. Umumnya masyarakat desa yang tempat tinggalnya terpencil, berjalan
in mengunjungi desa tetangga. Kenderaan mesin yang lalu lintas
jumlahnya sangat terbatas yakni sepeda motor milik penduduk maupun sepeda
motor milik kepala desa yang disumbangkan oleh kecamatan pada tahun 2013
a transportasi di atas memberikan
desa tertinggal di kecamatan Sipirok sulit untuk
ambar dibawah ini.
57
SaranaKomunikasi di Desa Tertinggal
Sebagian desa dikecamatan sipirok yang belum mengenal semua alat
komunikasi yang disebutkan sebelumnya, termaksud sebagian desa yang
terpelosok dan tertinggal belum mengenal yang namanya komunikasi
menggunakan pesawat telepon dan memperoleh informasi dengan media
elektronik . Hal ini disebabkan karena sarana trasportasi yang tidak mendukung
dan topografi desa yang cukup sulit untik dijangkau menyebabkan sebagian desa
tertinggal dalam hal komunikasi.
B. Pembahasan
1. Faktor – Faktor Penyebab Desa Tertinggal
Berdasarkan hasil penelitian, Faktor penyebab desa tertinggal adalah yang
pertama yaitu faktor geografis.Dimana dalam faktor geografis penyebab desa
tertinggal karena jarak desa ke ibukota kecamatan yang jauh dan sulit untuk
dijangkau karena topografi yang berbukit – bukit sarana trasportasi yang tidak
memadai dan kondisi jalan yang tidak memungkinkan untuk kenderaan bermotor
menlaluinya.
Faktor geografis yang menyebabkan desatertinggal yang kedua adalah
dilihat dari sumber daya manusia SDM . Sumber daya manusia yang berada di
desa tertinggal msih tergolong rendah, hal ini disebabkan karena rendahnya
tingkat pendidikan masyarakat desa dan minat pendudukya untuk bersekolah, hal
ini didukung dengan keadaan sarana dan prasarana yang kurang memadai
menyebabkan banyak diantara anak- anak yang tinggal di desa tertinggal kurang
Kebijakan pembangunan merupakan salahsatu faktor penyebab desa
tertinggal. Dimana pemerintah kabupaten lebih dominan membangunan daerah
yang dekat dengan ibukota kabupaten maupun di kecamatan juga demikian, desa-
desa yang dekat dengan pusat pemerintahan dan terletak di jalan listas lebih sering
mendapat perhatian pemerintah dan mendapat bantuan seperti PNPM mandiri
untuk desa.Sedangkan untuk desa- desa yang letaknya jauh dari pusat
pemerintahan kurang diberi perhatian oleh pemerintah setempat dengan alasan
karena daerah tersebut sulit untuk dijangkau.
2. Keadaan Sarana dan Prasarana Desa Tertinggal
a. Sarana dan Prasarana Pemerintahan Desa Tertinggal
Sebagaimana diketahui bersama bahwa pemerintahan suatu wilayah
merupakan unsur sangat penting dalam mengatur tatanan kehidupan masyarakat
tanpa kecuali pemerintahan desa. Untuk itu perlu dilakukan penataan system
pemerintahan yang terorganisir sedemikian rupa yang meliputi Kepala Desa,
Sekretaris desa, dan LKMD
Bila mencermati upaya pengembangan sarana dan prasarana yang
dilakukan di desa lokasi penelitian diperoleh gambaran bahwa upaya tersebut
belum menunjukan hasil yang memuaskan. Hal ini terlihat dari bangunan
pemerintahan yang memerlukan pembenahan, penambahan karena hampir seluruh
desa di kecamatan sipirok yang tidak memiliki kantor desa. Semua urusan yang
berhubungan dengan kepala desa harus menjumpai kepala desa langsung ke
59
Disamping itu bangunan LKMD yang belum ada di desa-desa juga
memberikan indikasi bahwa pengembangan sarana LKMD juga belum
sepenuhnya diterapkan oleh pemerintah daerah. Berdasarkan hasil wawancara
dengan kepala desa deiketahui bahwa kurang tersedianya LKMD disebabkan
minimnya dana yang dimiliki desa. Sebagai alternatif yang dilakukan kepala desa
adalah dengan memanfaatkan rumah kepala desa atau lapangan desa sebagai
tempat berlangsungnya musyawarah.
b. Sarana dan Prasarana Transportasi di Kecamatan Sipirok
Desa yang masih terletak jauh dari pusat ibukota kecamatan harus
mengunakan kenderaan roda dua untuk mencapai desa dan sebagiannya kita harus
berjalan kaki sekitar lebih kurang 5 km jauhnya untuk mencapai desa. Karena ada
beberapa desa yang terletak di kaki bukit sehingga sulit untuk
menjangkaunya.Oleh karena itu para penduduk menggunakan jasa kuda untuk
mengangkut hasil pertanian mereka ke pasar untuk dijual kepada para pedagang.
c. Sarana dan Prasarana Ekonomi di Kecamatan Sipirok
1 Permukiman
Upaya pengembangan sarana permukiman di Kecamatan Sipirok tergolong
masih kurang.Hal ini terlihat dari sebagian desa yang bukan hanya dinding rumah
yang umumnya dari tepas juga beratap rumbia, kurang dari itu masih ada desa
yang tidak mengguanakan penerangan listrik.Ketidak sediaan listrik perlu
diperhatikan pemerintah setempat, karena listrik sangat berperan dalam membantu
sebaiknyamasyarakat setiap rumah memiliki kamar mandi dan WC sendiri.
Banyaknya masyarakat yang mandi dan buang air besar ke sungai tentu kurang
baik bagi kesehatan. Suatu hal yang sangat positif bahwa sebagian besar
penduduk memperhatikan kebersihan rumahnya, sekalipun ada beberapa rumah
yang berdinding tepas dan kurang layak huni agak reot , namun halaman rumah
terlihat bersih.
2 Pertanian
Dari deskripsi data sebelumnya diketahui bahwa system pertanian padi yang
diterapkan petani desa tertinggal di Kecamatan Sipirok adalah system irigasi.Padi
yang ditanam di Kecamatan ini dalah jenis tanaman padi yang membutuhkan
genang air.Padi sawah ini tumbuh dengan system irigasi yang baik dan
pengelolaan yang tepat.Salah satu kendala para petani adalah susahnya
mendapatkan pupuk anorganik yang sulit menjangkaunya ke ibukota kecamatan,
selain itu musim yang kurang menentu membuat tanaman padi para petani tidak
tumbuh dengan subur dan baik.
Selain menanam padi sawah penduduk desa juga menanam tumbuhan
palawija sebagai selingan dari padi tersebut, tanaman ini dianggap efisien dan
cocok untuk menambah pemasukan dalam keuangan penduduk.Penduduk juga
mengolah aren untuk dijadikan gula merah dan dijual ke pasar desa Kecamatan
Sipirok.
3 Pasar Kecamatan dan KUD
Pengembangan Pasar Kecamatan dan KUD sudah berjalan baik di ibukota
61
kontribusi bagi pemerintah setempat, pasar ini dianggap sudah memenuhi
persyaratan untuk menampung kebutuhan penduduk yang ada.
Sementara itu sarana dan prasarana koperasi unit desa KUD hanya
terdapat di desa dan kelurahan dekat dengan pusat ibukota kecamatan.sementara
untuk desa yang letaknya jauh dari pusat ibukota kecamatan tidak dijumpai
koperasi ini.
Kurangnya kesadaran berkoperasi masyarakat mungkin disebabkan oleh
pengetahuan yang kurang tentang manfaat koperasi. Jika masyarakat memiliki
pengetahuan yang baik tentang koperasi, tidak menutup kemungkinan diidrikan
KUD disetiap desa. Selain KUD masyarakat DIkecamatan Sipirok menggunakan
Bank sebagai tempat simpan pinjam guna meningkatkan kesejahtraan ekonomi
masyarakat.
d. Pengembangan Saranadan Prasarana Kesehatan di Kecamatan Sipirok
Berdasarkan data dan survei lanpangan dapat menunjukkan bahwa sarana
dan prasarana desa yang berada jauh dari pusat ibu kota kecamatan sangat sulit
untuk memperoleh pertolongan medis jika terkena serangan penyakit mendadak.
Hanya praktek bidan yang bias diharapkan warga.
Namun, masalah keberadaan medis didesa-desa tertinggal disekitar
kecamatan sipirok tampaknya tidak terlalu menjadi perhatian
pemerintah.Masyarakat banyak yang membutuhkan jasa dukun dari pada dokter
atau bidan.Karena unsur mistik yang masih cukup melekat di lingkungan
Sikap masyarakat seperti di atas tentu tidak realistis dan memerlukan
penanggulangan.Diantaranya pemerintah desa perlu terus mensosialisasikan
pentingnya pengobatan secara medis kepada masyarakat.
e. Pengembangan Sarana dan Prasarana Pendidikandi Kecamatan Sipirok
Pada tingkat SD yang tersebar ke desa desa pelosok dan tertinggal terlihat
kurang memadai dalam sarana dan prasarana sekolah terdapat beberapa sekolah
SD yang kung memamada. Salah satu Contohnya di SD Negeri 102300 yang
berada di desa Hasahatan, sekolah SD ini merupakan Sekolah Paling
memprihatinkan karena kondisi prasarana yng kurang baik dan sarana yang tidak
memadai. Di sekolah ini hanya terdiri dari 3 orang guru saja.Lokasi yang jauh dan
sulit dijangkau membuat sekolah ini menjadi tertinggal dibandingkan sekolah SD
65
DAFTAR PUSTAKA
Asy’ari, Sapri Imam. 1990. Sosiologi Kota dan desa.Surabaya : Usaha Nasional
Bappenas. 2006. Seminar Nasional Percepatan Pembangunan Sosial Ekonomi Daerah Tertinggal. Dit. Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal.
Bapennas.1993. panduan program IDT. Jakarta : Depdagri
Bappenas.2013 (www.bapenas.go.id diakses pada tanggal 31 mei 2013 jam 14.00).
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli selatan. 2013. Profil Kecamatan Sipirok.2013
Daldjoeni.1999. Geografi Desa Dan Kota.Bandung : Alumni
Effendi, Yusuf. 1991. Sosiologi pedesaan. Surabaya : kartika
Ganius. 2007. Studi tentang Pengembangan Desa Tertinggal di Kecamatan Gomo Kabupaten Nias Selatan. Skipsi (tidak diterbitkan), Medan : Jurusan Pendidikan Geografi. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
Jayadinata. T. Johara, Pramandika. I.G.P. 2006.Pembangunan Desa Dalam Perencanaan. Bandung: ITB
Kusnaedi. 1995. Membangun desa. Jakarta: Penebar Swadaya
Mubyarto dkk. 1994. Keswadayaan masyarakat desa tertinggal.Yogyakarta : Aditya Media
Muhtar dkk. 2011. Masyarakat Desa Tertinggal: Kebutuhan, Permasalahan, Aset, dan Konsep Model Pemberdayaannya(Studi di Desa Jambu, Engkangin, Sendangmulyo & Mlatirejo. Jurnal (diterbitkan), Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol.16 No. 01, Tahun 2011.
Ndraha, Taliziduhu.1991. Dimensi-Dimensi Pemerintahan Desa.Jakarta : Bina Aksara
Ovi, Eko. 2012. Pengambangan Daerah tertinggal di kabupaten Sampang.Jurnal
(diterbitkan) Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271, Surabaya : Program Studi Perencanan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Salim, Peter. 1987. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer.Jakarta : Balai Pustaka
Soetomo. 2006. Strategi-Strategi Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wasistiono, Sadu. Tahir, Ihwan. 2007. Prospek Pengembangan Desa. Bandung: Fokusmedia