• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Penutupan Hutan di Sekitar Blok Barat Hutan Batang Toru Wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Perubahan Penutupan Hutan di Sekitar Blok Barat Hutan Batang Toru Wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

19 penduduk yang berdomisili di sekitar kawasan hutan Batang Toru mencapai 38.622 jiwa atau 10.316 kapala keluarga, yang masuk ke dalam 53 desa pada 10 kecamatan di tiga kabupaten. 21 desa masuk ke Kabupaten Tapanuli Selatan, 28 desa masuk ke Kabupaten Tapanuli Utara dan yang berada di Kabupaten Tapanuli Tengah sebanyak 4 desa. Diperkirakan interaksi hutan dengan masyarakat telah terjadi sejak awal abad ke-19, hutan Batang Toru telah dimanfaatkan oleh penduduk di sekitarnya untuk menyokong penghidupan mereka, seperti: agroforestri (kebun campur) yang berbasis pada komoditas kemenyan, kopi dan karet. Intensitas pemanfaatan lahan sangat beragam mulai dari sawah, kebun campur dan hutan kemasyarakatan. Di beberapa lokasi, dirasakan masih cukup kuat sistem kepemilikan secara adat. Ditambahkan oleh Budidarsono (2006), bahwa 90% penduduk di sekitar kawasan hutan Batang Toru telah mengembangkan berbagai bentuk sistim pertanian berbasis pohon yang secara dinamis menyesuaikan kondisi kelerengan yang curam dengan tanah relatif kurang subur (Perbatakusuma, et al., 2011).

Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan secara umum didefinisikan sebagai penggolongan penggunaan lahan yang dilakukan secara umum seperti pertanian tadah hujan, pertanian beririgasi, padang rumput, kehutanan, atau daerah rekreasi. Sedangkan penutupan lahan merupakan perwujudan fisik objek-objek yang menutupi lahan tanpa mempersoalkan kegiatan manusia terhadap objek-objek tersebut. (Lillesand dan Kiefer, 1990).

(2)

20 dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materil maupun spiritual. Campur tangan manusia ini sangat jelas terutama dalam memanipulasi kondisi ataupun proses ekologi yang berlangsung pada suatu areal.

Dalam penggunaan lahan ini manusia berperan sebagai pengatur ekosistem, yaitu dengan menyingkirkan komponen-komponen yang dianggap tidak berguna ataupun dengan mengembangkan komponen yang diperkirakan akan menunjang penggunaan lahannya. Misalnya diubahnya areal hutan yang heterogen menjadi lahan perkebunan yang homogen karena budidaya perkebunan lebih menguntungkan daripada hutan. Demikian juga dengan pengalihfungsian lahan rawa menjadi lahan tambang, lahan terbuka menjadi perkebunan dan sebagainya (Mather, 1986 dalam Rosnila, 2004).

Penggunaan lahan dikelompokkan ke dalam dua bentuk yaitu: (1) penggunaan lahan pertanian yang dibedakan berdasarkan atas penyediaan air dan komoditas yang diusahakan, dimanfaatkan atau atas jenis tumbuhan atau tanaman yang terdapat di atas lahan tersebut, seperti tegalan, sawah, kebun, padang rumput, hutan dan sebagainya; (2) penggunaan lahan non pertanian seperti penggunaan lahan pemukiman kota atau desa, industri, rekreasi, pertambangan dan sebagainya. Sebagai wujud kegiatan manusia, maka di lapangan sering dijumpai penggunaan lahan baik bersifat tunggal (satu penggunaan) maupun kombinasi dari dua atau lebih penggunaan lahan (Arsyad, 2010).

Perubahan Penggunaan Lahan

(3)

21 pertumbuhan dan transformasi perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat yang sedang berkembang. Apabila penggunaan lahan untuk sawah berubah menjadi pemukiman atau industri maka perubahan penggunaan lahan ini bersifat permanen dan tidak dapat kembali (irreversible) tetapi jika beralih guna menjadi perkebunan biasanya bersifat sementara (Winoto et al., 1996).

Perubahan penggunaan lahan dalam pelaksanaan pembangunan tidak dapat dihindari. Perubahan tersebut terjadi karena adanya keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin meningkat jumlahnya dan berkaitan dengan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik. Sebagai contoh meningkatnya kebutuhan akan ruang tempat hidup, transportasi dan tempat rekreasi akan mendorong terjadinya perubahan penggunaan lahan (Rosnila, 2004).

Perubahan penggunaan lahan pertanian ke non pertanian bukanlah semata-mata fenomena fisik berkurangnya luasan lahan, melainkan merupakan fenomena dinamis yang menyangkut aspek-aspek kehidupan manusia, karena secara agregat berkaitan erat dengan perubahan orientasi ekonomi, sosial budaya dan politik masyarakat. Perubahan penggunaan lahan pertanian berkaitan erat dengan perubahan orientasi ekonomi, sosial, budaya dan politik masyarakat.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan

(4)

22 Perubahan penggunaan lahan juga dipengaruhi ekonomi. Faktor kelayakan ekonomi yaitu seluruh persyaratan yang diperlukan untuk pengelolaan suatu penggunaan lahan. Pengelola lahan tidak akan memanfaatkan lahannya kecuali bila penggunaan tersebut, termasuk dalam hal ini teknologi yang diterapkan, telah diperhitungkan akan memberikan suatu keuntungan atau hasil yang lebih besar dari biaya modalnya (Barlowe, 1986).

Kelayakan ekonomi ini bersifat dinamis, tergantung dari harga dan permintaan terhadap penggunaan lahan tersebut atau hasilnya. Penerapan teknologi baru ataupun meningkatnya permintaan mungkin menyebabkan suatu penggunaanlahan yang tadinya tidakmemiliki nilai ekonomis berubah menjadi layak secara ekonomis (Saefulhakim, 1999).

Penggunaan lahan yang dijumpai di suatu wilayah adalah penggunaan lahan yang tidak bertentangan dengan kebijaksanaan pemerintah, sosial budaya, kebiasaan, tradisi, ataupun kepercayaan yang dianut oleh masyarakat setempat. Faktor-faktor kelembagaan yang mempengaruhi pola penggunaan lahan adalah faktor-faktor yang terkait dengan sosial budaya dan aturan-aturan dari masyarakat, termasuk dalam hal ini aturan atau perundangan dari pemerintah setempat (Barlowe, 1986).

(5)

23 ekonomi dan sosial budaya, yang antara lain diperoleh dari data informasi hasil inventarisasi hutan dan penataan hutannya, serta sumber lainnya.

a. Data dan informasi aspek ekologi, antara lain:

- Kondisi fisik wilayah yang meliputi jenis tanah, iklim, ketinggian, geomorfologi, kelerengan, penutupan vegetasi dan lain-lain;

- Kondisi hutan yang meliputi jenis dan volume tegakan hutan, sebaran vegetasi, flora dan fauna, potensi non kayu dan lainlain;

- Kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) b. Data dan informasi aspek ekonomi, antara lain:

- Aksesibilitas wilayah KPHL dan KPHP;

- Potensi pendukung ekonomi sekitar wilayah KPHL dan KPHP meliputi industri kehutanan sekitar wilayah, peluang ekonomi yang bisa dikembangkan, keberadaan lembaga-lembaga ekonomi pendukung kawasan dan lain-lain;

- Batas administrasi pemerintahan;

- Nilai tegakan hutan baik kayu maupun non kayu termasuk karbon dan jasa lingkungan;

c. Data dan informasi aspek sosial, antara lain: - Perkembangan demografi sekitar kawasan;

- Pola-pola hubungan sosial masyarakat dengan hutan; - Keberadaan kelembagaan masyarakat;

(6)

24 Kerusakan Hutan

Rusaknya hutan telah berdampak pada semakin menurunnya kualitas lingkungan dan keseimbangan alam. Hutan Indonesia merupakan paru-paru dunia yang dapat menyerap karbondioksida dan menyediakan oksigen bagi kehidupan permukaan bumi. Hutan juga berfungsi sebagai penyimpan air tanah. Untuk itu, bencana kekeringan, banjir dan tanah longsor memiliki kaitan positif dengan fenomena kerusakan hutan (BAPLAN, 2005).

Penebangan hutan telah terjadi secara besar-besaran sejak akhir tahun 1960-an yang dikenal dengan istilah “banjir-kap”. Istilah ini merujuk pada situasi dimana orang melakukan penebangan kayu, sekarang dikenal dengan pembalakan secara manual. Fenomena ini terus berjalan pada tahun 1970-an dan sesudahnya. Pada decade 1990-an fenomena ini semakin kuat setelah dibukanya ijin-ijin pengusahaan hutan dalam bentuk konsesi Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dan Hutan Tanaman Industri (HTI) dengan pola tebang habis.dalam fase berikutnya, pembalakan berkembang kearah konversi hutan untuk perkebunan skala besar dan kawasan pemukiman (Hariyadi, 2006).

(7)

25 dipengaruhi oleh kegiatan perekonomian di kawasan budidaya. Karena pada kenyataannya, diperkirakan, hampir sebagian besar kawasan Batang Toru atau sekitar 90 – 10% bersinggungan langsung dengan kawasan budidaya, seperti pertanian campuran, pertanian sawah, Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu, pertambangan, instalasi pembangkit tenaga listrik dan perkebunan besar swasta. Kawasan ini dapat dikenal sebagai Daerah Interaksi Hutan – Masyarakat (forest-people interaction zone).

Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan teknologi informasi spasial yang menghasilkan data digital yang dapat memberikan informasi mengenai karakteristik dari suatu wilayah, serta mengilustrasikan potensi kerusakan lahan yang dapat digunakan sebagai penunjang dalam pengelolaan sumber daya lahan secara berkelanjutan. Kebutuhan informasi yang cepat, tepat dan layak sangat dibutuhkan untuk pengambilan keputusan, termasuk diantaranya informasi spasial (Wiroseodarmo, 2007).

Kelebihan dari Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah mampu mengolah secara bersamaan informasi spasial dengan cepat dan tepat, walaupun input peta analog yang digunakan mempunyai tingkat ketelitian/skala yang berbeda. Hal ini dimungkinkan karena SIG mampu memproyeksikan data spasial tersebut menjadi satu sistem proyeksi yang sama. Selain itu SIG menggabungkan data dengan format yang berbeda, misalnya format raster dari klasifikasi data satelit dengan vektor dari proses digitasi (Prasetyo, 2004).

(8)

26 2004 dan 2010 berturut-turut adalah sebesar 93,59 Ha, 120,04 Ha dan 132,04 Ha atau masing-masing mencapai 41,4%, 53,1% dan 58,4% dari luas wilayah Kabupaten Bangka Tengah. Luas lahan perkebunan di kabupaten ini cenderung mengalami kenaikan dalam rentang waktu sepuluh tahun dengan konversi sekitar 6.612,50 Ha per tahun periode tahun 2000-2004 dan pada periode 2004-2010 rata-rata meningkat sekitar 2.000 Ha per tahun. Rata-rata-rata konversi penggunaan lahan perkebunan tahun 2000- 2010 di Kabupaten Bangka Tengah adalah sekitar 3.850 Ha per tahun. Variabel yang berpengaruh nyata terhadap bertambah luasnya pemukiman adalah proporsi pemukiman, proporsi perkebunan dan Indeks Perkembangan Desa (IPD). Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan luas pemukiman cenderung terjadi pada wilayah relatif berkembang yang ditunjukkan dengan tingginya Indeks Perkembangan Desa (IPD) wilayah tersebut dan memiliki jumlah penduduk cukup tinggi yang tercermin dari proporsi pemukiman yang cukup luas. Proporsi perkebunan berpengaruh nyata negatif terhadap perubahan pemukiman menunjukkan bahwa pusat terjadinya peningkatan pemukiman terjadi pada wilayah yang relatif mendekati kota, baik ibukota provinsi maupun ibukota kabupaten dan kecamatan pemekaran.

Niin (2010) dalam skripsinya menyimpulkan bahwa faktor fisik lahan merupakan variabel yang paling konsisten mempengaruhi perubahan penggunaan lahan hutan menjadi penggunaan lainnya diikuti faktor kebijakan penggunaan lahan dan faktor sosial ekonomi.

(9)

Referensi

Dokumen terkait

Penyimpanan dan penempatan alat-alat atau bahan kimia menganut prinsip sedemikian sehingga tidak menimbulkan kecelakaan pada pemakai ketika mengambil dari dan

dibandingkan dengan verbal semata. 19 Kelebihan media gambar di bandingkan media tulis yaitu lebih efisien dan mempersingkat waktu pengajaran. b) Gambar dapat mengatasi

Karena dengan menjalankan pola hidup sehat akan bagian dari cara dan tips mensyukuri nikmat sehat dalam Islam yang bisa kita coba terapkan dalam kehidupan kita sehari- hari7.

Daftarkan seorang administrator ke sistem dengan mendaftarkan sidik jari atau kata sandi untuk satu ID pengguna.. Pengguna > Pengguna Baru > Hak: Admin >

Pengaruhnya terhadap Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) SiswaKelas VIII Di SMP N 1 Ketanggungan Kabupaten Brebes. Tujuan dalam proses

Pada jaman sekarang ini masyarakat Indonesia mulai memperhatikan kesehatan.Oleh sebab itu, masyrakat Indonesia mulai tertarik pada hal-hal yang lebih natural

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yusuf (2002) tentang dampak usaha tambak udang terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara,

Pengambilan sampel dilakukan secara berjenjang ( multistages ), yakni setiap UPBJJ-UT dibagi berdasarkan kota dan kelompok belajar. Sampel secara acak ditentukan satu