• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Keterlibatan Konsumen dan Perbedaan antar Merek terhadap Keputusan Membeli Mie Instan Merek Sedaap pada Mahasiswa Fakultas Pertanian USU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Keterlibatan Konsumen dan Perbedaan antar Merek terhadap Keputusan Membeli Mie Instan Merek Sedaap pada Mahasiswa Fakultas Pertanian USU"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS KETERLIBATAN KONSUMEN DAN PERBEDAAN

ANTAR MEREK TERHADAP KEPUTUSAN MEMBELI

MIE INSTAN MEREK SEDAAP PADA MAHASISWA

FAKULTAS PERTANIAN USU

OLEH :

AHMAD LUQMAN HARUN GOZALI 070502139

PROGRAM STUDI STRATA I MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Keterlibatan Konsumen dan Perbedaan antar Merek terhadap Keputusan Membeli Mie Instan Merek Sedaap pada Mahasiswa Fakultas Pertanian USU”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh keterlibatan konsumen dan perbedaan antar merek terhadap keputusan membeli mie instan merek Sedaap pada mahasiswa Fakultas Pertanian USU. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah keterlibatan konsumen dan perbedaan antar merek berpengaruh terhadap keputusan membeli mie instan merek Sedaap pada mahasiswa Fakultas Pertanian USU.

Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Dengan populasi sasaran adalah mahasiswa Fakultas Pertanian USU yang pernah mengkonsumsi mie instan merek Sedaap. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Variabel yang diukur menggunakan skala likert. Pengolahan data menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS versi 17.00 dan pengujian hipotesis dengan analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan konsumen dan perbedaan antar merek secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan membeli mie instan merek Sedaap pada mahasiswa Fakultas Pertanian USU dengan adjusted R square sebesar 62,1%.

(3)

ABSTRACT

This research titled “Analysis of The Influence of Consumer Involvement and Differences inter Brands for Buying Decision Instant Noodles Brand of Sedaap on Agricultural Faculty of University of North Sumatera’s students”. This research aims to determine and analyze the influences of consumer involvement and differences inter brands for buying decision instant noodles brand of Sedaap on Agricultural Faculty of University of North Sumatera’s students. The problem in this research is whether the consumer involvement and differences inter brands for buying decision instant noodles brand of Sedaap on Agricultural Faculty of University of North Sumatera’s students.

Sampling technique using a purposive sampling method. With the target of population are Agricultural Faculty of University of North Sumatera’s students who had consume instant noodles brand of Sedaap. Data colected by questionaire. Data measured using Likert scale. Data processing using software SPSS 17.00 for windows. And hypothesis testing using linier regresion analysis.

Results showed that consumer involvement and differences inter brands jointly have a positive and significant effect on buying decision instant noodles brand of Sedaap on Agricultural Faculty of University of North Sumatera’s students with adjusted R sequare 62,1%.

(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada

ALLAH SWT atas segala rahmat dan karunia-NYA sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Keterlibatan Konsumen dan

Perbedaan antar Merek terhadap Keputusan Membeli Mie Instan Merek Sedaap

pada Mahasiswa Fakultas Pertanian USU”. Skripsi ini merupakan salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Sumatera Utara.

Selama studi dan pengerjaan penelitian ini penulis telah banyak mendapatkan

bantuan berupa masukan, saran, motivasi dan do’a dari berbagai pihak khususnya

pihak keluaraga. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada kedua orang tua saya, Ayahanda (alm) Ahmad Gozali Lubis dan Ibunda

Nur Adalah Hasibuan atas semua kasih sayang, do’a, dan dukungan yang selalu

Ayahanda dan Ibunda berikan selama ini pada penulis. Sampai kapan pun cinta

dan kasih sayang Ayahanda dan Ibunda tidak akan pernah dapat penulis lupakan.

Kemudian pada kesempatan ini juga penulis ingin menyampaikan ucapan terima

kasih kepada:

1. Bpk Drs. Jhon Tafbu Ritonga M.Ec sebagai Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, M.Si sebagai Ketua Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini SE, M.Si sebagai Ketua Program Studi

(5)

4. Ibu Marhayanie, SE, M.Si sebagai Sekertaris Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dra. Marhaini, M.Si sebagai Dosen Pembimbing penulis. Penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beliau karena

telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan pengertian.

6. Ibu Frida Ramadini, SE, MM sebagai Dosen Penguji I penulis, yang telah

banyak memberikan nasehat dan masukan dalam penyempurnaan penulis

dan isi dalam penelitian ini.

7. Bpk. Liasta Ginting, SE, M.Si sebagai Dosen Penguji II penulis, yang

telah banyak memberikan masukan dan saran kepada penulis untuk dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

8. Kepada dosen-dosen Universitas Sumatera Utara khususnya dosen-dosen

Fakultas Ekonomi yang telah mengajar dan memberikan ilmunya kepada

penulis dengan baik dan penuh kesabaran.

9. Kepada adik, abang, kakak-kakakku, dan keluarga besar di Medan,

Kotanopan, Laru, Mompang, Padang Sidimpuan, terima kasih banyak

buat do’a dan dukungan yang kalian berikan.

10.Kepada teman-teman seperjuangan dan sepermaianan: Abdul Hadi, Adi

Akhyar, Amar, Anantha Frana, Bagus, Fauzan, Heri, Ikhsan, Jansen, M.

Ari Irawan, Nurdin, Yusuf, Zein dan anak-anak manajemen 2007 semua,

terima kasih banyak atas bantuan dan dukungannya.

Medan, 30 Mei 2011

(6)

DAFTAR ISI

2.1.1 Pengertian Perilaku konsumen ... 10

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ... 11

2.1.3 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian ...14

2.1.4 Keterlibatan Konsumen ...17

2.1.5 Merek (Brand)...18

2.2 Penelitian Terdahulu ...22

2.3 Kerangka Konseptual ...24

2.4 Hipotesis ...25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1 Jenis Penelitian...26

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ...26

3.3 Batasan Operasional ...26

3.4 Operasionalisasi Variabel ...27

3.5 Skala Pengukuran Variabel ...28

3.6 Populasi dan Sampel ...29

3.7 Metode Pengumpulan Data ...32

3.7.1 Jenis dan Sumber Data ...32

3.7.2 Metode Pengumpulan Data ...32

3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas ...33

3.9 Teknik Analisis Data ...33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ...38

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ...38

4.1.2 Latar Belakang Mie Sedaap ...40

(7)

4.2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas...46

4.2.2 Analisis Deskriptif ...48

4.2.3 Uji Asumsi Klasik ...62

4.2.4 Analisis Regresi Linier Berganda ...67

4.3 Pembahasan ...70

4.3.1 Pengaruh Keterlibatan Konsumen terhadap Keputusan Membeli 70 4.3.2 Pengaruh Perbedaan antar Merek terhadap Keputusan Membeli.71 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

5.1 Kesimpulan ...73

5.2 Saran ...74

DAFTAR PUSTAKA ...76

(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Pangsa Pasar Mie Instan Indonesia ... 4

1.2 Berbagai Macam Produk Mie Instan ... 6

3.1 Operasionalisasi Variabel ... 28

3.2 Instrumen Skala Likert ... 29

3.3 Jumlah Mahasiswa Fakultas Pertanian USU ... 30

4.1 Validitas Instrumen ... 47

4.2 Uji Reliabilitas ... 48

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 49

4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tempat Tinggal ... 50

4.5 Merek Mie Instan yang Sering Dikonsumsi Responden ... 50

4.6 Jumlah Merek Mie Instan yang Pernah Dikonsumsi Responden ... 51

4.7 Frekuensi Konsumsi Mie Instan Responden ... 52

4.8 Distribusi Jawaban Responden terhadap Variabel Keterlibatan Konsumen 53 4.9 Distribusi Jawaban Responden terhadap Variabel Perbedaan antar Merek . 56 4.10 Distribusi Jawaban Responden terhadap Variabel Keputusan Membeli ... 59

4.11 Uji Kolmogorov Smirnov ... 64

4.12 Uji Glejser ... 65

4.13 Uji Multikolinieritas ... 66

4.14 Uji Simultan (Uji F) ... 67

4.15 Uji Parsial (Uji t) ... 68

(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Proses pengambilan keputusan pembelian ... 14

2.2 Kerangka konseptual ... 25

4.1 Produk Mie Sedaap ... 43

4.2 Logo Mie Sedaap ... 44

4.3 Histogram Uji Normalitas ... 62

4.4 P-Plot Uji Normalitas ... 63

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner ...78

2 Prasurvei ...76

3 Validitas dan Reliabilitas ...77

(11)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Keterlibatan Konsumen dan Perbedaan antar Merek terhadap Keputusan Membeli Mie Instan Merek Sedaap pada Mahasiswa Fakultas Pertanian USU”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh keterlibatan konsumen dan perbedaan antar merek terhadap keputusan membeli mie instan merek Sedaap pada mahasiswa Fakultas Pertanian USU. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah keterlibatan konsumen dan perbedaan antar merek berpengaruh terhadap keputusan membeli mie instan merek Sedaap pada mahasiswa Fakultas Pertanian USU.

Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Dengan populasi sasaran adalah mahasiswa Fakultas Pertanian USU yang pernah mengkonsumsi mie instan merek Sedaap. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Variabel yang diukur menggunakan skala likert. Pengolahan data menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS versi 17.00 dan pengujian hipotesis dengan analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan konsumen dan perbedaan antar merek secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan membeli mie instan merek Sedaap pada mahasiswa Fakultas Pertanian USU dengan adjusted R square sebesar 62,1%.

(12)

ABSTRACT

This research titled “Analysis of The Influence of Consumer Involvement and Differences inter Brands for Buying Decision Instant Noodles Brand of Sedaap on Agricultural Faculty of University of North Sumatera’s students”. This research aims to determine and analyze the influences of consumer involvement and differences inter brands for buying decision instant noodles brand of Sedaap on Agricultural Faculty of University of North Sumatera’s students. The problem in this research is whether the consumer involvement and differences inter brands for buying decision instant noodles brand of Sedaap on Agricultural Faculty of University of North Sumatera’s students.

Sampling technique using a purposive sampling method. With the target of population are Agricultural Faculty of University of North Sumatera’s students who had consume instant noodles brand of Sedaap. Data colected by questionaire. Data measured using Likert scale. Data processing using software SPSS 17.00 for windows. And hypothesis testing using linier regresion analysis.

Results showed that consumer involvement and differences inter brands jointly have a positive and significant effect on buying decision instant noodles brand of Sedaap on Agricultural Faculty of University of North Sumatera’s students with adjusted R sequare 62,1%.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia, sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk ke-3 terbesar di

dunia memiliki kebutuhan pangan yang besar untuk memenuhi kebutuhan

konsumsi masyarakatnya. Karena besarnya jumlah penduduk yang dimiliki,

menjadikan masyarakat Indonesia sebagai pasar barang dan jasa yang sangat

potensial bagi perusahaan-perusahaan nasional maupun multinasional. Oleh

karena itu, setiap perusahaan terus berlomba untuk merebut pasar tersebut dengan

menggunakan berbagai macam strategi pemasaran yang dapat mempengaruhi

keputusan membeli konsumen.

Keputusan membeli suatu produk ada pada diri konsumen karena pasar

menyediakan berbagai pilihan produk dan merek yang beragam. Konsumen bebas

memilih berbagai produk dengan mengggunakan berbagai kriteria yang sesuai

dengan kebutuhan, selera, daya beli, mutu yang baik, dan harga yang lebih murah.

Para pemasar yang memahami keinginan konsumen memilih suatu produk,

memungkinkannya mempengaruhi keputusan pembelian dan memiliki

kemampuan yang lebih baik untuk memenangkan kompetisi pasar.

Perilaku konsumen adalah interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi,

perilaku dan lingkungannya di mana manusia melakukan kegiatan pertukaran

dalam hidup mereka. Perilaku konsumen adalah dinamis, berarti bahwa perilaku

seorang konsumen, grup konsumen ataupun masyarakat luas selalu berubah

(14)

perilaku konsumen menyiratkan bahwa sebuah perusahaan tidak boleh berharap

bahwa suatu strategi pemasaran yang sama dapat memberikan hasil yang sama

sepanjang waktu dalam berbagai pasar dan industri. (Setiadi, 2003:3)

Perilaku konsumen dalam melakukan keputusan pembelian dipengaruhi

oleh faktor sosial budaya yang terdiri atas kebudayaan, budaya khusus, kelas

sosial, kelompok sosial, referensi, keluarga, dan faktor psikologi yang terdiri dari

motivasi, persepsi, proses belajar, kepercayaan dan sikap, dan konsep diri. Peran

kedua faktor tersebut berbeda untuk produk yang berbeda. (Mangkunegara 2003:

39)

Perilaku konsumen berpedoman pada pengkombinasian dua faktor pada

penelitian ini yaitu keterlibatan konsumen dan perbedaan antar merek.

Keterlibatan konsumen adalah status motivasi yang menggerakkan serta

mengarahkan proses kognitif dan perilaku konsumen pada saat membuat

keputusan. Perbedaan antar merek mengacu pada persepsi konsumen yang lebih

mungkin untuk melihat perbedaan dalam sifat yang ditawarkan oleh berbagai

merek suatu produk dan hasilnya yang lazim adalah kesetiaan atau loyalitas yang

lebih besar ketika preferensi didasarkan atas keterlibatan yang dirasakan tinggi.

(Setiadi 2003 : 116)

Mie instan kini semakin diminati oleh masyarakat Indonesia. Tanpa

melihat status ekonomi, mie instan dengan cepat meraih pangsa pasar yang besar

di Indonesia. Tingkat pertumbuhan produksi mie instan mencapai angka triliunan

rupiah per tahun. Hal tersebut dapat dilihat dari potensi pasar yang terus

(15)

mengalami kenaikan mencapai 9% dari total nilai penjualan di sektor ritel.

Nilainya naik dari Rp6,1 triliun pada 1999 jadi Rp9,4 triliun di 2004. Apalagi

sejak 2004 hingga 2009 justru mengalami kenaikan pesat ke level 15% atau

setara dengan Rp15,9 triliun.

Di antara bermacam produk mie instan yang beredar di pasar, mie

Sedaap merupakan salah satu merek yang mampu mencuri perhatian

konsumen dan para pesaingnya. Mie Sedaap berhasil menggebrak dan sempat

merebut pangsa pasar di Indonesia pada awal kemunculannya tahun 2003.

Meskipun Indomie masih tetap menguasai pangsa pasar, namun pangsa

pasarnya kian tergerus. Pangsa pasar Indomie semakin menurun dari sekitar

90% menjadi 75,5% pada tahun 2003 saat mie Sedaap muncul sebagai pesaing

baru Indomie.

Pangsa pasar mie instan di Indonesia pada penghujung tahun 2010 dapat

(16)

Tabel 1.1

Pangsa Pasar Mie Instan Indonesia

Merek Pangsa Pasar (%)

Tabel 1.1 tersebut menunjukkan pangsa pasar Mie Sedaap kini sudah

mencapai 26,4%. Ini menunjukkan Mie Sedaap terus mengalami peningkatan dari

tahun-tahun sebelumnya dan peningkatannya sudah lebih dari 50% bila

dibandingkan dengan awal kemunculannya pada tahun 2003 yang hanya

menguasai pangsa pasar sekitar 12%. Namun pada tahun-tahun berikutnya pangsa

pasar mie Sedaap terus mengalami peningkatan sebesar 12,8% pada tahun 2004,

13,4% pada tahun 2005, 22,4% pada tahun 2006, 22,9% pada tahun 2007 hingga

mencapai 26,4% pada penghujung tahun 2010. Hal ini berbanding terbalik dengan

pesaing utamanya yaitu Indomie. Pangsa pasar Indomie malah mengalami

penurunan dari tahun ke tahun. Pada awalnya Indomie menguasai pangsa pasar

mie instan sampai 90%, namun pada saat kemunculan mie Sedaap (pada tahun

2003) pangsa pasar Indomie menurun menjadi 75,5%, kemudian menurun lagi

72,5% pada tahun 2004, 66,3% pada tahun 2005, 64,3% pada tahun 2006. Pada

tahun 2007 pangsa pasar Indomie sempat mengalami peningkatan menjadi 65,3%,

namun kembali menurun menjadi 64,6% pada penghujung tahun 2010.

(17)

Mie Sedaap (Wings Group) yang terjun ke dalam bisnis mie instan harus

bersaing dengan merek mie instan lainnya, seperti Indomie, Supermi, dan Sarimi

(Indofood), Kare, Selera Rakyat (GOT), ABC (PT. ABC President), Gaga 100

(PT. Jakarta Tama), Alhami (PT. Olaga Sukses Mandiri), dan sebagainya.

Ketatnya persaingan dalam bisnis mie instan membuat para produsen mie instan

berlomba-lomba menciptakan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen

dan menerapkan berbagai strategi pemasaran yang dapat menarik pelanggan dan

meningkatkan penjualannya. Salah satu strategi mie Sedaap yang sangat mencuri

perhatian konsumen dan para pesaingnya adalah memunculkan produk mie instan

dengan variasi rasa yang belum pernah ada sebelumnya yaitu mie Sedaap

“kriuk-kriuk”. Hal ini merupakan ide baru yang diimunculkan mie Sedaap dan kemudian

diikuti oleh para produsen mie instan lainnya.

Tabel 1.2 berikut ini merupakan variasi berbagai macam produk mie instan

(18)

Tabel 1.2

Berbagai Macam Produk Mie Instan

No. Nama produk Harga @ Rp Nama perusahaan

1 Indomie:

a. Indomie Kaldu Ayam b. Indomie Kari

c. Indomie Goreng d. Indomie Mie Kriting

Rp. 1400

c. Mie Sedaap Kari Spesial d. Mie Sedaap Goreng

Rp. 1300

Sumber: Indomaret Karya Jaya Titi Kuning Medan, 23 Februari 2011

Tabel 1.2 tersebut menunjukkan variasi dari berbagai macam produk mie

instan yang ada di pasar. Dengan adanya variasi-variasi rasa, porsi dan harga

membuat konsumen lebih bebas untuk memilih produk sesuai dengan keinginan,

selera dan daya belinya. Kondisi ini memberikan keuntungan bagi konsumen

karena memilki banyak alternatif sehingga dapat memilih merek mie instan yang

sesuai dengan keinginannya.

Demikian juga bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa Fakultas Pertanian

USU yang sebagian besar mahasiswanya berdomisili jauh dari orang tua. Mie

Sedaap merupakan alternatif konsumsi yang tepat bagi mereka karena kepraktisan

(19)

sifatnya tahan lama. Tabel 1.2 di atas menunjukkan bahwa mie Sedaap merupakan

mie instan yang relatif terjangkau apabila dibandingkan dengan mie instan merek

lainnya. Harga ini sangat sesuai dengan kantong para mahasiswa Fakultas

Pertanian USU yang sebagian besar berdomosili jauh dari orang tua sehingga

mereka dituntut untuk menggunakan uang sebaik mungkin.

Hasil prasurvei menunjukkan bahwa mahasiswa Fakultas Pertanian USU

merupakan salah satu konsumen mie sedaap dengan tingkat konsumsi yang cukup

tinggi dari mie instan yang lainnya. Dari 15 orang mahasiswa yang disurvei

semuanya mengetahui mie Sedaap, 12 orang diantaranya atau 80% dari total

mahasiswa yang disurvei pernah mengkonsumsi mie Sedaap. Meskipun sebagian

besar dari 15 orang mahasiswa yang disurvei masih menjadikan mie Sedaap

sebagai prioritas kedua untuk dikonsumsi akan tetapi 6 orang diantaranya sudah

menjadikan mie Sedaap sebagai prioritas pertama untuk dikonsumsi.

Berdasarkan hasil prasurvei tersebut, peneliti tertarik untuk memilih judul

penelitian “Analisis Keterlibatan Konsumen dan Perbedaan antar Merek

terhadap Keputusan Membeli Mie Instan Merek Sedaap pada Mahasiswa

Fakultas Pertanian USU”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dirumuskan masalah sebagai berikut:

Apakah keterlibatan konsumen dan perbedaan antar merek berpengaruh positif

dan signifikan terhadap pengambilan keputusan membeli produk mie instan merek

(20)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh keterlibatan konsumen dan

perbedaan antar merek dalam proses pengambilan keputusan membeli

produk mie instan merek Sedaap pada mahasiswa Fakultas Pertanian

USU.

b. Untuk mengetahui faktor manakah yang paling dominan dalam penentuan

pengambilan keputusan membeli produk mie instan merek Sedaap pada

mahasiswa Fakultas Pertanian USU.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan informasi bagi

perusahaan untuk mengetahui faktor yang bepengaruh dominan terhadap

keputusan konsumen dalam membeli produk yang ditawarkannya.

b. Bagi Penulis

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam

bidang yang diteliti dan dapat menambah pemahaman penulis dalam

(21)

c. Bagi pihak lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

perbandingan dan referensi dalam melakukan penelitian lebih lanjut untuk

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoretis

2.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen

The American Marketing (Setiadi, 2003:3) mendefinisikan perilaku

konsumen sebagai interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi, perilaku dan

lingkungannya di mana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup

mereka.

Perilaku konsumen adalah dinamis, berarti bahwa perilaku seorang

konsumen, grup konsumen ataupun masyarakat luas selalu berubah sepanjang

waktu. Dalam hal pengembangan startegi pemasaran, sifat dinamis perilaku

konsumen menyiratkan bahwa seseorang tidak boleh berharap bahwa suatu

strategi pemasaran yang sama dapat memberikan hasil yang sama sepanjang

waktu dalam berbagai pasar dan industri. Perilaku konsumen melibatkan

pertukaran merupakan hal terakhir yang ditekankan dalam perilaku konsumen

yaitu pertukaran antar individu.

Schiffman dan Kanuk (Sumarwan, 2003: 25) mendefinisikan perilaku

konsumen sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari,

membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang

mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka.

Sementara Engel, Blackwell dan Miniard (Sumarwan, 2003: 25)

(23)

mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa termasuk

proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini.

David L.London dan Albert J.Della Bitta (Mangkunegara, 2003: 3)

mendefinisikan perilaku konsumen sebagai proses pengambilan keputusan dan

aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam proses mengevaluasi,

memperoleh, menggunakan atau dapat mempergunakan barang-barang dan jasa.

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Menurut William J.Stanton (Mangkunegara 2003: 39) ada 2 kekuatan dari

faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu kekuatan sosial budaya dan

kekuatan psikologis.

1. Kekuatan Sosial Budaya

a. Faktor Budaya

Adalah hasil kreativitas manusia dari suatu generasi ke generasi yang sangat

menentukan perilaku dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.

Kebudayaan merupakan suatu hal yang kompleks yang meliputi ilmu

pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, adat, kebiasaan, dan norma-norma

yang berlaku pada masyarakat.

b. Faktor Kelas Sosial

Adalah suatu kelompok yang terdiri dari sejumlah orang yang mempunyai

kedudukan yang seimbang dalam masyarakat. Kelas sosial berbeda dengan

status sosial walaupun seringkali kedua istilah ini diartikan sama.

Sebenarnya kedua istilah tersebut merupakan dua konsep yang berbeda.

(24)

sama, memungkinkan status sosialnya berbeda atau yang satu lebih tinggi

status sosialnya daripada yang lainnya.

c. Faktor Anutan (Small References Group)

Adalah suatu kelompok orang yang mempengaruhi sikap, pendapat dan

perilaku konsumen. Kelompok anutan ini merupakan kumpulan keluarga,

kelompok atau organisasi tertentu. Misalnya perhimpunan artis, kelompok

pemuda, dan organisasi kecil lainnya. Pengaruh kelompok anutan terhadap

perilaku konsumen antara lain dalam menentukan produk dan merek yang

mereka gunakan yang sesuai dengan aspirasi kelompok. Keefektifan

pengaruh perilaku konsumen dari kelompok anutan tersebut sangat

tergantung pula pada kualitas produk dan informasi yang tersedia pada

konsumen.

d. Faktor Keluarga

Adalah suatu unit masyarakat yang terkecil yang perilakunya sangat

mempengaruhi dan menentukan dalam proses pengambilan keputusan

membeli. Keluarga dapat berbentuk keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu,

anak, kakek, dan nenek serta keturunannya.

Perusahaan yang menganalisis perilaku konsumen, dapat dilihat dari faktor

keluarga yang sangat berperan sebagai pengambil inisiatif, pemberi

(25)

2. Kekuatan faktor psikologis

a. Faktor pengalaman belajar

Didefinisikan sebagai suatu perilaku akibat pengalaman sebelumnya.

Perilaku konsumen dapat dipelajari karena sangat dipengaruhi oleh

pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar konsumen akan menentukan

tindakan dalam pengambilan keputusan pembelian.

b. Faktor kepribadian

Didefinisikan sebagai suatu bentuk dari sifat-sifat yang ada pada diri

individu yang sangat menentukan perilakunya. Kepribadian konsumen

sangat ditentukan internal (IQ, emosi, cara berpikir) dan faktor eksternal

(lingkungan fisik, keluarga, masyarakat, sekolah, dan lingkungan alam).

Kepribadian konsumen akan mempengaruhi persepsi dan pengambilan

keputusan dalam membeli.

c. Faktor sikap dan keyakinan

Sikap didefinisikan sebagai suatu penilaian seseorang terhadap suka atau

tidak suka, perasaan emosional yang tindakannya cenderung ke arah

berbagai objek atau ide. Dalam hubungannya dengan perilaku konsumen,

sikap dan keyakinan sangat berpengaruh dalam menentukan suatu produk,

merek, dan pelayanan. Sikap dan keyakinan konsumen terhadap suatu

produk atau merek dapat diubah melalui komunikasi dan pemberian

(26)

d. Konsep diri (self consept)

Didefinisikan sebagai cara kita melihat diri sendiri dan dalam waktu

tertentu sebagai gambaran tentang apa yang kita pikirkan. Dalam

hubungannya dengan perilaku konsumen, perlu diciptakan situasi atau

kondisi yang diharapkan konsumen. Begitu pula menyediakan dan

melayani konsumen dengan produk dan merek tertentu harus disesuaikan

dengan apa yang diharapkan konsumen.

2.1.3 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Proses pembelian secara spesifik terdiri dari urutan kejadian berikut:

pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan

pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Tugas pemasar adalah memahami

perilaku pembeli pada tiap-tiap tahap dan pengaruh apa yang bekerja pada

tahap-tahap itu. (Setiadi, 2003: 16)

Secara umum proses tersebut dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut:

Sumber: Setiadi (2003: 16)

Gambar 2.1

Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Gambar 2.1 di atas menunjukkan bahwa konsumen melewati kelima tahap

tersebut pada setiap melakukan pembelian. Adapun dalam pembelian yang lebih

rutin, konsumen seringkali melompati atau membalik beberapa tahap ini. Seorang

wanita yang membeli pasta gigi dari merek yang sudah biasa dipergunakanya

akan mengenali kebutuhannya sehingga dia langsung pada keputusan pembelian.

(27)

Model tersebut menunjukkan bahwa semua pertimbangan akan muncul ketika

konsumen menghadapi situasi pembelian yang kompleks dan baru.

Secara rinci tahap-tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Pengenalan Masalah

Proses membeli diawali saat pembeli menyadari adanya masalah kebutuhan.

Pembeli menyadari terdapat perbedaan antara kondisi sesungguhnya dengan

kondisi yang diinginkannya. Kebutuhan ini dapat disebabkan oleh ransangan

internal dalam kasus pertama dari kebutuhan normal seseorang atau ransangan

eksternal seseorang.

2. Pencarian Informasi

Seorang konsumen yang mulai timbul minatnya untuk melakukan pembelian

akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Salah satu faktor

kunci bagi pemasar adalah sumber-sumber informasi utama yang

dipertimbangkan konsumen dan pengaruh relatif dari masing-masing sumber

terhadap keputusan pembelian. Sumber-sumber informasi dapat dikelompokkan

menjadi 4 yaitu:

a. Sumber Pribadi: keluarga, teman, tetangga, dan kenalan

b. Sumber Komersil: iklan, tenaga penjual, penyalur, kemasan, pameran

c. Sumber Umum: media massa, organisasi konsumen

d. Sumber Pengalaman: pernah menangani, menguji, menggunakan produk

3. Evaluasi Alternatif

Ada beberapa proses evaluasi alternatif keputusan. Kebanyakan model dari

(28)

konsumen sebagai pembentuk penilaian terhadap produk terutama berdasarkan

pertimbangan yang sadar dan rasional.

4. Keputusan Membeli

Ada 2 faktor yang mempengaruhi tujuan membeli dan keputusan membeli.

Faktor yang pertama adalah sikap atau pendirian orang lain, sejauh mana sikap

orang lain akan mengurangi alternatif pilihan seseorang akan tergantung pada

dua hal yaitu intensitas sikap negatif orang lain tersebut terhadap alternatif

pilihan konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain

tersebut.

Faktor yang kedua adalah situasi yang tidak bisa diantisipasi. Konsumen

membentuk suatu maksud pembelian atas dasar faktor-faktor seperti

pendapatan keluarga yang diharapkan, harga yang diharapkan, dan manfaat

produk yang diharapkan. Ketika konsumen akan bertindak, faktor situasi yang

tidak diantisipasi mungkin terjadi dan mengubah maksud pembelian tersebut.

5. Perilaku Pasca Pembelian

Setelah pembelian terhadap suatu produk dilakukan, konsumen akan

mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Konsumen tersebut

juga akan terlibat dalam tindakan-tindakan sebuah pembelian dan penggunaan

produk yang akan menarik perhatian pemasar. Pekerjaan pemasar tidak akan

berakhir pada saat suatu produk dibeli, tetapi akan terus berlangsung hingga

periode sesudah pembelian. Kepuasan pembeli merupakan fungsi dari seberapa

dekat harapan pembeli atas produk dengan manfaat yang dirasakan dari produk

(29)

tersebut akan merasa dikecewakan. Tetapi jika memenuhi harapan, maka

pelanggan tersebut akan merasa puas, dan jika melebihi harapan maka

pelanggan tersebut akan merasa sangat puas.

2.1.4 Keterlibatan Konsumen

Istilah ini pertama kali dipopulerkan di dalam lingkungan pemasaran oleh

Krugman pada tahun 1965 dan mampu membangkitkan minat yang besar pada

saat itu. Keterlibatan adalah tingkat kepentingan pribadi yang dirasakan atau

minat yang dibangkitkan oleh stimulus dalam situasi spesifik hingga jangkauan

kehadirannya, konsumen bertindak dengan sengaja untuk meminimumkan resiko

dan memaksimalkan manfaat yang diperoleh dari pembelian dan pemakaian.

Keterlibatan diaktifkan ketika objek (produk barang, jasa, atau pesanan

promosi) dirasakan membantu dalam memenuhi kebutuhan, tujuan dan nilai

adalah yang paling penting. Namun seperti yang kita lihat, pentingnya pemenuhan

kebutuhan yang dirasakan dari objek akan bervariasi dari situasi ke situasi

berikutnya.

Relevansi pribadi intrinsik (intrinsic self – relevance) mengacu pada

pengetahuan arti-akhir konsumen yang disimpan dalam ingatan. Konsumen

mendapatkan pengetahuan arti-akhir ini melalui pengalaman masa lalu mereka

terhadap suatu produk.

Relevansi pribadi situasional (situational self – relevance) yang ditentukan

oleh aspek lingkungan fisik dan sosial dari sekitar kita yang dengan segera

mengaktifkan konsekuensi dan nilai penting sehingga membuat produk dan merek

(30)

Relevansi pribadi situasional selalu berkombinasi dengan relevansi pribadi

intrinsik konsumen untuk menciptakan tingkat keterlibatan yang benar-benar

dialami oleh konsumen selama proses pengambilan keputusan. Ini berarti bahwa

konsumen biasanya mengalami beberapa tingkatan keterlibatan ketika membuat

pilihan pembelian, bahkan untuk produk yang relatif tidak penting. (Setiadi, 2003:

115-120)

Perilaku konsumen dapat dilihat dari pemilihan produk suatu merek

tertentu untuk digunakannya. Mereka akan lebih melihat perbedaan dalam sifat

yang ditawarkan oleh berbagai produk dalam berbagai merek. Apa keunggulan

dan kelebihan dari masing-masing produk yang ditawarkan berbagai merek

tersebut, dan hasilnya yang lazim adalah kesetiaan dan loyalitas yang lebih besar.

Akhirnya terdapat kemungkinan yang lebih besar dari pemecahan masalah

yang diperluas apabila tingkat keterlibatan tinggi, sementara keterlibatan yang

relatif rendah akan menyebabkan teknik pilihan yang lebih disederhanakan dari

pemecahan masalah yang relatif terbatas. (Setiadi, 2003: 123-124)

2.1.5 Merek (Brand)

Merek (brand) telah menjadi elemen penting yang berkontribusi terhadap

kesuksesan sebuah organisasi pemasaran, baik perusahaan bisnis maupun nirlaba,

manufaktur maupun penyedia jasa, dan organisasi lokal maupun global. Menurut

UU Merek No. 15 Tahun 2001 pasal 1 ayat 1 merek adalah tanda yang berupa

gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi

dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam

(31)

Nama merek bisa didasarkan pada sejumlah aspek, di antaranya:

1. Nama orang; misalnya pendiri, pemilik, manajer, mitra bisnis atau orang

lain yang disosialisasikan dengan merek produk.

2. Nama tempat; baik asal ditemukannya, dikembangkannya maupun tempat

dijualnya produk atau jasa yang bersangkutan. Misalnya: Hotel Solo,

Jakarta Post.

3. Nama ilmiah yang diciptakan; biasanya dari bahasa Yunani atau Latin.

Misalnya: Cuticura Soap (artinya perawatan kulit).

4. Nama “status” misalnya: Crown Piano, Diamond Dies.

5. “Good Association” names, misalnya: Ivory Soap, Quaker Oats, Sunlight

Soap (semuanya berasosiasi positif dengan kemurnian, kehalusan dan

kesehatan)

6. Artifical names, yang bisa jadi tidak mengandung khusus misalnya:

Kodak, Uneeda Biscuit.

7. Deskriftive names, yaitu merek yang menggambarkan manfaat atau aspek

kunci produk, misalnya Obat Gosok Tjap Onta.

8. Alpha-numeric brand names, yaitu merek yang mengandung unsur angka,

baik dalam bentuk digit maupun tertulis, misalnya Obat Nyamuk Tiga

(32)

Merek bermanfaat bagi produsen dan konsumen. Bagi produsen merek

berperan penting sebagai:

1. Sarana identifikasi untuk memudahkan proses penanganan atau pelacakan

produk bagi perusahaan, terutama dalam pengorganisasian sediaan dan

pencatatan akuntansi.

2. Bentuk proteksi hukum terhadap fitur atau aspek produk yang unik. Merek

bisa mendapatkan perlindungan properti intelektual. Nama merek bisa

diproteksi melalui merek terdaftar, proses pemanufakturan bisa dilindungi

melalui hak paten, kemasan dapat dirpoteksi melalui hak cipta dan desain.

3. Signal tingkat kualitas bagi para pelanggan yang puas, sehingga mereka

bisa dengan mudah memilih dan membelinya lagi dilain waktu.

4. Sarana menciptakan asosiasi dan makna yang unik yang membedakan

produk dari para pesaing.

5. Sumber keunggulan kompetitif, terutama melalui perlindungan hukum,

loyalitas pelanggan, citra yang unik yang terbentuk dalam benak

konsumen. (Tjiptono, 2005: 20-21)

Sedangkan bagi konsumen, merek bisa memberikan berbagai macam nilai

melalui sejumlah fungsi dan manfaat potensial, misalnya mengklasifikasikan

dimensi manfaat atau utilitas merek ke dalam sembilan kategori: utilitas

fungsional produk, pilihan, inovasi, trustworthiness, emosional, estetis, novelty,

(33)

Ada 5 tahap utama dalam proses evolusi branding menurut McEnally dan De

Chernatony (Tjiptono, 2005: 26-27) yaitu:

1. Unbranded Goods

Dalam tahap ini, barang diperlakukan sebagai komoditas dan sebagian

besar diantaranya tidak diberi merek. Tahap ini biasanya bercirikan situasi

permintaan jauh melampaui penawaran.

2. Merek sebagai referensi / acuan

Dalam tahap ini, tekanan persaingan menstimulasi para produsen untuk

mendiferensiasikan produknya dari output produsen-produsen lain.

Diferensiasi diwujudkan terutama melalui penyediaan atribut fungsional

yang unik atau perubahan atribut fisik produk.

3. Merek sebagai keperibadian

Dalam tahap ini, konsumen menghadapi begitu banyak merek produk yang

semuanya menyampaikan janji fungsional. Konsekuensinya, setiap merek

yang bersaing dalam kategori produk yang sama cenderung menjadi

serupa atau mirip dalam hal fungsionalitas. Dalam rangka menciptakan

diferensiasi, pemasar mulai berfokus pada upaya menyertakan nilai

emosional pada mereknya dan mengkomunikasikannya lewat metafora

keperibadian merek.

4. Merek sebagai ikon

Pada tahap ini, makna berbagai merek telah berkembang sedemikian rupa

sehingga merek telah menjadi simbol tertentu bagi konsumen. Melalui

(34)

merasa sangat dekat dengan merek tersebut atau bahkan merasa bahwa

merek tersebut telah menjadi bagian dari dirinya.

5. Merek sebagai perusahaan

Pada tahap ini, merek memiliki identitas kompleks dan banyak poin

kontak antara konsumen dan merek. Karena merek sama dengan

perusahaan, maka konsumen akan mempersepsikan merek dan perusahaan

dengan cara yang sama.

2.2 Penelitian Terdahulu

Yuliani (2005) judul skripsi: “Analisis Keterlibatan Konsumen dan

Perbedaan antar Merek Terhadap Keputusan Membeli Sabun Kecantikan pada

Mahasiswi Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara”.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh keterlibatan

konsumen dan perbedaan antar merek terhadap dalam proses pengambilan

keputusan membeli produk sabun kecantikan. Hasil dari analisis data dengan

metode analisis Regresi Linier Berganda menunjukkan bahwa keterlibatan

konsumen (X1) dan perbedaan antar merek (X2) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap keputusan membeli sabun kecantikan pada mahasiswi

Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini memiliki kesamaan dalam hal variabel yang diteliti dengan

penelitian yang penulis lakukan, yaitu sama-sama meneliti pengaruh Keterlibatan

Konsumen dan Perbedaan antar Merek terhadap Keputusan Membeli. Namun

(35)

Produk yang diteliti dalam penelitian ini adalah sabun kecantikan dan

penelitiannya dilakukan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara,

sedangkan produk yang penulis teliti adalah mie instan merek Sedaap dan

penelitian dilakukan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Affandi (2010) “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konsumen

Dalam Pengambilan Keputusan Pembelian Produk Mie Instan Merek Sedaap Pada

Mahasiswa Fakultas Ekonomi Program Ekstensi Universitas Sumatera Utara”.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

menganalisis faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen, untuk

mengetahui dan menganalisis faktor yang paling dominan dalam pengambilan

keputusan pembelian produk mie instan merek Sedaap pada mahasiswa Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologis secara positif dan signifikan

berpengaruh terhadap pengambilan keputusan pembelian produk mie instan merek

Sedaap pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini memilki perbedaan dalam hal varibel bebasnya dengan

penelitian yang penulis lakukan yaitu faktor Kebudayaan, Sosial, Pribadi, dan

Psikologis. Sedangkan variabel bebas dalam penelitian yang penulis lakukan

adalah Keterlibatan Konsumen dan Perbedaan antar Merek. Namun memiliki

kesamaan dalam variabel terikatnya yaitu keputusan membeli. Kemudian juga

memiliki perbedaan dalam tempat melakukan penelitian yaitu penelitian ini

dilakukan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara sedangkan penelitian

(36)

memiliki kesamaan dalam hal produk yang diteliti yaitu sama-sama meneliti mie

instan merek Sedaap.

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan pondasi utama sebagai tempat proyek

atau suatu penelitian itu ditujukan. Hal ini merupakan jaringan hubungan antar

variabel yang secara logis diterangkan dan dikembangkan dari perumusan

masalah yang telah diidentifikasi melalui proses wawancara, observasi, dan survey

literature. Hubungan antara survey literature dan kerangka konseptual adalah survey literature meletakkan pondasi yang kuat untuk membangun kerangka

konseptual. (Kuncoro, 2003: 44)

Kerangka konseptual ini mengemukakan tentang variabel yang akan

diteliti yaitu: variabel keterlibatan konsumen dan variabel perbedaan antar merek

yang merupakan variabel bebas dan keputusan membeli yang merupakan variabel

terikat. Menurut Assael (Simamora 2003: 275) yaitu mengkombinasikan dua

faktor yaitu keterlibatan konsumen dan perbedaan antar merek sebagai faktor

yang menentukan keputusan pembelian mie instan merek Sedaap.

Menurut Setiadi (2003: 116) keterlibatan adalah status motivasi yang

menggerakkan serta mengarahkan proses kognitif dan perilaku konsumen pada

saat mereka membuat keputusan. Perbedaan antar merek mengacu pada persepsi

konsumen yang akan lebih mungkin untuk melihat perbedaan dalam sifat yang

(37)

kesetiaan atau loyalitas yang lebih besar ketika preferensi didasarkan atas

keterlibatan yang dirasakan tinggi.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat digambarkan kerangka

konseptual sebagai berikut:

Sumber: Setiadi (2003: 116), Simamora (2003: 275), data diolah

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

Menurut Kuncoro (2003: 47) Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara

tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan

terjadi.

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka

penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: Keterlibatan Konsumen dan

Perbedaan antar Merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengambilan

keputusan membeli produk mie instan merek Sedaap pada mahasiswa Fakultas

Pertanian USU.

Keterlibatan Konsumen (X1)

Perbedaan antar Merek (X2)

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Secara ekspalanasi penelitian ini dapat dikaji menurut tingkatannya yang

didasarkan pada tujuan dan obyek-obyeknya yaitu ada yang bertujuan

mendeskripsi, mendeteksi (mengungkapkan), dan ada pula yang menyelidiki

hubungan kausalitas . (Ginting dan Situmorang. 2008: 57)

Berdasarkan tingkat ekspalanasi, maka penelitian ini adalah penelitian

asosiatif yaitu penelitian yang menghubungkan dua variabel atau lebih serta

melihat bagaimana pengaruh variabel yang satu terhadap variabel lainnya.

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2011. Lokasi

penelitian adalah di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Jl. Prof. T.M.

Hanafiah, SH Medan.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi perilaku

konsumen, yaitu keterlibatan konsumen dan perbedaan antar merek mie instan

terhadap proses pengambilan keputusan membeli pada mahasiswa Fakultas

(39)

3.4 Operasionalisasi Variabel

Ada dua variabel dalam penelitian ini, yaitu:

a. Variabel bebas yaitu variabel yang nilainya tidak tergantung pada variabel

lain. Adapun variabel bebas penelitian ini adalah:

1) Variabel keterlibatan konsumen (X1)

Merupakan tingkat kepedulian atau minat terhadap proses pembelian mie

instan merek Sedaap yang dipengaruhi oleh interaksi, karakteristik

individu, situasional.

2) Variabel perbedaan antar merek (X2)

Merupakan perbedaan antar merek di benak konsumen tentang berbagai

merek mie instan. Perbedaaan antar merek dalam benak konsumen

mengacu pada apa yang dilihat dan kepuasan apa yang diperoleh

konsumen pada produk mie instan merek Sedaap sehingga

membedakannya dengan merek-merek mie instan lainnya.

b. Variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Pada

penelitian ini yang menjadi variabel terikat (Y) adalah keputusan membeli mie

(40)

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Definisi Variabel Indikator Skala

Ukur Keterlibatan

konsumen (X1)

Merupakan tingkat

kepedulian dan minat

terhadap proses pembelian mie instan

merek Sedaap yang

dipengaruhi oleh interaksi, karakteristik individu, dan situasional

1. Pengalaman antar merek di benak konsumen tentang berbagai merek mie instan, yaitu antara mie Sedaap dengan merek mie instan lainnya. mie instan merek Sedaap

1. Pengaruh orang lain 2. Pengaruh situasional 3. Pengaruh merek

Likert

Sumber: Setiadi (2003), data diolah

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Pengukuran yang penulis gunakan dalam proses pengolahan data adalah

dengan menggunakan Skala Likert, yang menurut Sugiyono (2006: 86) Skala

Likert adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi,

(41)

Adapun kriteria pengukurannya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Instrumen Skala Likert

No. Pernyataan Skor

1 Sangat setuju 5

2 Setuju 4

3 Kurang setuju 3

4 Tidak setuju 2

5 Sangat tidak setuju 1

Sumber: Sugiyono (2003: 86)

3.6 Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2006: 72) populasi adalah generalisasi yang terdiri

dari subjek ataupun objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik suatu

kesimpulannya. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa S-1

(42)

Tabel 3.3

Jumlah mahasiswa Fakultas Pertanian USU

Jurusan Jumlah

Ilmu Tanah 124

Manajemen Sumber Daya Perairan 164

Hama dan Penyakit Tumbuhan 141

Teknologi Hasil Hutan 105

Budidaya Hutan 120

Manajemen Hutan 137

Peternakan 256

Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian 125

Sosial Ekonomi Pertanian 200

Pemuliaan Tanaman 112

Agronomi 184

Ilmu dan Teknologi Pangan 207

Keteknikan Pertanian 259

Kehutanan 328

Total 2.462

Menurut Kuncoro (2003: 103) sampel adalah himpunan bagian (subset)

dari unit populasi. Karena jumlah populasi dalam penelitian ini tidak diketahui

maka untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus (Supramono dan

Haryanto, 2003: 62) :

(43)

Keterangan:

n = jumlah sampel

Z = nilai standar normal yang besarnya tergantung

bila Z = 1,67

bila Z = 1,96

p = estimasi proporsi populasi

q = 1 – p

d = penyimpangan yang ditolerir sebesar 10%

Berdasarkan hasil prasurvei yang telah dilakukan sebelumnya maka dapat

ditetapkan nilai p = 0,8 dengan . Dengan demikian, jumlah sampel (n)

yang mewakili populasi dalam penelitian ini adalah:

n =

n =

n = 61,46

n = 62 orang

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive

sampling, yaitu metode pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu.

(Sugiyono, 2006:122)

Adapun kriteria pemilihan sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa

Fakultas Pertanian USU yang pernah mengkonsumsi mie Sedaap, pernah

(44)

3.7 Metode Pengumpulan Data

3.7.1 Jenis dan Sumber data

Peneliti menggunakan dua jenis dan sumber data dalam melakukan

penelitian ini, yaitu:

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari responden

terpilih pada lokasi penelitian. Data primer diperoleh dengan memberikan

kuisioner dan melakukan wawancara (interview).

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber lain

yang diolah seperti buku, dokumen, dan data internet yang mendukung

penelitian ini.

3.7.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Kuisioner

Yaitu pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan

melalui daftar pertanyaan pada responden terpilih.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan secara langsung kepada responden untuk

mendapatkan data-data yang diperlukan.

c. Studi Dokumentasi

Yaitu mengumpulkan data dan informasi dari buku-buku, dokumen, dan

(45)

3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dilakukan untuk menguji sejauh mana suatu alat pengukur itu

mengukur apa yang ingin diukur. (Situmorang et. al, 2010: 68)

Pengujian validitas ini dilakukan pada 30 orang responden mahasiswa di

Fakultas Ekonomi USU dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 17,00

untuk memperoleh hasil yang terarah dengan kriteria sebagai berikut:

1. Jika r hitung r tabel, maka pernyataan tersebut dinyatakan valid.

2. Jika r hitung r tabel, maka pernyataan tersebut dinyatakan tidak valid.

Uji realibilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. (Situmorang et. al, 2010: 72)

Butir pernyataan yang telah dinyatakan valid dalam uji validitas akan

ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut:

1. Jika r alpha positif atau r tabel maka penyataan reliabel.

2. Jika r alpha negatif atau r tabel maka pernyataan tidak reliabel.

3.9 Teknik Analisis Data

a. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan cara merumuskan dan menafsirkan data yang ada

sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai masalah yang diteliti.

b. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menganalisis seberapa besar

hubungan dan pengaruh variabel bebas (keterlibatan konsumen dan perbedaan

(46)

Untuk memperoleh hasil yang lebih akurat, penulis menggunakan bantuan

program software SPSS versi 17,00. Adapun bentuk umum persamaan regresi

yang digunakan adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2006: 211):

Y= a b1X1 b2X2 e

Dimana:

Y: Keputusan membeli

a: Konstanta

b1: Koefisien regresi pertama

b2: Koefisien regresi kedua

X1: Variabel keterlibatan konsumen

X2: Variabel perbedaan antar merek

e: standar error

Analisis regresi linier berganda ini dapat dilakukan apabila telah

memenuhi syarat asumsi klasik, yaitu:

1) Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah

data mengikuti atau mendekati distribusi normal atau tidak. Uji normalitas

dilakukan dengan menggunaakan pendekatan Kolmogorov Smirnov.

Dengan menggunakan tingkat signifikan 5% (0,05), maka jika nilai

Asyimp.Sig. (2-tailed) di atas nilai signifikan 5% artinya variabel residual

(47)

2) Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedatisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah grup

mempunyai varians yang sama di antara anggota grup tersebut. Jika

varians sama maka dikatakan ada homoskedastisitas. Sedangkan jika

varians tidak sama dikatakan terjadi heteroskedastisitas. Model regresi

yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

(Situmorang et. al, 2010: 98)

3) Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model

regresi ditemukan kolerasi antar variabel bebas. Hubungan antar variabel

bebas inilah yang disebut dengan multikolinieritas. Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi kolerasi antar variabel bebas. (Situmorang et.

al, 2010: 129)

c. Pengujian Hipotesis

1. Uji-t (uji secara parsial)

Dilakukan untuk menguji secara parsial setiap variabel bebas (x1, x2) yaitu

keterlibatan konsumen dan perbedaan antar merek. Uji-t ini dilakukan

untuk melihat apakah variabel keterlibatan konsumen dan perbedaan antar

merek mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel

terikat (Y) yaitu keputusan membeli.

Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

(48)

Artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan

dari variabel bebas (keterlibatan konsumen dan perbedaan antar merek)

terhadap variabel terikat (keputusan membeli).

Ha: b1 b2 0

Artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari

variabel bebas (keterlibatan konsumen dan perbedaan antar merek)

terhadap variabel terikat (keputusan membeli).

Kriteria pengambilan keputusan:

H0 diterima Ha ditolak jika thitung ttabel pada = 5%

2. Uji-F (uji secara serentak)

Dilakukan untuk menguji apakah setiap variabel bebas (keterlibatan

konsumen dan perbedaan antar merek) secara serentak mempunyai

pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel terikat (keputusan

membeli).

Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

H0: b1, b2= 0

Artinya tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan secara serentak

dari variabel bebas (keterlibatan konsumen dan perbedaan antar merek)

terhadap variabel terikat (keputusan membeli).

Ha: b1 b2 0

Artinya secara serentak variabel bebas (keterlibatan konsumen dan

perbedaan antar merek) mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan

(49)

Kriteria pengambilan keputusan:

H0 diterima Ha ditolak jika Fhitung Ftabel pada = 5%

3. Koefisien Determinan (R2)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur proporsi atau

persentase sumbangan variabel bebas (keterlibatan konsumen dan

perbedaan antar merek) terhadap variasi naik turunnya variabel terikat

(keputusan membeli) secara bersama-sama, dimana:

0 R2 1

Jika R2 semakin besar (mendekati satu) maka dapat dikatakan bahwa

pengaruh variabel bebas (keterlibatan konsumen dan perbedaan antar

merek) terhadap variabel terikat (keputusan membeli) adalah semakin

besar. Hal ini berarti bahwa model yang digunakan semakin kuat

menerangkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Sebaliknya, jika R2 semakin kecil (mendekati nol) maka dapat dikatakan

bahwa pengaruh variabel bebas (keterlibatan konsumen dan perbedaan

antar merek) terhadap variabel terikat (keputusan membeli) adalah

semakin kecil. Hal ini berarti model yang digunakan tidak kuat untuk

(50)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

Wings Group didirikan pada tahun 1948, ketika Ferdinan Katuari dan Harjo

Sutanto mendirikan Fa Wings dan memproduksi sabun colek skala industri rumah

tangga. Pada saat itu penjualan dilakukan dengan sistem door to door. Pada tahun

1950 sabun mandi Wings pun mulai dipasarkan. Sejak tahun 1971, perusahaan ini

mulai mengembangkan diri dengan membangun beberapa perusahaan sabun dan

detergent. Salah satunya adalah detergent krim dengan merek Ekonomi.

Pada tahun 1980, detergent krim dengan merek Wings Biru dan Dangdut

dilepas ke pasaran. Wings tidak berhenti sampai disini saja. Bersama dengan

sejumlah investor (termasuk Grup Salim), Wings mendirikan PT. Unggul Indah

Cahaya, satu-satunya produsen alkybenze, yaitu bahan baku dasar produk-produk

detergent di Indonesia.

Tahun 1983 Wings mendirikan PT. Multipack yang mempunyai pabrik di

Jakarta, yaitu perusahaan-perusahaan yang menghasilkan plastic container dan

kemasan sachet. Sementara pabrik kemasan di Surabaya memproduksi kemasan

dalam bentuk corrugated card boxes. Wings menyadari pentingnya untuk

menguasai industri hulu, karena itu perusahaan ini kembali menanamkan investasi

di bisnis hulu melaui PT. Petrocentral pada tahun 1986, salah satu penyedia bahan

(51)

bisnis keramik, karena itu melalui PT. Adyabuana Persada, Wings mengeluarkan

keramik dengan merek Milan dan Hercules. Selain itu, Wings juga mendirikan

Bank Ekonomi yang melayani sektor korporat. Bank ini berfungsi untuk

menyediakan kredit bagi para distributor dan agen grup Wings bersama dengan

Lion Corporation mendirikan PT. Lionindo Jaya. Pada tahun 1990, Wings

kembali memasarkan detergent batangan dengan merek Extra Aktif dan detergent

merek So Klin, pada tahun 1991, Fa Wings berganti nama menjadi PT. Wings

Surya.

Pada tahun 1995, Wings membeli lahan plantatin PT. Damit Mitra Sekawan

dan PT. Gawi Makmur Kalimantan. Hasil dari lahan perkebunan ini dijadikan

minyak kelapa sawit yang nantinya bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku industri

oleochemical. Pada tahun 1995 ini juga, Wings bersama dengan Siam Cement

mamasuki bisnis gypsum dan semen fiber melaui PT. Siam-Indo Gypsum

Industry. Merek yang dikembangkan adalah Elephant, karena ada krisis moneter

di Indonesia yang mengakibatkan harga detergent naik, Wings dengan mulusnya

memasarkan Daia yang sukses di pasaran. Pada tahun 1998, Wings juga

mengakusisi proyek perumahan Raffles Hill dari pemilik PT. Gunung Subur

Sentosa. Proyek seluas 145 hektar ini dilengkapi dengan country club, dengan

fasilitas olahraga yang lengkap serta spa. Masuknya Daia bukan berarti

mematikan produk detergent Wings lainnya seperti So Klin. Wings juga

mengeluarkan Softener So Klin dan So Klin Pewangi untuk mendukung produk

detergent ini. Pada tahun 2000, Wings membeli saham Ecogreen Oleochemical

(52)

merupakan bahan baku industri perawatan tubuh, sabun dan detergent, makanan,

plastik, farmasi dan berbagai industri lainnya. Pada tahun 2001, Wings

mendirikan perusahaan sekuritas, EkoKapital Sekuritas yang menawarkan jasa

equity brokerage, financial advisory, serta layanan perdagangan fixed income.

Tahun 2002 Wings kembali merambah dunia properti dengan membangun

Pulogadung Trade Center bersama Djarum. Pada tahun 2002 ini juga, Wings

kembali mendirikan perusahaan kemasan, PT. Unipack yang memfokuskan diri di

kemasan fleksibel untuk produk personal care dan makanan. Pada tahun 2003,

Wings menantang Indofood dengan meluncurkan produk mie instannya yaitu Mie

Sedaap yang cukup sukses di pasaran.

Sampai saat ini Wings telah menjadi raksasa bisnis toiletries yang disegani

dan ditakuti, bahkan Wings memperkirakan akan terus berkembang dan

melebarkan sayapnya. Hingga saat ini Wings mempunyai lebih dari 200 produk

yang tersedia dengan berbagai ukuran, bungkusan, dan wewangian.

(http://ptsayapamasutama.blogspot.com)

4.1.2 Latar Belakang Mie Sedaap

Meski baru muncul pada tahun pada tahun 2003, aksi promosi gencar mie

Sedaap mampu menarik perhatian konsumen mie instan. Dominan produk-produk

mie instan keluaran Indofood di pasaran tampaknya tidak membuat gentar pemain

lain untuk merambah pasar ini. Wings Group yang selama ini menggarap pasar

toiletries yang memproduksi aneka produk perawatan tubuh dan kebersihan,

tampaknya mulai berani menembus pasar mie dengan mengeluarkan produk

(53)

Mie Sedaap ternyata menduduki peringkat kedua dalam konsumsi

sehari-hari untuk kategori mie instan, ada konsumen yang menilai mie Sedaap sebagai

mie instan merek pertama yang mereka cari disaat ingin mengkonsumsi mie

instan. Melalui mie sedaap, Wings mencoba menyasar pasar makanan siap saji ini

melalui aksi promosi yang terhitung gencar. Gaung promosi mie Sedaap seolah

menjadi fenomena baru bagi para penikmat mie agar berkesempatan mencicipi

produk mie keluaran PT. Sayap Mas Utama.

Menurut Rudy Bonardi, manajer promosi Wings Group menjelaskan

terjunnya Wings ke produk mie instan di dasari dua hal yaitu:

1. Sebagai perusahaan consumer good maka pihaknya merasa perlu

mengembangkan produk makanan dan bukan makanan.

2. Konsumsi mie instan di Indonesia dibanding dengan negara lain seperti

Malaysia dan Thailand masih sangat kecil, namun perlahan mulai

menjadi kebudayaan bangsa ini, sehingga masih banyak pasar yang

menjanjikan.

Meski saat ini pangsa pasar masih dikuasai dan didominasi produk dari

Indofood, namun pasar mie di Indonesia saat ini baru sekitar 50 bungkus per

orang per tahunnya dan atau sekitar satu bungkus per minggu, celah inilah yang

dimanfaatkan Wings dengan mengeluarkan produk mie Sedaap.

Kunci keberhasilan mie Seedap adalah dengan menawarkan harga yang

relatif murah, dengan kualitas yang tidak kalah dibanding pesaing. Rahasia sukses

mie Sedaap terletak pada kemampuannya mendesain harga produk penjualan

(54)

rata-rata mie Sedaap per unit, untuk mie kuah Rp. 1.300,- sedangkan mie goreng

Rp.1.500,-. Pasar yang digarap atau target market dari mie Sedaap sendiri adalah

menengah kebawah akan tetapi dengan varian rasa yang berbeda dapat menarik

minat beli konsumen dari berbagai macam kelas sosial. Mie sedaap juga memiliki

jaringan distribusi yang kuat dengan aktivitas promosi yang gencar.

Langkah promosi yang gencar dilakukan mie Sedaap melalui iklan dan

kegiatan promosi lainnya mie Sedaap mengalokasikan dana sekitar 15

milliar setahun. Menurut data dari Nielsen Media Research (berdasarkan harga

standar iklan tanpa potongan) dalam priode Januari-Mei 2004, mie Sedaap

sudah mengeluarkan belanja iklan sebesar Rp.33,8 milliar, hampir

seluruhnya di media televisi dan sedikit di majalah dan tabloid.

(http://www.nielsenmedia.co.uk/index.html)

Debut mie Sedaap yang melesat tinggi memang diluar perkiraaan, setelah

diluncurkan pada April 2003, mie Sedaap sudah berhasil mengambil 12% pangsa

pasar pesaingnya. Jika total pangsa pasar mie instan Rp.8 Trilliun per tahun,

dimana 80% dikuasai oleh pesaing utamanya yaitu Indofood maka mie Sedaap

telah menguasai Rp.960 milliar. Mie sedaap produk mie instan yang keluar pada

pertengahan tahun 2003 secara perlahan berhasil bersaing dengan mie instan yang

diproduksi PT. Indofood, mie instan yang diproduksi Wingsfood memperoleh

market share 15% untuk indutri penjualan produk mie instan terbaik pada juli

2004 dari majalah swa. Mie Sedaap merespon permintaan dari konsumen dengan

mendirikan pabrik yang berada di Jakarta dan Surabaya untuk memenuhi

(55)

Brand berpotensi untuk kategori mie instan. Dan pada tahun 2005 dan 2007

mendapat penghargaan sebagai Top Brand untuk kategori mie instan.

(http://swa.co.id/?s=mie+sedaap+top+brand+2005%2C2007)

Mie Sedaap dengan jenis mie kuah dan mie gorengnya juga sama-sama

disukai oleh konsumennya, untuk kategori varian mie goreng lebih laku keras

dibandingkan dengan sambal goreng, sedangkan untuk varian rebus yang paling

laku adalah varian soto dan menyusul kari. Mie Sedaap membaca peluang dengan

penawaran rasa mie instan yang tidak “biasa” dalam arti benar-benar terasa

sedapnya ternyata dapat diterima masyarakat karena rasanya yang khas dan

bumbu bawang gorengnya yang gurih dengan keunggulan “kriuk bawang”.

Hingga saat ini mie Sedaap mampu membuktikan produknya sebagai salah satu

pilihan konsumen dalam membeli produk mie instan.

(56)

Sumber:

Gambar 4.1

Produk Mie Sedaap

Mie Sedaap muncul pertama kali dengan keunggulan produk mie goreng,

kemudian baru menyusul mie kuah dengan rasa kari ayam, soto, kaldu

ayam, ayam bawang dan yang terbaru rasa sambal goreng. Keunggulan

produk mengarah kepada bumbu dan rasa mie instannya.

b. Logo Produk

Sumber:

Gambar 4.2 Logo Mie Sedaap

Pada logo mie Sedaap, tulisan Sedaap dengan warna biru untuk

menyeimbangkan warna putih yang menjadi background dasar cukup

sesuai, dalam logo ini juga terdapat logo Wingsfood yang berarti mie

Sedaap merupakan salah satu produk dari Wingsfood.

c. Harga Produk

Produk mie Sedaap dijual dengan harga yang tergantung dari jenisnya.

Misalnya mie Sedaap kuah seharga Rp. 1.300,- dan mie Sedaap goreng

(57)

d. Bahan Pembentuknya

Bahan pembentukannya terbuat dari gandum dan telur yang memiliki 7

berprotein dan mineral sesuai yang pernah diiklankan.

e. Pasar Sasaran

Pasar sasaran yang dituju adalah masyarakat luas, karena mie instan

biasanya dikonsumsi siapa saja tanpa memandang generasi mereka.

Mengenai tingkat kelas sosialnya adalah masyarakat yang berada pada

tingkatan menengah ke bawah. Namun akhir-akhir ini mie Sedaap lebih

fokus kepada kalangan muda, hal ini terlihat pada iklannya yang

menggunakan endoser yang segmennya adalah kaum muda dan lebih

menggunakan istilah-istilah kalangan muda.

f. Iklan atau media yang digunakan

Mie Sedaap berani mengeluarkan belanja iklan yang vukup tinggi, melihat

besarnya nama perusahaan Wings yang memproduksinya perusahaan

ternama ini pastilah mengeluarkan produk yang berkualitas dan brand nya

sudah diketahui masyarakat. Promosi yang dilakukan melalui televisi,

billboard, koran majalah dan event-event yang di kuti dan diadakan.

g. Distribusi

Pada awal kemunculan produk mie Sedaap, ada sedikit keterlambatan

proses pendistribusian terutama untuk produk mie Sedaap jenis mie goreng

sehingga peluang ini sempat dibaca oleh pesaing untuk menggaet

konsumen dengan mengeluarkan produk Supermi Sedaaap, dengan

(58)

dengan nama yang hampir sama akan dapat mengelabui konsumen untuk

membedakan nama produk mie Sedaap yang diproduksi Wingsfood dan

nama yang diproduksi pesaing lainnya, sehingga ketika iklan mie Sedaap

muncul sempat terjadi “miss consume” karena produk yang diinginkan

konsumen tidak ada dipasaran dan bias, sehingga konsumen justru

membeli produk yang bukan diinginkannya.

h. Kekhasan Produk

Mie Sedaap memiliki bumbu yang khas dengan bumbunya yang lezat

hampir menyerupai aroma masakan aslinya. Keunggulan sangat terasa

pada mie goreng dan mie sotonya.

i. Tagline

“Mie sedaap jelas terasa sedapnya”.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas

Pengujian instrumen dalam penelitian ini menggunakan bantuan software

SPSS 17.00 for windows. Penulis mengajukan kuesioner yang berisi 17

pernyataan yang menyangkut variabel bebas yang berupa ketelibatan konsumen

dan perbedaan antar merek dengan variabel terikat berupa keputusan membeli

kepada 30 orang responden untuk keperluan uji validitas dan reliabiltas.

1. Uji Validitas

Dalam uji validitas menggunakan kriteria sebagai berikut:

(59)

b. Jika rhiting < rtabel maka pernyataan tersebut dinyatakan tidak valid

Correlation Rtabel Validitas

VAR00001 59.9667 .730 .361 Valid

Sumber: Hasil Olahan SPSS 17.00 for Windows (Mei 2011)

Gambar

Tabel 1.1 Pangsa Pasar Mie Instan Indonesia
Tabel 1.2 Berbagai Macam Produk Mie Instan
Gambar 2.1 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT, strategi yang dipilih lebih pada alternatif strategi Weakness-Opportunity (strategi WO), dimana strategi yang disusun

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan transportasi, terutama teruntuk masyarakat yang tinggal di kawasan ibu kota yaitu Bogor, Depok, Tangerang dan

[r]

Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang digunakan untuk membina manusia dari kecil sampai mati. Karena pendidikan Islam merupakan pendidikan seumur hidup, maka perlu

Schumpeter (1954) mengatakan, terdapat suatu great gap dalam sejarah pemikiran ekonomi selama lebih dari 500 tahun, yaitu pada masa yang dikenal dengan dark ages oleh

perempuan dan anak yang menjadi penghuni Magdalene’s Laundry telah terabaikan hak sipilnya. dimana justru hanya tinggal diam bahkan turut campur dalam melakukan

Dari hasil optimalisasi dengan programa linier sederhana didapatkan hasil tenaga panas bumi yang bisa dimanfaatkan untuk industri pembangkit sebesar 157,2 juta