SKRIPSI
ANALISIS KETERLIBATAN KONSUMEN DAN PERBEDAAN
ANTAR MEREK TERHADAP KEPUTUSAN MEMBELI
MIE INSTAN MEREK SEDAAP PADA MAHASISWA
FAKULTAS PERTANIAN USU
OLEH :
AHMAD LUQMAN HARUN GOZALI 070502139
PROGRAM STUDI STRATA I MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Analisis Keterlibatan Konsumen dan Perbedaan antar Merek terhadap Keputusan Membeli Mie Instan Merek Sedaap pada Mahasiswa Fakultas Pertanian USU”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh keterlibatan konsumen dan perbedaan antar merek terhadap keputusan membeli mie instan merek Sedaap pada mahasiswa Fakultas Pertanian USU. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah keterlibatan konsumen dan perbedaan antar merek berpengaruh terhadap keputusan membeli mie instan merek Sedaap pada mahasiswa Fakultas Pertanian USU.
Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Dengan populasi sasaran adalah mahasiswa Fakultas Pertanian USU yang pernah mengkonsumsi mie instan merek Sedaap. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Variabel yang diukur menggunakan skala likert. Pengolahan data menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS versi 17.00 dan pengujian hipotesis dengan analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan konsumen dan perbedaan antar merek secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan membeli mie instan merek Sedaap pada mahasiswa Fakultas Pertanian USU dengan adjusted R square sebesar 62,1%.
ABSTRACT
This research titled “Analysis of The Influence of Consumer Involvement and Differences inter Brands for Buying Decision Instant Noodles Brand of Sedaap on Agricultural Faculty of University of North Sumatera’s students”. This research aims to determine and analyze the influences of consumer involvement and differences inter brands for buying decision instant noodles brand of Sedaap on Agricultural Faculty of University of North Sumatera’s students. The problem in this research is whether the consumer involvement and differences inter brands for buying decision instant noodles brand of Sedaap on Agricultural Faculty of University of North Sumatera’s students.
Sampling technique using a purposive sampling method. With the target of population are Agricultural Faculty of University of North Sumatera’s students who had consume instant noodles brand of Sedaap. Data colected by questionaire. Data measured using Likert scale. Data processing using software SPSS 17.00 for windows. And hypothesis testing using linier regresion analysis.
Results showed that consumer involvement and differences inter brands jointly have a positive and significant effect on buying decision instant noodles brand of Sedaap on Agricultural Faculty of University of North Sumatera’s students with adjusted R sequare 62,1%.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada
ALLAH SWT atas segala rahmat dan karunia-NYA sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Keterlibatan Konsumen dan
Perbedaan antar Merek terhadap Keputusan Membeli Mie Instan Merek Sedaap
pada Mahasiswa Fakultas Pertanian USU”. Skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Sumatera Utara.
Selama studi dan pengerjaan penelitian ini penulis telah banyak mendapatkan
bantuan berupa masukan, saran, motivasi dan do’a dari berbagai pihak khususnya
pihak keluaraga. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada kedua orang tua saya, Ayahanda (alm) Ahmad Gozali Lubis dan Ibunda
Nur Adalah Hasibuan atas semua kasih sayang, do’a, dan dukungan yang selalu
Ayahanda dan Ibunda berikan selama ini pada penulis. Sampai kapan pun cinta
dan kasih sayang Ayahanda dan Ibunda tidak akan pernah dapat penulis lupakan.
Kemudian pada kesempatan ini juga penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1. Bpk Drs. Jhon Tafbu Ritonga M.Ec sebagai Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, M.Si sebagai Ketua Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini SE, M.Si sebagai Ketua Program Studi
4. Ibu Marhayanie, SE, M.Si sebagai Sekertaris Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Dra. Marhaini, M.Si sebagai Dosen Pembimbing penulis. Penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beliau karena
telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan pengertian.
6. Ibu Frida Ramadini, SE, MM sebagai Dosen Penguji I penulis, yang telah
banyak memberikan nasehat dan masukan dalam penyempurnaan penulis
dan isi dalam penelitian ini.
7. Bpk. Liasta Ginting, SE, M.Si sebagai Dosen Penguji II penulis, yang
telah banyak memberikan masukan dan saran kepada penulis untuk dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
8. Kepada dosen-dosen Universitas Sumatera Utara khususnya dosen-dosen
Fakultas Ekonomi yang telah mengajar dan memberikan ilmunya kepada
penulis dengan baik dan penuh kesabaran.
9. Kepada adik, abang, kakak-kakakku, dan keluarga besar di Medan,
Kotanopan, Laru, Mompang, Padang Sidimpuan, terima kasih banyak
buat do’a dan dukungan yang kalian berikan.
10.Kepada teman-teman seperjuangan dan sepermaianan: Abdul Hadi, Adi
Akhyar, Amar, Anantha Frana, Bagus, Fauzan, Heri, Ikhsan, Jansen, M.
Ari Irawan, Nurdin, Yusuf, Zein dan anak-anak manajemen 2007 semua,
terima kasih banyak atas bantuan dan dukungannya.
Medan, 30 Mei 2011
DAFTAR ISI
2.1.1 Pengertian Perilaku konsumen ... 10
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ... 11
2.1.3 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian ...14
2.1.4 Keterlibatan Konsumen ...17
2.1.5 Merek (Brand)...18
2.2 Penelitian Terdahulu ...22
2.3 Kerangka Konseptual ...24
2.4 Hipotesis ...25
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
3.1 Jenis Penelitian...26
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ...26
3.3 Batasan Operasional ...26
3.4 Operasionalisasi Variabel ...27
3.5 Skala Pengukuran Variabel ...28
3.6 Populasi dan Sampel ...29
3.7 Metode Pengumpulan Data ...32
3.7.1 Jenis dan Sumber Data ...32
3.7.2 Metode Pengumpulan Data ...32
3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas ...33
3.9 Teknik Analisis Data ...33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38
4.1 Gambaran Umum Perusahaan ...38
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ...38
4.1.2 Latar Belakang Mie Sedaap ...40
4.2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas...46
4.2.2 Analisis Deskriptif ...48
4.2.3 Uji Asumsi Klasik ...62
4.2.4 Analisis Regresi Linier Berganda ...67
4.3 Pembahasan ...70
4.3.1 Pengaruh Keterlibatan Konsumen terhadap Keputusan Membeli 70 4.3.2 Pengaruh Perbedaan antar Merek terhadap Keputusan Membeli.71 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73
5.1 Kesimpulan ...73
5.2 Saran ...74
DAFTAR PUSTAKA ...76
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1 Pangsa Pasar Mie Instan Indonesia ... 4
1.2 Berbagai Macam Produk Mie Instan ... 6
3.1 Operasionalisasi Variabel ... 28
3.2 Instrumen Skala Likert ... 29
3.3 Jumlah Mahasiswa Fakultas Pertanian USU ... 30
4.1 Validitas Instrumen ... 47
4.2 Uji Reliabilitas ... 48
4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 49
4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tempat Tinggal ... 50
4.5 Merek Mie Instan yang Sering Dikonsumsi Responden ... 50
4.6 Jumlah Merek Mie Instan yang Pernah Dikonsumsi Responden ... 51
4.7 Frekuensi Konsumsi Mie Instan Responden ... 52
4.8 Distribusi Jawaban Responden terhadap Variabel Keterlibatan Konsumen 53 4.9 Distribusi Jawaban Responden terhadap Variabel Perbedaan antar Merek . 56 4.10 Distribusi Jawaban Responden terhadap Variabel Keputusan Membeli ... 59
4.11 Uji Kolmogorov Smirnov ... 64
4.12 Uji Glejser ... 65
4.13 Uji Multikolinieritas ... 66
4.14 Uji Simultan (Uji F) ... 67
4.15 Uji Parsial (Uji t) ... 68
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Proses pengambilan keputusan pembelian ... 14
2.2 Kerangka konseptual ... 25
4.1 Produk Mie Sedaap ... 43
4.2 Logo Mie Sedaap ... 44
4.3 Histogram Uji Normalitas ... 62
4.4 P-Plot Uji Normalitas ... 63
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Kuesioner ...78
2 Prasurvei ...76
3 Validitas dan Reliabilitas ...77
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Analisis Keterlibatan Konsumen dan Perbedaan antar Merek terhadap Keputusan Membeli Mie Instan Merek Sedaap pada Mahasiswa Fakultas Pertanian USU”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh keterlibatan konsumen dan perbedaan antar merek terhadap keputusan membeli mie instan merek Sedaap pada mahasiswa Fakultas Pertanian USU. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah keterlibatan konsumen dan perbedaan antar merek berpengaruh terhadap keputusan membeli mie instan merek Sedaap pada mahasiswa Fakultas Pertanian USU.
Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Dengan populasi sasaran adalah mahasiswa Fakultas Pertanian USU yang pernah mengkonsumsi mie instan merek Sedaap. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Variabel yang diukur menggunakan skala likert. Pengolahan data menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS versi 17.00 dan pengujian hipotesis dengan analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan konsumen dan perbedaan antar merek secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan membeli mie instan merek Sedaap pada mahasiswa Fakultas Pertanian USU dengan adjusted R square sebesar 62,1%.
ABSTRACT
This research titled “Analysis of The Influence of Consumer Involvement and Differences inter Brands for Buying Decision Instant Noodles Brand of Sedaap on Agricultural Faculty of University of North Sumatera’s students”. This research aims to determine and analyze the influences of consumer involvement and differences inter brands for buying decision instant noodles brand of Sedaap on Agricultural Faculty of University of North Sumatera’s students. The problem in this research is whether the consumer involvement and differences inter brands for buying decision instant noodles brand of Sedaap on Agricultural Faculty of University of North Sumatera’s students.
Sampling technique using a purposive sampling method. With the target of population are Agricultural Faculty of University of North Sumatera’s students who had consume instant noodles brand of Sedaap. Data colected by questionaire. Data measured using Likert scale. Data processing using software SPSS 17.00 for windows. And hypothesis testing using linier regresion analysis.
Results showed that consumer involvement and differences inter brands jointly have a positive and significant effect on buying decision instant noodles brand of Sedaap on Agricultural Faculty of University of North Sumatera’s students with adjusted R sequare 62,1%.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia, sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk ke-3 terbesar di
dunia memiliki kebutuhan pangan yang besar untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi masyarakatnya. Karena besarnya jumlah penduduk yang dimiliki,
menjadikan masyarakat Indonesia sebagai pasar barang dan jasa yang sangat
potensial bagi perusahaan-perusahaan nasional maupun multinasional. Oleh
karena itu, setiap perusahaan terus berlomba untuk merebut pasar tersebut dengan
menggunakan berbagai macam strategi pemasaran yang dapat mempengaruhi
keputusan membeli konsumen.
Keputusan membeli suatu produk ada pada diri konsumen karena pasar
menyediakan berbagai pilihan produk dan merek yang beragam. Konsumen bebas
memilih berbagai produk dengan mengggunakan berbagai kriteria yang sesuai
dengan kebutuhan, selera, daya beli, mutu yang baik, dan harga yang lebih murah.
Para pemasar yang memahami keinginan konsumen memilih suatu produk,
memungkinkannya mempengaruhi keputusan pembelian dan memiliki
kemampuan yang lebih baik untuk memenangkan kompetisi pasar.
Perilaku konsumen adalah interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi,
perilaku dan lingkungannya di mana manusia melakukan kegiatan pertukaran
dalam hidup mereka. Perilaku konsumen adalah dinamis, berarti bahwa perilaku
seorang konsumen, grup konsumen ataupun masyarakat luas selalu berubah
perilaku konsumen menyiratkan bahwa sebuah perusahaan tidak boleh berharap
bahwa suatu strategi pemasaran yang sama dapat memberikan hasil yang sama
sepanjang waktu dalam berbagai pasar dan industri. (Setiadi, 2003:3)
Perilaku konsumen dalam melakukan keputusan pembelian dipengaruhi
oleh faktor sosial budaya yang terdiri atas kebudayaan, budaya khusus, kelas
sosial, kelompok sosial, referensi, keluarga, dan faktor psikologi yang terdiri dari
motivasi, persepsi, proses belajar, kepercayaan dan sikap, dan konsep diri. Peran
kedua faktor tersebut berbeda untuk produk yang berbeda. (Mangkunegara 2003:
39)
Perilaku konsumen berpedoman pada pengkombinasian dua faktor pada
penelitian ini yaitu keterlibatan konsumen dan perbedaan antar merek.
Keterlibatan konsumen adalah status motivasi yang menggerakkan serta
mengarahkan proses kognitif dan perilaku konsumen pada saat membuat
keputusan. Perbedaan antar merek mengacu pada persepsi konsumen yang lebih
mungkin untuk melihat perbedaan dalam sifat yang ditawarkan oleh berbagai
merek suatu produk dan hasilnya yang lazim adalah kesetiaan atau loyalitas yang
lebih besar ketika preferensi didasarkan atas keterlibatan yang dirasakan tinggi.
(Setiadi 2003 : 116)
Mie instan kini semakin diminati oleh masyarakat Indonesia. Tanpa
melihat status ekonomi, mie instan dengan cepat meraih pangsa pasar yang besar
di Indonesia. Tingkat pertumbuhan produksi mie instan mencapai angka triliunan
rupiah per tahun. Hal tersebut dapat dilihat dari potensi pasar yang terus
mengalami kenaikan mencapai 9% dari total nilai penjualan di sektor ritel.
Nilainya naik dari Rp6,1 triliun pada 1999 jadi Rp9,4 triliun di 2004. Apalagi
sejak 2004 hingga 2009 justru mengalami kenaikan pesat ke level 15% atau
setara dengan Rp15,9 triliun.
Di antara bermacam produk mie instan yang beredar di pasar, mie
Sedaap merupakan salah satu merek yang mampu mencuri perhatian
konsumen dan para pesaingnya. Mie Sedaap berhasil menggebrak dan sempat
merebut pangsa pasar di Indonesia pada awal kemunculannya tahun 2003.
Meskipun Indomie masih tetap menguasai pangsa pasar, namun pangsa
pasarnya kian tergerus. Pangsa pasar Indomie semakin menurun dari sekitar
90% menjadi 75,5% pada tahun 2003 saat mie Sedaap muncul sebagai pesaing
baru Indomie.
Pangsa pasar mie instan di Indonesia pada penghujung tahun 2010 dapat
Tabel 1.1
Pangsa Pasar Mie Instan Indonesia
Merek Pangsa Pasar (%)
Tabel 1.1 tersebut menunjukkan pangsa pasar Mie Sedaap kini sudah
mencapai 26,4%. Ini menunjukkan Mie Sedaap terus mengalami peningkatan dari
tahun-tahun sebelumnya dan peningkatannya sudah lebih dari 50% bila
dibandingkan dengan awal kemunculannya pada tahun 2003 yang hanya
menguasai pangsa pasar sekitar 12%. Namun pada tahun-tahun berikutnya pangsa
pasar mie Sedaap terus mengalami peningkatan sebesar 12,8% pada tahun 2004,
13,4% pada tahun 2005, 22,4% pada tahun 2006, 22,9% pada tahun 2007 hingga
mencapai 26,4% pada penghujung tahun 2010. Hal ini berbanding terbalik dengan
pesaing utamanya yaitu Indomie. Pangsa pasar Indomie malah mengalami
penurunan dari tahun ke tahun. Pada awalnya Indomie menguasai pangsa pasar
mie instan sampai 90%, namun pada saat kemunculan mie Sedaap (pada tahun
2003) pangsa pasar Indomie menurun menjadi 75,5%, kemudian menurun lagi
72,5% pada tahun 2004, 66,3% pada tahun 2005, 64,3% pada tahun 2006. Pada
tahun 2007 pangsa pasar Indomie sempat mengalami peningkatan menjadi 65,3%,
namun kembali menurun menjadi 64,6% pada penghujung tahun 2010.
Mie Sedaap (Wings Group) yang terjun ke dalam bisnis mie instan harus
bersaing dengan merek mie instan lainnya, seperti Indomie, Supermi, dan Sarimi
(Indofood), Kare, Selera Rakyat (GOT), ABC (PT. ABC President), Gaga 100
(PT. Jakarta Tama), Alhami (PT. Olaga Sukses Mandiri), dan sebagainya.
Ketatnya persaingan dalam bisnis mie instan membuat para produsen mie instan
berlomba-lomba menciptakan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen
dan menerapkan berbagai strategi pemasaran yang dapat menarik pelanggan dan
meningkatkan penjualannya. Salah satu strategi mie Sedaap yang sangat mencuri
perhatian konsumen dan para pesaingnya adalah memunculkan produk mie instan
dengan variasi rasa yang belum pernah ada sebelumnya yaitu mie Sedaap
“kriuk-kriuk”. Hal ini merupakan ide baru yang diimunculkan mie Sedaap dan kemudian
diikuti oleh para produsen mie instan lainnya.
Tabel 1.2 berikut ini merupakan variasi berbagai macam produk mie instan
Tabel 1.2
Berbagai Macam Produk Mie Instan
No. Nama produk Harga @ Rp Nama perusahaan
1 Indomie:
a. Indomie Kaldu Ayam b. Indomie Kari
c. Indomie Goreng d. Indomie Mie Kriting
Rp. 1400
c. Mie Sedaap Kari Spesial d. Mie Sedaap Goreng
Rp. 1300
Sumber: Indomaret Karya Jaya Titi Kuning Medan, 23 Februari 2011
Tabel 1.2 tersebut menunjukkan variasi dari berbagai macam produk mie
instan yang ada di pasar. Dengan adanya variasi-variasi rasa, porsi dan harga
membuat konsumen lebih bebas untuk memilih produk sesuai dengan keinginan,
selera dan daya belinya. Kondisi ini memberikan keuntungan bagi konsumen
karena memilki banyak alternatif sehingga dapat memilih merek mie instan yang
sesuai dengan keinginannya.
Demikian juga bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa Fakultas Pertanian
USU yang sebagian besar mahasiswanya berdomisili jauh dari orang tua. Mie
Sedaap merupakan alternatif konsumsi yang tepat bagi mereka karena kepraktisan
sifatnya tahan lama. Tabel 1.2 di atas menunjukkan bahwa mie Sedaap merupakan
mie instan yang relatif terjangkau apabila dibandingkan dengan mie instan merek
lainnya. Harga ini sangat sesuai dengan kantong para mahasiswa Fakultas
Pertanian USU yang sebagian besar berdomosili jauh dari orang tua sehingga
mereka dituntut untuk menggunakan uang sebaik mungkin.
Hasil prasurvei menunjukkan bahwa mahasiswa Fakultas Pertanian USU
merupakan salah satu konsumen mie sedaap dengan tingkat konsumsi yang cukup
tinggi dari mie instan yang lainnya. Dari 15 orang mahasiswa yang disurvei
semuanya mengetahui mie Sedaap, 12 orang diantaranya atau 80% dari total
mahasiswa yang disurvei pernah mengkonsumsi mie Sedaap. Meskipun sebagian
besar dari 15 orang mahasiswa yang disurvei masih menjadikan mie Sedaap
sebagai prioritas kedua untuk dikonsumsi akan tetapi 6 orang diantaranya sudah
menjadikan mie Sedaap sebagai prioritas pertama untuk dikonsumsi.
Berdasarkan hasil prasurvei tersebut, peneliti tertarik untuk memilih judul
penelitian “Analisis Keterlibatan Konsumen dan Perbedaan antar Merek
terhadap Keputusan Membeli Mie Instan Merek Sedaap pada Mahasiswa
Fakultas Pertanian USU”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dirumuskan masalah sebagai berikut:
Apakah keterlibatan konsumen dan perbedaan antar merek berpengaruh positif
dan signifikan terhadap pengambilan keputusan membeli produk mie instan merek
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh keterlibatan konsumen dan
perbedaan antar merek dalam proses pengambilan keputusan membeli
produk mie instan merek Sedaap pada mahasiswa Fakultas Pertanian
USU.
b. Untuk mengetahui faktor manakah yang paling dominan dalam penentuan
pengambilan keputusan membeli produk mie instan merek Sedaap pada
mahasiswa Fakultas Pertanian USU.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan informasi bagi
perusahaan untuk mengetahui faktor yang bepengaruh dominan terhadap
keputusan konsumen dalam membeli produk yang ditawarkannya.
b. Bagi Penulis
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam
bidang yang diteliti dan dapat menambah pemahaman penulis dalam
c. Bagi pihak lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
perbandingan dan referensi dalam melakukan penelitian lebih lanjut untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoretis
2.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen
The American Marketing (Setiadi, 2003:3) mendefinisikan perilaku
konsumen sebagai interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi, perilaku dan
lingkungannya di mana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup
mereka.
Perilaku konsumen adalah dinamis, berarti bahwa perilaku seorang
konsumen, grup konsumen ataupun masyarakat luas selalu berubah sepanjang
waktu. Dalam hal pengembangan startegi pemasaran, sifat dinamis perilaku
konsumen menyiratkan bahwa seseorang tidak boleh berharap bahwa suatu
strategi pemasaran yang sama dapat memberikan hasil yang sama sepanjang
waktu dalam berbagai pasar dan industri. Perilaku konsumen melibatkan
pertukaran merupakan hal terakhir yang ditekankan dalam perilaku konsumen
yaitu pertukaran antar individu.
Schiffman dan Kanuk (Sumarwan, 2003: 25) mendefinisikan perilaku
konsumen sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari,
membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang
mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka.
Sementara Engel, Blackwell dan Miniard (Sumarwan, 2003: 25)
mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa termasuk
proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini.
David L.London dan Albert J.Della Bitta (Mangkunegara, 2003: 3)
mendefinisikan perilaku konsumen sebagai proses pengambilan keputusan dan
aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam proses mengevaluasi,
memperoleh, menggunakan atau dapat mempergunakan barang-barang dan jasa.
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Menurut William J.Stanton (Mangkunegara 2003: 39) ada 2 kekuatan dari
faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu kekuatan sosial budaya dan
kekuatan psikologis.
1. Kekuatan Sosial Budaya
a. Faktor Budaya
Adalah hasil kreativitas manusia dari suatu generasi ke generasi yang sangat
menentukan perilaku dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
Kebudayaan merupakan suatu hal yang kompleks yang meliputi ilmu
pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, adat, kebiasaan, dan norma-norma
yang berlaku pada masyarakat.
b. Faktor Kelas Sosial
Adalah suatu kelompok yang terdiri dari sejumlah orang yang mempunyai
kedudukan yang seimbang dalam masyarakat. Kelas sosial berbeda dengan
status sosial walaupun seringkali kedua istilah ini diartikan sama.
Sebenarnya kedua istilah tersebut merupakan dua konsep yang berbeda.
sama, memungkinkan status sosialnya berbeda atau yang satu lebih tinggi
status sosialnya daripada yang lainnya.
c. Faktor Anutan (Small References Group)
Adalah suatu kelompok orang yang mempengaruhi sikap, pendapat dan
perilaku konsumen. Kelompok anutan ini merupakan kumpulan keluarga,
kelompok atau organisasi tertentu. Misalnya perhimpunan artis, kelompok
pemuda, dan organisasi kecil lainnya. Pengaruh kelompok anutan terhadap
perilaku konsumen antara lain dalam menentukan produk dan merek yang
mereka gunakan yang sesuai dengan aspirasi kelompok. Keefektifan
pengaruh perilaku konsumen dari kelompok anutan tersebut sangat
tergantung pula pada kualitas produk dan informasi yang tersedia pada
konsumen.
d. Faktor Keluarga
Adalah suatu unit masyarakat yang terkecil yang perilakunya sangat
mempengaruhi dan menentukan dalam proses pengambilan keputusan
membeli. Keluarga dapat berbentuk keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu,
anak, kakek, dan nenek serta keturunannya.
Perusahaan yang menganalisis perilaku konsumen, dapat dilihat dari faktor
keluarga yang sangat berperan sebagai pengambil inisiatif, pemberi
2. Kekuatan faktor psikologis
a. Faktor pengalaman belajar
Didefinisikan sebagai suatu perilaku akibat pengalaman sebelumnya.
Perilaku konsumen dapat dipelajari karena sangat dipengaruhi oleh
pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar konsumen akan menentukan
tindakan dalam pengambilan keputusan pembelian.
b. Faktor kepribadian
Didefinisikan sebagai suatu bentuk dari sifat-sifat yang ada pada diri
individu yang sangat menentukan perilakunya. Kepribadian konsumen
sangat ditentukan internal (IQ, emosi, cara berpikir) dan faktor eksternal
(lingkungan fisik, keluarga, masyarakat, sekolah, dan lingkungan alam).
Kepribadian konsumen akan mempengaruhi persepsi dan pengambilan
keputusan dalam membeli.
c. Faktor sikap dan keyakinan
Sikap didefinisikan sebagai suatu penilaian seseorang terhadap suka atau
tidak suka, perasaan emosional yang tindakannya cenderung ke arah
berbagai objek atau ide. Dalam hubungannya dengan perilaku konsumen,
sikap dan keyakinan sangat berpengaruh dalam menentukan suatu produk,
merek, dan pelayanan. Sikap dan keyakinan konsumen terhadap suatu
produk atau merek dapat diubah melalui komunikasi dan pemberian
d. Konsep diri (self consept)
Didefinisikan sebagai cara kita melihat diri sendiri dan dalam waktu
tertentu sebagai gambaran tentang apa yang kita pikirkan. Dalam
hubungannya dengan perilaku konsumen, perlu diciptakan situasi atau
kondisi yang diharapkan konsumen. Begitu pula menyediakan dan
melayani konsumen dengan produk dan merek tertentu harus disesuaikan
dengan apa yang diharapkan konsumen.
2.1.3 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Proses pembelian secara spesifik terdiri dari urutan kejadian berikut:
pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan
pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Tugas pemasar adalah memahami
perilaku pembeli pada tiap-tiap tahap dan pengaruh apa yang bekerja pada
tahap-tahap itu. (Setiadi, 2003: 16)
Secara umum proses tersebut dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut:
Sumber: Setiadi (2003: 16)
Gambar 2.1
Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Gambar 2.1 di atas menunjukkan bahwa konsumen melewati kelima tahap
tersebut pada setiap melakukan pembelian. Adapun dalam pembelian yang lebih
rutin, konsumen seringkali melompati atau membalik beberapa tahap ini. Seorang
wanita yang membeli pasta gigi dari merek yang sudah biasa dipergunakanya
akan mengenali kebutuhannya sehingga dia langsung pada keputusan pembelian.
Model tersebut menunjukkan bahwa semua pertimbangan akan muncul ketika
konsumen menghadapi situasi pembelian yang kompleks dan baru.
Secara rinci tahap-tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pengenalan Masalah
Proses membeli diawali saat pembeli menyadari adanya masalah kebutuhan.
Pembeli menyadari terdapat perbedaan antara kondisi sesungguhnya dengan
kondisi yang diinginkannya. Kebutuhan ini dapat disebabkan oleh ransangan
internal dalam kasus pertama dari kebutuhan normal seseorang atau ransangan
eksternal seseorang.
2. Pencarian Informasi
Seorang konsumen yang mulai timbul minatnya untuk melakukan pembelian
akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Salah satu faktor
kunci bagi pemasar adalah sumber-sumber informasi utama yang
dipertimbangkan konsumen dan pengaruh relatif dari masing-masing sumber
terhadap keputusan pembelian. Sumber-sumber informasi dapat dikelompokkan
menjadi 4 yaitu:
a. Sumber Pribadi: keluarga, teman, tetangga, dan kenalan
b. Sumber Komersil: iklan, tenaga penjual, penyalur, kemasan, pameran
c. Sumber Umum: media massa, organisasi konsumen
d. Sumber Pengalaman: pernah menangani, menguji, menggunakan produk
3. Evaluasi Alternatif
Ada beberapa proses evaluasi alternatif keputusan. Kebanyakan model dari
konsumen sebagai pembentuk penilaian terhadap produk terutama berdasarkan
pertimbangan yang sadar dan rasional.
4. Keputusan Membeli
Ada 2 faktor yang mempengaruhi tujuan membeli dan keputusan membeli.
Faktor yang pertama adalah sikap atau pendirian orang lain, sejauh mana sikap
orang lain akan mengurangi alternatif pilihan seseorang akan tergantung pada
dua hal yaitu intensitas sikap negatif orang lain tersebut terhadap alternatif
pilihan konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain
tersebut.
Faktor yang kedua adalah situasi yang tidak bisa diantisipasi. Konsumen
membentuk suatu maksud pembelian atas dasar faktor-faktor seperti
pendapatan keluarga yang diharapkan, harga yang diharapkan, dan manfaat
produk yang diharapkan. Ketika konsumen akan bertindak, faktor situasi yang
tidak diantisipasi mungkin terjadi dan mengubah maksud pembelian tersebut.
5. Perilaku Pasca Pembelian
Setelah pembelian terhadap suatu produk dilakukan, konsumen akan
mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Konsumen tersebut
juga akan terlibat dalam tindakan-tindakan sebuah pembelian dan penggunaan
produk yang akan menarik perhatian pemasar. Pekerjaan pemasar tidak akan
berakhir pada saat suatu produk dibeli, tetapi akan terus berlangsung hingga
periode sesudah pembelian. Kepuasan pembeli merupakan fungsi dari seberapa
dekat harapan pembeli atas produk dengan manfaat yang dirasakan dari produk
tersebut akan merasa dikecewakan. Tetapi jika memenuhi harapan, maka
pelanggan tersebut akan merasa puas, dan jika melebihi harapan maka
pelanggan tersebut akan merasa sangat puas.
2.1.4 Keterlibatan Konsumen
Istilah ini pertama kali dipopulerkan di dalam lingkungan pemasaran oleh
Krugman pada tahun 1965 dan mampu membangkitkan minat yang besar pada
saat itu. Keterlibatan adalah tingkat kepentingan pribadi yang dirasakan atau
minat yang dibangkitkan oleh stimulus dalam situasi spesifik hingga jangkauan
kehadirannya, konsumen bertindak dengan sengaja untuk meminimumkan resiko
dan memaksimalkan manfaat yang diperoleh dari pembelian dan pemakaian.
Keterlibatan diaktifkan ketika objek (produk barang, jasa, atau pesanan
promosi) dirasakan membantu dalam memenuhi kebutuhan, tujuan dan nilai
adalah yang paling penting. Namun seperti yang kita lihat, pentingnya pemenuhan
kebutuhan yang dirasakan dari objek akan bervariasi dari situasi ke situasi
berikutnya.
Relevansi pribadi intrinsik (intrinsic self – relevance) mengacu pada
pengetahuan arti-akhir konsumen yang disimpan dalam ingatan. Konsumen
mendapatkan pengetahuan arti-akhir ini melalui pengalaman masa lalu mereka
terhadap suatu produk.
Relevansi pribadi situasional (situational self – relevance) yang ditentukan
oleh aspek lingkungan fisik dan sosial dari sekitar kita yang dengan segera
mengaktifkan konsekuensi dan nilai penting sehingga membuat produk dan merek
Relevansi pribadi situasional selalu berkombinasi dengan relevansi pribadi
intrinsik konsumen untuk menciptakan tingkat keterlibatan yang benar-benar
dialami oleh konsumen selama proses pengambilan keputusan. Ini berarti bahwa
konsumen biasanya mengalami beberapa tingkatan keterlibatan ketika membuat
pilihan pembelian, bahkan untuk produk yang relatif tidak penting. (Setiadi, 2003:
115-120)
Perilaku konsumen dapat dilihat dari pemilihan produk suatu merek
tertentu untuk digunakannya. Mereka akan lebih melihat perbedaan dalam sifat
yang ditawarkan oleh berbagai produk dalam berbagai merek. Apa keunggulan
dan kelebihan dari masing-masing produk yang ditawarkan berbagai merek
tersebut, dan hasilnya yang lazim adalah kesetiaan dan loyalitas yang lebih besar.
Akhirnya terdapat kemungkinan yang lebih besar dari pemecahan masalah
yang diperluas apabila tingkat keterlibatan tinggi, sementara keterlibatan yang
relatif rendah akan menyebabkan teknik pilihan yang lebih disederhanakan dari
pemecahan masalah yang relatif terbatas. (Setiadi, 2003: 123-124)
2.1.5 Merek (Brand)
Merek (brand) telah menjadi elemen penting yang berkontribusi terhadap
kesuksesan sebuah organisasi pemasaran, baik perusahaan bisnis maupun nirlaba,
manufaktur maupun penyedia jasa, dan organisasi lokal maupun global. Menurut
UU Merek No. 15 Tahun 2001 pasal 1 ayat 1 merek adalah tanda yang berupa
gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi
dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam
Nama merek bisa didasarkan pada sejumlah aspek, di antaranya:
1. Nama orang; misalnya pendiri, pemilik, manajer, mitra bisnis atau orang
lain yang disosialisasikan dengan merek produk.
2. Nama tempat; baik asal ditemukannya, dikembangkannya maupun tempat
dijualnya produk atau jasa yang bersangkutan. Misalnya: Hotel Solo,
Jakarta Post.
3. Nama ilmiah yang diciptakan; biasanya dari bahasa Yunani atau Latin.
Misalnya: Cuticura Soap (artinya perawatan kulit).
4. Nama “status” misalnya: Crown Piano, Diamond Dies.
5. “Good Association” names, misalnya: Ivory Soap, Quaker Oats, Sunlight
Soap (semuanya berasosiasi positif dengan kemurnian, kehalusan dan
kesehatan)
6. Artifical names, yang bisa jadi tidak mengandung khusus misalnya:
Kodak, Uneeda Biscuit.
7. Deskriftive names, yaitu merek yang menggambarkan manfaat atau aspek
kunci produk, misalnya Obat Gosok Tjap Onta.
8. Alpha-numeric brand names, yaitu merek yang mengandung unsur angka,
baik dalam bentuk digit maupun tertulis, misalnya Obat Nyamuk Tiga
Merek bermanfaat bagi produsen dan konsumen. Bagi produsen merek
berperan penting sebagai:
1. Sarana identifikasi untuk memudahkan proses penanganan atau pelacakan
produk bagi perusahaan, terutama dalam pengorganisasian sediaan dan
pencatatan akuntansi.
2. Bentuk proteksi hukum terhadap fitur atau aspek produk yang unik. Merek
bisa mendapatkan perlindungan properti intelektual. Nama merek bisa
diproteksi melalui merek terdaftar, proses pemanufakturan bisa dilindungi
melalui hak paten, kemasan dapat dirpoteksi melalui hak cipta dan desain.
3. Signal tingkat kualitas bagi para pelanggan yang puas, sehingga mereka
bisa dengan mudah memilih dan membelinya lagi dilain waktu.
4. Sarana menciptakan asosiasi dan makna yang unik yang membedakan
produk dari para pesaing.
5. Sumber keunggulan kompetitif, terutama melalui perlindungan hukum,
loyalitas pelanggan, citra yang unik yang terbentuk dalam benak
konsumen. (Tjiptono, 2005: 20-21)
Sedangkan bagi konsumen, merek bisa memberikan berbagai macam nilai
melalui sejumlah fungsi dan manfaat potensial, misalnya mengklasifikasikan
dimensi manfaat atau utilitas merek ke dalam sembilan kategori: utilitas
fungsional produk, pilihan, inovasi, trustworthiness, emosional, estetis, novelty,
Ada 5 tahap utama dalam proses evolusi branding menurut McEnally dan De
Chernatony (Tjiptono, 2005: 26-27) yaitu:
1. Unbranded Goods
Dalam tahap ini, barang diperlakukan sebagai komoditas dan sebagian
besar diantaranya tidak diberi merek. Tahap ini biasanya bercirikan situasi
permintaan jauh melampaui penawaran.
2. Merek sebagai referensi / acuan
Dalam tahap ini, tekanan persaingan menstimulasi para produsen untuk
mendiferensiasikan produknya dari output produsen-produsen lain.
Diferensiasi diwujudkan terutama melalui penyediaan atribut fungsional
yang unik atau perubahan atribut fisik produk.
3. Merek sebagai keperibadian
Dalam tahap ini, konsumen menghadapi begitu banyak merek produk yang
semuanya menyampaikan janji fungsional. Konsekuensinya, setiap merek
yang bersaing dalam kategori produk yang sama cenderung menjadi
serupa atau mirip dalam hal fungsionalitas. Dalam rangka menciptakan
diferensiasi, pemasar mulai berfokus pada upaya menyertakan nilai
emosional pada mereknya dan mengkomunikasikannya lewat metafora
keperibadian merek.
4. Merek sebagai ikon
Pada tahap ini, makna berbagai merek telah berkembang sedemikian rupa
sehingga merek telah menjadi simbol tertentu bagi konsumen. Melalui
merasa sangat dekat dengan merek tersebut atau bahkan merasa bahwa
merek tersebut telah menjadi bagian dari dirinya.
5. Merek sebagai perusahaan
Pada tahap ini, merek memiliki identitas kompleks dan banyak poin
kontak antara konsumen dan merek. Karena merek sama dengan
perusahaan, maka konsumen akan mempersepsikan merek dan perusahaan
dengan cara yang sama.
2.2 Penelitian Terdahulu
Yuliani (2005) judul skripsi: “Analisis Keterlibatan Konsumen dan
Perbedaan antar Merek Terhadap Keputusan Membeli Sabun Kecantikan pada
Mahasiswi Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh keterlibatan
konsumen dan perbedaan antar merek terhadap dalam proses pengambilan
keputusan membeli produk sabun kecantikan. Hasil dari analisis data dengan
metode analisis Regresi Linier Berganda menunjukkan bahwa keterlibatan
konsumen (X1) dan perbedaan antar merek (X2) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap keputusan membeli sabun kecantikan pada mahasiswi
Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Penelitian ini memiliki kesamaan dalam hal variabel yang diteliti dengan
penelitian yang penulis lakukan, yaitu sama-sama meneliti pengaruh Keterlibatan
Konsumen dan Perbedaan antar Merek terhadap Keputusan Membeli. Namun
Produk yang diteliti dalam penelitian ini adalah sabun kecantikan dan
penelitiannya dilakukan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara,
sedangkan produk yang penulis teliti adalah mie instan merek Sedaap dan
penelitian dilakukan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Affandi (2010) “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konsumen
Dalam Pengambilan Keputusan Pembelian Produk Mie Instan Merek Sedaap Pada
Mahasiswa Fakultas Ekonomi Program Ekstensi Universitas Sumatera Utara”.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
menganalisis faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen, untuk
mengetahui dan menganalisis faktor yang paling dominan dalam pengambilan
keputusan pembelian produk mie instan merek Sedaap pada mahasiswa Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologis secara positif dan signifikan
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan pembelian produk mie instan merek
Sedaap pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Penelitian ini memilki perbedaan dalam hal varibel bebasnya dengan
penelitian yang penulis lakukan yaitu faktor Kebudayaan, Sosial, Pribadi, dan
Psikologis. Sedangkan variabel bebas dalam penelitian yang penulis lakukan
adalah Keterlibatan Konsumen dan Perbedaan antar Merek. Namun memiliki
kesamaan dalam variabel terikatnya yaitu keputusan membeli. Kemudian juga
memiliki perbedaan dalam tempat melakukan penelitian yaitu penelitian ini
dilakukan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara sedangkan penelitian
memiliki kesamaan dalam hal produk yang diteliti yaitu sama-sama meneliti mie
instan merek Sedaap.
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan pondasi utama sebagai tempat proyek
atau suatu penelitian itu ditujukan. Hal ini merupakan jaringan hubungan antar
variabel yang secara logis diterangkan dan dikembangkan dari perumusan
masalah yang telah diidentifikasi melalui proses wawancara, observasi, dan survey
literature. Hubungan antara survey literature dan kerangka konseptual adalah survey literature meletakkan pondasi yang kuat untuk membangun kerangka
konseptual. (Kuncoro, 2003: 44)
Kerangka konseptual ini mengemukakan tentang variabel yang akan
diteliti yaitu: variabel keterlibatan konsumen dan variabel perbedaan antar merek
yang merupakan variabel bebas dan keputusan membeli yang merupakan variabel
terikat. Menurut Assael (Simamora 2003: 275) yaitu mengkombinasikan dua
faktor yaitu keterlibatan konsumen dan perbedaan antar merek sebagai faktor
yang menentukan keputusan pembelian mie instan merek Sedaap.
Menurut Setiadi (2003: 116) keterlibatan adalah status motivasi yang
menggerakkan serta mengarahkan proses kognitif dan perilaku konsumen pada
saat mereka membuat keputusan. Perbedaan antar merek mengacu pada persepsi
konsumen yang akan lebih mungkin untuk melihat perbedaan dalam sifat yang
kesetiaan atau loyalitas yang lebih besar ketika preferensi didasarkan atas
keterlibatan yang dirasakan tinggi.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat digambarkan kerangka
konseptual sebagai berikut:
Sumber: Setiadi (2003: 116), Simamora (2003: 275), data diolah
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis
Menurut Kuncoro (2003: 47) Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara
tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan
terjadi.
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: Keterlibatan Konsumen dan
Perbedaan antar Merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengambilan
keputusan membeli produk mie instan merek Sedaap pada mahasiswa Fakultas
Pertanian USU.
Keterlibatan Konsumen (X1)
Perbedaan antar Merek (X2)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Secara ekspalanasi penelitian ini dapat dikaji menurut tingkatannya yang
didasarkan pada tujuan dan obyek-obyeknya yaitu ada yang bertujuan
mendeskripsi, mendeteksi (mengungkapkan), dan ada pula yang menyelidiki
hubungan kausalitas . (Ginting dan Situmorang. 2008: 57)
Berdasarkan tingkat ekspalanasi, maka penelitian ini adalah penelitian
asosiatif yaitu penelitian yang menghubungkan dua variabel atau lebih serta
melihat bagaimana pengaruh variabel yang satu terhadap variabel lainnya.
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2011. Lokasi
penelitian adalah di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Jl. Prof. T.M.
Hanafiah, SH Medan.
3.3 Batasan Operasional
Batasan operasional dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi perilaku
konsumen, yaitu keterlibatan konsumen dan perbedaan antar merek mie instan
terhadap proses pengambilan keputusan membeli pada mahasiswa Fakultas
3.4 Operasionalisasi Variabel
Ada dua variabel dalam penelitian ini, yaitu:
a. Variabel bebas yaitu variabel yang nilainya tidak tergantung pada variabel
lain. Adapun variabel bebas penelitian ini adalah:
1) Variabel keterlibatan konsumen (X1)
Merupakan tingkat kepedulian atau minat terhadap proses pembelian mie
instan merek Sedaap yang dipengaruhi oleh interaksi, karakteristik
individu, situasional.
2) Variabel perbedaan antar merek (X2)
Merupakan perbedaan antar merek di benak konsumen tentang berbagai
merek mie instan. Perbedaaan antar merek dalam benak konsumen
mengacu pada apa yang dilihat dan kepuasan apa yang diperoleh
konsumen pada produk mie instan merek Sedaap sehingga
membedakannya dengan merek-merek mie instan lainnya.
b. Variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Pada
penelitian ini yang menjadi variabel terikat (Y) adalah keputusan membeli mie
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Definisi Variabel Indikator Skala
Ukur Keterlibatan
konsumen (X1)
Merupakan tingkat
kepedulian dan minat
terhadap proses pembelian mie instan
merek Sedaap yang
dipengaruhi oleh interaksi, karakteristik individu, dan situasional
1. Pengalaman antar merek di benak konsumen tentang berbagai merek mie instan, yaitu antara mie Sedaap dengan merek mie instan lainnya. mie instan merek Sedaap
1. Pengaruh orang lain 2. Pengaruh situasional 3. Pengaruh merek
Likert
Sumber: Setiadi (2003), data diolah
3.5 Skala Pengukuran Variabel
Pengukuran yang penulis gunakan dalam proses pengolahan data adalah
dengan menggunakan Skala Likert, yang menurut Sugiyono (2006: 86) Skala
Likert adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi,
Adapun kriteria pengukurannya adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2
Instrumen Skala Likert
No. Pernyataan Skor
1 Sangat setuju 5
2 Setuju 4
3 Kurang setuju 3
4 Tidak setuju 2
5 Sangat tidak setuju 1
Sumber: Sugiyono (2003: 86)
3.6 Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2006: 72) populasi adalah generalisasi yang terdiri
dari subjek ataupun objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik suatu
kesimpulannya. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa S-1
Tabel 3.3
Jumlah mahasiswa Fakultas Pertanian USU
Jurusan Jumlah
Ilmu Tanah 124
Manajemen Sumber Daya Perairan 164
Hama dan Penyakit Tumbuhan 141
Teknologi Hasil Hutan 105
Budidaya Hutan 120
Manajemen Hutan 137
Peternakan 256
Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian 125
Sosial Ekonomi Pertanian 200
Pemuliaan Tanaman 112
Agronomi 184
Ilmu dan Teknologi Pangan 207
Keteknikan Pertanian 259
Kehutanan 328
Total 2.462
Menurut Kuncoro (2003: 103) sampel adalah himpunan bagian (subset)
dari unit populasi. Karena jumlah populasi dalam penelitian ini tidak diketahui
maka untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus (Supramono dan
Haryanto, 2003: 62) :
Keterangan:
n = jumlah sampel
Z = nilai standar normal yang besarnya tergantung
bila Z = 1,67
bila Z = 1,96
p = estimasi proporsi populasi
q = 1 – p
d = penyimpangan yang ditolerir sebesar 10%
Berdasarkan hasil prasurvei yang telah dilakukan sebelumnya maka dapat
ditetapkan nilai p = 0,8 dengan . Dengan demikian, jumlah sampel (n)
yang mewakili populasi dalam penelitian ini adalah:
n =
n =
n = 61,46
n = 62 orang
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive
sampling, yaitu metode pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu.
(Sugiyono, 2006:122)
Adapun kriteria pemilihan sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa
Fakultas Pertanian USU yang pernah mengkonsumsi mie Sedaap, pernah
3.7 Metode Pengumpulan Data
3.7.1 Jenis dan Sumber data
Peneliti menggunakan dua jenis dan sumber data dalam melakukan
penelitian ini, yaitu:
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari responden
terpilih pada lokasi penelitian. Data primer diperoleh dengan memberikan
kuisioner dan melakukan wawancara (interview).
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber lain
yang diolah seperti buku, dokumen, dan data internet yang mendukung
penelitian ini.
3.7.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Kuisioner
Yaitu pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan
melalui daftar pertanyaan pada responden terpilih.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan secara langsung kepada responden untuk
mendapatkan data-data yang diperlukan.
c. Studi Dokumentasi
Yaitu mengumpulkan data dan informasi dari buku-buku, dokumen, dan
3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dilakukan untuk menguji sejauh mana suatu alat pengukur itu
mengukur apa yang ingin diukur. (Situmorang et. al, 2010: 68)
Pengujian validitas ini dilakukan pada 30 orang responden mahasiswa di
Fakultas Ekonomi USU dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 17,00
untuk memperoleh hasil yang terarah dengan kriteria sebagai berikut:
1. Jika r hitung r tabel, maka pernyataan tersebut dinyatakan valid.
2. Jika r hitung r tabel, maka pernyataan tersebut dinyatakan tidak valid.
Uji realibilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. (Situmorang et. al, 2010: 72)
Butir pernyataan yang telah dinyatakan valid dalam uji validitas akan
ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut:
1. Jika r alpha positif atau r tabel maka penyataan reliabel.
2. Jika r alpha negatif atau r tabel maka pernyataan tidak reliabel.
3.9 Teknik Analisis Data
a. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan cara merumuskan dan menafsirkan data yang ada
sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai masalah yang diteliti.
b. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menganalisis seberapa besar
hubungan dan pengaruh variabel bebas (keterlibatan konsumen dan perbedaan
Untuk memperoleh hasil yang lebih akurat, penulis menggunakan bantuan
program software SPSS versi 17,00. Adapun bentuk umum persamaan regresi
yang digunakan adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2006: 211):
Y= a b1X1 b2X2 e
Dimana:
Y: Keputusan membeli
a: Konstanta
b1: Koefisien regresi pertama
b2: Koefisien regresi kedua
X1: Variabel keterlibatan konsumen
X2: Variabel perbedaan antar merek
e: standar error
Analisis regresi linier berganda ini dapat dilakukan apabila telah
memenuhi syarat asumsi klasik, yaitu:
1) Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah
data mengikuti atau mendekati distribusi normal atau tidak. Uji normalitas
dilakukan dengan menggunaakan pendekatan Kolmogorov Smirnov.
Dengan menggunakan tingkat signifikan 5% (0,05), maka jika nilai
Asyimp.Sig. (2-tailed) di atas nilai signifikan 5% artinya variabel residual
2) Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedatisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah grup
mempunyai varians yang sama di antara anggota grup tersebut. Jika
varians sama maka dikatakan ada homoskedastisitas. Sedangkan jika
varians tidak sama dikatakan terjadi heteroskedastisitas. Model regresi
yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
(Situmorang et. al, 2010: 98)
3) Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi ditemukan kolerasi antar variabel bebas. Hubungan antar variabel
bebas inilah yang disebut dengan multikolinieritas. Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi kolerasi antar variabel bebas. (Situmorang et.
al, 2010: 129)
c. Pengujian Hipotesis
1. Uji-t (uji secara parsial)
Dilakukan untuk menguji secara parsial setiap variabel bebas (x1, x2) yaitu
keterlibatan konsumen dan perbedaan antar merek. Uji-t ini dilakukan
untuk melihat apakah variabel keterlibatan konsumen dan perbedaan antar
merek mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel
terikat (Y) yaitu keputusan membeli.
Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:
Artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
dari variabel bebas (keterlibatan konsumen dan perbedaan antar merek)
terhadap variabel terikat (keputusan membeli).
Ha: b1 b2 0
Artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari
variabel bebas (keterlibatan konsumen dan perbedaan antar merek)
terhadap variabel terikat (keputusan membeli).
Kriteria pengambilan keputusan:
H0 diterima Ha ditolak jika thitung ttabel pada = 5%
2. Uji-F (uji secara serentak)
Dilakukan untuk menguji apakah setiap variabel bebas (keterlibatan
konsumen dan perbedaan antar merek) secara serentak mempunyai
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel terikat (keputusan
membeli).
Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:
H0: b1, b2= 0
Artinya tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan secara serentak
dari variabel bebas (keterlibatan konsumen dan perbedaan antar merek)
terhadap variabel terikat (keputusan membeli).
Ha: b1 b2 0
Artinya secara serentak variabel bebas (keterlibatan konsumen dan
perbedaan antar merek) mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan
Kriteria pengambilan keputusan:
H0 diterima Ha ditolak jika Fhitung Ftabel pada = 5%
3. Koefisien Determinan (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur proporsi atau
persentase sumbangan variabel bebas (keterlibatan konsumen dan
perbedaan antar merek) terhadap variasi naik turunnya variabel terikat
(keputusan membeli) secara bersama-sama, dimana:
0 R2 1
Jika R2 semakin besar (mendekati satu) maka dapat dikatakan bahwa
pengaruh variabel bebas (keterlibatan konsumen dan perbedaan antar
merek) terhadap variabel terikat (keputusan membeli) adalah semakin
besar. Hal ini berarti bahwa model yang digunakan semakin kuat
menerangkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Sebaliknya, jika R2 semakin kecil (mendekati nol) maka dapat dikatakan
bahwa pengaruh variabel bebas (keterlibatan konsumen dan perbedaan
antar merek) terhadap variabel terikat (keputusan membeli) adalah
semakin kecil. Hal ini berarti model yang digunakan tidak kuat untuk
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan
Wings Group didirikan pada tahun 1948, ketika Ferdinan Katuari dan Harjo
Sutanto mendirikan Fa Wings dan memproduksi sabun colek skala industri rumah
tangga. Pada saat itu penjualan dilakukan dengan sistem door to door. Pada tahun
1950 sabun mandi Wings pun mulai dipasarkan. Sejak tahun 1971, perusahaan ini
mulai mengembangkan diri dengan membangun beberapa perusahaan sabun dan
detergent. Salah satunya adalah detergent krim dengan merek Ekonomi.
Pada tahun 1980, detergent krim dengan merek Wings Biru dan Dangdut
dilepas ke pasaran. Wings tidak berhenti sampai disini saja. Bersama dengan
sejumlah investor (termasuk Grup Salim), Wings mendirikan PT. Unggul Indah
Cahaya, satu-satunya produsen alkybenze, yaitu bahan baku dasar produk-produk
detergent di Indonesia.
Tahun 1983 Wings mendirikan PT. Multipack yang mempunyai pabrik di
Jakarta, yaitu perusahaan-perusahaan yang menghasilkan plastic container dan
kemasan sachet. Sementara pabrik kemasan di Surabaya memproduksi kemasan
dalam bentuk corrugated card boxes. Wings menyadari pentingnya untuk
menguasai industri hulu, karena itu perusahaan ini kembali menanamkan investasi
di bisnis hulu melaui PT. Petrocentral pada tahun 1986, salah satu penyedia bahan
bisnis keramik, karena itu melalui PT. Adyabuana Persada, Wings mengeluarkan
keramik dengan merek Milan dan Hercules. Selain itu, Wings juga mendirikan
Bank Ekonomi yang melayani sektor korporat. Bank ini berfungsi untuk
menyediakan kredit bagi para distributor dan agen grup Wings bersama dengan
Lion Corporation mendirikan PT. Lionindo Jaya. Pada tahun 1990, Wings
kembali memasarkan detergent batangan dengan merek Extra Aktif dan detergent
merek So Klin, pada tahun 1991, Fa Wings berganti nama menjadi PT. Wings
Surya.
Pada tahun 1995, Wings membeli lahan plantatin PT. Damit Mitra Sekawan
dan PT. Gawi Makmur Kalimantan. Hasil dari lahan perkebunan ini dijadikan
minyak kelapa sawit yang nantinya bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku industri
oleochemical. Pada tahun 1995 ini juga, Wings bersama dengan Siam Cement
mamasuki bisnis gypsum dan semen fiber melaui PT. Siam-Indo Gypsum
Industry. Merek yang dikembangkan adalah Elephant, karena ada krisis moneter
di Indonesia yang mengakibatkan harga detergent naik, Wings dengan mulusnya
memasarkan Daia yang sukses di pasaran. Pada tahun 1998, Wings juga
mengakusisi proyek perumahan Raffles Hill dari pemilik PT. Gunung Subur
Sentosa. Proyek seluas 145 hektar ini dilengkapi dengan country club, dengan
fasilitas olahraga yang lengkap serta spa. Masuknya Daia bukan berarti
mematikan produk detergent Wings lainnya seperti So Klin. Wings juga
mengeluarkan Softener So Klin dan So Klin Pewangi untuk mendukung produk
detergent ini. Pada tahun 2000, Wings membeli saham Ecogreen Oleochemical
merupakan bahan baku industri perawatan tubuh, sabun dan detergent, makanan,
plastik, farmasi dan berbagai industri lainnya. Pada tahun 2001, Wings
mendirikan perusahaan sekuritas, EkoKapital Sekuritas yang menawarkan jasa
equity brokerage, financial advisory, serta layanan perdagangan fixed income.
Tahun 2002 Wings kembali merambah dunia properti dengan membangun
Pulogadung Trade Center bersama Djarum. Pada tahun 2002 ini juga, Wings
kembali mendirikan perusahaan kemasan, PT. Unipack yang memfokuskan diri di
kemasan fleksibel untuk produk personal care dan makanan. Pada tahun 2003,
Wings menantang Indofood dengan meluncurkan produk mie instannya yaitu Mie
Sedaap yang cukup sukses di pasaran.
Sampai saat ini Wings telah menjadi raksasa bisnis toiletries yang disegani
dan ditakuti, bahkan Wings memperkirakan akan terus berkembang dan
melebarkan sayapnya. Hingga saat ini Wings mempunyai lebih dari 200 produk
yang tersedia dengan berbagai ukuran, bungkusan, dan wewangian.
(http://ptsayapamasutama.blogspot.com)
4.1.2 Latar Belakang Mie Sedaap
Meski baru muncul pada tahun pada tahun 2003, aksi promosi gencar mie
Sedaap mampu menarik perhatian konsumen mie instan. Dominan produk-produk
mie instan keluaran Indofood di pasaran tampaknya tidak membuat gentar pemain
lain untuk merambah pasar ini. Wings Group yang selama ini menggarap pasar
toiletries yang memproduksi aneka produk perawatan tubuh dan kebersihan,
tampaknya mulai berani menembus pasar mie dengan mengeluarkan produk
Mie Sedaap ternyata menduduki peringkat kedua dalam konsumsi
sehari-hari untuk kategori mie instan, ada konsumen yang menilai mie Sedaap sebagai
mie instan merek pertama yang mereka cari disaat ingin mengkonsumsi mie
instan. Melalui mie sedaap, Wings mencoba menyasar pasar makanan siap saji ini
melalui aksi promosi yang terhitung gencar. Gaung promosi mie Sedaap seolah
menjadi fenomena baru bagi para penikmat mie agar berkesempatan mencicipi
produk mie keluaran PT. Sayap Mas Utama.
Menurut Rudy Bonardi, manajer promosi Wings Group menjelaskan
terjunnya Wings ke produk mie instan di dasari dua hal yaitu:
1. Sebagai perusahaan consumer good maka pihaknya merasa perlu
mengembangkan produk makanan dan bukan makanan.
2. Konsumsi mie instan di Indonesia dibanding dengan negara lain seperti
Malaysia dan Thailand masih sangat kecil, namun perlahan mulai
menjadi kebudayaan bangsa ini, sehingga masih banyak pasar yang
menjanjikan.
Meski saat ini pangsa pasar masih dikuasai dan didominasi produk dari
Indofood, namun pasar mie di Indonesia saat ini baru sekitar 50 bungkus per
orang per tahunnya dan atau sekitar satu bungkus per minggu, celah inilah yang
dimanfaatkan Wings dengan mengeluarkan produk mie Sedaap.
Kunci keberhasilan mie Seedap adalah dengan menawarkan harga yang
relatif murah, dengan kualitas yang tidak kalah dibanding pesaing. Rahasia sukses
mie Sedaap terletak pada kemampuannya mendesain harga produk penjualan
rata-rata mie Sedaap per unit, untuk mie kuah Rp. 1.300,- sedangkan mie goreng
Rp.1.500,-. Pasar yang digarap atau target market dari mie Sedaap sendiri adalah
menengah kebawah akan tetapi dengan varian rasa yang berbeda dapat menarik
minat beli konsumen dari berbagai macam kelas sosial. Mie sedaap juga memiliki
jaringan distribusi yang kuat dengan aktivitas promosi yang gencar.
Langkah promosi yang gencar dilakukan mie Sedaap melalui iklan dan
kegiatan promosi lainnya mie Sedaap mengalokasikan dana sekitar 15
milliar setahun. Menurut data dari Nielsen Media Research (berdasarkan harga
standar iklan tanpa potongan) dalam priode Januari-Mei 2004, mie Sedaap
sudah mengeluarkan belanja iklan sebesar Rp.33,8 milliar, hampir
seluruhnya di media televisi dan sedikit di majalah dan tabloid.
(http://www.nielsenmedia.co.uk/index.html)
Debut mie Sedaap yang melesat tinggi memang diluar perkiraaan, setelah
diluncurkan pada April 2003, mie Sedaap sudah berhasil mengambil 12% pangsa
pasar pesaingnya. Jika total pangsa pasar mie instan Rp.8 Trilliun per tahun,
dimana 80% dikuasai oleh pesaing utamanya yaitu Indofood maka mie Sedaap
telah menguasai Rp.960 milliar. Mie sedaap produk mie instan yang keluar pada
pertengahan tahun 2003 secara perlahan berhasil bersaing dengan mie instan yang
diproduksi PT. Indofood, mie instan yang diproduksi Wingsfood memperoleh
market share 15% untuk indutri penjualan produk mie instan terbaik pada juli
2004 dari majalah swa. Mie Sedaap merespon permintaan dari konsumen dengan
mendirikan pabrik yang berada di Jakarta dan Surabaya untuk memenuhi
Brand berpotensi untuk kategori mie instan. Dan pada tahun 2005 dan 2007
mendapat penghargaan sebagai Top Brand untuk kategori mie instan.
(http://swa.co.id/?s=mie+sedaap+top+brand+2005%2C2007)
Mie Sedaap dengan jenis mie kuah dan mie gorengnya juga sama-sama
disukai oleh konsumennya, untuk kategori varian mie goreng lebih laku keras
dibandingkan dengan sambal goreng, sedangkan untuk varian rebus yang paling
laku adalah varian soto dan menyusul kari. Mie Sedaap membaca peluang dengan
penawaran rasa mie instan yang tidak “biasa” dalam arti benar-benar terasa
sedapnya ternyata dapat diterima masyarakat karena rasanya yang khas dan
bumbu bawang gorengnya yang gurih dengan keunggulan “kriuk bawang”.
Hingga saat ini mie Sedaap mampu membuktikan produknya sebagai salah satu
pilihan konsumen dalam membeli produk mie instan.
Sumber:
Gambar 4.1
Produk Mie Sedaap
Mie Sedaap muncul pertama kali dengan keunggulan produk mie goreng,
kemudian baru menyusul mie kuah dengan rasa kari ayam, soto, kaldu
ayam, ayam bawang dan yang terbaru rasa sambal goreng. Keunggulan
produk mengarah kepada bumbu dan rasa mie instannya.
b. Logo Produk
Sumber:
Gambar 4.2 Logo Mie Sedaap
Pada logo mie Sedaap, tulisan Sedaap dengan warna biru untuk
menyeimbangkan warna putih yang menjadi background dasar cukup
sesuai, dalam logo ini juga terdapat logo Wingsfood yang berarti mie
Sedaap merupakan salah satu produk dari Wingsfood.
c. Harga Produk
Produk mie Sedaap dijual dengan harga yang tergantung dari jenisnya.
Misalnya mie Sedaap kuah seharga Rp. 1.300,- dan mie Sedaap goreng
d. Bahan Pembentuknya
Bahan pembentukannya terbuat dari gandum dan telur yang memiliki 7
berprotein dan mineral sesuai yang pernah diiklankan.
e. Pasar Sasaran
Pasar sasaran yang dituju adalah masyarakat luas, karena mie instan
biasanya dikonsumsi siapa saja tanpa memandang generasi mereka.
Mengenai tingkat kelas sosialnya adalah masyarakat yang berada pada
tingkatan menengah ke bawah. Namun akhir-akhir ini mie Sedaap lebih
fokus kepada kalangan muda, hal ini terlihat pada iklannya yang
menggunakan endoser yang segmennya adalah kaum muda dan lebih
menggunakan istilah-istilah kalangan muda.
f. Iklan atau media yang digunakan
Mie Sedaap berani mengeluarkan belanja iklan yang vukup tinggi, melihat
besarnya nama perusahaan Wings yang memproduksinya perusahaan
ternama ini pastilah mengeluarkan produk yang berkualitas dan brand nya
sudah diketahui masyarakat. Promosi yang dilakukan melalui televisi,
billboard, koran majalah dan event-event yang di kuti dan diadakan.
g. Distribusi
Pada awal kemunculan produk mie Sedaap, ada sedikit keterlambatan
proses pendistribusian terutama untuk produk mie Sedaap jenis mie goreng
sehingga peluang ini sempat dibaca oleh pesaing untuk menggaet
konsumen dengan mengeluarkan produk Supermi Sedaaap, dengan
dengan nama yang hampir sama akan dapat mengelabui konsumen untuk
membedakan nama produk mie Sedaap yang diproduksi Wingsfood dan
nama yang diproduksi pesaing lainnya, sehingga ketika iklan mie Sedaap
muncul sempat terjadi “miss consume” karena produk yang diinginkan
konsumen tidak ada dipasaran dan bias, sehingga konsumen justru
membeli produk yang bukan diinginkannya.
h. Kekhasan Produk
Mie Sedaap memiliki bumbu yang khas dengan bumbunya yang lezat
hampir menyerupai aroma masakan aslinya. Keunggulan sangat terasa
pada mie goreng dan mie sotonya.
i. Tagline
“Mie sedaap jelas terasa sedapnya”.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas
Pengujian instrumen dalam penelitian ini menggunakan bantuan software
SPSS 17.00 for windows. Penulis mengajukan kuesioner yang berisi 17
pernyataan yang menyangkut variabel bebas yang berupa ketelibatan konsumen
dan perbedaan antar merek dengan variabel terikat berupa keputusan membeli
kepada 30 orang responden untuk keperluan uji validitas dan reliabiltas.
1. Uji Validitas
Dalam uji validitas menggunakan kriteria sebagai berikut:
b. Jika rhiting < rtabel maka pernyataan tersebut dinyatakan tidak valid
Correlation Rtabel Validitas
VAR00001 59.9667 .730 .361 Valid
Sumber: Hasil Olahan SPSS 17.00 for Windows (Mei 2011)