• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL PEMBINGKAIAN PADA MEDIA ONLINE MENGENAI ISU DUGAAN PENISTAAN AGAMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL PEMBINGKAIAN PADA MEDIA ONLINE MENGENAI ISU DUGAAN PENISTAAN AGAMA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1 JURNAL

PEMBINGKAIAN PADA MEDIA ONLINE MENGENAI ISU DUGAAN PENISTAAN AGAMA

(Analisis Framing mengenai Berita Dugaan Penistaan Agama yang Dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama pada Media Online Kompas.com

dan Republika.co.id periode Oktober – November 2016)

Disusun Oleh

Paxia Meiz Lorentz

D0214073

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

Program Studi Ilmu Komunikasi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

2 PEMBINGKAIAN PADA MEDIA ONLINE MENGENAI ISU DUGAAN

PENISTAAN AGAMA

(Analisis Framing mengenai Berita Dugaan Penistaan Agama yang Dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama pada Media Online Kompas.com

dan Republika.co.id periode Oktober – November 2016) Paxia Meiz Lorentz

Mahfud Anshori

Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik,

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract

Technology developments which are in-line with the course of time have created a new form of journalism: online journalism. Thanks to the internet, public now can accessed news anytime and anywhere without having to face time and geographic barriers. Online media offered many kinds of informations toward their public; and one of them is information regarding politics. And public’s dependency about this kind of information usually will increased when the situations heat up, one of them is when an issue about alleged blasphemy that befall current Governor of DKI Jakarta at that time, Basuki Tjahaja Purnama or Ahok, which concurred by the time Pilkada DKI 2017 election administration started. The author conducted this research because of concerns about the emergence of SARA (ethnicity, religion, race, and inter-group relations) conflicts that might happen because of the news regarding said issue. The aim of this research is to understand how kompas.com and republika.co.id framed their news regarding alleged blasphemy that was done by Basuki Tjahaja Purnama from October until November 2016.

The Entman model is used in this research as framing analysis technique. Entman sees framing in two main dimensions: issue selection and emphasis or saliency. This model has four elements of framing: define problems, diagnose causes, make moral judgement, and treatment recommendation, which will be used to analyze the news from Kompas.com and Republika.co.id about alleged blasphemy issue. The theory used in this research is social construction of mass media theory which stated that the circulation of informations which occur fastly and widely created social construction that happened quickly and prevalently (Bungin, 2008, p. 194).

(3)

3 The research found out that each media has delivered the news about alleged blasphemy issue by covering both sides but with different frames, which is caused by the difference between each media’s vision and mission. Kompas.com saw Ahok as a victim of identity politics at Pilkada DKI but also has to be sentenced because of his action, meanwhile Republika.co.id regret’s Ahok’s action in citing Al-Maidah Verse 51 in his speech and therefore he needs to be sentenced because of that.

Keywords: Framing Analysis, Online Media News, Alleged Blasphemy Issue, Social Construction of Mass Media

Pendahuluan

Selaras dengan perkembangan zaman, teknologi yang dikembangkan oleh manusia turut mengalami perubahan yang signifikan. Salah satunya adalah adanya keberadaan internet di era informasi ini. Media massa yang tadinya hanya tersedia dalam bentuk cetak dan elektronik kini pun mulai menawarkan produk baru jurnalisme yakni jurnalisme online dan melakukan konvergensi media ke ranah internet secara online (daring – dalam jaringan). Dan berkat keberadaan gawai yang tersambung dengan internet, kebutuhan harian masyarakat berupa informasi terkini pun dapat dipenuhi tanpa adanya kendala jarak dan waktu.

Inovasi berupa media online ini menjadi babakan baru dalam perkembangan jurnalisme. Audiens kini dapat memberikan umpan balik secara langsung kepada institusi media yang memproduksi media itu sendiri, atau pun kepada sesama audiens lainnya. Terlebih, dengan keberadaan internet, masyarakat kini juga dapat membagikan artikel berita media online yang mereka temui di web ke aplikasi instant messaging seperti WhatsApp dan LINE yang mana mempermudah penyebaran informasi.

Ada beragam bentuk informasi yang disajikan oleh media online. Salah satunya adalah informasi mengenai politik. Selain karena adanya permintaan dari masyarakat akan informasi mengenai politik, pemberitaan mengenai politik ini juga merupakan salah satu fungsi media sebagai pengawas (gatekeeper) dalam pemerintahan. Dan permintaan publik akan pemberitaan mengenai politik ini akan meningkat pada saat situasi politik ‗memanas‘, entah itu karena pemilihan umum,

(4)

4 adanya konflik antara komponen-komponen tertentu dalam masyarakat, konflik antara elite politik, dan pada saat krisis terjadi (Pawito, 2009, h. 86).

Salah satunya adalah saat munculnya isu SARA mengenai dugaan penistaan agama yang muncul pada 6 Oktober 2016 lalu. Kala itu, seorang penggguna facebook bernama Buni Yani mmembuat postingan di akun facebook miliknya yang berisikan narasi akan adanya dugaan penistaan agama yang dilakukan oleh Gubernur Provinsi DKI Jakarta saat itu, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, saat ia mengunjungi Kepulauan Seribu pada tanggal 27 September 2016 dalam rangka kunjungan kerja program budidaya Ikan Kerapu.

Viralnya status facebook Buni Yani tersebut selanjutnya mengundang reaksi yang beragam dari publik. Selain karena isunya sensitif (SARA), momentum kemunculan isu tersebut juga bertepatan dengan masa awal penyelenggaraan Pilkada DKI 2017. Dan semenjak kemunculan isu tersebut, sejumlah organisasi keagamaan seperti Front Pembela Islam (FPI) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Palembang pun mulai melaporkan Ahok atas dugaan penistaan agama pada pihak Kepolisian.

Keputusan Ahok dalam mengutip Surat Al-Maidah 51 dalam pidatonya saat berkunjung ke Kepulauan Seribu merupakan suatu blunder politik baginya. Ini karena jumlah pemilih Muslim mendominasi pada Pilkada DKI 2017. Berdasar survei yang dilakukan oleh Lingkar Survei Indonesia (LSI) sebagaimana yang dikutip dalam majalah Tempo (Nurhasim, 2016), persentase pemilih Muslim dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 mencapai jumlah 93,2% dari jumlah total pemilih tetap yang berjumlah 7.070.475 jiwa. Masifnya pemberitaan mengenai isu dugaan penistaan agama ini tentunya turut mempengaruhi elektabilitas dan juga opini publik akan Ahok.

Kompas.com dan juga Republika.co.id adalah kedua media yang turut memberitakan mengenai isu dugaan penistaan agama tersebut. Dan pemberitaan yang dimuat oleh suatu media belum tentu sama dengan pemberitaan mengenai peristiwa serupa yang dimuat oleh media lainnya. Hal ini dikarenakan oleh adanya perbedaan ideologi media, visi dan misi media, dan juga kepentingan media. Ditambah lagi, perbedaan sudut pandang wartawan dalam meliput fakta di

(5)

5 lapangan terjadi karena adanya perbedaan persepsi wartawan dalam menangkap dan menafsirkan fakta juga turut berpengaruh dalam pembentukan realitas media (Mursito, 2012, h. 32).

Dalam salah satu jurnal rujukan yang berjudul, ―Framing Religious Blasphemy Issues by the Governor of DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama in the Contestation of Governor Election DKI‖ yang ditulis oleh Teti Sobari dan Dani Ramdani pada International Conference on Interdisciplinary Language, Literature, and Education (ICILLE) 2018 yang diakses dari atlantis-press.com, didapatkan suatu temuan bahwa realitas dipahami oleh suatu media dengan menggunakan kategorisasi tertentu. Dan kategorisasi yang dipakai tersebut tidak hanya berlkau sebagai identitas semata, tetapi juga sebagai pembeda. Dan kategorisasi tersebut digunakan tidak hanya sebagai penunjuk, tetapi juga posisi politik dan ideologi media (Sobari dan Ramdani, 2018, h. 427).

Penelitian mengenai framing media atas isu dugaan penistaan agama ini dipilih oleh penulis karena latarbelakang Indonesia sebagai negara majemuk yang memiliki suku, bangsa, dan agama yang beranekaragam. Dan hal ini tentunya menyimpan potensi kemunculan konflik antargolongan, yang akan mengganggu keamanan dan stabilitas nasional. Dan analisis framing model Entman dipakai oleh peneliti dalam melakukan analisis teks pemberitaan dikarenakan model terebut menjabarkan permasalahan yang terjadi, penyebabnya, nilai moral yang diambil dari permasalahan tersebut, dan penekanan penyelesaian yang harus dilakukan pada permasalahan yang dibahas dalam pemberitaan.

Rumusan Masalah

Dari latarbelakang masalah di atas, penulis merumuskan maslaah sebagai berikut:

―Bagaimana pembingkaian (framing) berita mengenai isu dugaan penistaan agama yang dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama pada Media Online Kompas.com dan Republika.co.id periode Oktober – November 2016?‖

Tinjauan Pustaka a. Berita

(6)

6 Menurut Mursito (2013, h. 81), berita adalah realitas simbolik, yakni realitas yang tersusun atas sekumpulan kata yang selanjutnya membentuk kalimat yang disusun secara sistematis dan terstruktur. Dan dalam pers, fakta diformat dalam bentuk penulisan berita langsung (Mursito, 2013, h. 84).

Tidak semua fenomena yang terjadi di dunia ini dapat dijadikan berita. Fenomena atau suatu isu haruslah diseleksi, dipilih, dan mengandung persayaratan news value agar bisa ditulis menjadi berita. Menurut Mursito, (2006, h. 180-181), unsur-unsur nilai berita tersebut antara lain:

1. Significance (penting)

Penting, yakni peristiwa yang memiliki efek langsung terhadap kehidupan pembaca

2. Magnitude (besaran)

Yakni suatu peristiwa yang mengandung besaran angka yang menarik perhatian bagi audiens dan memiliki arti penting bagi orang banyak

3. Timeliness (waktu)

Yakni peristiwa yang berkaitan dengan semua hal yang baru saja terjadi. 4. Proximity (dekat)

Peristiwa yang mengandung kedekatan dengan audiens, entah itu kedekatan dari segi tempat atau emosional

5. Prominence (tenar)

Berkaitan dengan segala hal yang dikenal oleh pembaca, atau sangat terkenal

6. Human interest (manusiawi)

Segala jenis pemberitaan yang dapat menimbulkan reaksi emosi bagi audiens entah itu haru, sedih, atau bahagia.

b. Analisis Framing

Analisis Framing dipakai untuk mencari tahu bagaimana media melakukan pembingkaian sedemikian rupa atas suatu realitas (peristiwa, kelompok, aktor, apa pun itu). Media telah melakukan tahapan konstruksi atas realitas sebelum melakukan pembingkaian terhadap realitas yang bersangkutan. Inti utama yang menjadi pokok perhatian dari analisis framing adalah mengenai

(7)

7 bagaimana media massa mempersepsi dan memberi makna atas suatu realitas dan dengan cara apa realitas tersebut ditandakan.

Analisis framing digunakan untuk mengetahui cara yang dipakai atau ideologi media yang digunakan pada saat media melakukan proses konstruksi fakta dengan mengamati strategi seperti apa yang digunakan oleh media dalam menyeleksi, menonjolkan, dan menautkan fakta pada berita agar lebih bermakna, menarik bagi audiens, berarti dan diingat audiens, dan untuk mengarahkan penafsiran audiens agar sesuai dengan sudut pandangnya (Sobur, 2006, h. 126).

Secara garis besar, framing adalah suatu hasil dari konstruksi realitas yang diperoleh wartawan. Dan dalam tahapan konstruksi realitas tersebut, ada beragam penafsiran dan sudut pandang yang terjadi. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan persepsi dan pemaknaan yang berbeda dalam memahami realitas. Perbedaan ini tidak hanya terbatas dalam tingkatan wartawan selaku agen pertama yang berhadapan dengan realitas di lapangan, tetapi juga pada tingkatan perusahaan media dikarenakan oleh adanya perbedaan ideologi beserta visi dan misi yang dianut oleh tiap-tiap perusahaan media. Komunikator massa (media) lalu memberi penekanan dengan melakukan penonjolan pada suatu aspek isu yang dibahas, menyertakan ikon berupa gambar, foto, grafik, dan bahkan pengulangan kata.

c. Framing Model Entman

Framing adalah metode yang dilakukan dengan cara menyeleksi beberapa aspek dari realitas yang telah dipersepsi sebelumnya dan kemudian membuat realitas itu menjadi lebih teraksentuasi dalam sebuah teks, yang selanjutnya digunakan sedemikian rupa untuk menegaskan suatu pendefinisian masalah, interpretasi penyebab, evaluasi moral, dan/atau menekankan penyelesaian untuk isu yang dibahas (Entman, 1993, h. 52).

Entman melihat framing dalam dua dimensi utama, yakni seleksi isu dan penonjolan atau penekanan terhadap aspek tertentu yang ada pada suatu realitas atau isu. Dan dalam konsepsi yang dikemukakannya, Entman

(8)

8 mengemukakan adanya empat elemen dalam framing (Eriyanto, 2012, h. 223-224):

1. Define problems (pendefinisian masalah): Bagaimana wartawan memahami dan mempersepsi suatu fenomena yang terjadi sebagai masalah apa

2. Causal interpretation (penyebab masalah): Menentukan siapa aktor dari suatu peristiwa atau apa yang menyebabkan terjadinya suatu peristiwa 3. Make moral judgement (membuat pilihan moral): Nilai moral yang

disajikan oleh wartawan untuk menjelaskan masalah yang terjadi, dan nilai moral yang digunakan untuk melegitimasi atau mendelegitimasi suatu tindakan.

4. Treatment recommendation (menekankan penyelesaian): Penyelesaian yang ditawarkan dalam mengatasi permasalahan atau isu dan jalan yang ditawarkan untuk mengatasi masalah yang diberitakan.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dengan analisis framing. Penelitian ini akan menggambarkan bagaimana kedua media online yang saling berseberangan secara ideologi, kompas.com dan republika.co.id melakukan konstruksi pemberitaan dan pembingkaian terhadap isu dugaan penistaan agama oleh Gubernur DKI Jakarta kala itu, Basuki Tjahaja Purnama, pada saat melakukan kunjungan ke Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. 1. Data Primer. Dalam penelitian ini, kumpulan berita mengenai isu dugaan

penistaan agama oleh Ahok dalam periode Oktober – November 2016 di media online kompas.com dan republika.co.id.

2. Data Sekunder. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka berupa materi penelitian yang terdapat dalam surat kabar, majalah, portal daring, buku-buku literatur terkait, serta penelitian terdahulu berupa skripsi, jurnal ilmiah, dan artikel ilmiah yang relevan dengan objek yan dikaji. Ditambah pula dengan wawancara yang penulis pakai untuk menguji keabsahan data penelitian.

(9)

9 Teknik pengumpulan data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi. Teknik ini dilakukan dengan cara mengumpulkan pemberitaan mengenai dugaan penistaan agama dalam rentang waktu 6 Oktober – 16 November 2016. Sementara untuk data sekunder, teknik yang dipakai adalah studi pustaka, yakni dengan cara mengumpulkan buku literatur, catatan, dan artikel ilmiah yang berkaitan dengan topik penelitian, penelusuran data online, yakni dengan mencari data penunjang berupa artikel ilmiah dan literatur secara online, dan juga wawancara, dimana penulis melakukan wawancara pada dua pemerhati Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta dan seorang wartawan senior yang juga mengajar di sejumlah universitas di Surakarta.

Sementara itu untuk sampel yang digunakan dalam penelitian, penulis menggunakan teknik purposive sampling yang mana menurut Lincoln dan Guba (1985) dalam Sugiyono (2008, h. 54) memiliki ciri khusus seperti: sementara, menggelinding seperti bola salju, disesuaikan dengan kebutuhan, dan dipilih sampai jenuh.

Dan adapun kriteria purposive sampling yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Pemberitaan dari kompas.com dan republika.co.id yang diteliti dipilih berdasarkan urutan waktu, dimulai dengan munculnya narasi mengenai isu dugaan penistaan agama oleh Buni Yani dalam akun facebooknya tertanggal 6 Oktober 2016 sampai dengan penetapan Basuki Tjahaja Purnama sebagai tersangka kasus penistaan agama oleh Bareskrim Polri pada 16 November 2016.

2. Berita dari kompas.com dan republika.co.id dipilih berdasarkan kemiripan informasi dan bahasan yang saling berkaitan dengan isu dugaan penistaan agama yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, pada saat lawatannya ke Pulau Pramuka, Kabupaten Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta.

Untuk uji validitas data yang digunakan dalam penelitian ini, penulis memakai triangulasi metode. Rahardjo dalam Gunawan (2017, h. 220)

(10)

10 menyatakan bahwa triangulasi ini dilakukan dengan membandingkan informasi atau data yang telah diperleh dengan cara yang berbeda, yakni dengan membandingkan hasil temuan analisis framing mengenai isu dugaan penistaan agama dengan hasil wawancara pada narasumber yang memiliki keterkaitan dengan bahasan topik penelitian.

Penelitian ini menggunakan model framing Entman yang melihat framing dalam dua dimensi besar, yakni seleksi isu dan penekanan atau penonjolan (saliency) dari aspek-aspek tertentu realitas oleh media. Semakin besar penonjolan yang diberikan media terhadap suatu realitas, maka semakin besar pula penonjolan tersebut mempengaruhi pemahaman audiens atas suatu realitas.

Sajian dan Analisis Data

Kemunculan isu mengenai dugaan penistaan agama yang dilakukan oleh Gubernur aktif DKI Jakarta kala itu bermula pada saat seorang pengguna facebook bernama Buni Yani memposting status dengan judul, ―PENISTAAN TERHADAP AGAMA?‖ yang dilengkapi dengan potongan video pidato Ahok yang tengah memberikan pidato pada saat kunjungan kerjanya ke Kepulauan Seribu. Postingan yang diunggah pada tanggal 6 Oktober 2016 tersebut berisikan narasi mengenai dugaan penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok, yang selanjutnya menjadi viral dalam sekejap dan memperoleh reaksi beragam dari publik. Sebagai tambahan, Ahok beserta dengan jajarannya melakukan kunjungan kerja program budidaya Ikan Kerapu ke Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, pada 27 September 2016. Dan dalam pidatonya, Ahok mengutip Surah Al-Maidah ayat 51. Surah tersebut berisikan anjuran bagi umat Muslim untuk tidak menjadikan seorang nonmuslim sebagai pemimpin. Ahok melakukan pengutipan terhadap Surah Al-Maidah ayat 51 karena pada tahun-tahun awal ia berkarier politik di Belitung, lawan politiknya kerap kali menggunakan ayat tersebut untuk menjatuhkan elektabilitasnya.

Kemunculan peristiwa ini menyedot perhatian yang besar dari publik mengingat momentumnya yang bertepatan dengan masa awal penyelenggaraan pendaftaran calon pada Pilkada DKI 2017. Dan media pun ramai-ramai

(11)

11 memberitakan peristiwa ini. Dua diantaranya adalah kompas.com dan Republika.co.id.

Tabel 1. Daftar Berita Kompas.com yang Dianalisis

No Tanggal/Waktu Terbit Judul Berita

1 6 Oktober 2016/Pukul 20.51 WIB

Kata Ahok, Lawan Politik yang Buat Videonya Kutip Ayat Suci Jadi "Viral" 2 7 Oktober 2016/Pukul 10.22

WIB Ahok Bantah Menghina Kitab Suci

3 10 Oktober 2016/Pukul 09.24

WIB Ahok Minta Maaf kepada Umat Islam

4 11 Oktober 2016/Pukul 22.40 WIB

Lakukan Kajian, Ini Pendapat MUI Soal Pernyataan Ahok

5 12 Oktober 2016/Pukul 15.29 WIB

Bareskrim Polri Serahkan Video Lengkap Pernyataan Ahok ke Laboratorium Forensik 6 13 Oktober 2016/Pukul 18.46

WIB

Bawaslu DKI Sebut Ahok Tak Langgar Aturan Pemilu

7 17 Oktober 2016/Pukul 17.04 WIB

Ini Penjelasan Polisi Soal Kesaksian Masyarakat Kepulauan Seribu atas Video Ahok

8 24 Oktober 2016/Pukul 14.16 WIB

Polisi Klarifikasi Ahok Terkait Konten Video yang Mengutip Ayat Suci 9 6 November 2016/Pukul 16.35

WIB

Polri Pastikan Gelar Perkara Ahok Dilakukan Terbuka

10 7 November 2016/Pukul 18.10 WIB

Sembilan Jam Diperiksa Bareskrim, Ahok Dicecar 22 Pertanyaan

11 15 November 2016/Pukul 13.26 WIB

Ini Alasan Ahok Tak Hadiri Gelar Perkara Kasus Dugaan Penistaan Agama

12 16 November 2016/Pukul 10.21 WIB

Saat Polri Umumkan Status Tersangka, Ahok Asyik Layani Aduan Warga

Sumber: www. kompas.com

(12)

12

No Tanggal/Waktu Terbit Judul Berita

1 6 Oktober 2016/Pukul 14.17 WIB

Video Ahok: Anda Dibohongi Al-Quran Surat Al-Maidah 51 Viral di Medsos

2 7 Oktober 2016/Pukul 08.14 WIB

Komnas HAM: Lecehkan Al-Quran, Ahok Harus Segera Minta Maaf 3 10 Oktober 2016/Pukul 10.12

WIB

Minta Maaf, Ahok Minta Kasus Al-Maidah 51 Tak Dilanjutkan

4 11 Oktober 2016/Pukul 16.06 WIB

Ini Tanggapan Resmi MUI Soal Pernyataan Ahok tentang Al-Maidah

5 12 Oktober 2016/Pukul 15.07 WIB

Bareskrim Kirim Rekaman Video Pidato Ahok ke Puslabfor

6 13 Oktober 2016/Pukul 18.09 WIB

Bawaslu DKI Mengaku Tak Bisa Tindak Lanjuti Kasus Ahok

7 17 Oktober 2016/Pukul 11.06 WIB

Bareskrim Periksa Saksi di Pulau Seribu, Ini Hasilnya

8 24 Oktober 2016/Pukul 16.46 WIB

Diperiksa Bareskrim, Ahok Ditanya Kegiatannya di Kepulauan Seribu 9 6 November 2016/Pukul 20.19

WIB

Gelar Perkara Kasus Ahok akan Dilakukan Secara Terbuka 10 7 November 2016/Pukul 18.39

WIB

Ahok Disuguhkan 22 Pertanyaan, Ini Hasilnya

11 15 November 2016/Pukul

09.30 WIB Alasan Ahok Tak Hadiri Gelar Perkara

12 16 November 2016/Pukul 10.31 WIB

Ditetapkan Jadi Tersangka, Ini Tanggapan Resmi Ahok

Sumber: www.republika.co.id

Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh peneliti terhadap masing-masing keduabelas pemberitaan mengenai isu dugaan penistaan agama yang diberitakan oleh kompas.com dan republika.co.id, penulis menarik beberapa kesimpulan yang diperleh dengan menggunakan keempat perangkat framing model Entman.

Dengan keempat perangkat framing tersebut, penulis hendak mengetahui, konstruksi realitas seperti apa yang dibuat oleh kedua media yang diteliti oleh penulis. Teori Konstruksi Sosial pada Media Massa menyatakan bahwa

(13)

13 perputaran informasi yang terjadi secara cepat dan luas dapat membentuk konstruksi sosial yang berlangsung cepat dan merata sehingga terbentuk opini atas realitas yang terkonstruksi (Bungin, 2008, h. 194).

Dari hasil analisis yang dilakukan oleh penulis, ditemukan bahwa kedua media yang penulis teliti, kompas.com dan republika.co.id, masing-masing telah menyampaikan pemberitaan mengenai dugaan penistaan agama secara berimbang. Kedua media tersebut juga memiliki pandangannya sendiri dalam membingkai pemberitaan mengenai dugaan penistaan agama yang muncul pada Oktober 2016 lalu.

a. Kompas.com

Kompas.com memandang kemunculan isu dugaan penistaan tersebut sebagai hal yang lumrah terjadi menjelang Pilkada DKI. Kompas.com turut memandang Ahok sebagai korban politik identitas karena momentum kemunculan isunya yang bertepatan dengan masa awal penyelenggaraan Pilkada DKI 2017. Kendati begitu, kompas.com tetap berpendapat bahwa Ahok bersalah atas tindakannya dalam mengutip Surah Al-Maidah ayat 51 dalam pidatonya. Kompas.com juga menyoroti bahwa Ahok tidak bermaksud untuk melecehkan Al-Quran. Dalam salah satu pemberitaannya, Ahok berkata bahwa Surah Al-Maidah ayat 51 itu kerap kali digunakan oleh lawan politik untuk menjatuhkan elektabilitasnya. Ahok juga menjelaskan bahwa yang ia maksudkan dalam pidatonya adalah orang-orang rasis (lawan politik) yang menggunakan ayat tersebut untuk menyerangnya. Kompas.com dalam pemberitaannya memuji sikap proaktif Ahok yang turut berpartispasi pada pihak Kepolisian yang melakukan pemeriksaan kepadanya atas isu tersebut. Kompas.com turut mengapresiasi sikap fair (bertanggungjawab) Ahok atas ucapannya. Kompas.com menawarkan sejumlah saran kepada publiknya atas isu ini: Ahok yang harus segera minta maaf pada umat Islam pada saat awal kemunculan isu, saran bagi publik untuk tetap tenang dengan keberadaan isu mengenai dugaan penistaan agama dan mempercayakan seluruhnya kepada pihak berwajib, dan Polri selaku aparat penegak hukum yang diminta untuk menyelesaikan proses hukum atas dugaan penistaan agama ini secepatnya.

(14)

14 Baik kompas.com maupun republika.co.id sama-sama menyimpulkan kemunculan isu yang disebabkan oleh postingan Buni Yani yang berisikan video pidato Ahok yang mengutip Surah Al-Maidah 51 pada saat kunjungan kerjanya ke Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu.

b. Republika.co.id

Republika.co.id, di sisi lain, memandang isu dugaan penistaan agama ini sebagai masalah hukum. Republika.co.id juga mengindikasikan adanya orang yang memelintir pernyataan Ahok untuk memantik Isu SARA. Dan senada dengan kompas.com, Republika.co.id tidak membenarkan tindakan Ahok dalam mengutip ayat suci. Dalam pemberitaannya, Republika.co.id memberikan apresiasi kepada Ahok atas sikap fairnya. Republika Online (ROL) juga turut mengapresiasi kinerja BUI, Bawaslu, dan Polri dalam mengawal isu dugaan penistaan agama secara profesional dan netral. Satu-satunya pihak yang dikritik oleh ROL adalah pemerintah, yang kinerjanya dinilai lamban dalam melakukan pengambilan keputusan akan proses hukum kasus dugaan penistaan agama. ROL turut memberikan beberapa saran atas permasalahan mengenai kemunculan isu dugaan penistaan agama ini. Pertama, pada saat kemunculan isu, ROL menyarankan agar Ahok segera meminta maaf kepada publik dan berjanji untuk tidak mengulangi hal tersebut lagi. Republika juga turut memberikan masukan untuk pejabat publik agar tidak hanya merasa bisa, tapi juga bisa merasa. Kedua, republika.co.id meminta agar publik tak terpengaruh dengan keberadaan isu SARA selama proses Pilkada 2017 berlangsung. Publik diminta untuk tetap tenang. Dan apabila publik merasa tidak berkenan, mereka dapat melakukannya dengan cara yang elegan, yakni melaporkan kepada pihak berwajib dan mempercayai dan menyerahkan sepenuhnya proses hukum pada pihak Kepolisian. Dan ketiga, Polisi diminta untuk segera menuntaskan kasus itu. Dan juga, lembaga selain Bawaslu diharap dapat menindaklanjuti kasus Ahok.

c. Hasil Wawancara dengan Informan

Penulis melakukan wawancara kepada tiga informan ahli sebagai uji validitas data hasil temuan peneliti. Ketiga informan penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Drs. Ignatius Agung Satyawan, SE, S.IKom, MSi, PhD,

(15)

15 merupakan salah satu dari dua pemerhati Ilmu Komunikasi yang menjadi informan ahli dalam penelitian ini. Beliau adalah dosen di Prodi Ilmu Komunikasi dan Hubungan Internasional di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta., 2. Drs. Mulyanto Utomo, M.Si, merupakan wartawan senior yang telah berkecimpung lama di dunia jurnalistik. Selain mengajar di Uuniversitas Sebelas Maret, beliau juga mengajar di berbagai perguruan tinggi di Kota Solo seperti Universitas Muhammadiyah Surakarta, Akademi Seni dan Desain Indonesia Solo, dan School of Management and Public Relations/CES Solo, 3. Sri Herwindya Baskara Wijaya, S. Sos., M.Si merupakan pemerhati Ilmu Komunikasi yang menjadi salah satu informan ahli dalam penelitian ini. Beliau kerap melakukan penelitian dan juga pengabdian mengenai Ilmu Komunikasi, Pancasila, Nasionalisme Kebangsaan, Politik, dan Jurnalistik.

Dari wawancara yang penulis lakukan dengan ketiga informan ahli tersebut di atas, penulis mendapatkan temuan sebagai berikut:

Kemunculan dugaan isu penistaan agama dipandang secara berbeda oleh ketiga orang informan ahli. Informan pertama dan ketiga, Agung Satyawan dan Herwindya, menilai kemunculan isu dugaan penistaan agama ini bernuansa politik, mengingat momennya yang berdekatan dengan masa awal penyelenggaraan Pilkada 2017. Sementara, informan ahli kedua, Mulyanto Utomo, menilai bahwa kemunculan isu ini merupakan hal yang sangat wajar.

Penulis lalu menanyakan pengaruh visi, misi, dan ideologi media terhadap framing pemberitaan. Informan Agung menjawab bahwa kriteria-kriteria tersebut jelas mempengaruhi framing pemberitaan. Ini karena media yang benar-benar netral itu mustahil adanya. Ini karena keberadaan ideologi, orientasi, penyandang dana, dan sebagainya sedikit banyak berpengaruh pada produk yang dihasilkan oleh media. Informan Mulyanto juga berpendapat senada. Ideologi dan visi misi media mempengaruhi framing pemberitaan dan keputusan media dalam mengkonstruksi berita.

Penulis juga menanyai informan ahli mengenai framing seperti apa yang hendak dibentuk oleh kedua media online tersebut. Informan ahli pertama berpendapat bahwa kompas.com telah merekonstruksi konteksnya secara

(16)

16 proporsional, dalam artian, kompas.com berusaha untuk senetral mungkin. Ini karena dalam berita yang ditampilkan, kompas.com tidak menyebutkan isi dari Surah Al-Maidah 51. Ini karena kompas.com hendak menghindari salah interpretasi dan berusaha untuk senetral mungkin dalam pemberitaannya. Sementara Republika Online memiliki kecenderungan bahwa Ahok bersalah dan patut menjadi tersangka, sementara peran Buni Yani tidak tampak.

Sementara itu, Informan Mulyanto berpendapat bahwa kompas.com memiliki kecenderungan pemberitaan yang ―berpihak‖ kepada Ahok jika dilihat dari judul-judul pemberitaannya. Kebenaran fungsional yang dibangun kompas.com adalah untuk publik pro Ahok. Sementara untuk pemberitaan yang diberikan oleh Republika Online lebih netral jika dilihat dari judul-judulnya. Kebenaran fungsional yang dibangun cenderung untuk publik yang pro maupun kontra Ahok.

Dan terakhir, penulis menanyai pendapat kedua informan ahli terkait hal yang hendak ditekankan oleh kedua media dan hal yang diabaikan oleh media dalam pemberitaan mereka terkait isu mengenai dugaan penistaan agama yang dilakukan oleh kedua media online tersebut.

Informan Agung mengatakan bahwa kompas.com berusaha menyajikan berita senetral mungkin, yakni dengan menghindari kutipan Surah Al-Maidah 51. Selain itu, kompas.com juga berusaha untuk mencari informasi langsung dari mereka yang terlibat di persoalan isu dugaan penistaan agama. Kompas.com tidak hanya heavy on one source, tetapi berusaha untuk mencari many kind of sources (cover both sides). Sementara untuk Republika Online kurang menerapkan prinsip cover both sides.

Informan Mulyanto menilai bahwa baik kompas.com dan republika.co.id sudah menyampaikan pemberitaan mengenai isu dugaan penistaan agama secara profesional, mengikuti kaidah-kaidah jurnalistik yang ada.

Kesimpulan

Kedua media online yang diteliti oleh penulis, kompas.com dan Republika.co.id telah menyampaikan pemberitaan mengenai isu dugaan penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok secara profesional dan berimbang

(17)

17 kepada audiensnya (cover both sides). Ini dikarenakan oleh adanya kesamaan visi dari kedua media tersebut yang sama-sama bercorak nasionalis kebangsaan dimana keduanya berusaha untuk menjaga persatuan bangsa dalam pemberitaan-pemberitaan yang diberitakannya.

Perbedaan frame yang terdapat pada kedua media yang diteliti adalah hal yang wajar karena selain berfungsi untuk menambah sudut pandang lain untuk audiens mengenai peristiwa serupa yang tengah terjadi, juga sebagai suatu bentuk profesionalitas antar wartawan pada masing-masing perusahaan media dalam memberikan berita yang informatif dan terpercaya, dan juga sebagai upaya untuk meningkatkan tiras. Perbedaan frame pemberitaan mengenai isu ini disebabkan oleh adanya perbedaan visi dan misi antarkedua media yang diteliti.

Daftar Pustaka

BM, Mursito. Jurnalisme Komprehensif: Konsep, Kaidah & Teknik Penulisan Berita, Feature, Artikel. Jakarta: Literate, 2013.

—. Memahami Institusi Media: Sebuah Pengantar. Karanganyar: Lindu Pustaka, 2006.

—. Realitas Media. Karanganyar: Lindu Pustaka, 2012.

Bungin, Burhan. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Prenada Media Group, 2015.

Entman, Robert M. "Framing: Toward Clarification of a Fractured Paradigm."

Journal of Communication (1993): 51-58.

<https://commsociety.wordpress.com/background-on-framing-theory/>. Eriyanto. Analisis Framing. Bantul: LkiS, 2012.

Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara, 2017. Kompas.com. n.d. <www.kompas.com>.

Nurhasim, Ahmad. "Adu Taktik Tim Peracik." Tempo 23 Oktober 2016: 40-41. Pawito. Komunikasi Politik, Media dan Kampanye Pemilihan. Yogyakarta:

Jalasutra, 2009.

Republika Online. n.d. <www.republika.co.id>.

Sobari, Teti and Dani Ramdani. "Framing Religious Blasphemy Issues By the Governor of DKI Basuki Thajaja Purnama in the Contestation of Governor Election DKI." Advances in Social Science, Education and Humanities Research (2019): 424-427.

Sobur, Alex. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Penilaian oleh ahli media dilakukan untuk mengetahui kualitas media pembelajaran mobile learning. Penilaian ini dilakukan dalam tiga aspek yaitu aspek tampilan, aspek

Hasil penelitian dilihat dari beberapa indikator: (1) kondisi kelembagaan menunjukkan, sekolah umumnya mempunyai pengelola khusus kelengkapan surat ijin dalam

Dimulai dari identifikasi permasalahan menurut urusan pemerintahan dan analisis isu strategis dilingkungan masyarakat kabupaten Musi Rawas dengan melihat dampak

(4) Kerja Industri dengan takaran beban akademik 4 (empat) SKS adalah kegiatan pendidikan bagi mahasiswa program D3 atau D4 dengan menjadi pekerja harian di perusahaan,

Pemberian dukungan sosial dari suami atau istri lebih memiliki keterdekatan yang lebih tinggi dari pada sumber dukungan yang lainnya. Keterdekatan yang dimaksud di

55 Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir, Alquran dan terjemahnya,…, h.. Muhammad dan ajaran tersebut bertentangan dengan ajaran nenek moyang mereka. Ayat ini

Hubungan antara fosfor dengan bobot kering akar pada beberapa dosis nitrogen Pada penelitian ini, sampai fase pengisian benih, tanaman dengan perlakuan nitrogen 45

Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dilakukan untuk menganalisa kemampuan jalur hijau untuk menyerap emisi karbondioksida yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor yang