• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DATA DAN ANALISA. Data dan informasi yang disusun untuk pra tugas akhir ini penulis dapatkan melalui

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II DATA DAN ANALISA. Data dan informasi yang disusun untuk pra tugas akhir ini penulis dapatkan melalui"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

DATA DAN ANALISA

2.1 Sumber Data

Data dan informasi yang disusun untuk pra tugas akhir ini penulis dapatkan melalui berbagai sumber, antara lain,

a. Buku

-. Ilmu Budaya Dasar oleh M. Habib Mustopo

-. Mengenal Alat Musik (Tradisional dan Non Tradisional) oleh DS. Soewito M

-. Budaya Nusantara 33 Provinsi oleh Panji Kesuma

-. Mengenal Budaya Bangsa Indonesia oleh Drs. Kasno, dkk

-. Informasi Koleksi Musik Tradisional Indonesia oleh Museum Nasional

b. Website

-. www.bataviase.co.id

-. www.id.wikipedia.org

(2)

c. Wawancara

-. Drs. Yulius T. selaku penanggung jawab Museum Nasional

-. Mas Uyung selaku pendiri Mahagenta Band

-. Debora B. M. Psi selaku psikolog anak

2.2 Data Produk

2.2.1 Pengertian Budaya

Budaya (daripada perkataan Sanskrit buddayah, yang merupakan kata jamak bagi perkataan buddhi, yang bermaksud budi pekerti atau akal) secara amnya

membincangkan hal-hal berkaitan budi dan akal manusia. Di dalam pengertian yang luas pula bermaksud segala sesuatu yang dibawa atau dikerjakan oleh manusia, berlawanan dengan "perkara semula jadi"' yang bukan diciptakan atau boleh diubah oleh manusia.

2.2.2 Pengertian Kebudayaan

Kebudayaan, cultuur dalam bahasa Belanda dan culture dalam bahasa Inggris, berasal dari bahasa Latin “colore” yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan. Dari pengertian kebudayaan dalam segi demikian berkembanglah arti

(3)

culture sebagai “segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam”.

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.

Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,

(4)

kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

2.2.3 Budaya, Kebudayaan, dan Masyarakat

Untuk membedakan pengertian istilah budaya dan kebudayaan, Djoko Widaghdo (1994), memberikan pembedaan pengertian budaya dan kebudayaan, dengan

mengartikan budaya sebagai daya dari budi yang berupa cipta, rasa dan karsa, sedangkan kebudayaan diartikan sebagai hasil dari cipta, karsa, dan rasa tersebut.

Menurut Djojodiguno (1958) dalam bukunya : Asas-asas Sosiologi, memberikan definisi mengenai cipta, karsa, dan rasa sebagai berikut:

Cipta adalah kerinduan manusia untuk mengetahui rahasia segala hal yang ada dalam pengalamannya, yang meliputi pengalaman lahir dan batin. Hasil cipta berupa berbagai ilmu pengetahuan.

Karsa adalah kerinduan manusia untuk menginsyafi tentang hal “sangkan paran”. Dari mana manusia sebelum lahir (sangkan), dan kemana manusia sesudah mati (paran). Hasilnya berupa norma-norma keagamaan/kepercayaan.

(5)

Rasa adalah kerinduan manusia akan keindahan, sehingga menimbulkan dorongan untuk menikmati keindahan. Hasil dari perkembangan rasa terjelma dalam bentuk dalam berbagai norma keindahan yang kemudian menghasilkan macam-macam kesenian.

Menurut Koentjaraningrat (1974), menyatakan bahwa kebudayaan terdiri atas tiga wujud:

a. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan.

b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.

c. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Wujud pertama adalah wujud yang ideal dari kebudayaan. Sifatnya abstrak tak dapat, tak dapat diraba. Lokasinya ada dalam alam pikiran dari warga masyarakat dimana

kebudayaan yang bersangkutan itu hidup. Kebudayaan ini dapat kita sebut adat tata kelakuan, atau adat istiadat dalam bentuk jamaknya.

Wujud kedua dari kebudayaan yang sering disebut sistem sosial, mengenai kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu dengan lain menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.

Wujud ketiga dari kebudayaan disebut kebudayaan fisik, yaitu berupa seluruh total dari hasil fisik dan aktivitas, perbuatan dan karya semua manusia dalam masyarakat.

(6)

Di atas telah dijelaskan bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Konsepsi tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

a. Bahwa kebudayaan adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dihasilkan manusia. Karena itu meliputi:

-. Kebudayaan material (bersifat jasmaniah), yang meliputi benda-benda ciptaan manusia.

-. Kebudayaan non material (bersifat rohaniah), yaitu semua hal yang tidak dapat dilihat dan diraba, misalnya religi (walau tidak semua religi ciptaan manusia).

b. Bahwa kebudayaan itu tidak diwariskan secara generatif (biologis), melainkan hanya mungkin diperoleh dengan cara belajar.

c. Bahwa kebudayaan itu diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Tanpa masyarakat akan sukarlah bagi manusia untuk membentuk kebudayaan. Sebaliknya tanpa kebudayaan tidak mungkin manusia baik secara individual maupun

masyarakat, dapat mempertahankan kehidupannya.

Dua kekayaan manusia yang paling utama ialah akal dan budi atau yang lazim disebut dengan pikiran dan perasaan. Di satu sisi akal dan budi atau pikiran dan perasaan telah memungkinkan munculnya tuntutan-tuntutan hidup manusia yang lebih daripada tuntutan hidup makhluk lain. Sedangkan pada sisi yang lain, akal dan budi

(7)

akan dapat dihasilkan oleh makhluk lain. Cipta, karsa dan rasa pada manusia sebagai buah akal budinya terus bergerak berusaha menciptakan benda-benda baru untuk memenuhi hajat hidupnya, baik yang bersifat rohani maupun jasmani.

Pengertian kebudayaan (culture) dalam arti luas merupakan kreativitas manusia (cipta, rasa dan karsa) dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidupnya. Manusia akan selalu melakukan kreativitas (dalam arti luas) untuk memenuhi kebutuhannya (biologis, sosiolois, psikologis) yang diseimbangkan dengan tantangan, ancaman, gangguan, hambatan dari lingkungan alam dan sosialnya. Pernyataannya dapat dalam bentuk bahasa (lisan, tulisan, isyarat), benda (tools and equipment), sikap dan kebiasaan (adat/ habit and attitude), dan lainnya. Komponen-komponennya (unsur-unsur kebudayaan) meliputi politik, ekonomi, sosial, teknologi, transportasi, komunikasi, dan religi. Komponen ini merupakan bagian dari sistem kebudayaan yang tak terpisahkan, dan bingkainnya (boundary cultural sistem) adalah supranatural. Bagaimana manusia mengkreasi semua ini (how to create), akan berbeda antara kelompok yang satu dengan lainnya, sebagai contoh: Masyarakat Nelayan Pantai Utara Jawa berbeda dengan Pantai Selatan Jawa dalam menciptakan perahu. Perahu masyarakat Pantai Utara dibangun dengan papan yang disambung-sambung dan tanpa cadik (penyeimbang), sementara masyarakat nelayan Pantai Selatan Jawa membuat perahu dari kayu gelondongan dengan memakai cadik. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhannya sama yaitu tentang suatu alat (tools) untuk berlayar dalam rangka menangkap ikan (baik masyarakat Pantai Utara maupun Selatan) untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (needs), tetapi karena tantangan alam yang berbeda maka penciptaan teknologipun berbeda, demikian pula dalam aspek kehidupan lainnya.

(8)

Budaya adalah suatu pola dari keseluruhan keyakinan dan harapan yang dipegang teguh secara bersama oleh semua anggota organisasi dalam pelaksanaan pekerjaan yang ada dalam organisasi tersebut. Dengan demikian, budaya dalam suatu organisasi adalah menjadi pengikat semua karyawan secara bersama dalam organisasi tersebut dan sekaligus sebagai pemberi arti dan maksud dalam keterlibatan karyawan tersebut dalam pekerjaan sehari-hari dari organisasi. Dalam kaitan ini, Shein (1985-1990) – pakar dalam “Applied Strategic Planning” – telah mengemukakan definisi yang lebih komprehensif tentang budaya, yaitu : “Budaya adalah suatu pola dari asumsi-asumsi dasar (keyakinan dan harapan) yang ditemukan ataupun dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu dari organisasi, dan kemudian menjadi acuan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang berkaitan dengan adaptasi keluar dan integrasi internal, dan karena dalam kurun waktu tertentu telah berjalan/berfungsi dengan baik, maka dipandang sah, karenanya dibakukan bahwa setiap anggota organisasi harus menerimanya sebagai cara yang tepat dalam pendekatan pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan dalam organisasi

2.2.4 Budaya Indonesia

Kebudayaan Indonesia dapat didefinisikan sebagai seluruh kebudayaan lokal yang telah ada sebelum bentuknya nasional Indonesia pada tahun 1945. Seluruh kebudayaan lokal yang berasal dari kebudayaan beraneka ragam suku-suku di Indonesia merupakan bagian integral daripada kebudayaan Indonesia.

Kebudayaan Indonesia walau beraneka ragam, namun pada dasarnya terbentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya seperti kebudayaan Tionghoa, kebudayaan

(9)

India dan kebudayaan Arab. Kebudayaan India terutama masuk dari penyebaran agama Hindu dan Buddha di Nusantara jauh sebelum Indonesia terbentuk. Kerajaan-kerajaan yang bernafaskan agama Hindu dan Budha sempat mendominasi Nusantara pada abad ke-5 Masehi ditandai dengan berdirinya kerajaan tertua di Nusantara, Kutai, sampai pada penghujung abad ke-15 Masehi.

Kebudayaan Tionghoa masuk dan mempengaruhi kebudayaan Indonesia karena

interaksi perdagangan yang intensif antara pedagang-pedagang Tionghoa dan Nusantara (Sriwijaya). Selain itu, banyak pula yang masuk bersama perantau-perantau Tionghoa yang datang dari daerah selatan Tiongkok dan menetap di Nusantara. Mereka menetap dan menikahi penduduk lokal menghasilkan perpaduan kebudayaan Tionghoa dan lokal yang unik. Kebudayaan seperti inilah yang kemudian menjadi salah satu akar daripada kebudayaan lokal modern di Indonesia semisal kebudayaan Jawa dan Betawi.

Kebudayaan Arab masuk bersama dengan penyebaran agama Islam oleh pedagang-pedagang Arab yang singgah di Nusantara dalam perjalanan mereka menuju Tiongkok.

Kedatangan penjelajah dari Eropa sejak abad ke-16 ke Nusantara, dan penjajahan yang berlangsung selanjutnya, membawa berbagai bentuk kebudayaan Barat dan membentuk kebudayaan Indonesia modern sebagaimana yang dapat dijumpai sekarang. Teknologi, sistem organisasi dan politik, sistem sosial, berbagai elemen budaya seperti boga, busana, perekonomian, dan sebagainya, banyak mengadopsi kebudayaan Barat yang lambat-laun terintegrasi dalam masyarakat.

(10)

2.2.5 Alat-alat Sebagai Sumber Bunyi Musikal

Musik adalah organisasi bunyi di dalam bangunan arsitektonik yang terikat oleh ruang dan waktu. Begitu istimewahnya kedudukan bunyi-bunyian dalam musik sehingga manusia bersedia mengabdikan hidupnya untuk menciptakan aneka jenis alat-alat demi bunyi yang diharapkan. Proses pembuatan alat-alat musikpun beragam, dari yang sederhana sampai ke tingkat kerumitan yang tinggi. Semua ini berpedoman pada konsep bunyi yang mereka anggap indah dan musikal. Melalui proses ini tercipta berbagai teknik pembuatan, bentuk dan konstruksi alat-alat, serta kriteria pemilihan material yang dipakai sebagai bahan dasar pembuatannya.

Pemilihan material itupun tergantung pada lingkungan alam dimana manusia itu hidup dan mengembangkan kebudayaannya. Berbagai jenis tumbuh-tumbuhan (dari umbut-umbut yang tumbuh di air, daun, akar, dan batang pohon kayu), tanah, logam, dan berbagai bagian dari tubuh binatang dimanfaatkan untuk pembuataan alat-alat musik. Suatu masyarakat yang hidup di tengah-tengah alam yang kaya dengan pohon bamboo akan memanfaatkan tanaman ini untuk menciptakan alat-alat musik seperti seruling, atau berbagai alat musik lainnya. Sebaliknya mereka yang tidak memiliki jenis pohon ini akan memanfaatkan bahan lain untuk pembuatan seruling, misalnya dengan

menggunakan tulang, atau kayu yang dilobangi. Demikian pula di tengah-tengah masyarakat yang di sekeliling alamnya terdapat jenis binatang, misalnya biawak, akan menggunakan kulit binatang ini sebagai kulit gendangnya.

Perkembangan pengetahuan dan teknologipun dimanfaatkan untuk menciptakan jenis alat-alat dan bunyi-bunyian baru. Teknologi pembuatan benda-benda dari tanah, seperti

(11)

keramik, memintal sutra, teknologi pengolahan bahan logam sampai pada penciptaan teknologi berbasis elektronika memberi kontribusi yang penting bagi perkembangan alat-alat musik. Dapat dibayangkan betapa tingginya tingkat kerumitan proses pembuatan sebuah gong yang diciptakan manusia Indonesia sekitar seribu lima ratus tahun yang lampau.

2.2.6 Kebudayaan Indonesia dalam Musik

Seni karawitan, degung sunda, musik kolintang dang ending Sriwijaya adalah contoh dari musik daerah, yang jumlahnya dan ragamnya banyak sekali. Setiap musik menngambarkan ungkapan perasaan situasi dan kondisi kejiwaan dan semangat yang berbeda-beda. Di dalamnya tercermin suatu ungkapan perasaan yang beraneka ragam. Perasaan berupa kecintaan terhadap tanah air, kebanggan terhadap hasil budaya, ungkapan keberanian, kegelisahan, dan bahkan mengungkapkan cita-cita luhur. Dalam musik memang dapat ditemukan berbagai konsep yang berhubungan dengan cinta kasih, pengorbanan, kesyahduan, ataupun penderitaan.

Musik tradisional menunjuk satu bentuk musik yang bersifat kolektif yang terdapat dalam suatu komunitas tertentu. Musik yang bersifat tradisional dan kolektif tersebut dianggap menggambarkan kepribadian komunal atau masyarakat setempat. Musik-musik tersebut sekaligus menyalakan semangat kebersamaan dari masyarakat bersangkutan.

(12)

Pada sisi lain, musik-musik tradisional selalu berhubungan dengan kehidupan sehari-hari suatu masyarakat. Dan dalam banyak hal, musik-musik tradisional digunakan untuk keperluan hidup masyarakat setempat. Misalnya, untuk keperluan upacara yang bersifat ritual (dalam wujud doa atau pujian kepada Sang Pencipta), untuk kepentingan

pekerjaan (misalnya untuk menyambut musim panen), mengiringi tari-tari tradisional atau bisa juga sebagai sarana menyebarkan nilai-nilai budaya ataupun sejarah

masyarakat setempat. Dalam hal ini, musik-musik tradisional memang dianggap lebih fungsional dibanding musik-musik kotemporer.

Berikut adalah ciri-ciri yang menonjol dalam karya musik tradisional:

a. Karya musik berkembang dalam suatu masyarakat b. Karya musik menggambarkan kepribadian masyarakat

c. Karya musik menyuarakan semangat dan spirit kebersamaan masyarakat yang bersangkutan.

d. Karya musik senantiasa berkaitan dengan kehidupan sehari-hari anggota masyarakat e. Besifat fungsional

f. Proses pewarisannya dilakukan secara lisan

2.2.7 Potensi Alat-Alat Musik di Indonesia

Dalam perjalanan sejarah Indonesia, lingkungan masyarakat dan sistem kekuasaan yang bervariasi telah memunculkan berbagai bentuk dan gaya musik sejak jaman dahulu hingga sekarang. Bentuk-bentuk musik warisan kekuasaan kerajaan-kerajaan Nusantara

(13)

berbeda dengan musik di lingkungan masyarakat yang menerapkan sistem sosial yang bersifat kerakyatan seperti adat istiadat, serta sistem kepercayaan yang berbeda-beda. Masing-masing warisan tradisi itu menyumbangkan berbagai bentuk dan jenis alat-alat musik yang unik dan khas, baik alat-alat yang terbuat dari bahan tumbuh-tumbuhan dan kulit binatang, sampai berbagai jenis alat musik yang pembuatannya memerlukan teknologi yang cukup tinggi, seperti alat musik yang dibuat dari bahan perunggu atau logam lainnya.

Keunikan lain, sejumlah alat-alat musik Indonesia yang kuno dan sempat direkam dalam relief-relief candi, seperti Borobudur, Prambanan, Candi Sari, Dieng, serta berbagai arca dan terakota, masih dipergunakan di dalam musik tradisional Indonesia hingga saat ini.

Kepunahan tradisi musik yang terdapat di berbagai kebudayaan dunia akhir-akhir ini tampak semakin memprihatinkan dan nyaris tak terelakkan. Di Indonesia potensinya demikian besar. Perubahan persepsi musikal (yang terjadi secara gradual dan pasti) di tengah-tengah masyarakat serta perubahan alam yang disebabkan oleh factor manusia sangat memungkinkan hal itu terjadi. Kehilangan tidak hanya pada aspek yang bersifat tangible seperti alat musik yang berwujud kebendaan saja, tetapi termasuk aspek yang bersifat intangible yaitu meliputi sistem pengetahuan yang berkaitan dengan teknologi pembuatan serta konsep estetika yang antara lain menghasilkan teknik memainkan alat musik dan sistem musik tradisi bersangkutan.

(14)

2.2.8 Isu

Alat musik tradisional semakin ditinggalkan. Musik-musik tradisional, beserta alat-alat musiknya semakin tersisihkan dengan adanya alat-alat musik modern seperti gitar, drum, piano, dan organ. Masyarakat Indonesia mencari jati dirinya melalui budaya-budaya modem dan mengabaikan tradisi dan kebudayaannya. Komunitas-komunitas yang menggeluti alat-alat musik tradisional sangatlah sedikit. Anak-anak muda jaman sekarang cenderung tidak peduli, bahkan malu dengan budaya Indonesia. Ini

dikarenakan kesan alat musik tradisional yang membosankan, “tua”, ataupun tidak gaul. Tidak hanya anak muda yang tidak peduli dengan alat musik tradisional. Bahkan

kalangan tua sekarang pun tidak banyak yang memperdulikan hasil budaya ini. Kita bisa melihat keluarga kelas menengah merasa lebih bangga untuk memajang piano atau alat musik modern lain di rumahnya daripada alat musik tradisional. Kalaupun ada yang memajang alat musik tradisional, itu hanya dijadikan sekadar hiasan atau dekorasi saja.

2.2.9 Penanganan

Budaya Indonesia bersifat global, yaitu dari Sabang sampai Merauke. Karena hal ini merupakan isu global, maka perlu kerjasama dari tiap-tiap orang untuk melestarikan budaya Indonesia.

Solusi paling efektif untuk menangani isu ini adalah pembelajaran secara dini oleh anak-anak. Sebagai lingkup sosial pertama yang dikenal oleh anak-anak, peran keluarga

(15)

begitu sentral dalam memperkenalkan anak-anak mereka pada budaya tradisi, termasuk alat-alat musik tradisional.

Pengenalan sejak dini, menurut Embie, akan lebih efektif pengaruhnya ketimbang pengenalan yang dilakukan pada usia remaja atau bahkan dewasa. Dunia anak adalah dunia pembelajaran, dunia bermain, dunia imajinasi, dunia dinamis, dunia ekspresif, dunia aktif, dunia ceria, dunia kreativitas, dan dunia visual. Anak-anak cenderung memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap suatu hal yang baru. Selain itu, anak-anak belum mempunyai prasangka apapun mengenai hal-hal yang berbau budaya, tidak seperti kebanyakan anak muda yang telah mencap jelek budaya.

Selain cara tersebut, cara paling tepat untuk kembali mengenalkan alat musik daerah dan kesenian daerah adalah melalui jalur pendidikan formal. Yakni dengan memperkenalkan berbagai kegiatan rekreatif dengan menggunakan konsep terpadu sejak bangku kanak-kanak hingga perguruan tinggi.

Pemerintah dengan kerjasama dengan lembaga-lembaga terkait juga bisa

menyelenggarakan berbagai kegiatan dengan melibatkan para pelaku dan seniman tradisional. Tujuannya untuk lebih mendekatkan masyarakat pada seni budaya, termasuk alat-alat musik tradisinya.

Penggunaan musik-musik tradisional sebagai masking sound juga bisa menjadi solusi untuk isu ini. Masking sound adalah suara latar belakang yg dihasilkan oleh Public Address Sistem yang bertujuan untuk menciptakan suasana tertentu dan menutupi kebisingan dari lingkungannya. Biasanya, tingkat tekanan suaranya jauh lebih kecil dari suara orang yang menyampaikan informasinya. Public Address Sistem adalah sarana

(16)

sistem tata suara yg biasanya dimanfaatkan untuk menyampaikan pengumuman-pengumuman. Harapannya, dengan adanya masking sound musik tradisional ini,

masyarakat akan terstimulasi sehingga dapat sedikit meningkatkan kondisi relaksasinya. Dengan adanya stimulasi yang intensif dengan musik tradisional ini tentu akan

menimbulkan suasana yang berkarakteristik unik di setiap daerah . Dan secara tidak sadar, hal ini akan tertanam di dalam memori otak mereka, yang selanjutnya akan menyebabkan mereke lebih menyenangi lagi musik tradisional dan juga suasana yang tercipta oleh musik tradisional tersebut.

Cara lain untuk menangani isu ini adalah dengan diadakannya festival musik tradisional. Festival tersebut kurang lebih harus setara Java Jazz supaya masyarakat tidak “gengsi” untuk ikut serta, makanya festival tersebut harus diadakan dengan kemasan yang lebih 'mewah' dari pagelaran musik klasik karena festival ini juga bisa jadi alat re-branding musik tradisional.

Selain cara-cara di atas, isu ini juga bisa ditangani dengan memiliki alat-alat musik tradisional. Kepemilikan alat-alat musik tersebut akan membuat yang bersangkutan tergerak untuk mengetahui lebih lanjut. Kepemilikan ini sifatnya tidak sebatas pada individu, melainkan juga kepemilikan komunitas atau kelompok atau instansi.

2.2.10 Manfaat

Menurut Ki Hajar Dewantara, ada empat hal mendasar yang perlu dipenuhi sejak dini, yakni kesenian, keindahan, agama, dan kesusilaan. Kesenian adalah representasi dari

(17)

khasanah suatu daerah, yang mengandung filosofi tertentu, tercakup didalamnya nilai yang dianut suatu suku tertentu, kebiasaan hidup, karakter masyarakat, bahkan kondisi geografisnya. Setiap daerah memiliki jati dirinya masing-masing. Sebelum mengenal jati diri individu setiap anak, penting untuk mengenal jati diri tempat dimana ia dibesarkan atau budaya orangtuanya.

Seni musik merupakan ungkapan jiwa yang mengandung unsur-unsur keindahan yang menjelma dalam bentuk bunyi atau suara. Seni musik bukan hanya sekadar berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga mengandung unsur pendidikan, karena turut membina perkembangan mental dan spiritual.

Jadi manfaat penanganan isu yang diangkat sudah jelas, yaitu terdidiknya anak-anak baik secara mental dan spiritual melalui aktifitas yang menyenangkan dan menghibur.

Selain itu, manfaat lainnya adalah munculnya minat anak-anak akan alat-alat musik tradisional yang diharapkan akan menjaga kelestarian alat-alat musik tersebut untuk manfaat jangka waktu panjang.

2.3 Data Target Audience

Target utama CD Interaktif ini adalah:

2.3.1 Demografi

a. Anak-anak usia 7-12 tahun b. Laki-laki dan perempuan

(18)

c. Golongan ekonomi B-A

2.3.2 Psikografi

2.3.2.1 Lifestyle

a. Suka menonton kartun seperti Dora The Explorer, Doraemon, atau Spongebob Squarepant

b. Suka belajar dengan CD Interaktif

c. Suka bermain game, baik itu game komputer, PS3, maupun NDS d. Sering dibawa jalan-jalan ke mall

2.3.2.2 Behaviour

a. Aktif

b. Berani, tidak malu bertanya

c. Memiliki rasa ingin tahu yang besar d. Tidak mau kalah dengan orang lain e. Kreatif

f. Cepat bosan jika tidak melakukan apa-apa g. Imajinasi tinggi

h. Minat yang luas i. Bebas dalam berpikir

(19)

2.3.2.3 Attitude

a. Menyukai dan terbuka akan hal-hal baru b. Suka berkelompok

c. Senang bertanya d. Tidak takut salah

e. Berani menghadapi resiko

2.3.3 Geografi

a. Bertempat tinggal di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Medan

b. Bersekolah di SD-SD kalangan menengah ke atas

2.4 Data SWOT

2.4.1 Strength CD Interaktif

Strength adalah kekuatan yang dimilki CD interaktif:

a. Menggunakan visual, animasi, dan layout yang menarik bagi anak-anak. b. CD akan dilengkapi mini game yang menarik bagi anak-anak.

c. Media interaktif adalah salah satu media yang sangat efektif untuk dipakai sebagai sarana belajar mengajar, dengan kekuatannya yang mampu menampilkan teks,

(20)

image, audio, film, dan animasi secara bersamaan, ditambah lagi, user mampu untuk mengontrol alur sesuai yang dikehendakinya.

2.4.2. Weakness CD Interaktif

Weakness adalah kelemahan yang dimiliki CD Interaktif:

a. Untuk mengoperasikan CD ini dibutuhkan seperangkat peralatan computer dan orang yang mampu mengoperasikannya, sehingga yang dapat memanfaatkan CD ini agak terbatas.

b. Tidak mobile atau dapat berpindah-pindah seperti buku, yang dapat dibawa kemana-mana dan digunakan kapan saja.

2.4.3 Opportunity CD Interaktif

Opportunity adalah kesempatan yang dapat digunakan untuk bisa menarik hati target:

a. Belum ada CD interaktif yang khusus bertemakan alat musik tradisional Indonesia. b. CD-CD interaktif yang beredar di pasaran masih kurang menarik karena animasi

yang sangat terbatas dan karakter yang kurang menarik.

2.4.4 Threat CD Interaktif

(21)

a. Masyarakat tidak begitu peduli dan tidak mau ambil pusing mengenai alat-alat musik tradisional Indonesia.

b. Topik bertemakan tradisional telah dicap membosankan, tidak “gaul”, “tua”, dan tidak menarik oleh anak muda dan orang tua.

c. Minat terhadap hal-hal berbau tradisional sangat minim. d. Budaya non-tradisional (modern) lebih diminati.

e. Banyaknya CD Interaktif yang temanya dirasa lebih menarik oleh masyarakat.

2.5 Sistem Kategorisasi

Sistem kategorisasi alat-alat musik tradisional untuk CD Interaktif “Ting Tak Dung, Yuk Mengenal Alat Musik Tradisional!” menggunakan pedoman dari buku “Mengenal Alat Musik (Tradisional dan Non Tradisional)” karangan Soewito. Di dalam buku tersebut, alat musik tradisional dibagi berdasarkan cara memainkannya menjadi 4 jenis alat

musik, yaitu alat musik pukul, gesek, tiup, dan petik. Penulis memilih bentuk-bentuk alat musik yang berbeda-beda supaya tidak membuat anak-anak yang memainkan CD

Interaktif ini bingung membedakan alat musik yang satu dengan yang lain.

2.6 Flowchart

CD interaktif ini akan dimulai dengan introduction oleh munculnya karakter-karakter yang kemudian akan membentuk logo. Kemudian akan muncul karakter utama yang bernama Siska yang akan mengajak anak-anak untuk mengenal alat musik Indonesia.

(22)

Halaman tersebut akan menjadi homepage CD interaktif ini. Dari homepage ini, anak-anak dapat memilih apakah mereka ingin melihat alat musik pukul, alat musik gesek, alat musik tiup, alat musik petik, informasi, maupun anak-anak ingin bermain dulu. Pilihan-pilihan yang berbeda akan membawa anak-anak pada interface yang berbeda-beda. Berikut adalah flowchart dari CD interaktif:

Homepage Alat Musik Pukul Alat Musik Gesek Alat Musik Petik Alat Musik Tiup Permainan Informasi Gong Rebana Angklung Gambang Tifa Rebab Ohyan Kecapi Hasapi Sasando Suling Tarompet

(23)

2.7 Data Kompetitor

a. CD Interaktif Tia Keliling Dunia di Mesir

Gambar 2.1 Cover dan Label CD Tia Keliling Dunia di Mesir

CD Interaktif Tia berseri ini merupakan salah satu kompetitor langsung dari CD Interaktif “Ting TAk Dung, Yuk Mengenal Alat Musik Indonesia!” karena sama-sama merupakan pembelajaran melalui CD interaktif yang ditujukan untuk anak-anak

berumur7-12 tahun. Dalam visualisasinya, CD Tia ini telah memiliki visual, desain, dan interaktif yang cukup menarik bagi anak-anak, tetapi dalam visualisasi karakter dan animasi masih dirasa kurang oleh penulis. Animasi untuk ceritanya masih kaku dan sangat sedikit. Selain itu, tulisan dalam CD dirasa terlalu banyak untuk dibaca oleh anak-anak. Tetapi secara keseluruhan, CD ini sudah cukup bagus, CD dilengkapi dengan berbagai macam game yang sederhana dan cukup menantang untuk anak-anak.

(24)

Gambar 2.2 Content CD Tia Keliling Dunia di Mesir

b. Buku Budaya Nusantara 33 Provinsi + Atlas Provinsi Indonesia

Gambar 2.3 Buku dan CD Budaya Nusantara 33 Provinsi

Buku Budaya Nusantara 33 Provinsi + Atlas Provinsi Indonesia ini berisi data-data lengkap mengenai budaya dari 33 provinsi di Indonesia. Buku ini merupakan kompetitor tidak langsung dari CD Interaktif “Ting Tak Dung, Yuk Mengenal Alat Musik

(25)

Indonesia!”. Kekurangan dari buku ini adalah desain dan layout bukunya yang sangat monoton dan membosankan dari halaman yang satu dengan yang lain. Isi dan informasi yang ada dalam buku tidak berbeda dengan buku-buku sejenis lainnya.

Gambar 2.4 Content CD Budaya Nusantara 33 Provinsi

Yang menjadi nilai lebih buku ini adalah bonus CD interaktifnya. Dalam visualisasinya, CD ini masih kurang dari segi desain, layout, animasi, dan interaktifnya, sehingga kesan yang dimunculkan sama dengan bukunya, yaitu monoton dan membosankan.

2.8 Data Penyelenggara

2.8.1 Mandatoris

Departemen Kebudayan dan Pariwisata

(26)

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (dahulu Departemen Kebudayaan dan

Pariwisata, disingkat Depbudpar) adalah kementerian dalam Pemerintah Indonesia yang membidangi urusan kebudayaan dan pariwisata. Kementerian Kebudayaan dan

Pariwisata dipimpin oleh seorang Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) yang sejak tanggal 21 Oktober 2004 dijabat oleh Ir. Jero Wacik, S.E.

2.8.2 Penerbit

Elex Media Komputindo

Gambar 2.6 Logo Elex Media Komputindo

PT Elex Media Komputindo, Kelompok Kompas Gramedia (KKG) adalah perusahaan penerbit, multimedia, dan sarana pendidikan yang berkantor pusat di Jakarta. Berdiri sejak 15 Januari 1985. KKG merupakan salah satu pemain besar dalam industri penerbitan dan percetakan di Indonesia.

DIVERSIFIKASI PRODUK TAHUN 1990

Pertumbuhan Elex Media sebagai perusahaan penerbit diawali oleh terbitnya Komik, Candy-candy, Kung Fu Boy, Dora Emon, Detective Conan dan lain-lain yang pada saat itu mengalami cetak ulang berkali-kali. Di samping komik Jepang, Elex Media juga menerbitkan komik lokal.

(27)

Arus informasi melalui Internet menambah maraknya perkembangan teknologi

multimedia maka masih pada tahun 1990 dibentuklah Devisi Software dan Multimedia yang kemudian sekarang dikenal dengan nama Elex Digital.

Gambar

Gambar 2.1 Cover dan Label CD Tia Keliling Dunia di Mesir
Gambar 2.2 Content CD Tia Keliling Dunia di Mesir
Gambar 2.4 Content CD Budaya Nusantara 33 Provinsi

Referensi

Dokumen terkait

Dalam tahapan sosialisasi ini, dilakukan diskusi dengan warga setempat dengan tujuan untuk; memberikan informasi tentang tujuan dan maksud program pengabdian kepada masyarakat

Mereka memiliki penamaan atas kota tersebut sebagai al-Quds, yang artinya tempat the holy one atau satu- satunya yang suci.. Itulah sebabnya Yerusalem juga diartikan sebagai

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis mengajukan penelitian dengan judul: “PENGARUH KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA, PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI, KOMITMEN

Hampir segala macam serbuk dapat dipakai sebagai penyerap pada kromatografi lapis tipis, akan tetapi yang paling umum digunakan adalah silika gel (asam silikat),

Laju pendinginan yang maksimum tidak akan tercapai dengan metode ini, sehingga tujuan pembentukan baja yang seluruh bagiannya bermikrostruktur martensit (untuk baja karbon

Hasil yang diperoleh dengan menggunakan XRD dan SEM menunjukan bahwa semakin lama waktu pengadukan semakin kecil ukuran kristalit maupun partikel serbuk paduan

Dari berbagai macam pengertian dari pembangunan maka dapat disimpulkan bahwa pembangunan merupakan suatu upaya yang melibatkan masyarakat untuk melakukan proses perubahan dan

Ikan yang diamati pada percobaan ini adalah ikan tongkol, golongan ikan ini adalah ikan karnivora, yaitu ikan pemakan daging, hal ini dapat dilihat dari bentuk mulut dan gigi