• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelestarian dan Penataan Bangunan Kota (Urban Heritage) di Kabupaten Magelang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pelestarian dan Penataan Bangunan Kota (Urban Heritage) di Kabupaten Magelang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Pelestarian dan Penataan Bangunan Kota (Urban Heritage)

di

Kabupaten Magelang

Indah Yuliasari

y uliasari.w ibow o@gmail.com

Program Studi Teknik A rsitektur, U niv ersitas Indraprasta PGRI, Jakarta Selatan

Abstrak

Pengelolaan pelestarian dan penataan bangunan kota (Urban heritage) Kabupaten Magelang masih kurang optimal. Hal ini terlihat di beberapa bangunan/situs yang tidak jelas pihak yang bertanggung jawab untuk mengelolanya mengakibatkan bangunan/situs kurang terpelihara. Keteraturan perawatan bangunan/situs rata-rata tidak teratur. Dalam pengelolaan pelestarian rata-rata hambatan yang dialami adalah minim dana perawatan serta pemanfaatan yang kurang tepat. Selain itu faktor kepentingan pemilik atau pengelola (bangunan/situs yang bersifat milik pribadi) yang menyesuaikan dengan perkembangan jaman juga ikut berpengaruh terhadap pengelolaan bangunan/situs yang mengakibatkan terjadinya alih fungsi dan perubahan terhadap bangunan/situs. Pemerintah sudah berperan dalam usaha pengelolaan pelestarian, namun masih kurang optimal hal ini juga ikut mendukung keberlangsungan pelestarian bangunan/situs. Kabupaten Magelang merupakan aset sejarah bekas kolonial Hindia Belanda yang kaya akan potensi wisata. Aspek-aspek yang terkait dalam mendukung pengembangan Kabupaten Magelang sebagai objek wisata sejarah, terbagi kedalam aspek produk, lingkungan fisik dan elemen pengerak pariwisata.

Kata Kunci: pelestarian urban heritage, kabupaten magelang

Pendahuluan

Perkembangan teknologi dan kebutuhan ruang yang semakin meningkat seiring berkembangnya waktu berakibat menggeser peninggalan sejarah dan budaya misalnya perubahan tampilan bangunan serta pengalihfungsian guna lahan sehingga kondisi dan keberadaan warisan sejarah semakin terpinggirkan. Dalam perubahan tersebut, bangunan, kawasan, maupun obyek budaya yang perlu dilestarikan menjadi rawan hilang atau hancur. Di sisi lain, penekanan juga tampak pada fungsi tata ruang dari Kabupaten Magelang, yang mempertimbangkan distribusi geografis dari sumber daya atau objek w isata, jaringan sarana dan prasarana, fasilitas dan pelayanan. Jika memperhatikan lokasi dari Kabupaten Magelang yang terletak di salah satu pusat strategis, membentuk suatu sistem yang tidak terlepas dengan perkembangan pariwisata di daerah perkotaan. Di Sisi lain, elemen sirkulasi dan area parkir, jalur pejalan kaki dan kegiatan di dalamnya juga ditekankan sebagai sebuah sistem pembentuk kota. Keberadaan tempat bersejarah pada dasarnya akan menciptakan nilai yang berharga dalam pariwisata, apabila ditunjang dengan atraksi hidup lainnya (Nuryanti, 1996).Meskipun kecil, kabupaten Magelang memiliki banyak tempat menarik yang layak dikunjungi. Dalam konteks ini, aktivitas pariwisata, elemen pencapaian, kemenarikan, kelengkapan dan street furniture menjadi sangat penting sebagai pembentuk kota yang berpotensi mendukung pariwisata.

(2)

Metode

Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif rasionalistik. Metode ini dipergunakan dengan cara mengkaji produk wisata Kabupaten Magelang beserta elemen-elemen penggerak pariwisatanya. Upaya peninjauan dilakukan terhadap beberapa lingkup eks bangunan-bangunan kuno yang masih bercirikan bangunan kolonial, jaringan infrastruktur jalan, sistem dan fasilitas akomodasi, serta kondisi lingkungan secara umum. Sisi pandang dari kacamata pariwisata diarahkan kepada tiga aspek utama yaitu atraksi, amenitas dan aksesibilitas. Dikombinasikan dengan aspek-aspek khusus dari sisi arsitektur yaitu kualitas fisik kawasan. Sedangkan apabila dilihat dari pola pembentuk permintaan wisatawan terhadap kabupaten Magelang, dapat diidentifikasi beberapa hal, yaitu:Sebagai salah satu permasalahan utama, program pengembangan menjadi salah satu daya tarik wisata, pada kenyataannya terkendala oleh beberapa hal. Identifikasi terhadap permasalahan mendasar tersebut berupa upaya pemerintah yang masih bersifat insidental, sehingga belum mampu menghidupkan kembali bangunan kuno beserta lingkungannya. Kedua, minimnya observasi dan eksplo itasi terhadap asetaset wisata yang ada, mengesankan kabupaten Magelang sangat minim atraksi wisata, yang pada akhirnya mempengaruhi penurunan jumlah wisatawan dan lama kunjungan. Ketiga, kurangnya perlindungan dari pemerintah terhadap bangunan-bangunan bersejarah sebagai aset utamanya. Implikasinya adalah berkurangnya nilai estetika Kabupaten Magelang akibat upaya renovasi dan atau pemugaran yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah arsitektur bangunan kolonial.

Analisis dan Interpretasi

Kabupaten Magelang dapat dikategorikan sebagai sebuah kawasan yang terseleksi sebagai kawasan heritage. Seleksi sebagai salah satu produk wisata (heritage), didasarkan pada nilai estetika, kejamakan, peranan sejarah dan memperkuat kawasan. Jika dilihat dari aspek kejarangan, konteks bangunan kuno kota lama masih dapat ditemukan di berbagai daerah lain di Indonesia. Namun jika dilihat dari lingkup kawasan, Kota lama mempunyai kelangkaan sebagai akibat dari sebuah kawasan yang utuh dan tersendiri dengan bangunan kuno bersejarah di dalamnya (Nuryanti, 1997). Alun-alun Kota dijadikan sebagai pusat Kabupaten Magelang karena letaknya yang sangat strategis di tengah kota. Banyak sekali kendaraan angkutan kota dengan berbagai jalur melewatinya. Dari alun-alun ini orang dapat menjangkau Pecinan atau Jl. Pemuda. Kawasan Pecinan merupakan salah satu kawasan pusat perdagangan di Kabupaten Magelang, yang sudah ada sejak zaman pemerintah Kolonial Belanda.Sudut-sudut kota yang paling menarik adalah sepanjang JI.Pemuda (mempunyai pemandangan yang menarik), Pecinan juga berperan meniadi elemen penting kawasan sebagai ciri khas Kota ). Sedangkan aspek merniliki struktur elemen kota (fabric of town) yang memenuhi kriteria berupa skala bangunan yang seimbang, yang memperlihatkan integrasi bangunan lainnya meskipun berbeda penampilan, tekstur, keunikan dan karakter, serta personalitas. Jalan Pemuda atau yang lebih dikenal dengan nama Pecinan sering disebut Malioboro -nya Magelang. Pecinan ini merupakan pusat perbelanjaan sekaligus bisnis yang ada di Kota Magelang. Di sisi kiri dan kanan jalan sepanjang 1,5 kilometer ini berdiri banyak toko dan minimarket serta restoran. Pecinan terdiri atas 2 ruas jalan. Ruas pertama adalah ruas jalan untuk kendaraan bermotor yang merupakan ruas jalan satu arah. Sedangkan satunya lagi merupakan jalan khusus untuk becak. Ruas jalan ini dulunya dilalui kereta api yang kini sudah tidak ada lagi di Magelang. Pecinan merupakan landmark Magelang di samping tempat lainnya.Pada ruas jalan Pe muda ini tidak ada satupun ruang kosong karena semuanya telah dipadati oleh pertokoan. Hal ini terlihat di beberapa bangunan/situs yang tidak jelas pihak yang bertanggung jawab untuk mengelolanya mengakibatkan bangunan/situs kurang terpelihara.

(3)

Tabel 1. Pola Pembentukan Permintaan Wisatawan terhadap Kota Magelang

Demand Supply

Motivasi

Menikmati bangunan & lingkungan kuno, dalam rangka berwisata ataupun untuk riset

Nostalgia/mengingat sejarah Memenuhi rasa ingin tahu tentang Kota

Persepsi

Sebuah kawasan yang penuh dengan bangunanbangunan kuno yang indah serta tinggi nilai seni dan sejarahnya

Suatu kawasan yang mempunyai keindahan khas dan langka

Ekspektasi

Menikmati lingkungan dan bangunan kuno dengan aman dan nyaman. Memperoleh penjelasan tentang sejarah bangunan dan Kota secara keseluruhan

Pelayanan Atraksi

Bangunan kuno yang secara struktur masih kokoh dan mempunyai nilai Seni dan sejarah tinggi, Lingkungan kuno kondisinya kotor, kumuh, kurang tertata, banyak terdapat rurnah-rumah liar

Tidak terdapat tourism informasi center

Tidak ada penjelasan tentang Kota yang dapat diakses,Fasilitas (Amenitas)

Streetview masih sangat kurang.mulai dilengkapi tempat cluduk dan memfungsikan kembali lampu-lampu kuno, namun kurang vegetasi

Aksesibilitas

Semua tempat di Kota dapat diakses dengan relatif lancar dan baik, karena digunakan sebagal tempat mangkal angkutan

Rute jalan membingungkan karena tidak terdapat penunjuk jalan

Infrastruktur Kondisi jalan

Mempunyai jaringan telepon dan air bersih yang baik Instalasi penanggulangan rob masih kurang baik

Saluran pembuangan air kotor kurang baik dan kurang lancar.

Tourism Product

Produk pariwisata di Kota Magelang masih belum dikelola baik

Wisatawan hanya bisa menikmati bangunan kuno dan lingkungan kuno yang dalam keadaan kurang terawat Terdapat atmosfer yang berbeda ketlka memasuki kawasan.

Gambar 2 : Alunalun kota Magelang saat ini Gambar 1: Alunalun kota Magelang 1925

(4)

Gambar 5 : Alunalun kota Magelang Gambar 6 : Masjid Agung kota Magelang

Gambar 7: Gereja katolik jl.alunalun utara

Gambar 8: Jl Pemuda tahun 1925 Gambar 9 : Jl. Pemuda tempo dulu

(5)

Gambar 12 Peta :Kawasan pusat Kota Magelang saat ini.

(6)

Kesimpulan

Dalam pengelolaan pelestariannya rata-rata hambatan yang dialami adalah pada minim dana dan mahalnya dana perawatan serta pemanfaatan yang kurang tepat. Selain itu faktor kepentingan atau kebutuhan pemilik atau pengelola (bangunan/situs yang bersifat milik pribadi) yang men yesuaikan dengan perkembangan jaman juga ikut berpengaruh terhadap pengelolaan bangunan/situs yang mengakibatkan terjadinya alih fungsi dan perubahan terhadap bangunan/situs. Pemerintah sudah berperan dalam usaha pengelolaan pelestarian masih kurang optimal hal ini juga ikut mendukung keberlangsungan pelestarian bangunan/situs. Berdasarkan hasil penelitian dan implikasi penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat diambil saran sebagai berikut : 1. Perlu adanya kerjasama yang sinergis antara pemerintah dan pemilik atau pengelola bangunan/situs cagar budaya untuk pelestarian bangunan/situs cagar budaya terutama dalam hal dana perawatan yang menjadi tonggak dalam kelestarian bangunan/situs tersebut mengingat usia bangunan/situs yang sudah tidak muda lagi secara otomatis akan berkurang kualitas dari bangunan/situs yang berarti perlu diadakan konservasi, 2. Perlu memperhatikan kaidah-kaidah yang berkaitan dengan bangunan/situs cagar budaya, sehingga dalam proses pelestarian bangunan/situs cagar budaya tidak akan mengurangi nilai sejarah dan ilmu pengetahuan yang melekat pada bangunan/situs cagar budaya tersebut. Misalnya diadakan sosialisasi tentang pentingnya peninggalan sejarah dari pemerintah kepada pemilik atau pengelola dan masyarakat pada umumnya. Memberikan pengetahuan tentang bagaimana cara me lakukan konservasi yang benar, bagian-bagian mana yang diperbolehkan untuk diubah dan bagianbagian mana yang tidak diperbolehkan untuk diubah.3. Perlu diadakannya perbaikan tentang manajemen pengelolaannya terutama terhadap keteraturan perawatannya, yang selama ini masih kurang teratur hal ini berpengaruh terhadap kualitas dan keawetan bangunan/situs. Dengan jalan dibentuk suatu wadah yang bertanggung jawab terhadap bangunan/situs yang masih kurang jelas pihak yang bertanggung jawab untuk merawat dan mengelolanya. Sehingga bangunan/situs yang ada akan tetap lestari dan bisa dinikmati oleh generasi mendatang. Sebaiknya dibentuk sebuah tim dari pemerintah yang bertanggung jawab terhadap pelestarian bangunan/sit us cagar budaya yang ditugaskan langsung ke lapangan untuk memberikan bimbingan dan pengarahan terhadap pengelola.

Daftar Pustaka

Adishakti, Laretna T, 1997. “A Study on the Conservation Planning of Yogyakarta Historic-tourist City Based on Urban Space Heritage Conception”. Unpublished dissertation. Kyoto University, Japan.

Anonim (1981) The Burra Charter for The Conservation Of Place of Cultural Signficance.

Attoe, W. (1989). Perlindungan Benda Bersejarah. Dalam Catanese, Anthony J. dan Snyder, James C. (Editor). Perencanaan Kota : 413438. Jakarta : Erlangga

Bowes, R.G. (1989). Tourism and Heritage: A New Approach to the Product.

Carmona et al. (2003). Public Space Urban Space: The Dimension of Urban Design, Architectural Press, London.

Cheema, Shabbir. (1993). Urban Management: Policies and Innovatiion in Developing Countries. Wesport Connecticut.

Kusmayadi dan Endar Sugiatro. 2000. Metodologi Penelitian Dalam Bidang Kepariwisataan. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Larkhman, Peter J. (1995). Heritage as Planned and Conserved: Heritage, Tourism and Society, USA: Manshel Publishing Ltd.

Peraturan Daerah Kabupaten Magelang nomor 5 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Magelang tahun 2010-2030.

...(2015). Magelang Kota Sejuta Bunga Baru .

...(2016). Magelang, Indonesia Travel Weather Averages. Weatherbase. Marpaung, H. (2002). Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung. Penerbit Alfabeta. Nuryanti, W. (1996). Heritage and Postmodern Țourism;Elsevier Science Ltd. Rapoport, A.(1977).Human Aspect of Urban Form.New York: Pergamon Press.

Singarimbun, M. & Effendi, S. ed. (1989). Metode Penelitian Survai. Pustaka LP3ES Indonesia. Jakarta Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta.

Gambar

Tabel 1. Pola Pembentukan Permintaan Wisatawan terhadap Kota Magelang  Demand                                        Supply
Gambar 8: Jl Pemuda tahun 1925  Gambar 9  : Jl. Pemuda tempo dulu
Gambar 12 Peta :Kawasan pusat Kota Magelang  saat ini.

Referensi

Dokumen terkait

Pada Gambar 6a menunjukkan bahwa dalam simulasi ETAP nilai tegangan disisi sumber dari penyulang Cengkong Abang setelah dilakukan rekonfigurasi dengan penyulang

Terdapat penelitian terdahulu yang berkaitan dengan perilaku agresif remaja, misalnya dalam penelitian Feriawati (2010) disimpulkan bahwa individu yang

Grafik percepatan Agya G AT memiliki sedikit perbedaan dengan kondisi ideal, untuk kondisi ideal cenderung memiliki nilai yang besar diawal kemudian mengalami penurunan

Jenis tindakan medis yang akan diberikan Dokter / Drg / Petugas Pelaksana Tindakan Pemberi Informasi..

Sementara itu imbal hasil Surat Utang Negara dengan tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan berkisar antara 1 - 3 bps dengan didorong olah adanya kenaikan

Pengaruh Good Corporate Governance (GCG) Dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dengan memanfaatkan analisis regresi linear berganda untuk mengetahui pengaruh pada pengungkapan tanggung jawab sosial di

Tujuan dari penelitian ini adalah menguji dan menganalisis pengaruh sistem pengendalian internal, sumber daya manusia bidang akuntansi, pemanfaatan teknologi