• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 19 TAHUN 2020 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 19 TAHUN 2020 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMUM"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 19 TAHUN 2020

TENTANG

PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMUM

UNIT KHUSUS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRENGAT KABUPATEN BLITAR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan melalui penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Srengat dipandang perlu menyusun standar pelayanan minimum sebagai alat ukur mutu pelayanan yang dapat mendukung pencapaian indikator kinerja rumah sakit;

b. bahwa demi efektivitas dan akuntabilitas penyusunan standar pelayanan minimum dipandang perlu menyusun pedoman penyusunan;

c. bahwa pedoman penyusunan standar pelayanan minimum belum terbentuk sehingga perlu diatur dalam Peraturan Bupati;

(2)

Mengingat :

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimum Unit Khusus Rumah Sakit Umum Daerah Srengat Kabupaten Blitar;

1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 41) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotapraja Surabaya dan Daerah Tingkat II Surabaya dengan mengubah Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur dan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten/Kota Besar dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Jogyakarta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

4. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);

(3)

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Negara antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

6. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846);

7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);

8. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

9. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);

10. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 183, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6398;

11. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5587), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan

(4)

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 6178);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6322);

14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal;

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal;

16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 157);

17. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;

18. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 58 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimum di Rumah Sakit (Berita Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 Nomor 58 Serie E);

(5)

19. Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2016 Nomor 10/D, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Blitar Nomor 17);

20. Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 1 tentang Pendirian Rumah Sakit Umum Daerah Srengat (Lembaran Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2020 Nomor 1/E, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Blitar Nomor 56); 21. Peraturan Bupati Blitar Nomor 1 Tahun 2020 tentang

Organisasi dan Tata Hubungan Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Srengat Kabupaten Blitar (Berita Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2020 Nomor 1/E);

22. Peraturan Bupati Blitar Nomor 7 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 1 Tahun 2020 tentang Pendirian Rumah Sakit Umum Daerah Srengat (Berita Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2020 Nomor 7/E);

23. Peraturan Bupati Blitar Nomor 20 Tahun 2020 tentang Peraturan Internal Unit Khusus Rumah Sakit Umum Daerah Srengat Kabupaten Blitar (Berita Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2020 Nomor 20/E);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR PELAYANAN MINIMUM UNIT KHUSUS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRENGAT KABUPATEN BLITAR.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Blitar.

2. Bupati adalah Bupati Blitar.

(6)

4. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah di Kabupaten Blitar.

5. Rumah Sakit Umum Daerah Srengat Kabupaten Blitar yang selanjutnya disebut RSUD adalah unit organisasi yang bersifat khusus dan unit pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.

6. Unit Khusus yang selanjutnya disingkat UK adalah unit organisasi atau satuan kerja mandiri yang melaksanakan tugas teknis operasional tertentu dan/atau tugas teknis penunjang tertentu dari Dinas Kesehatan.

7. Kepala RSUD yang selanjutnya disebut Direktur adalah Pejabat Eselon IIIa atau jabatan administrator.

8. Standar Pelayanan Minimum yang selanjutnya disingkat SPM adalah spesifikasi teknis tentang tolok ukur pelayanan minimum yang diberikan oleh RSUD kepada masyarakat.

9. Pusat Pertanggungjawaban di RSUD adalah unit pelayanan terkecil di RSUD yang memberikan pelayanan kesehatan perorangan yang minimum wajib disediakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

10. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia.

11. Mutu Pelayanan adalah kinerja yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang disatu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta dipihak lain tata cara penyelenggaraanya sesuai dengan standart kode etik profesi yang telah ditetapkan.

12. Indikator Kinerja adalah variabel yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau status dan memungkinkan dilakukan pengukuran terhadap perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu atau tolok ukur prestasi kuantitatif/kualitatif yang digunakan untuk mengukur terjadinya perubahan terhadap besaran target atau standar yang telah ditetapkan sebelumnya. 13. Batas Waktu Pencapaian adalah waktu yang ditetapkan oleh Bupati untuk

mencapai target SPM RSUD.

14. Jenis Pelayanan adalah setiap bentuk pelayanan publik yang mutlak dilaksanakan oleh RSUD.

(7)

15. Standar adalah nilai tertentu yang telah ditetapkan berkaitan dengan sesuatu yang harus dicapai.

16. Definisi Operasional adalah dimaksudkan untuk menjelaskan pengertian dari indikator.

17. Frekuensi Pengumpulan Data adalah frekuensi pengambilan data dari sumber data untuk setiap indikator.

18. Periode Analisis Rentang Waktu adalah pelaksanaan kajian terhadap indicator kinerja yang dikumpulkan.

19. Pembilang adalah besaran sebagai nilai pembilang dalam rumus Indikator Kinerja.

20. Penyebut adalah besaran sebagai nilai pembagi dalam rumus Indikator Kinerja.

21. Target adalah nilai/ukuran pencapaian mutu/kinerja tertentu yang telah ditetapkan dan wajib dicapai langsung atau bertahap berdasarkan kemampuan RSUD.

22. Sumber Data adalah sumber bahan nyata/keterangan yang dapat dijadikan dasar kajian yang berhubungan langsung dengan persoalan.

BAB II

MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP

Bagian Kesatu Maksud dan Tujuan

Pasal 2

(1) Maksud ditetapkannya Peraturan Bupati ini sebagai pedoman bagi Direktur dalam menyusun SPM di RSUD.

(2) Tujuan ditetapkannya Peraturan Bupati ini adalah sebagai pedoman dalam menyusun SPM sesuai standar yang telah ditetapkan.

Bagian Kedua Ruang Lingkup

Pasal 3

Ruang lingkup Peraturan Bupati ini sebagai berikut : a. prinsip Penyusunan SPM;

(8)

b. jenis Pelayanan di RSUD; c. penyusunan SPM di RSUD; d. penerapan SPM di RSUD; dan e. pembinaan dan pengawasan.

BAB III

PRINSIP PENYUSUNAN SPM

Pasal 4

Dalam menyusun SPM, RSUD wajib memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. keselamatan pasien, pada setiap jenis pelayanan kesehatan perorangan di RSUD wajib mengutamakan keselamatan pasien.

b. pelayanan fokus pada pasien, merupakan pelayanan yang menghormati dan responsif terhadap pilihan, kebutuhan dan nilai-nilai pribadi pasien, serta memastikan bahwa nilai-nilai pasien menjadi panduan bagi semua keputusan klinis.

c. konsensus, berdasarkan kesepakatan bersama berbagai komponen atau sektor terkait dari unsur-unsur kesehatan yang secara terinci terlampir dalam daftar tim penyusun.

d. sederhana, SPM disusun dengan kalimat yang mudah dimengerti dan mudah dipahami.

e. nyata, SPM disusun dengan memperhatikan dimensi ruang, waktu dan persyaratan atau prosedur teknis.

f. terukur, seluruh indikator dan standar didalam SPM dapat diukur baik kualitatif ataupun kuantitatif.

g. terbuka, SPM dapat diakses oleh seluruh warga atau lapisan masyarakat. h. terjangkau, SPM dapat dicapai dengan menggunakan sumber daya dan dana

yang tersedia.

i. akuntabel, SPM dapat dipertanggung jawabkan kepada publik; dan

j. bertahap, SPM mengikuti perkembangan kebutuhan dan kemampuan keuangan, kelembagaan dan personil dalam pencapaian SPM.

(9)

BAB IV

JENIS PELAYANAN DI RSUD

Pasal 5

Jenis pelayanan yang minimal wajib diselenggarakan RSUD dan harus dimuat dalam SPM meliputi :

a. pelayanan gawat darurat; b. pelayanan rawat jalan; c. pelayanan bedah;

d. pelayanan persalinan dan perinatalogi; e. pelayanan intensif;

f. pelayanan radiologi;

g. pelayanan laboratorium patologi klinik; h. pelayanan farmasi;

i. pelayanan gizi;

j. pelayanan transfusi darah;

k. pelayanan pasien dari keluarga miskin; l. pelayanan rekam medik;

m. pelayanan limbah;

n. pelayanan administrasi manajemen; o. pelayanan ambulans/kereta jenazah; p. pelayanan pemulasaraan jenazah; q. pelayanan laundry;

r. pelayanan pemeliharaan sarana RSUD; s. pencegah pengendalian infeksi; dan t. pelayanan keamanan. BAB V PENYUSUNAN SPM DI RSUD Bagian Kesatu Umum Pasal 6

(1) SPM ditetapkan oleh Direktur sebagai alat untuk menjamin mutu pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat secara merata dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan.

(10)

(2) Penyusunan SPM memperhatikan perkembangan kebutuhan, prioritas, dan kemampuan keuangan serta kemampuan sumber daya manusia RSUD.

(3) Penyusunan SPM dilakukan melalui konsolidasi dan konsultasi oleh tim penyusun dengan kepala bagian/bidang/instalasi RSUD.

(4) Hasil konsolidasi dan konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaporkan oleh tim penyusun SPM kepada Direktur.

(5) Tim Penyusun SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan Keputusan Direktur.

Pasal 7

Dalam penyusunan SPM, Direktur mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : a. keberadaan sistem informasi, pelaporan dan evaluasi penyelenggaraan

Pemerintah Daerah yang menjamin pencapaian SPM di RSUD dapat dipantau dan dievaluasi oleh pemerintah secara berkelanjutan;

b. standar pelayanan tertinggi yang telah dicapai di RSUD;

c. keterkaitan antar SPM di RSUD dengan SPM di bidang kesehatan; dan

d. kemampuan keuangan daerah, kemampuan kelembagaan dan personil daerah dan pengalaman empiris tentang cara penyediaan pelayanan perumahsakitan yang telah terbukti dapat menghasilkan Mutu Pelayanan yang ingin dicapai.

Bagian Kedua Materi SPM

Pasal 8

(1) Materi yang dimuat dalam penyusunan SPM meliputi : a. Jenis Pelayanan; dan

b. indikator dan Standar setiap jenis pelayanan.

(2) Jenis Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a mempunyai indikator dan standar, rencana pencapaian awal, rencana batas waktu pencapaian serta penanggung jawab yang berbeda.

(3) Sistematika dokumen SPM tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

(11)

BAB VI

PENERAPAN SPM DI RSUD

Pasal 9

(1) SPM yang telah ditetapkan oleh Direktur menjadi salah satu acuan bagi RSUD untuk menyusun perencanaan dan penganggaran, penyelenggaraan pelayanan di RSUD.

(2) Dalam rangka pencapaian penerapan SPM, Direktur menugaskan Kepala Bagian/Bidang/Instalasi terkait sebagai penanggungjawab penerapan SPM sesuai tugas pokok dan fungsinya masing-masing.

(3) Untuk mengukur keberhasilan penerapan SPM, dalam penyusunannya sekaligus disusun rencana pencapaian SPM yang memuat target tahunan pencapaian SPM dengan mengacu batas waktu pencapaian SPM sesuai dengan Keputusan Direktur.

(4) Dalam upaya pencapaian SPM, RSUD dapat berkerjasama dengan pihak swasta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(5) Untuk mendukung penerapan SPM, Direktur menetapkan petunjuk teknis berupa SPO.

BAB VII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 10

(1) Kepala Daerah melalui Perangkat Daerah yang bergerak dalam bidang kesehatan melakukan pembinaan dalam penerapan SPM di RSUD.

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa fasilitasi, pemberian orientasi umum, petunjuk teknis, bimbingan teknis, pendidikan dan pelatihan atau bantuan teknis lainnya yang mencakup :

a. menghitung sumber daya dan sumber dana yang dibutuhkan untuk mencapai SPM di RSUD, termasuk kesenjangan pembiayaannya;

(12)

b. pencapaian penyusunan SPM dan penetapan target tahunan pencapaian SPM di RSUD;

c. penilaian prestasi kerja pencapaian SPM di RSUD; dan d. pelaporan prestasi kerja pencapaian SPM di RSUD.

Pasal 11

Kepala Daerah melaksanakan pembinaan, supervisi, monitoring, dan evaluasi atas penerapan SPM di RSUD dalam rangka menjamin akses dan Mutu Pelayanan RSUD kepada masyarakat.

Pasal 12

(1) Kepala Daerah wajib mendukung pengembangan kapasitas RSUD.

(2) Dukungan pengembangan kapasitas RSUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa fasilitasi, pemberian orientasi umum, petunjuk teknis, pendidikan dan pelatihan atau bantuan teknis lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 13

(1) Kepala Daerah dapat memberikan penghargaan kepada RSUD apabila berhasil mencapai SPM dengan baik dalam batas waktu yang ditetapkan berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah.

(2) Kepala Daerah memberikan sanksi kepada RSUD jika tidak berhasil mencapai SPM dengan baik dalam batas waktu yang ditetapkan berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi dengan mempertimbangkan kondisi khusus RSUD yang bersangkutan.

(3) Pemberian penghargaan dan sanksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(13)

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 15

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Blitar.

Ditetapkan di Blitar

pada tanggal 27 Maret 2020 BUPATI BLITAR,

ttd RIJANTO

Diundangkan di Blitar

pada tanggal 27 Maret 2020

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BLITAR,

ttd

TOTOK SUBIHANDONO

BERITA DAERAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2020 NOMOR : 19/E

SALINAN sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM

BENNY SETYOHADI, S.H., M.H. NIP 19680830 198903 1 006

(14)

LAMPIRAN

PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 19 TAHUN 2020 TENTANG

PEDOMAN STANDAR PELAYANAN MINIMUM UNIT KHUSUS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRENGAT KABUPATEN BLITAR

STANDAR PELAYANAN MINIMUM RSUD SRENGAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Landasan Hukum C. Maksud dan Tujuan

D. Pengertian dan Ruang Lingkup

E. Kerangka Konseptual Penyusunan Standard Pelayanan Minimum F. Hak dan kewajiban Rumah Sakit dalam pelaksanaan Standard

Pelayanan Minimum

G. Metodologi Penyusunan Standard Pelayanan Minimum BAB II JENIS PELAYANAN DI RUMAH SAKIT

A. Pelayanan ... B. Pelayanan ... C. Pelayanan ... D. Pelayanan ...dst

BAB III STANDAR PELAYANAN MINIMUM DI RUMAH SAKIT A. Jenis Pelayanan

B. Indikator dan Standar Setiap Jenis Pelayanan C. Rencana pencapaian:

1. pencapaian awal;

2. rencana pencapaian tahun I s/d V; D. Penanggungjawab

BAB IV PENUTUP

BUPATI BLITAR, ttd

RIJANTO SALINAN sesuai dengan aslinya

KEPALA BAGIAN HUKUM

BENNY SETYOHADI, S.H., M.H. NIP 19680830 198903 1 006

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Bupati Garut tentang Pedoman Pelaksanaan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pedoman Pengelolaan Pelayanan Informasi dan

Setelah melakukan penelitian dapat disimpulkan bahwa Skor rata–rata faktor–faktor motivasi kerja pegawai pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Jambi yang meliputi faktor kebutuhan

(5) Berita Acara hasil Musyawarah kelurahan untuk diusulkan kepada Bupati melalui Kepala Dinas Sosial sebagai calon Penerima Manfaat Bantuan Sosial Tunai Dalam

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Standar Pelayanan Minimal Unit Pengelola

"Kegiatan ini dimaksudkan agar kita semua bisa tereduksi dalam hal pengelolaan keuangan, pertanggungjawaban keuangan bawaslu" Perlu dimaklumi juga fleksibilitas

Berkaitan dengan uraian tersebut, masalah yang menjadi dasar ulasan adalah bagaimana bentuk kebudayaan prasejarah yang spesifik dari masa awal Holosen dan masa Neolitik di

Hubungan antara komposisi briket dengan kadar abu yang dihasilkan menurut Grafik 2 adalah setiap penambahan komposisi ranting dengan jumlah daun yang sama, maka akan