• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM PENGENALAN IRIS MATA MENGGUNAKAN METODE PHASE ONLY CORRELATION

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SISTEM PENGENALAN IRIS MATA MENGGUNAKAN METODE PHASE ONLY CORRELATION"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 1Mahasiswa Teknik Elektro UNDIP

2Dosen Teknik Elektro UNDIP

METODE PHASE ONLY CORRELATION

Bondhan Tunjung1), R. Rizal Isnanto2), Achmad Hidayatno3)

Jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro Semarang

Jl. Prof. Sudharto, SH, Kampus UNDIP Tembalang, Semarang 50275, Indonesia

*)E-mail: bondhan_tl@yahoo.com ABSTRAK

Iris mata manusia memiliki pola yang sangat unik, berbeda pada tiap individu sehingga sangat mungkin digunakan sebagai basis sistem pengenalan biometrik. Untuk mengenali tekstur yang ada pada suatu citra, metode analisis tekstur dapat digunakan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai sejauh mana metode tersebut dapat digunakan untuk mengenali ciri-ciri pada iris mata manusia. Pada penelitian ini, perangkat lunak yang mampu melakukan pengenalan iris mata menggunakan analisis tekstur telah dikembangkan. Citra iris mata yang akan diolah terlebih dahulu dipisahkan dari citra mata untuk selanjutnya dilakukan peningkatan kualitas citra menggunakan ekualisasi histogram. Proses selanjutnya adalah segmentasi citra iris mata dengan Transformasi Hough, yang mampu melokalisasi derah iris dan daerah pupil. Kemudian citra hasil segmentasi dinormalisasi ke dalam bentuk rectangular dengan unuran tetap. Langkah terakhir adalah proses pengenalan dengan metode Phase Only Correlation. Dari hasil pengujian, dapat disimpulkan bahwa sistem pengenalan iris mata ini menunjukkan hasil pengenalan yang bagus. Pengenalan yang paling baik adalah saat mata membuka sempurna jadi semua pola iris bisa dicocokan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengenalan misalnya adanya derau berupa kelopak mata dan bulu mata yang bisa mengurangi pola iris mata. Dari 100 citra iris mata yang dijui, sebanyak 85 citra iris mata behasil dikenali benar. Jadi dapat diimpulkan bahwa tingkat pengenalan system ini sebesar 85%. Hasil ini menunjukkan bahwa pengenalan iris adalah teknologi biometrik yang akurat.

Kata-kunci : biometrik, analisis tekstur, phase only correlation

ABSTRACT

Human iris has a very unique pattern which is different for each person so it is possible to use it as a basic of biometric recognition. To identify texture in an image, texture analysis method can be used. For this reason, it is necessary to perform further research on how far this method is able to identify the feature on human iris. In this research, a software which capable to recognize human iris using texture analysis have been developed. The image of iris is first segmented from eye image then enhanced with histogram equalization. The next step is segementation system based on the Hough Transform and able to localize the circular iris and pupil region. The segmented iris region was then normalized into a rectangular block with constant dimension. The final step is recognition system using Phase Only Correlation. As the result, the system is performed with good recognition. The best recognition when the eye images are fully opened so the pattern of the iris are complete. There are many factors effect this recognition such as eyelids and eyelashes within the iris region corrupting the iris pattern. From 100 eye images have been tested, 85 eye images are correctly recognized. For that the conclusion is the system resulted true recognition rate 85%. These results show that iris recognition is a reliable and accurate biometric technology.

Keywords: biometrics, texture analysis, phase only correlation

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai individu, mempunyai ciri yang khas, yang membedakannya dengan individu yang lain. Ciri tersebut dapat digunakan sebagai pengenal atau identitas seseorang. Konsep identifikasi adalah mengenali seseorang dari komponen yang dimilikinya (misalnya kartu), dari kode yang diketahuinya (seperti password dan

PIN), dari ciri alami (seperti wajah dan sidik jari), atau dari kombinasi ketiganya.

Iris atau selaput pelangi adalah bagian dari mata yang melingkari lingkaran pupil. Walaupun iris memiliki wilayah yang sangat kecil dibanding dengan luas dari tubuh manusia, iris memiliki pola yang sangat unik, berbeda pada tiap individu dan pola itu akan tetap stabil. Atas dasar inilah iris mata dapat dijadikan dasar bagi pengenalan biometrik.

(2)

Banyak algoritma telah diaplikasikan sebagai metode pengenalan iris, antara lain PCA (Principal Component Analysis), ICA (Independent Component Analysis), Algoritma Gabor-Wavelet, Characterizing Key Local Variation, Piramida Laplace, Matriks Kookurensi Aras Keabuan (Gray Level Coocurrence Matrix -GLCM), Alihragam wavelet Haar dan lain sebagainya. Dalam tugas akhir ini, dibuat sebuah perangkat lunak pengenalan iris mata dengan menggunakan metode pengenalan Phase Only Correlation.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari pembuatan Tugas Akhir ini adalah membuat aplikasi yang mampu melakukan pengenalan citra iris mata menggunakan metode Phase Only Correlation untuk pengenalannya.

1.3 Batasan Masalah

Agar tidak menyimpang jauh dari permasalahan, maka Tugas Akhir ini mempunyai batasan masalah sebagai berikut :

1. Masukan sistem adalah citra mata dalam aras RGB (Red, Green, Blue). Tanpa membahas proses pengambilan, pemotretan dan pengolahan citra sebelum digunakan.

2. Format citra asli merupakan citra berwarna 24-bit dalam format JPEG ( ekstensi *.jpg).

3. Perbaikan kualitas citra hanya menggunakan ekualisasi histogram secara automatis. 4. Metode pengenalan yang digunakan adalah

metode Phase Only Correlation.

5. Perangkat yang dipakai dalam tugas akhir ini adalah Matlab R2011a.

6. Perangkat lunak yang dihasilkan adalah untuk mengenali citra tersebut sebagai iris mata seseorang.

II. LANDASANTEORI

2.1 Iris Mata

Iris atau selaput pelangi pada mata dapat dijadikan sebagai basis sistem biometrik. Setiap iris memiliki tekstur yang amat rinci dan unik untuk setiap orang serta tetap stabil berpuluh-puluh tahun. Letaknya yang terlindung di belakang kornea (selaput bening) membuat iris terlindung dari kerusakan-kerusakan atau perubahan luar. Bagian mata ini tidak dapat diubah melalui pembedahan tanpa menimbulkan kerusakan pada penglihatan. Gambar 2.1 menunjukkan anatomi mata manusia.[3]

(a)

(b)

Gambar 2.1 (a) Anatomi mata (b) Stuktur iris dilihat dari sisi depan

Iris adalah organ dalam yang terlindung pada mata, terletak di belakang kornea dan aqueous humuor, namun terletak di depan lensa mata. Iris adalah satu-satunya organ dalam pada tubuh yang bisa terlihat oleh mata manusia secara normal

Gambar 2.2 Bagian Luar Mata

Keuntungan dari pemakaian iris untuk sistem identifikasi yang dapat diandalkan adalah[12] sebagai berikut.

1. Iris terisolasi dan terlindung dari lingkungan luar.

2. Pada iris tidak mungkin dilakukan operasi untuk modifikasi tanpa menyebabkan cacat pada mata.

3. Iris memiliki tanggapan fisiologis terhadap cahaya, yang memungkinkan pengujian alami terhadap kemungkinan adanya penipuan serta penggunaan lensa mata palsu dan lain sebagainya.

(3)

2.2 Alihragam Hough

Alihragam Hough adalah algoritma yang digunakan untuk menentukan parameter-parameter dari sebuah objek geometri sederhana seperti garis dan lingkaran yang terdapat dalam suatu citra.[1]Alihragam Hough menspesifikasikan kurva dalam bentuk parametrik.

Alihragam Hough menggunakan mekanisme voting untuk mengestimasi nilai parameter. Setiap titik di kurva menyumbang suara untuk beberapa kombinasi parameter. Parameter dengan suara terbanyak terpilih sebagai pemenang. Pada awalnya, Alihragam Hough digunakan untuk mendeteksi garis lurus. Namun ia juga dapat digunakan untuk mendeteksi kurva sederhana lainnya seperti lingkaran dan elips.

Untuk mendeteksi lingkaran didalam suatu citra, digunakan persamaan lingkaran yang berpusat di titik (a,b) dengan jari-jari r sebagai berikut

(x-a)2+(y-b)2= r2 (2.1) Persamaan polar untuk setiap titik (x,y) di lingkaran:

x = a + r cos (ө) (2.2) y = b + r sin (ө) (2.3) Persamaan tersebut dapat ditulis sebagai berikut: a = x - r cos (ө) (2.4) b = y – r sin (ө) (2.5) Jika jari-jari jari-jari lingkaran diketahui r = R, maka ruang parametrik trimatra, P(r,a,b), dapat direduksi menjadi ruang dwimatra, P(a,b). Titik pusat lingkaran, (a,b), yang mempunyai jari-jari r = R dan melalui titik (x,y). seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.12, lalu tambahkan elemen P(a, b) yang bersesuaian dengan satu. Proses ini diulangi untuk pixel-pixel tepi yang lain. Elemen matriks P(a, b) yang memiliki jumlah suara di atas nilai ambang tertentu menyatakan lingkaran yang terdapat di dalam citra tepi.

2.3 Alihragam Fourier Diskrit

Alihragam Fourier Diskrit adalah metode untuk mengubah sinyal dari kawasan waktu ke kawasan frekuensi. FFT (Fast Fourier Transform) adalah sebuah algoritma yang efisien untuk menghitung alihragam Fourier Diskrit dan Alihragam Balik Fourier Diskritnya. Persamaan Alihragam Fourier Diskrit dapat ditulis sebagai berikut : F(u,v)=



 

                      1 0 1 0 2 exp , 1 M x N y N vy M ux j y x f MN  (2.6)

Dalam pengolahan citra digital lebih dikenal sebagai 2D-DFT atau alihragam Fourier Diskrit dua dimensi karena citra suatu bentuk dua dimensi. Sehingga 2D-DFT dalam pengolahan citra digital memindahkan suatu informasi citra dari kawasan spasial kedalam kawasan frekuensi, yaitu dengan merepresentasikan citra spasial sebagai magnitude dan fase.

Magnitude merepresentasikan seberapa banyak komponen frekuensi dalam citra tersebut. Sedangakan fase merepresentasikan letak dimana frekuensi tersebut dalam citra tersebut.

2.4 Phase Only Correlation

Phase Only Correlation atau POC merupakan teknik dalam pengolahan citra digital yang mengkorelasikan dua buah gambar berdasarkan nilai fasenya. Citra dalam kawasan waktu diubah ke dalam kawasan frekuensi untuk mengambil nilai fasenya. Perhitungan dilakukan untuk mencocokan dua buah citra yang diukur melalui nilai korelasi. Nilai korelasi bernilai antara 0 dan 1. Jika nilai korelasi semakin besar dan bernilai hampir mendekati l maka dapat disimpulkan bahwa citra tersebut mirip atau sama.

Fungsi

r

fg

(

n

1

,

n

2

)

POC dari fungsi

)

,

(

k

1

k

2

R

FG  adalah :

)

,

(

n

1

n

2

r

fg  =

  2 1 2 2 2 1 1 1 , 2 1 2 1

)

,

(

1

k k n k N n k N FG

n

n

W

W

R

N

N

Yang mana jika f(n1,n2) dan g(n1,n2) adalah gambar yang sama, atau dengan kata lain f(n1,n2) = g(n1,n2), maka fungsi Phase Only Correlation atau POC dapat dituliskan dengan :

)

,

(

n

1

n

2

r

ff  =

  2 1 2 2 2 1 1 1 , 2 1

1

k k n k N n k N

W

W

N

N

(2.7) = (n1,n2)

Apabila gambar f dan gambar g adalah gambar yang mirip atau sama maka akan didapatkan nilai korelasi fase yang hampir mendekati nilai 1. Persamaan di atas menyatakan bahwa fungsi POC antara dua buah gambar yang sama merupakan fungsi delta kroneckers(n1,n2). Fungsi delta kroneckers adalah dimana fungsi tersebut akan bernilai sama dengan satu apabila n1=n2.

1 , jika n1= n2= 0

(4)

III. PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK

3.1 Diagram Alir Perangkat Lunak

Alur sistem pengenalan iris mata dapat dilihat pada diagram alir seperti ditunjukkan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Diagram Alir Sistem Pengenalan Citra Iris Mata Menggunakan metode Phase Only Correlation

Secara garis besar, proses-proses tersebut dikelompokkan pada lima proses utama yaitu : 1. Pemilihan citra masukan yang berupa citra

mata.

2. Akuisisi citra dan pengolahan awal untuk mengambil karakteristik tekstur iris mata. 3. Segmentasi citra mata untuk memisahkan

bagian iris mata dengan pupil.

4. Normalisasi iris menjadi koordinat kartesian. 5. Pengenalan iris mata dengan menggunakan

perhitungan Phase Only Correlation.

3.2 Perancangan Perangkat Lunak 3.2.1 Akuisisi Citra

Citra iris mata yang digunakan pada Tugas Akhir ini yaitu citra iris mata CASIA version 3. Citra iris mata CASIA diperoleh dari Internet dalam bentuk citra beraras keabuan dengan format ekstensi *.jpg, dengan ukuran 200  200 piksel. Pengambilan citra diatur sedemikian rupa agar titik pusat citra masih berada di dalam area pupil.

3.2.2 Pengolahan Awal

Pengolahan awal (preprocessing) bertujuan untuk mengolah citra agar dapat diambil karakteristik tekstur iris mata. Pada tahap ini diharapkan dapat diperoleh informasi dari suatu citra secara optimal. Tahap pengolahan awal dalam Tugas Akhir ini terdiri atas:

1. Pembacaan Berkas Citra

2. Mengubah Citra Menjadi Aras Keabuan 3. Pengontrasan Citra Aras Keabuan dengan

Ekualisasi Histogram

3.2.3 Segmentasi Citra Iris Mata

Sebelum dapat digunakan dalam proses pengenalan, bagian iris mata dengan bagian yang bukan merupakan iris mata harus dipisahkan. Bagian yang lain seperti bulu mata, kelopak mata, pupil dan sklera tidak dipakai karena bukan merupakan karakteristik khas yang dimiliki manusia. Untuk itu, posisi iris mata harus dapat ditemukan terlebih dahulu.

Gambar 3.2 Gambar Citra mata hasil segmentasi

3.2.4 Normalisasi Citra Iris Mata

Setelah daerah iris mata dilakukan proses segmentasi dan telah ditandai daerah iris dan daerah pupilnya. Proses selanjutnya adalah mengubah citra iris mata ke dalam bentuk polar dan memiliki ukuran yang tetap agar mudah untuk proses pengenalan atau pencocokkan. Perbedaan ukuran citra mata bias disebabkan oleh beberapa hal antara lain adalah adanya perbesaran pupil, pergeseran dari kamera dan lain-lain. Hasil proses normalisasi akan menghasilkan citra iris yang memiliki ukuran yang sama dan tetap

Gambar 3.3 Gambar citra iris mata hasil Normalisasi

3.2.5 Pengenalan Iris Mata dengan Phase

Only Correlation

Perhitungan nilai Phase Only Correlation adalah bagian paling penting dari suatu aplikasi pengenalan iris mata. Setelah citra iris mata dinormalisasi kemudian citra iris mata dihitung nilai POC. Citra iris mata yang akan diuji akan dibandingkan dengan citra yang ada dalam database program pengenalan iris mata. Nilai POC

(5)

dihitung satu per satu dari citra database pertama sampai yang terakhir. Nilai POC yang paling tinggi adalah citra yang dikenali paling mirip dengan citra iris mata yang diuji.

IV. PENGUJIAN DAN ANALISIS

4.1 Pengujian Pengenalan

Pengujian dibagi dalam dua jenis penelitian yaitu :

1. Pengaruh Banyaknya database yang Disimpan

Dari hasil pengujian, didapatkan bahwa penggunaan database yang lebih banyak disimpan menghasilkan tingkat pengenalan yang lebih rendah dibandingkan penggunaan jumlah database yang sedikit. Pengujian dengan 250 database tersimpan menghasilkan tingkat pengenalan sebesar 70%, sedangkan pengujian dengan 100 tersimpan menhasilkan tingkat pengenalan sebesar 85%. Hal ini disebabkan pada penggunaan database yang lebih banyak, ciri-ciri iris mata yang disimpan pun lebih banyak pula.

2. Pengaruh Pemakaian Format yang

Berbeda (.bmp) Terhadap Pengenalan Iris Mata

Penggunaan iris mata dalam format .bmp yang diambil dari 40 individu yang masing-masing diambil 1 sampel menghasilkan tingkat pengenalan yang sama dengan tingkat pengenalan dalam format JPEG yaitu sebesar 77,5%.

4.2 Tampilan Program Pengenalan Iris Mata

Berikut ini adalah tampilan GUI Pengenalan Iris Mata dengan Menggunakan Metode Phase Only Correlation

Gambar 4.1 Tampilan GUI pengenalan

4.3 Hasil Pengujian

Pengujian dilakukan dengan menggunakan citra iris mata CASIA Version 3 yang diambil secara acak serta telah diubah ukurannya menjadi 200 x 200 piksel.

Tabel. 4.1 Tabel Hasil pengujian

No Nama berkas citra

Nilai POC Pengenalan Ket,

1 001R_01 0,99995 001R Benar 2 002L_04 0,10722 002L Benar 3 003R_02 0,18777 003R Benar 4 004R_01 0,99997 004R Benar 5 005R_03 0,07509 005R Benar 6 006R_03 0,04579 060R Salah 7 007R_01 0,99995 007R Benar 8 008R_02 0,17085 008R Benar 9 009R_02 0,15675 009R Benar 10 010R_02 0,21076 010R Benar

Dari Tabel 4.1 dapat dianalisis dan diketahui tingkat keberhasilan program pengenalan ini.. Ada 250 citra penghuni yang citranya telah tersimpan di basis data. Data yang diuji hanya diambil 100 citra uji. Masing-masing mata diambil gambar mata kanan dan mata kiri beberapa kali. Citra uji ‘022L_02’ artinya mata orang ke-22, mata kiri dan pengambilan gambar ke-2. Tabel 4.1 merupakan dasar untuk menghitung persentase keberhasilan program.

Untuk menghitung persentase keberhasilan seluruh data citra masukan yang telah diujikan dapat menggunakan rumus:

% =Citra yang berhasil dikenaliJumlah citra uji x 100%

Sehingga didapat:

% Pengenalan =100 x 100% = 85%85

Dari tabel pengujian diatas dapat dikalkulasi banyak citra iris mata yang berhasil teridentifikasi dengan baik adalah 85 serta banyak citra yang diujikan adalah 100. Maka persentase pengenalan dari pengujian citra masukan adalah sebesar 85%.

(6)

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengujian dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Persentase keberhasilan untuk proses pengenalan 100 data citra mata yang diujikan adalah sebesar 85%.

2. Proses pengenalan terburuk adalah saat data citra mata yang diuji pada saat pengambilan fotonya mata kurang membuka lebar sehingga banyak bagian iris yang tertutup sehingga pengenalan kurang baik.

3. Proses pengenalan terbaik yang hampir mendekati sempurna adalah saat citra mata masukan terbuka sempurna atau lebar sehingga pola iris mata tidak ada yang tertutup oleh kelopak mata, jadi pola iris mata dapat dikenali dengan benar.

4. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pengenalan yaitu posisi citra masukan, derau berupa kelopak dan bulu mata.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan sehubungan dengan pelaksanaan penelitian ini adalah:

1. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan akuisisi citra iris mata secara langsung sehingga pengembangan untuk aplikasi identifikasi waktu nyata dapat diwujudkan.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menguji pengaruh format citra lainnya pada masukan, seperti TIFF, GIF, PNG dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Drygajlo, A., “Biometrics Lecture 7 Part 1-2008”, Speech Processing and Biometrics Group Signal Processing Institute Ecole Polytechnique Fédérale de Lausanne (EPFL), 2008.

[2] Jain, A.K., Fundamental of Digital Image Processing, Prentice Hall, New Jersey, 1989.

[3] Kusuma, A.A., “Pengenalan Iris Mata Menggunakan Pencirian Matriks Ko-Okurensi Aras Keabuan”, Skripsi S-1, Universitas Diponegoro, Semarang, 2009. [4] Masek, L., “Recognition of Human Iris

Pattern for Biometric Identification”, The University of Western Australia, 2003.

[5] Moreno R.P. and A. Gonzaga, “Features Vector For Personal Identification Based On Iris Texture”, Departamento de Engenharia Elétrica - EESC – USP.

[6] Munir, R., “Pengolahan Citra Digital dengan Pendekatan Algoritmik”, Informatika, Bandung, 2004.

[7] Prihartono, T.D., “Identifikasi Iris Mata Menggunakan Alihragam wavelet Haar”, Skripsi S-1, Universitas Diponegoro, 2011. [8] Putriningsih, D., “Identifikasi Kelebihan

Kolesterol Berdasarkan Pengamatan Citra Iris Mata”, Skripsi S-1, Universitas Diponegoro, 2007.

BIODATA PENULIS

Bondhan Tunjung

Laksono (L2F008018) lahir di Boyolali pada tanggal 26 Juni tahun1989. Menempuh pendidikan sekolah dasar di SD Negeri Banyudono 3 kemudian melanjutkan di SMP Negeri 1 Banyudono dan menempuh sekolah menengah di SMA Negeri 1 Surakarta. Saat ini sedang menempuh pendidikan jenjang Strata 1 Jurusan Teknik Elektro Universitas Diponegoro konsentrasi Elektronika Telekomunikasi angkatan 2008.

Menyetujui dan Mengesahkan, Pembimbing I, R. Rizal Isnanto, S.T., M.M., M.T. NIP. 197007272000121001 Tanggal ………... Pembimbing II, Achmad Hidayatno, ST.,MT. NIP. 196912211995121001 Tanggal…………...

Gambar

Gambar 2.1  (a) Anatomi mata (b) Stuktur iris dilihat                         dari sisi depan
Gambar 3.1  Diagram Alir Sistem Pengenalan Citra Iris Mata Menggunakan metode Phase Only Correlation
Gambar 4.1 Tampilan GUI pengenalan

Referensi

Dokumen terkait

• Nasabah yang menggunakan fasilitas sales (account executive)l dapat melakukan transaksi dengan cara menghubungi sales trading dan aplikasi Kresna Direct, sedangkan nasabah

ini berguna untuk merubah karakteristik tampilan dari suatu theme, semisal warna, jenis simbol, ukuran, dll. Setelah itu, pilih paint brush di dalam menu Fill Palette. Maka

Pada gambar 4 adalah putaran motor saat start pada saat beban nol dengan menggunakan kontrol sliding mode, gambar 4 adalah fluk stator pada kondisi tanpa

Sebelum menjalankan strategi komunikasi pemasaran yang akan dilakukannya melalui Instagram Batik Puspita Ayu memiliki kerangka pemikiran yang memfokuskan penelitian

Pada perlakuan interaksi dapat diketahui bahwa parameter yang menunjukkan pengaruh yang nyata adalah pada parameter tinggi tanaman pada saat 2-5 MSPT,

Berdasarkan hasil penelitian deskriptif terhadap pasien DM tipe 2 di bangsal penyakit dalam RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau dapat disimpulkan bahwa :. Berdasarkan jenis

Penelitian yang dimaksudkan adalah penelitian yang memandang obyek sebagai sesuatu yang dinamis, hasil konstruksi pemikiran dan interpretasi terhadap gejala yang

Untuk meningkatka nmutu dan efisiensi pelayanan kesehatan dalam rumah sakit tidak terlepas dari pengelolaan Rekam Medis.Pengertian Rekam medis yaitu menurut Permenkes RI