• Tidak ada hasil yang ditemukan

Subjektivitas Seksualitas Perempuan Dalam Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang Karya Ayu Utami

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Subjektivitas Seksualitas Perempuan Dalam Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang Karya Ayu Utami"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

Subjektivitas Seksualitas Perempuan

Dalam Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang Karya Ayu Utami

Skripsi

Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan

Pendidikan Strata 1

Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro

Penyusun

Nama : Yoana Putri Elianna

NIM

: 14030110130128

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG 2014

(2)

2

Nama : YOANA PUTRI ELIANNA NIM : 14030110130128

Judul Skripsi : Subjektivitas Seksualitas Perempuan dalam Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang Karya Ayu Utami

ABSTRAK

Pada hakikatnya setiap orang diciptakan sebagai subjek yang unik, baik laki-laki maupun perempuan. Namun realita dalam masyarakat patriarki seakan menempatkan lelaki sebagai subjek dan perempuan sebagai objek. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang subjektivitas seksualitas perempuan, proses terjadinya, serta gagasan dominan dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang (PEPL) karya Ayu Utami. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini di antaranya teori standpoint; feminis posmodern dan woman writing; teori subjektivitas, identitas, dan seksualitas; teori representasi dan semiotika, serta ideologi.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan analisis semiotika naratif yang dikembangkan Algirdas Julien Greimas. Analisis semiotika naratif terdiri atas analisis struktur luar dan analisis struktur dalam yang berisi makna serta manifestasi nilai dalam teks. Analisis struktur luar dilakukan dengan analisis aktansial dan fungsional yang menghasilkan sebuah aktan utama. Sedangkan pada analisis struktur dalam diperoleh hasil bahwa subjektivitas seksualitas perempuan merupakan hasil dari wacana kekuasaan patriarki. Subjektivitas seksualitas adalah adalah sikap yang diambil seseorang, dengan kesadaran penuh, sebagai subjek dalam menentukan peranannya dalam masyarakat. Ciri-ciri subjektivitas seksualitas perempuan adalah merasa telah menempatkan diri sebagai subjek secara sadar, memiliki kepercayaan diri, berani mengambil keputusan (risiko), memiliki suatu kebanggaan tersendiri, memiliki eksistensi di ranah privat dan publik, sehingga posisi perempuan sebagai istri dalam rumah tangga keluarga yang dibangun pun setara dengan suaminya. Ideologi dominan yang melahirkan subjektivitas seksualitas dalam novel adalah patriarkisme, kapitalisme, dan liberalisme. Patriarkisme berperan dalam menciptakan kesadaran tokoh A dalam novel PEPL sebagai perempuan yang teropresi. Kapitalisme memunculkan wacana ‘nilai’ pada suatu hal sehingga diagung-agungkan oleh masyarakat. Kemudian liberalisme menumbuhkan kesadaran tokoh A untuk memperoleh kesetaraan sesuai dengan sesamanya, yakni laki-laki. Ideologi-ideologi tersebut memiliki pengaruh penting untuk tokoh utama dalam novel PEPL untuk secara sadar memilih menjadi subjek. Baik sebagai subjek yang berkuasa maupun subjek yang tertundukkan oleh subjektivitas dominan.

Penelitian ini membuka paradigma bahwa perempuan memiliki pilihan dalam hidup. Meskipun sangat sulit untuk mengaktualisasikan kebebasannya, perempuan harus tetap berusaha menjadi subjek atas dirinya sendiri.

Kata kunci: subjektivitas, seksualitas, perempuan, woman writing, novel, semiotika naratif

(3)

3

Name : YOANA PUTRI ELIANNA NIM : 14030110130128

Title : Subjectivity of Women’s Sexuality in Novel “Pengakuan Eks Parasit Lajang” Written by Ayu Utami

ABSTRACT

In essence, every person is created as a unique subject, both men and women. But the reality of the patriarchal society as placing men as subjects and women as objects. This study aims to explain the subjectivity of women’s sexuality, the occurrence, and the dominant ideas in the novel “Pengakuan Eks Parasit Lajang” (PEPL) by Ayu Utami. The theories used in the study including standpoint theory; postmodern feminist and woman writing; theory of subjectivity, identity, and sexuality; representation theory and semiotics, and also ideology.

This research is a descriptive qualitative approach to the analysis of narrative semiotics which developed by Algirdas Julien Greimas. Narrative semiotics analysis consists of the surface structure analysis and the depth structure analysis that contains the meanings and manifestations of values in the text. Surface structural analysis carried out actants and functional analysis that produces a major actant. While the depth structural analysis obtained that the subjectivity of women's sexuality is the result of patriarchal discourse power. Subjectivity is the attitude that taken by someone, with full consciousness, as a subject in determining its role in the community. The characteristics of women’s sexuality of subjectivity is felt has placed theirselves as a conscious subject, have the confidence, courage to take a decision (risks), have a pride, have existence in the private and the public area, so the position of women as wives in family households was equivalent to her husband. Dominant ideologies that bring out the subjectivity of sexuality in the novel is patriarkisme, capitalism, and liberalism. Patriarkisme have a role in creating awareness of a character in the novel PEPL as women who oppressed. Capitalism have a role to give 'values' on something so it’s elevated by society. Then liberalism awareness figures A to obtain equality in accordance with each other, specifically men. Ideologies have an important influence for the main character in the novel PEPL to consciously choose to be subject. Either as a subject with subjectivity or subjects who subordinated by dominant subjectivity.

This study opens the paradigm that women have a choice in life. Although it is very difficult to actualize their freedom, women should still try to be the subject of theirself.

Keywords: subjectivity, sexuality, women, woman writing, novels, narrative semiotics

(4)

4

I. PENDAHULUAN

Perempuan. Membahas tentang gender yang satu ini memang tidak ada habisnya. Karena potensi alamiah yang dimilikinya untuk melahirkan kehidupan baru, perempuan dianggap sebagai tonggak sebuah kehidupan. Sesuai asal katanya yang berasal dari kata Sansekerta, per-empu-an, per berarti makhluk, empu yang berarti mulia, berilmu tinggi, pembuat suatu karya agung. Dari tinjauan etimologis tersebut terlihat berbagai nilai dan potensi yang dimiliki perempuan membuatnya begitu berharga dan memiliki kehormatan yang setara, atau bahkan lebih dari laki-laki.

Sejarah kehidupan bangsa ini juga mencatat bahwa perempuan memegang peranan penting bahkan utama dalam bidang politik. Perempuan Indonesia sudah berperan dalam bidang politik jauh sebelum kolonialisme Barat. Nama-nama seperti Ratu Sima, Sanggramawijaya Dharmaprasodotunggadewi (tangan kanan Erlangga), Ken Dedes, maupun tokoh perempuan dalam pewayangan Hindu-Jawa seperti Srikandi merupakan nama-nama yang sangat dikenal di seluruh Indonesia.

Akan tetapi, fakta-fakta sejarah tentang peranan perempuan dan kesetaraan gender yang relatif lebih dinikmati masyarakat Melayu tersebut seakan-akan lenyap begitu saja dari kacamata Barat. Kebanyakan orang kulit putih yang merasa memikul beban untuk menyebarkan peradaban dan teknologi Barat ke berbagai belahan dunia telah mengganti struktur dan nilai-nilai tradisional dengan struktur dan nilai-nilai Barat (Handayani dan Novianto, 2008:32). Akibatnya, nilai-nilai tradisional yang sesungguhnya memberi ruang gerak yang relatif sama antara laki-laki dan perempuan mulai bergeser, terutama misalnya dalam konsepsi tentang pembagian peran laki-laki dan perempuan.

Eksistensi perempuan yang semula setara dengan laki-laki lambat laun terdisposisi. Budaya baru yang lebih mendominasi perempuan membuat kedudukan perempuan dan laki-laki yang awalnya relatif bilateral menjadi patriarkal. Untuk mendapatkan eksistensinya kembali, perempuan dituntut untuk sesuai dengan syarat-syarat berupa norma maupun aturan yang dibentuk masyarakat patriarki. Norma hasil konstruksi sosial yang menjadi tolak ukur

(5)

5

menilai perempuan adalah keperawanan atau virginity dan perkawinan.

Di Indonesia nilai keperawanan dan perkawinan menentukan bagaimana pandangan masyarakat terhadap seorang perempuan. Sebelum menikah adalah suatu kewajiban bagi perempuan untuk menjaga keperawanan tersebut. Nilai itu juga yang seringkali menjadi tolak ukur kesucian dalam sebuah perkawinan. Hilangnya keperawanan dianggap masyarakat sepantasnya terjadi karena hubungan seksual pasca pernikahan.

Pelekatan nilai yang berakar dari norma-norma yang ada dalam masyarakat membawa dampak kelompok gender marjinal seperti perempuan. Perempuan mau tidak mau menjadi objek atas nilai-nilai yang dilekatkan oleh norma masyarakat, hukum, maupun agama. Perempuan seakan-akan tidak memiliki hak untuk melihat berbagai pilihan dalam hidup atas tubuhnya sendiri dan harus melakukan apa yang dinilai baik seperti apa yang diamini masyarakat. Perempuan haruslah mempertahankan keperawanan sampai tiba waktunya menikah dengan laki-laki. Dengan kata lain, kebebasan memilih bagi perempuan dibatasi oleh nilai keperawanan dan pernikahan.

Keprihatinan inilah yang kemudian mengusik Ayu Utami dalam hidupnya yang kemudian dituangkan dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang. Novel ini merupakan buku ketiga dari trilogi kisah hidup Ayu Utami dalam pergumulannya sebagai seorang perempuan dalam menjalani hidup. Dalam novel tersebut diceritakan secara lugas bagaimana perjuangan seorang perempuan, tokoh A, untuk menjadi subjek atas seksualitasnya. Subjektivitas seksualitas muncul dari keprihatinan tokoh A yang melihat keperawanan dan pernikahan sebagai suatu hal yang adiluhung, yang oleh masyarakat disederhanakan menjadi hanya sebuah ‘nilai’. Terlebih bila dilekatkan pada perempuan, hal yang seharusnya dianggap adiluhung itu akan dapat merendahkan harga diri perempuan. Pengalaman, pemahaman, dan kesadaran menjadi pihak yang disubordinasi itulah yang membuat tokoh A mempertimbangkan segala hal dengan selalu menempatkan diri sebagai subjek yang sadar dalam mengambil keputusan beserta tanggungjawabnya sebagai perempuan.

(6)

6

pengalaman, pengetahuan, dan perilaku komunikasi orang dibentuk sebagian besarnya oleh kelompok sosial di mana mereka tergabung. membantu membentuk kerangka untuk memahami sistem kekuasaan yang berkaitan dengan kelompok dominan yang memegang kekuasaan dalam suatu budaya dan kelompok lain yang merupakan bawahan dari kelompok tersebut di mana mereka tidak memiliki akses terhadap kekuasaan sebanyak yang dimiliki kelompok dominan (West dan Turner, 2008: 178). Standpoint seseorang mempengaruhi pengambilan sikap yang diambil untuk menempatkan diri sebagai subjek maupun sebagai objek dalam masyarakat. Seseorang yang menempatkan diri sebagai subjek dalam masyarakat dikatakan memiliki subjektivitas.

Subjektivitas dapat dipahami dengan merujuk pada kondisi keberadaan seseorang dan proses yang kita alami ketika menjadi seseorang atau subjek. Sebagai subjek, yaitu seseorang (person), kita mengikuti proses-proses sosial yang membuat kita menjadi subjek bagi diri kita maupun orang lain. Konsep tentang diri kita sendiri disebut dengan identitas diri, sedangkan harapan dan pendapat orang lain membentuk identitas sosial kita. Michel Foucault (dalam Barker, 2000) dengan subjek Foucauldiannya memiliki pandangan bahwa subjektivitas merupakan ciptaan wacana. Lebih lanjut Foucault memiliki pandangan tentang tubuh yang daripadanya dapat dilihat masalah-masalah otonomi, kebebasan, dan individualisasi, rasionalitas dari kuasa, penundukkan.

Lain halnya dengan Julia Kristeva. Baginya, subjek selalu bersifat semiotik sekaligus simbolis (dalam Barker, 2000). Yang disebutnya sebagai “subjek-dalam-proses” adalah sebuah permainan timbal balik antara yang “semiotik” dengan yang simbolis. Menurut Kristeva, semua bahasa secara seksual berbeda. ‘Maskulinitas’ menguasai, dan betul-betul mengemukakan hubungan logis dan linearitas (simbolik). Kekhasan ini ditantang oleh semiotik, yang berisi dorongan atau nada suara ‘feminin’. Karena itu, perubahan ke arah sejarah yang dominan tidak hanya tergantung dari praktek politik yang baru melainkan dari bentuk baru bahasa, yang akan memberi nilai lebih pada wanita.

.Penelitian kualitatif ini menggunakan pendekatan analisis semiotika. Analisis semiotika, mengacu pada teori semiotika Ferdinand de Saussure yang

(7)

7

menyatakan bahwa yang paling penting dalam konteks semiotik adalah pandangannya mengenai tanda. Analisis semiotika digunakan untuk melihat bagaimana tanda (dalam hal ini teks atau bahasa) menghasilkan makna. Semiotika menguraikan makna dan bagaimana makna itu berguna. Dalam kajian komunikasi, semiotika merupakan ilmu penting, sebab tanda-tanda (signs) merupakan basis utama dari seluruh komunikasi, sebab dengan tanda-tanda manusia dapat melakukan komunikasi apapun dengan sesamanya (Sobur, 2004: 15). Pendekatan semiotika dipilih peneliti karena semiotika dianggap mampu untuk menjelaskan berbagai hal yang tidak tampak dipermukaan, tapi lebih jauh dari itu, semiotika mampu untuk membongkar makna-makna yang tersembunyi sehingga kedalaman dan keluasan informasi akan sangat menentukan sejauh mana galian informasi yang diperoleh.

Adapun pendekatan yang dipilih adalah pendekatan analisis semiotika naratif yang dikembangkan Algirdas Julien Greimas (Titscher, Meyer, Wodak, dan Vetter, 2000) untuk memperoleh data subjektivitas seksualitas perempuan dalam Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami. Analisis semiotika naratif ini terdiri analisis struktur lahir atau luar atau permukaan—melalui analisis struktural teks secara aktansial dan fungsional—untuk mendapatkan data subjektivitas seksual pada perempuan; analisis struktur dalam atau yang disebut juga analisis struktur batin—untuk menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam teks yang sekaligus terdapat struktur manifestasi di dalamya.

II. ISI

Novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Utami yang dianalisis menggunakan semiotik naratif dari A.J. Greimas telah dibagi 7 aktan berdasarkan plotnya, 3 aktan berdasarkan pembagian cerita dan dilakukan analisis fungsional sehingga menghasilkan satu aktan utama yang kemudian dimaknai dalam analisis struktur dalam. Aktan utama terdiri dari ketidakadilan pada posisi pengirim; tokoh A sebagai subjek sekaligus penerima; subjektivitas seksualitas sebagai objek; kakak-kakak A, Ayah, dan Rik sebagai penolong; serta nilai agama dan masyarakat yang menempati posisi penghalang. Fokus penelitian terdapat pada objek di aktan

(8)

8

utama yang juga menjadi fokus penceritaan novel Pengakuan Eks Parasit Lajang (PEPL).

Dari analisis semiotika tersebut didapatkan adanya subjektivitas seksualitas perempuan dalam tokoh A. Subjektivitas seksualitas adalah sikap yang diambil seseorang atas dirinya, dengan kesadaran penuh, sebagai subjek dalam menentukan peranannya dalam masyarakat. Ciri-ciri seseorang yang memiliki subjektivitas seksualitas adalah merasa telah menempatkan diri sebagai subjek secara sadar, memiliki kepercayaan diri, berani mengambil keputusan (risiko), memiliki suatu kebanggaan tersendiri, memiliki eksistensi di ranah privat dan publik, sehingga posisi perempuan sebagai istri dalam rumah tangga keluarga yang dibangun pun setara dengan suaminya.

Subjektivitas seksualitas muncul karena adanya kekuasaan yang menjadi turunan atas ideologi yang ada. Dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang muncul ideologi atau gagasan dominan. Di antaranya patriarkisme, kapitalisme, dan liberalisme. Gagasan-gagasan dominan tersebut yang kemudian melahirkan identitas individu seperti yang direpresentasikan tokoh A dalam novel karya Ayu Utami ini. Subjektivitas seksualitas yang ditunjukkan di sini lebih dilihat dari filosofi pemikiran dan keberanian A untuk mempunyai pilihan tersendiri. Mengenai cara yang ia lakukan tidak bisa dikatakan apakah menyimpang dari norma atau tidak. Karena ketika berkata demikian berarti cara berpikir patrarkis masih melekat pada benak kita.

III. PENUTUP

Strategi Ayu Utami untuk menggambarkan subjektivitas seksualitas dirinya dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang dapat dilihat pada analisis struktur luar dan dalam yang menunjukkan proses berkesinambungan antara kuasa patriarki dan lahirnya subjektivitas dalam pengalaman lahir maupun batin yang mewarnai kehidupan tokoh A. Pengalaman yang menyentuh dan pemikiran mendalam ia jabarkan pada sub bagian-sub bagian tertentu secara lebih detail.

Dibalik berbagai tindakan yang dilakukan oleh A yang berusaha untuk dapat mempunyai pilihan yang mendobrak budaya patriarki dalam masyarakat maupun

(9)

9

agama, tidak dapat dipungkiri bahwa sesungguhnya patriarki merupakan kenyataan yang menyejarah. Sedangkan manusia tidak dapat meninggalkan sejarahnya. A tetap berada dalam kotak patriarkat itu. Sehingga akhirnya ia sadar bahwa ketika ia tidak dapat melepaskan diri dari budaya yang menyejarah tersebut, ia memutuskan untuk sedikit berdamai dengan menikah dengan Rik secara agama dalam Gereja Katolik (Sakramen Perkawinan). Relasi kerja dan seksual yang ditampilkan A dalam novel ini menyiratkan bahwa ia tidak sepenuhnya lepas nilai-nilai patriarki. A, sebagai perempuan masih terjebak dalam wacana agama dan pernikahan yang tidak bisa tidak dilekatkan dengan patriarkisme.

Novel ini menunjukkan bahwa dalam perempuan, selayaknya lelaki, harus memiliki pilihan. Perempuan harus sadar bahwa ada banyak kesempatan yang terbuka lebar di hidup mereka. Kebebasan itu hanya dapat ditemukan melalui proses pemikiran dan kesadaran yang matang. Apa pun pilihan perempuan, selama mereka sadar untuk bertindak dan juga sadar akan risikonya, maka disitulah muncul subjektivitas seksualitas perempuan.

Secara teoritis, diharapkan dilakukan penelitian lebih banyak lagi untuk mengkaji secara kritis produk-produk budaya populer seperti novel ataupun wacana-wacana media yang berkaitan dengan isu gender dan seksualitas, terlebih subjektivitas perempuan.

Secara praktis, peneliti berharap bagi para penulis perempuan agar lebih banyak lagi menghasilkan karya-karya bertema kebebasan memilih bagi perempuan yang lebih menceritakan problematika di ranah publik, seperti halnya tentang profesionalitas kerja dan karya-karya perempuan itu sendiri.

Secara sosial, penelitian ini diharapkan mengajak pembaca untuk meninjau kembali relasi antara perempuan dan lelaki untuk meminimalisir objektifikasi dengan memunculkan kesadaran perempuan akan subjektivitas seksualitas mereka. Karena bagaimana pun, mau tidak mau masyarakat menjadi salah satu faktor yang menentukan sejauh mana ruang gerak perempuan.

Pada akhirnya, penelitian ini bertujuan mengajak pembaca untuk membuka paradigma yang baru dan luas mengenai gender dan seksualitas bahwa setiap

(10)

10

manusia—baik laki-laki maupun perempuan—berhak memiliki pilihan dalam hidup, apapun itu. Dalam mengambil keputusan untuk memilih hendaknya dilakukan atas pertimbangan yang matang. Selain itu juga mengkritisi isi novel yang berkaitan dengan tema-tema kebebasan perempuan. Subjektivitas seksualitas perempuan pada akhirnya semakin memperkaya tema dan khazanah sastra di Indonesia, serta membuka paradigma masyarakat baru yang mencita-citakan keadilan.

Referensi

Dokumen terkait

Pada dasarnya pemberian kredit dapat diberikan oleh siapa saja yang memiliki kemampuan untuk itu melalui perjanjian utang piutang antara pemberi utang (kreditur) disatu pihak

13 Saya tidak suka dengan Bahasa Arab karena kaidahnya yang rumit. 14 Guru saya memotivasi saya agar belajar Bahasa Arab

Stoga, kreatori politika nisu imali kao racionalnu mogućnost zabranu upotrebe, kao što je to bio slučaj sa nekim drugim adiktivnim supstancama, već se mere kontrole

Masyarakat berharap sistem penjaminan mutu pada produk hasil perairan ini tidak hanya dilakukan sosialisasi, tetapi dilakukan pelatihan dan pendampingan pada unit pengolahan

Sebelum adanya kegiatan pelatihan ini masyarakat Desa Sumberjaya belum mengetahui macam olahan bahan baku terutama dari hasil perikanan, namun setelah dilakukan

Warga sekitar dibawah naungan pemerintahan desa Jambangan telah membuat strategi agar obyek wisata air sumber bantal dapat dikenal, sebagai tempat tujuan wisata

jika dibandingkan dengan anak-anak dari ibu yang tidak depresi. Mereka akan mengalami kesulitan dalam belajar di sekolah. 3) Sulit bersosialisasi. Anak-anak dari ibu

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) rumah sakit adalah bangunan air yang berfungsi untuk mengolah air buangan yang berasal dari kegiatan yang ada di fasilitas pelayanan