• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

IJCETS 3 (1) (2014): 47-55

Indonesian Journal of Curriculum and

Educational Technology Studies

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jktp

PENGEMBANGANMODELPEMBELAJARAN BLENDED LEARNING PADA

MATA PELAJARAN KKPI KELAS XI DI SMK NEGERI 2 PURWODADI

Rita Kurniawati*, Hardjono, Wardi

Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel

________________ Sejarah Artikel: Diterima Mei 2014 Disetujui Mei 2014 Dipublikasikan November 2014 ________________

Keywords: Mata Pelajaran KKPI; Model Blended Learning; Pembelajaran; Pengembangan _____________________

Abstrak

__________________________________________________________________________________________

Penelitian ini menggunakan metode research and development. Sampel penelitian adalah siswa kelas XI TITL 1 dan XI TITL 2 yang dipilih dengan teknik cluster sampling. Teknik pengumpulan data berupa dokumentasi, observasi, tes, dan angket. Hasil penelitian menunjukkan: (1) perencanaan pembelajaran dengan model blended

learning layak digunakan sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran; (2) model

pembelajaran blended learning dapat diimplementasikan sesuai perencanaan yang mencakup orientasi, organisasi, investigasi, presentasi, analisis, dan evaluasi; (3) pembelajaran dengan model blended learning terbukti efektif.

Abstract

__________________________________________________________________________________________

This research used research and development method. The sample of this research is the students of XI TITL 1 and XI TITL 2 who selected by cluster sampling technique. Data

collection techniques such as documentation, observation, test, and questionnaire. The results show that: (1) lesson plan with blended learning model is appropriate to use as guidelines for the implementation of learning;(2)blended learning model canbe implementedaccording to plan, consist of: orientation, organization, investigation, presentation, analysis, and evaluation;(3) the effectiveness of learning with blended learning model is proven in terms.

© 2014 Universitas Negeri Semarang

Alamat korespondensi: Gedung A3 Lantai 1 FIP Unnes

Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail: [email protected]

(2)

Rita Kurniawati/ Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies 3 (1) (2014)

PENDAHULUAN

Tujuan utama pendidikan sebagaimana tertuang dalam UUD 1945 adalah mencerdaskankehidupanbangsa serta amanatkan kepada pemerintah agar meng-usahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional. Lebih lanjut, dalam UU No.20 Tahun 2003 Pasal 3 tentangSisdiknas menyebutkan Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang ber-martabat dalam rangka mencerdaskan kehidup-an bkehidup-angsa. Dipertegas dalam PP No.14 Tahun 2005 Pasal 4 tentang Guru dan Dosen menjelaskan bahwa guru memiliki peran sebagai agen pembelajaran yang berfungsi meningkatkan mutu pendidikan nasional sehingga guru dituntut untuk dapat mem-berikan pembelajaran secara optimal.

Sanjaya (2010: 14) menegaskan bahwa seorang guru perlu memiliki kemampuan merancang dan mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran yang dianggap cocok dengan minat dan bakat serta sesuai dengan taraf perkembangan siswa. Selanjutnya, Pribadi (2010:18), penerapan desain sistem pem-belajaran bertujuan menciptakan pempem-belajaran yang sukses, yaitu pembelajaran yang mampu membantu siswa mencapai kompetensi yang diinginkannya. Oleh karena itu, pemilihan dan penerapan desain model pembelajaran menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan penguasaan kompetensi siswa.

Salah satu kompetensi mata pelajaran yang harus dikuasai siswa SMK adalah Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI). Konsep dari mata pelajaran KKPI berkaitan dengan perkembangan teknologi informasi, sehingga model dan strategi pembelajaran yang digunakan harus mampu memanfaatkan serta mengembangkan teknologi untuk pengembangan kompetensi siswa baik secara teori maupun praktik. Berdasarkan wawancara pada tanggal 9 November 2013 dengan guru mata pelajaran KKPI, Bapak Berlian Setiaji menyatakan penyebab dari kurang optimalnya pembelajaran khususnya kelas XI di SMK N 2 Purwodadi adalah kurang tuntasnya pembahasan materi pembelajaran secara optimal sehingga ada beberapa materi yang tertinggal, kurang seimbangnya penguasaan kompetensi teori dan praktik yang dikuasai siswa, dan kurangnya inovasi penerapan model pembelajaran yang dapat mengkonstruksikan ide-ide siswa.

Pembelajaran KKPI sering dilakukan secara tatap muka di ruang kelas dengan dukungan sarana dan prasarana yang memadai. Akan tetapi, pemanfaatan dan pengembangan sarana dan prasarana tersebut belum optimal. Berkenaan dengan itu, perlu adanya model pembelajaran yang dapat membantu peserta didik dalam mengembangkan kom-petensinya. Salah satu jenis model pembelajaran yaitu

blended learning. Model blended learning

merupakan kombinasi antara pembelajaran tatap muka dan pembelajaran online dengan bantuan teknologi informasi dan komunikasi secara tepat guna untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Penelitian relevan yang pernah dilakukan olehSjukur (2012: 368) tentang pengaruh

blended learning terhadap motivasi dan hasil

belajar siswa tingkat SMK menunjukan bahwa(1) terdapat perbedaan motivasi dan hasil belajar pada siswa yang diajar dengan pembelajaran blended learning dibandingkan pembelajaran konvensional; (2) ada pening-katan motivasi dan hasil belajar siswa akibat penerapan pembelajaran blended learning.

Terkait dengan hal tersebut, model

blended learning dapat dijadikan sebagai suatu

suplemen pembelajaran tatap muka dan inovasi model pembelajaran pada mata pelajaran KKPI di SMK N 2 Purwodadi. Akan tetapi, untuk dapat menerapkan model blended learning tentu diperlukan perencanaan terlebih dahuluyang disesuaikan dengan kebutuhan dan karak-teristik siswa. Oleh karena itu, penelitian ini penting untuk dilakukan. Adapunpeneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Pengembangan ModelPembelajaran Blended

Learning pada Mata Pelajaran KKPI Kelas XI di

SMK Negeri 2 Purwodadi”.

Tujuan dari penelitian ini adalah merumuskan perencanaan mengimplementasi-kan, dan menguji keefektifan model pem-belajaran blended learning pada mata pelajaran KKPI kelas XI di SMK N 2 Purwodadi.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah research and development. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI di SMK N 2 Purwodadi. Sedangkan sampel dalam penelitian adalah kelas XI Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL) 1 sejumlah 38 orang sebagai kelompok eksperimen dan XI Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL)

(3)

Rita Kurniawati/ Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies 3 (1) (2014)

2sejumlah 38 orang sebagai kelompok kontrol. Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik cluster sampling, yaitumenentukan sampel dari sebagian populasi yang mewakili saja. Alasan pemilihan kelas XI TITL 1 dan XI TITL 2 karena siswa tersebut memiliki jenis kelamin, usia, tahun masuk sekolah, pengajar, mata pelajaran, dan kemampuan awal yang sama.

Variabel dalam penelitian ini adalah:(1) perencanaan, meliputi: dasar pertimbangan pemilihan model pembelajaran, komponen sistem pembelajaran, komponen perangkat pembelajaran, dan kunci model blended

learning; (2) implementasi, meliputi:orientasi,

organisasi, investigasi, presentasi, analisis, dan evaluasi; (3) keefektifan pembelajaran, meliputi: (a) hasil belajar berupa variabel bebas, yaitu pembelajaran KKPI dengan menggunakan model blended learning pada kelompok eksperimen dan pembelajaran KKPI tanpa menggunakan model blended learning pada kelompok kontrol serta variabel terikat berupa hasil belajar kelompok eksperimen yang menggunakan model blended learning dan hasil belajar kelompok kontrol tanpa menggunakan model blended learning; (b) keaktifan dan motivasi belajar siswa.

Metode pengumpulan data berupa: (1) dokumentasi berupadata pembelajaran KKPI, data siswa kelas XISMK N 2 Purwodadi, dan data saat pelaksanaan penelitian untuk memberikan gambaran tentang aktivitas pembelajaran dengan model blended learning; (2)tes berupa tes objektif pilihan ganda dengan 5 pilihan jawaban sejumlah 20 butir soal, untuk mengetahui hasil belajar pretest dan

posttestpada kelompok eksperimen maupun

kelompok kontrol; (3) observasi berupa observasi terstruktur untuk melihat langkah implementasi model pembelajaran blended

learning; (4) angket berupa angket tertutup

dengan 5 pilihan jawaban kepada ahli materi dan ahli model pembelajaran untuk menguji kelayakan perencanaan pembelajaran, serta angket siswa untuk mengetahui tingkat keefektifan pembelajaran.

Analisis data hasil penelitian dilakukan dengan3 cara, yaitu: (1) analisis hasil perencanaan model pembelajaran; (2) analisis hasil implementasi model pembelajaran; (3) analisis hasil keefektifan model pembelajaran.

Pertama, analisis hasil perencanaan model pembelajaranmenggunakan deskriptif persentase melalui hasil uji validasi angket ahli

model dan ahli materi pembelajaran.Penilaian ahli materi pembelajaran meninjau dari aspek dasar pertimbangan pemilihan model blended

learning dan komponen sistem pembelajaran

sedangkan penilaian ahli model pembelajaran dari aspek komponen perangkat pembelajaran dan kunci model blended learning. Dari hasil penilaian ahli, diperoleh tingkat kelayakan perencanaan model pembelajaran. Adapun hasil perencanaan model pembelajaran dapat dinyatakan sangat layak apabila mencapai rentang persentase 85 ke atas, layak pada rentang 69 hingga 84, cukup layak pada rentang 53 hingga 68, tidak layak pada rentang 37 hingga 52, dan sangat tidak layak di bawah 36.

Kedua, analisis hasil implementasi model pembelajaran diperoleh dari hasil observasi kegiatan pembelajaran. Hasil observasi ini dianalisis menggunakan (a) deskriptif persentase untuk menunjukkan tingkat keberhasilan pelaksanaan pembelajaran. Ada-pun hasil observasi kegiatan pembelajaran dapat dinyatakan sangat baik apabila mencapai rentang persentase 85 ke atas, baik pada rentang 69 hingga 84, cukup baik pada rentang 53hingga 68, tidak baik pada rentang 37 hingga52, dan sangat tidak baik di bawah 36.(b)persentase pembelajaran tatap muka dan

online untuk mengetahui proporsi kegiatan

pembelajaran blended learning. Adapun pembelajaran dapat dikatakan pada tipe kelas

blended/hybrid apabila proporsi pembelajaran online pada rentang 30 hingga 79%.

Ketiga, analisis hasil keefektifan model pembelajaran blended learning ditinjau dari segi: (a) hasil berupa hasil belajar siswa berdasarkan nilai ulangan harian. Hasil belajar siswa dapat dinyatakan efektif apabila nilai hasil belajar kelompok yang menggunakan model

blended learninglebih dari 75 dan terdapat

perbedaan antara hasil belajar kelompok yang menggunakan model blended learningdengan kelompok yang tidak menggunakan model

blended learning. (b) proses berupa angket

keaktifan dan motivasi belajar siswa. Hasil angket keaktifan dan motivasi belajar siswa dianalisis menggunakan deskriptif persentase. Adapun keaktifan dan motivasi belajar siswa dapat dinyatakan sangat baik apabila mencapai rentang persentase 85 ke atas, baik pada rentang 69 hingga 84,cukup baik pada rentang 53 hingga 68, tidak baik pada rentang 37 hingga52, dan sangat tidak baik di bawah 36. Dari hasil deskriptif persentase diperoleh tingkat keefektifan model pembelajaran blended

(4)

Rita Kurniawati/ Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies 3 (1) (2014)

learning dapat dikatakan efektif apabila hasil

angket keaktifan dan motivasi belajar siswa menunjukkan minimal dalam kategori cukup baik (pada rentang persentase 53 hingga 68).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian dan pengembangan terdiri atas 3 bagian, yaitu: (1) perencanaan dan pengembangan model pembelajaran;(2) imple-mentasi model pembelajaran;(3) keefektifan model pembelajaranblended learning. Adapun deskripsi dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut.

Pertama, perencanaan model pembelajaran blended learning dikembangkan dengan metode Research and Development (R & D) model Analysis, Design, Development,

Implementation, and Evaluation (ADDIE).

Langkah pengembangan model pembelajaran

blended learning, yaitu: (1) menganalisis

perlunya model pembelajaran blended learning melalui wawancara dengan guru mata pelajaran pada tanggal 9 November 2013; (2) mendesain draft perencanaan model pembelajaran blended

learning, meliputi: silabus, rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP), dan e-learning; (3) pengembangan silabus, RPP, dan e-learning yang dilanjut dengan uji kelayakan silabus dan RPP pada ahli materi dan ahli model pembelajaran; (4) mengimplementasikan pe-rencanaan model pembelajaran blended

learning pada pembelajaran KKPI; dan (5)

mengevaluasi keefektifan model pembelajaran

blended learning dari segi proses berupa

keaktifan dan motivasi belajar siswa serta segi hasil berupa hasil belajar siswa.

Hasil dari perencanaan model pembelajaran blended learning, meliputi: produk e-learning, silabus, dan RPP. Adapun hasil secara lebih detail dideskripsikan sebagai berikut.

E-learning pada perencanaan model

pembelajaran blended learning dikembangkan dengan menggunakan efront versi 3.6.12 untuk mendukung kegiatan pembelajaran. Pemilihan

e-learning berbasis efront ini karena memiliki

keunggulan, diantaranya: memiliki dukungan yang baik dengan perangkat-perangkat lain, mudah digunakan, dan terbuka untuk umum. Akan tetapi, pada pengembangan produk

e-learning ini tidak dilakukan uji kelayakan oleh

ahli melainkan digunakan sebagai media pendukung kegiatan pembelajaran. Adapun

hasil produk e-learning ini adalah sebagai berikut.

Gambar 1.Tampilan awal e-learning berbasis

efront

Pada gambar 1 dapat diketahui tampilan halaman utama e-learning berbasis efront. Dari halaman utama ini, guru maupun siswa dapat

login dengan menggunakan akun

masing-masing untuk memulai kegiatan pembelajaran. Setelah melakukan login, para guru dan siswa akan masuk ke halaman administrator untuk memulai pembelajaran seperti gambar berikut.

Gambar 2.Tampilan administrator guru (kiri)

dan administrator siswa (kanan)

Apabila pengguna login sebagai guru, maka tampilan yang akan muncul seperti gambar 2 sebelah kiri. Dalam hal ini, guru dapat memberikan informasi pelajaran, materi, tes, dan melihat laporan belajar siswa melalui menu-menu yang telah disediakan. Sedangkan apabila login sebagai siswa, maka akan muncul seperti gambar 2 sebelah kanan. Dalam hal ini, siswa dapat memulai pelajaran, mencari informasi pelajaran, membaca materi, melakukan diskusi melalui forum, dan mengerjakan soal melalui tes.

Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan hasil kedua dari pengembangan perencanaan model pembelajaran blended learning.Silabus dan RPPyang dikembangkan yaitu materi pengoperasian software presentasi, pokok bahasan editing sederhana untuk membuat presentasi dan efek yang menarik pada file presentasi.Materi ini dipilih karena memiliki cakupan materi yang luas dan tidak dapat

(5)

Rita Kurniawati/ Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies 3 (1) (2014)

disampaikan secara tuntas dalam kegiatan pembelajaran tatap muka. Berdasarkan uji kelayakan olehBapak Berlian Setiaji selaku ahli materi pembelajaran, diperoleh hasilseperti diagram berikut.

Diagram 1. Persentase validasi ahli materi

pembelajaran

Penilaian ahli materi pembelajaran dari aspek dasar pertimbangan pemilihan model pembelajaran blended learning menyatakan sangat layak (94%) sehingga sesuai dengan teori Rusman (2013: 133), bahwa seorang guru perlu memperhatikan dasar pertimbangan pemilihan model pembelajaran, mencakup: tujuan yang hendak dicapai, bahan/materi pembelajaran, sudut pandang peserta di dik/siswa, dan hal-hal yang bersifat nonteknis berupa efektivitas dan efisiensi. Perencanaan model pembelajaran blended learning juga sesuai dengan teori dari Trianto (2007: 2), bahwa pemilihan model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh materi yang akan diajarkan,

tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran, serta tingkat kemampuan peserta didik.

Dari aspek komponen sistem pembelajaran dinyatakan sangat layak(94%) oleh ahli materi, mencerminkan bahwa pe-rencanaan model pembelajaran blended

learning sesuai dengan teori Sanjaya (2006: 59),

seorang guru dalam merancang pembelajaran seharusnya mampu mensinkronisasikan kom-ponen-komponen pembelajaran menjadi satu kesatuan yang utuh, meliputi: tujuan, isi/materi, metode, media, dan evaluasi. Hal ini sesuai juga dengan teori Sudjana (2009: 30), proses belajar-mengajar (pengajaran) pada dasarnya tidak lain ialah proses mengkoordinasi sejumlah komponen (tujuan, bahan, metode dan alat, serta penilaian) agar satu sama lain saling berhubungan dan saling berpengaruh sehingga menumbuhkan kegiatan belajar pada siswa seoptimal mungkin menuju perubahan perilaku sesuai tujuan yang telah ditetapkan.

Sedangkanberdasarkan uji kelayakan perencanaan pembelajaran oleh Ibu Istyarini selaku ahli model pembelajaran, diperoleh hasil seperti diagram berikut.

Diagram 2. Persentase validasi ahli model

pembelajaran

Penilaian dari aspek komponen perangkat pembelajaran oleh ahli model dalam kategori sangat layak (85%), menunjukkan bahwa perencanaan pembelajaran dengan model blended learning sesuai dengan konten dari perencanaan proses pembelajaran Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah mencakup silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), materi pem-belajaran, kegiatan pempem-belajaran,indikator pen-capaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.Sedangkan penilaian dari 94%

6%

Validasi Aspek Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Blended Learning

Sangat Layak

Sangat tidak layak

94% 6%

Validasi Aspek Komponen Sistem Pembelajaran Sangat Layak Sangat tidak layak 80 % 20 %

Validasi Aspek

Komponen

Perangkat …

Layak Sangat tidak layak 85% 15%

Validasi Kunci

Model Blended

Learning

Sangat layak Sangat tidak layak

(6)

Rita Kurniawati/ Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies 3 (1) (2014)

aspek kunci model blended learning termasuk kategori layak (80%), menunjukkan bahwa perencanaan pembelajaran didasarkan pada pertimbangan kunci model blended learning yang sesuai dengan teoriCarman (2005: 2), mencakup: live event, self-paced learning,

collaboration, assessment, dan performance support materials.

Kedua, implementasi model pembelajaranblended learning selama 4 pertemuan dilaksanakan pada tanggal 2 Februari - 1 April 2014 dengan materi pengoperasian software presentasi. Implemen-tasi ini dilaksanakan mulai dari pertemuan 3-6 karena pembelajaran pada pertemuan 1-2 telah dilaksanakandengan menggunakan model konvensional. Hasil dari tiap pertemuan adalah sebagai berikut: (1) pertemuan 3 membahas tentang pokok bahasan editing sederhana untuk membuat presentasi dengan diawali pretest;(2) pertemuan 4 membahas lanjutan materi pokok bahasan editing sederhana untuk membuat presentasi dan diberikan posttest; (3) pertemuan 5 membahas tentang pokok bahasan efek yang menarik pada file presentasi yang diawali dengan pretest; dan (4) pertemuan 6 membahas tentang pokok bahasan efek yang menarik pada file presentasi yang diakhiri dengan posttest.

Pelaksanaan model pembelajaran blended

learning selama 4 pertemuan dinilai

ber-dasarkan langkah-langkah kegiatan pem-belajarandengan mengambil nilai dari lembar observasi berdasarkan kriteria penilaian tertentu. Adapun langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang dinilai, meliputi: (1) orientasi berupa persiapan pembelajaran, penyampaian tujuan, pengenalan materi, dan

pengenalan masalah terkait materi; (2) organisasi berupa pengorganisasian

pengalaman belajar dan pendefinisian tugas belajar siswa; (3) investigasi berupa investigasi mandiri dan kelompok, pengumpulan informasi, pelaksanaan eksperimen, dan solusi terkait masalah yang dikaji dalam materi; (4) presentasi berupa pengembangan dan penyajian karya; (5) analisis dan evaluasi berupa refleksi investigasi dan evaluasi hasil hasil belajar serta karya. Dari hasil pelaksanaan pembelajaran, diperoleh rata-rata kegiatan pembelajaran sebagai berikut.

Tabel 1. Rata-rata implementasi pembelajaran

model blended learning

Pertemuan Blended learning Kriteria 3 83 Baik 4 85 Baik 5 88 Sangatbaik 6 90 Sangatbaik Rata-rata 86,5 Baik

Berdasarkan hasil pelaksanaan pembelajaran di atas, menunjukkan bahwa implementasi model pembelajaran blended

learning sesuai dengan: (1) teori model blended learning dari Chaeruman (2011) yang

mengkombinasikan setting pembelajaran

synchronous dan asynchronous secara tepat

guna untuk mencapai tujuan pembelajaran; (2) teori Cheung dan Hew (2011: 1319) yang mengkombinasikan kegiatan pembelajaran face

to face dan online learning;(3) teori Mosa (2006,

dalam Cepi Riyana, 2009: 21) yang mencakup 2 unsur utama blended learning yaitu pembelajaran di kelas (classroom lesson) dan

online learning;(4) teori Wahyuningsih (2013:

39) mengenai blended learning by constructive

approach memuat blended learning

(pembelajaran bercampur) dan constructive

approach (pendekatan konstruktif); (5)

Permendiknas No. 41 tahun 2007 mengenai pelaksanaan proses pembelajaran, meliputi: kegiatan pandahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup; (6) sintaks langkah-langkah pembelajaran dari Arend (2008: 57) yang menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dalam implementasi pembelajaran dengan model blended learning), meliputi: orientasi, organisasi, investigasi, analisis dan evaluasi.

Selain itu, implementasi model pembelajaran blended learning juga sesuai dengan teori belajar: (1)Piaget (1963, dalam Miftahul Huda, 2013: 43) dimanasiswa mengkonstruksikan pemahamannya sendiri dengan mencari keseimbangan antara struktur pengetahuan yang sudah dimilikinya dengan pengetahuan baru yang diperolehnya melalui asimilasi dan akomodasi. Siswa meng-konstruksikan pemahaman dengan berpikir abstrak, logis, dan mampu menarik kesimpulan dari informasi guru sesuai karakteristik berdasarkan usia teori Piaget (dalam Rifai dan Catharina, 2009: 30); (2)konstruktivisme Vygotsky (1978, dalam Rifai dan Catharina, 2009: 34) yaitu kemampuan kognitif berasal

(7)

Rita Kurniawati/ Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies 3 (1) (2014)

dari hubungan sosial dan kebudayaan yang memacu pengkonstruksian ide-ide baru dan meningkatkan perkembangan intelektual siswa.

Sedangkan berdasarkan hasilobservasi implementasi kegiatan pembelajaran tatap muka dan online dengan model blended learning selama 4 pertemuan, diperoleh hasil persentase seperti diagram berikut.

Diagram 3. Persentase pembelajaran tatap

muka dan online

Berdasarkan hasil diagram 3 menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model blended learning telah dilaksanakan dengan mengkombinasikan pembelajaran tatap muka (proporsi sebesar 56,57%) dan online (proporsi sebesar 43,33%). Proporsi persentase ini diperoleh berdasarkan jumlah kegiatan pembelajaran tatap muka dan online yang dibandingkan dengan total seluruh kegiatan pembelajaran. Pada pembelajaran tatap muka dilakukan sebanyak 17 kegiatan dan pembelajaran online dilakukan sebanyak 13 kegiatan dari total seluruh kegiatan pembelajaran sebanyak 30 kegiatan. Persentase kegiatan pembelajaran online sesuai dengan teori dari Allen, dkk (2007: 5) tentang

proportion of content delivered online, yaitu

pembelajaran dikatakan kelas blend-ed/hybrid apabila rentang kegiatan pembelajar-an online antara 30 hingga 79%.

Sementara itu, berdasarkan hasil bukti pengamatan pelaksanaan modelpembelajaran

blended learning, diperoleh hasil sebagai

berikut.

Gambar 3. Bukti pengamatan pembelajaran

dengan model blended learning

Berdasarkan hasil pengamatan pada gambar 3 di atas, menunjukkan bahwa model pembelajaran blended learning dapat dilaksanakan dengan baik sesuai perencanaan pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan adanya investigasi mandiri yang memacu siswa lebih aktif dalam pengkonstruksian ide sehingga membangun kompetensi siswa. Dari hasil tersebut, pembelajaran dengan model blended

learning terbukti dapat menawarkan satu level

lebih tinggi daripada pengalaman pada pembelajaran tatap muka sesuai teori Dziuban, Hartman, dan Moskal (2004: 3). Selain itu, pembelajaran dengan model blended learning mampu membangun rasa kebersamaan di antara peserta didik melalui diskusi, tanya-jawab, perdebatan kritis, dan berpartisipasi dalam berkomunikasi saat pembelajaran sesuai dengan teori Garrisson & Kanuka (2004: 97). Hal ini terlihat dari kegiatan presentasi yang melibatkan sejumlah siswa ikut aktif dalam bertanya dan menanggapi pertanyaan dari siswa yang sedang presentasi.

Ketiga, keefektifan model pembelajaran

blended learning ditinjau dari segi: (1) hasil

berupa hasil belajar siswa berdasarkan nilai ulangan harian; (2) proses berupa keaktifan dan motivasi belajar siswa. Adapun deskripsi dari keefektifan masing-masing bagian adalah sebagai berikut.

Hasil belajarsiswa dilihat dari: nilai

posttest kelompok yang menggunakan model blended learningdan kelompok yang tidak yang

menggunakan model blended learning. Dari hasil uji hipotesisberdasarkan nilai posttest Ulangan Harian (UH) 1 dan Ulangan Harian (UH) 2, diperoleh 𝑡𝑡ℎ𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 sebesar 1,930 dan

𝑡𝑡𝑖𝑖𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 sebesar 1,47 dengan signifikansi 0,05.

Karena 𝑡𝑡ℎ𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖lebih besar daripada 𝑡𝑡𝑖𝑖𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡,maka

Hayang berbunyi nilai hasil belajar kelompok

yang menggunakan model blended learninglebih dari 75 diterima.Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada kelompok yang menggunakan model blended learning mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) atau lebih dari 75 sehingga sesuai dengan teori Sudjana (2009: 37) bahwa proses pengajaran yang optimal memungkinkan hasil belajar yang optimal pula.

(8)

Rita Kurniawati/ Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies 3 (1) (2014)

Adapun dari hasil nilai posttest Ulangan Harian 1 diperoleh 𝑡𝑡ℎ𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖dari kelompok

eksperimen (kelas XI TITL 1) dan kelompok kontrol (kelas XI TITL 2) sebesar 2,228serta

𝑡𝑡ℎ𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖pada Ulangan Harian 2 sebesar 4,541.

Adapun 𝑡𝑡𝑖𝑖𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 sebesar 1,47 dengan signifikansi

0,05. Karena sehingga 𝐻𝐻𝑡𝑡 yang berbunyiada

thitung lebih besar daripada ttabel, perbedaan

antara hasil belajar kelompok yang menggunakan model blended learning dengan kelompok yang tidak menggunakan model

blended learning dalam pembelajaran KKPI

diterima. Dilihat dari nilai rata-rata kelompok eksperimen pada posttest UH 1 (82,63) dan

posttest UH 2 (85,13). Sementara itu, pada

kelompok kontrol mendapat rata-rata pada

posttest UH 1 (79,87) dan posttest UH 2 (78,95).

Dari hasil perbedaan nilai rata-rata kedua kelompok tersebut, disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model blended learning dapat menawarkan satu level lebih tinggi daripada pengalaman pada pembelajaran tatap muka sebagaimana teori dari Dziuban, Hartman, dan Moskal (2004: 3).

Sedangkan dari hasil angket keaktifan dan motivasi belajar siswaberdasarkan kriteria penilaian tersendiri pada modelpembelajaran

blended learning, maka diperoleh hasil

sebagaimana tercantum pada tabel berikut.

Tabel 2. Hasil analisis angket keaktifan

dan motivasi belajar siswa Pertemu an Aspek % Ket. 3-4 KeaktifanBelajarS iswa 85, 3 Sangatbaik 5-6 87, 4 Sangatbaik 3-4 Motivasibelajarsi swa 86, 6 Sangatbaik 5-6 89, 9 Sangatbaik

Dari keaktifan belajar siswa termasuk kategori sangat baik yang menggambarkan keefektifan pembelajaran, yaitu siswa selalu aktif dalam kegiatan fisik berupa bertanya, mengerjakan tugas, menanggapi pertanyaan, menjawab pertanyaan, berlatih keterampilan, serta kegiatan psikis berupa memecahkan masalah, membandingkan konsep, dan menyimpulkan hasil percobaan sebagaimana teori Dimyati dan Mudjiono (2009: 45). Ditinjau

dari motivasi belajar siswa termasuk kategori sangat baik, menunjukkan siswa mempunyai usaha gerak yang kuat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditinjau dari indikator motivasi belajar siswa, meliputi: hasrat dan keinginan berhasil, dorongan dan kebutuhan, harapan dan cita-cita masa depan, penghargaan, kegiatan yang menarik, serta lingkungan belajar yang kondusif (Uno, 2011: 23). Hal ini sesuai pula dengan teori Dimyati dan Mudjiono (2009: 80) yang ditinjau dari 3 komponen motivasi: kebutuhan, dorongan, dan tujuan.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran KKPI dengan model blended learning terbukti efektif ditinjau dari segi hasil berupa hasil belajar siswa dan segi proses berupa keaktifan dan motivasi belajar siswa. Hal ini menggambarkan kriteria keberhasilan pengajaran menurut Sudjana (2009: 34) yang ditinjau dari segi proses dan hasil tercapai.Hasil kriteria keberhasilan pembelajaran KKPI model blended learning yang efektif,menggambarkan bahwa pembelajaran dilaksanakan dengan situasi yang menarik, menyenangkan, dan didukung oleh guru serta lingkungan belajar yang efektif sehingga sesuai dengan teori Suyono dan Hariyanto (2011: 212). Hal ini sesuai juga dengan teori Pribadi (2010: 183), yaitu adanya fasilitasi aktivitas belajar untuk mencapai tingkat kompetensi berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang optimal.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat ditarik simpulan berikut: (1)perencanaan pembelajaran KKPI dengan model blended learning layak digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran; (2) model pembelajaran blended

learning dapat diimplementasikansesuai dengan

perencanaan yang terdiri atas:orientasi, organisasi, investigasi, presentasi, analisis dan evaluasi. Berdasarkan proportion of content

delivered online, pelaksanaan pembelajaran

KKPI terbukti tipe kelas blended/hybrid dengan proporsi pembelajaran online pada rentang antara 30 hingga 79%; (3) pembelajaran dengan model blended learning terbukti efektif dilihat dari segi: (a) hasil belajar KKPI yang menggunakan model blended learning lebih dari 75 dan ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelompok yang menggunakan

(9)

Rita Kurniawati/ Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies 3 (1) (2014)

model blended learning dan kelompok yang tidak menggunakan model blended learning;(b) proses berupa peningkatan keaktifan dan motivasi belajar siswa yang lebih baik

DAFTAR PUSTAKA

Allen, IE, Seamen, J. & Garret, R. 2007. Blending in: The Extent and Promise of Blended Education in the United States. USA: The Sloan Consortium.

Arend, R.I. 2008. Learning to Teach. New York: McGraw Hill Companies.

Chaeruman, U.A. 2011. Implementing Blended Learning: A Case Based Sharing Experience. Diunduh

darihttp://www.teknologipendidikan.net/20 11 /06/21/implementing-blended-learning-a-case-based-sharing-experience/ pada tanggal 5 Desember 2013.

Carman, J.M. 2005. Blended Learning Design: Five Key Ingredients. diunduh dari melalui http://www.agilantlearning.com/pdf/

Blended%20 Learning%-20Design.pdf pada tanggal 2 Desember 2013.

Cheung, W.S dan Khe Foon Hew. 2011. Design and Evaluation of Two Blended Learning Approaches: Lesson Learned.Australasian Journal of Educational Technology. No. 8.Volume 27. Hal.1319-1337.

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Dziuban, dkk. 2004. Blended Learning. Educause Center for Applied Research. No. 7. Volume 2004. Hal. 1-12.

Garrison, D.Randy dan Heather Kanuka. 2004. Blended Learning: Uncovering its Transformative Potential in Higher Education. Internet and Higher Education 7. No.7. Volume 2004. Hal. 95-105.

Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran Isu-Isu Medis dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Pribadi, B.A. 2010. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.

Republik Indonesia. 1945. Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945. Jakarta.

Republik Indonesia. 2005. Peraturan Pemerintah No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta.

Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Republik

Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.

Rifai, A. dan Catharina Tri Anni. 2009. Psikologi

Pendidikan. Semarang: Unnes Press.

Riyana, Cepi. 2009. Teknologi Informasi dan

Komunikasi dalam Pembelajaran Pedoman Bagi Guru. diunduh melalui

http://kurtek.upi.edu/tik/content/blended.p df pada tanggal 27 Oktober 2013.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran

Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Kedua. Bandung: PT. Rajagrafindo Persada.

Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi

Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada

Media Group.

Sjukur, S.B. 2012. Pengaruh Blended Learning

terhadap Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Siswa Tingkat SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi.

Nomor 3. Volume 2. Hal. 368-378.

Sudjana, N. 2009. Dasar-Dasar Proses Belajar

Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan

Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar.

Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam

Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Uno, H.B. 2011. Teori Motivasi dan Pengukurannya

Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Wahyuningsih, D. 2013. Implementasi Blended

Learning By The Constructive Approach (BLCA) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemandirian Belajar Mahasiswa dalam Matakuliah Interaksi Manusia dan Komputer Prodi Teknologi Pendidikan FIP UNY.

Yogyakarta: Thesis Universitas Negeri Yogyakarta. Tidak diterbitkan.

Gambar

Gambar 1.Tampilan awal e-learning  berbasis  efront
Diagram 1.  Persentase validasi ahli materi  pembelajaran
Diagram 3.  Persentase pembelajaran tatap  muka dan online
Tabel 2. Hasil analisis  angket keaktifan  dan motivasi belajar siswa

Referensi

Dokumen terkait

Persepsi orang tua tentang penyebab free sex di kalangan siswa SMA di Desa Kalipucang Wetan Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara karena penyebab eksternal adalah karena faktor

aplikasi ini dapat menyajikan informasi data warga, data kk, data calon penerima, data penerima dan data hasil penyalurannya yang akurat melalui media digital

KEPUTUSAN KETUA KOMITE STANDAR KOMPE"TENSI KERJA BIDANG PERHUBUNGAN TENTANG KELOMPOK KERJA STANDAR KOMPETENSI KERJA BIDANG PERHUBUNGAN.. Membentuk Kelompok Kerja

Pameran tunggal atau pameran bersama yang menyajikan karya-karya seni rupa dalam jangka waktu tertentu yang diselenggarakan oleh seniman, Galeri atau kerjasama dengan pihak

Dari tabel di atas bisa dilihat bahwa pada lahan tidak terbakar ada sekitar 29 jenis vegetasi yang terdapat di Kawasan Hutan Taman Nasional Sabangau hasil

Untuk mengetahui indeks prosentase yang menunjukkan kemampuan sistem pembuatan notasi ini, diperlukan suatu pengujian, pengujian yang dilakukan antara lain; jumlah notasi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada orang tua yang ada di Kecamatan Seputih Raman mengenai upaya orang tua dalam menetapkan ahli waris jika di dalam