• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GASTROENTERITIS AKUT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GASTROENTERITIS AKUT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GASTROENTERITIS AKUT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN

ELEKTROLIT

Enggal Mumpuni 1), Endang Zulaicha Susilaningsih2)

1) Mahasiswa Program Studi D3 Keperawatan STIkes Kusuma Husada Surakarta

enggalmumpuni914@gmail.com

2)

Dosen Program Studi D3 Keperawatan STIkes Kusuma Husada Surakarta

endang.zulaicha.s@gmail.com

ABSTRAK

Prevalensi anak Gastroentritis akut di Indonesia sebanyak 18,5% pada tahun 2016, sedangkan di Jawa Tengah sebesar 68,9% pada tahun yang sama mengalami peningkatan, jika dibandingkan pada tahun 2015 yaitu 67,7%. Gastroenteritis Akut merupakan gangguan eliminasi feses lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi feses cair, dapat disertai dengan darah dan lendir. Gastroenteritis Akut menyebabkan hilangnya sejumlah besar cairan dan elektrolit (natrium, klorida, kalium, bikarbonat). Dehidrasi terjadi jika kehilangan air dan elektrolit tidak diganti. Untuk mencegah agar anak tidak mengalami dehidrasi saat diare perlu dilakukan perawatan dengan pemberian terapi oralit. Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanan asuhan keperawatan pada anak dengan Gastroentritis Akut. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan studi kasus. Subjek dalam studi kasus ini adalah satu orang pasien anak yang mengalami Gastroenteritis Akut dengan pemenuhan kebutuhan keseimbangan cairan dan elektrolit. Hasil studi kasus menunjukan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien yang diberikan terapi oralit didapatkan data adanya perubahan frekuensi buang air besar 4kali/hari menjadi 1 kali/hari dan balance cairan -682 cc menjadi +218 cc. Kesimpulan: terapi oralit dapat menurunkan frekuensi buang air besar dan peningkatan balance cairan pada pasien Gastroenteritis Akut.. Kata Kunci : Gastroenteritis Akut, Cairan, Terapi Oralit

(2)

NURSING CARE ON ACUTE GASTROENTERITIS CHILDREN IN FULFILLING NEEDS OF LIQUID BALANCE AND ELECTROLYTE

Enggal Mumpuni 1), Endang Zulaicha Susilaningsih2) 1)

Student of Diploma Nursing Study Program of STIkes Kusuma Husada Surakarta

enggalmumpuni914@gmail.com

2) Lecturer of Diploma Nursing Study Program of STIkes Kusuma Husada Surakarta

endang.zulaicha.s@gmail.com

ABSTRACT

The prevalence of children with acute gastroenteritis in Indonesia was 18.5% in 2016, while in Central Java it was 68.9%. In the same year, there is an increase compared to 2015 with 67.7%. Acute gastroenteritis is a stool elimination disorder more than 3 times a day with the liquid stool consistency that can be accompanied by blood and mucus. Acute gastroenteritis causes the loss of large amounts of liquid and electrolytes (sodium, chloride, potassium, bicarbonate). Dehydration occurs if the loss of water and electrolyte loss does not replace. Oral Rehydration Salts (ORS) is crucial to prevent the child from becoming dehydrated during diarrhea. This case study aimed to determine the description of the nursing care implementation in children with Acute Gastroenteritis. This type of research was descriptive with a case study approach. The subject was a pediatric patient who has Acute Gastroenteritis with the fulfillment of liquid balance and electrolyte needs. The result of a case study in the nursing care of patients with ORS therapy found a change in the frequency of bowel movements 4 times/day to 1 time/day and fluid balance from -682 cc to +218 cc. Conclusion: ORS therapy can reduce the frequency of bowel movements and improve liquid balance in acute gastroenteritis patients.

(3)

I. PENDAHULUAN

Gastroenteritis Akut merupakan gangguan buang air besar lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah dan lendir. Gastroenteritis Akut menyebabkan hilangnya sejumlah besar cairan dan elektrolit (natrium, klorida, kalium, bikarbonat). Dehidrasi terjadi jika kehilangan air dan elektrolit tidak diganti (Wong, 2009).

Gastroenteritis Akut masih merupakan masalah kesehatan yang muncul di dunia Menurut data World

Health Organization (WHO)

memperkirakan angka kejadian tertinggi di dunia dan dilaporkan terdapat hampir 1,7 milyar kasus setiap tahunnya. Penyakit ini sering menyebabkan kematian pada anak usia dibawah lima tahun. Dalam satu tahun sekitar 760.000 anak usia balita meninggal karena penyakit ini. (WHO, 2013).

Berdasarkan (Riskesdas, 2018), angka kejadian pada anak Gastroentritis akut atau diare di Indonesia sebanyak 18,5 %. Hingga saat ini penyakit Gastroentritis Akut atau diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka kesakitan diare dari tahun ke tahun. Di Indonesia angka kejadian diare cukup tinggi.

Berdasarkan Angka kejadian diare di Jawa Tengah tahun 2016 sebesar 68,9 %, meningkat jika dibandingkan tahun 2015 yaitu 67,7%, hal ini menunjukan penemuan dan pelaporan masih perlu ditingkatkan (Jateng, 2016)

Keluhan utama yang didapatkan pada anak gastroenteritis akut yaitu Kekurangan cairan merupakan suatu kondisi kehilangan cairan aktif yang dapat terjadi melalui kulit, ginjal, sehingga menimbulkan syok hipovolemik (Wong, 2008).

Untuk mengatasi masalah tersebut maka dilakukan rencana tindakan gastroenteritis akut yaitu dengan kemampuan untuk mempertahankan turgor kulit, mukosa bibir lembab, balance cairan, produksi urin, mata tidak cekung, tanda- tanda vital. Hal ini sebagaimana Moorhead, et,al. (2016) bahwa keseimbangan cairan sangatlah penting untuk pemenuhan kebutuhan cairan. Tindakan gastroenteritis akut dapat dilakukan dengan tindakan non farmakologi yaitu dengan memberikan terapi oralit.

Terapi oralit (Kemenkes RI, 2011) adalah suatu terapi yang mengandung larutan natrium klorida, kalium klorida, glukosa anhidrat, dan natrium bikarbonat, larutan ini biasanya disebut rehidrasi oral. Terapi oralit ini diberikan

(4)

untuk pasien dengan penderita Gastroeneteritis Akut untuk mengganti cairan yang hilang. Cara pemeberian oralit Gastroenteritis Akut dengan dehidrasi ringan/sedang

a. Anak usia dibawah 1 tahun diberikan terapi oralit: 3 jam pertama 1 ½ gelas selanjutnya ½ gelas setiap kali anak BAB cair.

b. Anak usia dibawah 5 tahun diberikan terapi oralit: 3 jam pertama 3 gelas selanjutnya 1 gelas.

c. Anak usia diatas 5 tahun diberikan terapi oralit: 3 jam pertama 6 gelas selanjunya diberikan 1 ½ gelas

d. Anak usia 12 tahun keatas diberikan terapi oralit: 3 jam pertama 12 gelas selanjutnya 2 gelas

Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan tubuh sehingga lebih diutamkan oralit. Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh usus penderita diare. 1 sachset oralit terdapat 200 mg dan diencerkan dengan 200 ml air, kandungan oralit sendiri terdiri dari NaCl : 2.6 g, Na Citrate : 2.9 g, KCI : 1.5 g, dan Glucose : 13.5 g,

osmolaritasnya : 245 mmmol/I (Depkes RI, 2011)

II. PELAKSANAAN

a. Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat dan waktu pelaksanaan studi kasus ini dilakukan di Ruang Anggrek RSUD Surakarta selama 2 minggu terhitung tanggal 18 Februari 2019 sampai dengan 2 Maret 2019. b. Subyek penelitian

Subyek studi kasus ini adalah 1 orang pasien anak dengan diagnosa medis dan masalah keperawatan Gastroenteritis Akut dengan pemenuhan kebutuhan keseimbangan cairan dan elektrolit.

III. METODE PENELITIAN

Studi kasus ini adalah untuk mengeksplorasikan masalah asuhan keperawatan pada pasien anak yang mengalami gastroenteritis akut dalam pemenuhan kebutuhan keseimbangan cairan dan elektrolit. Data dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik, studi dokumentasi, dan studi kepustakaan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Studi kasus ini adalah 1 orang anak dengan kriteria yang sesuai dan diagnosa medisgastroenteritis akut. Subyek adalah An. W berusia 1 Tahun, beragama Islam, beralamat Menjingan RT 03 RW 01, Ngemplak, Boyolali, dengan diagnosa medis Gastroenteritis

(5)

Akut. Subyek masuk rumah sakit pada tanggal 19 Februari 2019, dengan keluhan BAB cair sudah 4 kali, muntah, demam. Subyek sebelumnya pernah mengalami riwayat berobat rawat jalan di Mantri desa dekat rumah tapi tidak membaik. Saat ini subyek dirawat di ruang Anggrek RSUD Surakarta. Aktivitas subyek selama di rumah sakit dibantu oleh kedua orang tuanya. Berdasarkan hasil studi yang sudah dilakukan dapat diketahui bahwa pasien Pukul 20.00 WIB masuk ke IGD RSUD Surakarta dengan BAB sudah 4 kali, suhu 39,2o C, dengan muntah, nafsu makan menurun kemudian diberikan terapi infus di metakarpal sinestra. 4.1 Hasil Pengkajian Awal

Data lain yang diperoleh saat melakukan pengkajian awal adalah pasien BAB sudah 4 kali disertai muntah 2 kali. Data objektif yaitu pasien terlihat lemas, turgor kulit cubitan di perut kembali lambat, pasien rewel, mukosa bibir kering, susah minum, berat badan 8 kg, terpasang infus di metakarpal sinestra, BAK 50cc, nadi: 110x/menit, respirasi: 28x/menit, suhu: 39,80C, SpO2: 99%.

Hasil pemeriksaan fisik abdomen inspeksi yaitu abdomen terlihat cembung, palpasi yaitu turgor kulit kembali lambat, perkusi yaitu suara

hipertimpani, auskultasi yaitu terdengar bising usus (36x /menit).

Berdasarkan prioritas diagnosa keperawatan didapatkan defisiensi volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (00022), hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (00007), kerusakan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan ekskresi BAB (00046). Setelah dilakukan diagnosa prioritas defisiensi volume cairan, dilakukan intervensi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan setelah dilakukan keperawatan selama 3X24 jam masalah tertangani dengan Kriteria hasil yaitu keseimbangan cairan (0601) adalah kemampuan untuk mempertahankan turgor kulit dari skala awal (2) menjadi skala (5), mukosa bibir lembab dari skala awal (2) menjadi skala (5), balance cairan dari skala awal (3) menjadi skala (5), produksi urin dari skala awal (3) menjadi skala (5), ma mata tidak cekung dari skala awal (5) dipertahankan di skala (5), tanda- tanda vital dari skala awal (3) ditingkatkan menjadi skala (5).

Berdasarkan Intervensi yang sudah ada maka diberikan terapi oralit dan meminitor tanda-tanda dehidrasi. Implementasi yang dilakukan pada hari pertama pada pukul 08.00 WIB: mengobservasi tanda-tanda dehidrasi, pasien terlihat mukosa bibir kering,

(6)

turgor kulit kembali lambat, terlihat rewel, kemudian diberikan Pukul 09.00 WIB: memberikan terapi oralit 1 ½ gelas (300cc) dengan menggunakan dot, oralit yang diberikan habis, pasien terlihat tidak muntah, pukul 13.00 WIB : memberikan terapi oralit ½ gelas (100cc) dengan menggunakan dot, oralit yang diberikan sebanyak 100cc habis dan pasien tidak muntah. hari kedua, pukul 08.30 WIB: mengobservasi tanda-tanda dehidrasi, pasien terlihat mukosa bibir lembab, turgor kulit kembali normal, terlihat masih rewel, pada pukul 14.15 memonitor balance cairan, anak telihat minum susu 200 cc, input: minum: 400 cc infus: 500 cc, output : urine: 400 cc feses: 200 cc, iwl : 232,

balance cairan: 900 cc – 832 cc : +68 cc.

di hari ketiga pukul 08.30 WIB mengobservasi tanda-tanda dehidrasi, pasien terlihat mukosa bibir lembab, turgor kulit kembali cepat, klien terlihat tenang sudah mau bermain, pasien terlihat minum susu 250 cc menggunakan dot. Pukul 14.00 WIB memonitor balance cairan, pasien terlihat minum susu 250 cc, pasien sudah mau bermain dan sudah tenang input : 1000 cc, minum : 500 cc, infus: 500 cc, ouput : 550 cc , urine : 450 cc, feses : 100 cc, iwl : 232 cc jadi balance cairan : 1000 cc – 782 cc : +218 cc.

Hasil studi kasus diketahui bahwa setelah dilakukan tindakan kompres hangat selama 3 hari bahwa pada hari pertama yaitu Subjektif: ibu Pasien mengatakan klien BAB cair hari ini sudah 4 kali dan muntah 2 kali,

Objektif: pasien terlihat lemas, pasien

terlihat mukosa bibir kering. masalah defisiensi volume cairan belum teratasi. Lanjutkan intervensi, observasi tanda-tanda dehidrasi, anjurkan minum banyak, berikan terapi oralit, kolaborasi dengan dokter terkait pemberian terapi. di hari yang kedua, pukul 14.15 WIB yaitu, Subjektif: ibu pasien mengatakan anaknya tadi bab 2 kali tetapi sudah tidak cair. Objektif: terlihat pasien masih rewel, mukosa bibir lembab, tidak tampak kehausan, turgor kulit kembali cepat, balance cairan : +68 cc. masalah defisiensi volume cairan belum teratasi. Lanjutkan intervensi, observasi tanda-tanda dehidrasi, anjurkan minum banyak, kolaborasi dengan dokter terkait pemberian terapi. di hari yang ketiga, pukul 14.00 WIB yaitu, Subjektif: ibu pasien mengatakan anaknya BAB satu kali sudah normal seperti biasa, kemarin 2 kali saja. Objektif: klien terlihat nyaman/tenang, mukosa bibir lembab, turgor kulit kembali cepat, balance cairan +218 cc. masaalah defisisensi volume cairan teratasi. Hentikan Intervensi.

(7)

V. V. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Kesimpulan ini bahwa teknik pemberian terapi oralit ini efektif digunakan untuk menurunkan tingkat dehidrasi ringan sedang atau tidak mengalami dehidrasi pada pasien yang mengalami Gastroenteritis Akut.

2. Saran

a. Bagi Rumah Sakit

Karya tulis ilmiah ini dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan asuhan keperawatan khusunya pada anak dengan gastroenteritis akut.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Menambah pengetahuan tentang ilmu keperawtan, terutama dalam penanganan kasus pada anak dengan gastroenteritis akut yang mengalami gangguan defisisensi volume cairan.

c. Bagi Klien dan Keluarga

Memberikan pengetahuan dan wawasan kepada keluarga agar diterapkan dalam perawatan pada anak dengan gastroenteritis akut yang mengalami defisiensi volume cairan.

d. BagiPenulis

Sebagai acuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan khususnya pada gastroenteritis akut anak dengan

memberikan tindakan terapi non farmakologi yaitu memberikan tindakan terapi oralit.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2011.

Buku Saku diare. Jakarta : Depkes RI

Dinkes Jateng. Buku saku

kesehatan tahun 2016. Profil

kesehatan provinsi jawa tengah. 2016. Kementrian Kesehatan RI. 2011.

Buku Lintas Diare. Jakarta : Kemeneks

RI.

Dinkes Jateng. Buku saku

kesehatan tahun 2016. Profil

kesehatan provinsi jawa tengah. 2016. Moorhead. NIC .NOC. 5 th

edition. 2013. Mosby. An imprint of

elsevier

Wong. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC

Wong, L. Donna. 2009 . Buku Ajar

Pedriatik. Vol 1.Edisi 6. Jakarta:

EGC

World Health Organisation (WHO). Global Tuberculusis Report

(8)
(9)

Referensi

Dokumen terkait

Penentuan titik sampel tanah dilakukan secara purposive sampling yaitu titik sampel dipilih secara sengaja dengan memperhatikan luasan (>10ha) dan hasil dari

Dalam contoh kasus pencarian jenis prosesor yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan perusahaan tersebut telah dapat diperlihatkan bahwa dengan konsep MISWHO akan lebih karya dan

8 Evaluasi Tengah Semester / Ujian Tengah Semester : Melakukan validasi hasil penilaian, evaluasi dan perbaikan proses pembelajaran berikutnya 9 Mampu menjelaskan proses

2 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyeleng- garaan Usaha Hotel Syariah tersebut dicabut dengan Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 11 Tahun 2016 karena dianggap sudah tidak sesuai

(Wawancara dengan A.A. Gede Mayun Asmarateja, Tgl. Dengan demikian yang ditentukan di dalam memindahkan hak milik yang harus diserahkan kepada pembeli adalah suatu benda yang

Angkutan sedimen berdasarkan arah datangnya ombak terlihat bahwa pada daerah Ujung Lero, Lanrisang-Ujung Tape dan Sibo rata-rata angkutan sedimen pada saat ombak datang

Pengguna Barang dan dapat melibatkan Pengelola Barang, untuk BMN selain tanah dan/atau bangunan yang berada pada Pengguna Barang; ataud. Pengelola, untuk BMD selain

Pengertian konflik ditinjau dari ilmu kesusastraan adalah konflik yang dialami oleh seorang tokoh dalam suatu cerita yang bertikai melawan