• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Taman nasional bromo tengger semeru merupakan kawasan pelestarian alam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. Taman nasional bromo tengger semeru merupakan kawasan pelestarian alam"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Taman nasional bromo tengger semeru merupakan kawasan pelestarian alam yang memiliki ekosistem asli yang ada di Jawa Timur yang luasnya mencapai 50.276,20 Ha Ekosistem Taman nasional bromo tengger semeru merupakan benteng penyokong dalam kehidupan masyarakat Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, Malang, dan kota-kota yang ada di sekitarnya. Kawasan ini juga merupakan daerah tangkapan air bagi 2 Daerah Aliran Sungai (DAS) terbesar di Provinsi Jawa Timur, Yaitu Brantas dan Sampean.

Selain keunikan dan keindahan kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru tersebut kini telah mengalami degradasi lahan yang mengakibatkan kerusakan lingkungan yang mencapai 50% (Ardyan, 2017). Hal ini menyebabkan debit air surut bahkan sejumlah sumber mata air mati. Terutama catchmen area atau daerah tangkapan air sumber umbulan yang terletak di Desa Umbulan, Kecamatan Winangon, Kabupaten Pasuruan. Saat ini Sumber air Umbulan yang dulunya bisa menghasilkan 6.000/liter perdetik saat ini hanya sekitar 3.500 liter/detik. Dengan demikian dapat dikatakan hampir 50% penurunan debet air.

Kondisi tersebut sangat mengkhawatirkan karena sumber air tersebut yang menghidupi masyarakat sekitar Kabupaten Pasuruan (abdus syukur, 2018). Faktor dominan yang menyebabkan penurunan debet air umbulan yaitu karena pemanfaatan air tanah yang berlebihan dan degradasi lahan yang ada di kawasan bromo, hal ini diakibatkan oleh faktor manusia dan faktor iklim (Astriyantika, M., Arief, H., &

(2)

2 Sunarminto, 2014). Hutan di kawasan bromo seringkali mengalami perambahan hutan secara terus menerus yang dilakukan oleh masyarakat sekitar gunung bromo khususnya masyarakat tengger yang seringkali menebang pohon secara serampangan karena masyarakat suku tengger merupakan daerah enclave dimana mereka melakukan perambahan hutan karena terdorong untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti memasak, penghangat ruangan, membangun rumah dan upacara adat (Widianto, 2019). Selama tiga tahun terakhir telah terjadi perambahan hutan yang terjadi di kawasan bromo, dibuktikan dengan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Probolinggo sebagai berikut :

Tabel 1.1

Penebangan Pohon Selama Tiga Tahun Terakhir

Tahun Luas

2016 31 Ha

2017 23 Ha

2018 45 Ha

Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Probolinggo

Dari data diatas menyebutkan bahwa selama tiga tahun terakhir ada sekitar 99 Ha perambahan hutan yang ada di kawasan konservasi bromo, selain faktor manusia yang menyebabkan degradasi lahan di kawasan bromo, Faktor iklim juga menjadi pemicu kerusakan hutan seperti cuaca panas yang ekstrem akan membuat kebakaran hutan dan lahan yang ada di kawasan gunung bromo yang cukup memprihatinkan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten probolinggo

(3)

3 menyebutkan kawasan konservasi Bromo telah mengalami kebakaran hutan selama tiga tahun terakhir, dibuktikan dengan data BPBD Probolinggo Sebagai berikut :

Tabel 1.2

Kebakaran Hutan dan Lahan Selama Tiga Tahun Terakhir

Tahun Luas

2016 484 Ha

2017 88 Ha

2018 650

Sumber 1.2 : Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Probolinggo

Dari luas 50.276,20 Ha kawasan Bromo, data diatas menyebutkan bahwa selama tiga tahun terakhir ada sekitar 1.222 Ha hutan dan lahan terbakar di kawasan konservasi bromo (warta bromo, 2018). Hal ini memicu kekawatiran, apabila perambahan hutan dan kebakaran hutan terus-terusan terjadi, maka akan merusak ekosistem yang ada di Taman nasional bromo tengger semeru, karena bromo merupakan salah satu penyokong pemeliharaan sumber mata air bagi masyarakat sekitar. Salah satu aksi nyata yang dilakukan untuk menyelamatkan kawasan Taman nasional bromo tengger semeru dari degradasi lahan yaitu dengan melakukan restorasi kembali pada hutan di taman nasional bromo tengger semeru.

Restorasi sebagai suatu upaya untuk mengembalikan kondisi hutan dengan tujuan memperoleh kembali keanekaragaman hayati, dan lainnya di hutan produksi. Restorasi kembali di kawasan taman nasional bromo tengger semeru dikemas dalam konsensi konservasi atau conservation concession yang merupakan suatu konsep pengelolaan hutan dengen mendekatkan perlindungan sumber daya hutan dengan

(4)

4 pembangunan. Dilaksanakannya konservasi di kawasan bromo diharapkan akan memperbaiki kondisi hutan yang sudah terdegradasi.

Payung hukum yang mengatur segala kegiatan pada hutan konservasi di Indonesia telah diamanatkan pada Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konversi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya yang menyatakan bahwa untuk menjaga agar pemanfaatan sumber daya alam hayati dapat berlangsung dengan cara sebaik-baiknya, maka diperlukan langkah-langkah konservasi sehingga sumber daya alam hayati dan ekosistemnya selalu terpelihara dan mampu mewujudkan keseimbangan serta melekat dengan pembangunan itu sendiri. Serta Hal ini juga ditinjau dari Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 14 tahun 2016 tentang penetapan kawasan lindung bahwa pelaksanaan pembangunan berkelanjutan yang mengandung fungsi pelestarian lingkungan yang mencakup sumber daya alam.

Dalam hal ini yang bertanggung jawab mengenai pelaksanaan konservasi hutan yang ada di taman nasional bromo tengger semeru yaitu Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS) dibawah wilayah kerja pengelolaan Taman Nasional wilayah I yang meliputi Pasuruan dan Probolinggo. Dalam rangka penguatan fungsi Pengelolaan Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA), Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru melakukan kerjasama untuk pemulihan ekosistem kawasan taman nasional bromo tengger semeru.

Kerjasama yang dilakukan dalam konservasi hutan ini dilaksanakan dengan melibatkan Stakeholder yaitu dari pihak swasta, dimana peran swasta dalam pelaksanaan konservasi hutan ini terlihat partisipasi mulai dari awal pelaksanaan konservasi hutan. Salah satu pihak swasta yang terlibat dalam pelaksanaan konservasi

(5)

5 tersebut adalah PT. Tirta Investama Keboncandi (Aqua Grup), dimana PT. Tirta Investama Keboncandi (Aqua Grup) merupakan perusahaan pelopor air mineral dalam kemasan di Indonesia yang tergabung dalam Aqua Grup. Aqua grup berkomitmen untuk menjaga kelestarian lingkungan dan pengelolaan sumber daya air secara terpadu (Aqua, 2018). Serta lembaga swadaya masyarakat (LSM) juga terlibat dalam pelaksanaan konservasi hutan yaitu Yayasan Satu Daun, dimana lembaga swadaya masyarakat tersebut dinilai slalu aktif dalam pelestarian lingkungan yang ada di Kabupaten Pasuruan.

Pelaksanaan konservasi hutan dilaksanakan dengan adanya kemitraan antara Balai Besar Bromo Tengger Semeru, PT. Tirta Investama Keboncandi, dan Yayasan Satu Daun. Kemitraan Pemerintah, swasta, dan masyarakat atau biasa yang disebut dengan Publik Private Partnership merupakan sebuah bentuk kerjasama antara pemerintah dan sektor swasta, dengan masing-masing pihak memiliki tujuan spesifik yang berbeda. Sebutan lain dari PPP (Public Private Partnership)adalah KPS Kemitraan pemerintah dan swasta yang merupakan bentuk pola kerjasama yang dijadikan sebagai alternatife pembiayaan yang telah digunaan dalam berbagai Negara terkhusus Negara maju. Di Indonesia Publik Private Partnership (PPP) mulai diadaptasikan semenjak tahun 2005, yang melatarbelakangi diadaptasikannya PPP di Indonesia dengan mempercepat pembangunan infrastruktur, pertembuhan ekonomi serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Publik Private Partnership (PPP) sendiri telah diatur dalam Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2015 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur. Dalam rangka memberikan pelayanan publik pada bidang infrastruktur. Dengan kerjasama ini

(6)

6 merupakan harapan besar bagi pembangunan di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Pembangunan di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yang dalam pelaksanaannya berupa Konservasi hutan yang merupakan bentuk dari Publik Private Partnership dimana dalam pelaksanaannya dapat memberikan keuntungan dalam pelayanan publik. Pelestarian hutan yang ada di taman nasional bromo tengger semeru meliputi penanaman pohon, pemeliharaan hutan, pendidikan lingkungan kader konservasi, serta pemberdayaan masyarakat. Balai besar taman nasional bromo tengger semeru telah menyediakan lahan 17.000 hektar lahan di lereng penanjakan bromo dan memberikan 20.000 tanaman pohon. Dengan adanya lahan dan jumlah pohon yang cukup besar maka pelaksanaan konservasi hutan di lereng penanjakan bromo sudah cukup memadai (Fathurrahman, 2017).

Pola kemitraan pemerintah dan swasta merupakan salah satu konsep yang sering digunakan. Selain untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama, model kemitraan ini juga merupakan strategi untuk mendapatkan keuntungan bagi masing-masing instansi. Berdasarkan hal itu, dalam penelitian ini menggunakan teori Publik Private Partnership atau yang lebih sering dikenal dengan Kemitraan Pemerintah dan Swasta (KPS) (De Francesco, 2016). Dalam penelitian ini nantinya kajian mengenai Public Private Partnership akan dielaborasi dengan kondisi yang ada dilapangan mengenai pelaksanaan konservasi hutan yang ada di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

(7)

7 1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis memiliki rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Kemitraan Pemerintah dan Swasta (Public Private Partnership) Dalam Konservasi Hutan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru?

2. ApakahcPermasalahan Yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan Kemitraan Pemerintah Dan Swasta (Public Private Partnership) Dalam Konservasi Hutan Di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui bagaimana Kemitraan Pemerintah dan Swasta (Public Private Partnership) Dalam Konservasi Hutan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

2. Untuk mengetahui Permasalahan apa yang dihadapi dalam Kemitraan Pemerintah dan Swasta (Public Private Partnership) Dalam Konservasi Hutan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Manfaat yang pertama dalam penelitian ini adalah bagaimana penelitian ini berusaha mengembangkan ilmu pengetahuan yang ada dari sisi disiplin ilmu pemerintahan. Peneliti berusaha menganalisis kebijakan-kebijakan

(8)

8 yang telah diciptakan oleh pemerintah, selain itu dalam penelitian ini berusaha mengaktualisasi teori-teori yang didapat dikelas dengan kondisi rill di lapangan.

b. Pengembangan Wawasan

Penelitian ini juga sebagai ajang bagi peneliti untuk menambah wawasan, selain proses pembelajaran di kelas peneliti juga akan menganalisis bagaimana kondisi nyatanyata di lapangan, sehingga pada akhirnya wawasan mengenai praktik lapangan didapatkan oleh peneliti.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan hasil dari penelitian dapat memberi manfaat sebagai berikut; Pertama, bagi pemerintah daerah diharapkan hasil dari penelitian dapat menjadi salah satu bahan kajian bagi pemerintah daerah, khususnya Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dalam melaksanakan kerjasama dengan PT. Tirta Investama dalam malaksanakan konservasi Hutan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Kedua, bagi Akademisi hasil dari penilitian ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu referensi, khusunya bagi para mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintah Universitas Muhammadiyah Malang yang akan melakukan kajian terhadap pelaksanaan kerjasama antar daerah, khususnya kerjasama dalam pengelolaan konservasi lingkungan. Ketiga, bagi Masyarakat diharapkan hasil penelitian menjadi referensi untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan.

(9)

9 1.5 Definisi Konseptual

Definisi koseptual adalah pernyataan yang mengartikan atau memberikan konsep atau istilah tertentu(Sialahi, 2014) . Definisi konseptual juga memberikan gambaran secara umum dan menyeluruh dan mengisyratkan maksud konsep atau istilah tersebut secara konstitutif atau definisi yang telah disepakati oleh banyak pihak. Dalam penelitian ini yang merupakan definisi konsep yaitu :

1. Public Private Partnership

Wiliam J. Parente dari USAID Environmental Services Program, mendifinisikan PPP (Public Private Partnership) sebagai sebuah perjanjian atau kontrak antara entitas public dan pihak swasta dalam pelaksanaan pelayanan publik. kerjasama dalam penyediaan infrastruktur (seperti halnya penyediaan jalan tol, energi listrik, air minum & Sanitasi)antara Pemerintah, baik itu Pemerintah Pusat ataupun Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota) dengan mitra badan usaha swasta, baik badan usaha dalam negeri ataupun badan usaha asing(M. Miftahul Huda Noor, 2016). Kerjasama tersebut meliputi pekerjaan konstruksi untuk membangun, meningkatkan kemampuan pengelolaan, dan pemeliharaan infrastruktur dalam rangka meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan publik. Hal-hal yang menyebabkan diperlukannya KPS adalah antara lain terbatasnya dana Pemerintah, Infrastruktur yang sudah tidak memadai baik dari segi kuantitas maupun kualitas, keahlian (teknologi) yang dimiliki sektor swasta(Fauzela, D. S., Sutiyoso, B. U., & Putra, 2019) .

Kerjasama Pemerintah dan Swasta (Public Private Partnership/PPP) akan digunakan sebagai alternatif sumber pembiayaan pada kegiatan pemberian layanan

(10)

10 dengan karakteristik layak secara keuangan dan memberikan dampak ekonomi tinggi dan memerlukan dukungan dan jaminan pemerintah yang minimum. 1. Konservasi Hutan

Konservasi diartikan sebagai pelestarian yaitu melestarikan atau mengawetkan daya dukung, mutu, fungsi dan kemampuan lingkungan secara seimbang. Adapun tujuan konservasi yaitu pertama mewujudkan kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya, sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan dan mutu kehidupan manusia. Keduan Melestarikan kemampuan dan pemanfaatan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya secara serasi dan seimbang,

Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang di dominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Sedangkan apabila ditelaah makna dari konservasi hutan sebagai pelestarian artinya melestarikan keanekaragaman hayati yang ada dan mencegahnya dari kepunahan, sedangkan hutan konservasi sebagai pemanfaatan artinya memanfaatkan dengan bijaksana dan bertanggungjawab keanekaragaman hayati yang telah ada. (Ananda Rizky Septyan, 2018)

(11)

11 Kerangka Berfikir

Kepala Bidang Pengelolaan Taman

Nasional Wilayah I (Taman Nasional Bromo

Tengger Semeru) Pelaksanaan Hasil 1. Perencanaan Kemitraan 2. Surat Perjanjan Kerjasama 3. Rapat koordinasi Kerjasama 1. Pelaksanaan Kegiatan 2. Monitoring Pelestarian Hutan dan tata kelolaan

hutan yang berkelenajutan Ya Tidak Masyarakat Sekitar Divisi CSR/Sustainable Development (PT. Tirta Investama Keboncandi-Pasuruan) Pemerintah Kabupaten Pasuruan Proses Kemitraan Publik Private Partnership Peran 1. Dampak Organisasi Mayarakat (Yayasan Satu Daun)

(12)

12 Adapun yang dimaksud dalam kerangka berfikir peneliti diatas adalah secara garis besar berasal dari pendekatan Public private partnership sebagai alat analisis pelaksanaan konservasi hutan yang ada di Taman nasional bromo tengger semeru, yang dimana dalam pelaksanaannya adanya kemitraan antara pemerintah daerah yang diwakili oleh Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, swasta yang diwakili oleh PT. Tirtainvestama keboncandi- Pasuruan dan Organisasi Mayarakat yang diwakili oleh Yayasan Satu Daun.

Dalam melakukan analisis terdapat indikator dan item yang menjadi gambaran keseluruhan penelitian ini, memiliki satu kesatuan yang saling terkait sebagai bahan analisis peneliti. Pertama peran yang terkait dengan peran pemerintah dan swasta dalam kerjasama pelaksanaan konservasi. Kedua pelaksanaan dalam konservasi yang dilakukan oleh kedua stakeholder mulai dari pemberian lahan, pembagian resiko hingga tanggung jawab kedua stakeholder. Ketiga Hasil yang didapat terkait pelaksanaan kegiatan yang menghasilkan outcome.

Indikator dan item tersebut akan menghasilkan sebuah proses keputusan yaitu public private partnership (PPP). Dalam proses keputusan tersebut menjadi proses yang dapat menghasilkan keputusan jawabanya atau tidak, Yang apabila dalam keputusan tersebut berhasil maka jawaban antara “Ya”, maka akan memberikan hasil keputusan yaitu kerjasama dalam pelaksanaan konservasi hutan yang menghasilkan dampak baik bagi masyarakat yaitu terjaga sumber mata air yang ada di lereng bromo dan dampak baik yang ditimbulkan tersebut akan kembali kepada masyarakat sekitar. Jika “Tidak” maka alur berfikir akan kembali kepada Pemerintah, dengan kata lain apabila kerjasama tersebut tidak terjalin maka perlu

(13)

13 dikaji kembali dalam pelaksanaannya apakah sudah berjalan sesuai dengan syarat faktor keberhasilan dari kerjasama tersebut.

1.6 Definisi Operasional

1. Kemitraan Pemerintah dan Sawasta (Public Private Partnership) Dalam Konservasi Hutan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

a. Peran pemerintah dan swasta dalam pelaksanaan konservasi hutan (Proses Kemitraan Pemerintah dan Sawasta (Public Private Partnership) Dalam Konservasi Hutan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru)

1. Perencanaan Kemitraan dalam konsersi hutan di TNBTS 2. Surat Perjanjian Kerjasama (SPK)

3. Rapat Koordinasi

b. Pelaksanaan Kemitraan Pemerintah dan Sawasta (Public Private Partnership) Dalam Konservasi Hutan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

1. Kegiatan Konservasi Hutan Di TNBTS

2. Monitoring Dalam Konservasi Hutan di TNBTS

c. HasilKemitraan Pemerintah dan Sawasta (Public Private Partnership) Dalam Konservasi Hutan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. 1. Dampak Kegiatan Konservasi Hutan

2. Apakah PermasalahanYang Dihadapi Dalam Pelaksanaan Kemitraan Pemerintah Dan Swasta (Public Private Partnership) Dalam Konservasi Hutan Di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru?

(14)

14 1.7 Metode Penelitian

Dalam peneltian ini, penelitian menggunakan metode kualitatif. Menurut Creswell peniliti kualitatif merupakan metode-metode untuk mengekplorasi dan memahami makna oleh sejumlah individu-individu atau kelompok orang yang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Metodologi kualitatif sendiri dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan diantaranya: analisis wacana, pendekatan partisi patoris, etnografi, studi kasus,grounded theory, naratif, fenomenologi(Creswell, 2015).

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan Penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus yang dimana penelitiannya telah mengeksplorasi kehidupan nyata, system terbatas kontemporer (kasus) atau beragam sistem terbatas (berbagai kasus). Melalui berbagai pengumpulan data secara detail dan mendalam dengan cara mengamati, wawancara, dokumen, bahan audiovisual, dan berbagai laporan.

Ciri-ciri dari penilitian studi kasus ialah dengan cara mengindentifikasi kasus secara spesifik terlebih dahulu yang dimana bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang isu maupun permasalahan yang akan diteliti sehingga nantinya penelitian yang diambil tidak hanya berfokus pada satu sumber. Studi kasus kualitatif sendiri terdiri dari dua tipe yaitu studi kasus berdasarkan dari analisis kasus dan studi kasus kualitatif berdasarkan ukuran batas dari studi kasus.

(15)

15 Namun dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode tipe studi kasus intrinsic yang berfokus pada studi kasus yang tidak biasa karena dalam memahami isu-isu maupun permasalahan yang ada dilakukan dengan teliti dan spesifik agar nantinya dalam menyeleksi kasus tersebut dapat dipahami dengan baik dan benar. Pilihan tipe studi kasus intrinsic ini dilakukan agar permasalahan yang terjadi pada kemitraan pemerintah dan swasta (public private partnership) dalam konservasi hutan di taman nasional bromo tengger semeru dapat dilihat secara spesifik dan dianalisis secara holistik.

2. Sumber Data a. Data Primer

Data primer merupakan suatu informasi yang bisa diperoleh dari narasumber pertama berupa hasil wawancara dan observasi di lokasi penelitian dengan narasumber yang tepat, akurat dan bisa dapat dipercaya(Dr. Asfi Manzalati, 2017). Karena nantinya peneliti akan berhadapan secara langung melalui kegiatan-kegiatan seperti wawancara dengan pihak-pihak yang terlibat langsung dalam kemitraan pemerintah dan swasta (public private partnership) dalam konservasi hutan di taman nasional bromo tengger semeru .

Data primer ini akan digunakan sebagai bukti bahwa penelitian telah mendapatkan data secara langsung melalui instansi atau lembaga maupun pihak-pihak terkait dari objek penelitian. Adapun data primer yang akan digunakan yaitu berupa hasil wawancara dengan berbagai pihak terkait

(16)

16 dengan Kerjasama Pemerintah Daerah dan Swasta Dalam Konservasi Hutan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang bisa diperoleh dari beberapa pihak kedua yang bisa digunakan sebagai bahan pendukung data primer. Data yang bisa diperoleh yaitu dalam bentuk data yang sudah dikelola oleh lembaga, instansi atau penelitian terdahulu atau bentuk data yang sudah jadi yang sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan. Data sekunder dari penelitian ini berupa sumber data yang relevan dan sudah ada yaitu berupa Undang-undang, Peraturan menteri, peraturan daerah, jurnal, buku, Koran, dan internet sesuai dengan penelitian.

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang akan memberikan informasi dalam penelitian ini merupakan orang-orang yang memiliki informasi mengenai kemitraan (Public Private Partnership)dalam konservasi hutan di taman nasional bromo tengger semeru. Peneliti ini dapat menemui dan wawancara pihak yang mengerti dan faham terkait dengan bagaimana pola kemitraan (Public Private Partnership)dalam konservasi hutan di taman nasional bromo tengger semeru. Berikut adalah subjek penelitian ini :

a. Kepala Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I

b. Direktur Pembangunan Berkelanjutan PT. Tirta Investama Keboncandi Pasuruan

(17)

17 c. Ketua Yayasan Satu Daun Pasuruan

4. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara

Setelah mendapatkan dokumen, metode yang dilakukan selanjutnya adalah wawancara. Metode ini dilakukan melalui Tanya jawab langsung dengan subjek penelitian. Wawancara memudahkan kita dalam mendapatkan informasi langsung dari responden yang bersangkutan untuk mendapatkan informasi yang kejelasannya terjamin, peneliti melakukan face to face interview dengan subjek penelitian. Peneliti juga akan mengkonfirmasi dokumen yang didapatkan dengan metode wawancara ini, sehingga akan memudahkan nantinya dalam menganilisis data. Data hasil wawancara akan ditulis dan direkam sehingga nantinya penulis dapat mengingat apa yang telah didapatkan dari hasil wawancara.

b. Observasi

Observasi merupakan aktivitas pengamatan dan pencatatan yang di lakukan oleh peneliti yang bertujuan untuk memperoleh informasi terkait dengan penelitian. Dengan begitu peneliti dapat melakukan pengamatan seacara terstruktur dengan apa yang sudah diamati, kapan dan dimana tempatnya. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan observasi secara terstruktur dengan cara pelaksanaan observasi yang secara sistematis terkait dengan pelaksanaan kemitraan pemerintah dan swasta (public private partnership) dalam konservasi hutan di taman nasional bromo tengger semeru.

(18)

18 c. Dokumentasi

Dokumentasi menggunakan pengumpulan data-data tertulis. Seperti arsip-arsip atau dokumen dan bahan-bahan yang ada kaitannya dengan objek penelitian untuk mendapatkan dokumen-dokumen atau arsip peneliti melakukan kunjungan ke kantor Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Kantor PT. Tirta Investama Keboncandi Pasuruan dan Kantor Yayasan Satu Daun.

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang prosesnya mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara dan bahan-bahan lainnya yang diperoleh dari hasil wawancara dan bahan-bahan lainnya. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dengan 4 tahapan dalam proses analisis data(Creswell, 2015;

a. Mengolah data dan mempersiapkan data untuk analisis. Langkah ini termasuk transkripsi wawancara, menscanning materi, mengeti data lapangan, memilih dan menyusun data berdasarkan sumber informasi. b. Membaca keseluruhan data dengan mereflisikan makna secara keseluruhan

dan memberikan catatan pinggir tentang gagasan umum yang diperoleh. Data yang terkait dengan kemitraan pemerintah dan swasta (public private partnership) dalam konservasi hutan di taman nasional bromo tengger semeru. Data yang diperoleh akan disimpulkan sehingga muncul satu gagasan umum yang akan memberikan klarifikasi terhadap topik penelitian.

(19)

19 c. Menetapkan proses coding untuk mendeskripsikan setting, orang-orang, kategori-kategori, dan tema yang akan ditulis. Data yang diperoleh akan dipilah untuk memahami lebih isi dari data-data tersebut. Misalnya data terkait pelaksanaan konservasi hutan yang ada di Taman nasional bromo tengger semeru.

d. Menunjukkan bagaimana deskripsi dan tema ini akan ditulis dalam narasi atau laporan kualitatif dalam penggunaan penelitian memberikan gambaran yang cukup dan peneliti menganalisis data dalam semua sumber misalnya observasi, wawancara, dan dokumentasi.

6. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Bromo Tengger Semeru yang terletak Jl. Raden Intan No.6, Polowijen, Kec. Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur 65125, PT. Tirta Investama Keboncandi Pasuruan yang terletak di Jl. Raya Winongan, Gondangwetan, Kb. Sawo, Kb. Candi, Kec. Gondang Wetan, Pasuruan, Jawa Timur 67174 dan Yayasan Satu Daun yang terletak di Tegal Kidul, Jatiarjo, Kec, Prigen, Pasuruan, Jawa Timur 67157.

Referensi

Dokumen terkait

Karyawan Pemerintah Daerah yang sehari-harinya bekerja dengan perangkat teknologi informasi milik Pemerintah Daerah tidak diperbolehkan melakukan perubahan terhadap

Berdasarkan Paparan diatas, Penulis merasa tertarik untuk meneliti Analisis Peran Pemerintah dalam Pemberdayaan Petani Kopi Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Produksi dan

Untuk menjadi orang yang bisa dipercaya bukanlah hal yang mUdAH, tapi jika kita bisa melakukannya, maka kita akan mendapat banyak BeRKAT. Apakah kita BisA

Untuk pelaksanaan program yang terkait dengan layanan dan rehabilitasi sosial penyandang cacat berupa pelayanan dalam panti dan pemberian dana jaminan sosial, tahun 2005

Apabila jasa yang dilaksanakan dapat diselesaikan dengan satu kegiatan tunggal atau dalam suatu jangka waktu yang relatif pendek, tidak akan timbul

Pada keadaan biasa sebelum kumparan diberi diberi arus listrik, sel darah diam, ahanya melakukan vibrasi kecil pada posisinya. setelah selenoid dihubungkan arus 0,32

Pada edisi pertama terdiri satu jilid, kemudian pada edisi kedua oleh penerbit yang sama dicetak menjadi dua jilid dengan ukuran lebih kecil. Karya tafsir ini

Solenoid tersebut dibuat dengan satu kumparan dan sumber tegangan yang digunakan adalah tegangan yang disimpan pada