• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH FASHION LIFESTYLE TERHADAP PURCHASE INTENTION (Studi Pada Konsumen Pakaian Second

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH FASHION LIFESTYLE TERHADAP PURCHASE INTENTION (Studi Pada Konsumen Pakaian Second"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 3 Februari 2018|

administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

33

PENGARUH FASHION LIFESTYLE TERHADAP PURCHASE INTENTION

(Studi Pada Konsumen Pakaian Second Hand @Tangankedua)

Syaiful Akmal Mubarak

Brillyanes Sanawiri Fakultas Ilmu Administrasi

Univеrsitas Brawijaya Malang

s.akmalmubarak@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to analyze and explains how the Fashion Lifestyle (X) toward Purchase Intention (Y). This research use explanatory research with quantitative approach. The sample use 116 respondents which are the consumer of @tangankedua onlineshop with purposive sampling technique. Data collection that use in this research is questionnare. The data analyze use descriptive analysis and linear regression. The result of this research shows that Fashion Lifestyle affect significantly to the Purchase Intention to yield sig. 0,000 < 0.05. By this, can be expected that @tangankedua can be able to maintain and raise the level of Fashion Lifestyle because it has a dominant effect to affect the Purchase Intention of the purchase of secondhand clothing in @tangankedua, if the Fashion Lifestyle can be improve, it will encourage the consumers to buy.

Kеywords: Fashion Lifestyle, Purchase Intention

АBSTRАK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menjelaskan bagaimana pengaruh Fashion Lifestyle (X) terhadap Purchase Intention (Y). Penelitian ini menggunakan jenis penelitian explanatory research dengan pendekatan kuantitatif. Sampel yang digunakan sebanyak 116 responden yang merupakan konsumen onlineshop @tangankedua dengan menggunakan teknik purposive sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Analisis data menggunakan analisis deskriptif dan analisis regresi linier sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Fashion Lifestyle berpengaruh signifikan terhadap Purchase Intention dengan hasil sig. 0,000 < 0,05. Dengan demikian, diharapkan @tangankedua dapat mempertahankan serta meningkatkan tingkat dari Fashion Lifestyle karna mempunyai pengaruh yang yang dominan dalam mempengaruhi Purchase Intention pembelian pakaian second hand di @tangankedua. Apabila unsur dari fashion Lifestyle ditingkatkan, maka akan semakin menstimulus minat beli konsumen.

(2)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 3 Februari 2018|

administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

34 PЕNDAHULUAN

Indonesia merupakan negara dengan jumlah pengadopsi teknologi e-commerce dan mobile commerce (m-commerce) yang signifikan di Asia Pasifik, khususnya dalam sektor Business to Consumer (B2C). Menurut hasil survey dan prediksi yang di lakukan oleh Emarkerter, maka Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat pertumbuhan B2C melalui E-Commerce terbesar di Asia Pasifik, yaitu menduduki peringkat kedua setelah China. Bahkan diprediksi bahwa tingkat pertumbuhan ini akan terus bertambah hingga tahun 2017 (Emarkerter, 2014). Selain itu menurut sebuah laporan dari lembaga riset yStats, yang berjudul “Southeast Asia B2C E-Commerce Market 2015” Indonesia merupakan negara yang memiliki sumbangsih lebih dari sepertiga penjualan B2C di Asia Tenggara (yStats, 2015). Lebih lanjut menurut laporan yStats yang berjudul “Asia Pacific M-Commerce Snapshot 2015”, Indonesia memiliki tingkat penetrasi belanja mobile tertinggi kedua setelah Singapore di Asia Tenggara (yStats, 2015). Meningkatnya pertumbuhan adopsi e-commerce khususnya m-e-commerce di Indonesia, juga diiringi dengan berkembangnya fasilitas berupa aplikasi m-commerce maupun mobile friendly version dari website e-commerce yang ada di Indonesia. Menurut Techinasia (2014), terdapat 6 toko online populer di Indonesia yang bergerak dalam sektor B2C, yaitu Lazada Indonesia, Bhinneka, Agoda, Zalora Indonesia, Tiket dan Groupon Indonesia. Sebagai salah satu contoh adalah laman Zalora.co.id yang menjual produk fashion pada gambar 1 dan menawarkan berbagai brand dan konsep berbeda

Gambar 1 Produk yang Ditawarkan Oleh Zalora.co.id

Sumber : www.Zalora.co.id (Diakses 17 September 2017)

Jika dicermati, berbagai barang yang ditawarkan di Zalora.co.id tersebut sebagian besar adalah barang bermerek terkenal dengan konsep yang berbeda

seperti casual, vintage, sporty, dan sebagainya. Bearman dalam Samuel dan Wijaya juga menyatakan dalam purchase intention seorang konsumen terdapat tiga tahapan yakni rangsangan, kesadaran, dan pencarian informasi. Penawaran berbagai macam produk dari berbagai brand serta adanya beberapa konsep yang ditawarkan oleh Zalora.co.id dapat merangsang minat beli calon konsumennya. Terkait produk fashion (Gutman and Mills, 1982; K et al., 2006) menjelaskan bahwa fashion lifestyle merupakan sikap konsumen, ketertarikan serta pendapat konsumen yang berkaitan dengan pembelian produk fashion. Ko et al., 2007 dalam penelitiannya menyatakan fashion lifestyle memiliki efek yang signifikan terhadap minat beli konsumen pada produk fashion.

Kebutuhan produk fashion di Indonesia cukup tinggi dapat dilihat dari gambar 2 yang menunjukan persentase penjualan produk melalui e-commerce.

Gambar 2 Klasifikasi produk yang dibeli secara online pada tahun 2015

Sumber : statistik.kominfo.go.id (diakses 17 september 2017)

Data pada gambar 2 menunjukkan peminat fashion dan aksesoris mencapai 37% , sangat timpang jika dibandingkan dengan kategori yang lainya. Tingginya persentase pada kategori fashion dan aksesoris di Indonesia menandakan bahwa banyaknya peminat produk fashion yang membuat semakin banyak juga bentuk-bentuk penawaran dari para pelaku bisnis pada komoditi fashion menawarkan juga selain kondisi barang baru yaitu barang bekas pakai (second hand).

(3)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 3 Februari 2018|

administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

35 Adanya kondisi barang bekas pakai (second

hand) masuk ke indonesia selaras dengan kondisi daya beli masyarakat Indonesia seperti pada gambar 3 yang menjelaskan bagaimana pengeluaran penduduk Indonesia perorang setiap harinya

Gambar 3 Pengeluaran Penduduk Indonesia Perorang Perhari 2016

Sumber : BPS, diolah kembali oleh Alvara Research Center 2016

Data di atas menunjukkan bahwa terdapat ketimpangan pengeluaran masyarakat Indonesia yang nampak banyak terpusat di kota besar. Harga barang bermerek yang relatif mahal membuat potensi keterjangkauan barang tersebut hanya bisa diperoleh masyarakat dengan pendapatan menengah hingga tinggi. Seperti harga jaket merek Hollister, dikutip dari web Zalora.co.id (2017) harga produk tersebut mencapai Rp 639.00. Tingginya harga produk ini jika dikontekskan dengan pendapatan sebagian besar masyarakat Indonesia akan cukup sulit untuk bisa dikonsumsi secara merata. Maka tidak heran masyarakat Indonesia berminat untuk mengkonsumsi barang bekas pakai yakni (second hand) yang dimana harganya sangat terjangkau untuk dikonsumsi.

Konsumsi pakaian bermerek bekas di Indonesia biasanya masuk melalui jalur impor. Data dari Kementrian Perdagangan melalui situs kemendag.go.id (2015) menyebutkan bahwa impor pakaian bekas pada tahun 2013 mencapai nilai perdagangan senilai USD 3,3 Juta dan pada tahun 2014 volume impor pakaian bekas mencapai 189,8 ton. Menteri Keuangan Sri Mulyani pada berita yang diangkat oleh liputan6.com (2016) juga mengakui bahwa impor pakaian bekas di Indonesia masih tinggi dan membuat citra Indonesia sebagai

pasar barang bekas. Sri Mulyani juga menjelaskan bahwa harus diakui kebutuhan akan pakaian di daerah-daerah masih tinggi dan seharusnya bisa menjadi potensi pasar untuk digarap pemain lokal. Melihat data tersebut menunjukkan bahwa memang konsumsi pakaian bekas pakai dan juga bermerek (branded) di Indonesia masih tinggi dimana sangat berkorelasi dengan tingkat ekonomi masyarakat Indonesia yang memang belum mencapai tingkatan pendapatan yang cukup tinggi untuk mengonsumsi pakaian bermerek dengan kondisi baru. Indonesia sendiri terdapat beberapa sentra pakaian bermerek dengan kondisi bekas dimana salah satunya terletak di Jakarta yakni Pasar Senen. Pasar senen merupakan pasar pakaian bekas yang paling lengkap di Jakarta yang menjajakan pakaian bekas saja dari sepatu, karpet, pakaian, tas dan mayoritasnya adalah pakaian bermerek yang dijual dengan harga terjangkau (liputan6.com, 2017). Keterjangkauan harga ini pada akhirnya menjadi variabel primer bagi timbulnya minat beli konsumen.

Saat ini ternyata juga telah berkembang sentra penjualan produk fashion yakni pakaian branded bekas secara online yakni @tangankedua. Penjualnya memanfaatkan media sosial Instagram guna mempermudah para pembeli dalam melihat variasi produk yang mereka tawarkan. Jika dilihat dari jumlah pengikut Instagram @tangankedua yang sudah mencapai 27 ribu lebih pengikut bisa disimpulkan memang penjual pakaian bekas ini telah memiliki pangsa pasar yang cukup besar dan kredibel dalam menjalankan bisnisnya. Bedardasarkan observasi yang dilakukan peneliti pada @tangankedua sudah menjual lebih dari 2000 pcs pakaian bekas yang terdiri dari berbagai jenis. Barang yang dijual oleh @tangankedua ini masih dalam kondisi mulus dan tentunya dengan harga yang cukup terjangkau. Harga Pakaian second hand terjangkau yang ditawarkan oleh @tangankedua akan sangat berpengaruh dalam menimbulkan minat beli para calon pembelinya. Bearman dalam Samuel dan Wijaya (2007) juga menyatakan dalam purchase intention seorang konsumen terdapat tiga tahapan yakni rangsangan, kesadaran, dan pencarian informasi. Harga merupakan bentuk informasi yang dibutuhkan oleh konsumen dalam konteks pencarian informasi pada tahapan purchase intention.

Melihat aktivitas dari @tangankedua sendiri, produk fashion branded yang dijual oleh akun ini bukanlah produk kelas bawah dimana harga yang ditawarkan memang terbilang murah. Produk-produk fashion branded kelas global

(4)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 3 Februari 2018|

administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

36 seperti adidas, uniqlo, hollister dan sebagainya jika

dibeli dalam kondisi baru harganya biasanya cukup mahal bagi beberapa kalangan untuk bisa didapat. @tangankedua memanfaatkan brand image positif dari produk-produk tersebut guna menarik minat konsumen yang terdiri dari berbagai macam kalangan agar berbelanja di @tangankedua. Pada akhirnya, melihat banyaknya posting-an foto yang menyebut bahwa barang tersebut sudah sold out menandakan strategi @tangankedua untuk menjadi alternatif tempat berbelanja pakaian branded bekas atau produk fashion branded second hand sudah tepat.

Katalog produk pada feed Instagram @tangankedua, nampak bahwa informasi yang diberikan kepada calon pembeli begitu lengkap. Seperti pada produk jaket HOLLISTER pada gambar 1.6, informasi yang disediakan begitu lengkap mulai dari harga, ukuran, kondisi barang, dan metode pembayaran. Metode display yang mengutamakan kelengkapan data seperti ini tentunya menstimuli minat beli konsumen dikarenakan lengkapnya informasi yang konsumen miliki. Berikut adalah gambar 4 produk jaket dari Hollister yang dijual oleh @tangankedua

Gambar 4 instagram @tangankedua

Sumber : Instagram @tangankedua (Diakses 10-Juli-2017)

Melihat aktivitas yang dilakukan oleh @tangankedua, membuat hal ini menarik untuk diteliti. Konsumen yang berbelanja di toko online ini terkait orientasi mereka untuk melakukan pembelian pakaian branded namun dalam kondisi sudah bekas pakai. Penulis juga tertarik untuk melihat bagaimana pengaruh fashion lifestyle terhadap purchase intention pada barang second hand. Oleh karena itu berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan berikut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh

Fashion Lifestyle Terhadap Purchase Intention

(Studi Pada konsumen pakaian second hand @tangankedua)”.

KAJIAN PUSTAKA

Fashion Lifestyle

Penelitian dalam bidang Fashion lifestyle sebelumnya sudah banyak dibahas seperti (Gutman dan Mills, 1982; Ko et al,. 2006) mendefinisikan fashion lifestyle sebagai sikap konsumen, minat dan opini konsumen terkait pembelian produk fashion. Ko et al,. 2007 menyatakan fashion lifestyle dianggap variabel penting dalam memprediksi kecenderungan berbelanja konsumen terkait produk atau merek. Lanjut Shim dan Bickle dalam Ko et al., (2007) dan Lee (2000) menjelaskan tiga fashion lifestyle segments : symbolic/instrumental user adalah kepada yang lebih muda, inovatif, sadar akan mode dan menggambarkan kelas sosisal yang lebih tinggi. Conservative / practical user yaitu yang berorientasi ke arah kenyamanan dan fungsinya dari fashion lifestyle itu sendiri atau penampilan. Aphatic user yaitu mereka yang berlangganan diskon di suatu tempat belanja.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Li et al,. 2011 menjelaskan bahwa fashion lifestyle dapat diukur dengan indikator sebagai berikut :

1) Brand prestige, yaitu tentang pakaian dan aksesoris yang dapat meningkatkan rasa percaya diri, kelas sosial dan menganggap bahwa pakaian yang mahal memiliki kualitas baik.

2) Personality, yaitu tentang selera konsumen terhadap suatu pakaian

3) Practical, yaitu mengenai pandangan konsumen yang lebih kepada kegunaan pakaian daripada design dan warnanya . 4) Informational¸yaitu pencarian informasi

terkait pakaian mengenai tempat, ide atau isnpirasi dan trend.

Purchase Intention (Minat Beli)

Kotler dan Keller (2009:137) menyatakan bahwa “Minat beli adalah perilaku konsumen yang muncul sebagai respon terhadap objek yang menunjukkan keinginan seseorang untuk melakukan pembelian”. Minat beli konsumen merupakan masalah yang sangat kompleks, namun harus tetap menjadi perhatian pemasar. Minat konsumen untuk membeli dapat muncul sebagai akibat adanya ransangan (stimulus) yang ditawarkan oleh perusahaan. Masing-masing stimulus tersebut dirancang untuk menghasilkan tindakan pembelian konsumen

Menurut Ferdinand (2002) dalam Hidayat, Elita, dan Setiaman (2012). minat beli dapat

(5)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 3 Februari 2018|

administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

37 diidentifikasi melalui indikator-indikator sebagai

berikut:

1) Minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli produk.

2) Minat refrensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk kepada orang lain

3) Minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki preferensi utama pada produk tersebut. Preferensi ini hanya dapat diganti jika terjadi sesuatu dengan produk preferensinya.

4) Minat eksploratif, minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut

Hipotеsis

Gambar 1 Modеl Hipotеsis

H1: Fashion Lifestyle berpengaruh signifikan terhadap

Purchase Intention.

MЕTODE PЕNЕLITIAN

Pеnеlitian ini mеrupakan pеnеlitian pеnjеlasan (еxplanatory rеsеarch) dеngan pеndеkatan kuantitatif. Pеnеlitian dilakukan pada konsumen online shop @tangankedua yang chanel penjualanya melalui media sosial instagram. @tangankedua merupakan online shop yang menjual pakaian second hand sejak tahun 2013 dengan jumlah followers 27.000 lebih. Didapat sampеl 116 orang rеspondеn dеngan pеngumpulan data mеnggunakan kuеsionеr yang dianalisis mеnggunakan rеgrеsi liniеr sederhana.

HASIL DAN PЕMBAHASAN

Tabеl 2. Persamaan Regresi

Variabel Independen Variabel Dependen b t Sig. Fashion Lifestyle Purchase Intention 0,306 10.283 0,000 Konstanta = 2,531 R square (R2) = ,481 n = 116

Sumbеr : Data Primеr diolah, 2017

Hasil penelitian pengaruh Fashion Lifestyle terhadap purchase Intention pada kosnumen pakaian second hand @tanga nkedua yang dilakukan pada 116 responden yang merupakan konsumen @tangankedua dan sudah pernah melakukan pembelian. Sebagai kriteria yang masuk dalam responden yang pernah melakukan pembelian dipilih berdasarkan kebutuhan penelitian, apa yang mempengaruhi minat konsumen untuk melakukan pembelian. Dari hasil keseluruhan dapat disimpulkan bahwa variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan Fahion Lifestyle terhadap Purchase Intention. Dapat diketahui bahwa variabel bebas memberikan pengaruh yang tinggi terhadap Purchase Intention. Tingkat pengaruh signifikan Fashion Lifestyle ini sebesar t hitung 10,283 dengan angka probabilitas 0,000 yang dinyatakan signifikan terhadap variabel Purchase Intention. Hasi dari penelitianini dapat ditarik kesimpulan bahwa Fashion Lifestyle memiliki pengaruh terhadap Purchase Intention, dengan hasil kenaikan sebesar 0,306 dilihat bahwa R2 Fashion Lifestyle menyumbang peran sebesar

48,1%

Sedangkan sisanya sebesar 51,9% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti seperti penelitian yang dilakukan oleh Juliana pada tahun 2010 dengan judul “Pengaruh Brand Image dan Product Knowladge terhadap Purchase Intention” . Ada beberapa faktor atau variabel yang mempengaruhi Purchase Intention yakni Brand image dan Product Knowladge yang memiliki pengaruh signifikan terhadap Purchase Intention.penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ko et al pada 2007 dengan varibel bebas Nationality dan Fashion Lifestyle, dalam penelitian tersebut Fashion Lifestyle memiliki pengaruh lansung dan signifikan terhadap variabel terikatnya yakni Purchase Intention.

Penelitian terdahulu yang menggunakan variabel fashion Lifestyle seperti yang dilakukan oleh Gutman dan Mills, 1982; Ko et al,. 2006 mendefinisikan fashion lifestyle sebagai sikap konsumen, minat dan opini konsumen terkait pembelian produk fashion. Ko et al. 2007 yang dijadikan acuan dalam penelitian dengan variabel bebas Nationality dan Fashion Lifestyle sedangkan variabel terikatnya purchase Intention ini juga menyatakan Fashion Lifestyle dianggap variabel penting dalam memprediksi kecenderungan berbelanja konsumen terkait produk ataupun merek. Dengan hasil yang menunjukkan pengaruh yang signifikan baik dari Nationality maupun Fashion Lifestyle terhdap Purchase Intention.

Fashion Lifestyle (X) Purchase Intention (Y) H1

(6)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 3 Februari 2018|

administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

38 1. Variabel Fashion Lifestyle

Hasil skor rata-rata jawaban responden pada variable Fashion Lifestyle sebesar 3,87. Skor tersebut berada pada range >3,40-4,20 yang menunjukkan bahwa variabel Fashion Lifestyle mempengaruhi Purchase Intention berada pada kategori tinggi. Rata-rata distribusi jawaban tertinggi terletak pada indikator practical sebesar 4,14 dengan 3 item dan masing-masing skor yaitu : a) Dalam memilih pakaian cenderung memilih fungsi dibandingkan dengan warna atau design (X.3.1) sebesar 4,07.

b) Pakaian yang nyaman digunakan (X.3.2) sebesar 4,16.

c) Membeli pakaian karena kebutuhan (X.3.3) sebesar 4,21.

Distribusi rata-rata jawaban terendah terletak pada indikator Informational sebesar 3,68 2. Variabel Purchase Intention

Hasil skor rata-rata jawaban responden pada variabel terikat yakni Purchase Intention sebesar 3,58. Skor tersebut juga terletak pada range >3,40-4,20 menunjukkan bahwa variabel Purchase Intention berada pada kategori tinggi. Rata-rata distribusi jawaban tertinggi terletak pada indikator Minat Transaksional sebesar 3,95 dengan satu item peryataan yakni, Kecenderungan seseorang untuk membeli produk pakaian second hand (Y.1) sedangkan ra ta-rata distribusi jawaban terendah terletak pada indikator Minat Preferensial sebesar 3,32 dengan satu item pernyataan yakni, berbelanja pakaian second hand lebih menguntungkan daripada berbelanja pakaian baru (Y.3).

KЕSIMPULAN DAN SARAN Kеsimpulan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui variabel mana sajakah yang mempunyai pengaruh pada Purchase Intention. Dalam penelitian ini variabel bebas yang digunakan adalah variabel Fashion Lifestyle (X) sedangkan variabel terikat yang digunakan adalah Purchase Intention (Y). Dengan mengguankan analisis regresi linier sederhana, dapat diambil kesimpulan bahwa Fashion Lifestyle terbukti berpengaruh signifikan terhadap purchsae Intention, dapat dilihat dari nilai thitung 10,28 dengan angka probabilitas yang dinyatakan signifikan terhadap variabel Purchase Intention

Berdasarkan hasil penelitian dari keempat indikator Fashion Lifestyle, menunjukkan bahwa indikator “ practical ” menjadi indikator yang paling besar pengaruhnya di dalam Fashion

Lifestyle. Hasil ini didapat dari analisis deskriptif dengan mean sebesar 4,14. Item dari indikator “ practical “ menjelaskan bahwa padangan konsumen @tangankedua ketika memilih pakaian, konsumen cenderung memilih fungsi dibanding dengan warna atau design dan dalam melakukan pembelian mayoritas konsumen didasari karna kebutuhan serta lebih memilih pakaian yang nyaman ketika dikenakan. Hasil dari analsis deskriptif tersebut menunjukkan hal mendasar yang harus dieprhatikan dalam menumbuhkan minat beli konsumen terhadap barang second hand yakni kegunaan, kebutuhan dan kenyamanan dari pakaian tersebut, hal tersebut menunjukkan bahwa indicator “Practical” turut membentuk sikap, opini dan minat konsumen terkait pembelian produk fashion. Dalam penelitian ini fashion yang dimaksud adalah pakian second hand.

Berdasarkan hasil penelitian pula terdapat indikator yang paling rendah tingkat pengaruhnya dalam Fashion Lifestyle yakni pada indikator informational dengan nilai rata-rata sebesar 3,68. Item indikator informational pada variabel Fashion Lifestyle menjelaskan bagaimana cara konsumen mendapat ide ataupun referensi fashion. Hasil dari analisis deskriptif menunjukkan bahwasanya dengan perkembangan teknologi saat ini konsumen dapat mencari informasi dengan cara lebih mudah, dapat dikatakan konsumen dapat menggunakan internet dalam mencari informasi mengenai fashion dalam konteks pakaian second hand.

Pada penghitungan analisis regresi linier sederhana, dapat diketahui Pengaruh variabel bebas terhadap Purchase Intention dilakukan dengan pengujian t-test. Dari hasil analisis regresi linier sederhana diperoleh Fashion Lifestyle mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Purchase Intention yang ditunjukkan dengan pengaruh sebesar 10,283. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengujian terhadap hipotesis yang menyatakan bahwa adanya pengaruh Fashion Lifestyle terhadap variabel Purchase Intention dapat diterima.

Saran

1. Diharapkan pihak @tangakedua dapat mempertahankan serta meningkatkan apa yang dibutuhkan konsumen melalui Fashion Lifestyle, karena variabel Fashion Lifestyle mempunyai pengaruh yang dominan dalam mempengaruhi Purchase Intention, diantaranya yaitu dengan menawarkan pakaian

(7)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 3 Februari 2018|

administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

39 second hand yang sesuai dengan kegunaan

dan kenyamanan ketika digunakan serta apa yang dibutuhkan oleh konsumen sehingga Purchase Intention akan meningkat.

2. Mengingat variabel bebas dalam penelitian ini merupakan hal yang sangat penting dalam mempengaruhi Purchase Intention diharapkan hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan bagi @tangankedua dan peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian ini dengan mempertimbangkan variabel-variabel lain yang merupakan variabel lain diluar variabel yang sudah masuk dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Assael, Henry. 1995. Consumer Behavior and Marketing Action, fifth Edition. New York: University South-Western Collage Publishing Cicinanti.

Ajzеn, Icеk. 1991. Thе Thеory of Plannеd Bеhaviour. Organizational Bеhavior and Human Dеcision Procеssеs. Vol. 50, p. 179- 211

Gutman, J. and Mills, M.K. (1982), “Fashion life style, self-concept, shopping orientation, and store patronage: an integrative analysis”, Journal of Retailing, Vol. 58 No. 2, pp. 64-86.

Kasiram. Moh. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif – Kuantitatif. Malang : UIN Maliki Press

Kotler, Philip dan Kevin Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Edisi ke 13. Diterjemahkan oleh Bob Sabran. Jakarta: Erlangga.

Lin, Nan Hong and B.S Lin (2007). The Effect of Brand Image and Product Knowledge on Purchase Intention Moderated by Price Discount. Journal of International Management Studies, Vol. 2, No. 13, 121-132.

Peter, J. Paul dan Jerry C. Olson. 2000. Consumer behavior, Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. Jilid 2. Edisi 4. Diterjemahkan oleh: Damos Sihombing. Jakarta: Erlangga.`

Rachmaulida, Finanda. 2017. Electronic Word of Mouth dan Aplikasi Konsep Theory of Planned Behaviour Identifikasi Niat Berkunjung. Jurnal Ilmu Administrasi

Bisnis : Vol. 48 No. 1. Malang : Universitas Brawijaya

Shim, S. and Bickle, M.L. (1994), “Benefit segments of the female apparel market: psychographics, shopping orientations, demographics”, Clothing and Textiles Research Journal, Vol. 12 No. 2, pp. 1-12. Simamora, Henry. 2000. Manajemen Pemasaran

internasional. Jilid 1. Jakarta: Salemba Empat

Suryani, Tatik. 2008. Perilaku Konsumen. Implikasi pada Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Graha Ilmu

Warsamе, Mohammеd Hеrsi dan Еdward Mugambi Irеri. 2016. Doеs thе thеory of plannеd bеhaviour (TPB) mattеr in Sukuk invеstmеnt dеcisions?. Journal of Bеhavioral and Еxpеrimеntal Financе, Vol. 12, p. 93–100

Internet

https://www.bappenas.go.id/files/data/Sumber_Da ya_Manusia_dan_Kebudayaan/Statistik%2 0Pemuda%20Indonesia%202014.pdf Databoks Katadata Indonesia. 2016. Pelanggan

Layanan Internet 2012-2015, Survey BPS diakses pada 6 Desember 2016 <http://databoks.katadata.co.id/>. https://www.zalora.co.id/men/?catalogtype=Main http://alvara-strategic.com/indonesia-bukan-sekedar-jakarta/ http://bisnis.liputan6.com/read/2640886/menkeu- sri-mulyani-impor-pakaian-bekas-masih-banyak http://www.beritasatu.com/berita-utama/81866- urusan-aksesori-masyarakat-indonesia-masih-branded-minded.html http://www.kemendag.go.id/files/pdf/2016/06/20/ analisis-kebijakan-impor-1466384948.pdf http://lifestyle.liputan6.com/read/2831455/berburu -pakaian-vintage-dengan-harga-miring-di-pasar-senen

eMarkerter Inc. (2014). Global B2C Ecommerce Sales to Hit $1.5 Trillion This Year Driven by Growth in Emerging Markets. Retrieved

May 7 th, 2015 from

http://www.emarketer.com/ Article/Global-

(8)

B2C-Ecommerce-Sales-Hit-15-Trillion-Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 3 Februari 2018|

administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

40

This-Year-Driven-by-Growth-Emerging-Markets/1010575

yStats.com GmbH & Co. KG (2015). B2C E-commerce Booming Across Southeast Asia. Retrieved September 10th, 2015 from https://www. ystats.com/b2c-e-commerce-booming-acrosssoutheast-asia/

yStats.com GmbH & Co. KG (2015). Asia Pacific MCommerce Snapshot 2015. Retrieved September 10th, 2015 from https://www.ystats.com/wpcontent/uploads/

2015/03/Product-BrochureOrder- Form_Asia-Pacific-M-CommerceSnapshot-2015.pd

Gambar

Gambar 1 Produk yang Ditawarkan Oleh  Zalora.co.id
Gambar 3 Pengeluaran Penduduk Indonesia  Perorang Perhari 2016
Gambar 4 instagram @tangankedua

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini juga sekalian memberikan kesan yang esklusif untuk meningkatkan minat beli konsumen ditambah dengan kesadaran merek yang kuat dari konsumen membuat toko pakaian bekas Bapak

Untuk menguji dan menganalisis pengaruh store atmosphere terhadap minat beli konsumen pada Herb and Spice Cafe &amp; Resto. Kegunaan Penelitian. Penelitian ini

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persepsi atas atribut toko (harga, lokasi, pelayanan dan kelengkapan barang) terhadap minat beli konsumen pada

Dependent Variable: MINAT BELI KONSUMEN Pengujian determinasi menunjukan r 2 = 0,468 yang artinya pengaruh variabel promosi terhadap variabel minat beli konsumen di

Secara simultan Content Marketing dan Influencer berpengaruh signifikan terhadap Minat Beli konsumen pada Produk Puru Kambera dengan tingat pengaruh yang “Kuat”. dan

Brand trust terbukti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas konsumen, dimana pembentukan nilai-nilai loyalitas konsumen mampu menstimuli minat beli/purchase intention

Data primer dalam penelitian ini berupa skor hasil kuesioner mengenai kepercayaan konsumen terhadap minat beli produk pakaian secara online yang diperoleh dalam survei dengan

Penelitiannya mengindikasikan bahwasanya review online dari konsumen di media sosial akan menumbuhkan minat konsumen pada suatu produk untuk membelinya.24 Sedangkan, penelitian lain