• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bangsa. Dalam membangun pendidikan di Indonesia, pemerintah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bangsa. Dalam membangun pendidikan di Indonesia, pemerintah"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan di Indonesia memiliki peran yang sangat besar bagi kemajuan bangsa. Dalam membangun pendidikan di Indonesia, pemerintah berpegang teguh pada tujuan bangsa Indonesia yang tertera dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke empat yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Sejalan dengan tujuan yang tertera dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut, dalam batang tubuh konstitusi itu diantaranya Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28C ayat (1), Pasal 31 dan Pasal 32 juga mengamanatkan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional.1 Dapat diketahui bahwa salah satu jalur pendidikan di Indonesia ialah jalur pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.2 Pada sekolah-sekolah di Indonesia, tentunya terdapat standart nasional pendidikan yang berbeda-beda. Standart pendidikan tersebut meliputi standart isi, proses, ketenagaan, sarana dan prasarana, pengelolaan, evaluasi, pembiayaan dan kompetensi lulusan.3 Hal tersebut membuat orang tua lebih selektif memilih sekolah bagi anaknya. Dikarenakan sekolah

1 Sabar Budi Raharjo 2012, Evaluasi Trend Kualitas Pendidikan di Indonesia. Jurnal Penelitian dan

Evaluasi Pendidikan Vol 16 No 2

2 Ibid.

3 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan

(2)

merupakan jenjang dasar untuk menuju pendidikan yang lebih tinggi lagi dan sebagai penentu masa depannya kelak.

Namun kenyataan yang terjadi pada saat ini, ada oknum-oknum tertentu yang memanfaatkan keinginan seseorang untuk masuk ke sekolah unggul yang sudah pasti pada sekolah tersebut memiliki standart pendidikan yang mumpuni. Oknum-oknum tertentu tersebut melakukan pungutan liar dengan biaya yang relatif tinggi dan menjanjikan agar calon siswa dapat masuk sekolah tersebut dengan jalan yang di permudah oleh oknum-oknum tertentu tersebut.

Dalam hal ini dapat diketahui bahwa oknum yang sudah terjaring praktik pungutan liar dalam penerimaan siswa baru sekolah negeri ini tentunya ia memiliki peran yang sangat besar bagi sekolah tersebut. Oknum tersebut ada yang menjabat sebagai seorang guru dan adapula yang menjabat sebagai seorang kepala sekolah yang tak lain ialah Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa praktik pungutan liar ini dijalankan oleh seorang oknum pegawai negeri sipil, maka praktik pungutan liar ini dapat dikatakan sebagai tindak pidana korupsi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada dasarnya hanya dapat dilakukan oleh yang berkualitas sebagai pegawai negeri atau penyelenggara negara. Artinya, tindak pidana yang dirumuskan itu semata-mata dibentuk untuk pegawai negeri atau penyelenggara negara. Orang yang bukan pegawai negeri tidak dapat melakukan tindak pidana korupsi pegawai negeri ini, dengan rumusan tindak

(3)

pidana yang terdapat dalam pasal 8, 9, 10, 11, 12, 12B, dan 23 (mengadopsi pasal 421, 422, 429, 430 KUHP) UU No. 31/1999.4

Dan dapat diketahui bahwa dalam konteks pelayanan publik ada dua pihak yang berperan, yakni pelaksana layanan dan penerima layanan. Dalam kaitan pelayanan publik di sekolah, pelaksana layanan adalah manajemen sekolah meliputi tenaga pendidik (guru) dan tenaga kependidikan (tata usaha) sedangkan penerima layanan adalah peserta didik (siswa).5 Adapun pelaksanaan penerimaan siswa baru yang rawan akan tindak pungutan liar terdapat pada sekolah negeri di daerah di Jawa Timur yakni tepatnya di Kabupaten Tulungagung.

Praktik pungutan liar ini telah menimbulkan berbagai dampak negatif bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Oleh sebab itu diperlukan upaya untuk memberantas praktik pungutan liar secara tegas, terpadu, efektif, efisien agar menimbulkan efek jera pada pelaku praktik pungutan liar. Saat ini upaya dari pemerintah yakni ialah pembentukan Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar (SATGAS SABER PUNGLI) melalui Perpres No. 87 Tahun 2016 Tentang Satgas Sapu Bersih Pungutan Liar.6 Dalam melaksanakan tugasnya, menurut Perpres ini, Satgas Saber Pungli menyelenggarakan fungsi: a) intelejen; b) pencegahan; c) penindakan; dan d) yustisi.

4 Drs. Adami Chazawi, S.H. Hukum Pidana Metriil dan Formil Korupsi di Indonesia. Bayumedia

Publishing, 2003. halaman 23

5 Ombudsman Republik Indoesia,

http://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--pemberantasan-pungli-di-sekolah Di Akses Tanggal 18 Februari 2019

(4)

Adapun wewenang Satgas Saber Pungli adalah: a) membangun sistem pencegahan dan pemberantasan pungutan liar; b) melakukan pengumpulan data dan informasi; c) mengoordinasikan, merencanakan, dan melaksanakan operasi pemberantasan pungutan liar; d) melakukan operasi tangkap tangan; e) memberikan rekomendasi kepada pimpinan kementrian / lembaga, serta kepala pemerintah daerah untuk memberikan sanksi kepada pelaku pungli sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; f) memberikan rekomendasi pembentukan dan pelaksanaan tugas lain unit Saber Pungli di setiap instansi penyelenggara pelayanan publik kepada pimpinan kementrian / lembaga dan kepada pemerintah daerah; dan g) melakukan evaluasi pemberantasan pungutan liar.7

Beberapa tahun yang lalu, tepat nya tahun 2017, Satgas Saber Pungli Polres Tulungagung melakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT) pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di salah satu Sekolah Negeri di Kabupaten Tulungagung. Polisi menangkap dua guru yang menjadi panitia Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Petugas menemukan amplop berisi uang tunai, totalnya mencapai Rp. 33.500.000,- Di Pengadilan Tipikor, keduanya di putus bersalah. Guru berisinial SN di putus hukuman penjara selama 10 bulan dan denda Rp. 5.000.000,- subsider satu bulan penjara. Dan guru berinisial RB di putus hukuman penjara selama 14 bulan dan denda Rp. 50.000.000,- subsider dua bulan penjara. Dihadapan Majelis Hakim yang

7 Sekretariat Kabinet Republik Indonesia,

(5)

diketuai Rochmat, Jaksa Penuntut Umum menyatakan bahwa perbuatan terdakwa SN perannya membantu dikenakan pasal 56 KUHP8 yang berbunyi: “Dipidana sebagai pembantu kejahatan:

1. Mereka yang sengaja memberi bantuan pada waktu kejahatan dilakukan;

2. Mereka yang sengaja memberi kesempatan, sarana atau keterangan untuk melakukan kejahatan.”

Dan perbuatan RB yang terbukti melakukan tindak pidana Korupsi sebagaimana diatur dan diancam dalam pasal 11 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana yang berbunyi:

“Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya.”

(6)

Dengan demikian putusan Pengadilan Tipikor juga memerintahkan untuk mengungkap aktor yang memerintahkan kedua guru tersebut.9

Setelah menjerat 2 guru yang menjadi panitia hingga divonis bersalah di Pengadilan Tipikor Surabaya hingga berujung pemecatan keduanya sebagai ASN, selanjutnya dilakukan penyidikan terhadap kepala sekolah di sekolah negeri tersebut guna untuk mengungkap aktor yang memerintah kedua guru tersebut.10 Dalam penyidikan yang telah berlangsung, kepala sekolah tersebut memberikan pengakuan bahwa ia memberkan perintah kepada 2 guru yang menjadi panitia penerimaan peserta didik baru di sekolah negeri Kabupaten Tulungagung. Dari pengakuan tersebut, maka ia harus menjalani hukuman 20 bulan penjara yang di tetapkan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Surabaya.11

Sehubungan dengan pemaparan permasalahan diatas mengenai oknum-oknum tertentu dengan status sebagai pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut, dapat diketahui bahwa tindakan nya yang menciderai pendidikan di Indonesia dengan cara praktik pungutan liar merupakan tindakan menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum atau menyalahgunakan kekuasaannya. Sebagaimana yang dimaksud bahwa tindakan tersebut tidak sepatutnya dilakukan oleh seseorang bahkan seorang pemimpin dikarenakan ia dapat dianggap sebagai pemberi contoh yang tidak

9 UU RI Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

10 Tribunjatim.com. Di Akses Tanggal 18 Februari 2019 11 Tribunjatim.com. Loc.Cit

(7)

baik bagi guru-guru yang lain dan siswa. Hingga saat ini banyaknya oknum-oknum tertentu yang masih berkeliaran dalam pendidikan di Indonesia ini menjadikan praktik pungutan liar tersebut masih marak terjadi. Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar pun yang telah di bentuk oleh Pemerintah tidak membuat seseorang atau pegawai negeri atau pejabat negara takut dan tidak akan melakukan pungutan liar. Maka, berdasarkan permasalahan tersebut yang masih marak terjadi, penulis tertarik untuk melakukan penelitan dengan judul

“Pungutan Liar dalam Penerimaan Siswa Baru Sekolah Negeri di Kabupaten Tulungagung”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tindakan dari pihak Satgas Saber Pungli terhadap pungutan liar dalam penerimaan siswa baru oleh oknum pegawai negeri?

2. Apa kendala dalam penindakan dari pihak Satgas Saber Pungli terhadap pungutan liar dalam penerimaan siswa baru oleh oknum pegawai negeri?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tindakan dari pihak Satgas Saber Pungli terhadap pungutan liar dalam penerimaan siswa baru oleh oknum pegawai negeri. 2. Untuk mengetahui kendala dalam penindakan dari pihak Satgas Saber

Pungli terhadap pungutan liar dalam penerimaan siswa baru oleh oknum pegawai negeri.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, maka diharapkan dapat bermanfaat:

(8)

1. Manfaat secara Teoritis

Memberikan sumbangan pemikiran penegakan hukum yang terus berkembang sesuai dengan tuntutan masyarakat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan sebagai pijakan referensi pada penelitian-penelitian selanjutnya.

2. Manfaat secara Praktis

Dapat menambah wawasan dan pengalaman langsung dalam memperoleh ilmu pengetahuan dan khususnya dalam bagaimana terkait penanggulangan pungutan liar oleh Satgas Saber Pungli

E. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian hukum ini terdapat berbagai klasifikasi yang akan dituangkan oleh penulis sebagai berikut:

1. Bagi penulis

Harapan dari penulis, hasil dari penelitian ini dapat menambah ilmu serta wawasan terkait praktik pungutan liar dalam penerimaan siswa baru sekolah negeri di Kabupaten Tulungagung.

2. Bagi Penegak Hukum

Sebagai bahan evaluasi agar aparat penegak hukum khususnya Satuan Tugas Sapu Bersih pungutan liar dapat melaksanakan tugasnya dalam pemberantasan praktik pungutan liar dalam penerimaan siswa baru sekolah negeri di Kabupaten Tulungagung yang masih marak terjadi.

(9)

3. Bagi Masyarakat

Penelitian hukum ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan serta informasi kepada masyarakat tentang praktik pungutan liar dalam penerimaan siswa baru sekolah negeri di Kabupaten Tulungagung yang masih marak terjadi.

F. Metode Penelitian

Penelitian penulisan hukum ini menggunakan beberapa metode penelitian yang bertujuan untuk hasil yang objektif. Maka dari itu penulis memerlukan informasi dan data-data yang mendukung pada penelitian, sehubungan dengan penelitian penulisan hukum maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Metode Pendekatan

Dalam metode pendekatan, yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji permasalahan adalah pendekatan yuridis sosiologis yang artinya penelitian terhadap penulisan hukum yang dilakukan secara sosiologis dan memperhatikan aspek sosial, dalam hal ini metode pendekatan akan menitikberatkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai pedoman pembahasan masalah, juga dikaitkan dengan kenyataan yang ada dalam praktek dan aspek nilai sosial yang berpengaruh.12 Pendekatan yuridis dalam penelitian ini yaitu mengacu pada peraturan peundang-undangan dalam KUHP, KUHAP, Undang-Undang Republik

12 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodelogi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1982,

(10)

Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Sedangkan pendekatan sosiologis digunakan untuk mengetahu praktik pungutan liar dalam penerimaan siswa baru sekolah negeri di Kabupaten Tulungagung.

2. Lokasi Penelitian

Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan oleh penulis maka penulis melakukan penelitian di Satuan Tugas Saber Pungli Tulungagung dikarenakan berdasarkan data yang pernah ada, Satuan Tugas Saber Pungli Tulungagung ini pernah menangani kasus mengenai Pungutan Liar dalam penerimaan siswa baru sekolah negeri di Kabupaten Tulungagung.

3. Sumber Data

Dalam penyusunan penulisan hukum ini dipelukan jenis data sebagai berikut:

a. Data Primer yang merupakan data yang di dapatkan secara langsung dari hasil wawancara di lapangan. Data jenis ini diperoleh dari sumber data yang merupakan responden penelitian.

b. Data Sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung atau data yang didapatkan melalui studi kepustakaan, yang terdiri dari:

(11)

1) Dokumen-dokumen resmi, arsip-arsip yang terdapat di lokasi penelitian.

2) Literatur, peraturan perundang-undangan yakni Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

4. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:

a. Wawancara merupakan serangkaian proses tanya jawab secara lisan antara pihak pencari informasi atau biasa disebut dengan interviewer sedangkan pihak yang lain berfungsi sebagai pemberi informasi yang biasa disebut dengan informan atau responden. Pada penelitian yang dilakukan ini penulis berkedudukan sebagai interviewer dan responden adalah TIM Satgas Saber Pungli Tulungagung khususnya yang pernah menangani kasus pungutan liar dalam penerimaan siswa baru sekolah negeri di Kabupaten Tulungagung. Teknik wawancara yang diterapkan bersifat bebas dan terpimpin yaitu wawancara dilakukan dengan menggunakan interview guide yang berupa catatan mengenai pokok-pokok yang akan ditanyakan, sehingga dalam hal ini

(12)

masih dimungkinkan adanya bermacam-macam pertanyaan yang disesuaikan dengan kondisi ketika wancara dilakukan.

b. Studi Kepustakaan yaitu mendapakatkan data melalui bahan-bahan kepustakaan yang dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari peraturan perundang-undangan yakni Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, teori-teori atau tulisan-tulisan yang terdapat dalam buku literatur, catatan kuliah, surat kabar, dan bahan-bahan bacaan ilmiah yang mempunyai hubungan dengan permasalahan yang diangkat yang berkaitan dengan pungutan liar dalam penerimaan siswa baru sekolah negeri di Kabupaten Tulungagung.

5. Metode Analisa

Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu berusaha menganaisis data yang menguraikan dan memaparkan secara jelas dan apa adanya mengenai objek yang di teliti. Data-data dan informasi yang diperoleh dari obyek penelitian dikaji dan dianalisis, dikaitkan dengan teori dan peraturan yang berlaku dan berujuan untuk memecahkan permasalahan yang diangkat. Berdasarkan hasil analisis tersebut, selanjutnya dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai praktik

(13)

tindak pidana pungutan liar dalam penerimaan siswa baru sekolah negeri di Kabupaten Tulungagung yang sedang marak terjadi.

G. Sistematika Penulisan

Sebuah hasil penelitian yang baik tentunya harus memiliki gambaran penelitian yang terencana secara berurutan. Disini penulis menyusun kerangka pembahasan menjadi 4 (empat) bab, yang terdiri dari:

a. BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab I ini berisi Latar Belakang yang menjadi dasar maupun alasan pemikiran penulis untuk mengangkat masalah yang berkaitan dengan persoalan yang sedang dibahas, serta dilanjutkan dengan rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan.

b. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab II ini penulis menguraikan mengenai tinjauan semua tentang teori yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas, serta tinjauan umum mengenai penegakan hukum, tindak pidana

korupsi serta tinjauan yang mendukung mengenai penulisan ini.

c. BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab III ini penulis akan menjelaskan tahapan penyelesaian permasalahan yang muncul, dalam hal ini di sajikan pembahasan mengenai jawaban atas rumusan masalah yang di paparkan.

(14)

d. BAB IV : PENUTUP

Dalam bab IV ini berisikan tentang kesimpulan dan saran-saran dari pembahasan serta saran-saran-saran-saran yang disampaikan oleh penulis.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dikerjakan ini, yang mencakup Pengembangan Sistem Pembangkitan Cerita Balungan + , pentas wayang gagrak Yogyakarta dan cerita Arjunawiwaha serta penilaian

Oznaka osnovnog tipa Proizvođač Rok važenja rešenja GLASNIK Podnosilac zahteva Hiperlinkovano uverenje 2009/4 M -00-067 ELEKTRONSKI MERNI I POKAZNI URE\AJ MERILA MASE..

DINAS KANGINAN , DESA KE KE RAN , SMAN BALI

Mungkin semua nokia java yang punya Ovi Browser dan Nokia Xpress.Com - Aplikasi facebook terbaru for android, Blackberry, dan semua HP update 2016... untuk hp nokia,download

3. Tingkat Ketergantungan Masyarakat Terhadap Ketersediaan RTH: Tingkat ketergantungan masyarakat di Kecamatan Mijen menurun, selain dampak pembangunan yang

Tabel 4 menunjukkan kadar air daging sapi tertinggi dimiliki oleh bangsa sapi PO dengan 72,28%, sedangkan kadar air pada faktor umur menunjukkan semakin tua sapi akan

melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yang tidak hanya kita lihat pada pengembangan individu akan tetapi juga berkontribusi dalam kemajuan suatu bangsa dan

Ada hal kedua yang saya ketahui tentang Anda. Saya tahu bahwa saat-saat yang paling menyedihkan dan paling menggembirakan di dalam hidup Anda disertai dengan perkataan. Ketika