• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MAHASISWA FKUI TENTANG ASUPAN SAYUR DAN BUAH TAHUN 2011 SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MAHASISWA FKUI TENTANG ASUPAN SAYUR DAN BUAH TAHUN 2011 SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MAHASISWA FKUI

TENTANG ASUPAN SAYUR DAN BUAH TAHUN 2011

SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

Oleh :Yurike Hanaka ; Pembimbing :Dr. dr. Saptawati Bardosono, MSc

ABSTRAK

Pada remaja, konsumsi sayur dan buah sangat penting untuk menjaga kadar serum vitamin C dan pemenuhan kebutuhan asam folat yang cukup tinggi dalam tubuh selama masa pertumbuhan dan perkembangan. Berdasarkan penelitian Setiowati NL di laporkan bahwa pada remaja sering di dapatkan kadar serum vitamin C yang rendah. Tingginya prevalensi kurangnya asupan sayur dan buah-buahan dapat berhubungan secara mendasar dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku dari setiap individu dewasa. Oleh karena itu, perlu dilakukan studi lebih lanjut untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan perilaku dari setiap individu dewasa terhadap asupan sayur dan buah. Populasi di dalam penelitian ini mahasiswa FKUI ≥ 18 tahun dengan jumlah sampel 108, terdiri dari 40 laki-laki dan 68 perempuan yang dipilih secara random. Metode penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan cara uji statistik yang disajikan dalam bentuk persentase, rata-rata, standart deviasi, dan untuk melihat hubungan antara variabel. Hasil penelitian menunjukkan mahasiswa memiliki pengetahuan dan perilaku yang cukup, disertai sikap yang positif terhadap asupan sayur dan buah. Subyek memiliki pengetahuan yang cukup yaitu 53.7% dan perilaku yang cukup juga yaitu 63%, sedangkan pada subyek yang memiliki sikap positif yaitu 87%. Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap yang dimiliki, dan perilaku pada subyek dengan asupan sayur dan buah-buahan. Perlu peningkatan pemahaman mengenai pentingnya konsumsi sayur dan buah sesuai dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGM), dan dapat juga dengan cara sosialisasi dengan mengadakan penyuluhan yang lebih intensif disertai dengan poster, atau brosur yang di sebar di wilayah kampus.

LATAR BELAKANG

Buah dan sayuran memang banyak mendatangkan manfaat bagi manusia karena banyak mengandung vitamin yang sangat dibutuhkan bagi kesehatan. Konsumsi yang berlebihan terhadap buah dan sayur ternyata dapat mendatangkan kerugian seperti gagal ginjal dan apabila kekurangan akan menimbulkan kanker kolon, tingginya kadar kolesterol darah, diabetes, divertikulosis, konstipasi.1 Berdasarkan data WHO tahun 2005, di seluruh dunia asupan sayur dan buah yang rendah di perkirakan

(2)

telah menyebabkan 19% kanker gastrointestinal, 31% jantung iskemik, dan 11% stroke. Padahal, diseluruh dunia 2 juta nyawa dapat diselamatkan setiap tahun jika konsumsi buah dan sayur dapat ditingkatkan.2 Hal yang sama juga terjadi di Indonesia. Pentingnya mengonsumsi buah dan sayur ini masih kurang disadari, khususnya oleh penduduk Jawa Barat. Menurut Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Provinsi Jawa Barat (2007), hampir semua (97%) penduduk di atas 10 tahun ke atas kurang makan buah dan sayur dan terdapat merata di semua daerah.3 Masalah kurangnya konsumsi sayur dan buah dapat diakibatkan oleh faktor sosio-ekonomi, kebiasaan dan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang asupan sayur dan buah.4

Pada remaja, konsumsi sayur dan buah sangat penting untuk menjaga kadar serum vitamin C dan pemenuhan kebutuhan asam folat yang cukup tinggi dalam tubuhnya selama masa pertumbuhan dan perkembangan. Berdasarkan penelitian Setiowati NL, di laporkan bahwa pada remaja sering di dapatkan kadar serum vitamin C yang rendah. Hal ini dapat terjadi karena kebiasaan mereka menghindari konsumsi sayur dan buah serta kebiasaan mereka merokok.5 Oleh karena itu pola konsumsi buah dan sayur ini perlu diperhatikan, khususnya pada usia dewasa. Kelompok usia dewasa memerlukan energi dan zat gizi seperti protein, kalsium, seng, besi, vitamin, dan serat, untuk mencegah terjadinya defisiensi suatu zat gizi. Perlu peningkatan konsumsi buah dan sayur pada usia dewasa, khususnya pada contoh mengonsumsi buah dan sayur dalam jumlah dan frekuensi yang cukup agar kebutuhan tubuh akan zat gizi yang terkandung dalam buah dan sayur dapat terpenuhi. Keterlibatan orang tua maupun anggota keluarga yang bertanggung jawab terhadap penyajian dan ketersediaan makanan juga diperlukan dalam upaya peningkatan konsumsi buah dan sayur. Selain itu juga penyebaran informasi mengenai manfaat buah dan sayur perlu diperluas, misalnya melalui media massa elektronik maupun cetak.

(3)

Tingginya prevalensi kurangnya asupan sayur dan buah-buahan dapat berhubungan secara mendasar dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku dari setiap individu dewasa. Pengetahuan tersebut terkait sikap dan perilaku seseorang dalam menerapkan suatu masalah yang berkenaan dengan asupan sayur dan buah-buahan, juga dapat mengidentifikasi apakah individu dewasa tersebut dapat melakukan pencegahan lebih dini sehingga mereka tidak salah dalam menilai suatu masalah.6 Oleh karena itu, perlu dilakukan studi lebih lanjut untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan perilaku dari setiap individu dewasa terhadap asupan sayur dan buah.

Berdasarkan latar belakang dan fenomena yang ada, dimana angka prevalensi kurangnya asupan serat dalam sayur dan buah di Indonesia masih sangat tinggi dan masih sedikitnya data yang ada mengenai konsumsi sayur dan buah di Indonesia khususnya pada usia dewasa ≥18 tahun. Peneliti ingin mengetahui adakah hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku mengenai asupan sayur dan buah terhadap kelompok mahasiswa FKUI usia ≥18 tahun.

METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini desain yang digunakan adalah desain

cross-sectional, karena tujuan riset ini yaitu untuk mengetahui keterkaitan

pengetahuan, sikap dan perilaku mahasiswa FKUI ≥ 18 tahun pada tahun 2011 mengenai asupan sayur dan buah. Populasi target dari Mahasiswa FK usia ≥18 tahun, populasi terjangkau dari Mahasiswa FKUI usia ≥18tahun, sampel penelitian berasal dari populasi terjangkau yang memenuhi kriteria penelitian. Kriteria drop out adalah Mahasiswa/i FKUI angkatan 2010 dan 2008 yang tidak mengembalikan kuesioner atau tidak mengisi kuesioner dengan lengkap serta tidak mengikuti pengukuran.

Besar sampel yaitu 107 orang diambil berdasarkan populasi terjangkau yang memenuhi kriteria. Pengambilan sampel melalui

probability sampling dengan jenis simple random sampling. Variabel

(4)

orangtua, Pengetahuan dan Sikap mahasiswa/i, sedangkan variabel terikatnya adalah Perilaku tentang asupan sayur dan buah pada Mahasiswa/i FKUI ≥18 tahun pada tahun 2011.

Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang terdiri dari data umum (Nama, Usia, Jenis Kelamin, Asal Pulau, Pendidikan dan pekerjaan orang tua) dan data teknis (Pengetahuan, sikap dan perilaku tentang asupan sayur dan buah pada Mahasiswa FKUI usia ≥18 tahun pada tahun 2011). Setelah mengumpulkan data, data diverivikasi, diedit dan dikoding data kemudian dimasukkan dan diolah lalu dianalisis secara deskriptif dalam bentuk univariat tergantung dari skala data (numerik/kategorik) dan bivariat (tabel silang untuk melihat dan menganalisis hubungan antara 2 variabel), untuk menguji adanya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat yang disajikan berdasarkan tabel dummy dan dianalisis dengan SPSS for Windows versi 16.

Pelaporan hasil analisis di laporkan dalam bentuk makalah yang dipresentasikan di depan staf pengajar, serta dipublikasikan dalam jurnal kedokteran. Peneliti menjamin kerahasiaan data yang diberikan responden. Serta informed consent diperoleh dari responden setelah diberikan penjelasan singkat tentang profil penelitian. Setelah pembuatan proposal untuk mendapatkan persetujuan etik akan diajukan kepada komisi etik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

TINJAUAN TEORI

Beberapa penyakit yang kebanyakan muncul dipengaruhi oleh peningkatan kadar serat konsumsi keseharian, dinamakan konstipasi, diare, diverticulitis dan kanker kolorektal.7 Ketika serat cukup dikonsumsi, kotoran atau feses akan menjadi besar dan lunak karena serat-serat tumbuhan dapat menarik air, kemudian akan menstimulasi otot dan pencernaan dan akhirnya tekanan yang digunakan untuk pengeluaran feses menjadi berkurang.8 Ketika serat yang dikonsumsi sedikit, kotoran akan menjadi kecil dan keras, lalu konstipasi akan timbul.8

(5)

Sayur merupakan salah satu sumber daya yang mengandung vitamin dan mineral. Kandungan sayur antara lain karoten, vitamin C, vitamin B, kalsium, zat besi, dan karbohidrat dalam bentuk selulosa dan pektin atau disebut juga serat.9 Buah merupakan salah satu sumber bahan pangan nabati yang potensial dan banyak mengandung zat gizi, terutama vitamin, mineral serta serat dalam jumlah yang cukup tinggi, sedangkan serat banyak berfungsi dalam memperlambat kerusakan sel sejak dini.9 Vitamin C,K dan E dan berbagai jenis mineral dalam sayuran dan buah-buahan mempunyai daya cerna yang tinggi dan dapat memperbaiki sistem imun disamping berfungsi sebagai ontioksidan.11,12 Serat membantu melancarkan pencernaan bahkan pada mereka yang menderita kelebihan gizi, serat dapat mencegah atau mengurangi risiko penyakit akibat kegemukan. Bagi kelompok ini serat sangat di perlukan dalam mencegah atau mengurangi risiko penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung koroner, diabetes, serta kanker kolon.16

Pengetahuan (Knowledge) adalah hasil yang didapat setelah melakukan penginderaan kepada objek tertentu. Penginderaan terjadi sebagian besar melalui mata dan telinga.21 Kategori atas pengukuran tingkat pengetahuan dapat dibagi atas rendah, cukup dan tinggi.22 Perilaku adalah respon atau reaksi seseorang kepada stimulus yang didapat.22 Sikap menunjukkan konotasi adanya kecocokan reaksi kepada stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional kepada stimulus sosial. Tingkatan sikap adalah menerima, merespon, menghargai, bertanggung jawab. Tingkat dan cara pengukuran sikap yaitu dengan penyusunan skala sikap menurut Thurstone, serta menurut Likert yang digunakan dalam penelitian ini yang sebagian item bersifat favourable dan sebagian bersifat unfavorable, dan menurut Guttman dengan 5 kategori yaitu Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Ragu-ragu/Netral (N), Setuju (S) dan Sangat Setuju (SS).23,25

(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Metode yang digunakan adalah total sampling dengan jumlah mahasiswa yang diteliti sebesar 108 orang.

Tabel 1. Sebaran karakteristik subyek berdasarkan usia dan ukuran antropometrik (n=108)

Variabel mean±SD 1. Usia dalam tahun 19,94±1,14 2. BB dalam kilogram 59,41±9.27 Perempuan 55,58 ± 7,73 Laki-laki 65,92 ± 8,03 3. TB dalam centimeter 1,62±0,08 Perempuan 1,57 ± 0,53 Laki-laki 1,70 ± 0,05

Berdasarkan tabel 1 sebagian subyek berusia rata-rata 19 tahun dengan berat dan tinggi badan rata-rata adalah 59 kg dan 162 cm. Bila kita bandingkan dengan tabel Angka Kecukupan Gizi 2004 bagi orang Indonesia. Jika dibedakan antara laki-laki dan perempuan, perempuan pada usia antara 18-22 tahun memiliki berat badan sekitar 50-52 kg dengan tinggi 150-154 cm. Laki-laki usia 18-22 tahun kriteria berat badan antara 55-56 kg dan tinggi badan 160-165 cm.26 Umumnya subyek dalam penelitian ini memiliki berat badan dan tinggi badan diatas nilai ideal.

(7)

Tabel 2. Sebaran karakteristik subyek berdasarkan jenis kelamin, asal daerah, pendidikan ayah dan ibu, serta pekerjaan ayah dan ibu (n=108)

Faktor Sosio Demografi Frekuensi (n) Persen (%) Jenis kelamin - Laki-laki - Perempuan 40 68 37 63 Asal Daerah (Tipe Pulau)

- Jawa - Sumatra - Kalimantan - Lombok - Bangka Belitung 77 24 4 2 1 71,3 22,2 3,7 1,9 0,9 Pendidikan Orangtua Ayah - Rendah - Sedang - Tinggi Ibu - Rendah - Sedang - Tinggi Pekerjaan Orangtua Ayah - Tidak Bekerja - Bekerja 1 19 88 6 30 72 11 97 0,9 17,6 81,5 5,6 27,8 66,7 10,2 89,8 Ibu - Tidak Bekerja - Bekerja 53 55 49,1 50,9

Pada tabel 2 sebagian besar subyek berjenis kelamin perempuan (63%). Subyek yang ikut serta dalam penelitian ini lebih banyak berasal dari daerah Pulau Jawa (71,3%). Berdasarkan tabel diatas pulau jawa sebagai penduduk terbanyak dari asal pulau, karena hasil dari badan pusat statistik yang menyatakan bahwa pulau jawa memiliki penduduk yang mayoritas tinggi dan sebagai pulau dengan kepadatan penduduk di Indonesia. Tingkat pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Tabel diatas menunjukkan pendidikan ayah dan ibu subyek sebagian besar menempuh pendidikan tinggi dan hampir

(8)

setengahnya bekerja, pada ibu 50,9%, sedangkan pada ayah 89,8% yang bekerja. tingkat pendidikan orang tua termasuk dalam kategori tinggi sehingga nantinya akan mempengaruhi pengetahuan para responden. Karena umumnya, seseorang yang berpendidikan tinggi memiliki tingkat pengetahuan yang luas dibandingkan yang rendah.33 Nantinya pendidikan akan mempengaruhi penghasilan dan dapat dikatakan, seseorang yang berpenghasilan besar akan mampu untuk menyediakan atau membeli berbagai fasilitas sumber informasi.33

Tabel 3. Sebaran tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku (n=108) Variabel Jumlah (n) Persen(%)

Pengetahuan (n, %) - Kurang (skor < 60) - Cukup (skor 60-80) - Baik (skor > 80) 8 58 42 7,4 53,7 38,9 Sikap

- Favourable / positif (skor ≥ 40) - Unfavourable / negative (skor < 40) 94 14 87 13 Perilaku - Kurang (skor < 60) - Cukup (skor 60-80) - Baik (skor > 80) 9 68 31 8,3 63 28,7

Tabel 3 memperlihatkan bahwa lebih dari separuh responden mempunyai pengetahuan tentang asupan sayur dan buah-buahan yang cukup (53,7%), hanya 7,4% yang mempunyai pengetahuan dengan kategori kurang. Hasil ini lebih tinggi dari yang ditemukan oleh Aswatini, Noveria M, Fitranita (2008) di lampung dan NTT yang pada umumnya masyarakat mengetahui pentingnya mengkonsumsi sayur dan buah untuk kesehatan, tetapi pemahaman yang mendalam masih sangat kurang.27 Pada tabel terlihat sikap subyek sebagian besar memiliki sikap yang baik

(9)

terhadap asupan sayur dan buah-buahan yaitu sebesar 87%, hanya 13% yang menunjukkan sikap negatif terhadap asupan sayur dan buah. Hasil ini masih lebih baik dari yang ditemukan oleh Nanda Lina Setiowati (2000) di SMU 1 Bogor dan SMU 1 Pamekasan yaitu sebesar 85%.5 Untuk perilaku mahasiswa mengenai asupan sayur dan buah yaitu sebesar 63%. Hasil ini lebih baik dari yang di temukan oleh Aswatini, Noveria M, Fitranita (2008) di lampung dan NTT bahwa konsumsi sayur dan buah-buahan belum menjadi kebutuhan penting karena proporsi pengeluaran untuk konsumsinya secara rata-rata Indonesia pada tahun 2007 hanya sebesar 13,1% dari total pengeluaran makanan.28

Sikap subyek pada penelitian ini sebagian besar memiliki sikap yang baik terhadap asupan sayur dan buah-buahan yaitu sebesar 87%, hanya 13% yang menunjukkan sikap negatif terhadap asupan sayur dan buah. Hasil ini masih lebih baik dari yang ditemukan oleh Nanda Lina Setiowati (2000) di SMU 1 Bogor dan SMU 1 Pamekasan yaitu sebesar 85%.5 Dalam penelitian ini, perilaku mahasiswa mengenai asupan sayur dan buah yaitu sebesar 63%. Hasil ini lebih baik dari yang di temukan oleh Aswatini, Noveria M, Fitranita (2008) di lampung dan NTT bahwa konsumsi sayur dan buah-buahan belum menjadi kebutuhan penting karena proporsi pengeluaran untuk konsumsinya secara rata-rata Indonesia pada tahun 2007 hanya sebesar 13,1% dari total pengeluaran makanan.28

(10)

Tabel 4. Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap mahasiswa FKUI ≥ 18 tahun tentang asupan sayur dan buah-buahan dengan Perilaku mahasiswa mengenai asupan sayur dan buah-buahan (n=108).

Perilaku Keterangan Kurang (n%) Cukup (n%) Baik (n%) Pengetahuan - Kurang* - Cukup* - Baik 1 (12,5) 5 (8,6) 3(7,1) 7 (87,5) 36 (62,1) 25(59,5) - 17(29,3) 14 (33,3) P=0,998 (Kolmogorov-Smirnov Z) Sikap Unfavourable Favourable 4(28,6) 5(5,3) 8(57,1) 60(63,8) 2(14,3) 29(30,9) P=0,525 (kolmogorov-Smirnov Z)

Kategori tingkat pengetahuan pada tabel 4.1.4 “kurang” dan “cukup” digabung menjadi kategori “kurang” saja

Pada tabel 4 tingkat pengetahuan subyek yang cukup menunjukkan perilaku yang cukup terhadap asupan sayur dan buah. Pada penelitian yang dilakukan oleh Aswatini, Noveria M, dan Fitranita umumnya masyarakat mengetahui pentingnya mengkonsumsi sayur dan buah untuk kesehatan, tetapi pemahaman yang mendalam masih sangat kurang, sehingga tidak menjadi dasar timbulnya motivasi yang kuat untuk mengkonsumsi sayur dan buah (perilaku). 27 Untuk sikap subyek yang tergolong baik disini menunjukkan perilaku yang cukup positif terhadap asupan sayur dan buah. Berdasarkan hasil uji kategori pengetahuan terhadap perilaku mahasiswa mengenai asupan sayur dan buah ini tidak memenuhi syarat untuk diuji oleh Chi-square test, oleh sebab itu dinyatakan bahwa hubungan antara pengetahuan sikap dan perilaku tidak memiliki hubungan berbeda bermakna. Begitu pula dengan pengujian kategori sikap terhadap perilaku, Oleh sebab itu dilakukanlah uji Kolmogorov-Smirnov Z.

(11)

Tabel 5. Hubungan antara Pengetahuan mahasiswa FKUI ≥ 18 tahun tentang asupan sayur dan buah-buahan dengan Sikap tentang asupan sayur dan buah-buahan (n=108)

Sikap Keterangan Unfavourable (n%) Favourable (n%) Pengetahuan Kurang* Cukup* Baik 2(25) 7(12,1) 5(11,9) 6(75) 51(87,9) 37(88,1) P=1,00 (Kolmogorov-Smirnov Z)

Kategori tingkat pengetahuan pada tabel 4.1.5 “kurang” dan “cukup” digabung menjadi kategori “kurang” saja

Tingkat pengetahuan subyek yang cukup mengenai asupan sayur dan buah pada tabel 5 menunjukkan sikap yang positif terhadap asupan sayur dan buah. Tingkat pengetahuan subyek yang cukup mengenai asupan sayur dan buah pada penelitian ini menunjukkan sikap yang positif terhadap asupan sayur dan buah. Dapat dilihat bahwa pada hubungan antara pengetahuan dan sikap kurang menempati posisi tertinggi melalui hasil uji menggunakan Kolmogorov-Smirnov Z, oleh karena itu hubungan antara pengetahuan dan sikap mengenai asupan sayur dan buah dinyatakan tidak memiliki hubungan yang berbeda bermakna.

(12)

Tabel 6. Hubungan antara usia responden, Jenis Kelamin, dan Asal Daerah dengan Pengetahuan mahasiswa FKUI ≥ 18 tahun tentang asupan sayur dan buah-buahan (n=108)

Pengetahuan Keterangan Kurang (n%) Cukup (n%) Baik (n%) Usia - 20 tahun 3(9,7) 18(58,1) 10(32,2) P=0,991 (Kolmogoro v-Smirnov Z) - ≥ 20 tahun 5(6,5) 40(51,9) 32(41,6) Jenis Kelamin - Laki-laki 5(12,5) 21(52,5) 14(35) P=0,997 (Kolmogoro v-Smirnov Z) - Perempuan 3(4,4) 37(54,4) 28(41,2) Asal Daerah - P. Jawa 7(9,1) 39(50,6) 31(40,3) P=1,000 (Kolmogoro v-Smirnov Z) - Luar P. Jawa 1(3,2) 19(61,3) 11(35,5)

Pada tabel 6 menunjukkan bahwa pada usia subyek ≥ 20 tahun memiliki tingkat pengetahuan yang cukup mengenai asupan sayur dan buah, begitu juga pada subyek yang berusia 20 tahun memiliki tingkat pengetahuan yang cukup. Untuk tingkat pengetahuan pada subyek berjenis kelamin laki-laki dan perempuan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai asupan sayur dan buah. Pada subyek yang berasal dari Pulau Jawa memiliki tingkat pengetahuan yang sama dengan subyek yang berasal dari luar Pulau Jawa yaitu termasuk dalam kategori yang cukup tentang asupan sayur dan buah. Subyek yang usianya lebih tua memiliki tingkat pengetahuan yang termasuk dalam kategori cukup dan ini lebih baik di bandingkan dengan subyek yang usianya lebih muda. Pada subyek yang berjenis kelamin perempuan agak lebih banyak jumlahnya

(13)

yang memiliki tingkat pengetahuan dalam kategori cukup. Pada jenis kelamin, asal daerah tidak memiliki perbedaan yang bermakna karena hasil p lebih dari 0,05. Dilihat dari hasilnya ternyata subyek yang berasal dari Pulau Jawa memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik jika dibandingkan dengan subyek yang berasal dari luar Pulau Jawa.

Hasil yang didapatkan dari hubungan antara usia dan pengetahuan terdapat dalam kategori cukup. Pengetahuan yang cukup ini juga mayoritas wanita dan berasal dari pulau jawa. Pengetahuan yang baik juga didominasi oleh yang berusia lebih dari 20 tahun. Namun itu dikarenakan jumlah responden yang berusia kurang dari 20 tahun berjumlah lebih sedikit daripada responden yang berusia lebih dari 20 tahun. Hubungan usia dengan tingkat pengetahuan menunjukkan hasil lebih dari 0,05 dan memiliki hubungan yang tidak bermakna. usia yang lebih tua tidak selalu memiliki pengetahuan yang lebih tinggi, bisa juga dikarenakan berbagai faktor seperti pengalaman, fasilitas, dan lain-lain.

(14)

Tabel 7. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan Orangtua dengan Pengetahuan Mahasiswa FKUI ≥ 18 tahun tentang Asupan sayur dan buah-buahan (n = 108)

Pengetahuan Keterangan Kurang (n%) Cukup (n%) Baik (n%) Pendidikan Ayah - Rendah - 1(100) - P=1,000 (Kolmogorov -Smirnov Z) - Sedang 1(5,3) 9(47,4) 9(47,4) - Tinggi 7(7,9) 48(54,5) 33(37,5) Pendidikan Ibu - Rendah - 5(83,3) 1(16,7) P=1,000 (Kolmogorov -Smirnov Z) - Sedang 3(10) 15(50) 12(40) - Tinggi 5(6,9) 38(52,8) 29(40,3) Pekerjaan Ayah - Bekerja 8(8,2) 49(50,5) 40(41,2) P=1,000 (Kolmogorov -Smirnov Z) - Tidak Bekerja - 9(81,8) 2(18,2) Pekerjaan Ibu - Bekerja 4(7,3) 29(52,7) 22(40) P=1,000 (Kolmogorov -Smirnov Z - Tidak Bekerja 4(7,5) 29(54,7) 20(37,7)

Pada tabel 7 Untuk tingkat pendidikan ayah subyek yang tinggi, terlihat disini bahwa subyek memiliki tingkat pengetahuan yang cukup mengenai asupan sayur dan buah, begitu juga pada tingkat pendidikan ibu subyek yang tinggi, subyek memiliki tingkat pengetahuan yang sama yaitu

(15)

termasuk dalam kategori cukup. Dari hasil terlihat bahwa pendidikan ayah dan ibu memiliki hubungan yang tidak bermakna terhadap tingkat pengetahuan subyek.

Tabel 8. Hubungan antara usia responden, Jenis Kelamin, dan Asal Daerah dengan Sikap mahasiswa FKUI ≥ 18 tahun tentang asupan sayur dan buah-buahan (n=108)

Pada tabel 8 dari responden yang berusia ≥ 20 tahun disini terlihat sikap responden yang positif terhadap asupan sayur dan buah. Terlihat bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna melalui pengujian Fisher karena p>0,05. Begitu juga dengan asal daerah dilihat dari hasilnya ternyata subyek yang berasal dari Pulau Jawa maupun luar Pulau Jawa memiliki sikap yang positif terhadap asupan sayur dan buah. Untuk jenis kelamin pada penelitian ini juga terlihat bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna melalui pengujian chi-square karena p>0,05.

Sikap Keterangan Unfavourable (n%) Favourable (n%) Usia - 20 tahun - ≥ 20 tahun Jenis Kelamin - Laki-laki - Perempuan Asal Daerah - P. Jawa - Luar P. Jawa 5(16,1) 9(11,7) 7(17,5) 7(10,3) 12(15,6) 2(6,5) 26(83,9) 68(88,3) 33(82,5) 61(89,7) 65(84,4) 29(93,5) P = 0,538 (Fisher 2-sided) P = 0,282 (Pearson chi-square) P = 0,342 (Fisher 2-sided)

(16)

Tabel 9. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan Orangtua dengan Sikap Mahasiswa FKUI ≥ 18 tahun tentang Asupan sayur dan buah-buahan (n = 108) Sikap Keterangan Unfavourable (n%) Favourable (n%) Pendidikan Ayah - Rendah - 1(100) P=1,000 (Kolmogorov-Smirnov Z) - Sedang 4(21,1) 15(78,9) - Tinggi 10(11,4) 78(88,6) Pendidikan Ibu - Rendah - 6(100) P=0,977 (Kolmogorov-Smirnov Z) - Sedang 7(23,3) 23(76,7) - Tinggi 7(9,7) 65(90,3) Pekerjaan Ayah - Bekerja 14(14,4) 83(85,6) P = 0,353 (Fisher 2-sided) - Tidak Bekerja - 11(100) Pekerjaan Ibu - Bekerja - Tidak Bekerja 6(10,9) 8(15,1) 49(89,1) 45(84,9) P = 0,517(Pearson chi-square)

Dari hasil menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ayah subyek yang tinggi tidak terdapat hubungan yang bermakna terhadap sikap subyek yang bersikap positif mengenai asupan sayur dan buah karena p>0,05 melalui pengujian Kolmogorov-Smirnov Z, begitu juga pada tingkat pendidikan ibu subyek yang tinggi, subyek memiliki sikap yang sama yaitu termasuk dalam kategori bersikap positif. Dari hasil terlihat bahwa pekerjaan ayah dan ibu tidak terdapat hubungan yang bermakna terhadap

(17)

sikap subyek karena p>0,05 melalui pengujian Kolmogorov-Smirnov Z. Akan tetapi perbedaan sikap positif antara ibu yang bekerja dan tidak bekerja tidak begitu significant yaitu 49 subyek bagi ibu yang bekerja dan 45 subyek bagi ibu yang tidak bekerja. Menurut Soetjiningsih 1994 tingkat pendidikan orangtua yang baik akan memungkinkan orangtua dapat memantau dan menerima informasi tentang kesehatan anaknya. Tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap pangan yang dipilih untuk dikonsumsi sehari-hari.32

Tabel 10. Hubungan antara usia responden, Jenis Kelamin, dan Asal Daerah dengan Perilaku mahasiswa FKUI ≥ 18 tahun tentang asupan sayur dan buah-buahan (n=108)

Perilaku Keterangan Kurang (n%) Cukup (n%) Baik (n%) Usia - 20 tahun 3(9,7) 19(61,3) 9(29) P=1,000 (Kolmogoro v-Smirnov Z) - ≥ 20 tahun 6(7,8) 49(63,6) 22(28,6) Jenis Kelamin - Laki-laki 5(12,5) 22(55) 13(32,5) P=1,000 (Kolmogoro v-Smirnov Z) - Perempuan 4(5,9) 46(67,6) 18(26,5) Asal Daerah - P. Jawa - Luar P. Jawa 5(6,5) 4(12,9) 56(72,7) 12(38,7) 16(20,8) 15(48,4) P=0,069 (Kolmogoro v-Smirnov Z)

Pada tabel 10 responden yang berusia ≥ 20 tahun didapatkan perilaku responden yang termasuk dalam kategori cukup terhadap asupan

(18)

sayur dan buah, begitu juga dengan yang berusia 20 tahun. Untuk jenis kelamin pada penelitian ini baik perempuan dan laki-laki tidak berpengaruh terhadap perilaku subyek tentang asupan sayur dan buah yaitu mempunyai perilaku yang tergolong kategori cukup ini sesuai dengan sebuah studi yang dilakukan di Augusta Georgia mengungkapkan tidak ada hubungan jenis kelamin dengan konsumsi buah dan sayuran.28

Pada subyek yang berasal dari Pulau Jawa memiliki kategori perilaku yang cukup terhadap asupan sayur dan buah. Hal ini berbeda dengan subyek yang berasal dari luar Pulau Jawa termasuk dalam kategori perilaku yang baik. Hal ini sesuai dengan penelitian mendalam yang di lakukan di provinsi Lampung dan NTT menunjukkan bahwa untuk keluarga di desa, terutama keluarga miskin sayur merupakan ‘lauk’ utama sebagai pendamping makanan pokok nasi atau jagung.27 Lebih dari 90% rumah tangga sampel di kedua daerah penelitian mengkonsumsi sayur setiap hari, tetapi ada sekitar 10,2% rumah tangga di daerah penelitian di Lampung dan 10,7% di NTT yang hanya mengkonsumsi makanan pokok (nasi atau jagung) dengan sayur-sayuran.27

Dalam penelitian ini, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara asal daerah dengan perilaku mahasiswa tentang asupan sayur dan buah. Hal ini sesuai dengan pernyataan dalam penelitian Riediger ND; Shooshtari S, Moghadasian MH bahwa asal daerah tidak secara signifikan terkait dengan asupan sayur buah.29 Temuan ini sesuai dengan pengamatan sebelumnya Cullen dan rekan, yang menemukan tidak ada perbedaan asal daerah dalam konsumsi buah, jus buah, dan sayuran untuk orang tua atau anak di Texas.30

(19)

Tabel 11. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan Orangtua dengan Perilaku Mahasiswa FKUI ≥ 18 tahun tentang Asupan sayur dan buah-buahan (n = 108)

Perilaku

Keterangan Kurang(n%) Cukup(n%) Baik(n%)

Pendidikan Ayah - Rendah - - 1(100) P= 1,000 (Kolmogorov -Smirnov Z) - Sedang 2(10,5) 12(63,2) 5(26,3) - Tinggi 7(8) 56(63,6) 25(28,4) Pendidikan Ibu - Rendah 1(16,7) 3(50) 2(33,3) P= 1,000 (Kolmogorov -Smirnov Z) - Sedang 1(3,3) 19(63,3) 10(33,3) - Tinggi 7(9,7) 46(63,9) 19(26,4) Pekerjaan Ayah - Bekerja 8(8,2) 63(64,9) 26(26,8) P= 0,882 (Kolmogorov -Smirnov Z) - Tidak Bekerja 1(9,1) 5(45,4) 5(45,4) Pekerjaan Ibu - Bekerja - Tidak Bekerja 5(9,1) 4(7,5) 37(67,3) 31(58,5) 13(23,6) 18(34) P= 0,936 (Kolmogorov -Smirnov Z)

Berdasarkan tabel 11, disini terlihat bahwa tingkat pendidikan ayah subyek yang tinggi tidak berpengaruh terhadap perilaku subyek yang cukup mengenai asupan sayur dan buah, begitu juga pada tingkat pendidikan ibu subyek yang tinggi, subyek memiliki perilaku yang sama yaitu termasuk dalam kategori berperilaku cukup. Disini terlihat bahwa

(20)

pekerjaan ayah dan ibu tidak berpengaruh terhadap perilaku subyek. Akan tetapi perbedaan perilaku subyek yang cukup antara ibu yang bekerja dan tidak bekerja tidak begitu significant yaitu 37 subyek bagi ibu yang bekerja dan 31 subyek bagi ibu yang tidak bekerja. Ini berbeda halnya dengan penelitian Lytle LA dkk yang menunjukkan bahwa orangtua yang tidak punya masa pendidikan SMA (18,2% dari sampel, konsumsi buah dan sayuran lebih rendah dibandingkan dengan mahasiswa lainnya yang orangtuanya memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi.31

Hubungan antara pengetahuan dengan sikap subyek terhadap asupan sayur dan buah-buahan tidak memiliki hubungan yang bermakna nilai P lebih besar daripada 0,05. Sementara Hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku, antara karakteristik sosiodemografi dengan asupan sayur dan buah-buahan tidak memiliki hubungan yang bermakna juga. KESIMPULAN

Sebagian besar mahasiswa FKUI ≥ 18 tahun mayoritas perempuan, dominan berasal dari daerah Pulau Jawa,dengan tingkat pendidikan ayah dan ibu yang tinggi, dan sebagian besar sebanyak 97 ayah dan 55 ibu bekerja. Sebagian besar mahasiswa FKUI ≥ 18 tahun memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang asupan sayur dan buah (53,7%) dan memiliki sikap yang positif terhadap asupan sayur dan buah (87%). Perilaku dari sebagian besar mahasiswa FKUI ≥ 18 tahun memiliki perilaku yang cukup baik tentang asupan sayur dan buah (63%). Antara pengetahuan dan sikap tidak terdapat hubungan bermakna, begitu juga dengan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pekerjaan orang tua dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa FKUI ≥18 tahun tentang asupan sayur dan buah.

SARAN

Berdasarkan hasil konsumsi sayur dan buah yang masih dalam kategori cukup, oleh karena itu perlu adanya upaya peningkatan konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan pada mahasiswa FKUI ≥ 18 tahun dengan cara : Meningkatkan pemahaman mengenai pentingnya konsumsi

(21)

sayur dan buah sesuai dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGM), bagi para pembuat program gizi dengan cara sosialisasi atau mengadakan penyuluhan yang lebih intensif disertai dengan poster, atau brosur yang di sebar di wilayah kampus melalui media yang relevan yang dapat memberi nilai tambah terhadap pemahaman mahasiswa mengenai manfaat dari mengkonsumsi sayur dan buah yang sudah ada di masyarakat., tersedianya buah dan sayur yang cukup sebagai upaya untuk peningkatan kebiasaan konsumsi buah dan sayur, perlu adanya role

model agar dapat lebih menerapkan sikap dan perilaku dalam kehidupan

sehari-hari, serta penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk mengetahui lebih dalam hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku dengan asupan sayur dan buah-buahan dengan lebih memperhatikan validitas data.

DAFTAR PUSTAKA

1. Djaludwiatmodjo. Konsumsi berlebih sayur dan buah bebani kerja ginjal.

2010.

2. Primandini N, Pratiwi A. The Miracle of fruits. 1st ed. Jakarta: Etera; 2010. p. 53-65

3. Departemen Kesehatan RI, 2008. Laporan Nasional Hasil Riskesdas 2007.

Prevalensi konsumsi buah dan sayur.

4. Mahan, K.L., and Stump, S.E., 2003. Krause’s Food, Nutrition and Diet

Therapy. 11th ed. USA: W.B.Saunders.

5. Setiowati NL. 2000. Konsumsi dan preferensi sayur dan buah pada remaja di SMU I Bogor dan SMU I Pamekasan. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. 2000

6. [Sari NM. Hubungan antara faktor karakteristik, pengetahuan, sikap, akses informasi dengan perilaku tentang 12 pesan dari 13 pesan dasar gizi seimbang pada mahasiswa ekstensi sore Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok Tahun 2003. Skripsi Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2003.

7. Shils ME, Shike M, Olson J, Ross C. Fiber and other dietary factors affecting

nutrient absorption and metabolism. Dalam : Jenkins DJA., Wolever TMS,

Jenkins AL, editors. Modern Nutrition in Health and Disease. 10th ed. USA: Lippincott Williams and Wilkins; 2005. p. 679-89.

8. Dunne LJ. Nutrition almanac. 5th ed. New York: McGraw-Hill; 2002. p. 137-8. 9. WHO. Mengurangi resiko mempromosikan hidup sehat. Laporan Kesehatan

(22)

10. Zakaria FR, Irawan B, Pramudya SM, Sanjaya, Intervensi sayur dan buah pembawa vitamin C dan vitamin E meningkatkan sistem imun populasi buruh pabrik di Bogor. Jurnal Bul.Teknologi dan Industri Pangan.. 2000, 11(2). 11. Yuliarti N. Hidup sehat dengan sayuran. 1st ed. Jakarta: Cakrawala; 2010. p.

11-34

12. Jahari AB, Sumarno I. Epidemiologi konsumsi serat di Indonesia. Jurnal gizi klinik Indonesia. 2001. 25 : 37

13. Notoatmodjo S. Pendidikan dan perilaku kesehatan. 1st ed. Jakarta: PT. Rineka Cipta; 2003.

14. Wawolumaya C. Survei epidemiologi sederhana bidang perilaku kedokteran/kesehatan: Skoring. Jakarta: Percetakan Panorama; 2001. p. 59-63.

15. Notoatmodjo S. Konsep perilaku kesehatan. Dalam : Notoatmodjo, Soekidjo, et al, editors. Promosi kesehatan teori dan aplikasi. Jakarta: PT Rineka Cipta; 2005. p. 43-6.

16. Azrul A, Prihartono J. Metodologi penelitian kedokteran dan kesehatan masyarakat. Jakarta: Binarupa Aksara;

17. Departemen Kesehatan RI, 2004. Tabel angka kecukupan gizi 2004 bagi orang Indonesia.

18. Aswatini, Noveria M, Fitranita. Konsumsi sayur dan buah di masyarakat dalam konteks pemenuhan gizi seimbang. Jurnal kependudukan Indonesia.2008. Vol.3, no.2.

19. Reynolds KD, Baranowski T, Bishop DB, Farris RP, Hyg MS, Binkley D, etc.

Patterns in child and adolescent consumption of fruit and vegetables: Effects of gender and ethnicity across four sites. Journal of the American College of

Nutrition, Vol. 18, No. 3, 248–254 (1999)

20. 30. Riediger ND; Shooshtari S,; Moghadasian MH. The influence of

sociodemographic factors on patterns of fruit and vegetable consumption in canadian adolescents. Journal of the AMERICAN DIETETIC ASSOCIATION.

2007

21. Cullen KW, Baranowski T, Owens E, De Moor C, Rittenberry L, Olvera N, etc. Ethnic differences in social correlates of diet. Health Educ Res. 2002;17:7-18.

22. Lytle LA, Varnell S, Murray DM, Story M, Perry C, Birnbaum AS, etc.

Predicting adolescents intake of fruits and vegetables. Journal of Nutrition

Education and Behavior. 2003; 35: 4

23. Soetjiningsih. 1994. Tumbuh kembang anak di Indonesia. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

24. Southeasternoutdoors. Dehydration can be deadly, warns LSU agcenter nutritionist. Diakses dari http://www.southeasternoutdoors.com. 1 Juli 2011.

Gambar

Tabel  1.  Sebaran  karakteristik  subyek  berdasarkan  usia  dan  ukuran  antropometrik (n=108)
Tabel  2.  Sebaran  karakteristik  subyek  berdasarkan  jenis  kelamin,  asal  daerah,  pendidikan  ayah  dan  ibu,  serta  pekerjaan  ayah  dan  ibu  (n=108)
Tabel  3. Sebaran tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku (n=108)  Variabel  Jumlah (n)                       Persen(%)
Tabel 4. Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap mahasiswa FKUI ≥  18  tahun  tentang  asupan  sayur  dan  buah-buahan  dengan  Perilaku  mahasiswa mengenai asupan sayur dan buah-buahan (n=108)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini diawali dengan pembuatan sari lidah buaya, pengambilan ekstrak sumber pengasam berupa jeruk nipis dan jeruk lemon dan pengambilan ekstrak pigmen

3. Harap pembayaran di lakukan jika harga sudah di sepakati dan sudah kami ajukan Invoice / Faktur resmi 4. Pesanan Barang yang lunas / belum DP maka untukstok barang yang

Adanya bentuk pengistimewaan ini menunjukkan adanya hierarki, yaitu bahwa ada sesuatu yang menjadi patokan atau tolak ukur bagi yang lain, yang mana yang menjadi patokan itu

Melalui bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran, siswa dapat.. memahami materi dan konsep yang dipelajari dengan lebih

Kompetensi, independensi, serta frekuensi pertemuan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap financial distress yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur.. Kata kunci

[r]

[r]

Adanya perbedaan pengaruh penggunaan metode Jigsaw dan metode Learning Cell terhadap hasil belajar aspek kognitif mata pelajaran PPKn siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ampel