Topik 6.1
METODE EVALUASI EFEK NEGATIF
KOMPONEN NON GIZI:
Komponen alami pangan
yang dapat bersifat sebagai antinutrisi
Nurheni Sri Palupi
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIANINSTITUT PERTANIAN BOGOR -2007 PPt e-Learning ENBP
KOMPONEN ALAMI PANGAN
YANG DAPAT BERSIFAT SEBAGAI
ANTINUTRISI
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007Nurheni Sri Palupi
Fungsi pangan :
sumber kalori protein vitamin mineral dsb.
• faktor antinutrisi alami • faktor toksik alami • faktor toksik selama pengolahan
• faktor toksik lain
KEAMANAN PANGAN Hidup Sehat
Aspek mikrobiologis
Aspek
biokimia & gizi
pengaruh fisiologis dlm tubuh tidak dibahas
SENYAWA ANTINUTRISI
DALAM BAHAN PANGAN
faktor antinutrisi dalam bahan pangan nabati
Antitripsin/ AntikimotripsinHemaglutinin Saponin Fitat
Oligosakarida penyebab flatulensi Anti vitamin & vitamin antagonis Senyawa polifenol
faktor toksik dalam bahan pangan nabati
SolaninSianogenik glukosida Gosipol
Asam amino toksik (as. jengkolat & mimosin) Glukosinolat
menurunkan nilai gizi
racun & mematikan
faktor toksik akibat proses pengolahan
4 alasan penggunaan food additives :
pe+ gizi : untuk mencegah/menghilangkan defisiensi nutrisi pe+ garam → mencegah gondok
pe+ tiamin → hilang selama proses pengolahan mempertahankan kesegaran : antioksidan, preservatif, stabiliser meningkatkan sifat sensori : untuk mengubah/mempertahankan
aroma, flavor, tekstur dan warna bahan pangan bahan pembantu dalam pengolahan : senyawa pemutih
Penambahan bahan tambahan pangan (food additives) dalam jml >>>>
Reaksi antar molekul bahan pangan →terbentuk faktor toksik nitrosamin
lisinolalanin PENGENDALIAN PROSES PENGOLAHAN
Bahan pangan nilai gizi ↑
Senyawa yang mempunyai kemampuan untuk menghambat aktivitas proteolitik enzim tripsin → suatu protein
mol. kecil (relatif)
mengandung/tdk mengandung gugus gula BM 4000 - 80 000
ANTITRIPSIN
Jenis BM Keterangan Kunitz 20 000-40 000 1945Bowman-Birk 20 435 1946 Dimurnikan 1961 o/ Birk, > kuat di: Kunitz
SBTI-A1 14 300 1959 Rackis
SBTI-B1
SBTI-B2
1,9 S 16 400 1967 Yamamoto & Ikenaka
F1 18 300 1968 Rattali & Steiner, hasil pemisahan komponen2 inhibitor Kunitz
Mekanisme Penghambatan
H2N - Asp ———— Arg - COOH H2N - Ile —————— Leu - COOH
S ———————————————– S
S –—— S
Inhibitor aseli (inaktif)
H2N - Asp ———— Arg - Ile —————— Leu - COOH
S ———————— S
S –—— S
Inhibitor modifikasi (aktif)
——— Arg - COOH H2N - Ile ———
S —————————————— S Ser - CH2OH Tripsin Tripsin Inhibitor modifikasi Inhibitor modifikasi Ser - CH2- O - C Tripsin Arg |——–S O || | Ile NH2 ——S | | | | | | | | | | Kompleks Kompleks Tripsin Tripsin--InhibitorInhibitor 65 64 198 1
Sekresi enzim tripsin dari pankreas TRIPSINOGEN
(pankreas) HORMON CCK / cholesistokinin(mukosa usus)
TRIPSIN (usus) Proteolisis Penyerapan Metabolisme PROTEIN (makanan) KOMPLEKS (tripsin-antitripsin)
feses
ANTITRIPSIN PENGARUH FISIOLOGISPembengkakan pankreas (hipertrofi) Memproduksi lebih banyak enzim protease
(tripsin, kimotripsin)
Penghambatan pertumbuhan
• Kekurangan asam amino esensial belerang sehingga sintesa protein terhambat • kedelai: defisiensi AAS
• enzim protease kaya akan AAS → dengan adanya antitripsin terbuang ke feses
Antritipsin hanya bertanggung jawab thd 40% penghambatan pertumbuhan dan hipertrofi pankreas
sisanya akibat sifat protein kedelai yang belum terdenaturasi
Kombinasi antara antitripsin dan protein kedelai mentah yang belum terdenaturasi
Pengaruh Antitripsin Pada Manusia
• spesies hewan dg berat pankreas > 0,3% (berat pankreas/berat tubuh) → hipertrofi • spesies hewan dg berat pankreasnya < 0,3% → tidak hipertrofi
Hubungan antara hipertrofi pankreas dan berat relatif pankreas :
Pengaruh antitripsin terhadap manusia hampir tidak ada
Cara penghilangan :
• pemasakan : destruksi & denaturasi protein → antitripsin inaktif (perubahan konformasi alami protein : pH, pelarut organik, deterjen)
Makanan bayi ? Pemanasan kurang sempurna ?
NO2 H2N C N CH H O (CH2)2 H2C N H C NH2 NH2 O H N C NO2 + C O NH2 C H N H2C (CH2)2 O H CH N C NH2 O -+ Tripsin (OH)
-Prinsip Analisis Antitripsin
N-benzoilarginin-p-nitroanilid N-benzoil-arginin
P-nitroanilin (kuning → OD diukur)
+
• Sampel : tepung 60 - 100 mesh• Ekstraksi : NaOH 0,01 - 0,1 N ; pH 9,0 • Enzim : tripsin, kimotripsin (pankreas sapi)
• Substrat : kasein → as. Amino → OD 275 nm • BAPNA (benzoil-DL-arginin-p-nitroanilid) →
pelepasan p-nitroanilid (kuning) → OD 410 nm
Persiapan Ekstrak 1 g sampel + 50 ml NaOH 0,01N (pH > 8,0)
aduk 3 jam
sentrifus 2000g, 10’, 5oC → supernatan encerkan → 1 ml ekstrak dpt menghambat
40-60% aktivitas enzim tripsin
Ekstrak (ml) 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 Air dest. (ml) 2,0 1,8 1,6 1,4 1,2 1,0 Tripsin (ml) 2,0 2.0 2,0 2,0 2,0 2,0
Inkubasi : 5’ , 37oC (penangas air) BAPNA
(ml) 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0
Reaksikan : 10’ , 37oC As. Asetat
(ml) 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
Pengukuran OD (410 nm) 2 ml tripsin + 2 ml air + 1 ml as.asetat + 5 ml BAPNA
Antitripsin vs tripsin Antitripsin vs tripsin
Substrat vs tripsin Substrat vs tripsin
Perhitungan Aktivitas contoh : 3 seri tabung reaksi Ekstrak OD Rata2 0 0,982 0.960 0,972 0,971 0,2 0,901 0,898 0,889 0,896 0,4 0,830 0,825 0,817 0,824 0,6 0,756 0,742 0,757 0,752 0,8 0,675 0,667 0,678 0,673 1,0 0,590 0,582 0,591 0,588
Penurunan OD Per ml ekstrak
0-0,2 = 0,075/0,2 ml 0,375 0-0,4 = 0,147/0,4 ml 0,368 0-0,6 = 0,219/0,6 ml 0,365 0-0,8 = 0,298/0,8 ml 0,373 0-1,0 = 0,383/1,0 ml 0,383 Rata-rata 0,373 Perhitungan Aktivitas 1 unit antitripsin (TUI = trypsin
unit inhibited) = penurunan OD sebesar 0,01 satuan Jadi aktivitas antitripsin sampel
= 0,373/0,01x 1 TUI = 37,3 TUI/ml ekstrak
SAMPEL: kadar air = 5%; kadar protein = 32%
1 g sampel + 50 ml NaOH
Filtrat
1 ml filtrat → 25 ml (pengenceran 25 x)
Aktivitas antitripsin = (37,3 TUI / ml ekstrak)
37,3 x 25 x 50 TUI / g sampel 46 625 TUI / g sampel 100/95 x 46 625 TUI / g BK sampel 49 079 TUI / BK 100/32 x 49 079 TUI / g prot. BK 153 371,9 TUI / g prot. BK 153,37 TUI / mg prot. BK
Senyawa yang mampu mengaglutinasi (mengendapkan) sel darah merah → suatu protein → mengandung gula (KH) → Glikoprotein
karena terdapatnya spesifitas thd jenis sel darah merah (spesies)
→ Boyd & Shapleigh (1954) mengusulkan nama LEKTIN
Sifat Umum
BM 100 - 150 000
tdr. dr. 4 subunit, identik/tidak mempunyai sisi aktif pengikat gula →
mampu mengaglutinasi sel atau mengendapkan Glikoprotein
Glikoprotein yang mengandung 1-4% KH
Aglutinasi sel darah merah → ikatan antara gugus gula pada hemaglutinin dan pada dinding sel
Sifat Antinutrisi / Toksik
kedelai → kecil sekali peranannya
kacang merah (kacang jogo) → toksik (kematian)
inaktivasi → pemanasan (perebusan, otokalf) → denaturasi protein
Sumber Jml. Hemaglutinin dlm. Ransum (%) Pertambahan
BB (g/hari) Hari kematian
Black bean 0 + 2,51 0,5 + 1,04 0,75 + 0,20 1,2 - 0,91 15-19 2,3 - 1,61 12-17 4,6 - 1,72 5-7 Kidney bean 0 + 2,31 0,5 - 0,60 13-16 1,0 - 0,87 11-13 1,5 - 1,22 4-7
Mekanisme kerja → menurunkan nilai gizi
Pengaruh pada manusia
Analisis
mengikat sisi reseptor spesifik dari permukaan sel epitelial usus → penyerapan nutrien (zat-zat gizi) terhambat →
penurunan daya cerna
bereaksi dengan brush border enterosit dari duodenal dan jejunal → mengganggu penyerapan nutrien
Sepanjang dilakukan perlakuan pemanasan → pengaruh thd manusia tdk ada pemanasan tidak cukup
makanan anak/bayi dari campuran serealia dan kacang-kacangan pencampuran tepung kedelai dengan tepung terigu
visual, spektrofotometer spesies darah merah → sapi tripsinasi sel darah merah
Persiapan Sel Darah Merah
cuci 3-4 x dengan serum fisiologis (0,9 % NaCl) encerkan sampai 4% dengan bufer fosfat inkubasikan setelah ditambah larutan enzim tripsin cuci dengan serum fisiologis
encerkan sampai 1,5% dengan serum fisiologis + 0,1% glutaraldehid simpan dalam refrigerator
encerkan 5 x dengan serum fisiologis bila akan digunakan
Persiapan Ekstrak
1 g sampel + 20 ml serum fisiologis aduk-aduk 12 jam, 4oC sentrifus 3800 x g, 10’, 5oC
+ larutan HCl sampai pH 4,0 sentrifus ulang
Tdk teraglutinasi aglutinasi Kocok 0 x 2 x 4 x 8 x 16 x 32 x 64 x 128 x 256 x 1/2 ml
E
Ser. Fis.Buat satu seri tabung hemolisa (tabung reaksi kecil) Pengenceran dengan serum fisiologis
+ 1/2 ml suspensi darah
Aduk sdkt., biarkan 1-2 jam
Lihat dari atas tabung (secara visual)
Penetapan Aktivitas Aglutinasi
= pengenceran terakhir dimana masih terjadi aglutinasi
Aktivitas antitripsin = 32 x 20 x HU / g sampel 640 HU / g sampel (100/95 x 640) = 674 HU / g BK sampel (100/32 x 674) = 2106 HU / g prot. BK 2,1 HU / mg prot. BK
Jadi aktifitas hemaglutinin sampel adalah = 16 HU /0,5 ml ekstrak = 32 HU / ml ekstrak
Sampel : k.air 5%; k.protein 32% Pengenceran
0 2 4 8 16 32 64 128 256 512
+ + + + + - - - -
-SAPONIN
Turunan KH : glikosida
Hasil hidrolisa gula + sapogenin (genin)
Gugus gula : Glu, Gal, Ar, Rham, Galakturonat, Glukuronat
Gugus sapogenin : - Triterpenik (C-30)
- Steroidik (C-27)
COOH COOH OH OH OH O O CH3CH3 CH3 CH3 CH3 CH3CH3Saponin bit gula (triterpen)
H H
H
COOH O OH O OH OH OH O OH OH OH O O CH3 β α
Dioscine (saponin Dioscoreaceae)
(steroidik)
Sterol (C 27)
SIFAT FISIK SAPONIN
1. Jarang dalam bentuk murni/kristal
2. Larut dalam air; sdkt dlm metanol/etanol pkt & dingin;
tdk larut dalam pelarut organik
3. Dapat mengendap dlm lrt garam (terutama logam brt)
4. Dpt berinteraksi dg seny. fenol & alkhl kompleks
Sumber : hampir setiap tanaman bbrp.btk sifat ≠
saponin nama umum
Contoh : kac. kedelai: 5 macam saponin (A,B,C,D,E)
1. Umumnya mematikan ikan
unt.menghitung tosksitas digunakan ikan
saponin mengikat oksigen air ke Θ O
2
mati
2. Iritasi sal. penc. : menghemolisis sel-sel pencernaan
3. Modifikasi transit dlm. sal. pencernaan
Sel
Membran : fosfolipida, protein, kolesterol
PENGARUH
-Hemolisis: pemecahan lumen
perbedaan tek. osmotik: P luar < P dlm
Menurunkan kolesterol plasma As. empedu:
- kolesterol - lesitin - protein
Jadi yang berpengaruh thd kolesterol: - dietary fiber
- saponin
lambung
feses
pengikatan o/ saponin yang diserap ber Θ as. Empedu ± 90% ± 60% ~ dietary fiber Perlu suplai >>> Me kolesterol plasma Menc. jant. koroner
hati
empedu
PENGARUH +
10% disuplai dr. plasma darah
1. Sampel (± 25 g) diekstrak lemaknya dg. Hexan 2. Residu tanpa lmk. diekstrak dg propanol 70% 3. Sentrifuse supernatan (vol: 50 ml)
Sel darah merah:
1. Darah segar + antikoagulan 2. Cuci (serum fisiologis) jernih
3. Buat suspensi sel darah dlm serum fisiologis (2/100 ml) 4. Simpan dlm refrigerator
ANALISIS SAPONIN
1. 1 ml ekstrak
Penangas air 100OC oven 100OC propanol
2. residu + 1 ml K2HPO40.067 M + 1 ml suspensi drh
+ 3 ml camp. Serum fis + K2HPO4 (1:1)
3. Homogenisasi & inkubasi 20 jam 4. Sentrifuse 5. Ukur OD supernatan : λ 520 nm Supernatan (sel terhemolisis) Sel utuh Hemolisis: warna pkt Abs
PROSEDUR
-D-Gal-(1-6)- -D-Glu-(1-2)--D-Fru
Rafinosa(
-D-Gal-(1-6))
2
-
-D-Glu-(1-2)--D-Fru
Stakiosa(
-D-Gal-(1-6))
3
-
-D-Glu-(1-2)--D-Fru
Verbaskosa• mengandung ikatan -galaktosida
• flatulensi : keadaan menumpuknya gas-gas di lambung • terdapat dalam : biji-bijian, kacang-kacangan • verbaskosa, stakiosa, rafinosa
tdk dicerna usus mamalia ada enzim -galaktosidase
Fermentasi bakteri usus gas : CO2 Tanda-tanda patologis : - sakit kepala - pusing - pe↓ konsentrasi - odema kecil
Penghilangan : perendaman dalam air, perkecambahan & fermentasi
OLIGOSAKARIDA
OLIGOSAKARIDA
FLATULENSI
FLATULENSI
Prinsip: Oligosakarida dipisahkan menggunakan kromatografi kertas
Kromatografi :
• kertas whatman no. 1 • ascending dalam gelas ukur 10 L
• migrasi : campuran propanol : etil asetat : air (7:1:2) • kering anginkan
• semprot dengan campuran difenil-amin, anilin dan asam ortofosfat dalam aseton
• oven: spot biru kehitaman
Penetapan kadar oligosakarida secara kualitatif :
• membandingkan Rf dengan oligosakarida standar
PENETAPAN KADAR OLIGOSAKARIDA FLATULENSI
Ekstraksi sampel :
• etanol 70% • saring
• filtrat dipekatkan + Pb asetat • sentrifus, saring filfrat
Kromatografi Kertas
Kromatografi Kertas
Reference:
General Chemistry 101/102
Laboratory Manual
Kromatografi Kertas
Kromatografi Kertas
Tujuan
Tujuan
Teknik kromatografi kertas digunakan untuk
Teknik kromatografi kertas digunakan untuk
memisahkan
memisahkan campuran homogen
campuran homogen ke dalam
ke dalam
masing
masing--masing komponennya.
masing komponennya.
Pertimbangan Keamanan
Pertimbangan Keamanan
Butanol dan amonia (keduanya cair dan mudah
Butanol dan amonia (keduanya cair dan mudah
menguap) adalah toksik dan menyebabkan iritasi
menguap) adalah toksik dan menyebabkan iritasi
kulit dan mata. Simpan amonia dalam
kulit dan mata. Simpan amonia dalam hood
hood dan
dan
tutup semua larutan butanol dan amonia.
tutup semua larutan butanol dan amonia.
Buang butanol ke dalam wadah pembuangan di
Buang butanol ke dalam wadah pembuangan di
dalam
dalam hood
hood..
1 cm
2 mm
Ambil kertas kromatograsi dan
Ambil kertas kromatograsi dan
gambar garis lurus 1 cm dari bawah
gambar garis lurus 1 cm dari bawah
dengan pensil.
dengan pensil.
Prosedur
Prosedur
Tempatkan 25 mL pelarut dalam
Tempatkan 25 mL pelarut dalam
beaker 600 mL. Tutup beaker hingga
beaker 600 mL. Tutup beaker hingga
ke bagian samping.
ke bagian samping.
25 mL
Spotkan titik kecil untuk empat
Spotkan titik kecil untuk empat
indikator pada garis tersebut.
indikator pada garis tersebut.
Kromatografi Kertas
Kromatografi Kertas
Prosedur
Prosedur
Buat titik dan tandai keempat indikator dan satu
Buat titik dan tandai keempat indikator dan satu
spot yang tidak diketahui. Jarak antara spot satu
spot yang tidak diketahui. Jarak antara spot satu
dengan lain sekitar 2 cm.
dengan lain sekitar 2 cm.
2 cm
Setelah spot kering, buat titik sekali lagi.
Setelah spot kering, buat titik sekali lagi.
Kromatografi Kertas
Kromatografi Kertas
Prosedur
Prosedur
Pada saat spot kering, bentuk kertas
Pada saat spot kering, bentuk kertas
menjadi silinder dengan spot
menjadi silinder dengan spot
menghadap ke luar. Stepler
menghadap ke luar. Stepler
ujungnya menjadi satu agar tetap
ujungnya menjadi satu agar tetap
lurus dan jangan sampai tersentuh.
lurus dan jangan sampai tersentuh.
Tempatkan silinder kertas ke
Tempatkan silinder kertas ke
dalam beaker 600 mL dan tutup
dalam beaker 600 mL dan tutup
kembali. Pastikan silinder tidak
kembali. Pastikan silinder tidak
menyentuh dinding gelas
menyentuh dinding gelas
beaker.
beaker.
Kromatografi Kertas
Kromatografi Kertas
Prosedur
Prosedur
Biarkan kromatogram berkembang
Biarkan kromatogram berkembang
hingga pelarut mencapai bagian atas
hingga pelarut mencapai bagian atas
kertas, 2 cm dari kertas bagian atas.
kertas, 2 cm dari kertas bagian atas.
Angkat kromatogram dari gelas beaker
Angkat kromatogram dari gelas beaker
dan segera tandai ujung pelarut
dan segera tandai ujung pelarut
dengan pensil.
dengan pensil.
Biarkan kromatogram kering sebelum
Biarkan kromatogram kering sebelum
dilanjutkan ke tahap berikutnya.
dilanjutkan ke tahap berikutnya.
Kromatografi Kertas
Kromatografi Kertas
Prosedur
Prosedur
Letakkan kromatogram ke dalam
Letakkan kromatogram ke dalam
hood
hood dan semprot sedikit dengan
dan semprot sedikit dengan
air. Tempatkan ke dalam tabung
air. Tempatkan ke dalam tabung
yang berisi amonia.
yang berisi amonia.
Ambil silinder dari tabung
Ambil silinder dari tabung
amonia dan buka
amonia dan buka
gulungannya. Segera
gulungannya. Segera
lingkari daerah yang
lingkari daerah yang
berwarna dengan pensil.
berwarna dengan pensil.
Kromatografi Kertas
Prosedur
Prosedur
Tentukan nilai R
Tentukan nilai R
FFsetiap titik
setiap titik
yang berwarna pada standar
yang berwarna pada standar
dan sampel.
dan sampel.
a b c d R RF(a)F(a) == aa dd
Gunakan nilai R
Gunakan nilai R
FFdari hasil
dari hasil
perhitungan untuk
perhitungan untuk
menentukan komponen dari
menentukan komponen dari
sampel yang ingin diketahui.
sampel yang ingin diketahui.
Kromatografi Kertas
Kromatografi Kertas
PENETAPAN KADAR OLIGOSAKARIDA FLATULENSI
Kualitatif : perbandingan Rf sampel & standar
Kuantitatif : perbandingan luas spot
Std Sampel
Vr
St
Rf
1 2Sampel 1: Rf + St
Sampel 2: Rf + St + Vr
Eluen : propanol:etil-asetat:air
Sampel : ekstrak dg alkohol 70%
KUALITATIF
PENETAPAN KADAR OLIGOSAKARIDA FLATULENSI
Perhitungan Luas spot:
Jiplak kertas lain (kalkir)
Gunting spot yang telah dijiplak
Timbang:
Vr
St
Rf
KUANTITATIF Kertas ukuran 1 x 1 cm = 4 g Spot 1 = 1.5 g luas = 1.5/4 x 1 cm2 = … Spot 2 = 3.0 g luas = 3/4 x 1 cm2= … Spot 3 = 6.0 g luas = 6/4 x 1 cm2= … Spot 4 = 8.5 g luas = 8.5/4 x 1 cm2 = … 1.5 g 3 g 6 g Konst (mg/ml) Luas (cm2)Penetapan kadar oligosakarida secara kuantitatif :
• pada kertas whatman lain lakukan kromatografi → tanpa disemprot • spot oligo digunting
• diekstrak dengan 2 ml akuades 1 malam • sentrifus → supernatan
• 1 ml supernatan + 2 ml tiobarbiturat + 1 ml HCl • panaskan dalam penangas air
(T 100oC ; t 6 menit) • warna kuning
• dinginkan → ukur OD pada 432 nm • hitung konsentrasi berdasarkan
kurva standar
1. Mengukur luas spot sampel dibandingkan dengan kurva standar
(hubungan antara jml oligosakarida dan luas spot)
2. melakukan prosedur kromatografi seperti sebelumnya :
mg oligosakarida OD 432 nm Tanin
asam fenolat
flavonoid
tanin
Polifenol tanaman
akar
batang
daun
bunga
buah
biji
menurunkan daya cerna protein danbioavailabilitas mineral (Fe) Asam Fenolat asam klorogenat
asam kafeat senyawa O-difenol lain
Mudah teroksidasi
(oksigen)
- suasana alkali, atau - enzim polifenol oksidaseRadikal orto-semikuinon/ molekul orto-kuinon sangat reaktif PRODUK warna coklat; BM↑
POLIFENOL
POLIFENOL
SENYAWA POLIFENOL (as.fenolat. flavonoid, tanin)
Sifat antinutrisi:
1. membt.kompleks dg.protein : DC
availabilitas lisin 2. membt.kompleks.dg.mineral : ketersediaan mineral
Fenolat (mudah teroksidasi) enz.fenolase alkali / pH = O O II R -OH OH R -sangat.reaktif X Senyawa lain
produk warna coklat BM
BROWNING ENZIMATIK (sayuran & buahan) Kuinon
Prot - lisin
--- C – C – C – C – C – C O OH NH3 NH3 C α β γ δbbs
Kemungkinan berikatan
dg. senyawa lain (polifenol)
berikatan dg. a.a. lain
MASALAH DLM PENGOLAHAN PANGAN
Kentang goreng (French Fries)
kentang
kupas
iris
Fenolase aktif
Kuinon
warna berubah
(browning enzimatis) NG prot
- Sumber minyak & protein
- Penggunaannya terbatas mengandung senyawa orto-difenol coklat pd.saat ekstrak pd pH alkalis - Penanganan: - ekstraksi dilakukan pada pH asam
Pencegahan : - perendaman dlm air - perendaman larutan garam - blanching
- sulfurisasi: sulfit mencegah browning non-enzimatik gula reduksi + a.a.
Aldehid/keton X amina ikat
KUINON
gugus sulfhidril SISTEIN gugus -amino LISIN gugus -amino AA terminal LISIN METIONIN, TRIPTOFAN
SELAMA EKSTRAKSI DAUN:
metionin sulfoksidametionin
tidak dapat digunakan tubuh sebaik metionin Horigome & Kandatsu, 1968 :
Horigome & Kandatsu, 1968 : kasein
as. kafeat teroksidasi (enzimatis) atau as. isoklorogenat
atau polifenol lain
PROTEIN(coklat)NILAI BIOLOGIS DAYA CERNA Lisin tersedia Ex: tirosinase
Hurrell et al., 1982 : in vitro kasein
(5%)
as. kafeat (0.2-1.5%)
pH 7 Lys hilang maks pH 6,8 & 7,5 hanya ½-nya
tirosinase
Tnp. tirosinase
pH 10 sdkt Lys hilang Reaksi lisin tergantung pada:
- pH - oksigen - suhu - waktu - konsentrasi as kafeat Pembuatan:
- isolat protein (biji bunga matahari) - konsentrat protein daun
pH diatur 8-9 atau < 6
Hurrell et al., 1982 : in vivo kasein (5%)
as. kafeat(0,5%) Ketersediaan AA 3 jam, 20oC pH 7,0+ tirosinase pH 10,0Lisin Metionin Triptofan
pH 10,0 44% 26% 13%
pH 7,0 + tyr 19% 13% 8%
Lisin : -amino bereaksi dengan kuinon Metionin : teroksidasi menjadi metionin sulfoksida
Triptofan : daya cerna protein menurun
Senyawa kompleks (kasein-as kafeat)
Hurrell et al., 1982 : Setelah hidrolisa alkalis:
Larutan kasein (5 %)
As. kafeat (pH 10)
0.2 %
Met sulfoksida : 1,4 g/16 g N
0.5 %
Met sulfoksida : 2,1 g/16 g N
1.5 %
Met sulfoksida : 2,2 g/16 g N
Lisin → membentuk kompleks dengan kafeokuinon → tidak dapat diserap
Kasein + as. Kafeat (4%), pH 10,0 → 26% kasein-as kafeat dalam feses
Kasein + as. Kafeat (4%), pH 7,0 + tirosinase → 12% kasein-as kafeat dalam feses Kadar metionin dalam kasein yang tidak direaksikan : 2,7 g/16 g N
(tidak mengandung Metionin-sulfoksida)
Metode Spektrofotometri :
• contoh sorgum
• prinsip : ion feri direduksi menjadi fero oleh tanin
• kompleks ferisianida-ion fero warna biru (prussian blue): OD 720 nm • standar D-katecin
Ekstrak tanin + FeCl3+ K3Fe(CN)6 Metode Vanilin :
• prinsip : tanin + vanilin → warna • OD 500 nm
• standar D-katecin
Metode Pengendapan Protein :
• prinsip : tanin + protein (serum albumin) + FeCl3
• OD 510 nm • standar D-katecin