• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIANPUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. persepsi seseorang mengenai dunia. Gangguan mood adalah merupakan suatu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIANPUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. persepsi seseorang mengenai dunia. Gangguan mood adalah merupakan suatu"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIANPUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Depresi

2.1.1.1 Definisi Depresi

Mood adalah suatu emosi yang terus menerus dan pervasif yang mewarnai persepsi seseorang mengenai dunia. Gangguan mood adalah merupakan suatu kelompok kondisi klinis yang ditandai dengan hilangnya kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan yang berat.2

Depression is a common mental disorder that presents with depression mood, loss of interest or pleasure, decreased energy, feeling of guilt or low self-worth, disturbed sleep or appetite, and poor concentration yang berarti, depresi merupakan gangguan mood atau mental yang umum ditandai dengan penurunan suasana hati atau sedih, kehilangan minat atau kesukaan, penurunan energi, perasaan bersalah dan penurunan harga diri, gangguan tidur, gangguan nafsu makan dan penurunan konsentrasi.1Depresi didefinisikan pula sebagai satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pola tidur, nafsu makan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri.2

(2)

2.1.1.2 Epidemiologi Depresi

Gangguan depresi berat merupakan tipe yang paling sering terjadi dengan prevalensi seumur hidup berkisar antara 10% sampai dengan 25% pada wanita dan 5% sampai dengan 12% pada laki-laki.11World Mental Health Survey yang dilakukan WHO menunjukan 17 negara dengan rata-rata 1 dari 20 orang populasi menderita depresi, dan dikatakan pula sekitar 350.000 orang didunia menderita depresi.1

Data dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) tahun 2013menyatakan Prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk Indonesia berada diangka 6,0%. Prevalensi warga Jawa Barat yang mengalami gangguan mental emosional mencapai 9,3% dan beradadiurutan ke dua setelah Sulawesi Tengah dan sejajar dengan Sulawesi Selatan.4

Depresi dua kali lebih sering dialami oleh wanita dari pada laki-laki. Perbedaan tersebut tidak diketahui mekanisme pastinya, hanya saja dihubungkan dengan perbedaan hormon, efek melahirkan, perbedaan stresor psikososial, dan model perilaku tentang keputusasaan.2,11 Berdasarkan kelompok usia depresi dapat dialami dari rentang usia anak-anak sampai dengan usia 50 tahun. Rerata kelompok usia yang mengalami depresi ada pada kelompok usia 30 tahunan. Kelompok depresi berat rata-rata terjadi pada usia 40 tahun, rata-rata yang memiliki onset depresi berada pada kelompok usia 20 sampai 50 tahun. Umumnya depresi dialami oleh orang-orang yang tidak memiliki hubungan interpersonal yang erat atau pada orang yang mengalami perceraian dan perpisahan.2

(3)

Secara umum terdaftar faktor-faktor yang menyebabkan munculnya depresi. Faktor-faktor tersebut yaitu :

1. Faktor Biologis a) Amin Biogenik

Norepineprin dan serotonin merupakan neurotransmiter yang paling berperan dalam terjadinya gangguan mood. Turunnya regulasi pada reseptor beta-adenergik menandakan adanya peranan dari norepineprin dalam terjadinya masalah depresi dan adanya aktifasi dari reseptor alfa 2-adenergik yang menyebabkan penurunan jumlah pelepasan norepineprin.2

Penurunan jumlah serotonin dinyatakan mampu menimbulkan depresi pada seseorang dan pada beberapa kasus bunuh diri ditandai pula dengan tingkat konsentrasi serotonin yang rendah. Dopamin juga merupakan kelompok amin biogenik yang dihubungkan dengan munculnya masalah depresi ketika kadar dopamin mengalami penurunan.2

b) Regulasi Neuroendokrin

Adanya masalah pada disregulasi neuroendokrin telah dilaporkan terjadi pada pasien gangguan mood, regulasi yang abnormal pada sumbu neuroendokrin merupakan hasil dari adanya abnormalitas dari neuron yang mengandung amin biogenik. Sumbu neuroendokrin yang menarik perhatian adalah sumbu adrenal, tiroid, dan hormon pertumbuhan. Penurunansekresi nokturnal melantonin,

(4)

penurunan pelepasan prolaktin terhadap pemberian tryptophan, penurunan kadar Follicle Stimulating Hormone (FSH), dan Luteinzing Hormone (LH), serta adanya penurunan kadar testosteron pada laki-laki.2

c) Pembangkitan Neuron

Proses elektrofisiologi dimana stimulasi yang berulang dari suatu neuron akan menimbulkan suatu potensial aksi. Adanya pembangkitan yang abnormal pada bagian temporalis menimbulkan suatu hubungan munculnya gejala-gejala gangguan mood.2

d) Regulasi Neuroimun

Disregulasi sumbu kortisol mungkin mempengaruhi status imunitas seseorang. Abnormalitas pada hipotalamus terhadap regulasi sistem imun dihubungkan pula dengan munculnya gejala psikiatrik dari gangguan mood.2

e) Neuroanatomis

Gejala gangguan mood dan temuan penelitian biologis yang mendukung terjadinya gangguan mood menyatakan bahwa ada suatu hubungan yang melibatkan gangguan mood dengan sistem limbik. Gangguan neurologis di ganglia basalis dan sistem limbik kemungkinan muncul bersama dengan gejala depresi. Keduanya memiliki peranan utama dalam meregulasi emosi.2

(5)

Genetika merupakan suatu hal yang sangat penting dalam perkembangan gangguan mood. Penelitian terhadap keluarga secara berulang ditemukan bahwa sanak saudara derajat pertama dari penderita gangguan bipolar I memiliki resiko 10 kali lebih mungkin menderita depresi berat. Penelitian sebuah keluargasanak saudara derajat pertama penderita gangguan depresi berat beresiko 1,5sampai 2,5 kali lebih besar untuk menderita depresi berat.2

Dua dari tiga penelitian terhadap anak adopsi memiliki suatu komponen genetika untuk terjadinya depresi berat. Risiko depresi tetap ada pada anak biologis yang berasal dari orang tua yang mengalami depresi kemudian di adopsi oleh orang tua yang tidak menderita gangguan mood.2Penelitian terhadap anak kembar menunjukan angka kesesuaian untuk gangguan depresi berada 50% untuk kembar monozigot dan 10% sampai 20% untuk kembar dizigot.2

3. Faktor Psikososial

Peristiwa kehidupan yang menyebabkan stres lebih sering menjadi awal dari episode depresi. Data yang mendukung bahwa peristiwa kehidupan memiliki hubungan yang erat adalah pada seseorang yang kehilangan orang tua sebelum usia 11 tahun dan kehilangan pasangan.2

Faktor psikoanalitis dan psikodinamika, Sigmud Freud menyatakan bahwa kekerasaan yang dilakukan oleh pasien depresi di arahkan secara internal terhadap adanya kehilangan suatu objek yang dimilikinya,sehingga penderita depresi merasa bahwa dirinya bersalah,

(6)

dan mencela diri sendiri. Heinz Kohut mendefinisikan orang yang mengalami depresi merasakan suatu ketidak lengkapan dan putus asa karena tidak menerima respon yang diinginkan. Respon tersebut diartikan untuk mempertahankan harga diri dan perasaan utuh.2Menurut teori kognitif, adanya interpretasi yang keliru terhadap penilaian negatif pada pengalaman hidup, penilaian diri yang negatif, pesimisme, dan keputus asaan selanjutnya akan menyebabkan perasaan depresi.2

2.1.1.4 Gejala Klinis

Pada Pedoman Penanggulangan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III menyatakan bahwa gejala klinis depresi antara lain :12

1. Gejala utama (pada derajat ringan, sedang, dan berat) : a) Suasana perasaan yang depresi atau sedih atau murung. b) Kehilangan minat dan kegembiraan.

c) Berkurangnya energi yang menunju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktifitas.

2. Gejala penyerta :

a) Konsentrasi dan perhatian berkurang. b) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang.

c) Gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna. d) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistik.

(7)

e) Gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri sendiri atau bunuh diri.

f) Gangguan tidur.

g) Nafsu makan berkurang.

2.1.1.5 Derajat Depresi

Penilaian klinis dengan menggunakan PPDGJ-III terhadap gejala-gejala depresi mengelompokkandepresi kedalam episode depresi ringan, sedang, berat, dengan tanda pada masing-masing episode adalah :12

1. Depresi Ringan

a) Harus ada dua gejala dari kelompok gejala utama.

b) Disertai minimal dua gejala dari kelompok gejala penyerta. c) Tidak boleh ada gejala yang berat di antaranya.

d) Lamanya seluruh episode sekurang-kurangnya berlangsung selama dua minggu.

e) Sedikit kesulitan dalam meneruskan pekerjaan, hubungan sosial, dan kegiatan sehari-hari

2. Depresi Sedang

a) Harus ada dua gejala dari kelompok gejala utama.

b) Disertai dengan minimal tiga gejala (dan sebaiknya empat) dari gejala penyerta.

(8)

d) Sangat sulit untuk meneruskan pekerjaan, hubungan sosial, dan kegiatan sehari-hari.

3. Depresi Berat Tanpa Gejala Psikotik a) Harus ada tiga gejala dari gejala utama.

b) Disertai dengan minimal empat gejala dari gejala penyerta.

c) Bila ada gangguan psikomotor (seperti agitasi dan retardasi psikomotor) yang sangat mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejala secara rinci. d) Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya dua minggu, tetapi

bila gejala sangat berat maka gejala akan berlangsung sangat cepat. e) Sangat tidak mungkin untuk dapat meneruskan kegiatan sosial,

pekerjaan, atau urusan rumah tangga. 4. Depresi Berat Dengan Gejala Psikotik

a) Semua gejala yang memenuhi kriteria depresi berat tanpa gejala psikotik.

b) Disertai dengan adanya waham, halusinasi, atau stupor depresif.

2.1.2 Narapidana

2.1.2.1 Definisi Narapidana

UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan mendefinisikan warga binaan pemasyarakatan adalah narapidana, anak didik pemasyarakatan, dan klien pemasyarakatan.5,13 Terpidana adalah seorang yang dipidana berdasarkan putusan

(9)

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap5,narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana dan hilang kemerdekaannya di lembaga pemasyarakatan,5,13 sehingga narapidana diartikan pula sebagai seseorang yang melakukan tindak pidana.5Narapidana sesungguhnya bukanlah manusia yang memiliki status berbeda dengan manusia lainnya yang sewaktu-waktu dapat melakukan kesalahan yang dapat dikenakan pidana.10,13

Kehilangan kemerdekaan di lembaga pemasyarakatan merupakan kondisi dimana warga binaan harus berada di dalam lembaga pemsyarakatan, tetapi harus tetap didekatkan dan dikenalkan dengan masyarakat dan tidak boleh di asingkan dari masyarakat, antara lain berhubungan dengan masyarakat dalam bentuk kunjungan, hiburan di lembaga pemsyarakatan dari anggota masyarakat yang bebas, dan kesempatan berkumpul dengan sahabat dan keluarga.13

a. Narapidana Non-Residivis

Narapidana non residivis disebut juga narapidana baru yang artinya merupakan narapidana yang baru pertama kali menjadi penghuni di lembaga pemasyarakatan atau baru menyandang status narapidana, hal ini tercantum dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.6

b. Narapidana Residivis

Residivis dimaksud juga dengan pengulangan yang secara umum ialah apabila seseorang melakukan suatu tindak pidana dan untuk itu dijatuhi pidana padanya, akan tetapi dalam jangka waktu tertentu :6

(10)

1. Sejak setelah pidana tersebut dilaksanakan seluruhnya atau sebagian, atau

2. Sejak pidana tersebut seluruhnya dihapuskan, atau apabila kewajiban menjalankan/melaksanakan pidana itu belum daluwarsa, ia kemudian melakukan tindak pidana lagi.

Dari uraian tersebut, terdapat syarat-syarat yang harus terpenuhi, yaitu :6 1) Pelakunya harus sama.

2) Terulang tindak pidana terdahulu telah dijatuhi pidana (yang sudah memiliki kekuatan tetap).

3) Pengulangan terjadi dalam kurun waktu tertentu. Yang dimaksud dengan jangka waktu tertentu adalah sekurang-kurangnya 5 tahun setelah menjalani hukuman pidananya.

2.1.2.2 HakNarapidana

Proses pembinaan narapidana di lembaga pemasyarakatan juga terdapat suatu hak-hak narapidana yang tercantum dalam Undang-Undang No.12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan Pasal 14 ayat (1) berupa :5

a. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya. b. Mendapatkan perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani. c. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran.

d. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak. e. Menyampaikan keluhan.

(11)

f. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti berita media masa lainnya yang tidak dilarang.

g. Mendapatkan upah dan premi atas pekerjaan yang dilakukannya.

h. Menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum, atau orang tertentu lainnya.

i. Mendapatkan pengurangan masa pidana.

j. Mendapat kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga. k. Mendapat pembebasan bersyarat.

l. Mendapatkan cuti menjelang bebas.

m. Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.1.2.3 Kewajiban Narapidana

Narapidana memiliki kewajiban yang tercantum dalam Pasal 15 ayat (1) UU No.12 Tahun 1995 yang menyatakan bahwa narapidana wajib mengikuti secara tertib program pembinaan dan kegiatan tertentu.5

2.1.3 Pemasyarakatan

2.1.3.1 Definisi Lembaga Pemasyarakatan

Pasal 1Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan menyatakan bahwa pemasyarakatan adalah suatu kegiatan untuk melakukan pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan, dan tata

(12)

peradilan pidana.5 Sistem pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batasan serta cara pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara pembinaan, yang dibina, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas warga binaan pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggungjawab.5,10 Lembaga pemasyarakatan yang selanjutnya disebut dengan LAPAS adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan narapidana, anak didik pemasyarakatan. Istilah ini dipilih sesuai dengan visi dan misi dari lembaga itu sendiri yaitu untuk mempersiapkan warga binaan kembali ke masyarakat.6

2.1.3.2 Prinsip Pokok Pemasyarakatan

Terdapat sepuluh prinsip pokok dalam pemasyarakatan menurut Departemen Kehukuman tahun1990, yaitu :14

1. Mengayomi dan memberikan bekal hidup kepada narapidana agar dapat menjalani perannya sebagai masyarakat yang baik dan berguna.

2. Penjatuhan hukuman pidana bukan berarti tindakan balas dendam oleh negara.

3. Memberikan pembimbingan bukan penyiksaan kepada narapidana agar mereka insyaf dengan memberikan norma-norma hidup, kehidupan dan menyertakan narapidana dalam kegiatan-kegiatan sosial untuk menumbuhkan rasa kehidupan sosial.

(13)

4. Negara tidak berhak membuat narapidana menjadi lebih buruk atau lebih jahat dari sebelum mereka dijatuhi hukuman pidana.

5. Narapidana tidak boleh di asingkan selama mereka kehilangan kemerdekannya. Sehingga kunjungan kelembaga pemsyarakatan tetap dipertahankan.

6. Pekerjaan yang diberikan kepada narapidana tidak boleh sebagai pengisi waktu luang dan tidak boleh diberi pekerjaan untuk memperoleh keuntungan jabatan atau kepentingan negara.

7. Bimbingan dan didikan yang diberikan harus berdasarkan Pancasila. 8. Narapidana hanya dijatuhi hukuman hilangnya kemerdekaan.

9. Disediakan dan dipupuk sarana-sarana yang dapat mendukung fungsi rehabilitasi yang dapat mendukung fungsi rehabilitasi, koreksi, dan edukasi dalam sistem pemasyarakatan.

2.1.3.3 Tujuan Pemasyarakatan

Lembaga Pemasyarakatan memiliki tujuan yang utama yaitu untuk melakukan pembinaan bagi warga binaan pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara pembinaan sebagai akhir dari sistem pemidanaan dalam sistem peradilan pidana. Dilembaga pemasyarakatan terdapat suatu program pembinaan yang disesuaikan dengan tingkat pendidikan, jenis kelamin, agama dan jenis tindak pidanana yang dilakukan narapidana tersebut.6 Tujuan tersebut telah

(14)

disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari undang-undang yaitu agar narapidana dapat kembali ke masyarakat dan dapat berpartisipasi membangun bangsa.

2.1.3.4 Fungsi Pemasyarakatan

Fungsi sistem pemasyarakatan dalam pasal 3 ayat (2) UU No.12 Tahun 1995 menyatakan bahwa sistem pemasyarakatan berfungsi untuk menyiapkan warga binaan pemasyarakatan agar dapat berintegrasi secara sehat sebagai anggota masyarakat, sehingga dapat berperan kembali sebagai anggota masyarakat yang bebas dan bertanggungjawab.5

Pemasyarakatan juga berfungsi untuk melindungi masyarakat dari kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh warga binaan pemasyarakatan, serta merupakan penerapan dan bagian yang tidak terpisahkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila, sehingga dengan demikian sistem pemasyarakatan di Indonesia lebih didasarkan pada aspek pembinaan narapidana, anak didik pemasyarakatan, ataupun klien pemasyarakatan yang mempunyai ciri-ciri preventif, kuratif, rehabilitatif, dan edukatif.13

2.1.3.5 Klasifikasi Lembaga Pemasyarakatan

Lembaga Pemasyarakatan dibedakan berdasarkan klas atau daya tampungnya menjadi :15

(15)

1. Klas I memiliki kapasitas lebih dari 500 orang.

2. Klas II dibedakan menjadi Klas II A yang memiliki kapasitas antara 250 sampai 500 dan Klas II B memiliki kapasitas daya tampung kurang dari 250 orang.

3. Klas III

Adapun klasifikasi yang dibedakan berdasarkan pelayanannya menjadi dua, yaitu :15

1. Lembaga Pemasyarakatan Umum yang menampung narapidana laki-laki dewasa dengan rentang usia di atas 25 tahun.

2. Lembaga Pemasyarakatan Khusus yang di kelompokan lagi menjadi a. Lembaga Pemasyarakatan Khusus Wanita Dewasa yang memiliki

rentang usia di atas 18 tahun atau sudah menikah

b. Lembaga Pemasyarakatan Khusus Anak yang memiliki usia di bawah 18 tahun yang dibagi lagi menjadi khusus anak laki-laki dan anak perempuan.

2.1.4 Asas Dalam Sistem Pembinaan

Sistem pembinaan pemasyarakatan dilakukan berdasarkan asas :13,5

a. Pengayoman adalah perlakuan terhadap warga binaan pemasyarakatan dalam rangka melindungi masyarakat dalam rangka melindungi masyarakat dari kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh warga

(16)

binaan pemasyarakatan, juga memberikan bekal kehidupan kepada mereka agar menjadi warga yang berguna dalam masyarakat.

b. Persamaan perlakuan dan pelayanan adalah memberikan perlakuan dan pelayanan yang sama kepada warga binaan pemasyarakatan dengan sama tanpa membeda-bedakan individu.

c. Pembinaan dan pendidikan dilakukan berdasarkan pada pancasila yaitu penanaman jiwa kekeluargaan, keterampilan, pendidikan kerohanian dan berkesempatan untuk beribadah.

d. Penghormatan harkat dan martabat sebagai manusia e. Kehilangan kemerdekaan sebagai satu-satunya penderitaan

f. Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang-rang tertentu yang artinya mereka harus tetap didekatkan dengan masyarakat dan tidak boleh dijauhkan dari masyarakat meskipun hanya dalam bentuk kunjungan, hiburan ke lembaga pemasyarakatan, dan kesempatan bertemu sahabat dan keluarga dalam program cuti mengunjungi keluarga.

2.2 Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Banceuy Jawa Barat

Lembaga Pemasyarakaratan Klas II A Banceuy Bandung Jawa Barat beralamat di jalan Soekarno Hatta No. 187 A Bandung, sebelumnya beralamat di jalan Banceuy No. 8 Bandung. Berdasarkan Surat Menteri Kehakiman RI No. W8.UM.01.06.245 A tanggal 30 September 1990 tentang pembentukan lembaga

(17)

pemasyarakatan narkoba, Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Banceuy dijadikan tempat pembinaan narapidana kasus narkotika dari Kantor Wilayah Departemen Kehakiman DKI Jakarta dan Jawa Barat.19

Visi dan Misi dari Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Banceuy adalah sebagai berikut :

Visi : Pemulihan kesatuan hubungan hidup dan penghidupan Warga Binaan Pemasyarakatan sebagai individu, anggota masyarakat dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

Misi : Melaksanaan pembinaan narapidana korban penyalahguna narkoba melalui program terapi terpadu agar mampu membebaskan narapidana dari ketergantungan narkoba dan tidak melanggar hukum lagi.

2.3 Kerangka Pemikiran

Narapidana adalah warga binaan pemasyarakatan dan merupakan seseorang yang melakukan tindak pidana atau terpidana yang hilang kemerdekaan di lembaga pemasyarakatan. Narapidana terbagi menjadi narapidana non residivis atau narapidana baru dan narapidana residivis yaitu narapidana yang kembali melakukan tindak pidana yang sama dalam waktu kurang dari lima tahun.

Kehilangan kemerdekaan dapat diartikan bahwa narapidana hilang kebebasannya dalam melakukan kegiatan sehari-hari seperti orang yang berada diluar lembaga pemasyarakatan yang dapat menentukan sendiri dalam memenuhi kebutuhan primer, sekunder dan tersiernya seperti makan, minum, seksual, kasih

(18)

sayang, pakaian, tempat tinggal, bebas melakukan hobi dan bercengkrama dengan keluarga, teman dan siapapun, sehingga menjadi seorang narapidana adalah hal yang tidak menyenangkan, ketika seseorang direnggut kebebasannya seperti para narapidana yang segala kegiatannya ditentukan oleh pihak lembaga pemasyarakatan maka akan meningkatkan risiko terjadinya depresi pada narapidana.Menjalani hidup dalam suasana yang baru yaitu sebagai narapidana, maka seorang individu dituntut untuk melakukan suatu adaptasi dengan pola-pola kehidupan yang baru sebagai narapidana.

Etiologi depresi yang berdasarkan teori psikososial menyatakan bahwa peristiwa hidup yang tidak menyenangkan berhubungan erat dengan munculnya gejala depresi. Heinz Kohut mendefinisikan orang yang mengalami depresi merasakan suatu ketidaklengkapan dan putus asa karena tidak menerima respon yang diinginkan.Sesungguhnya lembaga pemasyarakatan untuk melatih agar seorang individu mampu kembali kemasyarakat dengan baik dan mampu bermasyarakat serta menyadari kesalahan yang telah dilakukannya.

Narapidana yang mengalami depresi dapat ditentukan dengan menggunakan suatu alat yang dinamakan Beck Depression Inventory (BDI). Alat ukur tersebut dapat menentukan depresi ringan, sedang, berat, sangat berat atau tidak mengalami depresi (normal) pada dua kelompok narapidana yaitu, narapidana non residivis dan residivis

(19)

Narapidana

Non-Residivis Residivis

Menjalani proses pembinaan Di lembaga pemasyarakatan

Hilangnya Stigma AncamanPeristiwa hidup

kemerdekaan negatif masa depan yang tidak menyenangkan

Proses penyesuaian Psikologis Non-Residivis Residivis BDI BDI

Tidak Depresi Depresi Tidak Depresi Depresi

Ringan Sedang Berat Sangat Ringan Sedang Berat Sangat berat berat

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui nilai kekuatan tarik dan kekerasan serta struktur mikro terhadap pengaruh tempering dengan variasi holding time pada baja AAR

“Yang dimaksud dengan “secara nyata telah ada kerugian keuangan “Yang dimaksud dengan “secara nyata telah ada kerugian keuangan negara” adalah kerugian yang sudah dapat

HASIL PENILAIAN SEJA WAT SEBIDANG ATAU PEER REVIEW KARYA ILMIAH : BUKU.. Judul Buku Jumlah Penulis Status Pengusul

g) Bila anda ingin mempunyai ilmu dan hikmah serta pikiran yang bersih, maka bacalah tiap- tiap hari 70 kali selama 7 hari, kemudian tiupkanlah kedalam satu gelas air dan minulah air

Hasil dari pengujian yang telah dilakukan pada pengujian unit dari 3 kasus uji kebutuhan fungsional menghasilkan nilai valid, kemudian pada pengujian integrasi dari 1

ANALISIS ESTIMASI ERROR PADA SOLUSI NUMERIK KdV DENGAN METODE CRANK- NICOLSON.. Jamhuri, M.Si

setiap perusahaan akan hanya memperoleh laba normal di mana biaya rata-rata sama dengan biaya variabel rata-rata, karena dalam jangka panjang semua biaya adalah

Artinya, semua pilihan jawaban berasal dari materi yang sama seperti yang ditanyakan Artinya, semua pilihan jawaban berasal dari materi yang sama seperti yang