• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Zakat merupakan salah satu nilai instrumental dalam mengentaskan kemiskinan karena masih banyak lagi sumber dana yang bisa dikumpulkan seperti

infaq, shodaqoh, wakaf, wasiat, hibah serta sejenisnya. Sumber dana tersebut

merupakan pranata keagamaan yang memiliki kaitan secara fungsional dengan upaya pemecahan masalah kemiskinan dan kemaslahatan dhuafa.

Dana yang terkumpul merupakan potensi besar yang dapat didayagunakan bagi upaya penyelamatan nasib puluhan juta rakyat miskin di Indonesia yang kurang dilindungi oleh sistem jaminan sosial yang terprogram dengan baik (Khasanah, 2010). Kesadaran untuk menunaikan kewajiban zakat bagi setiap muslim merupakan kata kunci untuk terciptanya umat yang sejahtera. Hal ini karena kewajiban membayar zakat merupakan poros utama dalam sistem keuangan Islam (fiskal), dan sejalan dengan prinsip distribusi dalam Islam agar harta tersebar merata pada seluruh asnaf. Zakat juga memiliki dimensi sosial, moral, dan ekonomi, serta merupakan jaminan sosial pertama dari semua peradaban yang ada.

Seiring berjalannya waktu pengembangan penyaluran dana zakat berkembang semakin pesat. Dana zakat yang awalnya didistribusikan secara konsumtif, namun saat ini harus dikembangkan dengan didistribusikan secara produktif. Untuk memaksimalkan potensi zakat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pengelolaan zakat saat ini dilakukan dengan dua cara yaitu pengelolaan zakat secara konsumtif dan produktif. Pengelolaan zakat secara konsumtif yaitu pengumpulan dan pendistribusian yang dilakukan dengan tujuan memenuhi kebutuhan dasar ekonomi para mustahiq berupa pemberian bahan makanan dan lain-lain serta bersifat pemberian untuk dikonsumsi secara langsung. Pengelolaan zakat secara produktif yaitu pengelolaan zakat dengan tujuan pemberdayaan dan biasa dilakukan dengan cara bantuan modal usaha lemah, pembinaan, pendidikan gratis dan lain-lain.

(2)

2

Adapun zakat produktif yang diberikan dapat diproduktifkan berupa alat-alat untuk usaha, modal kerja atau pelatihan keterampilan yang dapat dijadikan sebagai mata pencaharian dan sumber hidupnya. Dana zakat dapat didayagunakan untuk investasi produktif, untuk membiayai bermacam-macam proyek pembangunan dalam bidang pendidikan, pemeliharan kesehatan, air bersih dan aktivitas-aktivitas kesejahteraan sosial yang lain, yang dipergunakan semata-mata untuk kepentingan fakir miskin. Pendapatan fakir miskin diharapkan bisa meningkat sebagai hasil dari produktivitas mereka yang lebih tinggi (Sjechul, 2005).

Supaya dimensi sosial zakat dapat mengaktual dengan sebaik-baiknya, maka zakat harus dikelola demi kemaslahatan sosial dalam skala seluas-luasnya. Dari kemaslahatan harta yang seyogyanya di salurkan kepada asnaf dhuafa agar tidak berkutat pada orang-orang kaya saja. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Dzariyat ayat 19 :













“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.”

Fungsi zakat untuk memberdayakan ekonomi masyarakat ini semakin dibutuhkan, mengingat jumlah penduduk miskin di Indonesia tergolong tinggi. Menurut keterangan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), mengatakan jumlah penduduk miskin di Indonesia per Maret 2016 mencapai 28,01 juta orang. Dari jumlah penduduk nasional Angka ini mencapai sekitar 10,86 persen. Berkurang sebesar 500 ribu orang dibandingkan September 2015 yang berjumlah 28,51 juta orang. BPS membagi data kemiskinan menjadi dua, yaitu penduduk miskin perkotaan dan pedesaan. Jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun 280 ribu orang pada Maret 2016 dibandingkan September 2015. Sedangkan untuk penduduk miskin daerah pedesaan mengalami penurunan sebesar 220 ribu orang ketimbang periode serupa tahun lalu. Mengacu pada profil kemiskinan BPS ini, walaupun dari sisi jumlah kemiskinan di pedesaan menurun, namun dari sisi persentase, penduduk miskin semakin meningkat. Meninjau perkembangan persentase penduduk miskin perdesaan pada bulan maret 2015 telah mencapai

(3)

3

sebesar 14,21 persen, lalu menurun menjadi 14,09 persen di bulan september 2015, kemudian naik 0,02 persen di bulan Maret 2016 menjadi 14,11 persen. Berdasarkan data World Bank April 2017, angka kemiskinan di Indonesia menurun 1% sejak 2007-2011, namun sejak 2012, angka kemiskinan di Indonesia rata-rata turun 0.3% per tahun. Sehingga dari 252 juta penduduk, lebih dari 28 juta penduduk Indonesia berada di bawah garis kemiskinan. Bahkan sekitar 40% populasi penduduk Indonesia, berpeluang jatuh ke jurang kemiskinan, mengingat pendapatan mereka hanya tipis di atas garis kemiskinan nasional (Muna, 2016).

Zakat merupakan tujuan dalam mengentaskan kemiskinan dengan cara dan penerapan yang beragam sebagaimana dilakukan secara konsumtif maupun produktif. Orang yang mampu dan sudah berkecukupan serta memiliki kelebihan harta maka akan dikenai kewajiban zakat. Adapun perintah tentang zakat merupakan instrumen dalam mensucikan harta dengan membayarkan hak orang lain. Selain itu, zakat merupakan mediator dalam mensucikan diri dan hati dari sifat bakhil dan cinta harta serta merupakan instrumen sosial yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar fakir miskin.

Pendayagunaan zakat untuk mengentaskan kemiskinan atau meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat ini disebut dengan “zakat produktif”. Definisi zakat produktif adalah pendayagunaan zakat secara produktif. Praktisnya, harta atau dana zakat yang diberikan kepada para penerima zakat (mustahiq), tidak dihabiskan (konsumtif), melainkan dikembangkan dan digunakan untuk membantu usaha mereka, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup secara terus-menerus (Asnaini, 2008). Dengan demikian, fungsi zakat menjadi lebih luas dari semula bertujuan konsumtif, diarahkan pada tujuan produktif sebagai upaya pemberdayaan ekonomimasyarakat.

Arti kata pendayagunaan berasal dari kata “Guna” yang berati manfaat, adapun pengertian pendayagunaan sendiri menurut kamus besar bahasa Indonesia yaitu:

1. Pengusahaan agar mampu mendatangkan hasil dan manfaat.

2. Pengusahaan (tenaga dan sebagainya) agar mampu menjalankan tugas dengan baik (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988). Maka dapat disimpulkan bahwa arti pendayagunaan adalah bagaimana cara

(4)

4

atau usaha dalam mendatangkan hasil dan manfaat yang lebih besar serta lebih baik.

Berkaitan dengan pendayagunaan zakat produktif prinsip utamanya adalah dengan mengkaji penyebab kemiskinan, terbatasnya modal kerja, serta kekurangan lapangan kerja sehingga dengan adanya pendayagunaan dapat mengembangkan zakat bersifat produktif. Dengan adanya masalah maka terbentuklah lembaga yang mengkaji tentang solusi masalah kemiskinan dengan cara pendayagunaan zakat yang bersifat produktif.

Di Indonesia organisasi pengelolaan dana penghimpunan dana zakat dibagi menjadi dua, yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) sebagai organisasi yang dibentuk oleh pemerintah dibawah naungan Kementrian Agama Republik Indonesia dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yaitu organisasi pengelolaan dan penghimpunan dana zakat yang dibentuk sepenuhnya atas pemikiran dan rumusan masyarakat dan berbadan hukum sendiri dan dikukuhkan oleh pemerintah.

Pengelolaan dana zakattelah dikelola dengan sistem dan manajemen yang amanah, profesional dan integral melalui bimbingan dan pengawasan dari pemerintah. Selanjutnya masyarakat akan menjadi pemacu gerak ekonomi bagi masyarakat serta menyehatkan tatanan sosial dalam mengurangi kesenjangan antara kelompok masyarakat yang mampu dan kelompok masyarakat yang kurang mampu (Khasanah, 2010).

Dengan adanya lembaga pengeloalan yang terstruktur dengan baik maka dana zakat yang telah ada akan terdistribusikan dengan baik dan tepat sasaran, dimana dana zakat harus dialokasikan dalam sebuah penyaluran yang terukur dan dapat menghasilkan sehingga dana zakat bisa bersifat produktif. Maka dari itu dana zakat yang didapat oleh muzakki tidak habis dibagikan sesaat hanya untuk memenuhi kebutuhan yang konsumtif, melainkan dana zakat itu sebagian ada yang diserahkan untuk hal-hal yang bersifat produktif. Artinya dana zakat itu dikelola dan dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan manfaat, yang akan digunakan dalam memenuhi kebutuhan orang tidak mampu (terutama fakir dan miskin) tersebut dalam jangka panjang. Dengan harapan, secara bertahap ia akan beralih dari kelompok mustahiq menjadi seorang muzakki.

(5)

5

BAZ dalam melakukan kegiatan pengumpulan, pengalokasian, dan pendistribusian zakat, infaq, shodaqah harus sesuai dengan ketentuan. Sehingga dalam rukunnya terdapat ketentuan bahwa zakat, infaq, dan shodaqah tidak dapat diberikan kepada mereka yang mampu atau kurang membutuhkan. Oleh karena itu al-Qur’an memberi rambu-rambu agar zakat, infaq, dan shodaqoh yang dihimpun dapat disalurkan pada fakir miskin (orang yang benar-benar membutuhkan) (Rofiq, 2004).

Salah satu BAZ yang ada di Indonesia, Jawa Timur adalah BAZNAS Gresik yang terletak di Jl. Dr. WahidinSudirohusodo No. 245 Gresik. Organisasi zakat dituntut mampu untuk melaksanakan fungsi BAZNAS di Kabupaten Gresik, diantaranya menjadi penghimpun dana Zakat, Infaq, dan Shodaqoh dari masyarakat yang kemudian didistribusikan dan disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan, baik berupa modal usaha, memberikan pelatihan softskill, maupun pendampingan usaha yang bertujuan untuk mengubah seorang mustahiq menjadi seorang muzakki.

BAZNAS Kabupaten Gresik memiliki berbagai program sosial bagi

mustahiq baik dalam penyaluran berupa ZIS Zakat, Infaq, Shodaqoh dalam bentuk

konsumtif maupun produktif. Program Gresik Berdaya tentunya telah disesuaikan dengan kondisi dan permaslahan-permasalahan yang ada sebagai bentuk pendayagunaan zakat produktif. Diantara pendayagunaan zakat produktif di BAZNAS Gresik yang menarik untuk dikaji yaitu Program Gresik Berdaya yang memiliki Pembinaan kepada mustahiq produktif yang terfokuspada pemberdayaan “Modal Usaha Ternak Bergulir” secara produktif.

Secara praktis, BAZNAS Gresik mengimplementasikan zakat produktif untuk kepentingan memberdayakan ekonomi masyarakat melalui program Gresik Berdaya yang telah berjalan dan memiliki anggota serta pendapatan usaha.

Salah satu program Gresik Berdaya yang mewadahi mustahiq binaan secara produktif adalah program Ternak Bergulir. Program Ternak Bergulir yang dijalankan oleh BAZNAS Gresik merupakan langkah dalam memberdayakan

mustahiq dengan memberikan modal binatang ternak yang dikelola oleh mustahiq

dengan batasan waktu dan kesepakatan yang ditentukan dalam upaya meningkatkan perekonomiannya di desa Sidayu, Kertosono Gresik.

(6)

6

Program Ternak Bergulir merupakan ikon unggulan Zakat Produktif BAZNAS Gresik yang menjadikan sebagai wadah pemberdayaan mustahiq agar terciptanya lahan bisnis yang produktif dan berkelanjutan. Sehingga adanya zakat produktif tentu perlu adanya pelatihan dan binaan yang konsisten serta memberikan suatu edukasi pendayaagunaan dan dampak zakat bagi mustahiq agar dapat meningkatkan pendapatan usaha melalui dana ZIS secara produktif.

Secara garis besar dalam memberdayakan mustahiq ternak bergulir. Pengawasan dan pelatihan telah dilakukan oleh BAZNAS secara berkala agar dapat memberikan edukasi yang baik dan produktif dalam mengembangkan zakat produktif. Melalui berbagai proses pemberdayaan kepada mustahiq terkadang masih memiliki keterampilan dalam pendayagunaan dan pemanfatan ternak bergulir sebagai peningkatan pendapatan mustahiq. Tahapan peningkatan pendapatan mustahiq ternak bergulirmasih belum efektif dan belum adanya batasan atau standar peningkatan yang insentif terhadap mustahiq ternak bergulir. Diantara faktor yang menjadikan kurangnya peningkatan bagi mustahiq adalah belum terbangunnya kemandirian dalam diri peternak (mustahiq).

Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian sejauh mana tingkat keefektifitasan zakat produktif yang telah diterapkan oleh Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Gresik pada program Pemberdayaan Masyarakat melalui Ternak Bergulir yang ada di Sidayu, Kertosono. Selain itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah program ini berjalan dengan baik atau sebaliknya, terlebih lagi setelah dilakukan pembinaan dan pendampingan yang dilakukan oleh Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Gresik. Karena dana program tersebut adalah dana zakat yang perlu untuk dipertanggung jawabkan. Untuk mengetahui keefektifitasannya terdapat beberapa indikator penelitian yang di tetapkan oleh yaitu:

1. Peningkatan Pendapatan.

2. Peningkatan kepemilikan Aset Produktif (jumlah ekor ternak). 3. Terbagunnya kemandirian dalam diri peternak.

4. Penigkatan etos kerja dan Spiritual.

(7)

7

Dari beberapa pemaparan diatas, penulis bermaksud untuk membuktikan bahwa pendayagunaan zakat produktif memiliki dampak pada meningkaktkan kesejahteraan mustahiq berupa program ternak bergulir, sehingga penelitian ini berjudul “Pendayagunaan Zakat Produktif Untuk Peningkatan Pendapatan

Mustahiq Melalui Program Ternak Bergulir Di Baznas Kabupaten Gresik.”

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti membahas kurangnya peningkatan pendapatan terhadap mustahiq (Ternak Bergulir) secara progresif serta minimnya tingkat kemandirian mustahiq yang cenderung mengalami penurunan pemberdayaan dan mengakibatkan kurang terciptanya usaha kolektif secara produktif. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dibentuklah sebuah rumusan masalah, yaitu:

1. Bagaimana pendayagunaan zakat produktif dalam meningkatan pendapatan dan kemandirian mustahiq melalui program Ternak Bergulir di BAZNAS Kabupaten Gresik?

2. Bagaimana cara kerja Tim Pemberdayaandalam meningkatkan pendapatan dan kemandirian mustahiq melalui program Ternak Bergulir di BAZNAS Kabupaten Gresik?

1.3 Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui pendayagunaan zakat produktif dalam meningkatan pendapatan dan kemandirian mustahiq melalui program Ternak Bergulir di BAZNAS Kabupaten Gresik.

2. Untuk mengetahui cara kerja Tim Pemberdayaan dalam meningkatkan pendapatan dan kemandirian mustahiq melalui program Ternak Bergulir di BAZNAS Kabupaten Gresik.

(8)

8 1.4 Manfaat penelitian

Mengingat pendayagunaan zakat produktif sebagai peningkatan pendapatan mustahiq merupakan bagian dari hasil penerapan ilmu zakat maal produktif, sehingga hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi banyak pihak, yaitu:

1. Civitas Akademik

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu civitas akademik secara teori maupun praktik untuk lebih memahami dan menambah wawasan tentang pendayagunaan zakat produktif dan peningkatan pendapatan mustahiq. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah bahan kajian civitas akademik yang melakukan penelitian dalam zakat produktif pada ekonomi mustahiq.

b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pengajaran, wawasan dan implementasi di kelas maupun diluar kelas.

2. Praktisi

a. Diharapkan dengan hasil penelitian ini semua orang lebih mengetahui dan lebih menyadari pentingnya pendayagunaan zakat produktif untuk peningkatan pendapatan mustahiq mealui BAZNAS Kab. Gresik.

b. Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti tentang permasalahan pendayagunaan zakat produktif dalam hal ini yang berkaitan dengan peningkatan pendapatan mustahiq.

c. Sebagai bahan masukan yang diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang zakat produktif dan peningkatan pendapatan terhadap mustahiq.

(9)

9 1.5 Batasan penelitian

Untuk menghindari meluasnya masalah yang dibahas, maka pembatasan masalah agar terarah dan memudahkan dalam pembahasan sehingga tujuan penelitian akan tercapai. Dalam penelitian ini mencakup sebagai berikut:

1. Batasan penelitian ini meliputi informasi terkait pendayagunaan zakat produktif dan peningkatan pendapatan mustahiq.

2. Informasi yang berkaitan meliputi zakat produktif, pendayagunaan zakat, pemberdayaan ternak dan ekonomi mustahiq.

Referensi

Dokumen terkait

Tingginya nilai ini dikarenakan senyawa yang dapat larut pada masing-masing pelarut berbeda-beda tergantung dari sifat pelarut itu sendiri yang memiliki kemampuan yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empirik hubungan antara gaya hidup hedonis dengan perilaku membeli produk di Starbucks Coffee.. Hipotesis yang

The study under report was done to answer the following research questions:(l)do young generation of Indonesian Chinese in Surabaya maintain Chinese. (2)what

[r]

Bagi Guru-guru di SMP dan SMA Advent Mebali tentang kehadiran dari Choir VoS dan dosen pembimbing selama beberapa hari tentu sangat membantu proses belajar

spanduk, dan iklan serta program harga diskon atau promo yang biasanya diadakan setiap ritel besar, dari segi lingkungan fisik para pegawai tidak memakai seragam

Cara untuk mendapatkan padi jenis unggul tersebut antara lain yaitu dengan mengadakan perkawinan-perkawinan silang antara jenis padi yang mempunyai sifat-sifat baik dengan jenis

Randomisasi sampel dilakukan memakai blok permutasi, kemudian pasien dibagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu 48 pasien yang diintubasi menggunakan ETT dengan balon yang