• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hidupku Sebagai Hadiah UntukMu, Bapa!

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hidupku Sebagai Hadiah UntukMu, Bapa!"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Hidupku Sebagai Hadiah UntukMu, Bapa!

Sudahkah Anda merasa bahwa hidup Anda berari? Mungkin ya, mungkin idak. Berbagai hal yang Anda lakukan di sepanjang kehidupan Anda, dapat membuat Anda merasa berari. Penerimaan oleh sesama, relasi yang baik dan lancar, itu juga dapat membuat Anda merasa bahwa hidup Anda berari. Namun percayakah Anda, bahwa satu-satunya cara untuk membuat hidup Anda menjadi semakin berari adalah dengan menyerahkan hidup Anda kepada Allah. Menyerahkan secara totalitas, bukan hanya setengah-setengah. Menyerahkan dengan tulus bukan dengan paksaan.

Menyerahkan hidup kita kepada Allah arinya kita memberikan hidup kita sebagai hadiah bagiNya, seraya berkata, “Lihat, Bapa! Aku datang padaMu dan menyerahkan hidup dan kehidupanku kedalam tanganMu sebagai hadiah atas segala hal yang telah Engkau lakukan di sepanjang hidupku!”. Ada sebuah ilustrasi yang saya kuip dari status facebook teman : Beberapa hari menjelang Natal, putri pendeta Jef Callender yang berusia iga tahun begitu gembira melihat banyaknya hadiah. Suatu pagi, ia memungut, memeriksa, mengoncang-goncangkan dan menebak isi seiap bungkusan. Lalu iba-iba, ia memungut sebuah pita merah besar yang jatuh dari salah satu bungkusan dan kemudian menempelkannya di kepalanya. Dengan mata berbinar dan senyum lebar, ia berkata kepada ayahnya, “Lihat saya, Ayah! Saya ini sebuah hadiah!”

Renungkan kata-kata anak tersebut! “Lihat saya, saya ini sebuah hadiah!” demikianlah hendaknya kita! Kita sebaiknya idak hanya menjadi penerima hadiah-hadiah dari Allah, namun kita juga harus mau untuk menjadi sebuah hadiah bagiNya dan kemudian dengan kepolosan dan ketulusan seorang anak kecil kita berseru pada Tuhan, “Lihat Bapa, saya ini sebuah hadiah!”. Wah, mungkin Tuhan akan tersenyum bahagia keika melihat kita datang kepadaNya.

Menyerahkan hidup kita kepada Allah bukan selalu berari kita mengkhususkan diri kita untuk menjadi seorang pelayanNya (Pendeta, pastor). Kecenderungan kita keika mendengar kata menyerahkan hidup kepada Allah selalu berkisar mengenai keputusan itu. Tidak selalu begitu! Apapun profesi Anda sekarang, Anda dapat menyerahkan hidup Anda kepada Tuhan. Agar dapat Ia pakai sesuai dengan rencanaNya!

Keputusan untuk menyerahkan hidup kepada Tuhan bukan karena kita terpaksa atau diharuskan selaku orang yang mengaku percaya kepada Tuhan. Sekali-kali jangan pernah Anda melakukannya karena terpaksa, namun lakukanlah karena Anda menyadari akan betapa banyaknya hal-hal yang luarbiasa yang telah Tuhan karuniakan kepada Anda, disepanjang hidup Anda! Mari sebutkan satu-satu! Kesehatan, keluarga yang harmonis, usaha pekerjaan yang diberkai, hubungan yang baik dengan tetangga dan teman, nilai-nilai yang bagus keika disekolah, jemaat-jemaat yang semakin bertumbuh imannya, daerah yang semakin maju dan makmur, dlsb.

Ah, Saudara, idak akan ada habisnya jika kita berbicara mengenai pemberian Allah didalam hidup kita ini. KasihNya selalu baru seiap pagi dan rahmatNya besar! Tak pernah sekalipun Ia

meninggalkanmu! Engkau selalu diberkaiNya dan kehidupanmu telah dirancangNya dengan sedemikian rupa jauh sebelum engkau lahir! Aduh, saudara, kurang apa Bapa kita itu? Yang selama ini bodoh ya kita, anak-anakNya. Kita lebih senang berada dalam kebohongan duniawi, mau sejahtera ya korupsi, mau cepat dapat itel ya nyogok, mau dibilang gaul ya pakai narkoba, mau yang enak-enak ya larinya ke indakan yang masuk kategori DOSA. Tidak mau bersusah payah dan bekerja keras untuk mendapatkan apa yang diinginkan! Padahal jika kita baca di kitab Yesaya 49:16a “Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku” Luar biasakan sebenarnya? Allah telah merancang segala sesuatu kepada kita dan itu pasi.

(2)

Natal adalah saat yang tepat bagi kita untuk merenungkan kembali mengenai anugerah serta pemberian Allah selama ini, disepanjang hidup kita. Bukan hanya merenungkan, namun juga

mensyukurinya dan meresponinya dengan bertekad untuk merubah kehidupan menuju pribadi yang lebih baik.

Natal juga merupakan saat yang tepat bagi kita untuk merenungkan betapa besarnya hadiah yang diberikan oleh Allah kepada kita pada hari itu. Hadiah terbesar? Ya, yakni Yesus Kristus. Ia adalah hadiah terbesar bagi kita, karena Ia datang keduania ini semata-mata untuk kepeningan manusia, yakni dalam rangka menyelamatkan manusia dari hukuman dosa dan memberi keselamatan serta kehidupan kekal bagi manusia-manusia yang percaya padaNya. Dalam rangka mewujudkan itu semualah, Ia harus melewai serangkaian hal yang sebenarnya sangat idak layak untuk Ia alami karena Ia adalah seorang Tuhan dan Raja, dan asalnya bukan dari dunia ini namun dari sorga. Ia lahir di sebuah kandang domba, dibaringkan di palungan, ditolak di tempatnya sendiri, bergaul dengan orang-orang berdosa, dicerca dan diludahi, dikhianai, dan puncaknya adalah Ia disalibkan. Namun kesemuanya itu memiliki tujuan yang mulia, yakni menyelamatkan umat manusia.

Oleh karena itu, Natal adalah saat bagi kita untuk mengucapkan syukur kita kepada Allah bukan saja hanya karena Ia telah mengaruniakan segala sesuatu kepada kita, namun juga karena Ia telah mengirim seorang penebus bagi kita. Tanpa kelahiranNya, kita masih dibelenggu dosa, tanpa pengorbananNya, kita akan hidup dan mai dalam keberdosaan yang kekal tanpa ada harapan untuk lepas dari hukumannya. Yesaya 9:5 “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.”

***

Sekarang, pertanyaannya adalah “Apakah kita mau mempersembahkan hidup kita kepadaNya sebagai hadiah kita untuk kelahiranNya?”. Saya harap, kita semua mau! Tidak ada kerugian yang kita alami keika kita menyerahkan seluruh kehidupan kita kepada Tuhan!

Kini, Kristus telah lahir kedunia, segeralah untuk mengembil keputusan untuk menyerahkan hidup Anda kepadaNya, dan Ia akan lahir serta hadir di hai dan hidup Anda!

Sebuah cerita, sebuah pani asuhan dikunjungi oleh beberapa gereja. Disana, dari pihak gereja memberikan berbagai bantuan untuk pani asuhan itu dan untuk menghibur anak-anak di tempat itu dibuatlah sebuah perlombaan menghias pohon natal. Singkat cerita, seorang pendeta melihat-lihat anak-anak yang sedang sibuk menghias pohon natalnya masing-masing. Keika sampai di depan sebuah pohon natal yang dihias oleh seorang anak perempuan, ia tertegun dan merasa heran. Apa yang membuat ia merasa heran dan bertanya-tanya? Ternyata antara hiasan-hiasan yang ada, anak tersebut meletakkan dua bayi didalam sebuah palungan. Pendeta itu kemudian bertanya kenapa ada dua bayi didalam palungan tersebut, bukankah hanya ada Yesus sendiri yang lahir saat itu. Anak kecil itu kemudian menjawab sambil berlinangan air mata, “Bapak pendeta, aku idak punya siapa-siapa sekarang, tapi aku punya Yesus. Aku idak punya apa-apa sebagai hadiah bagi kelahiranNya, karena aku miskin dan kecil. Oleh karena itu, aku memberikan diriku padaNya sebagai hadiah bagiNya. Keika ada dua bayi dalam palungan ini, itu aku dan Yesus, pikirku aku dapat menghangatkan Ia dan hanya itu yang bisa ku berikan padaNya!”

(3)

Lagi-lagi kepolosan dan ketulusan seorang anak kecil menyadarkan kita untuk menyerahkan hidup kita kepada Tuhan. PIKIR, PERTIMBANGKAN, DAN LAKUKAN ITU!

Ruangan Hai Untuk Yesus

Apa yang Anda rayakan pada Natal tahun ini? Melihat tanggal 25 Desember di kalender membuat sebagian orang senang karena bisa berkumpul dengan sanak keluarga dari luar kota atau luar negeri. Kaum muda yang bekerja, menanikan THR atau bonus Natal. Mahasiswa dan pelajar menikmai liburan yang panjang di hari Natal dan Tahun Baru.

Tanggal 25 Desember sering menjadi patokan perganian tahun yang melambangkan keberhasilan atau kegagalan yang telah dijalani selama setahun. Namun, bulan Desember bisa menjadi bulan tumpukan tugas yang idak mendamaikan hai. Para pegiat sibuk menyiapkan acara Natal, mendekorasi ruangan, laihan drama Natal, paduan suara, dan musik. Para keluarga pun sibuk berbelanja hadiah, menyiapkan dan mengirimkan kartu ucapan, membersihkan dan menghiasi rumah, memasang pohon dan lampu Natal.

Mungkin sebagian besar umat Kristen menyadari bahwa tanggal 25 Desember adalah hari perayaan kelahiran Yesus. Tapi, berapa banyak yang meluangkan waktu untuk menghayai dan menikmai makna Natal? Masihkah ada Yesus di ruang hai kita tatkala merayakan hari Natal?

Natal adalah perisiwa yang memiliki kekayaan makna. Tersimpan harta karun yang indah di hari Natal. Sebab itu, kita perlu menggali kembali harta karun itu sebagaimana yang dicatat dalam Alkitab sehingga kita dapat mengeri, menghayai, dan menghidupi kembali makna Natal pada tahun ini dan tahun-tahun yang akan datang.

Ribuan tahun yang lalu, keika malaikat Tuhan menampakkan diri kepada Maria dan Yusuf, ia memberitahukan mereka bahwa anak yang dikandung oleh Maria berasal dari Roh Kudus dan harus diberi nama Yesus, karena Ia akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa (Mat.1:21). Jadi, kado kasih terindah di hari Natal ialah lahirnya sang Juru Selamat sejai di dunia ini. Bahkan, Dia akan dinamakan Imanuel, yang arinya ‘Allah menyertai kita’ (Mat.1:23). Luar biasa! Penghayatan inilah yang harus bergema di ruang hai kita. Bukan hanya menjelang dan keika merayakan Natal; tetapi juga dalam kehidupan kita seiap hari.

Kita patut bersyukur bahwa hari Natal ditetapkan pada tanggal 25 Desember, karena dekat dengan akhir dan perganian tahun yang baru. Hal itu dapat membuat kita merenungkan hidup yang telah kita jalani dari awal hingga akhir tahun. Bahkan juga menantang kita untuk berani memberikan kado terindah di hari Natal kepada Yesus. Sungguhkah Yesus menjadi Pribadi yang hidup di ruang hai kita seiap hari? Apakah Yesus benar-benar menjadi satu-satunya Juru Selamat yang hidup di hai dan kehidupan kita? Berapa banyak janji perubahan hidup yang kita ikrarkan namun belum kita tepai bahkan kita langgar?

(4)

Menerima Yesus sebagai satu-satunya Juru Selamat berari menjadikan-Nya sebagai Pribadi yang bertahta di hai dan kehidupan kita. Dia menjadi Junjungan hidup yang berjalan di depan kita, dan kita mengikui-Nya dari belakang. Mengikui apa? Mengikui teladan kasih-Nya dalam melayani dan mengasihi sesama; mendengarkan dan menaai apa yang diajarkan-Nya; berjuang untuk semakin serupa dengan-Nya dalam karakter, sifat, dan perilaku sehari-hari.

Sesungguhnya, Natal menjadi alarm yang mengingatkan sejauh mana kita mengasihi Allah dan mempersembahkan hidup kita kepada-Nya. Sejauh mana kita menghargai kasih pengorbanan Kristus. Yesus idak menyerukan “Aku mengasihimu” melalui suara dari surga. Ia merendahkan diri. Ia datang dengan mengambil rupa sebagai manusia untuk menyatakan betapa Ia sangat mengasihi kita. Puncak pernyataan kasih Kristus terbuki melalui pengorbanan-Nya di kayu salib. Melalui salib yang hina, Ia menanggung murka Allah. Bahkan, Ia membukikan kemurahan hai dan kasih Allah kepada manusia berdosa. Karena itu, Natal menjadi alarm yang terus mengingatkan kita tentang keajaiban kasih Allah; mulai dari palungan menuju palang yang hina.

Biarlah hai kita menjadi telinga yang mendengar alarm Natal. Alarm yang mengingatkan siapakah kita sebagai manusia. Alarm yang menyelidiki ruang hai kita. Masih adakah Yesus sebagai Raja di ruang hai kita? Masih adakah ungkapan syukur atas pengorbanan Kristus di kayu salib? Masih adakah kesadaran untuk menghargai kasih karunia Allah di ruang hai kita?

Natal akan berlalu. Tahun baru pun akan dilewai. Namun, alarm dari palungan hingga palang terus berbunyi di ruang hai kita. Mari, kita beri yang terbaik kepada Tuhan dengan menyediakan ruang hai kita diisi oleh kasih karunia Allah; mempersembahkan hidup kita sebagai persembahan yang harum di hadapan Allah; melayani Tuhan dengan semangat kasih Kristus; membuka diri untuk mengalami pertobatan seiap hari sehingga semakin serupa dengan Kristus. Bahkan menghidupi kasih Kristus dengan menjadi pelaku kasih yang sejai bagi sesama; seperi syair lagu berikut ini:

Natal ‘tak berari tanpa Yesus di hai

Natal tak’kan indah tanpa damai di hai

Persembahkan hidupmu serahkan pada Yesus

(5)

Please download full document at

www.DOCFOC.com

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang sudah mengaruniakan rahmat, hidayah dan inayah-Nya, sehingga laporan skripsi yang berjudul

Apabila qalbu seseorang penuh dengan rasa syukur kepada Allah, maka dengan sendirinya lidahnya akan bergumam mengucapkan puji dan syukur kepada Allah. Dengan kata lain, syukur

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas segala berkah dan limpahan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Studi Deskriptif

Dengan mengucapkan Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya yang selalu dilimpahkan kepada saya, serta berkat doa restu kedua orang

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas segala berkah dan limpahan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Studi Deskriptif

Dengan mengucapkan Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya yang selalu dilimpahkan kepada penulis, serta berkat doa restu kedua orang

viii KATA PENGANTAR Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah meridhoi dan mengaruniakan nikmat yang begitu banyak kepada kita semua sehingga terselesaikannya penyusunan skripsi

KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah mengaruniakan kelapangan berpikir dan juga kesehatan serta kenikmatan yang lainnya sehingga