• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran dan Kerangka Analisis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran dan Kerangka Analisis"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PENELITIAN

Kerangka Pemikiran dan Kerangka Analisis

Upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan menjalankan otonomi daerah yang ditandai dengan diberlakukannya Undang-Undang nomor 22 Tahun 1999 juncto No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 juncto No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Sejalan dengan diberlakukannya undang-undang tersebut maka sejak saat itu di Indonesia telah terjadi perubahan yang gradual dalam konsep pembangunan nasional. Pergeseran paradigma pembangunan ini setidaknya terlihat dari aspek perencanaan, aspek pengelolaan seluruh sumberdaya, dan aspek kelembagaannya.

Anggaran bagi suatu pemerintahan merupakan rencana kerja yang akan dilaksanakan pada satu tahun ke depan dan disajikan dalam bentuk angka-angka. Angka-angka pada sisi penerimaan mencerminkan rencana pendapatan serta sumber-sumber untuk mendapatkannya, sedangkan angka-angka pada sisi pengeluaran mencerminkan program kerja pemerintahan maupun pembangunan yang akan dilaksanakan. Keterbatasan dana sebagai sumber pembiayaan dalam melaksanakan pembangunan merupakan alasan ditetapkannya suatu skala prioritas di dalam pembangunan. Penetapan prioritas dalam suatu pembangunan di daerah berarti merupakan suatu pilihan untuk melaksanakan rencana kerja dengan tujuan bahwa rencana kerja tersebut mempunyai dampak atau manfaat yang lebih besar bagi masyarakat.

Wilayah yang berkembang dengan baik ditunjukkan oleh adanya keterkaitan antar sektor dalam perekonomian, dalam arti terjadi transfer input dan output barang dan jasa antar sektor yang berlangsung secara dinamis. Pendekatan pembangunan secara sektoral dilakukan dengan jalan menganalisis sektor-sektor dalam perekonomian satu per satu untuk dilihat peluang dan potensinya. Salah satu pendekatan sektoral yang sekaligus melihat keterkaitan pertumbuhan antara satu sektor dengan sektor lainnya dan sebaliknya dilakukan dengan menggunakan metode analisis Input-Output.

Dengan menggunakan metode analisis tersebut, maka dapat ditetapkan berbagai sektor yang merupakan sektor unggulan dengan berbagai kriteria yang

(2)

telah ditetapkan, sehingga pada akhirnya dapat ditetapkan skala prioritas tentang sektor apa yang perlu dikembangkan di wilayah tersebut berdasarkan sasaran yang ingin dicapai. Selain itu, pemahaman tentang struktur perekonomian wilayah sangat diperlukan dalam rangka mengambil kebijakan-kebijakan yang diperlukan dalam pembangunan wilayah pengetahuan tentang karakteristik perekonomian wilayah dan sektor-sektor yang menjadi unggulan pada wilayah tersebut akan memudahkan di dalam menentukan prioritas pembangunan dan pengalokasian anggaran dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Anwar dan Hadi (1996) penentuan peranan sektor-sektor pembangunan diharapkan dapat mewujudkan keserasian antar sektor pembangunan sehingga dapat meminimalisasikan inkompatibilitas antar sektor dalam pemanfaatan ruang, terwujudnya keterkaitan antar sektor, proses pembangunan bisa berjalan secara bertahap kearah yang lebih maju dan dihindari adanya kebocoran wilayah dan kemubaziran sumber daya

Alokasi anggaran belanja yang terkait dengan sektor unggulan akan memberi dampak terhadap sektor-sektor lainnya. Atau dapat dikatakan, dengan melakukan pembiayaan terhadap suatu sektor tertentu maka sektor lainnya akan menerima manfaat juga.

Perencanaan pembangunan wilayah yang disusun secara komprehensif pada akhirnya akan meningkatkan kinerja pembangunan daerah sehingga hasil-hasil yang diharapkan dapat tercapai. Dalam pembangunan perekonomian daerah, setiap kebijakan dan kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan pembangunan di daerah pasti akan mendasarkan diri dari kekhasan yang menjadi ciri daerah yang bersangkutan, dimana kegiatan tersebut ditujukan bagi terciptanya peningkatan baik jumlah maupun jenis kesempatan kerja bagi masyarakatnya, pertumbuhan perekonomian wilayah yang stabil, dan peningkatan pendapatan per kapita.

(3)

Gambar 4 Kerangka pemikiran.

Kondisi Daerah - amanat otonomi daerah - keragaman sektoral dan regional

- keterbatasan PAD dan sumber pembiayaan lainnya

SKENARIO KEBIJAKAN PEMBANGUNAN Sektor-sektor Dalam Perekonomian Sumber Daya Alam Sumber Daya Buatan - SDM - IPM Sumber Daya Sosial Keterbatasan Dana Pembangunan Keterbatasan Sumber Daya Prioritas Pembangunan (Sektor Unggulan)

Alokasi Anggaran yang Efektif & Tepat Sasaran

- Pertumbuhan - Pemerataan

- Keberlanjutan

Peningkatan Kinerja Pembangunan Daerah

(4)

Tidak

Ya

Gambar 5 Kerangka analisis. Gambaran Kelembagaan Penyusunan APBD - Analisis Herarki Proses

Updating Tabel I-O Kab. Bogor 1999 27 Sektor (Metode RAS)

Belanja Pembangunan APBD Kab. Bogor

Analisis I - O Analisis Statistik Analisis Keterkaitan Analisis Multiplier Kriteria lain Sektor Unggulan Resume keterkaitan antara sektor & Dampak Multiplier Sintesis Analisis Effektivitas Alokasi Anggaran Struktur Belanja Pembangunan Kab. Bogor Sektor Unggulan Kab. Bogor Analisis Kewilayahan: - Jumlah Penduduk - Luas Wilayah - Potensi Wilayah - IPM - Efektif - Efisien - Terkait Kinerja Pembangunan Daerah Optimal Saran terhadap Kelembagaan Penyusunan APBD

(5)

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor yang merupakan salah satu wilayah yang berbatasan langsung dengan Jakarta dan secara geografis mempunyai luas sekitar 2.301,95 km2 terletak antara 6.190 – 6.470 lintang selatan dan 1060,1’ – 1070 103’ bujur timur. Penelitian dilakukan sejak bulan Agustus hingga Desember 2006 (lima bulan).

Jenis dan Sumber Data

Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan cara: a. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan dengan mengumpulkan informasi dari jurnal, buku dan penerbitan ilmiah lainnya yang berkaitan dengan topik penelitian

b. Data Sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan diperoleh melalui BPS Pusat, BPS Kabupaten Bogor, Bappeda Kabupaten Bogor, Departemen Keuangan dan dinas-dinas terkait lainnya.

c. Wawancara dan Kuesioner

Wawancara dilakukan dengan stakeholders yang terdiri dari pejabat pemerintahan Kabupaten Bogor, anggota DPRD Kabupaten Bogor, tokoh masyarakat dan akademisi. yang terkait dengan perencanaan pembangunan dan penyusunan anggaran pembangunan Kabupaten Bogor.

Metode Analisis

1. Analisis Input-Output

1.1. Konstruksi Tabel Input-Output Metode RAS

Metode RAS merupakan salah satu metode untuk memproyeksikan suatu Tabel Input-Output yang baru dengan menggunakan koefisien-koefisien Tabel

Input-Output yang lama. Metode ini dikembangkan untuk menghasilkan matrik

teknologi di masa lalu, tanpa harus melakukan survei yang mendetail untuk mendapatkan matriks teknologi tersebut. Teknik ini disebut metode RAS karena

(6)

metode pendugaan atau proyeksi digunakan untuk menghasilkan suatu Tabel

Input-Output yang baru didasarkan pada matriks r, A, dan s.

Dalam penelitian ini, untuk melakukan updating Tabel Input-Output Kabupaten Bogor tahun 2004 dengan dasar Tabel Input-Output Kabupaten Bogor tahun 1999.

Tabel 7 Sektor-sektor dalam Tabel I-O Kabupaten Bogor tahun 2004

No Sektor Kode Sektor

Uraian Sektor

1. Pertanian 1. Tanaman Bahan Makanan

2. Perkebunan

3. Peternakan

4. Kehutanan

5. Perikanan

2. Pertambangan dan Penggalian 6. Pertambangan Migas dan non Migas

7. Penggalian

3. Industri Pengolahan 8. Industri Makanan, Minuman & Tembakau 9. Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Kulit dan Alas Kaki 10. Industri Kayu, Bambu, Rotan dan Furniture

11. Industri Kertas dan Barang-barang dari Kertas,

Percetakan dan Penerbitan

12. Industri Kimia, Barang-barang dari kimia, Karet, Plastik, dan Pengilangan Minyak

13. Industri Semen dan Barang Bukan Logam 14. Industri Logam Dasar

15. Industri Barang Jadi dari Logam

16. Industri Lainnya

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 17. Listrik, Gas dan Air Bersih

5. Bangunan 18. Bangunan

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 19. Perdagangan

20. Hotel

21. Restoran

7. Pengangkutan & Komunikasi 22. Angkutan Rel & Angkutan Jalan Raya

23. Angkutan Lainnya

24. Komunikasi

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

25. Bank, Lembaga Keuangan Lainnya & Jasa Perusahaan

9. Jasa-jasa 26. Pemerintahan Umum dan Pertahanan

27. Jasa Sosial & Kemasyarakatan serta Jasa Lainnya

Input Antara

201 Upah dan Gaji

202 Surplus Usaha

203 Penyusutan

204 Pajak Tak Langsung Neto 209 Nilai Tambah Bruto

Permintaan Akhir

301 Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 302 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

303 Pembentukan Modal Tetap

304 Perubahan Stok

305 Ekspor Barang

(7)

Menurut Saefulhakim (2004), secara matematis metode RAS dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:

= n i 1 rixij(0)sj = bi i = 1,2,3, ..., dst (1)

= n j 1 rixij(0)sj = ki i = 1,2,3, ..., dst (2) Keterangan :

Xij(0) = input antara sektor j yang berasal dari output sektor i tahun dasar

ri , sj = elemen matriks diagonal R dan S

bi = jumlah permintaan antara sektor i tahun ”t” (faktor pembatas)

kj = jumlah input antara sektor j tahun ”t” (faktor pembatas)

1.2. Model Input Output

Untuk keperluan analisis pada metode analisis metode I-O, parameter yang paling utama adalah koefisien input atau koefisien teknologi aij secara matematis

dinyatakan sebagai berikut :

aij = j ij X X atau Xij = aij . Xj (3)

aij = rasio antara banyaknya output sektor i yang digunakan sebagai input j (Xij)

terhadap total input sektor j (Xj).

Koefisien aij menyatakan keterkaitan langsung suatu sektor baik ke depan maupun

ke belakang terhadap sektor lainnya dalam suatu perekonomian wilayah (direct

backward/forward linkage).

Dengan demikian, Tabel I-O secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

a11X1 + a12X2 + … a1jXj …+ a1nXn + F1 = X1 a21X1 + a22X2 + … a2jXj …+ ainXn + F2 = X2 : : : ai1X1 + ai2X2 + … aijXj.… + ainXn + Fi = Xi : : : an1X1 + an2X2 + … aijXn….. + annXn + Fn = Xn (4) atau

(8)

⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ = ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ + ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ n i n i n i nn n n ij n n X X X X F F F F X X X X a a a a a a a a a a 2 1 2 1 2 1 2 1 2 22 21 1 12 11 : M (5) A X F X

dengan notasi matriks dapat dirumuskan sebagai berikut :

AX + F = X (6)

Matriks A merupakan matriks koefisien input hubungan langsung antar sektor, dengan demikian maka

X – AX = F (1 – A).X = F

X = (1 – A)-1.F, matriks (I – A) dikenal dengan matriks Leontief, merupakan

parameter penting di dalam analisis I-O. Invers matriks tersebut, matriks (1 – A)-1 atau B adalah matriks yang menyatakan hubungan langsung dan tidak langsung antar sektor dalam suatu perekonomian wilayah (direct and indirect

forward/backward linkage). Karena X = (1 – A)-1.F atau X = B.F, dimana B merupakan elemen-elemen koefisien dalam invers matriks Leontief, maka peningkatan output produksi (X), merupakan akibat permintaan (F) terhadap sektor tersebut, besarnya output produksi sektor (i) ditentukan oleh besarnya koefisien B, semakin besar koefisiennya maka semakin besar pula output pada sektor tersebut.

Beberapa analisis yang terkait dengan metode I-O antara lain sebagai berikut : (a) keterkaitan langsung ke depan, (b) keterkaitan langsung ke belakang, (c) keterkaitan langsung tidak langsung ke depan, (d) keterkaitan langsung tidak langsung ke belakang, (e) pengganda pendapatan, (f) pengganda pajak, (g) pengganda nilai tambah, dan (h) pengganda tenaga kerja (Saefulhakim 2004).

1.2.1 Analisis Deskriptif (Keterkaitan) a. Keterkaitan langsung ke depan

Menunjukkan efek langsung dari perubahan output (tingkat produksi) suatu sektor terhadap total tingkat produksi sektor-sektor yang menggunakan output sektor

(9)

tersebut. Untuk mengetahui besarnya keterkaitan ke langsung depan, dapat digunakan rumus sebagai berikut :

Fi =

n i i ij X X =

n i ij a i = 1,2,3, ..., dst (7)

Fi = keterkaitan langsung ke depan

Xij = banyak output sektor i yang digunakan oleh sektor j Xi = total output sektor i

aij = unsur matriks koefisien input atau koefisien teknis

b. Keterkaitan langsung ke belakang

Menunjukkan efek langsung dari perubahan output (tingkat produksi) suatu

sektor terhadap total tingkat produksi sektor-sektor yang menyediakan input sektor

tersebut. Untuk mengetahui besarnya keterkaitan langsung ke belakang, dapat digunakan rumus sebagai berikut :

Bj =

n j j ij X X =

n j ij a j = 1,2,3, ..., dst (8)

Bj = keterkaitan langsung ke belakang

Xij = banyak output sektor i yang digunakan oleh sektor j Xj = total input sektor i

aij = unsur matriks koefisien input atau koefisien teknis

c. Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan

Menunjukkan pengaruh langsung dan tidak langsung ke depan dari perubahan

output (tingkat produksi) suatu sektor terhadap total tingkat produksi sektor-sektor

yang menggunakan output sektor tersebut. Untuk mengetahui besarnya keterkaitan

langsung dan tidak langsung ke depan, dapat digunakan rumus sebagai berikut : FDILi =

n

i ij

b i = 1,2,3, ..., dst (9) FDILi = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan

bij = unsur kebalikan matriks Leontief

d. Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang

Menunjukkan pengaruh langsung dan tidak langsung dari kenaikan permintaan akhir terhadap satu unit output sektor tertentu, pada peningkatan total output seluruh

(10)

sektor perekonomian. Untuk mengetahui besarnya keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang, dapat digunakan rumus sebagai berikut :

BDILj =

n

j ij

b j = 1,2,3, ..., dst (10) BDILj = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang

bij = unsur kebalikan matriks Leontief

1.2.2 Analisis Dampak (Multiplier) e. Pengganda Pendapatan

Dampak peningkatan permintaan akhir (final demand) atas output sektor j

terhadap peningkatan total pendapatan rumah tangga secara keseluruhan di wilayah penelitian. Angka pengganda pendapatan dapat diperoleh dengan rumus

= i ij i I j I j I b v v M 1 (11) I

Vi = rasio pendapatan rumah tangga dari sektor i terhadap total output sektor i

untuk i = j, maka Ivi = Ivj

bij = unsur kebalikan inverse matriks Leontief

f. Pengganda Pajak

Dampak peningkatan permintaan akhir (final demand) atas output sektor j

terhadap peningkatan pajak tak langsung netto secara keseluruhan di wilayah

penelitian.

= i ij i T j T j T b v v M 1 (12) T

V i = rasio pajak tak langsung dari sektor i terhadap total output sektor i untuk i = j, maka Tvi = Tvj

bij = unsur kebalikan inverse matriks Leontief g. Pengganda Nilai Tambah/PDRB

Dampak peningkatan permintaan akhir (final demand) atas output sektor j

terhadap peningkatan PDRB di keseluruhan wilayah penelitian.

= i ij i PDRB j PDRB j PDRB b v v M 1 (13)

(11)

PDRB

Vi = rasio PDRB dari sektor i terhadap total output sektor untuk i = j, maka

PDRBvi = PDRBvj

bij = unsur kebalikan inverse matriks Leontief h. Pengganda Tenaga Kerja

Dampak peningkatan permintaan akhir (final demand) atas output sektor j

terhadap peningkatan tenaga kerja di keseluruhan wilayah penelitian.

= i ij i Empl j Empl j Empl b v v M 1 (14) Empl

Vi = rasio tenaga kerja dari sektor i terhadap total output sektor untuk i = j,

maka Emplvi = Em,plvj

bij = unsur kebalikan inverse matriks Leontief 2. Analisis Kewilayahan

2.1. Analisis Skalogram

Analisis skalogram digunakan untuk menentukan hirarki wilayah. Analisis skalogram dilakukan terhadap jenis, jumlah sarana dan prasarana yang tersedia pada wilayah tersebut. Jenis data yang digunakan dalam analisis skalogram ini terdiri dari 26 jenis fasilitas pelayanan yang terdapat merata di setiap kecamatan di Kabupaten Bogor, yang meliputi jumlah fasilitas sarana dibidang perekonomian antara lain: koperasi, bank, wartel, telepon umum, swalayan, restoran, hotel dan industri, yang masing-masing peubah tersebut dilakukan pembobotan, yaitu jumlah kecamatan berbanding kecamatan yang memiliki fasilitas.

Tahapan dalam penyusunan analisis skalogram adalah sebagai berikut: 1) Menyusun fasilitas sesuai dengan penyebaran dan jumlah fasilitas di dalam unit-unit wilayah. 2) Semua nilai fasilitas dirasiokan terhadap luas di setiap wilayah sehingga didapatkan penyebaran relatif fasilitas di wilayah tersebut. 3) Menjumlahkan seluruh fasilitas secara horizontal untuk menentukan indeks perkembangan suatu wilayah. 4)

Menjumlahkan masing-masing unit fasilitas secara vertikal sehingga diperoleh jumlah unit fasilitas yang tersebar diseluruh unit wilayah selain itu ditentukan juga rata-rata unit fasilitas tersebut (average), deviasi standard (st-dev), total terisi

(countif, sehingga fasilitas yang bernilai nol tidak akan dihitung), bobot (rasio antara

(12)

(min). 5) Mengurutkan berdasarkan ketersediaan fasilitas dari wilayah dengan

ketersediaan yang paling lengkap sampai wilayah dengan ketersediaan kurang lengkap. 6) Mengkelaskan wilayah berdasarkan hirarki fasilitasnya (Saefulhakim 2004).

Analisis skalogram di lakukan dengan persamaan:

(I

i

) = Σ ( F

ik

. )

(15)

( Ii ) = Indeks Hirarki;

Σ

= Jumlah Fasilitas;

F

ik = Kecamatan yang punya fasilitas; = Bobot fasilitas

Variabel-variabel yang digunakan dalam analisis ini terdapat pada lampiran 13

2.2. Analisis Tipologi Wilayah

Analisis tipologi digunakan untuk mengklasifikasikan suatu wilayah menjadi beberapa kelas yang dicirikan dari variabel-variabel inputnya. Data yang dapat

digunakan adalah berbagai macam data, baik dari aspek fisik seperti infrastruktur atau sumberdaya alam maupun dari aspek ekonomi. Dalam tipologi wilayah perlu memperhatikan nilai keragaman. Wilayah-wilayah dengan penciri yang sama terkelompok dalam kelompok yang sama.

Teknik klasifikasi wilayah yang digunakan dengan analisis Gerombol. Terdapat dua metode penggerombolan yaitu: metode berhirarki dan metode tidak berhirarki. Dalam analisis ini digunakan metode berhirarki karena jumlah gerombol yang akan ditentukan sudah diketahui. Penggunaan analisis gerombol untuk metode berhirarki digunakan pada analisis antar unit-unit atau obyek yang akan dianalisis. Dengan analisis ini ukuran keterpisahan dan keterdekatan antar gerombol dapat dihitung.

Persamaan analisis gerombol sebagai berikut:

D2ij =

Σ

( Xik – Yjk )2 (16)

D2ij = Hasil jarak atau kedekatan / kemiripan antara data variabel i dan j

Xik = Nilai untuk data variabel k ke data variabel j tujuan n k n ak n k n ak p k=1

(13)

Yjk = Nilai untuk data variabel j ke data variabel k tujuan p = Banyaknya data variabel

3. Analisis Kelembagaan Alokasi Anggaran

Analisis ini bertujuan untuk melihat bagaimana penetapan APBD Kabupaten Bogor. Selain itu menganalisis alokasi anggaran (APBD) yang telah ditetapkan dari Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Bogor ke sektor-sektor (kantor, badan, dinas) dan alokasi anggaran kewilayah (kecamatan), kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam menentukan jumlah anggaran ke setiap sektor dan wilayah.

3.1. Proses Hirarki Analitik (Analytic Hierarchy Process)

Prinsip kerja Analytic Hierarchy Process (AHP) adalah menyederhanakan

suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya serta menata dalam suatu hirarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel yang lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut.

AHP memiliki banyak keunggulan dalam menjelaskan proses pengambilan keputusan, karena dapat digambarkan secara grafis, sehingga mudah dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan. Dengan AHP, proses keputusan kompleks dapat diuraikan menjadi keputusan-keputusan lebih kecil yang dapat ditangani dengan mudah. Selain itu, AHP juga menguji konsistensi penilaian, bila terjadi penyimpangan yang terlalu jauh dari nilai konsistensi sempurna, maka hal ini menunjukan bahwa penilaian perlu diperbaiki, atau hirarki harus distruktur ulang (Marimin, 2004).

4. Peta Tematik

Pembuatan peta tematik dengan SIG dilakukan untuk mempermudah analisis ruang mengenai wilayah administrasi, kepadatan penduduk, lokasi sektor unggulan, hirarki perkembangan wilayah, tingkat aksesibilitas dan IPM di Kabupaten Bogor.

(14)

Gambar 6 Struktur Analytic Hierarchy Process.

Level 1 Tujuan Tujuan Utama

Kriteria A Kriteria B Kriteria C Kriteria D

Level 2 Kriteria

Sektor 1A Sektor 2A Sektor 1B Sektor 2B Sektor 1C Sektor 2C Sektor 1D Sektor 2D

Level 3 Sasaran

Alternatif 1 Alternatif 2

(15)

Tabel 8 Jenis dan sumber data yang diperlukan berdasarkan tujuan penelitian

No. Tujuan Data Sumber Data Pendekatan

Analistis

Output

1. Mengetahui sektor-sektor dalam

perekonomian yang dapat diidentifikasikan sebagai sektor unggulan di kab. Bogor

ƒ Tabel I-O Kab. Bogor 2004 (Updating dari Tabel I-O 1999) ƒ PDRB kab. Bogor 2001-2004

-BPS kab. Bogor -Bappeda kab. Bogor

Analisis: -RAS -I-O

Keterkaitan antar sektor dan sektor unggulan

2. Mengetahui potensi pendukung

dan rencana pembangunan sektor unggulan di kab. Bogor

ƒ Tabel I-O kab. Bogor 2004 (Updating dari Tabel I-O 1999) ƒ Potensi wilayah

-BPS kab. Bogor Analisis:

-I-O -Skalogram -Tipologi wilayah

Sumberdaya potensial dan optimalisasi pembangunan sektor unggulan

3. Identifikasi anggaran untuk

mendukung sektor unggulan di kab. Bogor

ƒ Mekanisme penyusunan anggaran dan alokasi anggaran

-DPRD kab. Bogor -Pemda kab. Bogor -Bappeda kab. Bogor -Tokoh Masyarakat

Analisis: -AHP

Gambaran sistem mekanisme penyusunan pola penganggaran kab. Bogor

Gambar

Gambar 4  Kerangka pemikiran.
Gambar 5  Kerangka analisis.
Gambar 6 Struktur Analytic Hierarchy Process.
Tabel 8 Jenis dan sumber data yang diperlukan berdasarkan tujuan penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari shopping lifestyle, merchandising, price reduction dan store atmosphere terhadap impulse buying behavior

Manfaat yang diterima peserta PIR adalah meningkatnya pendapatan, memiliki penghasilan tetap, memiliki pekerjaan tetap, dapat hidup tenang dan nyaman karena sudah

Malaysia adalah antara negara yang mengawal harga barangan, sekali gus memberikan banyak subsidi.. Apa yang saya marah ialah kerajaan sejak sekian lama memperuntukkan kira-kira

Adapun persaksian yang dikaitkan dengan orang tertentu, maka caranya adalah dengan kita bersaksi bahwa si fulan atau beberapa orang tertentu merupakan penghuni

Hal ini menunjukkan kualitas sistem informasi akuntansi berbasis komputer menggunakan SAP berpengaruh positif terhadap kinerja individu (dalam hal ini karyawan

Bahwa jika kita melihat akibat dari pemukulan tersebut tenyata sikorban mengalami sakit nyeri dan tidak bisa bekerja dengan baik, maka secara otomatis

Globalni cilj je opredeljen kot »PRESOJANJE BONITETE PODJETJA«, kriteriji so »KVANTITATIVNI DEJAVNIKI« in »KVALITATIVNI DEJAVNIKI«, atributi pa so »STOPNJA

Pembangunan Jalan dan Jembatan Perdesaan Pertigaan pasir bodas Cileungsir - Girimukti (lanjutan) Desa Cikamunding Kecamatan