• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 1. Pendahuluan. matahari adalah sebuah negara di Asia Timur yang terletak di suatu rantai kepulauan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 1. Pendahuluan. matahari adalah sebuah negara di Asia Timur yang terletak di suatu rantai kepulauan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 1 Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Jepang ( 日 本 ) Nippon/Nihon, yang secara harfiah memiliki arti “asal mula matahari” adalah sebuah negara di Asia Timur yang terletak di suatu rantai kepulauan benua Asia di ujung barat Samudra Pasifik. Pulau-pulau paling besar adalah, dari utara ke selatan, Hokkaido (北海道 ), Honshu (本主 , pulau terbesar), Shikoku (市国 ), dan Kyushu (球種 ). Beberapa pulau-pulau kecil berada di dekat keempat pulau ini, termasuk sebuah kelompok pulau-pulau kecil yang berada di sebelah selatan di Okinawa.

Jepang terdiri dari 47 prefektur. Berdasarkan keadaan geografis dan sejarahnya, 47 prefektur ini dapat dikelompokan menjadi sembilan kawasan yaitu Hokkaido, Tohoku, Kanto, Chubu, Kinki, Chugoku, Shikoku, Kyushu, dan Okinawa. Setiap kawasan ini mempunyai dialek dan adat istiadat tersendiri, serta budaya yang unik. Luas daratan Jepang 378.000 km2, yaitu satu per dua puluh lima dari luas Amerika Serikat (sedikit lebih kecil daripada California), satu per dua puluh dari Australia, dan 1,5 kali luas Britania, (bandingkan dengan luas daratan Indonesia 2.027.087 km2). Tiga perempat negeri Jepang bergunung-gunung, sedangkan bagian selebihnya berbentuk daratan dan cekungan Jepang terdiri dari rangkain pulau-pulau yang membentang sepanjang 3000 kilometer dari utara ke selatan. Empat pulau utamanya adalah Hokkaido, Honshu, Shikoku, dan Kyushu.

(2)

Jepang dikelilingi laut. Arus hangat dan dingin mengalir melalui laut-laut di sekitarnya, sehingga membentuk lingkungan yang mendukung berkembangnya berbagai spesies ikan.

Sebagian besar Jepang berada dalam zona utara beriklim sedang dan beriklim monsun yang lembab, dengan angin tenggara yang bertiup dari samudera pasifik selama musim panas dan angin barat-laut yang bertiup dari benua Eurasia (Eropa-Asia) pada musim dingin.

Negeri Jepang mempunyai empat musim yang jelas batasnya. Dua hari pemandangan yang paling indah di Jepang adalah ketika bunga sakura bermekaran di musim semi dan dedaunan berubah menjadi warna-warni merah, jingga, dan kuning yang mempesonakan pada musim gugur. Rakyat Jepang menikmati petanda-petanda perubahan musim dan mengamati perkembangannya dengan memperhatikan laporan cuaca, yang menampilkan peta di mana sakura sedang bermekaran pada musim semi dan dedaunan musim gugur sedang indah-indahnya. Ujung utara dan selatan Jepang mempunyai iklim yang sangat berbeda. Misalnya pada bulan Maret, orang dapat berjemur sinar matahari di wilayah selatan atau bermain ski di wilayah utara.

Jepang kerap dilanda berbagai bencana alam berat seerti taifun, letusan gunung api, dan gempa bumi. Bencana demikian bisa menelan banyak korban jiwa.

Jumlah penduduk Jepang pada masa Restorasi Meiji (1868) 33 juta, namun pada 1990 meningkat menjadi 123.612.000. angka ini menduduki peringkat ke-7 dalam jumlah penduduk terbanyak di dunia. Di antara pulau-pulau besar utama di Jepang, kepadatan yang paling tinggi terletak di pulau Honshu, pulau Kyushu dan pulau Shikoku. Penyebaran penduduk pada abad lalu masih merata. Hal ini disebabkan pada masa itu kebanyakan penduduk masih bermata pencaharian dibidang pertanian. Namun setelah

(3)

beralih mata pencaharian kebidang indutri, mereka mulai terkonsentrasi di wilayah-wilayah tertentu saja, seperti Tokyo, Osaka, dan Nagoya. (Danandjaja, 1997: 2)

Salah satu kota yang kaya akan situs-situs bersejarah dan yang sekarang juga menjadi salah satu kota terbesar di Jepang adalah Kyoto (京都 ).

Kyoto adalah kota yang terletak di Pulau Honshu, Jepang. Kota ini merupakan bagian dari daerah metropolitan Osaka-Kobe-Kyoto. Kyoto memiliki banyak situs bersejarah dan merupakan ibu kota Prefektur Kyoto.

Ibu kota istana (tojõ) bernama Heian-kyõ ditetapkan sebagai ibu kota pada tahun 974. Sebagai ibu kota (miyako), Heian-kyõ menjadi pusat pemerintahan dan budaya Jepang. Pada masa itu, ibu kota disebut kyõ no miyako yang selanjutnya berubah menjadi Kyoto. Di zaman dulu, kyoto juga disebut Kyõraku, Rakuchu, atau Rakuyõ. Penamaaan seperti ini mengikuti kebiasaan di Tiongkok yang memiliki ibu kota di Rakuyõ.

Kyoto merupakan ibu kota Jepang lama , sebuah pusat kebudayaan Jepang sebelum Restorasi Meiji. Kyoto dulu pernah menjadi ibu kota Jepang, yaitu pada akhir abad ke-8. Kyoto mempunyai sejarah lebih dari 1200 tahun dan dikenal dengan banyak kuil tua dan taman yang indah. Pada tahun 1994, UNESCO telah menunjuk 17 kuil Buddhis, kuil Shintō, dan puri di kota Kyoto, Uji, dan Otsu sebagai situs warisan dunia.

Di Kyoto terdapat banyak kuil, misalnya di sebelah timur Kamogawa terdapat kuil Kiyomizuderz, dengan bangunan yang dibuat dari kayu terletak di lembah yang dalam dan sempit ; kuil Yasaka, dimana festival tahunan Gion atau Gion matsuri(祇園 祭)diselenggarakan di bulan Juli ; dan kuil Heian, dimana festival Jidai atau Jidai matsuri(時代祭)tahunan diselenggarakan pada bulan Oktober. Kuil-kuil lainnya

(4)

yang patut diperhatikan antara lain kuil Chion’in ; Ginkakuji dibangun tahun 1482 terkenal dengan tamannya dan Nanzenji terletak di lembah pinus sebelah timur kuil Heian. Di sebelah utara terdapat kuil-kuil Kamo, tempat diselenggarakannya Aoi matsuri ( 葵 祭 ) yang diselenggarakan setiap bulan Mei. Aoi matsuri merupakan salah satu matsuri terbesar yang diselenggarakan di Kyoto.

Sebagai negara dengan alam yang labil dan pergantian musim yang cepat, Jepang mempunyai beragam tradisi untuk melakukan upacara bagi dewa-dewa kepercayaan mereka sebagai permohonan keselamatan dan kelangsungan hidup warganya. Masyarakat Jepang merupakan masyarakat yang memiliki budaya yang khas yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Hal ini dapat terlihat didalam kehidupan masyarakatnya yang dalam satu tahun secara rutin menyelenggarakan berbagai macam matsuri (Danandjaja, 1997: 12)

Matsuri jika diartikan kedalam bahasa Inggris adalah festival yang memiliki makna sebagai pesta rakyat, sedangkan pengertian matsuri yang sebenarnya adalah folklor Jepang asli yang berhubungan dengan Shintō (神道) (Danandjaja, 1997:30). Shintō (神道) berasal dari kata shin (神) yang memiliki arti sama dengan kami atau Dewa, dan to atau do (道) yang artinya sama dengan arti kata michi yang artinya jalan. Shintō merupakan agama rakyat Jepang yang memiliki ajaran kepercayaan menurut mitos atau kepercayaan masyarakat sehingga Shintō tidak memiliki pendiri dan tidak memiliki kitab suci seperti agama-agama lain di dunia. Hal ini dijelaskan oleh Ono yang menyebutkan:

Unlike Buddhism, Christianity, and Islam Shintō has neither a founder such as Goutama the enlightened one, Jesus the messiah or Muhammad the prophet; not does it have sacred scriptures, such as the sutras of Buddhism, the Bible or the Qur’an. (Ono, 1992: 3)

(5)

Artinya:

Tidak seperti agama Buddha, Kristen dan Islam Shintō tidak mempunyai pendiri seperti Goutama yang tercerahkan, Yesus sang mesies atau Muhammad sang nabi; Shintō juga tidak mempunyai kitab suci seperti Tripitaka, Alkitab, atau Alqur’an.

Pada abad ke-6 saat Buddhisme belum masuk ke Jepang, masyarakat Jepang sudah memiliki suatu kepercayaan yang dikenal dengan nama Shintō. Shintō merupakan kepercayaan masyarakat Jepang yang tidak dianut oleh bangsa lain seperti yang ditulis oleh Ichiro sebagai berikut:

Japanese folk religion, unlike Buddhism of Confusianism is extremely diverse i character and difficult to difine precisely. It is made up of vague magico-religious beliefs many of which are survivals or successors of archaic and primitive element; these beliefs or primitive elements them selves remain unsystematized theoretically and ecclesiastically but in many way have penetrared and became interrelated with institutionalized religions. (Hori Ichiro, 1983: 1).

Artinya:

Agama rakyat Jepang, tidak seperti agama Buddha dan Konfusianisme yang berbeda dalam karakternya dan sulit untuk mendefinisikannya secara mirip. Agama dan rakyat Jepang dibentuk dari suatu kepercayaan religius-magis yang tidak jelas. Dapat dilihat dari beberapa peninggalan kuno dan primitif, kepercayaan ini sendiri tetap merupakan suatu teori yang tidak sistematis tetapi dengan berbagai cara telah masuk dan saling berhubungan dengan agama-agama yang lain.

Masyarakat Jepang percaya bahwa semua kejadian yang terjadi di alam ini adalah penampakan akan adanya hal-hal yang sangat kuat dan berkuasa di atas manusia. Hal ini mereka jelaskan melalui legenda tentang pembuatan alam semesta ini terutama pulau Jepang.

Masyarakat Jepang selain mengadakan berbagai matsuri di dalam kehidupannya juga mengadakan upacara-upacara khusus, contohnya pada masyarakat pertanian diadakan upacara khusus setelah panen sebagai tanda rasa terima kasih kepada para dewa atas hasil panen yang baik dan agar para dewa memperhatikan kesuburan tanah

(6)

pertanian mereka. Selain itu, dalam kehidupan masyarakat Jepang juga diadakan upacara, di antaranya upacara kedewasaan (seijin shiki), upacara pembersihan diri, upacara perkawinan, dan sebagainya.

Dalam setiap upacara selalu ada persembahan makanan dan minuman yang diberikan kepada para dewa yang disebut Shinsen (神饌) . Shinsen yang disajikan ada dua jenis, yaitu berupa bahan mentah, maupun yang sudah dimasak (Ono,1992:54). Jika makanan tersebut merupakan jenis makanan mentah yang belum diolah seperti ikan, ayam ataupun daging maka harus disiapkan dengan hati-hati supaya tidak memperlihatkan adanya unsur darah dalam makanan tersebut karena dalam Shintō, darah itu merupakan dosa (Ross, 1983: 61).

Pada umumnya masyarakat Jepang mengadakan kegiatan-kegiatan matsuri, upacara kelahiran, dan upacara pernikahan di kuil Shintō. Para dewa Shintō dipuja melalui jinja-jinja yang tersebar di seluruh Jepang. Salah satunya adalah kuil Ise yang merupakan tempat untuk memuja dewa Amaterasu Omikami ( dewi matahari) yang dipercaya sebagai leluhur keluarga kerajaan (Robinson, 2006).

Pada jalan masuk ke kuil Shintō biasanya terdapat gerbang yang dinamakan torii. Pintu gerbang ini dipercaya merupakan bagian dari rintangan yang berfungsi untuk memisahkan kehidupan kita dengan dunia dimana para dewa tinggal. Bahkan pada kedua sisi pintu gerbang ini sering terdapat dua hewan penjaga yang bertugas untuk menjaga pintu masuk (Littleton, 2002).

Torii merupakan sebuah pintu khusus untuk para dewa. Ketika memasuki torii ini, orang akan meninggalkan dunia yang terbatas (ke) dan memasuki dunia yang tidak terbatas (hare) dengan kekuatan para dewa yang tidak terhingga. Orang yang percaya

(7)

akan menyucikan dirinya dari segala kekotoran dan nantinya akan kembali ke dunia terbatas melalui torii (Greider, 2001).

Di zaman dahulu torii digunakan sebagai pintu gerbang biasa. Tapi pada saat ini penggunaan torii terbatas, yaitu hanya digunakan dilingkungan kuil, lingkungan istana, dan beberapa kuburan. Torii juga sering dijumpai di kaki hutan, di samping batu besar dan sumur (Ono, 1992:28).

Gambar 1.1 Torii

Sumber: http://www.lejapon.fr/blog/index.php?2006/05/08/255-disco-fever- sous-l-ere-edo.

(8)

Pada setiap torii yang kita jumpai di kuil Shintō, selalu dapat kita temui sepasang lentera yang terpasang di kedua sisi dari tiang torii tersebut. Dalam kepercayaan Shintō , lentera dipercaya sebagai tempat tinggalnya roh dan juga lentera biasanya digunakan sebagai petunjuk jalan bagi para dewa (Ono, 1992:52). Selain terdapat lentera, pada torii juga terdapat tali yang tergantung dibagian atas dari torii tersebut. Ketika menuju pintu masuk altar kuil Shintō, selalu terdapat tali yang digantung di pintu masuk menuju altar. Sebagaimana menurut Yamada (1995), bahwa tali dalam kepercayaan Shintō dapat digunakan untuk mengusir roh jahat.

Gambar 1.2 Lentera yang Terdapat Di Depan Gerbang Kuil

sumber:http://www.photokyoto.com/kyoto/Aoimatsuri/aoimatsuri2006/2006a oimatsuri.htm

(9)

Gambar 1.3 Tali yang Tergantung di Depan Pintu MasukAltar Kuil

sumber:http://www12.flickr.com/photos/cheekybugger/451932450/in/set-72157600061119020/

Sebagian besar matsuri diselenggarakan dengan maksud untuk mendoakan keberhasilan tangkapan ikan dan keberhasilan panen (beras, gandum, kacang, jawawut, jagung), kesuksesan dalam bisnis, kesembuhan dan kekebalan terhadap penyakit, keselamatan dari bencana, dan sebagai ucapan terima kasih setelah berhasil dalam menyelesaikan suatu tugas berat. Matsuri juga diadakan untuk merayakan tradisi yang berkaitan dengan pergantian musim atau mendoakan arwah tokoh terkenal. Makna upacara yang dilakukan dan waktu pelaksanaan matsuri beraneka ragam seusai dengan tujuan penyelenggaraan matsuri. Matsuri yang mempunyai tujuan dan maksud yang sama dapat mempunyai makna ritual yang berbeda tergantung pada daerahnya.

Sesuai dengan ”Aoi Matsuri” dalam Kyoto Visiter’s Guide, menjelaskan bahwa pada penyelenggaraan matsuri hampir selalu bisa ditemui prosesi atau arak-arakan mikoshi, dashi (danjiri), dan yatai yang semuanya merupakan nama-nama kendaraan

(10)

berisi Kami atau objek pemujaan. Pada matsuri juga bisa dijumpai Chigo (anak kecil dalam prosesi), miko (anak gadis pelaksana ritual), tekomai (laki-laki berpakaian wanita), hayashi (musik khas matsuri), penari, peserta dan penonton yang berdandan dan berpakaian bagus, perlombaan, pesta-pesta besar dan pasar musiman beraneka macam makanan dan permainan.

Rangkaian ritus matsuri terdiri dari pemberian sesaji berupa makanan, pembacaan norita, musik, dan ibadat serta diikuti pesta bersama menikmati sake dan makan yang semula disajikan kepada dewa.

Sepanjang sejarah Shintō, matsuri merupakan hal yang sangat penting. Di Jepang terdapat berbagai macam matsuri yang perayaannya diselenggarakan sesuai dengan maksud dan tujuan dari penyelenggaraan matsuri tersebut. Di antara matsuri-matsuri yang sangat banyak itu Aoi matsuri (葵祭) merupakan salah satu diantara perayaan keagamaan yang terbesar di Jepang, Aoi matsuri adalah matsuri yang dilangsungkan setahun sekali pada bulan Mei di Kyoto, Jepang. Puncak perayaan adalah prosesi Rotō no gi (upacara yang diselenggarakan di sepanjang jalan) yang berlangsung 15 Mei di Kyoto. Acara utama festival ini adalah prosesi yang diselenggarakan tanggal 15 Mei. Rangkaian prosesi sudah dimulai sejak 3 Mei, prosesi tersebut diawali dengan adanya pertunjukkan memanah dari kuda di kompleks kuil Shimogamo. Dalam rangkaian prosesi tersebut tidak hanya mempertunjukkan keahlian, tetapi juga sebagai proses penyucian untuk prosesi berikutnya. Pada 3 Mei, Saio disucikan di kuil Kamigamo. Pada 5 Mei juga terdapat pula lomba memacu kuda antara dua kelompok yang berpakaian seperti pakaian pada zaman Heian. Pada 12 Mei, Mikage Matsuri diselenggarakan pada pukul 9.30 sampai pukul 16.00. iring-iringan prosesi berangkat di pagi hari, sekitar

(11)

pukul 9.30 dari kuil Shimogamo, pendeta resmi festival menuju ke kuil Ikage, dengan membawa dewa ke kuil Shimogamo. Waktu perjalanan kembali ke Shimogamo, di pertunjukkan tarian tradisional dan penampilan musik. Akhirnya pada 15 Mei, prosesi utama bergerak dari istana kerajaan, menuju kuil Kamigamo. Prosesi meninggalkan istana pada pukul 10.30 dan bergerak perlahan sekali sampai di kuil Kamigamo pukul 15.30.

Dari perayaan terbesar yang ada di Kyoto, disamping Gion Matsuri dan Jidai Matsuri, Aoi Matsuri adalah salah satu dari tiga perayaan terbesar tersebut.

1.2. Rumusan Permasalahan

Masalah yang akan penulis bahas dalam skripsi ini adalah analisis nilai-nilai Shintō dalam Aoi Matsuri.

1.3. Ruang Lingkup Permasalahan

Ruang lingkup permasalahan dalam penelitian adalah analisis nilai-nilai Shintō dalam Aoi Matsuri di Kyoto.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui lebih dalam tentang nilai-nilai Shintō yang terdapat di dalam Aoi Matsuri.

Manfaat penelitian ini adalah agar penulis dan pembaca semakin memahami nilai-nilai kebudayaan dan pandangan-pandangan Shintō yang terdapat di dalam Aoi Matsuri.

(12)

1.5. Metode Penelitian

Penulisan skripsi ini menggunakan metode studi kepustakaan dari berbagai macam sumber. Sumber-sumber buku untuk penulisan skripsi ini penulis dapatkan dari Perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Bina Nusantara, Perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Perpustakaan Japan Foundation, serta sumber lain yang berasal dari website.

Gambar

Gambar 1.1 Torii
Gambar 1.2 Lentera yang Terdapat Di Depan Gerbang Kuil
Gambar 1.3 Tali yang Tergantung di Depan Pintu MasukAltar Kuil

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat kepuasan ibu hamil terhadap biaya pemeriksaan berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan ibu dengan tingkat pendidikan dasar sebagian besar menyatakan sangat

Tujuan pelaksanaan tugas akhir ini adalah untuk mencari Standar Deviasi dan Standar Error dari empat manometer uji dengan data yang diperoleh dari perhitungan secara

Jumlah Responden Petani Padi di Kabupaten Sragen dan Karanganyar berdasarkan Kombinasi Jenis Pupuk yang Digunakan. Multifungsi Sistem

Dari strobilus yang dihasilkan tumbuhan Cycas jantan, hanya satu atau dua saja yang siap melepaskan serbuk sarinya.. Strobilus jantan ini menghasilkan aroma yang membuat

Dari gambaran umum tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini, menunjukkan bahwa Kurikulum 2013 PAUD adalah kurikulum yang relevan pada anak usia dini,

Proses ekstraksi otomatis DEM dari citra stereo dilakukan dengan menggunakan software ALOS PrismDEM ver. Makoto Ono dari RESTEC {Remote Sensing Tech-.. nology Center

Namun, variasi makan- an yang banyak dan tersedia di alam tidak menja- min akan memberikan nilai luas relung yang be- sar, karena luas relung dipengaruhi pula oleh ke- mampuan ikan

Keberatan yang muncul atas fenomena ini adalah lebih didasarkan pada metode yang dipakai oleh gereja karismatik untuk menarik banyak anggota jemaat, upaya tersebut biasa