• Tidak ada hasil yang ditemukan

Naufal SMPN 3 Cibarusah Kab. Bekasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Naufal SMPN 3 Cibarusah Kab. Bekasi"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

JPD: Jurnal Pedagogiana

P-ISSN 2089-7731 E-ISSN 2684-8929 DOI: doi.org/10.47601/AJP.XXX

Volume 8, No. 49 April 2021 | 1 UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP KONSEP

BARISAN DAN DERET ARITMATIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS IX-D

SMPN 3 CIBARUSAH KABUPATEN BEKASI Naufal

SMPN 3 Cibarusah Kab. Bekasi

Abstrak : Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam kegiatan pembelajaran matematika tentang barisan dan deret aritmatika, sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa. Untuk mencapai tujuan tersebut penulis melakukan penelitian di SMP Negeri 3 Cibarusah Kabupaten Bekasi. subyek penelitian berjumlah 42 siswa yang duduk dikelas IX-D. Penelitian menggunakan Tindakan Kelas dengan 2 siklus, setiap siklus melalui empat tahapan kegiatan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan dengan setelah dilakukan tindakan. Sebelum dilakukan tindakan (Pra Siklus) diperoleh rata-rata 54,40. Pada siklus kesatu mencapai rata-rata-rata-rata 71,19 dan Siklus kedua mencapai rata-rata-rata-rata 80,71. Dengan demikian secara statistik terjadi peningkatan yang signifikan pada prosentase proses belajar dan hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan dengan sesudah dilakukan tindakan baik pada siklus kesatu maupun siklus kedua. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerpan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika dari 57,14 % siklus 1 menjadi 88,10 % pada siklus 2, hal ini berarti ada peningkatan sebesar 30,96 % .

Kata kunci : Pemahaman Siswa, Model Pembelajaran Kooperatif STAD Bila kita perhatikan pendidikan di

Indonesia masih sangat memprihatinkan, hal ini bisa kita lihat dari rendahnya pemerataan memperoleh pendidikan dan lemahnya manajemen pendidikan. Jika kita memperhatikan masalah tersebut sudah sepatutnya kita memperbaiki kualitas pendidikan kita menjadi lebih baik. Dalam pendidikan guru sebagai pendidik harus mampu membawa anak menuju pendewasaan dalam berakhlak dan kecerdasan pikiran agar kelak mampu berinteraksi dengan dunia baru. Dalam implementasi pendidikan, guru merupakan komponen pendidikan yang sangat penting, karena keberhasilan pelaksanaan proses pendidikan sangat tergantung pada guru sebagai ujung tombak dunia pendidikan. Oleh sebab itu, guru harus dapat meningkatkan kualitas pendidikannya mulai dengan pembenahan diri sendiri dengan cara merancang suatu

strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai.

Dalam melaksanakan pembelajaran dan upaya mencapai tujuan pendidikan nasional, guru dituntut untuk melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) guna untuk memperbaiki proses pembelajaran agar hasil yang diharapkan dapat tercapai. Dalam memperbaiki proses pembelajaran kita dapat menemukan banyak hal baru atau inovasi yang dapat meningkatkan kreativitas dan keaktifan siswa.

Berdasarkan hasil refleksi dan observasi awal pada pembelajaran matematika siswa kelas IX-D SMP Negeri 3 Cibarusah Kabupaten Bekasi ditemukan berbagai masalah. Hal ini ditandai adanya beberapa kondisi yaitu : a). sebanyak 10 anak (23,81%) saja dari 42 siswa yang mampu memperoleh nilai di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 70, b). Guru

(2)

2 | P e d a g o g i a n a

kurang berkonsentrasi, lebih cenderung bersenda gurau sendiri dengan temannya, jika guru sedang menjelaskan, d). anak masih sering keliru atau terbalik dalam menentukan suku-suku dan jumlah pada deret aritmatika.

Dari hasil refleksi tersebut dapat disimpulkan bahwa penguasaan siswa terhadap materi yang disampaikan sangat rendah. Pada umumnya anak kesulitan dalam memecahkan barisan dan deret aritmatika. Oleh karena itu mereka sering mencari kesibukan sendiri dan suka ramai dengan temannya, jika guru menjelaskan di depan kelas. Hasil refleksi lainnya yaitu masalah metode pembelajaran yang dilaksanakan guru masih kurang relevan dengan materi yang disampaikan. Sehingga hasil pembelajaran tidak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Mengingat masalah di atas, apabila tidak segera diatasi dan diselesaikan maka akan berakibat munculnya masalah-masalah baru seperti anak akan semakin kesulitan menerima materi berikutnya. Oleh karenanya penulis mencoba menerapkan sebuah model pembelajaran yang dianggap dapat mengatasi masalah kurang relevannya model yang digunakan oleh guru pada pembelajaran matematika tentang barisan dan deret aritmatika di kelas IX-D SMP Negeri 3 Cibarusah Kabupaten Bekasi. Adapun model pembelajaran yang dipilih oleh penulis yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division). Metode ini adalah metode yang dikembangkan oleh Robert E Salvin, dimana pembelajaran ini mengacu pada belajar kelompok peserta didik.

Dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran matematika, diharapkan siswa akan lebih termotivasi dan lebih bertanggungjawab dalam melaksanakan pembelajaran

merumuskan kata yang sulit dengan perkataan sendiri. Dapat pula merupakan kesanggupan untuk menafsirkan suatu teori atau melihat konsekwensi atau implikasi, meramalkan kemungkinan atau akibat sasuatu.

Pendapat yang sedikit berbeda dikemukakan oleh Benyamin S. Bloom seperti yang dikutip oleh Anas Sujiono (2011:50) bahwa pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan di ingat. Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan bahasa sendiri.

Pendapat lain oleh Ngalim Purwanto (2010 : 44) mengemukakan bahwa pemahaman atau komprehensi adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan testee mampu memahami arti atau konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini testee tidak hanya hafal cara verbalistis, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan.Sedangkan menurut Sardiman, pemahaman dapat diartikan menguasai sesuatu dengan fikiran. Pendapat lain menurut Winkel (2009:274) pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari.

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman siswa adalah kesanggupan siswa untuk dapat mendefinisikan sesuatu dan mengusai hal tersebut dengan memahami makna tersebut. Dengan demikian pemahaman merupakan kemampuan dalam memaknai hal-hal yang terkandung dalam suatu teori maupun konsep-konsep yang dipelajari. Model pembelajaran tipe STAD (Student Teams Achievement Division) adalah model pembelajaran kooperatif yang

(3)

JPD: Jurnal Pedagogiana

P-ISSN 2089-7731 E-ISSN 2684-8929 DOI: doi.org/10.47601/AJP.XXX

Volume 8, No. 49 April 2021 | 3 dikembangkan oleh Robert Slavin, dkk. di

Universitas John Hopkins pada tahun 1995. Menurut Slavin (2005: 143), model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang paling sederhana dan paling tepat digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pendekatan dengan pembelajaran kooperatif.

Berdasarkan pernyataan Slavin (2005: 11-12) penjelasan mengenai STAD adalah sebagai berikut. Bahwa dalam STAD, para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri, di mana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling bantu. Skor kuis para siswa dibandingkan dengan rata-rata pencapaian mereka sebelumnya, dan kepada masing-masing tim akan diberikan poin berdasarkan tingkat kemajuan yang diraih siswa dibandingkan dengan hasil yang mereka capai sebelumnya. Poin ini kemudian dijumlahkan untuk memperoleh skor tim, dan tim yang berhasil memenuhi kriteria tertentu akan mendapatkan sertifikat atau penghargaan lainnya.

Menurut Trianto (2009: 68) pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 siswa secara heterogen, yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.

Pakar teknologi pendidikan, Briggs (1977 : 3-11) yang dikutip oleh Dewi Salma Prawiradilaga menyatakan bahwa proses belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor internal peserta didik itu sendiri dan faktor eksternal, yaitu pengaturan kondisi belajar. Proses belajar terjadi

karena sinergi memori jangka pendek dan jangka panjang diaktifkan melalui penciptaan faktor eksternal, yaitu pembelajaran atau lingkungan belajar. Melalui inderanya, peserta didik dapat menyerap materi secara berbeda. Pengajaran mengarahkan agar pemrosesan informasi untuk memori jangka panjang dapat berlangsung lancar.

Sedangkan menurut Winkel belajar adalah perubahan tingkah laku sesudah belajar berpendapat. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan penddik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Lingkungan belajar merupakan suatu sistem yang terdiri dari unsur tujuan, bahan pelajaran, strategi, alat, siswa, dan guru. Semua unsur atau komponen tersebut saling berkaitan, saling mempengaruhi dan semuanya berfungsi dengan berorientasi pada tujuan.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran mencakup dua konsep yaitu belajar dan mengajar. Belajar dilakukan oleh peserta didik, dimana peserta didik imi merupakan salah satu komponen sentral dalam proses belajar mengajar, sedangkan mengajar dilakukan pendidik, dimana pendidik ini merupakan komponen yang berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial.

METODE

Perbaikan pembelajaran dilaksanakan di SMP Negeri 3 Cibarusah Kabupaten Bekasi pada mata pelajaran Matematika tentang barisan dan deret aritmatika di kelas IX-D. Adapun karakteristik siswa terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan.

Pelaksanaan pembelajaran di SMP Negeri 3 Cibarusah Kabupaten Bekasi kelas IX-D semester 2 dilakukan dalam tiga siklus yang masing-masing siklus meliputi empat tahap yaitu:

1. Tahap perencanaan

2. Tahap pelaksanaan atau Tindakan 3. Tahap pengumpulan data

(4)

4 | P e d a g o g i a n a

0 20 40 60

CAPAI KKM TIDAK CAPAI KKM Data yang terkumpul dilakukan analisis

dengan teknik deskriftif yaitu : peneliti mengumpulkan data melalui observasi dan tes, kemudian dicatat dan dideskrifsikan dalam bentuk narasi dan paparan.

HASIL

1. Kegiatan Pra Siklus

Pada kegiatan pra siklus ini metode yang digunakan guru dalam mengajar matematika adalah metode ceramah dan demonstrasi. Kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru, karena dalam pembelajaran ini yang aktif hanyalah guru sedangkan siswa cendrung pasif. Guru memulai pembelajaran dengan menerangkan materi kemudian menyuruh siswa untuk mencatatnya. Setelah itu memberikan evaluasi.

Dari hasil pembelajaran diperoleh data hasil pembelajaran awal dengan nilai rata-rata kelas 54,40. Berdasarkan nilai pra siklus tersebut secara umum nilai penguasaan siswa terhadap materi pembagian ini masih belum memenuhi standar KKM yang ditargetkan yaitu 70. Oleh karena itu, disusunlah perencanaan perbaikan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada siklus I dengan fokus perbaikan menggunakan metode demonstrasi. Hal ini didasarkan pada hasil refleksi pada kegiatan pembelajaran pra siklus. Tingkat prosentase pencapaian KKM pada kegiatan prasiklus pada pelajaran matematika dengan materi barisan dan deret aritmatika dalam bentuk diagram berikut ini. Diagram Presentase Pencapaian KKM Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika.

Diagram 4.1

Presentase Pencapaian KKM siswa Pada Kegiatan Pembelajaran Pra siklus

Untuk mengatasi masalah tersebut, dilaksanakanlah penelitian tindakan kelas yang direncanakan dalam dua siklus perbaikan untuk mencapai target pencapaian penguasaan siswa terhadap materi barisan dan deret pada pembelajatan matematika dengan KKM 70. Dalam mengatasi hal tersebut, peneliti menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat mencapai target .

2. Deskripsi Hasil Perbaikan Pembelajaran Matematika

Setelah diadakan refleksi, perencanaan, tindakan perbaikan pada siklus I dan II, serta pengamatan dan observasi pada setiap siklus, maka didapatlah hasil belajar siswa kelas IX-D SMP Negeri 3 Cibarusah Kabupaten Bekasi terhadap pemahaman materi barisan dan deret aritmatika pada pelajaran Matematika. Tingkat penguasaan siswa terhadap materi barisan dan deret aritmatika dapat digambarkan dalm bentuk diagram berikut:

(5)

JPD: Jurnal Pedagogiana

P-ISSN 2089-7731 E-ISSN 2684-8929 DOI: doi.org/10.47601/AJP.XXX

Volume 8, No. 49 April 2021 | 5 0

50 100

PRA SIKLUS SIKLUS 1 SIKLUS 2

Chart Title

CAPAI KKM TIDAK CAPAI KKM

0 10 20 30 40 50 60

CAPAI KKM TIDAK CAPAI KKM

SIKLUS 1

a

Gambar : 4.2

Diagram Prosentase Pencapaian KKM Siswa pada Mata Pelajaran Matematika

Materi barisan dan deret aritmatika Setiap Siklus

Perbaikan Pembelajaran Siklus I

Berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat dan supervisor, pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I sudah menunjukan kemajuan partisivasi, motivasi, dan prestasi siswa yang meningkat. Pada kegiatan pra siklus yang dapat nilai diatas KKM hanya 10 siswa dari 42 siswa atau 23,81 %, sedangkan siswa yang nilainya di bawah standar KKM mencapai 32 siswa atau 76,19% dari 42 siswa.

Pada kegiatan pembelajaran siklus I, pencapaian KKM mencapai 57,14 % atau sekitar 24 siswa. Sisanya 18 siswa atau sekitar 42,86 % belum mencapai KKM. Hasil ini dapat digambarkan dalam bentuk diagram berikut:

Diagram 4.3

Presentase Pencapaian KKM pada Kegiatan Pembelajaran Siklus I

Perbaikan Pembelajaran Siklus II

Pada siklus terakhir pembelajaran matematika dengan materi barisan dan deret aritmatika ini, prestasi belajar siswa sudah mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang mencapai nilai rata-rata 80,71 dan prosentase pencapaikan KKM yaitu 88,10 %.

PEMBAHASAN 1. Siklus I

Pada kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I, pada kegiatan awal peneliti melakukan apersepsi dan mengaitkan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Selanjutnya pada kegiatan inti menjelaskan materi tentang barisan dan deret aritmatika dengan menggunakan metode ceramah, Tanya jawab, dan demonstrasi. Dan pada kegiatan akhir melakukan evaluasi. Dari hasil evaluasi pada siklus ini rata-rata nilai yang diperoleh siswa hanya 71,19. Tingkat prosentase pencapaian KKM pada kegiatan pembelajaran siklus I siswa yang mencapai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) berjumlah 24 sisiwa atau 57,14 %, sisanya berjumlah 18 siswa atau 42,86% belum mencapai KKM.

Berdasarkan hasil temuan di atas, peneliti selanjutnya mengadakan refleksi yang hasilnya sebagai berikut:

a. Guru merancang pembekajaran, memepertimbangkan dan menetapkan target yang ingin dicapai.

b. Guru merancang lembar observasi siswa.

c. Guru mengarahkan dan membimbing siswa secara individual dan kelompok. d. Memberi kesempatan pada siswa untuk mendemonstrasikan hasil kerjanya.

e. Melibatkan siswa secara aktif dalam setiap pembelajaran.

f. Melatih siswa untuk bekerjasama. g. Memberikan kesempatan kepada

(6)

6 | P e d a g o g i a n a

Siklus II ini merupakan acuan dari perbaikan siklus I. Pada kegiatan Siklus II ini, merumuskan skenario perbaikan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran. Pada kegiatan inti guru menjelaskan materi barisan dan deret aritmatika dengan menerapkan model pembelajaran kooperatife tipe STAD yaitu dengan membagi anak ke dalam beberapa kelompok disusun. Setelah dianggap paham dan mengerti guru memberikan evaluasi berupa tes formatif untuk mengukur pemahaman siswa dan sebagai umpan balik bagi guru.

Dalam melaksanakan pembelajaran siklus II ini, langkah awal seorang guru adalah menyusun rencana perbaikan pembelajaran, mempersiapkan media dan alat peraga sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Dalam pembelajaran siklus II, peneliti dibantu teman sejawat untuk memberikan masukan dalam pembelajaran yang telah dilakukan.

Dalam praktek pembelajaran matematika tentang barisan dan deret aritmatika ini guru melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mengkondisikan siswa dalam situasi belajar,

b. Melakukan apersepsi sebagai kegiatan awal,

c. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan disampaikan,

d. Membahas cara menyelesaikan soal barisan dan deret aritmatika, melalui model pambelajaran koopratif tipe STAD,

e. Membagi siswa ke dalam beberapa kelompok diskus,i

f. Memberikan soal latihan, g. Menyimpulkan materi,

h. Mengadakan evaluasi akhir pembelajaran sebagai umpan balik

Dan pada kegiatan akhir melakukan evaluasi. Dari hasil evaluasi pada siklus ini rata-rata nilai yang diperoleh siswa mencapa 80,71. Tingkat prosentase pencapaian KKM pada kegiatan pembelajaran siklus II terjadi peningkatan yang signifikan, siswa yang mencapai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) berjumlah 37 sisiwa atau 88,10%, sedangkan sisanya berjumlah 5 siswa atau 11,90% belum mencapai KKM.

Dari hasil yang dicapai pada siklus II ini terbukti bahwa setelah di berikan perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD maka pemahaman dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang berarti

Jadi, dalam setiap pembelajaran hendaknya seorang guru menyusun rencana pembelajaran, menyiapkan media, sumber dan alat peraga yang sesuai dengan materi yang disampaikan serta model pembelajaran yang tepat, karena hal ini merupakan kunci keberhasilan dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

SIMPULAN

Hasil penelitian yang telah dilakukan pada mata pelajaran Matematika di kelas IX-D SMPN 3 Cibarusah Kabupaten Bekasi, telah menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa pada bidang studi Matematika tentang barisan dan deret aritmatika.

Pengembangan kognitif dalam bentuk hasil belajar dan sikap siswa dalam pembelajaran matematika telah mengalami peningkatan yang cukup signifikan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pada Pra siklus rata-rata hasil belajar matematika yang diperoleh adalah sebesar 54,40. Pada

(7)

JPD: Jurnal Pedagogiana

P-ISSN 2089-7731 E-ISSN 2684-8929 DOI: doi.org/10.47601/AJP.XXX

Volume 8, No. 49 April 2021 | 7 siklus I rata-rata hasil belajar matematika

yang diperoleh meningkat menjadi 71,19 , dan pada siklus II rata-rata yang belajar matematika yang diperoleh menjadi 80,71. Hal ini menunjukkan peningkatan hasil belajar sebesar 26,31.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terbukti mampu meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa untuk materi tentang barisan dan deret aritmatika di kelas IX-D SMPN 3 Cibarusah Kabupaten Bekasi

DAFTAR RUJUKAN

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi

Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010.

S. Nasution, Teknologi Pendidikan, Bandung: CV Jammars, 1999. Slavin, Robert. E., Educational

Psychology Theory and Practice, Fourth Edition, Boston, 1994. S Trianto.(2009). Mendesain model

pembelajaran inovatif - Progresif : Konsep, landasan, dan

implementasinya pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, Yogyakarta: Media Abadi, 2009 Briggs, Leslie J. 1977. Instructional

Design,Educational Technology Publications Inc. New Jersey : Englewood Cliffs

Gambar

Diagram Prosentase Pencapaian KKM  Siswa pada Mata Pelajaran Matematika

Referensi

Dokumen terkait

Alasan James T Collin (i) sebuah bahasa dapat berkembang menjadi bahasa atau beberapa dialek perlu waktu yang lama; (ii) daerah yang memiliki keragaman dialek yang tinggi

Dengan latar belakang madrasah, maka sudah seharusnya lah guru mapel PAI MAN 3 Sleman memiliki dedikasi dan standar kualitas yang tinggi agar tercapainya salah satu

In this work, an evaluation of the radiometric quality of the mosaic of an orange plantation produced using images captured by a hyperspectral imager based on a

Untuk mengetahui pengaruh Current Ratio, Debt Ratio, dan Total Assets Turnover secara bersama-sama terhadap Return on Asset pada perusahaan subsektor makanan dan

Intinya bahwa keuangan daerah merupakan objek di Akuntansi Sektor Publik (pemerintah) dimana dalam akuntansi sektor publik (Pemerintah) data yang digunakan untuk

Salah satu metode untuk mengurangi pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah logam berat adalah dengan metode fitoremediasi, dimana metode fitoremediasi

Kecamatan Maro Sebo Ulu Dalam Angka Tahun 2017 iv Tabel 3.1 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dirinci per desa

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bagi Perusahaan dalam mempertimbangkan keputusan keuangan yang akan diambil berupa kebijakan hutang yang nantinya