• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK STRUKTUR DAN PERAN SEMANTIS VERBA MENYENTUH BAHASA BALI: KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI (MSA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK STRUKTUR DAN PERAN SEMANTIS VERBA MENYENTUH BAHASA BALI: KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI (MSA)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

x

x ABSTRAK

STRUKTUR DAN PERAN SEMANTIS VERBA ‘MENYENTUH’ BAHASA BALI: KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI (MSA)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur semantik verba ‘menyentuh’ bahasa Bali, dan peran semantis verba ‘menyentuh’ bahasa Bali. Sumber data pada penelitian ini adalah penutur bahasa Bali. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode cakap dengan teknik pancing, teknik cakap semuka, dan teknik catat. Jenis data dalam penelitian ini adalah tuturan bahasa Bali. Data dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan teroi Metabahasa Semantik Alami (MSA) untuk struktur semantik dan teori Peran Umum untuk peran semantik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa verba menyentuh bahasa Bali (VMBB) memiliki butir makna asali melakukan. VMBB tipe tindakan memiliki polisemi makna melakukan-terjadi dan melakukan-berpindah. VMBB pada bagian kepala leksikon terdiri atas 3 leksikon. VMBB bagian wajah terdiri atas 12 leksikon. VMBB pada bagian tangan terdiri atas 61 leksikon. VMBB pada bagian badan terdiri atas 4 leksikon. VMBB pada bagian kaki terdiri atas 9 leksikon.

Peran semantik argumen berupa peran umum VMBB yang membawahi peran-peran khusus. Peran umum VMBB terdiri dari actor dan undergoer. Peran umum Actor memiliki peran khusus agen dan peran umum undergoer memiliki peran khusus pasien. Peran agen menunjukan bahwa argumen tersebut mengendalikan dan menyebabkan peristiwa tersebut terjadi. Peran khusus pengalam menunjukan bahwa argumen yang menjadi sasaran menerima pengaruh dari tindakan yang tidak mengubahnya secara fisik. Peran khusus tema menunjukkan bahwa argument mengalami perpindahan.

(2)

xi

ABSTRACT

SEMANTIC STRUCTURES AND SEMANTIC ROLES OF VERB ‘TOUCH’ IN BALINESE LANGUAGES: NATURAL SEMANTIC METALANGUAGES (NSM)

This study is aimed to analyze semantic structure and semantic roles of verb touch in Balinese language. The data source in this research is spoken data of Balinese speakers. Data was collected by applying conversation method in the form of elicitation techniques, face to face conversation technique, and note-taking technique. The distributional and identity method were applied with theory Natural Semantic Metalanguage (NSM) to analyze semantic structures and theory Macro-roles and Macro-Macro-roles to analyze semantic Macro-roles.

The results of this research shows that verb ‘touch’ in Balinese Languages (VTIBL) consists of semantics primes ‘do’. VTIBL contains of polisemy do-happen and do-move. VTIBL on the head consisted of 2 lexicons. VTIBL on the face consisted of 12 lexicons. VTIBL on the hands consisted of 61 lexicons. VTIBL on the body consisted of 4 lexicons. VTIBL on the foot consisted of 9 lexicons.

The semantic role is macro-roles of VTIBL which consist of thematic-roles. The macro-roles are divided into actor and undergoer. The thematic roles agent is agent and the thematic role of undergoer is patient. The agent-roles showed that the argument caused and controlled the event that occurred. The thematic role of experiencer shows that the argument becomes the target that receives effect of the event directly. The thematic role of theme shows that the argument moves into different place.

(3)

xii xii DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM ... i PRASYARAT GELAR ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ...v

UCAPAN TERIMAKASIH ... vi

ABSTRAK ...x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR TABEL ...xv

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ...1 1.1 Latar Belakang ...1 1.2 Rumusan Masalah ...5 1.3 Tujuan Penelitian ...6 1.3.1 Tujuan Umum ...6 1.3.2 Tujuan Khusus ...6 1.4 Manfaat Penelitian ...7 1.4.1 Manfaat Teoritis ...7 1.4.2 Manfaat Praktis ...7

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ...8

2.1 Kajian Pustaka ...8

2.2 Konsep ...11

2.2.1 Verba ...11

2.2.2 Makna Asali (Semantic Primes) ...13

2.2.3 Polisemi Tak-Komposisi ...15

2.2.4 Peran Semantik ...16

2.2.5 Pivot ...19

2.3 Landasan Teori ...20

2.3.1 Teori Metabahasa Semantik Alami (MSA) ...21

2.3.2 Teori Peran Semantik ...23

2.4 Model Penelitian ...26

BAB III METODE PENELITIAN ...29

3.1 Jenis Penelitian ...29

(4)

xiii

3.2.1 Jenis Data ...30

3.2.2 Sumber Data ...30

3.5 Instrumen Penelitian ...31

3.6 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ...32

3.7 Metode dan Teknik Analisis Data ...34

3.8 Metode Penyajian Hasil Analisis Data ...39

BAB IV STRUKTUR DAN PERAN SEMANTIK VERBA ‘MENYENTUH’ BAHASA BALI (VMBB) ...41

4.1 Struktur Semantik VMBB ...41

4.1.1 VMBB Bagian Kepala ...43

4.1.2 VMBB Bagian Wajah ...46

4.1.2.1 Verba ‘Menyentuh’ bagain Bibir ...47

4.1.2.2 Verba ‘Menyentuh’ bagian Lidah ...48

4.1.2.3 Verba ‘Menyentuh’ bagian Gigi ...50

4.1.2.4 Verba ‘Menyentuh’ bagian Paruh ...57

4.1.3 VMBB Bagian Tangan ...61

4.1.3.1 Verba ‘Menyentuh’ bagian Jari Hingga Telapak Tangan ...61

4.1.3.2 Verba ‘Menyentuh’ dengan Tangan Dikepal ...98

4.1.3.3 Verba ‘Menyentuh’ dengan Dua Tangan ...102

4.1.3.4 Verba ‘Menyentuh’ dengn Siku ...106

4.1.3.5 Verba ‘Menyentuh’ bagian Kuku ...107

4.1.3.6 Verba ‘Menyentuh’ bagian Tangan dengan Instrumen ...112

4.1.4 Verba ‘Menyentuh’pada Bagian Badan ...121

4.1.5 Verba ‘Menyentuh’ pada Bagian Kaki ...126

4.2 Peran Argumen Semantik VMBB ...137

4.2.1 Peran Umum Argumen VMBB ...137

4.2.2 Peran Khusus Argumen VMBB ...138

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...142

5.1 Simpulan ...142

5.2 Saran ...144

DAFTAR PUSTAKA ...145

(5)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Palmer (1981:1) menegaskan bahwa semantik merupakan cabang ilmu yang mengkaji tentang makna. Makna merupakan ide atau konsep yang dapat dialihkan dari pemikiran penutur ke pemikiran pendengar (Lyons, 1968:136). Keberterimaan terhadap suatu ide yang disampaikan oleh penutur kepada pendengar ditinjau dari tindak responsif antara penutur dengan pendengar. Pendapat Lyons diperkuat oleh Allan (2001:3) yang menyatakan bahwa makna dalam sebuah bahasa alami memiliki nilai penting sebab menunjukkan tingkat responsif serta refleksi terhadap persepsi dan konsep dari manusia.

Makna menegaskan hubungan pikiran antara penutur dengan pendengar memiliki kesamaan bahasa. Hal ini merupakan salah satu aspek makna yaitu aspek pengertian. Aspek lain makna yaitu aspek nada, aspek perasaan, dan aspek tujuan (Pateda, 1990: 50-53). Bagian ilmu semantik yang lebih mengkhusus menelaah makna yang alamiah adalah kajian Metabahasa Semantik Alami (MSA). MSA dipelopori oleh Anna Wierzbicka melalui penelitian lintas bahasa. Wierzbicka (1996: 31) menyatakan bahwa bahasa alamiah merupakan satu-satunya sistem ekplanatori dalam representasi makna. Hal ini didukung oleh keunggulan yakni parafrasa metabahasa berasal dari bahasa alamiah sebagai asumsi dasar sehingga dapat diterima oleh penutur. Teori MSA memiliki sifat yang terbuka jika disesuaikan dengan bahasa penuturnya serta representasi makna

(6)

2 yang dapat dimodifikasi.

Perangkat makna asali menjadi acuan dasar untuk memulai analisis makna melalui MSA. Perangkat makna asali yang terkandung dalam sebuah verba dianalisis melalui teknik parafrasa untuk mengkaji makna tersebut menjadi makna yang sederhana. Seperti contoh yang dikutip dari Sudipa (2004:240):

Anak-ē lingsir ento nyidayang makecog di undag-ē Seseorang-DEF bisa melompat tempat-DEF ‘Orang itu bisa melompat di tangga itu.’

Pada contoh di atas, verba makecog dianalisis dengan seperangkat makna asali. Makecog merupakan verba tindakan tipe gerakan yang menunjukkan perpindahan entitas dari satu lokasi ke lokasi lain. Makecog ditinjau dari cara gerakan yang memiliki fitur semantik antara cara gerakan yangberlangsung cepat dan arah gerakan turun naik, dan horizontal atau antara cara gerakan lamban, naik turun, dan vertikal (Sudipa, 2004: 238-241). Eksplikasi makecog sebagai berikut:

Makecog ‘melompat’

Pada waktu itu, X melakukan gerakan ke suatu tempat X menggerakan kedua kakinya naik turun dan vertikal X melakukan gerakan dalam waktu yang lama

X menginginkan ini

X melakukan gerakan seperti ini.

Contoh analisis Sudipa (2004:238-241) menunjukkan verba yang diambil dari bahasa Bali dieksplikasikan dengan makna asali MELAKUKAN dan BERPINDAH. Verba makecog menjadi lebih sederhana dan tidak berputar-putar.

MSA membuktikan bahwa verba bahasa Bali makecog yang memiliki arti ‘melompat’ juga ditemukan dalam leksikon makecos. Leksikon makecos atau makecog memiliki arti secara umum ‘melompat’. Penelitian makna asali

(7)

3

3

mendeskripsikan secara jelas eksplikasi makna verba tersebut membedakan antara satu leksikon dengan leksikon lain akan tetapi tetap berada dalam wadah yang sama. Keberagaman penggunaan leksikon bahasa Bali dilatarbelakangi karena jati diri bahasa tersebut sebagai bahasa daerah. Bahasa Bali menjadi bahasa ibu bagi sebagaian besar penutur asli bahasa Bali disamping sebagai bahasa daerah. Bahasa Bali memiliki nilai kebudayaan yang tinggi, lingkungan sosial yang beragam, serta adat istiadat penutur yang mempengaruhi fitur-fitur semantik (Sudipa dan Jayantini, 2010:3).

Verba BB memiliki peranan penting seperti verba pada umumnya. Sudipa dan Jayantini (2010:4) menjelaskan verba BB selalu hadir dalam tuturan. Verba BB menentukan kehadiran argumennya bila ditinjau dari sisi semantik serta memiliki kewenangan dalam menentukan peran-peran semantik. Sebagian besar penggunaan leksikon verba bahasa Bali dan pemahaman makna leksikon verba tersebut masih menunjukkan keraguan. Seperti contoh, antara penggunaan leksikon ngaplak dengan nyontok yang kedua leksikon tersebut memiliki arti yang umum ‘memukul’. Penjabaran yang membedakan kedua leksikon tersebut akan menyulitkan penutur ketika penutur diharuskan menyederhanakan perbedaan makna leksikon tersebut.

Verba BB yang masih memiliki leksikon yang dapatt dianalisis melalui kajian MSA adalah verba ‘menyentuh’ bahasa Bali (VMBB). Verba ‘menyentuh’ memiliki dua tipe verba yakni verba tindakan dan verba ujaran. Verba ‘menyentuh’ tipe tindakan menunjukkan peristiwa yang dilakukan oleh seseorang dengan adanya sentuhan atau persinggungan dua bidang entitas dan entitas merasakan tindakan tersebut. Verba ‘menyentuh’ tipe ujaran lebih menekankan kepada piranti emosi

(8)

4

yang bersifat kejiwaan atau mental dengan tuturan dan berkaitan dengan makna ilokusi.

VMBB tipe tindakan lebih menarik dianalisis karena hasil yang diterima oleh entitas beragam serta cara melakukan tindakan tersebut. Fitur semantik lain yang terkandung dalam VMBB ini menjadi daya tarik sebagai objek penelitian MSA. Verba ‘menyentuh’ tidak hanya ditunjukkan oleh kegiatan ‘menyentuh’ seperti nundik dan ngusud yang berarti ‘menyentuh’ tetapi dapat ditinjau dari komponen hasil dari tindakan tersebut dan cara melakukannya seperti pada leksikon nundik dan ngusud. Kedua leksikon memiliki arti sama yakni ‘menyentuh’. Perbedaan kedua leksikon tersebut dilihat dari cara melakukan, bagian jari yang terlibat, serta kecepatan gerakan. Secara umum, nundik lebih cepat gerakannya dan hanya menggunakan bagian jari telunjuk. Hal ini berbeda dengan ngusud yang menggunakan hampir keseluruhan jari-jari tangan dan gerakannya lebih pelan.

VMBB tidak hanya terbatas dari tindakan sentuhan atau menjamah dalam intntitas kecil, tetapi ‘menyentuh’ dalam penelitian ini diperluas hingga tindakan yang memiliki medan makna sentuhan dalam tindakan pukulan, dorongan atau tindakan lain yang ditinjau dari sudut makna asali dan komponen semantik yang berkaitan dengaan tindakan tersebut. Perangkat makna asali tersebut menentukan struktur semantik dan fitur semantik yang mungkin ditemukan dalam setiap leksikon verba.

Penelitian Putra (2014) membuktikan keunggulan MSA menganalisis verba ‘memotong’ bahasa Bali. Putra (2014:4) menetapkan verba ‘memotong’ yang berarti tindakan yang menyebabkan entitas menjadi dua. Leksikon yang dianalisis

(9)

5

5

oleh Putra menunjukkan perbedaan leksikon yang ditemukan dengan asumsi dasar teori MSA dan meninjau fitur-fitur yang membedakan dalam ruang lingkup verba ‘memotong’.

Penelitian-penelitian MSA semakin berkembang mengingat keunggulan teori tersebut dalam membedah makna tersebut menjadi sederhana dan mudah dimengerti. Mengingat bahwa MSA berlaku untuk verba keadaan, verba proses, dan verba tindakan, penelitian ini dikhususkan untuk meneliti verba tindakan dalam leksikon ‘menyentuh’ bahasa Bali.

1.2 Rumusan Masalah

Beranjak dari latar belakang tersebut ditarik beberapa pokok permasalahan yang mendukung pembahasan secara khusus verba‘menyentuh’ yang diangkat dari penutur bahasa Bali. Perumusan masalah merupakan fokus bagi peneliti dalam melakukan penelitian. Rumusan masalah yang akan menjadi dasar penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimanakah struktur semantik dan makna asali VMBB? 2. Bagaimanakah peran semantik argumen VMBB?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan sesuatu yang ingin dicapai melalui sebuah proses penelitian. Penelitian ini akan mengkaji permasalahan khusus dalam kajian metabahasa semantik alami (MSA) dengan data bahasa Bali.

Tujuan penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yakni tujuan umum dan tujuan khusus.

(10)

6 1.3.1 Tujuan Umum

Metabahasa Semantik Alami (MSA) adalah sebuah kajian di bidang semantik yang dapat mengeksplikasikan makna yang kompleks menjadi sederhana dengan menerapkan teroi MSA. Leksikon-leksikon verba bahasa Bali memiliki keberagaman makna yang dapat dijabarkan dengan kaidah yang sederhana sehingga lebih mudah berterima. Leksikon-leksikon verba yang beragam dapat dikelompokkan dengan memperhatikan kedekatan ciri leksikon tersebut. Tujuan umum dari kajian ini adalah untuk mengkaji leksikon verba ‘menyentuh’ dalam bahasa Bali dengan mengaplikasikan teori MSA.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus adalah tumpuan dalam kajian pelaksanaan penelitian ini. Tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. mememerikan truktur semantik dan makna asali VMBB; dan 2. menganalisis peran argumen semantik VMBB

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian menunjukkan nilai guna dari temuan penelitian yang akan dilaksanakan. Manfaat penelitian dibagi menjadi dua, yakni manfaat teoretis dan manfaat praktis.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Penelitian MSA ini diharapkan memperkaya konsep yang terkait dengan perkembangan ilmu semantik khususnya dalam kajian metabahasa semantik alami

(11)

7

7

dalam mengkaji dan menganlisis makna-makna dari berbagai bahasa. Penelitian ini diharapkan mengembangkan konsep makna asali dalam menganalisis makna dari leksikon-leksikon verba bahasa Bali yang memiliki keberagaman fitur semantik.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran dalam kajian semantik khususnya analisais Metabahasa Semantik Alami dan peran semantik. Metabahasa semantik alami (MSA) mewahanai analisis makna yang dirasa kompleks menjadi makna sederhana dengan prinsip-prinsip kedekatan fitur dari leksikon tersebut dan kandungan makna asalinya. Dengan demikian, penelitian ini dapat memberikan masukan bagi upaya peningkatan pemahaman analisis makna. Selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi penyusunan penelitian-penelitian yang berkaitan dengan analisis makna melalui konsep makna asali.

Referensi

Dokumen terkait

Melihat dari berbagai sisi, terutama pada sisi pendapatan pengolahan ikan dan hasil produksi pengolahan ikan di Kabupaten Sukabumi, perlu kiranya untuk membuat sebuah strategi

Metode peramalan high-order fuzzy logical relationship (Chen dan Chen, 2011) dapat menyelesaikan permalahan TAIEX, sedangkan pada penelitian Chen dan Chen (2015)

Variabel prediktor yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah median lamanya tahun sekolah wanita, persentase pria dan wanita kawin yang mengetahui

a) Guru harus menerangkan kepada siswa, untuk memperkenalkan metode ini, bahwa dengan jalan bermain peran ( role playing ) siswa diharapkan dapat memecahkan masalah

Penelitian ini dapat membantu para ibu hamil, bersalin dan melahirkan untuk dapat memperhatikan konsumsi dan asupan gizi yang seimbang terhadap kesehatan ibu sehingga

Lieberman dan Hoody (1998;87) menyatakan bahwa pendidikan lingkungan telah menjadi pelopor dalam mendorong pendidikan interdisipliner, pemikiran kritis dan pemecahan

Karyawan kontrak yang merupakan tenaga kerja yang digunakan sesuai dengan kontrak yang telah disepakati terdiri dari karyawan yang bekerja pada bagian produksi terdiri dari

menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan