IS
I
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia
Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-syarat Guna Memperoleh
Derajat Sarjana SI Psikologi
f
ISLAM
Oleh:
Nia Kusuma Wardhani 00 320 100
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian
Dari Syarat-syarat Guna Memperoleh
Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Pada Tanggal
3 3 OCT 200*
Dewan Penguji
1. Sus Budiharto, S.Psi.,Psikolog
2. Sumaryono, Drs. H.,M.Si
3. Qurotul Uyun, S.Psi.,M.Si
Mengesahkan,
Fakultas Psikologi
Uniy^Fsitasislam Indonesia
Sukarti. Dr
dalam membuat laporan penelitian, tidak melanggar etika akademik seperti
penjiplakan, pemalsuan data, dan manipulasi data. Apabila dikemudian hari saya
terbukti melanggar etika akademik, maka saya sanggup menerima konsekuensi
berupa pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.
Yang menyatakan,
Nia Kusuma Wardhani
<^«* <y >JJ
a44^j^teiii
^•-^^ ^ * » * ; / " s >> »>:f s.r •*-" x- »x-^ ••3 c-^ailSC*i^3!jIs
Bukankah Kami telah lapangkan dadamu? Dan Kami telah menyingkirkan
bebanmu. Beban yang memberatkan punggungmu. Lalu Kami angkat
martabatmu. Sungguh bersama kesukaran pasti ada kamudahan. Dan bersama
kesukaran pasti ada kemudahan. Karena itu, bila selesai suatu tugas, mulailah
dengan tugas lain dengan sungguh-sungguh. Hanya kepada Tuhanmu
14. Sahabat baik-ku, Vivi, Shanti, Farah, Tina, yang membantu memberikan
dukungan serta semangatnya.
15. Sahabatku Rini, Fadzar, Irawan, Ayie',
Mustakim. Terimakasih atas
bantuannya mencarikan jurnal untuk kelengkapan skripsi.
16. Semua temanku yang selalu memberikan dorongan dan semangatnya dalam
penyelesaian skripsi, YuHo, Irma, Bang Komeng, Udien, Mas Feri, Danu,
Dixon, Ufradi, Pa' Eko, Mas Samsu, Miss. Arin, AL, Andi, ZuLL, Dodi, Za-Q,
Yoga, Kiki, Afdal, Ayung, Laras, Memet, Ichal, Tommy, Budi, Yudi, Kunto,
Indah, Mb' Mila, dan Mb' Evi.
17. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi maupun dalam
proses studi di Universitas Islam Indonesia.
Penulis hanya dapat memohon dan berdoa, semoga Allah membalas jasa dan
kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dengan pahala yang berlipat
ganda. Amien.
Akhimya penulis berharap karya ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya. Sebagai manusia penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dan kesalahan yang hams diperbaiki dalam penelitian ini.
Wassalamu 'a/a/kum Warahmatullahi Wabarokatuh.Yogyakarta, Oktober 2004
Penulis
1. Pengertian Kecerdasan Adversity 21
2. Aspek-aspek Adversity 23
C. Hubungan Adversity dengan Komitmen Organisasi Perempuan
Berperan Ganda 26
D. Hipotesis 28
BAB III. METODE PENELITIAN 29
A. Identifikasi Variabel Penelitian 29
B. Definisi Operasional 29
C. Subjek Penelitian 30
D. Metode Pengumpulan Data 31
E. Metode Analisis Data 32
BAB IV. PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN 33
A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 33
1. Orientasi Kancah Penelitian 33
2. Persiapan Penelitian 35
B. Laporan Pelaksanaan 38
C. Hasil Penelitian 39
1. Diskripsi Subjek Penelitian 39
2. Diskripsi Data Penelitian 39
3. Uji Asumsi 41
B. Saran
45
DAFTAR PUSTAKA
46
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel 1. Distribusi Butir Skala Komitmen Organisasi Sebelum Uji Coba
31
Tabel 2. Distribusi Butir Skala Adversity Sebelum Uji Coba
32
Tabel 3. Distribusi Butir Skala Komitmen Organisasi Setelah Uji Coba
37
Tabel 4. Distribusi Butir Skala Adversity Setelah Uji Coba
38
Tabel 5. Deskripsi Subjek Berdasarkan Usia
39
Tabel 6. Deskripsi Subjek Berdasarkan Tingkat Pendidikan
39
Tabel 7. Deskripsi Subjek Berdasarkan Masa Kerja
39
Tabel 8. Deskripsi Data Penelitian
40
Tabel 9. Kriteria Kategori Skala
40
Tabel 10. Kategori Skor Variabel A/wmyif}'
40
Tabel 11. Kategori Skor Variabel Komitmen Organisasi
41
Nia Kusuma Wardhani Sus Budiharto
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara adversity dengan
komitmen organisasi pada perempuan berperan ganda
<;, JSP? .??? penelitian ini aclalah karyawati Bank Rakyat Indonesia di
Snff ;• ? e P^n9umPu,an data yang digunakan adalah metode angket
yang terdjr. dan skala adversity hasil modifikasi dan adaptasi dari Adversity
Respon Profile Quick Take yang dirancang oleh Stoltz (2000) yang berjumlah 35
n™™
u kom!tmen organisasi yang merupakan modifikasi dari Yuwono
(2000) yang berjumlah 40 aitem.
nrnn^cfocT3'1515 ff' I™9 di9unakan dalam Penelitian ini menggunakan
program SPSS vers. 11.00 dan dianalisis dengan menggunakan korelasi product
moment Spearman untuk menguji hubungan adversity dengan komitmen
organisasi. Korelasi Spearman menunjukkan r=0.06 dengan p 0 34 Hal ini
menunjukkan tidak ada hubungan antara kedua variabel. Kesimpulannya bahwa
h.potes.s yang menyatakan ada hub antara adversity dengan komitmen
organisasi tidak terbukti, hipotesis ditolak.
^rnicmen
Kata kunci: adversity, komitmen organisasi
A. Later Belakang Masalah
Sektor publik merupakan domain kaum laki-laki, namun tidak dapat
disangkal keterlibatan kaum perempuan di sektor tersebut menunjukkan
kecenderungan meningkat dari waktu ke waktu. Meskipun secara absolut tingkat
partisipasi angkatan kerja perempuan masih lebih rendah dibandingkan laki-laki,
namun secara relatif tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan meningkat
lebih cepat dibandingkan laki-laki. Sebagai contoh, perempuan bekerja mewakili
42.1 % dari angkatan kerja sipil d: Amerika pada tahun 1979, tetapi di tahun
1992 meningkat menjadi 45.5%, dan mereka akan mewakili 47.7% pada tahun
2005. Ini berarti dalam sepuluh tahun ke depan dapat diperkirakan bahwa
angkatan kerja perempuan melonjak sebesar 24% (Dessler, 1997). Peningkatan
tersebut antara lain disebabkan oleh tuntutan ekonomi, peningkatan pendidikan
perempuan, dan makin terbukanya peluang bagi kaum perempuan untuk
memasuki sektor publik. Hal tersebut di atas menjadikan kaum perempuan
memiliki beban ganda, mereka selalu dituntut untuk dapat memainkan berbagai
peranan dalam kehidupan dengan sebaik mungkin baik di tempat kerja maupun
di rumah. Terlebih lagi bila perempuan aktif di lingkup publik dan menempati
posisi strategis dalam bidang pekerjaannya. Salah satu contohnya dalam pemilu
tahun 2004 ini, pemerintah memberikan kuota 30 % bagi perempuan untuk
duduk di tingkat legislatif. Karena itulah peran kaum perempuan dewasa ini
baru bagi perempuan Indonesia terutama bagi mereka yang berada pada strata
menengah ke bawah (Indraswari, 1994). Tetapi hal ini tidak menutup
kemungkinan banyak dijumpai perempuan dalam strata menengah ke atas turut
beraktifitas di sektor publik.
Menurut data pemilihan ibu teladan Indonesia 2003 terdapat lima
perempuan yang dapat dikategorikan memiliki prestasi dan juga berhasil
membina rumah tangga serta mendidik anak-anak mereka, antara lain sebagai
berikut : Sri Rossyati S.P, Sri Irianingsih S.Psi, Roostien Ilyas, Dr. Hj. Dewi
Laelatul Badriah, M.Kes, Ny. Carolina Nubatonis, Hj. Tri Astuti. (Jalu, 2003).
Selain itu menurut data dari Martha Tilaar yang juga mengelompokkan tipe
pemimpin perempuan yang patut dihargai, antara lain : Prof. Dr. Hj.
Koesbandijah Abdoel Kadir, M.S.Ak.
Nursjahbani Kantjasungkana, S.H, Dr.
Nafsiah Mboi, serta memperindag Rini Suwandi (Tilaar, 2003)
Peran ganda bagi perempuan yang bekerja di sektor publik memiliki sisi
positif dan negatif, sisi positif dari perempuan yang berperan ganda menurut Rini
(2002) memiliki rasa harga diri dan pemantapan identitas, adanya rasa berarti
karena dapat membantu suami dalam meningkatkan taraf perekonomian
keluarga, terciptanya relasi yang sehat dan positif dengan keluarga, pemenuhan
kebutuhan sosial, peningkatan skill dan kompetensi. Selain itu peran ganda dapat
membuat hidup menjadi lebih bervariasi dan dapat mengurangi efek kebosanan
dalam menjalani kehidupan. Sedangkan sisi negatif yang timbul dari perempuan
yang bekerja di sektor publik dan yang memiliki peran ganda antara lain kurang
terhadap keduanya. Hal ini dimaksudkan agar tercapai kebahagiaan dalam
lingkungan keluarga maupun keberhasilan di tempat kerja. Agar dicapai hasil
yang maksimal kaum perempuan diharapkan dapat mengoptimalkan kemampuan
yang dimiliki dengan cara mengasah adversity. Adversity jika berfungsi dengan
baik akan mempermudah individu dalam melaksanakan semua aktifitas dalam
kehidupan. Selain itu dengan adversity dapat membuat individu mampu menilai
setiap makna yang ada dalam kehidupan, baik yang berhubungan dengan diri,
keluarga maupun lingkungan tempat ia bekerja. Karena alasan itulah peneliti
tertarik untuk mengetahui lebih dalam lagi mengenai hubungan adversitydengan
komitmen organisasi pada perempuan berperan ganda.
B. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan adversity dengan
komitmen organisasi pada perempuan berperan ganda.
C. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Secara teoritis manfaat penelitian ini adalah untuk memperkaya wacana
di bidang psikologi industri, khususnya dalam usaha peningkatan
komitmen organisasi dan adversity.2. Manfaat Praktis
a. Bagi perusahaan
Dapat
memberikan
informasi
bagi
perusahaan
dalam
usaha
mengoptimalkan komitmen organisasi karyawan dapat dilakukan dengan
berbagai cara salah satunya adalah peningkatan adversity.
b. Bagi karyawan
Memberikan informasi kepada karyawan bahwa dengan adversity akan
dapat meningkatkan komitmen terhadap organisasi.
D. KEASLIAN PENELITIAN
Setelah mencermati hasil penelitian sebelumnya terdapat penelitian
tentang hubungan kepuasan kerja dengan komitmen kerja karyawan yang
disusun oleh Yuwono pada tahun 2000. Variabel-variabel yang diukur adalah
kepuasan kerja dan komitmen kerja. Sedangkan subjek penelitiannya adalah
karyawan Lembaga Bimbingan Belajar Primagama di Yogyakarta. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada hubungan antara kepuasan kerja dengan komitmen
organisasi.
Hubungan spiritual quotient dengan komitmen kerja karyawan , oleh
Annisa Agustin pada tahun 2003. Variabel-variabel yang diukur adalah spiritual
quotient dan komitmen kerja. Sedangkan subjek penelitiannya adalah karyawan
digunakan oleh peneliti sebelumnya, selain itu alat ukur adversity juga berbeda
dengan
penelitian sebelumnya.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa penelitian mengenai hubungan adversity dengan komitmen
organisasi pada perempuan berperan ganda memiliki keaslian yang dapat
A. Komitmen Organisasi
1. Pengertian Komitmen Organisasi
Robert Walton adalah seorang penulis berkebangsaan Amerika yang
pertama kali menyoroti pentingnya komitmen. Menurutnya para karyawan akan
memberikan respon terbaik apabila diberi tanggung jawab yang lebih luas,
dorongan untuk berkontribusi serta bantuan dalam mencapai kepuasan kerja
yang optimal (Armstrong, 2003). Pengertian komitmen menurut Mowday (Miner,
1992) merupakan sikap yang dimiliki karyawan dalam mengidentifikasi nilai-nilai
yang dimilikinya dengan nilai-nilai dan tujuan yang hendak dicapai perusahaan
dan ingin selalu memberikan kontribusi yang baik bagi perusahaan. Luthans
(1992) menyimpuikan bahwa komitmen organisasi merupakan sikap loyalitas
karyawan terhadap perusahaan dan juga suatu proses untuk mengekspresikan
perhatian dan partisipasinya terhadap perusahaan. Secara umum Gruen,
Summers & Acito (2000) mengungkapkan bahwa komitmen organisasi atau
perusahaan meliputi keinginan untuk memefihara hubungan dan berperan secara
aktif dengan melibatkan aspek psikologis yang tercermin pada tingkat aktivitas
karyawan dalam suatu perusahaan dan untuk kepentingan perusahaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa komitmen meliputi organisasi secara keseluruhan, tidak
hanya pada pekerjaan yang dilakukan tetapi juga menyangkut sesuatu yang
lebih global, yang mencerminkan suatu respon afektif yang umum terhadap
suatu perusahaan secara keseluruhan, yang meliputi kesetiaan, identiflkasi danketerlibatan, yang kesemuanya itu melibatkan unsur psikologis yang bertujuan
untuk kemajuan perusahaan.Sikap komitmen berkembang secara perlahan tetapi terus menerus sepanjang waktu sebagai hasil pemikiran dari individu. Sejalan dengan itu Allen
dan Meyer (1990) mengungkapkan bahwa komitmen dipandang sebagai suatu
kelekatan afeksi/emosi terhadap perusahaan seperti individu dafam melakukan
identiflkasi yang ku3t, memilih keterlibatan tinggi dalam pekerjaannya dan
senang untuk menjadi anggota organisasi. Jewell & Siegall (1998) menemukan
bahwa karyawan yang memiliki komitmen tinggi terhadap perusahaan memiliki
sedikit keinginan untuk keluar dari perusahaan dari pada karyawan yang memiliki
komitmen rendah.Luthans (1992) menyimpulkan bahwa sikap komitmen organisasi
ditentukan oleh variabel personal dan variabel organisasional. Variabel personal
meliputi usia, masa jabatan dalam perusahaan, dan disposisi individu seperti
afeksi positif atau afeksi negatif, dan kontrol atribusi baik internal ataupun
eksternal. Sedangkan variabel organisasional meliputi rancangan tugas pekerjaan
dan gaya kepemimpinan supervisor. Sementara itu ia juga menyebut adanya
variabel non organisasi yang ikut berpengaruh, yaitu alasan seseorang untuk
bergabung dalam organisasi perusahaan.Komitmen organisasi diasumsikan juga merefleksikan dampak dari
kesesuaian antara individu dengan perusahaan. Walaupun hasiinya tidak
seragam, banyak studi yang telah mempelajari hubungan antara keduanya.
Pengalaman kerja yang sesuai dengan nilai-nilai personal individu atau dapat memenuhi kebutuhan dan preferensi individu akan menjadi penguat individu
tersebut, yang kemudian akan mempengaruhi komitmennya terhadap individu (Allen & Meyer, 1990)
Staw (1991) menerangkan dua fenomena yang berbeda dengan komitmen, pertama, attitudinal commitment (komitmen sebagai sikap), yaitu situasi saat karyawan mempertimbangkan sejauh mana nilai dan tujuannya sesuai dengan nilai dan tujuan dari perusahaan tersebut. Dengan demikian, karyawan tersebut mengidentifikasikan dirinya dengan tujuan dan nilai
perusahaan dan ingin mempertahankan keanggotaannya. Kedua, behavioral
commitment (komitmen sebagai perilaku), yaitu proses dimana karyawan
tersebut menjadi terikat dengan perusahaan tertentu dan bagaimana menghadapi masalah tersebut. Karyawan menjadi terikat pada kegiatan-kegiatan
tertentu karena investasinya dimasa lalu akan hilang bila ia menghentikan
kegiatan-kegiatan tersebut.
Komitmen merupakan hubungan yang terjadi antara karyawan dengan perusahaan, dengan adanya komitmen perusahaan terhadap karyawan dan komitmen karyawan terhadap perusahaan akan dapat menurunkan kemungkinan
terjadinya turnover pada karyawan. Bahkan dengan adanya komitmen karyawan
terhadap perusahaan dapat meningkatkan kfnerja, produktifitas, kedrsiplinan, ataupun menurunnya tingkat keterlambatan kerja.
Definisi komitmen organisasi yang dipakai oleh peneliti adalah komitmen organisasi sebagai suatu sikap dan perilaku yang merupakan suatu kekuatan
reiatif dan identiflkasi individual dengan perusahaan ditandai dengan adanya keyakinan dan penerimaan, kesiapan untuk bekerja keras serta keinginan yang kuat untuk tetap menjadi bagian dari organisasi. Hal ini sejalan dengan pendapat
Allen & Meyer (1990) bahwa komitmen organisasi lebih mengarah pada suatu
keterikatan psikologis dalam jangka waktu yang panjang dengan perusahaan
tempat ia bekerja.
2. Aspek Aspek Komitmen Organisasi
Steer's & Porter (Schultz & Schultz, 1990) mengemukakan aspek - aspek
komitmen organisasi, antara lain :
a. Kepercayaan dan penerimaan penuh akan nilai-nilai dan tujuan
perusahaan.
b. Kemauan untuk berusaha semaksimal mungkin demi kepentingan perusahaan.
c. Keinginan yang kuat untuk mempertahankan keanggotaan.
Sedangkan Allen & Meyer (1990) memberikan tiga model komitmen yang biasa disebut dengan three component model of organizational commitment yang merupakan konsep utama dari komitmen terhadap perusahaan. Bentuk komitmen karyawan terhadap perusahaan mencakup tiga elemen penting antara lain keinginan (desire), kebutuhan (need), dan kewajiban (obligation) yang merepresentasikan tiga bentuk komponen antara lain affective, continuance, dan
normative commitment
1. Affective commitment, yaitu kecenderungan karyawan untuk melanjutkan pekerjaan disebabkan adanya kesamaan nilai dan tujuan perusahaan, sehingga dengan komitmen tersebut karyawan memiliki keinginan dan selalu berusaha untuk mewujudkan misi perusahaan secara
nilai dan tujuan, karyawan ingin mengetahui apakah nilai pribadi yang
mereka anut masih sama dengan perusahaan atau tidak, jika tidak hal ini
akan berpengaruh terhadap keanggotaan karyawan pada perusahaan.
2. Continuance commitment, yaitu keinginan seseorang untuk tetap bekerja
dalam suatu perusahaan disebabkan karena karyawan tidak ingin
mengambil resiko untuk kehilangan investasi-investasi yang sudah
mereka miliki dalam perusahaan, seperti halnya rencana pensiun dan
hubungan dengan teman kerja.
3. Normative commitment, yaitu keinginan karyawan untuk tetap bekerja
dalam perusahaan karena kewajiban dan loyalitas. Komitmen ini timbul
dari budaya dan etika kerja karyawan yang membuat mereka merasa
hams tetap bekerja dalam perusahaan. Greenberg (1996) menyatakan
bahwa karyawan tersebut merasa berkewajiban untuk tetap tinggat di
perusahaan karena adanya tekanan dari lingkungan, seorang karyawan
yang memiliki normative commitment yang
tinggi akan sangat
memperdulikan apa yang dikatakan oleh lingkungan/orang disekitarnya
bila ia keluar dari perusahaan.
Berdasarkan
uraian
tersebut
diatas,
peneliti
ingin
mencoba
menggabungkan kedua aspek tersebut, dari aspek-aspek komitmen organisasi
yang telah terwakfli dapat diterapkan dalam sampel penelitian. Aspek-aspek
tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Kepercayaan penuh dan penerimaan akan nilai-nilai dan tujuan
2. Kemauan untuk berusaha semaksimal mungkin demi kepentingan
perusahaan.
3. Keinginan yang kuat untuk mempertahankan keanggotaan.
4. Continuance commitment.
5. Normative commitment.
3. Faktor Faktor Komitmen Organisasi
Tinggi rendahnya komitmen sangat bergantung oada berbagai macam
faktor. Miner (1992) menyfmpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen
organisasi adalah sebagai berikut:1. Karakteristik pribadi, meliputi: nilai, kepercayaan dan kepribadian.
Kesamaan nilai yang dimiliki oleh karyawan terhadap perusahaan memliki
pengaruh besar, sebab hal ini dapat menumbuhkan rasa percaya dan menerima
keberadaan perusahaan secara penuh. Faktor kepribadian menurut Chusmtr
(Jewell &Siegal, 1998) merupakan variabel yang banyak dihipotesa menjadi
penentu komitmen kerja, lebih khusus lagi ia menyatakan bahwa orang dengan
derajat komitmen yang tinggi juga memandang kerja mempunyai nilai yang
tinggi.
2. Harapan tentang pekerjaan
Semakin tinggi tingkat tanggung jawab dan kemandirian dalam
melaksanakan tugas, semakin sedikit pengulangan, dan semakin menarik
pekerjaan yang diberikan individu, maka komitmen yang dimiliki individu
terhadap perusahaan akan semakin tinggi pula. Sedangkan jika kemungkinan
untuk dipromosikan semakin rendah, dan semakin tinggi tingkat ketegangan
dalam menjalankan tugas dan ketidakjelasan tugas yang diberikan maka
karyawan akan menunjukkan tingkat komitmen yang rendah pada organisasi
(Greenberg, 1990).
3. Karakteristik pemilihan tugas, meliputi : kemauan, tidak dapat dibatalkan,
pengorbanan, dan tidak cukup pertimbangan.
Karakteristik pemilihan tugas seperti berbagai keahlian otonomi, lingkup
kerja, serta tantangan kerja memiliki hubungan positif terhadap komitmen
organisasi, selain itu dapat karakteristik pemilihan kerja dapat membentuk
harapan individu terhadap pekerjaan.
Sedangkan menurut Chusmir ( Jewell & Siegal, 1998) faktor-faktor yang
menentukan komitmen organisasi adalah sebagai berikut: 1. Jenis kelamin
2. Latar belakang, meliputi : usia, tingkat pendidikan, urutan kelahiran, kelas sosial orang tua.
3. Sikap dan nilai, meliputi : terpusatnya kerja, kebutuhan ekstrinsik, dan nilai pribadi.
4. Kebutuhan intrinsik, meliputi kebutuhan tingkat tinggi.
4. Tahap Tahap Komitmen Organisasi
Charles 0' Reilly (Staw, 1991) ada tiga fase komitmen terhadap perusahaan yaitu :
1. Fase kerelaan dan kepatuhan, fase dimana seorang karyawan bersedia menerima pengaruh dari orang lain dan patuh terhadap setiap tugas atau perintah yang diberikan kepadanya, terutama untuk memperoleh sesuatu
ibu yang mempunyai peranan sebagai seorang ibu, disisi lain ia juga berperan
sebagai karyawati disebuah perusahaan. Perilaku yang diharapkan sebagai
seorang ibu adalah memperhatikan kebutuhan ffsik dan emosional anak.
Sedangkan perilaku yang dilakukan oleh seorang karyawati di sebuah
perusahaan adalah menyediakan waktu dan tenaga demi kemajuan perusahaan.
Definisi peran menurut Soekanto (1987) menunjuk pada fungsi-fungsi,
sebagai proses dan penyesuaian diri. Oleh karena itu suatu peran mencakup
paling sedikitnya tiga hal, yaitu :
1. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat. Peran dalam arti ini merupakan rangkaian
peraturan-peraturan yang membimbing dalam kehidupan masyarakat.
2. Peran adalah suatu konsep yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat
sebagai organisasi.
3. Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat.
Dari definisi peran tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa peran
merupakan posisi yang diharapkan oleh seseorang ketika berinteraksi dengan
orang fain.Menurut Sadli (Izzati, 1996) pengertian peran ganda adalah sebuah peran
yang dimiliki oleh kaum perempuan yang memiliki konsep duafisme kultural,
yakni konsep lingkungan domestik dan lingkungan publik. Lingkungan domestik
adalah lingkungan perempuan yang tidak lepas dari kodratnya sebagai ibu rumah
tangga, dengan aktivitas yang berhubungan dengan keluarga, antara lain
dan mendampingi suami. Sedangkan lingkungan publik adalah lingkungan
pekerjaan diluar rumah dengan pengakuan secara formal di masyarakat, seperti
kedudukan, prestfse, kepuasan gaji dan status sosial.
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud
dengan perempuan berperan ganda adalah perempuan yang berperan sebagai
ibu rumah tangga dalam lingkungan domestik yang tidak lepas dari kodratnya
sebagai seorang wanita, selain itu ia juga beraktivitas di sektor publik, bekerja
untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Selama ini wanita dianggap sebagai vpekerja' utama dalam rumah tangga.
Dengan adanya peningkatan tuntutan wanita dalam masyarakat menimbulkan
keterlibatan, dedikasi dan komitmen yang tinggi. Hal ini cenderung menimbulkan
konflik antar peran yang lebih besar dari pada kaum pria. Hal tersebut dianggap
wajar karena semakin banyak peran yang dimiliki seseorang, maka akan semakin
besar kemungkinan terjadinya konflik antar peran yang berbeda (Beehr, 1995).
Peran ganda wanita bekerja memiliki sisi positif dan negatif, menurut Rini
(2002) sisi positif dari karyawati yang berperan ganda antara lain, memiliki rasa
harga diri dan pemantapan identitas, adanya rasa berarti karena dapat
membantu suami untuk meningkatkan taraf ekonomi keluarga, pemenuhan
kebutuhan sosial, peningkatan skill dan kompetensi. Selain itu peran ganda dapat
membuat hidup menjadi lebih bervariasi dan dapat mengurangi efek kebosanan
dalam menjalani kehidupan.
Sisi negatif yang timbul dari karyawati yang bekerja di sektor publik
antara lain kurang dapat bersikap bijaksana dalam pengaturan waktu maupun
pikiran, sehingga tuntutan-tuntutan tersebut dapat berpotensi menjadi sumber
masalah bagi wanita yang bekerja di sektor publik dan berperan sebagai isteri
maupun ibu di dalam keuarga (Tiatri, 1996).
Dari berbagai teori dan pendapat diatas dapat dimpulkan bahwa istilah
peran ganda perempuan dimiliki oleh seorang karyawati yang bekerja diluar
rumah sehubungan dengan partisipasinya dilingkungan kerja. Peran ganda
tersebut terdiri dari dua peran yaitu peran domestik dan peran publik.
6. Komitmen Organisasi Perempuan Berperan Ganda
Kehadiran kaum perempuan dalam dunia kerja memiliki peranan yang
cukup besar, hal tersebut tidak dapat disangkal lagi. Sebagai partner kaum
laki-laki, tidak hanya di rumah tetapi juga dalam bekerja dengan menyalurkan
potensi dan bakat-bakat yang dimiliki. Bagi seorang perempuan yang bekerja di
sektor publik, bagaimanapun juga mereka adalah ibu rumah tangga yang sufit
lepas begitu saja dari lingkungan keluarga. Karenanya, dalam meniti karir,
seorang perempuan memiliki beban dan hambatan yang lebih berat dibanding
dengan laki-laki.
Selain bekerja di sektor domestik, perempuan berperan ganda juga
mem.7fki tanggung jawab terhadap sektor publik yang telah dfpercayakan
kepadanya, mereka dituntut untuk dapat menunjukkan prestasi yang baik di
tempat ia bekerja. Sementara itu, dari dalam diri mereka sudah ada keinginan
yang ideal untuk bisa mewujudkan semua tuntutan agar dapar berhasil
melaksanakan kedua peran tersebut secara proporsional dan seimbang. Tetapi
pada kenyataannya perempuan bekerja seringkali mengalami konflik yang
diakibatkan karena kekhawatiran mereka terhadap akibat buruk dari bekerja di
sektor publik yang melibatkan besarnya pengorbanan yang dialami oleh perempuan bekerja. Seperti misalnya pengaturan waktu, beban kerja yang berat, menentukan prioritas, tekanan karir dan tekanan pekerjaan. (Burhan, 2002).
Konflik peran yang dialami perempuan bekerja lebih bersifat psikologis,
dengan gejala yang terlihat antara lain : rasa bersalah, kegelisahan,
ketergantungan dan frustasi. Karena adanya peningkatan tuntutan perempuan yang bekerja sekaligus memiliki tanggung jawab terhadap keluarga maka dibutuhkan keterlibatan, dedikasi dan komitmen yang tinggi agar dapat
menjalankan kewajiban-kewajiban tersebut secara maksimal.
Komitmen terhadap organisasi tidak hanya mencakup kesetiaan secara
fisik saja (keberadaan di perusahaan), tetapi juga melibatkan pikiran, perhatian
serta dedikasi tinggi yang tercurah seluruhnya untuk perusahaan. Komitmen yang tinggi dapat diartikan adanya dorongan yang kuat untuk tetap menjadi anggota suatu perusahaan yang disertai dengan keinginan untuk melakukan yang terbaik bagi kepentingan perusahaan dan juga adanya kepercayaan yang pasti dan penerimaan penuh atas nilai-nilai dan tujuan perusahaan (Dessler,
1998).
Adanya komitmen organisasi pada perempuan berperan ganda
diharapkan agar ia dapat memaksimalkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya dan dapat berperan secara aktif untuk kepentingan perusahaan. Selain itu dari komitmen tersebut karyawati memiliki loyalitas dan semangat tinggi untuk bekerja demi kemajuan perusahaan. Greenberg (1996) mengatakan bahwa karyawati yang memiliki komitmen tinggi terhadap perusahaan memiliki sedikit
keinginan untuk keluar dari perusahaan dari pada karyawati yang memiliki
komitmen rendah.
B. Adversity
1. Pengertian Adversity
Adversity memiliki suatu konsep yang menjelaskan tentang kemampuan
dan ketahanan seseorang d3lam menghadapi tantangan, mengatasi kesulitan
dan hambatan hidup sehingga membangun individu yang kuat mental dalam
menghadapi cobaan yang pernah ia alami, hal inilah yang membuat individu
menjadi semakin kuat, tegar dan dewasa dalam mengarungi kehidupannya.
Stoltz (2000) memberikan definisinya tentang adversity dalam tiga
bentuk, yang pertama, adversity adalah seperangkat kerja konseptual yang baru
untuk memahami dan meningkatkan semua segi kesuksesan. Kedua, adversity
adalah suatu ukuran untuk mengetahui seberapa besar respon diri dalam
mengahadapi kesulitan. Dan yang ketiga, adversity merupakan serangkaian
peralatan yang memiliki dasar ilmiah untuk memperbaiki respon terhadap diri
dalam mengahadapi kesulitan. Jadi adversity adalah ukuran mengenai respon
seseorang atas kemampuan dan ketahanannya dalam menghadapi tantangan,
mengatasi kesulitan dan hambatan hidup.
Adversity merupakan "seperangkat instrumen yang telah diasah" untuk
membantu seseorang supaya tetap gigih dalam menghadapi tantangan
(Stoitz,2000). Individu yang mampu bertahan dan berjuang dan tetap gigih
dalam menghadapi permasalahan hidup dianggap memiliki adversity yang tinggi
dan memiliki kecenderungan untuk bersikap "negatif" tersebut dikatakan sebagai
individu yang memiliki tingkat kecerdasan adversity yang rendah (quitters dan
campers) (Stoltz, 2000).
Individu yang memiliki adversity yang tinggi memiliki ciri-ciri sebagai
berikut : motivasi, antusiasme, dorongan, ambisi, semangat, kegigihan yang
tinggi. Selain itu kegigihan menunjukkan kemampuan seseorang untuk tetap
bertahan menghadapi kesufitan-kesufitan, resiko-resiko, kegagalan. individu yang
secara konsisten terus maju dan gigih menghadapinya menjadi lebih terampil
dan bertambah kuat dalam menghadapi cobaan hidup yang berikutnya.
Stoltz (2000) membagi tiga kategori respon adversity ymg di analogikan
sebagai seorang pendaki gunung, antara lain sebagai berikut :
1. Quitters (yang berhenti), yaitu orang yang mudah menyerah dan
menyatakan ketidak mampuannya sebelum melakukan usaha. Mereka
cenderung mernilih untuk mundur, berhenti, menghindar dari kewajiban
untuk mencapai tujuan. Mereka meninggalkan impian dan mernilih jalan
yang dianggap paling mudah,
2. Campers {yang berkemah), yaitu orang yang merasa cukup senang dengan
ilusinya sendiri tentang apa yang sudah ada, dan mengorbankan
kemungkinan untuk mengetahui dan mengalami apa yang masih mungkin
terjadi, serta melepaskan kesempatan untuk terus maju, yang sebenarnya
masih dapat dicapai jika ada usaha dari dalam diri.
3. Climbers (pendaki), yaitu orang dapat mengetahui apa yang ingin dicapai,
walau ia tahu akan mendapat halangan, rintangan dan cobaan yang
membutuhkan usaha, tenaga dan semangat yang tinggi, namun ia tetap
berusaha untuk mencapainya. Mereka tidak akan membiarkan potensinya
berhenti untuk berkembang, climbers selalu berfikir tentang
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, dan terus berusaha meningkatkan dan
memuaskan dirinya akan kebutuhan dasar fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, cinta dan penghargaan sampai pada kebutuhan tertinggi yaitu
aktualisasi diri.
Berdasarkan uraian diatas a^e/s/fydidefinisikan sebagai kecerdasan atau
kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mengatasi kesulitan dan masalah
yang dihadapi serta kesanggupan untuk bertahan hidup.
2a Aspek Aspek Adversity.
State (2000) mengungkapkan komponen-komponen yang terkandung
dalam adversity, yang kemudian disingkat menjadi C02 RE, antara lain :
a, Contol (C), yaitu tingkat kendalf yang dirasakan seseorang terhadap
sebuah peristiwa yang menimbulkan kesulitan. Kendali ini
mempertanyakan berapa banyak yang dapat dirasakan dalam sebuah
peristiwa yang menimbulkan kesulitan. Kendali diawali dengan
pemahaman bahwa segala sesuatu dapat dilakukan. Kendali ini
memberikan kekuatan, tanpa adanya kendali harapan dan tindakan akan
hancur. Dengan kendali pula hidup dapat diubah dan tujuan dapat
terlaksana. Seseorang yang memiliki adversity tinggi dapat merasakan
kendali yang lebih besar atas peristiwa yang terjadi dalam hidupnya
daripada yang advers/ty-nya rendah, akibatnya mereka akan mengambil
tindakan yang akan menghasilkan lebih banyak kendali.b. Origin (0), atau asal usuf, yaitu siapa atau apa yang menjadi peyebab
sebuah kesulitan. Hal yang memiliki asal usui salah satunya adalah rasa
bersalah, yaitu orang dengan adversity rendah cenderung memiliki rasa
bersalah yang tidak semestinya atas peristiwa buruk yang sedang terjadi.
Rasa bersalah memiliki dua arti penting, pertama, rasa bersalah dapat
membantu seseorang untuk belajar dengan menyalahkan diri sendiri,
merenungkan dan menyesuaikan tingkah laku, inilah yang dimaksud
dengan perbarkan. Kedua, rasa bersalah menjurus pada penyesalan yang
dapat memaksa seseorang untuk mempertimbangkan apakah ada hal-hal
yang ia lakukan telah melukai orang lain. Penyesalan merupakan
motivator yang sangat kuat jika digunakan secara wajar. Kemampuan
untuk menilai apa yang harus dilakukan oleh seseorang dengan benar
atau salah dan bagaimana cara memperbaiki merupakan hal yang
mendasar untuk mengembangkan diri. Respon yang rendah terhadap asal
usul mampu menghentikan kemampuan ini. Semakin rendah skor asal
usul seseorang semakin besar kecenderungan menyalahkan diri sendiri.
c. Ownership (0), atau pengakuan. Yaitu sejauh mana seseorang mengakui
akibat-akfbat kesulitan, apakah seseorang akan mengakui atau
mempersalahkan diri akibat dari suatu kegagalan atau peristiwa yang
tidak menyenangkan. Mempersalahkan diri mungkin saja efektif tetapi
hanya sampai pada tahap tertentu, terlalu berlebihan menyalahkan diri
sendiri sampai melampaui peran seseorang daat menimbulkan kesulitan.
Semakin tinggi skor pengakuan seseorang, semakin besar ia akan
Semakin rendah skor pengakuannya semakin ia tidak mengakui akibat-akibatnya, apapun penyebabnya. Kecenderungan menepis peristiwa buruk atau menghindari tanggung jawab inilah yang merupakan sifat yang sangat merugikan karena dapat mengurangi rasa tanggung jawab. d. Reach (R) atau jangkauan, yaitu sejauh mana dampak kesulitan terhadap
aspek lain dalam kehidupannya. Orang yang memiliki adversitytinggi dan skor yang tinggi dalam dimensi ini, semakin besar kemungkinannya untuk merespon kesulitan sebagai sesuatu yang spesifrk dan terbatas. Semakin efektif seseorang menahan atau membatasi jangkauan kesulitan, ia akan semakin lebih berdaya dan perasaan kewalahannya akan berkurang. Menjaga kesulitan supaya tetap berada di tempatnya akan membuat perasaan frustasi kesukaran dan tantangan hidup menjadi lebih mudah
ditangani.
e. Endurance (E) atau daya tahan, yaitu rentang waktu kesulitan dan
penyebab kesulitan, berapa lama kesulitan akan berlangsung? Dan berapa lamakah penyebab kesulitan itu akan berlangsung? Berdasarkan hasil penelitian Seligman tentang teori atribusi menunjukkan bahwa ada
perbedaan yang dramatis antara orang yang mengaftkan kesulitan
dengan sesuatu yang sifatnya sementara versus sesuatu yang sifatnya lebih permanen atau abadi. Ia menemukan bahwa orang yang melihat kemampuan mereka sebagai penyebab kegagalan cenderung kurang bertahan dibandingkan dengn orang yang mengaitkan kegagalan dengan
C. HUBUNGAN ADvERSITYDENGAN KOMITMEN ORGANISASI PADA PEREMPUAN BERPERAN GANDA
Robbins (Temaluru, 2002) mendefinisikan komitmen sebagai suatu
orientasi karyawan terhadap perusahaan yang mencakup, loyalitas, identiflkasi
dan keterlibatan. Selain dapat meningkatkan kinerja karyawan komitmen
organisasi juga dapat meningkatkan keterlibatan psikologis yang tercermin pada
tingkat aktivitas seseorang dalam suatu perusahaan dan untuk kepentingan
perusahaan. Salah satunya terwujud dengan adanya keinginan untuk melakukan
pekerjaan secara maksimal bagi kepentingan perusahaan, hal tersebut di atas
menunjukkan adanya dorongan (motivasi) yang tinggi untuk mendedikasikan
dirinya bagi perusahaan. Hal ini senada dengan pendapat Stoltz (2000) tentang
adversity, tinggi rendahnya adversity seseorang dipengaruhi oleh performansi,
motivasi, empowerment, kreativitas, produktivitas, pembelajaran, energi,
harapan, kebahagiaan-vitalitas-kegembiraan, kesehatan emosional, kesehatan
fisik, ketekunan, kelenturan, peningkatan terus menerus, respon untuk berubah.
Banyak penelitian yang ingin membuktikan bahwa faktor kepribadian
memiliki pengaruh yang kuat terhadap komitmen organisasi. Menurut Morris &
Sherman (Jewell & Siegal, 1998) dari hasil penelitiannya hal-hal yang dapat
memberikan sumbangan yang berarti dalam ukuran komitmen kerja, antara lain
usia dan pendidikan (demografi), rasa mampu (psikologi), dan perilaku supervisi
(keadaan kerja). Ia juga menyimpulkan bahwa dari banyak variabel yang
dihipotesa menjadi penentu komitmen kerja, variabel yang paling banyak
disebutkan adalah sistem nilai pribadi seseorang. Karakteristik pribadi salah
individu, sehingga menciptakan karakteristik manusia yang merupakan pola perilaku pikiran dan perasaan. Salah satu karakteristik pribadi yang
mempengaruhi perilaku seseorang yaitu adversity. Adanya adversity dapat membantu seseorang untuk tetap bertahan dalam menghadapi tantangan, mengatasi kesulitan dan hambatan hidup sehingga dapat membangun individu
yang kuat mental dalam menghadapi cobaan hidup. Hal senada juga
diungkapkan oleh Stolt (2000) bahwa adversity merupakan pola kepribadian
yang tahan banting dan kemampuan dalam menghadapi kesulitan.
Penelitian dari Chusmir ( Jewell & Siegal, 1998) menyebutkan bahwa
faktor kepribadian memiliki pengaruh terhadap komitmen organisasi, ia
menyebutkan melalui bagan dibawah ini:
Pengaruh Pribadi Jen I* kelamln
I
La tar belakang: l . U s i a 2. Tingkat pendidikan 3. Unjtan keiahlran 4. Ke las sosial orang tuai
Sikap dan Nilai:
1. Terpusatnya kerja 2. Kebutuhan Ekstrinsik 3. Nllal pribadi
1
Kebutuhan Idtrinslk: Kebutuhan pertumbuhan tingkat tinggiPengaruh Moderat Luar Karakteristik keluanja: • Status perkawlnan • Tanggung jawab pada anak • Dukunganpasangan • Penghasllanposangan • Kepuasan dengan kehidupan keluarga Kudasn pekerjaan: • Kepuasan kerja • Attl kerja ' Penggunaanketrampllan ' Faktor psikologi pekerjaan
• Faktor kerja bukan'
motlvosl
Peraepai Moderat Sikap dan prilaku
p e r a n y a n g dtperkfrakan: Konflik peran jenls kelamln Kepuasan kebutuhan Komitmen kerja Komitmen Kerja Komitmen Kerja: Kecenderungan Tlnggal dipekerjaamya Kecenderungan menjadi terllbat s e c a r a dalam d e n g a i pekerjaannya Bagan 1
Faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi menurut Chusmir (Jewell
Menurut Chusmir (Jewell & Siegal, 1998) model komitmen kerja ini
menunjukkan produk dari tiga kelompok pengaruh, antara lain pengaruh pribadi
(individual), moderat luar (situasional) dan persepsi moderat (persepsual).
Variabel individual dan situasional mempunyai pengaruh langsung pada derajat
komitmen kerja. Variabel individual yang dimiliki seseorang dapat berupa kendali
{control), asal usul {origin), pengakuan {ownership), jangkauan {reach) dan daya
tahan {endurance), hal tersebut diatas menunjukkan tingkat adversity yang
dimiliki oleh seseorang.
Adversity dinilai
sebagai
kecerdasan
yang
mampu
membantu
menyelesaikan berbagai persoalan hidup dan menumbuhkan komitmen yang
pada akhirnya dapat memberikan jalan keluar bagi persoalan yang sedang
dihadapi oleh individu, selain itu adversity juga dapat membantu seseorang
untuk melihat dan merespon setiap aspek kehidupan, serta dapat menghadapi
kesulitan untuk meraih kesuksesan.
Hubungan antara adversity dan komitmen organisasi ini juga didukung
oleh penelitian Nugraheni (2004) yang menunjukkan bahwa faktor kepribadian
yang dimiliki oleh seseorang akan mempengaruhi pandangan orang tersebut
tentang kejadian-kejadian yang menimpanya dan pandangan tersebut akan
mempengaruhi bagaimana orang tersebut mengatasi masalah yang dihadapinya.
D. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah, ada hubungan antara
adversity dengan komitmen organisasi pada perempuan berperan ganda.
A. Identiflkasi Variabel Penelitian
Sesuai dengan hipotesis yang diajukan, variabel variabel yang dilibatkan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel Tergantung
: Komitmen Organisasi
2. Variabel Bebas
: Adversity
B. Definisi Operasionai 1. Komitmen Organisasi
komitmen organisasi sebagai suatu sikap dan perilaku yang merupakan
kekuatan relatif dan identiflkasi individual dengan perusahaan ditandai dengan
adanya keyakinan dan penerimaan, kesiapan untuk bekerja keras serta keinginan
yang kuat untuk tetap menjadi bagian dari organisasi. Komitmen organisasi ini
diukur dengan menggabungkan antara aspek-aspek dari Steer's &Porter (Schultz
&Schultz, 1990) dan Allen &Meyer (1990). Antara lain : Kepercayaan penuh
dan penerimaan akan nilai-nilai dan tujuan perusahaan, kemauan untuk
berusaha semaksimal mungkin untuk kepentingan perusahaan, keinginan yang
kuat untuk mempertahankan keanggotaan, continuance commitment, dan
normative commitment
Semakin tinggi skor yang diperoleh menunjukkan semakin tinggi
komitmen organisasi yang dimiliki subjek, sedangkan jika semakin rendah skor
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan skala
sebagai instrumen pengumpul datanya yang mengacu pada pernyataan
seseorang mengenai dirinya {self report). Ada dua macam skala yang akan
digunakan pada sample, yaitu skala komitmen organisasi dan skala adversity.
1. Skala komitmen organisasi
Skala komitmen adalah skala yang mengungkap tingkat komitmen
karyawati yang telah disusun oleh Yuwono (2000) dan dimodifikasi oleh peneliti.
Skala komitmen bersifat favourable dan unfavourable. Bentuk skala komitmen
organisasi ini memiliki 4 tipe pilihan jawaban, yaitu "SS" (Sangat Sesuai), "S"
(Sesuai), "TS" (Tidak Sesuai), dan "STS" (Sangat Tidak Sesuai).
Tabel 1
Distribusi Butir Skala Komitmen Organisasi
Sebelum Uji Coba
-Aspek
Favourable
Unfavourable
itimiah
1. Kepercayaan penuh dan
1, n, 21, 31
6, 16, 26 36
~8
penerimaan nilai-nilai
tujuan perusahaan
2. Kemauan untuk berusaha
2, 12, 22, 32
7, 17, 27 37
8
semaksimal mungkin demi
'
'
'
kepentingan perusahaan
3. Keinginan yang kuat
3, 13, 23, 33
8, 18, 28, 38
8
untuk mempertahankan keanggotaan
4. Continuance commitment
4, 14, 24, 34
9, 19, 29 39
8
5. Normative commitment
5,15,25,35
10,20,30,40
8
Jumlah
20
20
40 2. Skala adversitySkala ini bertujuan untuk mengungkap kemampuan dan ketahanan
seseorang dalam menghadapi tantangan, mengatasi kesulitan dan hambatan
A.Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian
1. Orientasi Kancah Penelitian
Pada penelitian ini, pengambilan data penelitian dilakukan di
kantor-kantor Bank Rakyat Indonesia cabang Surabaya. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) yang didirikan sejak tahun 1895 didasarkan pelayanan pada
masyarakat kecil sampai sekarang tetap konsisten, yaitu dengan fokus
pemberian fasilitas kredit kepada golongan pengusaha kecil.
Seiring dengan perkembangan dunia perbankan yang semakin pesat
maka sampai saat ini Bank Rakyat Indonesia mempunyai Unit Kerja yang
berjumlah 4.447 buah, yang terdiri dari 1Kantor Pusat BRI, 12 Kantor Wilayah,
12 Kantor Inspeksi /SPI, 170 Kantor Cabang(Dalam Negeri), 145 Kantor Cabang
Pembantu, 1 Kantor Cabang Khusus, 1 New York Agency, 1 Caymand Island
Agency, l Kantor Perwakilan Hongkong, 40 Kantor Kas Bayar, 6 Kantor Mobil
Bank, 193 P.POINT,3.705 BRI UNIT dan 357 Pos Pelayanan Desa.
Visi Bank Rakyat Indonesia adalah ingin menjadi bank komersia!
terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah. Sedangkan misi Bank
Rakyat Indonesia adalah melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan
mengutamakan pelayanan kepada usaha mikro, kecil dan menengah untuk
menunjang peningkatan ekonomi masyarakat, memberikan pelayanan prima
kepada nasabah melalui jaringan kerja yang tersebar luas dan didukung oleh
sumber daya manusia yang profesional dengan melaksanakan praktek good
2. Persiapan Penelitian
a. Persiapan Admmistrasi
Satu bulan sebelum pengambilan data peneliti meminta ijin secara
informal kepada pihak perusahaan dan kemudian pihak perusahaan menyetujui
peneliti untuk melakukan penelitian. Selanjutnya peneliti meminta surat ijin
penelitian
kepada
pihak fakultas
Psikologi
UII
dengan
nomor surat
635/Dek/70/FP/IX/2004 tertanggal 4 September 2004. Selanjutnya surat ijin
dipergunakan sebagai syarat untuk mengambil data penelitian di kantor Bank
Rakyat Indonesia di Surabaya.
b. Persiapan Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan untuk keperluan pengambilan data penelitian
ini terdiri dari skala adversity dan komitmen organisasi. Skala adversity disusun
oleh peneliti dan diadaptasi dari Adversity Respon Profile Quick Take yang
dirancang oleh Stoltz (2000). Skala ini disusun berdasarkan lima aspek adversity.
Kelima aspek adversity tersebut antara lain : aspek kendali {control), asal usul
{origin),
pengakuan
(ownership), jangkauan
(reach) dan daya tahan
{endurance). Adversity Respon Profile (ARP) mengalami perubahan yang
disesuaikan dengan kondisi dan situasi di Indonesia secara umum dan juga
menyesuaikan kondisi para pekerja di Bank Rakyat Indonesia pada khususnya.
Sedangkan skala komitmen organisasi dibuat dan dimodifikasi
berdasarkan penelitian dari Yuwono (2000), penelitian tersebut mengacu pada
Organizational Commitment Questional (OCQ) dari Porter (1974) yang meliputi
berusaha semaksimal mungkin untuk tercapainya tujuan perusahaan dan keinginan untuk menjadi bagian organisasi. Peneliti menggabungkan antara teori Porter (1974) dengan teori dari Allen 81 Meyer (1990) yaitu continuance
commitment dan normative commitment yang disusun oleh peneliti, sehingga
skala yang digunakan dalam penelitian ini mencakup lima aspek.
Pelaksanaan tryout d\vc\u\a\ tanggal 7 September 2004 sampai dengan 15
September 2004 pada karyawati Bank Rakyat Indonesia cabang Surabaya
dengan jumlah subjek 42 karyawati. Data yang drperoleh dari uji coba alat ukur
ini digunakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas dari butir butir aitem
dari skala tersebut.
Pengolahan data untuk uji validitas alat ukur dilakukan dengan
menggunakan SPSS {Statistic Program for Social Science) versi 11.00. Uji validitas alat ukur tersebut menunjukkan hasil sebagai berikut:
1. Skala Komitmen Organisasi
Hasil analisis aitem pada skala Komitmen Organisasi menunjukkan bahwa dari 40 aitem yang diuji cobakan, 28 aitem sahih dan 12 aitem gugur. Aitem aitem yang gugur tersebut adalah 6, 10, 11, 18, 21, 22, 26, 27, 30, 31, 32, 37. Koefisien validitas 28 aitem yang sahih tersebut bergerak antara 0.2659 -0.7601 dengan alpha sebesar 0.9255. Distribusi penyebaran aitem dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4
Distribusi Butir Skala Adversity
Setelah Uji CobaAspek-aspek
Aitem
Jumlah
1.
Control{V.endaX\)
1(1), 6(4), 11(8), 16(13),
7
n
„
,
21(18), 26(23), 31(27)
2.
Origin (asal usul)
2(2), 7(5), 12(9), 17(14),
7
*
n
*• ,
22(19), 27(24), 32
3.
Ownership (pengakuan) 3(3), 8, 13(10), 18(15),
7
23(20), 28, 33(28)
4.
Reach (jangkauan)
4,9(6), 14(11), 19(16),
7
24(21), 29(25), 34
5.
Endurance (daya tahan) 5,10(7), 15(12), 20(17),
7
25(22), 30(26), 35(29)
Jumlah
ZZZZZZZZZZZH
35~
Catatan : angka dalam kurung ( ) adalah nomor urut butir baru setelah uii
cnha J
B. Laporan Pelaksanaan
Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada tanggal 21 September
2004 sampai dengan 24 September 2004 bertempat di Bank Rakyat Indonesia.
Pelaksanaan pengambilan data dilakukan pada unit unit Bank Rakyat Indonesia
yang tersebar di wilayah Surabaya. Pemilihan waktu daiam pengambilan data
menyesuaikan dengan kondisi kerja karyawati, yaitu setelah karyawati istirahat
siang, sehingga pengambilan data tidak mengganggu proses kerja. Data
penelitian di dapat dari karyawati yang terdiri dari berbagai macam jabatan,
misalnya unit pelayanan nasabah, front office, mantri, deskmen, teller, payment
point dll. Prosedur pelaksanaan dimulai dengan perkenaian, petunjuk pengisian
angket, dilanjutkan dengan penyebaran dan kemudian pengisian angket.
Pengawasan terhadap pengisian skala dapat dikontrol secara langsung oleh
kembali sebanyak 53 skala, tetapi hanya 50 skala yang memenuhi syarat untuk
dianalisis lebih lanjut. Jadi data yang dapat dianalisis sebanyak 50 subjek.
C. Hasil Penelitian 1. Diskripsi Subjek Penelitian
Tabel 5
Deskripsi Subjek Berdasarkan iteia
Usia 25-30 31-35 36-40 41 - 45 Jumlah Jumlah 11 17 20 2 50 Tabel 6
Deskripsi Subjek Berdasarkan Tinnkaj^n^iHM^
Tingkat Pendidikan
Jumlah
smu
~
"
n —
D3 6 SI 32S2
j
Jumlah 50 Tabel7Deskripsi Subiek Berdasarkan Masa Kerja
Masa Kerja
Jumlah
3 - 7 8 - 14 15-21 Jumlah 11 20 19 50 Persentase (%) 22% 34% 40% 4% 100 % Persentase (%) 22 % 12 % 64% 2% 100% Persentase (%) 22% 40% 38% 100 %
2. Diskripsi Data Penelitian
Gambaran mengenai data penelitian secara umum dapat difihat pada
diketahui fungsi-fungsi statistik dasar yang dapat dilihat secara lengkap pada
tabel berikut:Tabel 8
Deskripsi Data Penelitian
-^3**!
:
HlpoteHk___
Empirik
M!D
Maks
Rerata
SD
Min
Maks ~~ Iterata
SD
Komitmen
28
112
70
14
62
103
80,54
8,49
Organisasi ' '
Adversity
29
145
87
19,33
46
133
94,54 16,86
Berdasarkan data penelitian di atas, maka selanjutnya peneliti melakukan
kategorisasi terhadap variabel adversity dan komitmen organisasi.
Kategorisasi dibuat dalam tiga tingkatan, yaitu tinggi, sedang, rendah.
Tabel 9
Kriteria Kategori Skala
-Kategori
Rumus
Tinggi x > M. + 1 SD
Sedang
M-1 SD < x < M+ 1 SD
,Rendah X<M- 1 SD
Secara lengkap kategorisasi skor adversity dan komitmen organisasi
dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 10
Kategori Skor Variabel Adversity^
Kateq°ri
Skor
Jumlah"
T'ngg'
X> 111,4
5
Sedang
77,68 < X< 111,4
37
Rendah
X< 77,68
8
Persentase 10% 74% 16%Hasil kategorisasi skor adversity didapat bahwa rata-rata subjek memiliki
tingkat adversity sedang, yaitu sebanyak 37 subjek, tingkat adversity rendah
sebanyak 8 subjek, dan tingkat adversity tinggi sebanyak 5 subjek.
Tabel 11
Kategori Skor Variabel Komitmen Orqanisasi
Kateoori Skor Jumlah Persentase
Tinggi x > 89,03 Sedang 72,05 < x <89,03 Rendah x < 72,05 8 36 6 16% 76% 12%
Hasil kategorisasi skor komitmen organisasi didapat bahwa rata-rata
subjek memiliki tingkat komitmen organisasi sedang, yaitu sebanyak 36
subjak, tingkat komitmen organisasi rendah sebanyak 6 subjek, dan tingkat
komitmen organisasi tinggi sebanyak 8 subjek.
3. Uji Asumsi
Uji asumsi meliputi uji normalitas dan uji linearitas. Uji normalitas
menunjukkan bahwa bahwa kedua skala yang digunakan memiliki distribusi
normal. Nilai K- Sz untuk adversity sebesar 0.63 dengan p = 0.82 (p> 0.01).
Nilai K-Sz untuk komitmen organisasi sebesar 1.17 dengan p = 0.13 (p>
0.01).
Uji
linearitas
antara
adversity dengan
komitmen
organisasi
menunjukkan hasil yang tidak linear, dengan F 0.14 dengan p= 0.71 (p>
4. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan dengan analisis korelasi product moment untuk
mencari hubungan antara variabel independen dengan variabel dependent.
Hasil analilsis product moment menggunakan korelasi product moment
Spearman dengan progaram SPSS 11.00 for windows, diperoleh koefisien
korelasi sebesar r=0.06 dengan p 0.34. Hal ini menunjukkan tidak ada
hubungan antara kedua variabel. Kesimpulannya bahwa hipotesis yang
menyatakan ada huoungan antara adversity dengan komitmen organisasi
tidak terbukti, hipotesis ditolak.
D. PEMBAHASAN
Hasil analisis data dengan korelasi product moment Spearman
menyatakan bahwa hipotesis yang berbunyi " Ada hubungan antara adversity
dengan komitmen organisasi" ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis
dalam penelitian ini tidak teruji kebenarannya.
Tidak ada hubungan antara adversity dengan komitmen organisasi
merupakan hal yang menarik untuk dibahas. Beberapa penjelasan dapat
diberikan untuk menganalisa hasil tersebut. Pertama, tidak adanya hubungan
antara adversity dengan komitmen organisasi kemungkinan disebabkan oleh
adanya perbedaan tingkat kesulitan yang dihadapi, pendidikan non-formal,
pengalaman, status ekonomi maupun motivasi intrinsik juga dapat lebih
menentukan tinggi rendahnya adversity. Perbedaan tingkat kesulitan yang
dihadapi seseorang menentukan tingkat adversity yang dimiliki, semakin tinggi
tingkat kesulitan seseorang biasanya akan semakin kuat dalam menghadapi
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa
hipotesis yang berbunyi ada hubungan antara adversity dengan komitmen
organisasi "ditolak". Jadi tidak ada hubungan adversity dengan komitmen
organisasi pada perempuan berperan ganda.
B. Saran
Berdasarkan proses dan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka ada
beberapa saran yang patut dicermati :
Hasil yang di dapat dari penelitian ini masih jauh dari sempuma dan
masih sangat dangkal, maka bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk lebih
memfokuskan kelemahan-kelemahan pada saat penelitian, antara lain dalam
perencanaan penyebaran alat ukur, misalnya lebih memperhatikan situasi dan
kondisi subjek penelitan, melakukan pendekatan personal sebelum mengambi!
data penelitian. Selain itu peneliti selanjutnya yang tertarik dengan variabel yang
sama diminta untuk lebih mempertajam penelitian tentang adversity dengan
komitmen organisasi, peneliti diharapkan dapat lebih cermat lagi dalam
mengontrol atau menyertakan variabel-variabel lain yang sekiranya dapat
memperkaya hasil yang telah diperoleh.
Allen, N.J, & Meyer, J.P. (1990), The measurement and antecedens of affective,
continuance and normative commitment to the organization, Journal ofOccupationalPsychology, 63, 1-18.
Ancok, D. 1995. Nuansa Psikologi Pembangunan. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Pelajar & Yayasan Insan Kamil.
Armstrong, M. 2003. Managing People, a Practical Guide For Line Managers.
Jakarta: PT. Gramedia.Beehr, T. A. 1995. PsychologicalStrees in The Workplace. London : Rouledge.
Burhan, A. 2002. Hubungan Manajemen Waktu dengan Stres Kerja Wanita
Berperan Ganda pada Karyawan Wanita PT. Bank Negara Indonesia
(persero) Tbk. Cabang Semarang. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta :
Universitas Islam Indonesia.Dessler, G. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Human Resource
Management. Terjemahan. Jakarta : PT. Prenhallindo.
Greenberg, J. 1996. Managing Behavior in Organizations. Prentice Hall.
Gruen, T. W. John O. S, & Frank, A. (2000), Relationship Marketing Activities,
Commitment, dan Membership Behaviors in Profesional Associations.
Journalof Marketing, 64 (Juli), 34-49.
Indraswari & Thamrin. 1994. Potret Kerja Buruh Perempuan - Tinjauan Pada
Agroindustri Tembakau Ekspor di Jember, Jurnal Akatiga, 10, 11-22. Izzati, R.E. 1996. Penerimaan Diri dan Toleransi Terhadap Stres pada Wanita
Berperan Ganda. Skripsi (tidak diterbitkan). Jogjakarta : Fakultas Psikologi
Universitas Gadjah Mada.
Jalu. 2003. Kiprah Para Ibu Teladan 2003. http://Dikiran-rakvatcom
Jewell &Siegal!. (1998). Psikologi Industn/ Organisasi Modern. Jakarta : Arcan. Luthans, F. (1992). Organizational Behavior. New York : Mc. Graw Hill, Inc.
Mahanani. 2002. Hubungan Antara Kedemokratisan Pola Asuh Orang Tua dengan
Adversity Quotient. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.
Meina, B. 2003. Hubungan Antara Budaya Organisasi dengan Komitmen Karyawan Terhadap Perusahaan. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Miner, J.B. 1992. Industrial-Organizational Psychology. Singapore : Mc Graw Hill, Inc.
Nadia. 2002. Hubungan Antara Orientasi Religius dengan Adversity Quotient
Pada Paramedis. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas
Psikologi Universitas Islam Indonesia.
Nugraheni, A. 2004. Hubungan antara Kepribadian Hardiness dengan Bornout pada Perawat. Skripsi (tidak diterbitkan). Jogjakarta : Universitas Gadjah Mada.
Rini, J.F. 2002. Wanita Bekerja. http://www.e-psikologi.com.
Schultz, D. P, & Schultz, S. E. 1990. Psychology and Work Today. New York :
Macmillan Publishing Company,
Soekanto, S. 1987. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers.
Staw, B.M. 1991. Psychological Dimensions of Organizational Behavior. New York: Macmillan Publishing Company.
Stoltz, P.G. 2000. Adversity Quotient mengubah hambatan jadipe/uang. Jakarta : PT. Gramedia.
Temarulu, J. 2002. Hubungan antara Komitmen terhadap Organisasi dan
Faktor-faktor Demografis dengan Kepuasan Kerja Karyawan. Jurnal
pengembangan kualltas SDM daripespektlfPIO. 449 - 473.
Tiatri, S. 1996. Korelasi antara stressor, dukungan personal, dukungan sosial, dengan Kesehatan Mental Wanita Kerja yang Berkeluarga. Jurnal Ilmiah Psikologi "ARKHE".ln. 1, No. 1, 32-41.
Tilaar, M. & Widarto, W.T. 2003. Leadership Quotient, Perempuan Pemlmpln
Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia.
Vamelia. 2003. Hubungan Antara Kecerdasan Emosi-Spiritual (ESQ) dengan
Komitmen Organisasi pada Perawat. Skripsi (tidak diterbitkan).
Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.
Wisnuwardani. 1998. Perbedaan Aspirasi Karir Karyawan Pria dan Karyawan
Wanita yang Berstatus Menikah pada Bank Dagang Nasional Indonesia
Cabang Bandar Lampung. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta :
Yuwono. 2000. Hubungan Antara Kepuasan Kerja dengan Komitmen Karyawan
Lembaga Pendidikan Primagama Yogyakarta. Skripsi (tidak diterbitkan).
Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.ill z o
%
I
5
«
o o o •nStatus pernikahan
Dengan hormat.
Belum
",e"fah/«"'k*/j0lrfl
Hormat saya,
Nia ^"ma Wardhani
^'sva Fakultas Psikologi un
SS s TS STS Sangat Sesuai Sesuai Tidak Sesuai
Sangat Tidak Sesuai
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang onda pitih.
No Pernyataan
Tujuan yang ingin dicapai perusahaan sejalan dengan
apayang ingin saya wujudkanTanggapan
5.
7.
Saya bersedia ditempatkan disemua bagian
perusahaan ini
Saya tidak pernah berpikir untuk bekerja di
perusahaan lain
Salah satu konsekuensi jika saya ingin meniiggalkan
Perusahaan adalah sulitnya mendapatkan tempat yang
•ebih baik dari perusahaan ini
Bagi saya berpindah-pindah pekerjaan adalah hal
yang tidak wajar
Keputusan perusahaan terasa memojokkan karym/an
Saya akan tetap mengambil cuti walaupun perusahaan
membutuhkan tenaga saya
SS SS SS SS SS SS SS TS STS TS STS TS STS TS STS TS STS TS STS TS STS
9. Seandainya sekarang ini saya keluar dari perusahaan,
tidak akan membawa kerugianbagidiri sayapribadi
10. Menurut saya, dewasa ini banyak sekali orang-orang
yang berpindah-pindah pekerjaan dalam waktu
singkat
SS s TS STS
11. Saya akan mengorbankan apapun yang saya miliki
demi tercapainya tujuan perusahaan
SS s TS STS
STS
12. Saya bersedia bekerja lembur setiap saat SS s TS
13. Saya akan membatalkan cuti jika perusahaan
membutuhkan tenaga kerja saya
SS s TS STS
14. 3erlu banyak pertimbangan jika saya ingin meninggalkon
jerusahaan
SS s TS STS
15. Sangat tidak etis jika saya keluar dari perusahaan ini SS s TS STS
16. Perusahaan menetapkan tujuan yang sulit untuk
diwujudkan
SS s TS STS
17. Saya keberatan jika harus kerja lembur SS s TS STS
18. Saya ingin bekerja diperusahaan lain SS s TS STS
19. Saya tidak khawatir meninggalkon pekerjaan,
meskipun tidak memiliki cadangan pekerjaan lain
SS s TS STS
20. Berpindah-pindah pekerjaan merupakan hal yang
biasa bagi saya
23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32.
Saya akan terus bekerja di perusahaan ini sampai kapanpun
Banyak yang akan dikorbankan dalam hidup saya jika
saya memutuskan untuk meninggalkon pekerjaan ini Sangat tidak loyal jika saya keluar dari perusahaan ini
Peraturan perusahaan menghambat kesempatan untuk berkembang
Saya merasa tidak sanggup mengatasi beban kerja yangberat
Bila ada peluang kerja dengan gaji yang lebih baik, saya akan keluar dari perusahaan ini
Saya tidak takut kehilangan teman teman sekerja
jika saya keluar dari perusahaan ini
Saya terpaksa akan pindah kerja dari pada
mengecewakan orang lain
Saya setuju dengan segala keputusan yang diambil oleh perusahaan
Saya berani menyampaikan kritik agar kinerja perusahaan lebih efektif
SS TS STS SS TS STS SS TS STS SS TS STS SS TS STS SS TS STS SS TS STS SS TS STS SS TS STS SS TS STS
35. 36. 37. 38. 39. 40. perusahaan ini
Scandainya saya mendapat tawaran kerja ditempat lain, saya merasa bahwa meninggalkon perusahaan bukanlah halyang terpuji
Saya tidak setuju dengan standart peraturan yang ditetapkan perusahaan
Pekerjaan yang saat ini saya hadapi terasa
membosankan
Tidak rugi bagi saya jika harus meninggalkon
perusahaan ini
Bukan masalah jika saya harus kehilangan uang
pensiun disebabkan karena kepindahan saya dari
perusahaan ini
Saya tidak perduli apa kata orang-orang jika saya keluar dari perusahaan ini
STS SS TS STS SS TS STS SS TS STS SS TS STS SS TS STS SS TS STS