• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan sumber daya manusia pendidik, khususnya pengembangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan sumber daya manusia pendidik, khususnya pengembangan"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengembangan sumber daya manusia pendidik, khususnya pengembangan profesional guru, merupakan usaha mempersiapkan guru agar memiliki berbagai wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan memberikan rasa percaya diri untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai petugas profesional. Pengembangan atau peningkatan kemampuan profesional harus bertolak pada kebutuhan atau permasalahan nyata yang dihadapi oleh guru, agar bermakna.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 20 ayat (b) mengamanatkan bahwa dalam rangka melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru berkewajiban meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Pernyataan undang-undang di atas pada intinya mempersyaratkan guru untuk memiliki: (i) kualifikasi akademik minimum S1 atau D-IV; (ii) kompetensi sebagai agen pembelajaran yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional; dan (iii) sertifikat pendidik. Undang-undang ini diharapkan memberikan suatu kesempatan yang tepat bagi guru untuk meningkatkan profesionalismenya secara berkelanjutan melalui pelatihan, penelitian, penulisan karya ilmiah, dan kegiatan profesional lainnya. Kegiatan tersebut sangat dimungkinkan dilaksanakan di Kelompok Kerja Guru (KKG), mengingat wadah ini dijadikan sebagai tempat

(2)

melakukan pertemuan bagi guru-guru sekolah dasar yang ada di suatu gugus persekolahan.

Berkaitan dengan peran forum pertemuan guru di KKG yang sangat strategis untuk peningkatan kompetensi guru dan kinerja guru, maka pemberdayaan KKG merupakan hal mendesak yang harus segera dilakukan. Berbagai upaya untuk meningkatkan kinerja guru, antara lain melalui berbagai pelatihan instruktur, peningkatan sarana dan prasarana, dan peningkatan mutu manajemen KKG.

Dengan lebih terstrukturnya kegiatan guru yang dilakukan di KKG diharapkan dapat diperhitungkan ekuivalensinya dengan satuan kredit semester (sks) bagi guru yang akan melanjutkan ke jenjang S1 atau pemberian angka kredit bagi guru untuk mengajukan kenaikan kepangkatan. Berdasarkan hal tersebut, penyelenggaraan KKG perlu direvitalisasi agar pelaksanaan kegiatan lebih terstruktur. Berkenaan dengan hal tersebut Ditjen PMPTK melalui Direktorat Profesi Pendidik mengembangkan panduan penyelenggaraan KKG yakni sebagai berikut: 1. Rambu-rambu Pengembangan Kegiatan KKG dan MGMP, 2. Prosedur Operasional Standar Penyelenggaraan KKG dan MGMP, dan 3. Prosedur Operasional Standar Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di KKG.

Baedhowi (2009: 5) mengungkapkan tujuan dilakukannya revitalisasi kegiatan di KKG adalah sebagai berikut:

1. Memperluas wawasan dan pengetahuan guru dalam berbagai hal, seperti penyusunan dan pengembangan silabus, Rencana Program Pembelajaran (RPP), menyusun bahan ajar berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), membahas materi esensial yang sulit

(3)

dipahami, strategi/metode/ pendekatan/media pembelajaran, sumber belajar, kriteria ketuntasan minimal, pembelajaran remedial, soal tes untuk berbagai kebutuhan, menganalisis hasil belajar, menyusun program dan pengayaan, dan membahas berbagai permasalahan serta mencari alternatif solusinya;

2. Memberi kesempatan kepada guru untuk berbagi pengalaman serta saling memberikan bantuan dan umpan balik;

3. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta mengadopsi pendekatan pembelajaran yang lebih inovatif bagi guru;

4. Memberdayakan dan membantu guru dalam melaksanakan tugas-tugas guru di sekolah dalam rangka meningkatkan pembelajaran sesuai dengan standar;

5. Mengubah budaya kerja dan mengembangkan profesionalisme guru dalam upaya menjamin mutu pendidikan;

6. Meningkatkan mutu proses pendidikan dan pembelajaran yang tercermin dari peningkatan hasil belajar peserta didik dalam rangka mewujudkan pelayanan pendidikan yang berkualitas;

7. Mengembangkan kegiatan mentoring dari guru senior kepada guru

junior; dan

8. Meningkatkan kesadaran guru terhadap permasalahan pembelajaran di kelas yang selama ini tidak disadari dan tidak terdokumentasi dengan baik.

Delapan tujuan revitalisasi kegiatan KKG di atas sebagai acuan dan panduan dijadikan pegangan bagi KKG agar aktivitas yang dilaksanakan dapat lebih terarah dan dapat dijadikan wahana bagi pengembangan profesionalisme guru yang bermutu, mandiri, dan berkelanjutan.

Secara teoritis dan fungsi Kelompok Kerja Guru merupakan wadah dalam pembinaan profesional guru yang dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi, bertukar fikiran dan berbagi pengalaman, melaksanakan berbagai demonstrasi, atraksi dan simulasi dalam pembelajaran. Di dalam wadah ini para guru dapat membahas permasalahan dari mereka dan untuk mereka.

Kelompok Kerja Guru sebagai suatu forum atau wadah profesional guru (kelas/mata pelajaran) yang berada pada suatu wilayah gugus sekolah yang prinsip kerjanya adalah cerminan kegiatan dari, oleh, dan untuk guru dari semua sekolah.

(4)

KKG adalah suatu organisasi non struktural yang bersifat mandiri, berasaskan kekeluargaan, dan tidak mempunyai hubungan hierarkis dengan lembaga lain.

AF Tangyong dkk (Deden Herdiana,2003: 4) mengemukakan bahwa: Kelompok kerja guru sebagai menunggu kreatifitas guru, membantu guru mengembangkan topik, menunggu sumbangan gagasan dari guru lain, sumber informasi, wadah komunikasi, bengkeil kerja yang berguna, merupakan laboratorium tempat percobaan guru, tempat pembinaan kekeluargaan, dan merupakan pusat perpustakaan bagi guru.

Kemudian berdasarkan penelitian terdahulu sebagaimana dikemukakan oleh Djam’an Satori (1989: 126) bahwa KKG adalah:

Wadah kerjasama yang dapat mempertemukan kebutuhan profesional guru-guru. Melalui wadah ini guru-guru memiliki kesempatan untuk berfikir dan bekerja sebagai satu kelompok dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang mereka hadapi sehari-hari dibidang supervisi dalam upaya memperbaiki pengajaran.

Jack Mazirow (Mustofa Kamil, 1997: 112) menyatakan “Learning in

group is generally the most effective means for bringing about change in attitude and behavior”. Teori tersebut memberikan arahan bahwa dengan berkelompok

kreativitas dan aktivitas anggota akan semakin berproduktif, karena dengan berkelompok berarti tingkat interaksi guru sebagai anggota kelompok juga ikut meningkat karena terjadi saling belajar.

Namun secara empiris, kegiatan kelompok kerja guru walaupun pelaksanaannya cukup efektif masih terdapat kendala yang harus mendapat pembinaan secara terus menerus. Baedhowi (2009: 2) menyatakan “masih banyak KKG atau MGMP yang belum menunjukkan peningkatan kinerja yang berarti. Di beberapa daerah peningkatan kinerja KKG atau MGMP cukup menggembirakan, namun di sebagian besar daerah lainnya masih memprihatinkan”.

(5)

Kegiatan KKG yang dirasakan masih belum efektif dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, diantaranya sebagai berikut:

1. Masih kurangnya rasa tanggung jawab dan mengelola dari pembina teknis, para pengelola dan anggota KKG/gugus, sehingga kurang penduli dalam melakukan terobosan terhadap pemberdayaan kegiatan kelompok,

2. Penyusunan program KKG kurang jelas dan kurang terprogram, 3. Penerimaan dan penggunaan dana stimulan kurang transparan, 4. Tingkat kebersamaan diantara guru dirasakan kurang,

5. Waktu pelaksanaan kegiatan relatif terbatas/sempit,

6. Pembentukan pengurus KKG kurang memperhatikan azas demokrasi, 7. Penyusunan program tidak berdasarkan analisis kebutuhan anggota sehingga

kegiatan kurang relevan dan menimbulkan kejenuhan,

8. Pelaksanaan kegiatan masih bersifat menjalankan proyek/program pemerintah dan komando dari pembina teknis, intensitas dan inisiatif belum dirasakan.

9. Latar belakang pendidikan guru menjadi kendala tarhadap tercapainya sasaran program, sehingga anggota dan pengurus belum maksimal dalam mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan-permasalahan yang terjadi.

Permasalahan-permasalahan tersebut sangat dirasakan bukan hanya oleh anggota (guru) itu sendiri, akan tetapi oleh para pembina teknis dan pihak-pihak terkait lainnya. Secara teoritis upaya perubahan prilaku guru melalui kegiatan

(6)

kelompok kerja guru merupakan pendekatan yang paling efektif dan terarah dalam mengembangkan diri yang sekaligus berdampak bagi kinerja mengajar guru.

Kemampuan kinerja mengajar guru sangat diperlukan, karena guru adalah orang yang terdepan dan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Itulah sebabnya setiap adanya inovasi pendidikan khususnya dalam kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan selalu bermuara pada faktor guru.

Selain peranan KKG sebagai wadah pembinaan profesional guru yang dapat mempengaruhi kinerja mengajar guru, terdapat aspek lain yang mendukung pemberdayaan profesional guru dalam terwujudnya kinerja mengajar guru, yaitu peranan kepala sekolah sebagai pembina teknis.

Kepala sekolah sebagai pimpinan dalam satuan pendidikan memegang peranan yang sangat strategis dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dalam lingkup satuan jenjang persekolahan. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai manajer pendidikan, kepala sekolah memiliki tanggungjawab ganda yaitu melaksanakan administrasi sekolah sehingga tercipta situasi yang berhubungan dengan usaha-usaha menciptakan kondisi belajar yang lebih baik, yang berupa aspek akademis bukan masalah fisik material semata dan melaksanakan supervisi atau pengawasan dalam kelembagaan pendidikan yang diidentikkan dengan supervisi pengawasan profesional, hal ini tentu dihadapkan pada berbagai peristiwa dan kegiatan.

Dalam konteks pengawasan mutu pendidikan, maka supervisi oleh kepala sekolah satuan pendidikan antara lain kegiatannya untuk melakukan suatu

(7)

pengamatan secara intensif terhadap kegiatan utama dalam sebuah organisasi dan kelembagaan pendidikan dan kemudian ditindak lanjuti dengan pemberian feed

back. Hal ini sejalan pula dengan pendapat Djam’an Satori (1997: 3) bahwa

“supervisi dipandang sebagai kegiatan yang ditujukan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran”. Lebih lanjut, Satori (1997: 3) menjelaskan bahwa “fungsi supervisi pendidikan adalah meningkatkan kemampuan profesional guru dalam upaya mewujudkan proses belajar peserta didik yang lebih baik melalui cara-cara mengajar yang lebih baik pula”.

Mengacu pada pemikiran diatas, maka supervisi kepala sekolah berupa pengawasan profesional tentu diarahkan pada upaya untuk meningkatkan proses dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan menetralisir kesenjangan, mengidentifikasi serta menemukan peluang-peluang yang dapat diciptakan guna meningkatkan mutu pendidikan dalam satuan pendidikan secara menyeluruh.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka diduga bahwa kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) dan supervisi kepala sekolah berpengaruh terhadap kinerja mengajar guru. Oleh karena itu, penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh kegiatan kerja kelompok guru dan supervisi kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru sekolah dasar di wilayah IV Kabupaten Sumedang.

B.Identifikasi Masalah

Dari uraian pada latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan bahwa kualitas kinerja mengajar guru dipengaruhi setidaknya oleh dua faktor, yaitu; kegiatan Kelompok Kerja Guru dan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah

(8)

dalam memberikan pembinaan, peningkatan atau perbaikan sebagai evaluasi dan tindak lanjut terhadap aktivitas guru yang diperolehnya melalui forum kegiatan KKG.

Namun secara empiris, kinerja guru SD di wilayah IV Kabupaten Sumedang dihadapkan pada persoalan-persoalan yang dinilai masih rendah dari daerah lainnya di Kabupaten Sumedang, salah satunya dilatarbelakangi oleh kurang sinergisnya antara pengelolaan kelompok kerja guru dan supervisi kepala sekolah. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat disampaikan masalah-masalah yang dihadapi berkaitan dengan rendahnya kinerja guru, yaitu:

1. Pengelolaan manajemen program Kelompok Kerja Guru (KKG) belum optimal dan belum intensifnya program pendampingan yang dilaksanakan instruktur terhadap guru sebagai tindak lanjut pelaksanaan kegiatan KKG.

2. Kegiatan KKG pelaksanaannya masih bersifat parsial dan penyusunan program kegiatan KKG cenderung tidak berdasarkan analisis kebutuhan anggota sehingga kegiatan kurang relevan dan menimbulkan kejenuhan,

3. Kurangnya dukungan dari pemangku kepentingan (kepala sekolah, pengawas sekolah dan tenaga teknis lainnya) terhadap kegiatan KKG.

4. Ketidaksesuaian latar belakang guru dalam mengajar dengan mata pelajaran yang diampunya (mismatch) menjadi kendala bagi guru dalam mengikuti kegiatan di KKG.

5. Kekhasan daerah mewarnai perbedaan tingkat penanganan berbagai permasalahan, termasuk permasalahan yang terjadi di KKG.

(9)

6. Pengawasan, evaluasi, dan pembinaan dari pengawas sekolah dan kepala sekolah terhadap implementasi program KKG dirasakan masih lemah.

7. Pelaksanaan supervisi kepala sekolah cenderung masih bersifat otokratif dan korektif, dilaksanakan tidak berdasarkan data dan fakta yang objektif sehingga sikap yang demikian menciptakan rasa tidak aman, tidak nyaman dan menimbulkan rasa takut.

8. Dengan kapasitasnya sebagai jabatan fungsional, kepala sekolah sebagai supervisor tidak dibekali dengan kemampuan akdemik yang memadai, sehingga supervisi yang lakukan oleh kepala sekolah, cenderung tidak sesuai dengan prinsif-prinsif supervisi.

Perlu disadari bahwa masalah-masalah yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar hanya dapat dipecahkan apabila guru dan kepala sekolah memiliki pemahaman yang jelas tentang masalah itu dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, terhadap kegiatan utama dalam sebuah organisasi dan kelembagaan pendidikan dan kemudian ditindak lanjuti dengan pemberian feed

back.

Kedua faktor di atas menjadi sumber kekuatan dalam mencapai tujuan dan sasaran peningkatan kualitas kinerja guru yang pada akhirnya dapat meningkatnya mutu pendidikan dalam kerangka tujuan pendidikan nasional. Kegiatan KKG dan supervisi kepala sekolah hendaknya sejalan secara sinergis dalam menciptakan dan menjaga keselarasan antara tujuan dan sasaran peningkatan mutu pendidikan Hal ini sejalan dengan fungsi supervisi dan pendekatan prilaku supervisi, yakni “ menciptakan dan menjaga keselaran antara tujuan-tujuan/kepentingan pribadi

(10)

(personal needs) dan tujuan-tujuan organisasi (institusional goals) melalui kerja tim dan evaluasi terhadap sasaran-sasaran supervisi”. (Djam’an Satori, 1997: 6).

C.Perumusan Masalah

Dari inti permasalahan yang dikemukakan pada identifikasi masalah penelitian di atas, dapat diidentifikasi variabel-variabel yang menjadi titik tolak dalam penelitian ini, yaitu variabel kegiatan KKG sebagai variabel yang mempengaruhi (X1), dan kinerja mengajar guru sebagai variabel yang dipengaruhi (Y). Sedangkan variabel independent lain yang penulis coba memiliki pengaruh terhadap kinerja mengajar guru adalah supervisi kepala sekolah (X2).

Bertolak dari latar belakang, identifikasi masalah, dan identifikasi variabel-variabel penelitian di atas, maka dapat dirumuskan tentang rumusan masalah penelitian tersebut ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah kegiatan Kelompok Kerja Guru berpengaruh terhadap kinerja mengajar guru sekolah dasar di wilayah IV Kabupaten Sumedang?

2. Apakah supervisi kepala sekolah berpengaruh terhadap kinerja mengajar guru sekolah dasar di wilayah IV Kabupaten Sumedang?

3. Apakah kelompok kerja guru dan supervisi kepala sekolah berpengaruh secara simultan terhadap kinerja mengajar guru sekolah dasar di wilayah IV Kabupaten Sumedang?”

(11)

D.Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini secara umum, yaitu untuk mendeskripsikan bagaimana pengaruh kegiatan Kelompok Kerja Guru dan supervisi kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru sekolah dasar di wilayah IV Kabupaten Sumedang.

2. Tujuan Khusus

Penelitian ini secara khusus yang lebih operasional adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui pengaruh kegiatan Kelompok Kerja Guru terhadap kinerja guru sekolah dasar.

b. Mengetahui pengaruh supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru sekolah dasar.

c. Mengetahui pengaruh kegiatan Kerja Kelompok Guru dan supervisi kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru sekolah dasar.

E.Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat mengkaji lebih dalam tentang pengaruh dan hubungannya antara kegiatan Kelompok Kerja Guru dan supervisi kepala sekolah dengan kinerja mengajar guru sekolah dasar, sehingga dapat memberikan konstribusi terhadap teori-teori pendidikan khususnya menyangkut kegiatan Kelompok Kerja Guru, sekolah/Lembaga Pendidikan,

(12)

proses pendidikan, dan kinerja guru dalam rangka meningkatkan mutu dan layanan pendidikan.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pedoman dalam upaya optimalisasi pengelolaan dan pemberdayaan KKG serta pengawasan (supervisi kepala sekolah) yang erat kaitannya dengan upaya meningkatkan kinerja mengajar guru yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan dan layanan pendidikan di sekolah dasar.

F. Definisi Opersional

Untuk memberikan gambaran secara lebih jelas tentang objek kajian dalam penelitian ini, maka perlu disajikan beberapa defiinisi operasional dari variabel yang akan diteliti, yaitu:

1. KKG yang dimaksud dalam penelitian ini adalah wadah kerjasama yang dapat mempertemukan kebutuhan profesional guru-guru. Melalui wadah ini guru-guru memiliki kesempatan untuk berfikir dan bekerja sebagai satu kelompok dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang mereka hadapi sehari-hari dibidang supervisi dalam upaya memperbaiki pengajaran, (Djam’an Satori, 1989: 126) Dalam hal ini, fokus yang diteliti adalah; manajemen program, perencanaan program, pelaksanaan program, dan evaluasi program dalam upaya peningkatan kinerja guru.

2. Supervisi kepala sekolah yang dimaksud dalam penelitian ini ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan

(13)

pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif, (Purwanto, 2010: 76)

3. Kinerja mengajar guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah prilaku yang dimunculkan oleh setiap indivdu guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai tenaga pendidik sesuai dengan kompetensi (Kompetensi pedagogik, pribadi, sosial, dan kompetensi profesional) yang harus dimiliki oleh guru.

G.Asumsi-asumsi

Arikunto (2000: 60) mengemukakan bahwa “asumsi-asumsi atau anggapan dasar penelitian dipandang sebagai landasan teori atau titik tolak pemikiran yang digunakan dalam suatu penelitian, yang mana kebenarannya diterima oleh peneliti”. Selanjutnya Arikunto (2000: 61) mengemukakan pula bahwa “peneliti dipandang perlu merumuskan asumsi-asumsi penelitian dengan maksud 1) agar terdapat landasan berpijak yang kokoh bagi masalah yang sedang diteliti; 2) mempertegas variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian; dan 3) berguna untuk kepentingan menentukan dan merumuskan hipotesis.

Dalam merumuskan asumsi penelitian ini ditempuh melalui telaah berbagai konsep dan teori yang berkaitan dengan kegiatan kelompok KKG dan supervisi kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru. Dalam kaitan dengan kepentingan penelitian ini, dapat dirumuskan asumsi-asumsi peneliti, yakni sebagai berikut:

1. Kegiatan kelompok kerja guru forum KKG merupakan Wadah kerjasama yang dapat mempertemukan kebutuhan profesional guru-guru. Melalui

(14)

wadah ini guru-guru memiliki kesempatan untuk berfikir dan bekerja sebagai satu kelompok dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang mereka hadapi sehari-hari dibidang supervisi dalam upaya memperbaiki pengajaran. (Djam’an Satori,1989: 126)

2. Kelompok kerja guru sebagai menunggu kreatifitas guru, membantu guru mengembangkan topik, menunggu sumbangan gagasan dari guru lain, sumber informasi, wadah komunikasi, bengkeil kerja yang berguna, merupakan laboratorium tempat percobaan guru, tempat pembinaan kekeluargaan, dan merupakan pusat perpustakaan bagi guru. AF Tangyong dkk dalam Deden Herdiana (2003: 4)

3. Supervisi dalam sistem sekolah yaitu kegiatan yang ditujukan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu akademik. (Djam’an Satori, 1997: 2) 4. Fungsi supervisi pendidikan adalah meningkaktan kemampuan profesional

guru dalam upaya mewujudkan proses belajar peserta didik yang lebih baik melalui cara-cara mengajar yang lebih baik pula. (Djam’an Satori, 1997: 3) 5. Supervisi yang yang efektif dapat melahirkan wadah kerjasama yang dapat

mempertemukan kebutuhan profesional guru. Melalui wadah ini guru-guru memiliki kesempatan untuk berfikir dan bekerja sebagai suatu kelompok dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang dihadapi sehari-hari di bawah bimbingan pembina dakam upaya memperbaiki proses pembelajaran (Djam’an Satori, 1996: 9)

(15)

H.Hipotesis Penelitian

Berdasarkan asumsi-asumsi penelitian sebagaimana diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Kegiatan Kelompok Kerja Guru Kelompok kerja guru berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja mengajar guru Sekolah Dasar Negeri di wilayah IV Kabupaten Sumedang.

2. Supervisi kepala sekolah berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja mengajar guru Sekolah Dasar Negeri di wilayah IV Kabupaten Sumedang.

3. Kelompok kerja guru dan supervisi kepala sekolah secara simultan berpengaruh siginifikan terhadap kinerja mengajar guru Sekolah Dasar Negeri di wilayah IV Kabupaten Sumedang.

I. Kerangka Berpikir

Peran guru sebagai tenaga pendidik tidak hanya berhenti sebagai pemegang tonggak peradaban saja, melainkan juga sebagai rahim peradaban bagi kemajuan zaman. Karena dialah sosok yang berperan aktif dalam pentransferan ilmu dan pengetahuan bagi anak didiknya untuk dijadikan bekal yang sangat vital bagi dirinya kelak.

Berbagai kajian dan hasil penelitian mengungkapkan bahwa mutu pendidikan yang dinilai dari prestasi belajar peserta didik sangat ditentukan oleh guru. Oleh karena itu, baik buruknya sekolah sangat bergantung pada peran dan fungsi guru. Hampir semua sepakat bahwa dari tiga faktor penentu keberhasilan pendidikan yaitu: perangkat keras (hardware) yang meliputi: ruang belajar,

(16)

peralatan praktek, laboratorium, perpustakaan, dan lain-lain; perangkat lunak (software) yang meliputi: kurikulum, program pengajaran, manajemen sekolah, sistem pembelajaran, dan lain-lain serta perangkat pikir (brainware) yaitu: guru, kepala sekolah, anak didik, dan orang-orang yang terkait dalam proses tersebut, maka kinerja guru adalah faktor yang paling menentukan.

Kinerja guru mempunyai mempunyai spesifikasi/kriteria tertentu. Kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi/kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru. Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran yaitu bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil belajar. Wujud prilaku guru tersebut tergambar dalam empat kompetensi, Pemendiknas No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Dijelaskan bahwa Standar Kompetensi Guru dikembangkan secara utuh dari 4 kompetensi utama, yaitu 1) kompetensi pedagogik, 2) kompetensi kepribadian, 3) kompetensi sosial, dan 4) kompetensi profesional. Keempat kompetensi tersebut teritegrasi dalam kinerja guru.

Standar kinerja guru perlu dirumuskan untuk dijadikan acuan dalam mengadakan penilaian, yaitu membandingkan apa yang dicapai dengan apa yang diharapkan. Standar kinerja guru dapat dijadikan patokan dalam mengadakan pertanggungjawaban terhadap apa yang telah dilaksanakan.

Untuk meningkatkan kinerja guru dipandang perlu pembinaan dan peningkatan kompetensi yang dilakukan melalui kegiatan pelatihan akan lebih efektif dan berhasil guna apabila dilakukan atas prakarsa dan keinginan guru

(17)

sendiri. Seyogyanya melaksanakan pelatihan-pelatihan, tarining-training sangatlah relevan melalui wadah kegiatan guru (KKG,MGMP, dan sebagainya). Melalui wadah KKG diharapkan bukan hanya sekedar memberikan pengetahuan, akan tetapi sampai tingkat merubah kinerja guru.

Banyak harapan terwujud melalui wadah KKG antara lain terpenuhinya standar minimal profesionalisme dan menjadi salah satu alternatif yang secara langsung dapat meningkatkan profesionalisme guru. Lebih lanjut, KKG diharapkan menjadi gugus kendali dan penjaminan dalam rangka peningkatan mutu guru secara berkelanjutan. Di samping sebagai upaya peningkatan kompetensi dan profesionalisme guru, hasil-hasil pelaksanaan program KKG diharapkan dapat dimanfaatkan antara lain untuk: a) peningkatan kualifikasi akademik bagi guru yang belum memiliki ijazah S1 atau D-IV; dan b) pengembangan profesionalisme guru secara berkelanjutan bagi guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik.

Pembinaan profesional dilakukan karena satu alasan, yaitu memberdayakan akuntabilitas profesional guru yang pada gilirannya meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran. Oleh sebab itu, kegiatan supervisi kepala sekolah berfungsi sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan dan alat untuk mengukur keberhasilan pembinaan profesional. Melalui supervisi yang kontinyu terhadap kegiatan guru dapat mengetahui masalah-masalah proses belajar mengajar, merumuskan solusi/alternatif pemecahan masalah yang dihadapi, dan pada akhirnya dapat mengetahui secara sistematis perubahan-perubahan positif apa saja yang telah terjadi dari waktu kewaktu.

(18)

Berdasarkan uraian di atas, maka diduga kegiatan KKG dan supervisi kepala sekolah berhubungan dengan kualitas kinerja mengajar guru. Hubungan tersebut diilustrasikan seperti paradigma penelitian seperti gambar 1.1 sebagai berikut:

Gambar 1.1

Alur Pikir Penelitian (Rekayasa Penulis)

Berdasarkan alur pikir penelitian yang diilustrasikan pada gambar 1.1, menunjukan bahwa terdapat variabel yang mempengaruhi dan variabel yang dipengaruhi. Variabel-variabel tersebut penulis kelompokan menjadi variabel

Guru

NON S-1 S-1/DIV

Non Sertifikasi

Prilaku/Kinerja Mengajar Guru

Prilaku Belajar & Prestasi Siswa

M o n it o ri n g & S u p er v is i K ep al a S ek o la h (P e n el it ia n , P en il ai an , P er b ai k an , d an P en in g k at an ) Sertifikasi Non Sertifikasi

Pembinaan Profesi Berkelanjutan

K el o m p o k K er ja G u ru ( K K G ) (P er en c an a an , P el ak sa n a an , d an P en g aw as an ) Standar Pendidik/ BNSP

(19)

independent dan variabel dependent. Variabel independent meliputi kelompok kerja guru dan supervisi kepala sekolah, sedangkan variabel dependent adalah kinerja mengajar guru. Hubungan setiap variabel penelitian dapat penulis gambarkan sebagai berikut:

є

Gambar 1.2

Kerangka Variabel Penelitian Keterangan :

X1 = Kegiatan Kelompok Kerja Guru (variabel bebas) X2 = Supervisi Kepala Sekolah (variabel bebas) Y = Kinerja Mengajar Guru (variabel terikat) є = Residual (variabel sisa)

J. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi jenis penelitian, instrumen penelitian, dan teknik pengumpulan data.

a. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang berkaitan dengan pengaruh KKG dan supervisi kepala sekolah dasar ini adalah jenis penelitian dengan menggunakan

X1

X2

(20)

pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional yang dapat ditarik suatu kesimpulannya dan dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi .

b. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner dan angket yang disusun berdsarkan variabel yang diteliti dengan proses uji validitas, reliabilitas, dan normalitas.

c. Teknik pengumpulan data

Instrument yang telah disusun dan sudah dilakukan uji validitas, reliabilitas, dan normalitas tersebut digunakan sebagai pedoman dalam mengumpulkan data dengan cara memberikan kuesioner dan angket kepada responden.

d. Analisis data

Berdasarkan jenis penelitian, instrumen yang digunakan dan teknik pengumpulan data yang sesuai dengan variabel yang diteliti, maka pembahasan tentang pengaruh kelompok kerja guru dan supervisi kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru lebih tepat menggunakan teknik skala interval atau rasio dengan menggunakan Pearson product moment correlation atau linear

regression.

2. Lokasi dan Sampel Penelitian

Sesuai dengan judul dalam penelitian ini, maka lokasi penelitian dilakukan dan ditetapkan yaitu pada kelompok kerja guru sebagai suatu forum atau wadah professional guru yang berada dan tersebar di wilayah IV Kabupaten Sumedang yang tersebar di 6 wilayah kecamatan, yaitu; Kecamatan

(21)

Situraja, Cisitu, Darmaraja, Cibugel, Wado, dan Kecamatan Jatinunggal, dan sasaran sebagai sampel penelitian adalah pengurus KKG dan para guru yang tergabung dalam KKG. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus dari Taro Yamane atau Slovin (Riduwan, 2009).

(22)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dijelaskan mengenai promosi penjualan dagang kartuHalo Telkomsel dalam aktivitas event marketing dan sponsorship yang dilakukan divisi

Dampak yang paling nyata pada saat ini adalah naiknya debit aliran sungai, perubahan fisik lahan yang terjadi serta penumpukan sedimen berupa material vulkanik

20 kulmista ja sijoittaa se laajempaan inhimillisen toiminnan kontekstiin ja siten syven- tää käsityksiä matematiikan luonteesta (esim. Siksi matematiikan historian

Instrumen keuangan adalah setiap kontrak yang menambah nilai aset keuangan entitas dan kewajiban keuangan atau instrumen ekuitas entitas lain (IAI, 2010).PSAK 55

62A (samping es Teler 29 Depan Stadion Lakidende) Kota

 Soal-Soal CPNS pada buku yang dibeli tentunya tidak bisa diupdate sehingga hanya cocok digunakan pada tahun yang bersangkutan, atau kurang layak untuk digunakan

Kepentingan nonpengendali (KNP) mencerminkan bagian atas laba atau rugi dan aset neto dari Entitas Anak yang tidak dapat diatribusikan secara langsung maupun tidak langsung

Membran Ultrafiltrasi adalah suatu teknologi filtrasi dengan besaran pori 0.01 mikron, dimana proses pemisahan menggunakan membran dengan tekanan, biasanya digunakan