• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wanala Tambah Catatan Keberhasilan Pendakian Puncak Denali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Wanala Tambah Catatan Keberhasilan Pendakian Puncak Denali"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Wanala

Tambah

Catatan

Keberhasilan Pendakian Puncak

Denali

UNAIR NEWS – Pendakian oleh tim atlet Airlangga Indonesia Denali Expedition (AIDeX) Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam Wanala Universitas Airlangga menuju puncak tertinggi di belahan bumi utara telah menuai keberhasilan.

Ketiga atlet yang beranggotakan Muhammad Faishal Tamimi (mahasiswa Fakultas Vokasi/2011), Mochammad Roby Yahya (mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan/2011), dan Yasak (alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik), berhasil mencapai puncak Denali, Kamis (15/6) lalu.

Kesuksesan tim atlet AIDeX Wanala dalam menggapai Denali menambah catatan keberhasilan para pendaki yang mendaki tiang langit utara tersebut. Disampaikan oleh pemandu tim atlet AIDeX Sofyan Arief Fesa, sampai tanggal 26 Mei 2017, tercatat sebanyak 1.032 pendaki yang berusaha mencapai puncak gunung setinggi 6.194 meter di atas permukaan laut.

“Menurut data di Denali, tahun ini terdaftar 1.032 pendaki. Saat ini di gunung ada 465 pendaki yang sudah selesai 131 pendaki, yang sampai puncak baru 20 orang. Berarti, hanya 15 persen tingkat kesuksesannya,” tutur pemandu yang akrab disapa Ian itu.

Data tersebut diperoleh di Talkeetna Ranger Station sebelum para atlet memulai pendakian tanggal 27 Mei waktu setempat. Mereka berhasil mendaki Denali setelah mereka menempuh jarak sejauh 2,5 mil dari kamp lima di ketinggian 17.200 kaki. Waktu tempuh pendakian memakan waktu hampir 12 jam dengan kondisi cuaca snow showers (anomali cuaca cerah dan hujan salju) dan ketebalan salju mencapai 27 sentimeter. Selain itu, temperatur

(2)

di puncak Denali mencapai minus 47 derajat Celcius.

Keberhasilan tersebut merupakan buah manis dari persiapan yang berlangsung selama 18 bulan. Persiapan ekspedisi telah dimulai sejak bulan Oktober 2015. Dalam persiapan tersebut, mereka melaksanakan rangkaian uji kesehatan, psikologis, hingga melatih teknik pendakian, ketahanan fisik, psikologis, dan mental.

Keberhasilan dalam pendakian Gunung Denali merupakan kebanggaan tersendiri bagi tim ekspedisi. Pasalnya, Denali merupakan salah satu gunung tersulit dalam rangkaian seven

summit dunia.

“Trek di Denali cukup panjang. Tim harus menempuh perjalanan sejauh 79 kilometer dari base camp untuk menuju puncak. Bila ditotal mereka harus menghabiskan waktu selama 19 hari dari perjalanan base camp menuju puncak,” imbuh Wahyu Nur Wahid yang merupakan manajer ekspedisi.

Faishal yang juga ketua ekspedisi menuturkan bahwa seven

summits adalah wujud kecintaan organisasi Wanala kepada alam

dan tanah air.

“Sebagai organisasi mahasiswa pecinta alam, maka ini adalah cara kami menunjukkan harga diri kami sebagai sebuah organisasi,” ujar Faishal.

Selama persiapan hingga pendakian, tim AIDeX banyak dibantu oleh PT. PP Properti dan PT. Pegadaian Persero.

Denali bukanlah puncak pertama yang berhasil didaki oleh anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam (UKM Wanala). Empat dari tujuh puncak tertinggi yang telah digapai tim adalah Puncak Carstenz Pyramid (Indonesia/1994), Kilimanjaro (Tanzania/2009), Elbrus (Rusia/2011), dan Aconcagua (Argentina/2013).

(3)

serta Everest di Himalaya akan menggenapi ekspedisi seven

summits anggota UKM Wanala.

Penulis: Defrina Sukma S Editor : Nuri Hermawan

DPD Berharap Pakar UNAIR

Berikan Lebih Banyak Masukan

UNAIR NEWS – Rektor Universitas Airlangga Prof. Dr. Mochammad Nasih menerima kunjungan dari senator Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia asal Jawa Timur, Ahmad Nawardi. Pertemuan dilakukan di Ruang Rektor Kantor Manajemen UNAIR, Jumat (16/6).

Dalam pertemuan persahabatan tersebut, Rektor ditemani oleh Staf Ahli Rektor UNAIR Drs. Suko Widodo, M.Si.

Suko mengatakan pihak DPD meminta para pakar UNAIR untuk terus menyumbangkan berbagai gagasan kepada para pembuat kebijakan. Pasalnya, buah-buah pikiran para pakar UNAIR dinilainya begitu bermanfaat dalam proses pembuatan regulasi.

“Mereka ingin menjaring lebih banyak aspirasi, khususnya ketika di kampus UNAIR,” tutur Suko.

Mengutip pernyataan Nawardi, Suko mengatakan para pakar UNAIR memiliki kemampuan yang memadai dalam menduduki jabatan-jabatan strategis di kursi pemerintahan. Sehingga, wajar baginya apabila lebih banyak lagi alumnus maupun pakar UNAIR yang bisa mewujudkan kemashlatan umat melalui peran di pemerintahan.

(4)

Di akhir pertemuan, Rektor berharap agar pihak DPD dapat membantu UNAIR dalam meningkatkan eksposur positif.

Penulis: Defrina Sukma S

Ahmad Lukman Hakim, Anak

Petani

dengan

Segudang

Prestasi

UNAIR NEWS – Beberapa waktu lalu, Ahmad Lukman Hakim berkesempatan tampil mempresentasikan penelitiannya di sebuah acara kongres internasional bertajuk 13th

Warsawa International Medical Congress (13th WIMC) di Medical University of Warsawa,

Polandia. Ini kesempatan langka, mengingat, baru pertama kalinya mahasiswa Fakultas Kedoktaran UNAIR berhasil mewakili institusi kebanggaannya di ajang internasional tersebut.

Kongres ini mempertemukan ratusan peserta dari kalangan mahasiswa S-2 maupun program Ph.D pendidikan dokter dari berbagai negara. Seperti Asia, Malaysia, Jepang, Arab Saudi, Eropa, Jerman, hingga Prancis. Di forum ini, setiap perwakilan institusi saling menampilkan gagasan ilmiahnya, termasuk diskusi. Lukman sebagai salah satu perwakilan Indonesia merasakan pengalaman yang begitu berkesan, setelah sepekan lamanya mengikuti kegiatan ini.

Perjalanan Lukman ke Polandia kali ini menjadi pengalaman keduanya ke luar negeri. Sebelumnya, pria kelahiran Sidoarjo, 27 April 1993 ini juga pernah mengikuti program medical

exchange di University of Groningan tahun 2016 lalu.

(5)

yang memiliki minat besar di bidang karya tulis ilmiah. Selama menempuh pendidikan dokter, ia bahkan sering mengikuti berbagai ajang perlombaan karya ilmiah yang diselenggarakan oleh berbagai perguruan tinggi di tingkat nasional maupun internasional.

Puluhan prestasi pernah diraih Lukman. Yang terbanyak adalah keberhasilannya memenangkan kejuaraan poster ilmiah dan lomba karya tulis ilmiah. Ia juga tercatat pernah menjuarai lomba essai ilmiah Qur’an hingga Lomba Musabaqah Karya Tulis Al-Qur’an.

Dari sekian banyak prestasi, menurutnya yang paling berkesan adalah momen ketika dalam satu minggu Lukman berhasil memenangkan empat kejuaraan untuk perlombaan karya tulis ilmiah dan poster ilmiah dari tiga ajang perlombaan yang berbeda.

“Rasa percaya diri saya semakin tumbuh setiap kali memenangkan perlombaan. Rasa kepercayaan diri ini yang tidak saya dapatkan ketika awal masuk menjadi mahasiswa kedokteran,” ungkapnya. Menjadi dokter adalah cita-citanya sejak kecil. Meski awalnya, Lukman sempat memendam impiannya lantaran kondisi perekonomian keluarga yang pas-pasan.

“Bapak saya petani, sedangkan ibu saya guru SD. Rasanya ndak mungkin kalau saya bisa kuliah kedokteran, karena biayanya mahal. Ya sudahlah, saya pendam keinginan saya menjadi dokter,” kenangnya.

Ketika masih SMA, anak kedua dari tiga bersaudara ini bahkan sempat menjatuhkan pilihannya menjadi seorang guru. Namun, ketika mendekati ujian akhir, nuraninya justru lebih terpanggil untuk menjadi dokter.

“Guru saya yang memotivasi agar mendaftar di FK UNAIR dan berusaha mendapatkan beasiswa,” ungkapnya. Ia pun akhirnya lolos masuk menjadi mahasiswa FK UNAIR angkatan tahun 2011

(6)

melalui jalur bebas biaya masuk.

Awal masuk menjadi mahasiswa kedokteran, peraih juara I Mahasiswa Berprestasi (MAWAPRES) UNAIR tahun 2013 ini sempat dilanda keraguan.

“Awalnya sempat minder dengan teman-teman seangkatan yang lebih ‘mampu’ secara ekonomi. Namun karena sudah kadung kecemplung, ya sudah saya berfikir untuk tidak berani macam-macam. Pokoknya bisa lulus jadi dokter dengan selamat itu saja sudah alhamdhulillah,” ungkapnya.

Mulanya, keinginan untuk menekuni dunia penulisan karya ilmiah juga karena coba-coba. Terlebih, dengan aktivitas perkuliahan yang begitu padat, rasanya mustahil baginya untuk keluar dari ‘zona aman’ sebagai mahasiswa.

“Nggak menduga sebelumnya. Setelah ikut lomba kesana-kemari, akhirnya menang berkali-kali. Sejak saat itu saya semakin percaya diri, dan berfikir kenapa tidak saya tekuni saja bidang tulis menulis karya ilmiah ini,” ungkapnya.

Selain hobi menulis karya ilmiah, Lukman bahkan pernah menerbitkan sebuah buku berjudul Dari Mahasiswa untuk

Indonesia Berprestasi. Buku ini berisi 31 kisah sukses

mahasiswa berprestasi di Indonesia yang menginspirasi.

“Buku ini adalah inisiatif dari saya dan teman-teman MAWAPRES lainnya di Indonesia. Buku ini hadir dengan harapan dapat menginspirasi khalayak, bahwa tidak ada alasan untuk tidak berprestasi. Apapun kendalanya, sekalipun kita dari keluarga kurang mampu, selagi mau berusaha, pasti akan ada jalan,” ungkapnya.

Setelah lulus dokter, Lukman berencana ingin bekerja sambil berusaha mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan dokter spesialis.

(7)

wilayah perifer. Namun karena saat ini ibu saya sedang sakit, dan bapak juga sudah sepuh, maka saya pilih ibadah terdekat dulu menjaga orang tua. Kalau bapak ibu sudah mengizinkan, maka saya ingin cari pengalaman mengabdi jadi dokter di pedalaman,” ungkapnya. (*)

Penulis : Sefya Hayu

Editor : Binti Q. Masruroh

Sudut Ikonik di Fakultas

Kedokteran

UNAIR NEWS – Semua fakultas di Universitas Airlangga memiliki sejumlah sudut ikonik. Termasuk, di Fakultas Kedokteran. Berikut potret yang diambil Helmy Rafsanjani dan Yudira Pasada Lubis, dua fotografer Pusat Informasi dan Humas, dari sana.

[Best_Wordpress_Gallery id=”96″ gal_title=”ikonik fk”]

Editor: Rio F. Rachman

(8)

Merah Putih di Puncak Denali

UNAIR NEWS – Setelah melewati perjalanan selama hampir 12 jam, tim atlet Airlangga Indonesia Denali Expedition (AIDeX) Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam Wanala Universitas Airlangga berhasil menggapai puncak tertinggi di belahan bumi utara Gunung Denali.

Puncak Mc. Kinley Gunung Denali setinggi 6.164 meter di atas permukaan laut (mdpl) telah digapai pada pukul 14.05 waktu Indonesia. Pernyataan tersebut disampaikan oleh manajer atlet AIDeX, Wahyu Nur Wahid, Kamis (15/6).

“Alhamdulillah tim Wanala UNAIR telah mencapai puncak Denali. Keberhasilan tersebut merupakan buah manis persiapan yang dirintis sejak Oktober 2015. Tidak sedikit permasalahan yang dilalui, bahkan para tim mengorbankan kuliah, keluarga, waktu dan tenaga untuk menggapai puncak Denali. Ini juga merupakan upaya kami untuk mewujudkan UNAIR sebagai world class

university,” tutur manajer atlet yang akrab disapa Wahyu.

Ketiga atlet yang beranggotakan Muhammad Faishal Tamimi (mahasiswa Fakultas Vokasi/2011), Mochammad Roby Yahya (mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan/2011), dan Yasak (alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) tersebut telah menggenapi misi kelima dari pencapaian puncak gunung-gunung tertinggi di dunia.

Wakil Rektor I UNAIR Prof. Djoko Santoso, mewakili rektor memberikan apresiasinya kepada tim atlet dan manajemen yang sudah berhasil mewujudkan mimpi-mimpinya dalam menggapai salah satu gunung tertinggi di dunia.

Menurut Djoko, hasil perjuangan yang membanggakan tersebut tak lepas dari keberanian para mahasiswa UNAIR, khususnya tim AIDeX untuk memasang target yang tinggi.

(9)

dalam mengharumkan nama Universitas Airlangga sekaligus Indonesia. Perjuangan mereka selama mempersiapkan hingga pendakian membuat mereka layak menjadi contoh bagi generasi yang akan datang,” ungkap Djoko.

Dari kamp lima menuju puncak

Perjalanan menuju puncak Mc. Kinley dari kamp lima dimulai pada pukul tiga dini hari Kamis (15/6) waktu Indonesia. Untuk mencapai puncak, mereka menempuh jarak sejauh 2,5 mil.

Sebelumnya, pendakian dari kamp lima menuju puncak Denali diperkirakan akan berlangsung selama tujuh jam. Namun, sejumlah faktor internal maupun eksternal mengakibatkan perjalanan para atlet sedikit terhambat.

Wahyu mengatakan, saat melakukan pendakian menuju puncak, cuaca Denali cukup bersahabat. Para tim dihadapkan pada keadaan snow showers (anomali cuaca cerah dan hujan salju) dengan ketebalan salju mencapai 27 sentimeter. Selain itu, temperatur di puncak Denali mencapai minus 47 derajat Celcius. Selain suhu, soal pernapasan dan kendali diri menjadi salah satu penentu keberhasilan para atlet. “Para atlet harus membiasakan diri dalam hal pernapasan di dataran tinggi karena kadar oksigen yang tipis,” tutur manajer ekspedisi.

Selama pendakian di Denali termasuk puncak, mereka menggunakan teknik moving together. Teknik moving together adalah mendaki bersama-sama yang dihubungkan dengan tali. Selain itu, ketika melakukan summit attack para atlet juga membawa beban seberat sepuluh kilogram.

Beban barang bawaan itu terdiri dari peralatan keamanan, obat P3K, logistik, bendera, alat dokumentasi, dan perlengkapan pribadi.

Wahyu yang juga mahasiswa Ilmu Administrasi Negara mengatakan, keberhasilan dalam pendakian Gunung Denali merupakan

(10)

kebanggaan tersendiri bagi ia dan tim ekspedisi. Pasalnya, Denali merupakan salah satu gunung tersulit dalam rangkaian

seven summit dunia.

“Trek di Denali cukup panjang. Tim harus menempuh perjalanan sejauh 79 kilometer dari base camp untuk menuju puncak. Bila ditotal mereka harus menghabiskan waktu selama 19 hari dari perjalanan base camp menuju puncak,” imbuh Wahyu.

Awal pendakian

Para atlet mendaki Denali tepat pada musim panas waktu setempat. Musim tersebut diyakini paling tepat untuk melakukan pendakian di Denali. Meski demikian, sejak awal pendakian suhu di Denali tak lepas dari temperatur ekstrem. Suhu di Denali berkisar antara minus 2 derajat Celcius hingga minus 67 derajat Celcius.

Selain suhu, sejak hari pertama pendakian mereka kerap kali dihadapkan pada ketebalan salju. Ketebalan salju mencapai setinggi lutut orang dewasa. Hal itu terjadi bahkan ketika mereka belum sampai di kamp pertama di ketinggian 7.600 kaki. Selama pendakian, mereka melakukan aklimatisasi (penyesuaian suhu tubuh di ketinggian) dengan naik turun ketinggian. Selama itu, ketiga atlet melakukan perjalanan dan menimbun bahan logistik (makanan dan bahan bakar) di timbunan salju. Tujuannya, untuk menyimpan makanan dalam keadaan darurat ataupun cadangan makanan ketika sudah turun.

Mereka juga dihadapkan pada keadaan geografis Denali yang dipenuhi jurang es, khususnya di titik Below Kahiltna Pass atau 9.350 kaki.

Sebelum mereka dihadapkan pada kondisi-kondisi anomali di Denali, para atlet melatih teknik pendakian, ketahanan fisik, mental, dan psikologis selama 18 bulan di berbagai medan, termasuk di kawasan Taman Nasional Bromo, Tengger, Semeru.

(11)

Faishal yang juga ketua ekspedisi menuturkan bahwa seven

summits adalah wujud kecintaan organisasi Wanala kepada alam

dan tanah air.

“Sebagai organisasi mahasiswa pecinta alam, maka ini adalah cara kami menunjukkan harga diri kami sebagai sebuah organisasi,” ujar Faishal.

Selama persiapan, tim AIDeX banyak dibantu oleh PT. PP Properti dan PT. Pegadaian Persero.

Denali bukanlah puncak pertama yang didaki oleh anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam (UKM Wanala). Empat dari tujuh puncak tertinggi yang telah digapai tim adalah Puncak Carztenz Pyramid (Indonesia/1994), Kilimanjaro (Tanzania/2009), Elbrus (Rusia/2011), dan Aconcagua (Argentina/2013).

Selain ke Denali, ekspedisi ke Vinson Massif di Antartika serta Everest di Himalaya akan menggenapi ekspedisi seven

summits anggota UKM Wanala.

Selamat, tim Wanala! Penulis: Defrina Sukma S

Referensi

Dokumen terkait

Nilai LQ>1 menunjukkan bahwa ikan selar (Selaroides leptolepis) merupakan komoditas basis di Kabupaten Rembang, sementara itu nilai differential shift dari

Analisis data dari penelitian ini adalah mendeskripsikan ciri-ciri ikan yang diperoleh dari tempat pelelangan ikan (TPI) kemudian dicocokan dengan sumber acuan kunci determinasi

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu “Terdapat perbedaan biomassa perifiton pada substrat keramik antara hulu, tengah, dan hilir Sungai Salo”..

(1) Berdasarkan pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2), Direktur Jenderal Perbendaharaan mengajukan permintaan penyediaan dana untuk pos Belanja Pensiun,

Data tabel 1.4 menunjukkan bahwa banyak konsumen 2016 - 2018 yang menjalin kontrak pembiayaan di BFI Finance kantor cabang Jombang dengan total sebanyak

Dalam penelitian yang berjudul “Kiprah Pendaki Perempuan di Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam WANALA Universitas Airlangga Surabaya Dan Relevansinya Dengan Feminisme”

Harapannya, masyarakat bisa memiliki alternatif dan memanfaatkan tanaman pangan liar sehingga tidak khawatir kehabisan karena selama ini, mereka hanya bergantung

Terkait dengan konsolidasi pra-akreditasi tahun 2017, sivitas akademika prodi S-1 Sistem Informasi (SI), Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga mengadakan pertemuan