• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hari Keempat di Denali, Tim Atlet Wanala Capai Kamp Dua

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Hari Keempat di Denali, Tim Atlet Wanala Capai Kamp Dua"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Hari Keempat di Denali, Tim Atlet Wanala Capai Kamp Dua

UNAIR NEWS – Tim Airlangga Indonesia Denali Expedition (AIDeX) Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Airlangga tengah mendaki gunung tertinggi di Amerika utara, Mc. Kinley atau yang dikenal dengan Denali.

Berdasarkan kabar terbaru yang didapat oleh manajer tim atlet AIDeX, Wahyu Nur Wahid, mereka tengah berada di ketinggian 9.350 kaki atau 2.850 mdpl. Kabar perjalanan tersebut didapat melalui satelit global positioning system (GPS) pada Rabu siang (31/5) waktu Indonesia.

Pada hari Selasa waktu bagian Alaska Amerika Serikat, tim melakukan perjalanan menuju kamp dua di ketinggian 11.200 kaki. Namun, ketiga atlet yang beranggotakan Muhammad Faishal Tamimi (mahasiswa Fakultas Vokasi/2011), Mochammad Roby Yahya (mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan), dan Yasak (alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) didampingi pemandu memutuskan untuk beristirahat di titik Below Kahiltna Pass atau 9.350 kaki.

“Perbedaan ketinggian 1.850 kaki namun suhu mencapai minus 18 derajat Celcius. Kondisi di Denali cerah meskipun malam hari.

Alhamdulillah, kondisi tim atlet sehat,” tutur pemandu tim atlet, Sofyan Arief Fesa.

Sebelum melanjutkan perjalanan, sehari sebelumnya waktu setempat, tim melakukan perjalanan dan menimbun bahan logistik (makanan dan bahan bakar) di timbunan salju di kamp satu.

Tujuannya, untuk menyimpan makanan dalam keadaan darurat ataupun cadangan makanan ketika sudah turun. Selain itu, penyimpanan logistik juga mengurangi berat bawaan dan proses aklimatisasi tim atlet AIDeX.

Sempat terhambat cuaca

(2)

Selama di Alaska, tim atlet AIDeX melakukan berbagai persiapan yang matang. Persiapan tersebut di antaranya melakukan pengecekan barang, kebutuhan logistik, hingga persiapan keberangkatan. Tim atlet berangkat menuju Denali di bandar udara Kahiltna International Airport yang terletak di desa terakhir sebelum Denali, Talkeetna.

Mereka terbang dari ketinggian 7.200 kaki mdpl dengan menggunakan pesawat perintis. Perjalanannya sempat terhambat keadaan alam. Cuaca yang tak bersahabat mengakibatkan pesawat tidak bisa mendarat di gletser sehingga penerbangan harus ditunda keesokan harinya. Sehari setelahnya, Jumat (26/5) waktu Alaska, tim memulai pendakian dari base camp menuju kamp satu.

“Ada pendaki asal Jerman yang masuk kloter pertama. Mereka kembali ke Talkeetna karena masih belum bisa landing sedangkan kami termasuk kloter ketiga dan berhasil mendarat di base camp dengan selamat,” tutur Roby.

Setibanya di base camp, tim mendirikan tenda untuk aklimatisasi selama satu hari sebelum memulai pendakian tanggal 27 Mei. Selama pendakian, tim melalui jalur West Buttres. Rute ini merupakan jalur yang sering dilalui oleh pendaki Denali.

“Tim melakukan perjalanan pukul dua siang menuju kamp 2.

Awalnya, cuaca cukup cerah namun tak selang lama kemudian cuaca berubah menjadi angin dan bersalju sehingga jalur yang dilalui cukup berat dengan memakai sepatu salju yang memiliki berat empat kilogram,” tutur Faishal.

“Ketinggian salju sampai ditambah kedalaman jalur selutut yang membuat tim AIDeX menguras tenaga ekstra. Berat bawaan tiap individu rata-rata 50 kilogram yang dibawa di tas punggung dan sledge (kereta luncur),” imbuh Faishal yang juga ketua ekspedisi AIDeX.

Rencananya, tim atlet AIDeX akan mendaki Denali selama 18

(3)

sampai 22 hari. Mereka bertolak dari Surabaya ke Jakarta pada 10 Mei, kemudian berangkat ke Amerika Serikat pada 17 Mei.

Mereka kemudian melanjutkan perjalanan ke Anchorage pada tanggal 21 Mei. Sedangkan, pendakian di Denali akan dimulai pada 26 Mei sampai 9 Juni.

Denali bukanlah puncak pertama yang didaki oleh anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam (UKM Wanala). Empat dari tujuh puncak tertinggi yang telah tim digapai adalah Puncak Cartenz (Indonesia/1994), Kilimanjaro (Tanzania/2009), Elbrus (Rusia/2011), dan Aconcagua (Argentina/2013).

Selain ke Denali, ekspedisi ke Vinson Massif di Antartika serta Everest di Himalaya akan menggenapi ekspedisi seven summits anggota UKM Wanala.

Penulis: Wahyu Nur Wahid (manajer tim AIDeX) Editor: Defrina Sukma S

Novita, Putri Tukul Arwana Ingin Belajar tentang Masyarakat di UNAIR

UNAIR NEWS – Berbekal nama besar sang ayah yang menjadi tokoh publik, mestinya bisa membuat Novita Eka Afriana memiliki kesempatan yang besar untuk melenggang ke industri hiburan.

Namun tidak bagi putri sulung Tukul Riyanto atau yang lebih dikenal dengan nama Tukul Arwana ini.

Vita, sapaan karib Novita Eka Afriana, berhasil diterima melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), di Universitas Airlangga. Vita mengambil program

(4)

studi S-1 Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Gadis yang baru merayakan ulang tahun ke-17 ini mengaku, tidak ada campur tangan ayah dalam proses pendaftarannya di UNAIR.

Ia berhasil diterima melalui jalur SNMPTN dengan nilai rata- rata rapor yang ia raih selama belajar di bangku SMA.

“Enggak ada campur tangan ayah. Mereka semua (keluarga, -red) support, sih. Walau sebenarnya mereka mau aku di Jakarta,”

ujar Vita berkisah tentang dukungan keluarga terhadap studinya.

Nampaknya, keinginan Vita untuk melanjutkan studi dan memperluas jejaring pertemanan begitu besar. Ia akhirnya memilih UNAIR sebagai tempat untuk melanjutkan studi.

“Aku bilang ke keluarga kalau ini kesempatan yang bagus untuk aku punya pengalaman dan mencari pertemanan yang luas bukan hanya di Jakarta,” tambah lulusan SMAN 6 Jakarta.

Dalam memilih jalan hidup, Tukul nampaknya membebaskan keinginan putri sulungnya itu. Ia memberikan fasilitas yang dibutuhkan putrinya dalam hal belajar serta pengembangan diri.

“Ayah dukung aku untuk selalu belajar. Jadi aku ikut les bimbel (bimbingan belajar) di luar, dan dia dukung banget aku ambil Sosiologi. Katanya, dengan studi di Sosiologi, aku bisa belajar tentang masyarakat dan kebudayaan secara luas,” papar gadis yang memiliki hobi travelling (berwisata) dan boxing (tinju) ini.

Meskipun mengantongi nama Tukul yang populer di industri hiburan, Vita mengaku saat ini belum memiliki keinginan untuk mengikuti jejak sang ayah. Ia tertarik untuk tekun belajar melalui program studi Sosiologi.

“Aku nggak begitu tertarik sih untuk terjun ke dunia entertainment. Aku pengin beda sama ayah. Mungkin suatu saat nanti mungkin saja,” ujar perempuan kelahiran 21 Agustus 1999.

(5)

Saat ini, sambil menunggu jalannya perkuliahan, Vita masih menghabiskan waktu di Jakarta. Ia juga tertarik untuk memperdalam kemampuan Bahasa Inggris dengan mengikuti kursus.

(*)

Penulis: Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S

Penyakit Leukemia Akut Banyak Jangkiti Anak-anak

UNAIR NEWS – Jumlah angka kejadian kanker pada anak-anak dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Tahun 2014, tercatat ada 144 kasus, sedangkan tahun 2015 menjadi 206 kasus baru. Jumlah tersebut merangkak naik di tahun berikutnya. Tahun 2016, angka kejadian kanker pada anak menjadi 252 kasus baru.

Dari sederet kasus kanker yang diidap oleh anak-anak, hampir setengah dari mereka menderita kanker darah atau yang biasa dikenal dengan leukemia. Jenis kanker darah yang paling banyak diderita adalah Leukemia Limfoblastik Akut (LLA).

Guru Besar bidang Ilmu Spesialis Anak Fakultas Kedokteran, Prof. Dr. I Dewa Gede Ugrasena, dr., Sp.A (K), mengatakan jumlah kasus penyakit LLA tersebut dikumpulkan berdasarkan pasien yang masuk di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo (RSDS). Bila pada tahun 2015 ada 106 kasus baru, maka tahun 2016 ada 108 kasus baru yang ditangani di RSDS.

Meski jumlah kasusnya terus meninggi, penyebab penyakit ini belum bisa diketahui.

“Bila darah pada orang dengan penyakit Tuberkulosis atau Lepra

(6)

diperiksa, akan diketahui penyebabnya. Sedangkan, penyebab penyakit kanker termasuk leukemia, belum diketahui,” tutur Ugrasena ketika diwawancarai.

Mengutip penelitian para ahli, Ugrasena menyatakan penyakit leukemia kemungkinan disebabkan zat-zat kimiawi dan fisis.

Anak-anak cukup rentan mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung bahan-bahan pengawet. Dugaannya, bahan pengawet tersebut bisa menyebabkan kanker pada anak.

Di sisi lain, anak-anak yang menderita kanker darah juga banyak ditemukan usai ledakan reaktor nuklir di Chernobyl Ukraina tahun 1986 lalu. “Sehingga dihipotesiskan oleh para ahli bahwa atom atau fisika bisa menyebabkan kanker,” imbuh dokter spesialis anak tersebut.

Para orang tua perlu jeli dalam melakukan deteksi dini pada anak-anak. Gejala awal yang terlihat pada anak dengan leukemia adalah peningkatan suhu tubuh selama kurun waktu dua minggu dan disertai perdarahan pada kulit dan mukosa.

“Kita (orang tua) harus bisa membedakan apakah ini kanker padat atau kanker darah. Kanker yang solid itu bisa dikenali.

Ketika memandikan, jika ibu jeli, dia akan merasakan benjolan di tubuh anaknya,” tutur Ugrasena.

Untuk itulah, orang tua disarankan segera datang ke tempat fasilitas kesehatan layanan kanker apabila gejala-gejala tersebut sudah ditemukan pada anak.

Polimorfisme

Para dokter spesialis memiliki standar protokol dalam mengobati anak dengan kanker darah. Namun, ada sejumlah penyebab kegagalan dalam pengobatan kanker darah, salah satunya adalah cacat genetik.

Cacat genetik atau polimorfisme adalah kelainan genetik yang dibawa oleh anak sejak awal kehidupan. Jumlah kasus

(7)

polimorfisme kanker darah cukup banyak. Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia cabang Jawa Timur menyebutkan, kasus polimorfisme mencapai sepertiga dari jumlah kasus LLA.

Selain itu, polimorfisme mengakibatkan obat-obat kemoterapi tak mempan dalam menghabisi sel-sel kanker. Dalam penelitian berjudul “Single Nucleotide Polymorphisms of Interleukin-15 is Associated with Outcomes of Childhood Acute Lymphoblastic Leukemia” yang diterbitkan di jurnal Paediatrica Indonesiana tahun 2016, Ugrasena dan tim meneliti resistensi penyakit tersebut terhadap obat metotreksat (MTX) yang digunakan dalam kemoterapi.

“Mereka nggak mempan. Jadi, pasien-pasien leukemia ini biasanya diperiksa terlebih dulu apakah ada polimorfisme.

Kalau sekarang kita tahu ada resistensi, kita ganti dengan obat lain yang sejenis,” tutur dokter kelahiran Tabanan, Bali.

Pemerintah perlu turun tangan

Pengobatan penyakit leukemia yang banyak diderita anak-anak berusia lima tahun itu bukan berarti tak kerap menemui keterbatasan. Jaminan kesehatan nasional tak mencakup pemeriksaan imunofenotipe. Pemeriksaan ini diperlukan untuk mengetahui kondisi pasien sehingga dokter bisa menentukan golongan risiko penyakit.

“Dengan pemeriksaan imunofenotipe, kita bisa menggolongkan apakah pasien termasuk high risk atau tidak. Ini menentukan terapi yang akan kita berikan,” tutur Kepala Instalasi Rawat Inap Anak RSUD Dr. Soetomo.

Pemeriksaan tersebut memakan biaya senilai Rp 1,2 juta untuk satu kali periksa. Dengan biaya pemeriksaan yang tinggi, kondisi tersebut bisa menyulitkan pasien dengan ekonomi kurang mampu.

“Kita bisa melakukan, cuma pemerintah atau rumah sakit tidak mau menyediakan karena biayanya mahal dan BPJS tidak mau

(8)

menanggung, sehingga tidak menjadi pemeriksaan rutin,” terang Ugrasena yang pernah menjadi lulusan terbaik Sekolah Pascasarjana UNAIR.

Selain persoalan pemeriksaan, keterbatasan stok obat kemoterapi juga menjadi faktor penyebab angka kesintasan anak dengan leukemia rendah. Menurut Ugrasena, ketersediaan obat tak sejalan dengan keinginan pasien untuk sembuh. Ia mengatakan ada tiga hingga empat jenis obat kemoterapi yang tidak tersedia, salah satunya jenis obat metotreksat.

“Pasien-pasien sekarang itu kebingungan. Mereka akhirnya membeli ke Malaysia karena pengin sembuh. Obat tersebut di- cover oleh BPJS Kesehatan. Hanya secara nasional, obat itu tidak bisa masuk ke Indonesia. Padahal kasusnya banyak. Jadi, kontinuitas ketersediaan obat kemoterapi tidak selalu ada.

Suatu saat obat itu ada, lain waktu obatnya habis,” tuturnya.

Ia lantas mengimbau agar pemerintah Indonesia menjamin hak-hak kesehatan warganya dengan menyediakan obat-obatan yang diperlukan agar para pasien bisa berobat secara rutin. Jika tidak, peluang angka bertahan hidup anak dengan penyakit LLA bisa menurun. (*)

Penulis : Defrina Sukma S Editor : Binti Q. Masruroh

Kuliah di Inggris Bukan Hanya Mimpi

UNAIR NEWS – Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga kedatangan penerima beasiswa Gate Cambridge

(9)

Universitas Cambridge, Vincentius Aji Jati Kusumo, Senin (29/05). Aji merupakan laki-laki kelahiran Surabaya, yang tercatat sebagai satu dari dua mahasiswa Indonesia penerima beasiswa Gate Cambridge tahun 2015.

Beasiswa bergengsi ini adalah beasiswa sumbangan dari Bill dan Melinda Gates Foundation. Mereka menyumbang sebesar AS$210 juta untuk seluruh warga di dunia, khusus untuk melanjutkan studi di Universitas Cambridge.

Dalam kesempatan sharing yang diselenggarakan di Aula Tirto, Aji memaparkan sekilas tentang pengalamannya kuliah di Inggris. Ia juga berbagi pengalaman tentang bagaimana mendaftar kuliah di Inggris, sekaligus cara mendaftar beasiswa Gate Cambridge.

Dalam kesempatan itu, Aji mendorong para mahasiswa untuk melanjutkan studi di Inggris karena minimnya orang Indonesia yang ada di sana.

Untuk mendapatkan beasiswa Gate Cambridge memang tidak mudah dan sangat kompetitif. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata IPK yang disyaratkan yaitu sebesar 3.92. Selain itu, beberapa persyaratan yang harus dipenuhi adalah berniat menambah ilmu, persiapkan proposal penelitian yang rinci dan detail, serta sertifikat IELTS dengan skor lebih dari 6.5.

“Jangan berkuliah di Inggris kalau tidak berniat menambah ilmu. Jangan pernah lakukan kalau kalian hanya ingin jalan- jalan, pamer, atau hanya ingin memperoleh gelar,” tutur alumnus Universitas Newcastle ini.

Di samping itu, poin penting yang harus benar-benar dipahami adalah persamaan visi calon penerima dengan lembaga beasiswa Gate Cambridge, yakni menunjukkan kualitas sebagai pemimpin serta komitmen memberikan manfaat bagi kehidupan orang lain dan ingkungan.

Dalam sesi tanya jawab, beberapa peserta bertanya seputar

(10)

bagaimana awalnya memulai untuk mendaftar, tips membuat proposal penelitian, penyesuaian nilai IPK, dan cara agar dapat memenuhi berbagai persyaratan yang ada.

“Kalian harus mengubah pola pikir mulai dari sekarang.

Mulailah mencoba karena hidup biasa-biasa saja itu melelahkan.

Yakinlah bahwa siapapun pasti bisa. Terkait IPK atau IELTS, itu hanya angka yang dapat kita raih. Pesan saya, beranilah mencoba,” kata Aji saat menutup sharing. (*)

Penulis : Siti Nur Umami

Editor : Binti Q. Masruroh

Memanfaatkan Bahan Pangan Liar untuk Atasi Kerawanan Pangan

UNAIR NEWS – Pada bulan Juni tahun 2016 lalu, The Economist Intelligence Unit (EIU) merilis Indeks Ketahanan Pangan Global (Global Food Security Index atau GFSI). Dalam indeks tersebut diperlihatkan posisi negara-negara di dunia berdasarkan kebijakan pangan yang diterapkan di 113 negara di dunia.

Indonesia menduduki peringkat ke-71, setelah sebelumnya menempati posisi ke-76 pada tahun 2014 dan 2015.

Ada tiga aspek utama yang digunakan dalam penilaian GFSI yaitu keterjangkauan, ketersediaan, serta kualitas dan keamanan.

Pada poin keterjangkauan, Indonesia mendapat naik dari 46,8 ke 50,3. Pada poin ketersediaan meningkat dari 51,2 ke 54,1.

Sementara pada aspek kualitas dan keamanan naik dari 41,9 ke 42. Nilai indeks yang meningkat itu membuat kebijakan pangan

(11)

Indonesia masuk dalam “biggest changes” menurut EIU.

Meski berbagai kebijakan pangan telah diterapkan pemerintah, tak berarti Indonesia lepas dari prediksi rawan pangan. Tahun 2015 lalu, sebanyak 15 persen dari 398 kabupaten di Indonesia dinilai rentan akan kerawanan pangan menurut World Food Programme.

Ahli gizi pangan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Dr. Ir. Annis Catur Adi, M.Si., berpendapat bahwa masalah ketahanan pangan bisa diatasi. Salah satunya, adalah dengan memanfaatkan bahan pangan berupa tanaman liar dan hewan.

“Menurut FAO (Food Agricultural Organization), pangan liar merupakan sumber vitamin, mineral dan zat gizi lain yang penting, yang dapat melengkapi makanan pokok kelompok rawan gizi, seperti anak-anak dan orang tua,” tutur Annis.

Bukan tanpa alasan pernyataan Organisasi Pangan Dunia diamini oleh Annis. Sebab, bahan pangan liar bisa dengan mudah ditemukan di lingkungan sekitar. Pernyataan Annis itu didasarkan pada hasil riset yang ia lakukan bersama timnya pada tahun 2014. Annis mengambil data tersebut di wilayah Bangkalan, Sampang, dan Pamekasan.

Di Kecamatan Blega, Bangkalan, Annis setidaknya menemukan 37 jenis bahan pangan dari tanaman liar. Rinciannya adalah 16 spesies pada kelompok sayur-sayuran, 14 pada kelompok buah- buahan, dan 7 pada kelompok umbi-umbian.

Pada kelompok sayur-sayuran, di antaranya ada sayuran kecipir, blunthas, daun katuk, bayam alas, bletah, blincong, dan sembukan. Pada kelompok buah-buahan, di antaranya ada rambusa, mundu, kelapa, sirsak, bengkuang, dan sanek. Sedangkan, pada kelompok umbi-umbian, di antaranya ada gadung, sobeg, talas, obih, jarud, kaburan, dan larbe.

Keuntungannya, masyarakat tak perlu khawatir dengan

(12)

ketersediaan bahan pangan dari tanaman liar ini. Memang, tak semua jenis tanaman liar selalu tersedia sepanjang tahun. Ada beberapa spesies tanaman yang selalu tumbuh sepanjang tahun, ada yang hanya tergantung musim kemarau dan hujan.

Namun, masa tumbuhnya tanaman liar tersebut saling melengkapi.

Sehingga, masyarakat bisa terus mencukupi kebutuhan dapurnya selama waktu.

Contohnya, pada kelompok sayur-sayuran. Tanaman bayam alas, kondur, sembukan, dan rakarah, tidak tumbuh pada musim kemarau. Tetapi, ada tumbuhan kecipir, klandingan, blunthas, daun katuk, dan merongkih yang tumbuh sepanjang tahun.

Berbeda lagi dengan kelompok buah-buahan. Buah kenitu, mengkudu, sirsak, bengkuang, tidak akan bisa diharapkan tumbuh pada musim hujan. Namun, masyarakat masih bisa mengkonsumsi buah srikaya, kedundung, rambusa, dan pisang pada musim hujan.

“Kami membuat kalender musiman tanaman pangan liar.

Harapannya, masyarakat bisa memiliki alternatif dan memanfaatkan tanaman pangan liar sehingga tidak khawatir kehabisan karena selama ini, mereka hanya bergantung pada bahan-bahan makanan yang dijual,” tutur Annis.

“Kami ingin mensosialisasikan kepada masyarakat bahwa ada banyak bahan pangan yang ada di sekitar kita yang bisa dimanfaatkan tanpa harus membeli,” tutur penulis penelitian berjudul “Underutilized Food Plants in Food Insecure Area of Bangkalan District and the Potential Role of Local Religious Leader for Promoting the Consumption” itu.

Potensi

Bahan pangan dari tanaman liar ini memiliki kandungan gizi yang tak bisa dipandang sebelah mata. Buktinya, daun, tunas, buah, umbi dari ketiga kelompok sayur-sayuran itu mengandung zat gizi atau bioaktif yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh.

Pada jenis umbi-umbian liar, masyarakat bisa memanfaatkannya

(13)

sebagai makanan pelengkap pokok yang menyumbang zat-zat makro, terutama potensi sumber energi dan karbohidrat yang cukup besar setelah beras.

Annis mengakui, kandungan gizi pangan liar belum banyak yang terdokumentasikan. Oleh karena itu, melalui penelitian yang ia lakukan selama dua tahun ini, ia melakukan eksplorasi informasi dengan melibatkan masyarakat setempat, dinas terkait, dan kelompok tani.

Setelah dokumentasi kandungan gizi terkumpul, pihaknya memilah mana pangan liar yang ‘layak’ untuk lebih diangkat dan dikenalkan kepada masyarakat. Sebelum itu, ia juga membuat olahan-olahan dari tanaman liar sesuai selera masyarakat.

Misalnya, membuat mi berbumbu dan kue kering berbahan daun kelor. Tujuannya, tak lain untuk membuat masyarakat tertarik memanfaatkan bahan pangan liar di kehidupan sehari-hari.

Pada tahun 2015, Annis dan mahasiswanya melakukan survei ke beberapa sekolah dasar untuk menguji makanan yang telah ia olah. Hasilnya, anak-anak sekolah dasar menyukai rasa dari makanan yang mereka buat seperti mi remas dan makanan ringan dari daun kelor.

“Kami pilih mana yang lebih potensial dari unsur gizinya, bioaktifnya dan kemudahan pengolahan, dan mana yang berpotensi untuk dibudidayakan secara massal. Dari umbi, contohnya suweg dan kentang hitam. Dari daun-daunan ada kelor. Perbedaan umbi kentang hitam dan suweg dengan pangan berbeda antara kentang hitam dan kentang biasa, namun dari sisi bioaktif kentang hitam lebih tinggi,” imbuh Annis.

Saat ini, Annis dan timnya berupaya merealisasikan impiannya untuk menjadikan bahan pangan liar sebagai bahan pangan utama, khususnya di daerah rawan pangan. Demi mematangkan tujuan tersebut, ia sedang menyiapkan bukti-bukti ilmiah untuk didiseminasikan kepada pemerintah setempat. Manfaatnya, untuk mempercepat perbaikan gizi di daerah rawan pangan, termasuk

(14)

wilayah Madura. (*)

Penulis: Defrina Sukma S.

Editor: Rio F. Rachman

FPK Gelar Lomba Jurnalistik Internal

UNAIR NEWS – Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) mengadakan lomba jurnalistik di internal mahasiswa. Event ini merupakan program lanjutan dari acara pelatihan jurnalistik penulisan berita dan fotografi yang digelar di sana pada Selasa sore, 2 Mei 2017, di ruang C-401 gedung FPK.

Salah satu dosen FPK yang menjadi penanggung jawab kegiatan Annur Ahadi Abdillah mengutarakan, baik pelatihan jurnalistik maupun lomba jurnalistik bertujuan untuk memupuk semangat dan soft skill mahasiswa di bidang tulis menulis. Mereka juga dilatih untuk dapat berkomunikasi melalui tulisan. Dalam kegiatan ini, pihak fakultas menggandeng Pusat Informasi dan Humas (PIH) UNAIR.

“Kalau bisa menulis dengan baik, prestasi dan berita-berita menarik di fakultas dapat tersiar dengan bagus di tengah khalayak,” urai dia saat diwawancara Selasa (29/5), beberapa saat setelah rekap nilai lomba rampung dilakukan.

Pelatihan jurnalistik yang digelar bisa diaplikasikan secara langsung di platform online yang sudah dimiliki fakultas.

Nantinya, para mahasiswa dapat menulis di sana apapun yang mereka anggap penting dan bagus. Dengan demikian, sense of belonging mahasiswa terhadap kampusnya dapat lebih terasah.

(15)

Ditambahkan Hadi, kadang kala, ada banyak berita menarik di fakultas. Namun, karena kurangnya semangat dan kemampuan untuk mengemasnya, informasi itu terlewat begitu saja. Melalui dua event yang digelar secara berurutan ini, mahasiswa diharapkan lebih termotivasi untuk berekspresi di ranah kepenulisan dan fotografi.

Adapun pemenang lomba jurnalistik, yang merupakan hasil akumulasi nilai penulisan berita dan fotografi, adalah Monica P, Naufal Shofwan Winandi, Tisa Ayu, Fatimatus Azuhro, Ardiani Putri Rahayu, dan Riza N A. Mereka masing-masing mendapat hadiah menarik dari fakultas.

Salah satu peserta pelatihan dan lomba bernama Zulkifli Ghazali menuturkan, dirinya senang mendapat wawasan baru di dunia tulis-menulis. “Mudah-mudahan bisa langsung praktek secara rutin. Ini juga bekal pengetahuan selain wawasan akademik yang saya dapatkan sehari-hari,” kata dia. (*)

FKG-RS Mata Undaan Kembangkan Pembuatan Mata Palsu

UNAIR NEWS – Dalam rangka meningkatkan mutu belajar mengajar dan pengembangan pembuatan mata palsu, pimpinan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga dan Rumah Sakit Mata Undaan Surabaya melaksanakan penandatanganan nota kesepakatan Memorandum of Agreement (MoA). Penandatanganan MoA dilakukan oleh Dekan FKG UNAIR Dr. R. Darmawan Setijanto, drg., M.Kes dan Dr. Soejarno, SP.M (K) pelaksana tugas RS.

Mata Undaan Surabaya, Senin (29/5) di ruang sidang dekan FKG UNAIR.

(16)

Penandatanganan MoA disaksikan oleh dekanat FKG, 13 Ketua Departemen, 10 KPS dan Wakil Direktur pelayanan RS. Mata Undaan Surabaya Dr. Soejarno, SP.M (K). Dalam sambutannya, Soejarno mengatakan bahwa terjalinnya kerjasama ini agar dapat menjadi solusi bagi permasalahan yang selama ini dialami oleh pihak RS. Mata Undaan Surabaya.

“Kami sangat berharap nantinya pengembangan protase (bahan) pembuatan mata palsu bisa lebih baik, karena selama ini kami menggunakan bahan akrilik,” jelasnya. “Sehingga ketika dipasangkan ke bagian tubuh lama-kelamaan akan mengalami iritasi,” imbuhnya.

Senada dengan hal itu, Darmawan mengatakan bahwa selain untuk meningkatkan mutu belajar mengajar di FKG UNAIR, kerjasama ini juga merupakan bentuk pengembangan pada bidang spesialis yakni pengembangan pembuatan mata palsu.

“Di FKG UNAIR itu ada Departemen Prostodonsia yang ada hubungannya dengan pembuatan mata palsu, gigi palsu atau yang lainnya dan juga menjadi salah satu syarat mahasiswa FKG lulus adalah membuat mata palsu,” terangnya.

Darmawan juga berharap bahwa dari bentuk akhir kerjasama ini adalah pelayanan pada masyarakat secara maksimal.

“Saya berharap kerja sama ini nantinya juga bermanfaat dimasyarakat,” tandasnya.

Penulis: Akhmad janni Editor: Nuri Hermawan

(17)

Kertas Gedog asal Ponorogo yang Mulai Dilirik Bangsa Asing

UNAIR NEWS – Melestarikan budaya dan menjaganya agar tetap menjadi identitas Nusantara adalah tugas bangsa Indonesia.

Terlebih, bagi pemuda yang masih memiliki semangat serta jiwa patriotisme yang tinggi. Tidak mau kalah dengan pemuda lainnya, mahasisiwa Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga, peminatan Filologi, Minggu (21/5), mengadakan Praktik Kuliah Lapangan (PKL) di Desa Tegalsari, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo. Mereka ingin mempelajari khasanah budaya yang masih nampak di Jawa Timur yakni pembuatan kertas gedog.

Di Desa ini, tradisi pebuatan kertas gedog masih dengan sistem swadaya. Dalam artian, tidak ada lembaga yang menaungi.

Menurut penuturan dari Cipto, selaku pihak yang masih melestarikan kebudayaan dari eyangnya, pembuatan kertas gedog ini sudah dimulai sejak tahun 1900-an. Eyangnya, Kyai Jaelani asal Tegalsari, ialah orang pertama yang mencetuskan ide pembuatan kertas daluang (gedog) dengan bahan dasar kulit pohon glugu.

“Pembuatan kertas gedog ini cukup mudah, yaitu hanya dengan mengambil kulit pohon glugu dengan ukuran lebar sesuai keinginan, lalu direndam semalaman. Setelah itu, kulit pohon ditumbuk pakai alat sampai benar-benar pipih. Penjemurannya diletakkan di atas gedebog pisang agar hasilnya halus,” tutur Cipto menjelaskan proses pembuatan kertas gedog.

PKL ini telah menjadi agenda tahunan mahasiswa Sastra Indonesia yang mengambil mata kuliah Preservasi Naskah.

Menurut Dr. Trisna Kumala Satya Dewi, M.S sebagai pengampu mata kuliah, kegiatan semacam ini sangat bermanfaat bagi

(18)

mahasiswa sebagai generasi muda yang memiliki peran aktif menjaga kelestarian budaya di Nusantara.

Pihak Asing

Kepada UNAIR NEWS Trisna menuturkan, telah ada pihak asing yang mencoba merayu Cipto sebagai pewaris kertas gedog, untuk menyerahkan beberapa naskah kuno peninggalan Kyai Jaelani yang kini di rawat di Tegalsari. Berbagai bujukan dengan imbalan besar sudah dilakukan.

Demi mendapatkan informasi yang lebih lengkap, Cipto juga memberikan penegasan dari penyampaian Trisna. Ia membenarkan bahwa salah satu yayasan pencinta manuskrip asal Jepang telah mengirimkan utusannya untuk mendatangi Cipto di kediamannya.

Bahkan, beberapa manuskrip miliknya sempat ingin diganti dengan sebuah mobil.

“Saya pernah dirayu sama utusan Jepang. Katanya saya mau dibelikan mobil dengan menukar satu naskah ini,” tandas Cipto.

Melihat fenomena ini, maka sangat penting bagi mahasiswa untuk mengetahui bahwa Jawa Timur memiliki tradisi pembuatan kertas daluang, dan tradisi itu merupakan asli Indonesia.

Trisna juga sangat menyayangkan jika pembuatan kertas saat ini masih dengan cara swadaya. Padahal jika pembuatan ini dinaungi oleh sebuah instansi, tentu kekuatan untuk menjaga tradisi akan lebih besar jika dibandingkan dengan sistem swadaya.

Terlebih, alat pemukul pembuatan kertas gedog yang dimiliki Cipto hanya terdapat satu set saja. Ditambah, Cipto kurang memahami cara administrasi untuk mengajukan bantuan kepada instansi kebudayaan terkait sumbangan alat pemukul pembuatan kertas itu.

“Saya mengharapkan proses pembuatan kertas ini dapat dibantu serta dilindungi oleh pemerintah, agar generasi kita lebih mudah dalam mempelajari tradisi ini,” tutur Trisna.

(19)

Ada keterkaitan antara penuturan Cipto dengan pihak Museum Radya Pustaka, Surakarta. Selain mendatangi Cipto secara personal, pihak asing telah mendatangi museum bagian penyimpanan manuskrip. Keahliannya dalam memperkirakan umur naskah tidak dapat diragukan lagi. Pimpinan Yayasan Pecinta Manuskrip Jepang, Prof. Sakamoto, dapat membaca umur naskah hanya dengan meraba dan melihat garis kertas naskah.

“Apabila dibiarkan seperti ini, kita sebagai pemilik asli kertas daluang akan ketinggalan jauh dan bisa-bisa daluang dikuasai oleh Jepang,” tandas Trisna.

Kegiatan PKL ini diharapan dapat menumbuhkan rasa kepemilikan dalam jiwa mahasiswa Sastra Indonesia, bahwa kertas daluang harus dilestarikan dan dapat dipatenkan sebagai warisan Nusantara. (*)

Penulis : Ainul Fitriyah

Editor : Binti Q. Masruroh

Isi Malam Penuh Berkah dengan Lailatul Qiraah

UNAIR NEWS – Tahun 2017 Masjid Ulul Azmi yang berada di lingkungan kampus C Universitas Airlangga genap berusia satu tahun. Gebyar dan semarak peringatan milad 1 tahun Masjid yang didirikan atas inisiasi Ikatan Alumni Universitas Airlangga (IKA-UA) tersebut berlangsung dari sebelum puasa hingga memasuki bulan Ramadan.

Tercatat semarak milad pertama Masjid Ulul Azmi diisi dengan berbagai acara, mulai donor darah, semarak malam penuh

(20)

salawat, bazar buku, tabligh akbar, hingga peringatan Lailatul Qiraah yang dilangsungkan usai salat tarawih malam kedua Ramadan, Sabtu (27/5).

Pada gelaran malam yang penuh dengan senandung kalam suci Alquran tersebut, Afri Andiarto S.M., selaku remaja masjid menuturkan bahwa kegiatan Lailatul Qiraah merupakan kegiatan perdana yang dilakukan UNAIR. Selain itu, Afri juga menyampaikan bahwa beberapa penampilan pembacaan qiraah dilakukan oleh mahasiswa UNAIR yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiwa Seni Religi (UKM-SR)

“Kami juga memohon doanya kepada semua hadirin di sini, bahwa beberapa mahasiswa yang tampil ini bakal menjadi kafilah UNAIR pada gelaran MTQ nasional di Malang,” papar Afri yang juga pembinan UKM-SR.

Hadir pula di tengah para jamaah, Wakil Rektor III UNAIR Prof.

Mochammad Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D. Dalam sambutnya, Amin mengutip hadis Nabi Muhammad tentang pahala orang yang memberikan contoh kebaikan akan sama dengan orang yang melakukan perbuatan atas contoh yang diberikan. Selain itu, Amin juga sedikit menyinggung berbagai permasalahan pergerakan mahasiswa yang kerap ditunggangi berbagai kepentingan politik praktis. Amin juga mengajak kepada para jamaah agar mengisi ibadah di bulan Ramadan dengan semaksimal mungkin.

“Ramadan ini kesempatan kita untuk beramal. Karena saya yakin selama hidup kita, laku amal untuk dunia lebih banyak dibandingkan dengan amal akhirat. Maka syukur alhamdulillah Allah kasih bulan Ramadhan untuk mengimbangi umur kita yang tidak lama ini,” pungkasnya.

Penulis: Nuri Hermawan

(21)

Produk-Produk Aplikatif Dr drg Ernie Maduratna

UNAIR NEWS – Salah satu dosen kaya prestasi dari FKG UNAIR adalah Dr. Ernie Maduratna Setiawatie, drg., M.Kes., Sp.Perio.

Perempuan kelahiran Malang yang biasa disapa Ernie ini telah menghasilkan banyak produk yang dipatenkan.

Produk yang telah dipatenkan itu adalah Antimicrobial Topical:

Tetracycline Gel (gel tetrasiklin dari antimikroba lokal), M i n o c y c l i n e M o u t h W a s h ( o b a t k u m u r u n t u k m e n c e g a h periodontitis), dan Periobrush (sikat gigi untuk mendeteksi dini radang gusi). Ada pula Nigela Sativa Mouth Wash (obat kumur antibakteri, antiinflamasi, dan antioksidan), Photosensitizer Ekstrak Moringa (sensitizer untuk terapi fotodinamik pada kasus radang gusi), Hyaluronic Acid Gel (terapi pascaoperasi pemasangan implan dan pencegahan resesi gusi), dan Periodontal Tissue Engineering (terapi gigi goyang dan dental implant).

Dia pun mengembangkan produk alami dari bahan gigi sapi yang dapat ditumbuhkan pada manusia, untuk keperluan tandur tulang atau bonegrafting. Yang jelas, produk Ernie bakal lebih aplikatif, aman, dan terjangkau dibandingkan pabrikan luar negeri.

(22)

Referensi

Dokumen terkait

Indikator penilaian soal dengan presentase tertinggi terdapat pada indikator 1, yaitu indikator mengidentifkasi masalah yaitu mencapai presentase sebesar 62,5%,

Kedua, dampak terhadap pendidikan anak, dengan bekerja dapat memberikan dampak yang buruk terhadap pendidikan anak yaitu dengan bekerja anak menjadi tidak ingin

Sebagai contoh adalah penggunaan frekuensi radio penerbangan di Pulau Sumatera (seperti ditunjukkan Gambar 2.4) [15], hal ini menunjukkan bahwa di bandar udara MKB

sumber dan penggunaan dana harus sama dengan kenaikan atau penurunan kas pada laporan perubahan neraca.  Laba ditahan tidak

(1) Berdasarkan pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2), Direktur Jenderal Perbendaharaan mengajukan permintaan penyediaan dana untuk pos Belanja Pensiun,

Dengan basis pengetahuan dan kemampuan untuk menarik kesimpulan menggunakan inferensi, komputer dapat disejajarkan sebagai alat bantu yang dapat digunakan secara praktis

Simpulan dalam penelitian adalah terdapat hubungan kebiasaan buruk pada rongga mulut terhadap angka kejadian maloklusi pada siswa SDN 19 Pemecutan.. Kata kunci