• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Penelitian Hewan Coba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Penelitian Hewan Coba"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1 | P a g e BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan berdasarkan kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan dari subjek terkait, dengan pemahaman teori dan pembuktian asumsi dan/atau hipotesis. Hasil yang didapat merupakan kesimpulan yang dapat diaplikasikan atau menjadi tambahan pengetahuan bagi kemajuan ilmu pengetahuan. Walaupun demikian, kegiatan penelitian harus tetap menghormati hak dan martabat subjek penelitian.

Penelitian kesehatan meliputi penelitian biomedik, epidemiologi, sosial, serta perilaku. Sebagian penelitian kesehatan dapat dilakukan secara in vitro, memakai model matematik, atau simulasi komputer. Jika hasil penelitian akan dimanfaatkan untuk manusia, diperlukan penelitian lanjutan dengan menggunakan bahan hidup (in vivo) seperti galur sel dan biakan jaringan. Walaupun demikian, untuk mengamati, mempelajari, dan menyimpulkan seluruh kejadian pada mahluk hidup secara utuh diperlukan hewan percobaan karena hewan percobaan mempunyai nilai pada setiap bagian tubuh dan terdapat interaksi antara bagian tubuh tersebut. Hewan percobaan dalam penelitian disebut sebagai semi final test tube.

Penelitian di bidang ilmu dasar dan biomedika dalam pelaksanaannya seringkali menimbulkan berbagai masalah etika. Demikian juga penggunaan hewan dalam pendidikan atau pengajaran seperti praktikum dan demonstrasi yang digunakan dalam ilmu dasar, pertanian, perikanan, peternakan dan biomedik, harus memenuhi kaidah kesejahteraan hewan. Suatu penelitian yang dilakukan pada obyek hewan, meskipun dirancang dengan cermat dan teliti, akan tetap memiliki resiko terhadap hewan sebagai obyek yang diteliti. Resiko semacam ini harus tetap diperhitungkan bukan berdasarkan kepentingan peneliti atau institusi

(2)

2 | P a g e peneliti semata, tetapi berdasarkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi hewan yang diteliti dan sumbangsihnya terhadap ilmu pengetahuan.

Eksploitasi hewan coba dalam pelaksanaan penelitian telah menimbulkan berbagai macam reaksi di masyarakat khususnya kalangan peneliti serta masyarakat penyayang binatang. Hal ini dapat menimbulkan implikasi etik, hukum dan sosial budaya. Banyak argumen yang diberikan, yang pada dasarnya manusia tidak dibenarkan menggunakan hewan dalam percobaan yang dapat menimbulkan rasa nyeri dan perasaan tidak nyaman bagi hewan tersebut. Oleh karena itu, dianjurkan untuk menghindari penggunaan hewan sebagai obyek dalam penelitian, bila mungkin mengganti obyek dengan kultur organ, jaringan atau sel atau setidaknya mengurangi jumlah hewan yang digunakan. Maka dalam hal ini bioetika dimaknai sebagai pengertian yang mencakup dimensi-dimensi etika, hukum, sosial dan budaya, ilmu-ilmu hayati dan juga teknologi terkait.

Jika menggunakan hewan coba maka peneliti harus mempertimbangkan sejak dini dalam perancangan penelitiannya agar mematuhi peraturan yang berlaku dan mendapatkan persetujuan dari komisi etika riset yang terkait.

1.2 Tujuan Penulisan 1.2.1 Tujuan Umum

Penulisan makalah ini bertujuan untuk lebih memahami mengenai etika penelitian pada hewan coba.

1.2.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari makalah ini adalah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi definisi hewan coba.

b. Mengidentifikasi etika pemanfaat hewan coba pada penelitian. c. Mengidentifikasi syarat penelitian dengan hewan coba.

d. Mengidentifikasi prinsip dasar etika penelitian hewan coba. e. Mengidentifikasi dasar hukum penelitian pada hewan coba.

f. Mengidentifikasi pembahasan mengenai etika penelitian dengan menggunakan hewan coba.

(3)

3 | P a g e 1.3 Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan makalah ini untuk menambah pengetahuan penulis dan para peneliti mengenai etika dan hukum penelitian pada hewan coba.

(4)

4 | P a g e BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hewan Coba

Hewan percobaan adalah setiap hewan yang dipergunakan pada sebuah penelitian biologis dan biomedis yang dipilih berdasarkan syarat atau standar dasar yang diperlukan dalam penelitian tersebut.

Bahan uji (obat) yang ditujukan untuk penggunaan pada manusia, perlu diteliti dengan menyertakan subjek manusia sebagai final test tube. Relawan manusia secara etis boleh diikutsertakan jika bahan yang akan diuji telah lolos pengujian di laboratorium secara tuntas, dilanjutkan dengan menggunakan hewan percobaan untuk kelayakan dan keamanannya.

Dalam menggunakan hewan percobaan untuk penelitian diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai berbagai aspek tentang sarana biologis, dalam hal penggunaan hewan percobaan laboratorium. Pengelolaan hewan percobaan diawali dengan pengadaan hewan, meliputi pemilihan dan seleksi jenis hewan yang cocok terhadap materi penelitian. Pengelolaan dilanjutkan dengan perawatan dan pemeliharaan hewan selama penelitian berlangsung, pengumpulan data, sampai akhirnya dilakukan terminasi hewan percobaan dalam penelitian.

Rustiawan (1990) menguraikan beberapa alasan mengapa hewan percobaan tetap diperlukan dalam penelitian khususnya di bidang kesehatan, pangan dan gizi antara lain:

a. Keragaman dari subjek penelitian dapat diminimalisasi, b. Variabel penelitian lebih mudah dikontrol,

c. Daur hidup relatif pendek sehingga dapat dilakukan penelitian yang bersifat multigenerasi,

d. Pemilihan jenis hewan dapat disesuaikan dengan kepekaan hewan terhadap materi penelitian yang dilakukan,

e. Biaya relatif murah,

(5)

5 | P a g e g. Mendapatkan informasi lebih mendalam dari penelitian yang dilakukan

karena kita dapat membuat sediaan biologi dari organ hewan yang digunakan,

h. Memperoleh data maksimum untuk keperluan penelitian simulasi, dan i. Dapat digunakan untuk uji keamanan, diagnostik dan toksisitas.

2.2 Etika Pemanfaat Hewan Coba

Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian akan mengalami penderitaan, yaitu:ketidaknyamanan, ketidaksenangan, kesusahan, rasa nyeri, dan terkadang berakhir dengan kematian. Berdasarkan hal tersebut, hewan yang dikobankan dalam penelitian yang hasilnya dapat dimanfaatkan oleh manusia patut dihormati, mendapat perlakuan yang manusiawi, dipelihara dengan baik, dan diusahakan agar bisa disesuaikan pola kehidupannya seperti di alam. Peneliti yang akan memanfaatkan hewan percobaan pada penelitian kesehatan harus mengkaji kelayakan dan alasan pemanfaatan hewan dengan mempertimbangkan penderitaan yang akan dialami oleh hewan percobaan dan manfaat yang akan diperoleh untuk manusia.

2.3 Syarat Penelitian dengan Hewan Coba

Penelitian kesehatan dengan menggunakan hewan percobaan secara etis hanya dapat dipertanggungjawabkan, jika:

a. Tujuan penelitian dinilai cukup bermanfaat.

b. Desain penelitian dapat menjamin bahwa penelitian akan mencapai tujuannya.

c. Tujuan penelitian tidak dapat dicapai dengan menggunakan subjek atau prosedur alternatif.

d. Manfaat yang akan diperoleh jauh lebih berarti dibandingkan dengan penderitaan yang dialami hewan percobaan.

(6)

6 | P a g e Penelitian dengan hewan coba haruslah:

a. Untuk kemajuan pengetahuan biologi dan pengembangan cara-cara lebih baik dalam melindungi kesehatan dan kesejahteraan mausia, diperlukan percobaan pada berbagai spesies hewan yang utuh. Ini dilakukan setelah pertimbangan yang seksama karena jika layak, harus digunakan metode seperti model matematika, simulasi komputer, dan sistem in vitro.

b. Hewan yang dipilih untuk penelitian harus sesuai spesies dan mutunya, serta jumlahnya hendaknya sekecil mungkin, namun hasil penelitiannya absah secara ilmiah.

c. Peneliti dan tenaga kerja lainnya harus memperlakukan hewan percobaan sebagai makhluk perasa, memperhatikan pemeliharaan dan pemanfaatannya, serta memahami cara mengurangi penderitaannya.

d. Peneliti harus menganggap bahwa prosedur yang menimbulkan rasa nyeri pada spesies bertulang belakang termasuk primata.

e. Pada akhir penelitian bahkan pada waktu dilakukan percobaan, hewan yang menderita nyeri hebat atau terus menerus atau menjadi cacat yag tidak dapat dihilangkan harus dimatikan tanpa rasa nyeri.

f. Hewan yang akan dimanfaatkan untuk penelitian hendaknya dipelihara dengan baik, termasuk kandang, makanan, air minum, transportasi, dan cara menanganinya sesuai tingkah laku dan kebutuhan tiap spesies.

g. Pimpinan lembaga yang memanfaatkan hewan percobaan bertanggung jawab penuh atas segala hal yang tidak mengikuti efek pemanfaatan hewan percobaan di lembaganya. Sebaliknya pimpinan wajib menjaga keselamatan dan kesehatan para pegelola, dengan cara:

1) Pemeriksaan kesehatan setiap tahun sekali dan memberikan imunisasi terhadap penyakit-penyakit yang mungkin ditularkan akibat pekerjaannya 2) Menyediakan alat pelindung seperti masker, sarung tangan, sepatu karet/pelindung sepatu, tutup kepala, pelindung mata, dan jas laboratorium.

(7)

7 | P a g e 3) Meyediakan fasilitas fisik baik ruangan maupun peralatan yang

memenuhi persyaratan keamanan kerja dan ergonomi sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan

4) Penanganan limbah yang baik dan benar untuk mencegah terjadinya pencemaran

2.4 Prinsip Dasar Etika Penelitian Hewan Coba

Dalam pelaksanan penelitian, peneliti harus membuat dan menyesuaikan protokol dengan standar yang berlaku secara ilmiah dan etik penelitian kesehatan. Etik penelitian kesehatan secara umum tercantum dalam World Medical Association, yaitu: respect (menghormati hak dan martabat makhluk hidup, kebebasan memilih dan berkeinginan, serta bertanggung jawab terhadap dirinya, termasuk di dalamnya hewan coba), beneficiary (bermanfaat bagi manusia dan makhluk lain, manfaat yang didapatkan harus lebih besar dibandingkan dengan risiko yang diterima), dan justice (bersikap adil dalam memanfaatkan hewan percobaan). Contoh sikap tidak adil, antara lain: hewan disuntik/ dibedah berulang untuk menghemat jumlah hewan, memakai obat euthanasia yang menimbulkan rasa nyeri karena harga yang lebih murah.

Ilmuwan penelitian kesehatan yang menggunakan model hewan menyepakati bahwa hewan coba yang menderita dan mati untuk kepentingan manusia perlu dijamin kesejahteraannya dan diperlakukan secara manusiawi. Dalam penelitian kesehatan yang memanfaatkan hewan coba, juga harus diterapkan prinsip 3 R dalam protokol penelitian, yaitu: replacement, reduction, dan refinement. Replacement adalah keperluan memanfaatkan hewan percobaan sudah diperhitungkan secara seksama, baik dari pengalaman terdahulu maupun literatur untuk menjawab pertanyaan penelitian dan tidak dapat digantikan oleh mahluk hidup lain seperti sel atau biakan jaringan. Replacement terbagi menjadi dua bagian, yaitu: relatif (mengganti hewan percobaan dengan memakai organ/jaringan hewan dari rumah potong, hewan dari ordo lebih rendah) dan absolut (mengganti hewan percobaan dengan kultur sel, jaringan, atau program komputer).

(8)

8 | P a g e Reduction diartikan sebagai pemanfaatan hewan dalam penelitian sesedikit mungkin, tetapi tetap mendapatkan hasil yang optimal. Jumlah minimum biasa dihitung menggunakan rumus Frederer yaitu (n-1) (t-1) >15, dengan n adalah jumlah hewan yang diperlukan dan t adalah jumlah kelompok perlakuan. Kelemahan dari rumus itu adalah semakin sedikit kelompok penelitian, semakin banyak jumlah hewan yang diperlukan, serta sebaliknya. Untuk mengatasinya, diperlukan penggunaan desain statistik yang tepat agar didapatkan hasil penelitian yang sahih.

Refinement adalah memperlakukan hewan percobaan secara manusiawi (humane), memelihara hewan dengan baik, tidak menyakiti hewan, serta meminimalisasi perlakuan yang menyakitkan sehingga menjamin kesejahteraan hewan coba sampai akhir penelitian. Pada dasarnya prinsip refinement berarti membebaskan hewan coba dari beberapa kondisi. Yang pertama adalah bebas dari rasa lapar dan haus, dengan memberikan akses makanan dan air minum yang sesuai dengan jumlah yang memadai baik jumlah dan komposisi nutrisi untuk kesehatannya. Makanan dan air minum memadai dari kualitas, dibuktikan melalui analisa proximate makanan, analisis mutu air minum, dan uji kontaminasi secara berkala. Analisis pakan hewan untuk mendapatkan komposisi pakan, menggunakan metode standar. Kedua, hewan percobaan bebas dari ketidak-nyamanan, disediakan lingkungan bersih dan paling sesuai dengan biologi hewan percobaan yang dipilih, dengan perhatian terhadap: siklus cahaya, suhu, kelembaban lingkungan, dan fasilitas fisik seperti ukuran kandang untuk kebebasan bergerak, kebiasaan hewan untuk mengelompok atau menyendiri. Berikutnya, hewan coba harus bebas dari nyeri dan penyakit dengan menjalankan program kesehatan, pencegahan, dan pemantauan, serta pengobatan tehadap hewan percobaan jika diperlukan. Penyakit dapat diobati dengan catatan tidak mengganggu penelitian yang sedang dijalankan. Bebas dari nyeri diusahakan dengan memilih prosedur yang meminimalisasi nyeri saat melakukan tindakan invasif, yaitu dengan menggunakan analgesia dan anesthesia ketika diperlukan. Euthanasia dilakukan dengan metode yang manusiawi oleh orang yang terlatih untuk meminimalisasi atau bahkan meniadakan penderitaan hewan coba.

(9)

9 | P a g e Hewan juga harus bebas dari ketakutan dan stress jangka panjang, dengan menciptakan lingkungan yang dapat mencegah stress, misalnya memberikan masa adaptasi/aklimatisasi, memberikan latihan prosedur penelitian untuk hewan. Semua prosedur dilakukan oleh tenaga yang kompeten, terlatih, dan berpengalaman dalam merawat/memperlakukan hewan percobaan untuk meminimalisasi stres. Hewan diperbolehkan mengekspresikan tingkah laku alami dengan memberikan ruang dan fasilitas yang sesuai dengan kehidupan biologi dan tingkah laku spesies hewan percobaan. Hal tersebut dilakukan dengan memberikan sarana untuk kontak sosial (bagi spesies yang bersifat sosial), termasuk kontak sosial dengan peneliti; menempatkan hewan dalam kandang secara individual, berpasangan atau berkelompok; memberikan kesempatan dan kebebasan untuk berlari dan bermain.

Di dalam protokol penelitian harus dijelaskan secara rinci berbagai hal berikut: pemilihan, strain, asal hewan, aklimatisasi, pemeliharaan, tindakan yang direncanakan, (termasuk tindakan untuk meringankan/mengurangi rasa nyeri dan meniadakan penderitaan hewan), pihak yang bertanggung jawab terhadap perawatan hewan, dan cara menewaskan, serta cara membuang kadaver. Uraian perlakuan pada hewan percobaan dapat dianalogikan sebagai informed consent bagi hewan dan menjadi penilaian dalam etika penelitian yang menggunakan hewan coba.

2.4.1 Dasar Falsafah

Penggunaan hewan untuk tujuan pengembangan ilmu melalui proses pembelajaran (praktikum, demonstrasi) dan penelitian masih menjadi issue yang belum mendapatkan tanggapan secara scientific. Maka sudah seharusnya dipikirkan langkah yang baik untuk mengurangi penggunaan hewan dalam proses pengajaran dan penelitian, misalnya melalui:

a. menggunakan metode lain untuk menggantikan hewan b. meminimalkan jumlah dan jenis hewan yang dipakai c. meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan

Hal ini mengingat bahwa selama ini masalah etik penelitian khususnya yang menggunakan hewan pada awalnya merupakan tanggung jawab masing-masing

(10)

10 | P a g e peneliti, akan tetapi seiring dengan kemajuan penelitian di bidang ilmu dasar, pertanian, peternakan, perikanan, biomedik dan kedokteran maka implikasi etik, hukum dan sosial budaya semakin menonjol. Kegiatan penelitian sangat dipengaruhi proses globalisasi sehingga permasalahan etik penelitian menjadi issue yang terus berkembang.

Dokumen internasional mengenai etik penelitian yang mengikutsertakan hewan sebagai subyek telah banyak digunakan di banyak negara dalam enyelenggarakan dan mengatur kegiatan penelitian. Dokumen tersebut antara lain:

a. Guide for The Care and Use Laboratory Animals, Edisi 8, tahun 2011 b. Helsinki Declaration, World Medical Association Declaration of Helsinki.

Ethical Principles for Medical Research Involving Human Subjects. Bulletin of the World Health Organization 79 (4), tahun 2001.

c. World Health Organization Operational Guidelines for ethical committees that review biomedical research. Geneva: World Health Organization, tahun 2000.

d. Universal Declaration for The Welfare of Animals, tahun 2003.

e. International Guidelines for Biomedical Research Involving Human Subjects, tahun 2002

f. Guidelines of the care and use of Animals of Scientific purposes, National Advisory Committee Laboratory Animal Research, tahun 2004

g. Guide for The Care and Use of Agricultural Animals in Research and Teaching. Federation of Animal Science Societies Third Edition, January 2010.

h. Institutional Animal Care and Use Committee Guidebook, OLAW 2nd edition, 2002.

Isi dokumen-dokumen tersebut pada dasarnya berisi hal-hal sebagai berikut: a. Hanya hewan yang diperoleh secara legal yang boleh digunakan sebagai

(11)

11 | P a g e b. Hewan coba di dalam laboratorium harus diperhatikan kenyamanan

fisiknya, diperlakukan dengan baik termasuk pemberian makanan yang memadai.

c. Anesthesi/pembiusan yang memadai harus dilakukan untuk menghilangkan rasa nyeri selama tindakan operatif. Bila penelitian diperlukan lagi setelah lepas anesthesi, harus digunakan cara yang baik untuk mengurangi rasa sakit menjadi sekecil mungkin.

d. Perawatan pasca operasi terhadap hewan coba hendaknya sedemikian rupa sehingga mengurangi rasa tidak nyaman dan rasa nyeri.

e. Bila hewan coba tersebut digunakan pembelajaran, tindakan tersebut harus dilakukan di bawah supervisi langsung oleh komisi pembimbing atau oleh dokter hewan yang berpengalaman. Peraturan untuk pemeliharaan hewan berlaku juga terhadap hewan coba untuk penelitian.

Dokumen internasional tersebut di atas digunakan sebagai acuan yang akan dilengkapi Kode Etik Dokter Hewan Indonesia, serta peraturan perundang-undangan Republik Indonesia seperti Undang-undang Republik Indonesia no. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan di mana di dalamnya terdapat pasal-pasal (Bab VI Pasal 66, Bab VII Pasal 71, Pasal 74), yang telah memberikan rambu-rambu kepada dokter hewan sebagai peneliti, sehingga penelitian tidak merugikan hewan.

2.4.2 Justifikasi

Kegiatan penelitian maupun pengajaran yang menggunakan hewan harus dapat dipertanggungjawabkan kepentingannya dari hasil dan manfaat dengan mengutamakan kesejahteraan hewannya , misalnya:

a. Dosen atau asisten yang membimbing praktikum paham tentang penanganan hewan. Tanggung jawab untuk kondisi di mana hewan dipelihara, di dalam proses pembelajaran, berada di bawah dosen/asisten yang menjadi Penanggung Jawab Mata Kuliah. Hewan harus dirawat secara manusiawi dan dalam kondisi yang menyehatkan selama dipelihara.

(12)

12 | P a g e b. Praktikum sebaiknya dilaksanakan dengan tujuan ilmiah yang jelas untuk

mendapatkan informasi yang signifikan untuk menjelaskan keterkaitan secara invivo dengan manusia ataupun hewan.

c. Meningkatkan pengetahuan tentang proses yang mendasari evolusi, perkembangan, pemeliharaan, perubahan, kontrol, atau signifikansi perilaku biologis.

d. Memperbaiki manajemen dan produksi hewan. e. Mencapai tujuan pembelajaran.

Penelitian yang mengikutsertakan hewan harus diatur dan memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Penelitian yang akan diusulkan sebaiknya dilaksanakan dengan tujuan ilmiah yang jelas.

b. Penelitian yang akan diusulkan bukan merupakan pengulangan dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

c. Penelitian yang sedang diusulkan harus dapat menerangkan pentingnya penggunaan hewan secara minimal.

d. Spesies yang dipilih untuk studi sebaiknya sesuai untuk menjawab pertanyaan yang mungkin diajukan. Sebaiknya selalu mempertimbangkan kemungkinan penggunaan spesies lain dari ordo yang lebih rendah, alternatif non hewan, atau prosedur yang meminimalkan jumlah hewan coba, dan harus mengetahui pustaka yang sesuai.

e. Menyediakan hasil-hasil yang menguntungkan bagi kesehatan atau kesejahteraan manusia atau hewan lainnya.

f. Menyediakan fasilitas perkandangan dan hidup hewan sesuai aturan yang ada. g. Tanggung jawab untuk kondisi tempat hewan dipelihara, di dalam maupun di luar konteks eksperimen aktif atau proses pembelajaran, berada di tangan peneliti di bawah supervisi Komisi Etik Hewan IPB dan/atau individu yang ditunjuk. Hewan harus dirawat secara manusiawi dan dalam kondisi yang menyehatkan selama dipelihara.

h. Spesies atau taxa yang langka hanya bisa digunakan dengan aturan ketat untuk mendapat ijin dan kepentingan etik.

(13)

13 | P a g e i. Semua prosedur yang dilakukan pada hewan harus dievaluasi oleh Komisi

Etik Hewan IPB untuk memastikan bahwa prosedur yang dipakai sesuai dan manusiawi. Semua prosedur yang digunakan untuk penanganan hewan coba selama penelitian harus tertulis jelas dalam proposal (penggunaan bahan kimiawi, dosis, cara pengorbanan, dan kelangsungan hidup hewan pasca penelitian).

2.5 Dasar Hukum Penelitian pada Hewan Coba

UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan pasal 69 ayat 1 yang berbunyi: “Penelitian dan pengembangan kesehatan dilaksanakan untuk memilih dan menetapkan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna yang diperlukan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan”. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 44 ayat 4 yang berbunyi: “Penelitian terhadap hewan harus dijamin untuk melindungi kelestarian hewan tersebut serta mencegah dampak buruk yang tidak langsung bagi kesehatan manusia.”

Penjelasan:

Hewan percobaan harus dipilih dengan mengutamakan hewan dengan sensitivitas neurofisiologik yang paling rendah (nonsentient organism) dan hewan yang paling rendah pada skala evolusi. Keberhati-hatian (caution) yang wajar harus diterapkan pada penelitian yang dapat mempengaruhi lingkungan dan kesehatan hewan yang digunakan dalam penelitian harus dihormati.

(14)

14 | P a g e BAB III

PEMBAHASAN

Sampai saat ini penelitian dengan menggunakan hewan coba, juga telah menghasilkan kontribusi yang sangat banyak dalam pemahaman konsep biologis, juga terhadap kepentingan kemaslahatan manusia itu sendiri, misalnya untuk perlakuan terhadap pencegahan penyakit, pengobatan penyakit, namun masih ada beberapa pertanyaan yang patut mendapat perhatian dalam penanganan obyek yang dipakai yakni penggunaan hewan coba. Misalnya adakah tindakan yang menyakiti. Apakah dalam memperlakukan objek telah dilakukan pembekalan dan pemahaman penanganannya dengan baik dan benar? Peneliti biasanya menyetujui prinsip pelaksanaan penelitian menggunakan hewan apabila ada jaminan bahwa hewan tersebut akan seminimum mungkin mengalami penderitaan dan semangat pengembangan ke arah penggunaan hewan dari filogenetik yang lebih rendah maupun penggantian hewan menggunakan sistem non-hewan dapat ditunjukkan. Russell dan Burch (1959) pertama kali menggulirkan ide tentang penggunaan hewan dalam penelitian yang diharapkan mengikuti kaidah 3 R (The “three Rs” principle), yang pada hakikatnya berintikan bahwa: 1) penggunaan hewan coba selayaknya mendapat perhatian dalam upaya mencari penggantinya (replacement), 2) pengurangan jumlah penggunaanya sampai pada batas jumlah yang masih bisa dianalisis secara statistik (reduction), serta 3) perbaikan penanganan terhadap hewan yang digunakan untuk mengurangi dampak yang dapat menimbulkan rasa nyeri dan membuat stress (refinement). Mempertimbangkan hal tersebut di atas maka bioetika sering menjadi topik yang sulit untuk diukur dan dipahami untuk dijadikan pedoman maupun panduan dalam rangkaian kegiatan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan hayati modern dalam lingkup nasional saat melibatkan mahluk hidup sebagai obyeknya. Penggunaan hewan dalam suatu penelitian biomedis harus memenuhi kaidah ilmiah yang berstandar internasional, antara lain pemenuhan azas kesejahteraan hewan (animal welfare). Penggunaan hewan yang terjamin

(15)

15 | P a g e kesejahteraannya dalam aktivitas penelitian, pengajaran, pemeliharaan dan perkembangbiakan adalah kunci utama dalam menghasilkan suatu karya ilmiah yang akurat dan terstandarisasi, dalam kaitannya untuk ekstrapolasi hasil penelitian pada manusia. Penjaminan kualitas dari penggunaan hewan coba yang memenuhi azas kesejahteraan hewan tersebut dilakukan oleh suatu lembaga independent yang kompeten, berintegritas dan beraspek legal secara hukum. Lembaga penjamin ini dikenal sebagai komisi etik hewan (Animal Ethics Committee).

Penelitian dengan hewan coba harus memperhatikan aspek perlakuan yang manusiawi terhadap hewan-hewan tersebut, sesuai dengan prinsip 5F (Freedom) yaitu: bebas dari rasa lapar dan haus, bebas dari rasa tidak nyaman, bebas dari rasa nyeri, trauma, dan penyakit, bebas dari ketakutan dan stress jangka panjang, bebas mengekspresikan tingkah laku alami, diberikan ruang dan fasilitas yang sesuai (pengayaan lingkungan yang sesuai). Seluruh perlakuan terhadap hewan percobaan dituangkan secara rinci di dalam protokol penelitian yang dianalogikan sebagai informed consent pada penelitian yang menggunakan relawan manusia.

(16)

16 | P a g e BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Hewan percobaan adalah setiap hewan yang dipergunakan pada sebuah penelitian biologis dan biomedis yang dipilih berdasarkan syarat atau standar dasar yang diperlukan dalam penelitian tersebut.

Peneliti yang akan memanfaatkan hewan percobaan pada penelitian kesehatan harus mengkaji kelayakan dan alasan pemanfaatan hewan dengan mempertimbangkan penderitaan yang akan dialami oleh hewan percobaan dan manfaat yang akan diperoleh untuk manusia.

Penelitian kesehatan dengan menggunakan hewan percobaan secara etis hanya dapat dipertanggungjawabkan, jika (1) Tujuan penelitian dinilai cukup bermanfaat, (2) Desain penelitian dapat menjamin bahwa penelitian akan mencapai tujuannya, (3) Tujuan penelitian tidak dapat dicapai dengan menggunakan subjek atau prosedur alternatif. (4) Manfaat yang akan diperoleh jauh lebih berarti dibandingkan dengan penderitaan yang dialami hewan percobaan.

Etik penelitian kesehatan secara umum tercantum dalam World Medical Association, yaitu: respect (menghormati hak dan martabat makhluk hidup, kebebasan memilih dan berkeinginan, serta bertanggung jawab terhadap dirinya, termasuk di dalamnya hewan coba), beneficiary (bermanfaat bagi manusia dan makhluk lain, manfaat yang didapatkan harus lebih besar dibandingkan dengan risiko yang diterima), dan justice (bersikap adil dalam memanfaatkan hewan percobaan). Dalam penelitian kesehatan yang memanfaatkan hewan coba, juga harus diterapkan prinsip 3 R dalam protokol penelitian, yaitu: replacement, reduction, dan refinement.

Hewan percobaan harus dipilih dengan mengutamakan hewan dengan sensitivitas neurofisiologik yang paling rendah (nonsentient organism) dan hewan yang paling rendah pada skala evolusi. Keberhati-hatian (caution) yang wajar

(17)

17 | P a g e harus diterapkan pada penelitian yang dapat mempengaruhi lingkungan dan kesehatan hewan yang digunakan dalam penelitian harus dihormati.

4.2 Saran

Bagi peneliti yang melakukan penelitian dengan hewan coba diharapkan dapat memahami dan menerapkan etika penelitian pada hewan coba ini pada penelitiannya, sehingga agar apa yang kita hasilkan dalam penelitian tersebut dapat berguna dan dapat dipertanggungjawabkan di kemudian hari.

(18)

18 | P a g e DAFTAR PUSTAKA

Komisi Etik Penelitian Kesehatan Badan Litbangkes Pedoman operasional komisi etik penelitian kesehatan (PO KEPK). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2007.

Komisi Nasional Etik Penelitian Kesehatan Departemen Kesehatan RI Pedoman nasional etik penelitian kesehatan suplemen II etik penggunaan hewan percobaan Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2006. Oemijati, Setiabudy R Budijanto A. Pedoman etik penelitian kedokteran

indonesia. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1987.

Pedoman prosedur operasional baku (POB) komisi etik penelitian kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2011.

Russell WMS, Burch RL. The principles of humane experimental technique. London: Methuen & Co. Ltd, 1959.

Rustiawan A, Vanda J. Pengujian mutu pangan secara biologis. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor; 1990.

Smith JB, Mangkoewidjojo S. Pemeliharaan, pembiakan, dan penggunaan hewan percobaan di daerah tropis. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia; 1988. World medical association declaration of helsinki : recommendation guiding

physicians in biomedical research involving human subject; 1964 Jun; Helsinki, Finland. Amended by 59 WMA, General Assembly, Seoul; 2008.

Referensi

Dokumen terkait

a) Seseorang dikatakan penderita diabetes mellitus jika kadar glukosa darah a) Seseorang dikatakan penderita diabetes mellitus jika kadar glukosa darah ketika puasa > 120 mg/dl

Belum adanya syslog server yang dapat menampilkan log jika terjadi serangan di sebuah jaringan client yang ditampilkan secara terpusat untuk memudahkan para admin wahana

Merujuk pada pembacaan teori naratif Seymour Chatman secara komprehensif dan analisis terhadap teks berita “Bau Mesiu dan Amis Darah di Trisakti” didapati hal-hal penting

Pengertian tauhid Asma  (mengesakan Tuhan dengan asma -Nya) yang dimaksud oleh Syaikh Nafis al-Banjari pada intinya menyatakan bahwa semua asma  yang ada di dalam alam

Labio/plato skisis adalah merupakan kongenital anomali yang berupa adanya kelainan bentuk pada struktur wajah.Palatoskisi adalah adanya celah pada garis tengah palato

Terima kasih kepada ibu karena telah ikut berpartisipasi dalam penelitian skripsi saya tentang Analisis Pengaruh Karakteristik Sosial Ketenagakerjaan Pada Perempuan

Penulisan hukum ini mendeskripsikan dan mengkaji permasalahan, pertama bagaimanakah peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam pelaksanaan pengawasan terhadap

Dokumen Spesifikasi Kebutuhan Perangkat Lunak (SKPL) ini merupakan dokumen spesifikasi kebutuhan perangkat lunak AISD (Aplikasi Informasi Supra Desa) untuk