• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2007 Pusat Data dan Informasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2007 Pusat Data dan Informasi"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i

KATA PENGANTAR

Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu menunjang

pertumbuhan ekonomi yang tinggi seperti yang diamanatkan oleh Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RJPM) 2004-2009 serta Rencana Strategis

(RENSTRA) Departemen Perindustrian 2005-2009, oleh karenanya perkembangan

industri perlu dipantau dari waktu ke waktu.

Dalam rangka mengetahui perkembangan kinerja sektor industri secara lebih cepat

tanpa harus menunggu data BPS yang biasanya terlambat sekitar 1 tahun untuk

data produksi dan 3 bulan untuk ekspor – impor, beberapa komoditi industri

tertentu dipilih sebagai sampel yang diharapkan mampu mewakili gambaran

industri secara keseluruhan. Untuk itu data bulanan komoditi terpilih tersebut

dikumpulkan baik dari Asosiasi industri yang membidangi atau perusahaan.

Buku Laporan Perkembangan Komoditi Industri Terpilih ini dapat digunakan

sebagai indikator Departemen Perindustrian untuk melihat kinerja industri secara

indikatif, yaitu dengan melihat perkembangan dari realisasi produksi, ekspor, dan

impor produk-produk tersebut.

Hal-hal yang tergambarkan dalam laporan ini adalah buah kerja Departemen

Perindustrian dengan berbagai pihak yang terkait. Untuk itu, kami menyampaikan

penghargaan setinggi-tingginya kepada Asosiasi, perusahaan dan lembaga

pemerintah terkait, baik pusat dan daerah, dunia usaha, serta masyarakat yang

menyampaikan berbagai datanya kepada Departemen Perindustrian sehingga

tersusunnya laporan ini.

Jakarta, Oktober 2007

Pusat Data dan Informasi

(3)

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR... iv

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I GAMBARAN PEREKONOMIAN SECARA UMUM

1.1 Pertumbuhan Ekonomi Dunia dan Beberapa Negara ... 1

1.2 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ... 2

1.2.1 Pertumbuhan PDB ...

2

1.2.2 Pertumbuhan Sektor Industri... 4

1.2.3 Kinerja Ekspor ... 6

1.2.4 Nilai

Impor

... 7

1.2.5 Investasi

... 8

1.2.6 Tenaga

Kerja

... 9

1.2.7 Tingkat Suku Bunga dan Posisi Kredit ... 10

BAB II LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH

2.1

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Sektor Industri Tahun 2004 –

2009 ... 12

2.2

Pemilihan Beberapa Komoditi Terpilih... 12

2.3

Perkembangan Beberapa Komoditi Industri Terpilih... 13

2.3.1 Pupuk... 14

2.3.1.1 Pupuk Urea ... 14

2.3.1.2 Pupuk Non Urea ...

14

2.3.1.2.1 Pupuk ZA ... 14

2.3.1.2.2 Pupuk SP 36 ... 15

2.3.1.2.3 Pupuk Phonska... 15

2.3.2 Semen

... 16

2.3.3 Minyak Goreng Sawit... 16

2.3.4 Baja

... 17

2.3.4.1

Hot Rolled Coil ... 17

2.3.4.2

Hot Rolled Plate ... 17

2.3.5. Kendaraan

Bermotor

... 18

2.3.5.1

Kendaraan Bermotor Roda Dua ...

18

2.3.5.2

Kendaraan Bermotor Roda Empat ... 18

2.3.6 Peralatan Listrik Rumah Tangga ...

19

2.3.6.1 Televisi

... 19

2.3.6.2

Lemari Es ... 20

2.3.7 Tekstil dan Produk Tekstil ... 20

(4)

iii

2.3.7.2 Benang

... 21

2.3.7.3

Kain ... 21

2.3.8 Pulp dan Kertas ...

22

2.3.8.1

Pulp ... 22

2.3.8.2

Kertas ... 23

2.3.9 Mesin Listrik ... 23

2.3.9.1

Mini Circuit Breakers (MCB) ...

23

2.3.9.2

Motor Listrik ... 23

2.3.9.3

KWh Meter ... 24

2.3.9.4

Panel dan Gear ... 24

2.3.10 Ban

... 25

2.3.10.1 Ban Sepeda Motor ... 25

2.3.10.2 Ban

Mobil... 26

2.3.11 Tepung Terigu ... 26

2.3.12 Barang Jadi Rotan...

27

2.3.13 Keramik

... 27

2.3.131

Keramik TILE...

28

2.3.132

Keramik TABLEWARE... 28

2.3.133

Keramik SANITARY... 28

BAB III KINERJA INDUSTRI TERPILIH

3.1

Kinerja Industri Pupuk...

30

3.2

Kinerja Industri Semen... 31

3.3

Kinerja Industri Minyak Goreng ... 32

3.4

Kinerja Industri Baja...

32

3.5

Kinerja Industri Kendaraan Bermotor... 33

3.6

Kinerja Industri Peralatan Listrik Rumah Tangga... 34

3.7

Kinerja Industri Tekstil dan Produk Tekstil...

34

3.8

Kinerja Industri Pulp dan Kertas... 35

3.9

Kinerja Industri Mesin Listrik...

36

3.10 Kinerja Industri Ban... 37

3.11 Kinerja Industri Tepung Terigu... 37

3.12 Kinerja Industri Barang Jadi Rotan... 38

3.13 Kinerja Industri Keramik... 39

BAB IV PENUTUP ... 40

(5)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Dunia ... 1

Gambar 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ... 2

Gambar 1.3 Kontribusi Sektor Terhadap Total PDB ... 3

Gambar 1.4 Kontribusi PDB Menurut Pengeluaran ... 3

Gambar 1.5 Pertumbuhan Industri Non Migas ... 4

Gambar 1.6 Kontribusi Sub Sektor Terhadap Total Industri Non Migas .. 5

Gambar 1.7 Kapasitas Produksi Industri Non Migas ... 5

Gambar 1.8 Perkembangan Ekspor ... 6

Gambar 1.9 Perkembangan Impor ... 7

Gambar 1.10 Struktur Impor Menurut Penggunaan ... 7

Gambar 1.11 Perkembangan Investasi PMDN ... 8

Gambar 1.12 Perkembangan Investasi PMA ... 8

Gambar 1.13 Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja ... 10

Gambar 1.14 Posisi Kredit Perbankan ... 10

Gambar 2.1 Perkembangan Industri Pupuk UREA Periode Oktober 2006 s.d. September 2007 ... 14

Gambar 2.2 Perkembangan Industri Pupuk ZA Periode Oktober 2006 s.d. September 2007 ... 14

Gambar 2.3 Perkembangan Industri Pupuk SP36 Periode Oktober 2006 s.d. September 2007 ... 15

Gambar 2.4 Perkembangan Industri Pupuk Phonska Periode Oktober 2006 s.d. September 2007 ... 15

Gambar 2.5 Perkembangan Industri Semen Periode Oktober 2006 s.d. September 2007 ... 16

Gambar 2.6 Perkembangan Industri Minyak Goreng Sawit Periode Oktober 2006 s.d. September 2007 ... 16

Gambar 2.7 Perkembangan Industri Logam Hot Rolled Coil Periode Oktober 2006 s.d. September 2007 ... 17

Gambar 2.8 Perkembangan Industri Logam Hot Rolled Plate Periode Oktober 2006 s.d. September 2007 ... 17

Gambar 2.9 Perkembangan Industri Kendaraan Bermotor Roda Dua Periode Oktober 2006 s.d. September 2007 ... 18

Gambar 2.10 Perkembangan Industri Kendaraan Bermotor Roda Empat Periode Oktober 2006 s.d. September 2007 ... 19

Gambar 2.11 Perkembangan Industri Televisi Periode Oktober 2006 s.d. September 2007 ... 19

Gambar 2.12 Perkembangan Industri Lemari Es Periode Oktober 2006 s.d. September 2007 ... 20

Gambar 2.13 Perkembangan Industri Serat Periode Oktober 2006 s.d. September 2007 ... 20

Gambar 2.14 Perkembangan Industri Benang Periode Oktober 2006 s.d. September 2007 ... 21

(6)

v

Gambar 2.15 Perkembangan Industri Kain Periode Oktober 2006 s.d.

September 2007 ... 21

Gambar 2.16 Perkembangan Industri Pulp Periode Oktober 2006 s.d. September 2007 ... 22

Gambar 2.17 Perkembangan Industri Kertas Periode Oktober 2006 s.d. September 2007 ... 23

Gambar 2.18 Perkembangan Industri MCB Periode Oktober 2006 s.d. September 2007 ... 23

Gambar 2.19 Perkembangan Industri motor Listrik Periode Oktober 2006 s.d. September 2007 ... 24

Gambar 2.20 Perkembangan Industri KWh Meter Periode Oktober 2006 s.d. September 2007 ... 24

Gambar 2.21 Perkembangan Industri Panel & Gear Periode Oktober 2006 s.d. September 2007 ... 25

Gambar 2.22 Perkembangan Industri Ban Sepeda Motor Periode Oktober 2006 s.d. September 2007 ... 25

Gambar 2.23 Perkembangan Industri Ban Mobil Periode Oktober 2006 s.d. September 2007 ... 26

Gambar 2.24 Perkembangan Industri Terigu Periode Oktober 2006 s.d. September 2007 ... 26

Gambar 2.25 Perkembangan Industri Barang Jadi Rotan Periode Oktober 2006 s.d. September 2007 ... 27

Gambar 2.26 Perkembangan Industri Keramik (TILE) Periode Oktober 2006 s.d. September 2007 ... 28

Gambar 2.27 Perkembangan Industri Keramik (TABLEWARE) Periode Oktober 2006 s.d. September 2007 ... 28

Gambar 2.28 Perkembangan Industri Keramik (SANITARY) Periode Oktober 2006 s.d. September 2007 ... 28

Gambar 3.1 Kinerja Komoditi Industri Terpilih ... 30

Gambar 3.2 Kinerja Industri Pupuk ... 31

Gambar 3.3 Kinerja Industri Semen ... 31

Gambar 3.4 Kinerja Industri Minyak Goreng ... 32

Gambar 3.5 Kinerja Industri Baja ... 33

Gambar 3.6 Kinerja Industri Kendaraan Bermotor ... 33

Gambar 3.7 Kinerja Industri Peralatan Listrik Rumah Tangga ... 34

Gambar 3.8 Kinerja Industri Tekstil dan Produk Tekstil ... 35

Gambar 3.9 Kinerja Industri Pulp dan Kertas ... 35

Gambar 3.10 Kinerja Industri Mesin Listrik ... 36

Gambar 3.11 Kinerja Industri Ban ... 37

Gambar 3.12 Kinerja Industri Tepung Terigu ... 38

Gambar 3.13 Kinerja Industri Barang Jadi Rotan ... 38

(7)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara ...….…...….. 41

Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan PDB Kumulatif ... 42

Tabel 1.3 Kontribusi Terhadap PDB Menurut Pengeluaran Kumulatif ... 42

Tabel 1.4 Laju Pertumbuhan Industri Pengolahan Kumulatif ... 43

Tabel 1.5 Kontribusi Terhadap PDB Kumulatif ... 43

Tabel 1.6 Kontribusi Terhadap PDB Industri Non Migas Kumulatif ... 44

Tabel 1.7 Kapasitas Produksi Terpakai ……….…………...… 44

Tabel 1.8 Nilai Ekspor ………... 45

Tabel 1.9 Nilai Impor ... 46

Tabel 1.10 Impor Menurut Golongan Penggunaan Barang ………...….... 46

Tabel 1.11 Tabel Perkembangan Realisasi Investasi (Izin Usaha Tetap) PMDN Menurut Sektor, 2003 – 2007* ... 47 Tabel 1.12 Tabel Perkembangan Realisasi Investasi (Izin Usaha Tetap) PMA Menurut Sektor, 2003 – 2007* ... 47 Tabel 1.13 Penggunaan tenaga kerja pada triwulan III tahun 2007 …….... 48

Tabel 1.14 Tingkat Suku Bunga Kredit ………...….... 48

Tabel 2.1 Tabel Komoditi – komoditi Industri Terpilih ... 13

Tabel 2.2 Perkembangan Industri Pupuk Urea ... 49

Tabel 2.3 Perkembangan Industri Pupuk ZA ... 49

Tabel 2.4 Perkembangan Industri Pupuk SP36 ... 49

Tabel 2.5 Perkembangan Industri Phonska ... 49

Tabel 2.6 Perkembangan Industri Semen ... 50

Tabel 2.7 Perkembangan Industri Minyak Goreng ... 50

Tabel 2.8 Perkembangan Industri Logam Hot Rolled Coil ... 50

Tabel 2.9 Perkembangan Industri Logam Hot Rolled Plate ... 50

Tabel 2.10 Perkembangan Industri Kendaraan Bermotor Roda Dua ... 51

Tabel 2.11 Perkembangan Industri Kendaraan Bermotor Roda Empat .... 51

Tabel 2.12 Perkembangan Industri Televisi ... 51

Tabel 2.13 Perkembangan Industri Lemari Es ... 52

Tabel 2.14 Perkembangan Industri Serat ... 52

Tabel 2.15 Perkembangan Industri Benang ... 52

Tabel 2.16 Perkembangan Industri Kain ... 52

Tabel 2.17 Perkembangan Industri Pulp ... 53

Tabel 2.18 Perkembangan Industri Kertas ... 53

Tabel 2.19 Perkembangan Industri MCB ... 53

Tabel 2. 20 Perkembangan Industri Motor Listrik ... 53

Tabel 2.21 Perkembangan Industri KWH Meter ... 54

Tabel 2.22 Perkembangan Industri Panel dan Gear ... 54

Tabel 2.23 Perkembangan Industri Ban Sepeda Motor ... 54

Tabel 2.24 Perkembangan Industri Ban Mobil ... 54

(8)

vii

Tabel 2.26 Perkembangan Industri Barang Jadi Rotan ... 55

Tabel 2.27 Perkembangan Industri Keramik (TILE) ... 55

Tabel 2.28 Perkembangan Industri Keramik (TABLEWARE) ... 56

Tabel 2.29 Perkembangan Industri Keramik (SANITARY) ... 56

(9)

LAPORAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III 2007 1 2004 2005 2006 2007 2008 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0

Dunia Negara Maju Afrika Eropa Tengah & Timur Asia Timur Tengah

BAB I

GAMBARAN PEREKONOMIAN SECARA UMUM

1.1. Pertumbuhan Ekonomi Dunia dan Beberapa Negara

Pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini diperkirakan lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya yang mampu mencapai 5,4 persen. Pertumbuhan yang hanya mencapai 5,2 persen merupakan representasi dari kondisi perekonomian beberapa wilayah atau kelompok negara di dunia seperti yang terlihat dalam Gambar 1.1.

Menurut data International Monetery Fund (IMF), pertumbuhan ekonomi negara-negara maju pada tahun 2007 diperkirakan hanya mencapai 2,5 persen, turun sebesar 0,4 persen dibanding pertumbuhan tahun sebelumnya. Perekonomian di wilayah Eropa Tengah dan Timur juga mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,1 persen dibanding tahun sebelumnya.

Sementara itu, pertumbuhan Ekonomi Asia diperkirakan sama dengan tahun sebelumnya pada angka 9,8 persen. Dua wilayah yang mengalami kenaikan pertumbuhan ekonomi pada tahun ini yaitu Afrika dan Timur Tengah dengan kenaikan pertumbuhan ekonomi masing-masing mencapai 0,1 persen dan 0,3 persen.

Sedangkan pertumbuhan perekonomian di negara Asia pada

tahun 2007 cukup beragam. Beberapa negara mengalami kenaikan pertumbuhan ekonomi yang cukup besar seperti China yang mengalami kenaikan pertumbuhan sebesar 0,4 persen dibanding

tahun sebelumnya yang hanya 11,1 persen (Data

pertumbuhan ekonomi beberapa negara dapat dilihat pada Lampiran).

Selain China, beberapa negara di Asia juga mengalami kenaikan pertumbuhan ekonomi antara lain Indonesia yang naik sebesar 0,7 persen, Filipinan (0,8 persen), Timor Leste (30,3 persen) dan Vietnam (0,1 persen). Negara Asia yang mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi yaitu Brunei Darussalam yang turun sebesar 3,2 persen, Kamboja (1,3 persen), India (0,8 persen), Laos (0,5 persen), Malaysia (0,1 persen), Myanmar (7,2 persen), dan Thailand (1 persen).

Gambar 1.1

(10)

LAPORAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III 2007

2 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

1.2.1. Pertumbuhan PDB

Secara kumulatif pertumbuhan PDB Indonesia pada triwulan III tahun 2007 adalah 6,29 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, Pertumbuhan tertinggi dicapai sektor Pengangkutan dan Komunikasi 12,16 persen. Sedangkan sektor yang mencapai pertumbuhan diatas pertumbuhan PDB yaitu Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih yang tumbuh sebesar 10,28 persen, Bangunan (8,31 persen), Perdagangan, Hotel dan Restoran (7,36 persen), Keuangan, Persewaaan dan Jasa Perusahaan (7,93 persen) dan Jasa-jasa (6,50 persen) seperti yang terlihat pada Gambar 1.2.

6.00% 6.10% 6.20% 6.30% 6.40% 6.50% 6.60% 6.70% 6.80% 6.90% PDB PDB Non Migas 5.00% 4.29% 3.70% 10.28% 8.31% 7.36% 12.16% 7.93% 6.50% Jasa-jasa

Keuangan, Persewaan dan Jasa Persh

Pengangkutan dan Komunikasi

Perdagangan, Hotel dan Restauran

Bangunan

Listrik, Gas dan Air Bersih

Pertambangan dan Penggalian

Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

Industri Pengolahan

Dengan pencapaian pertumbuhan ekonomi sampai semester triwulan III, memungkinkan pemerintah mencapai target tahun 2007. DPR memperkirakan target pertumbuhan ekonomi tahun 2008 bakal lebih tinggi dibandingkan dengan target pertumbuhan dalam APBN Perubahan (APBN-P) 2007 sebesar 6,3 persen. Tingginya target pertumbuhan itu didorong optimisme pemerintah terhadap kecenderungan membaiknya kondisi iklim investasi di dalam negeri.

Diperkirakan pada tahun 2008 terdapat kecenderungan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Hal itu sudah terlihat dari tingginya pertumbuhan ekonomi pada triwulan III tahun 2007 yang lebih besar dari 6 persen.

Gambar 1.2 .

(11)

LAPORAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III 2007 3 10.18 7.91 14.69 7.52 0.88 22.92 4.59 10.40 14.37 27.50 6.54 Jasa - Jasa Keuangan, Persew aan & Jasa

Persh.

Pengangkutan Dan Komunikasi Perdagangan, Hotel Dan

Restoran B A N G U N A N Listrik, Gas, Dan Air Bersih Industri Pengolahan Bukan

Migas

Industri Pengolahan M I G A S Industri Pengolahan Pertambangan & Penggalian Pertanian,Peternakan,Kehutanan & Perikanan 24.95 29.18 1.16 23.99 7.98 63.36 -0.71

Impor Barang dan Jasa Ekspor Barang dan Jasa Diskrepansi Statistik Perubahan Inventori Pembentukan Modal tetap Bruto

(PMTB)

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pengeluaran Konsumsi Rumah

Tangga

Sementara itu, nilai PDB pada periode Januari-September tahun 2007 yang mencapai Rp.2.901,27 triliun tersebut masih didominasi oleh sektor Industri Pengolahan sebesar Rp.797,99 triliun atau 27,50 persen dari total PDB. Sektor lainnya yang memberikan kontribusi cukup besar yaitu sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang mencapai sebesar 14,69 persen dan Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan sebesar 14,37 persen. Tujuh sektor lainnya hanya memberikan sumbangan dibawah 14 persen terhadap PDB. Sementara itu sub sektor industri pengolahan non migas

memberikan kontribusi sebesar 22,92 persen seperti

terlihat pada Gambar 1.3. Laju pertumbuhan ekonomi ini menunjukkan perkembangan produk domestik bruto (PDB). PDB merekam semua kegiatan ekonomi. Secara umum, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dibutuhkan untuk menciptakan lapangan kerja guna mengatasi pengangguran dan mengurangi kemiskinan. Berdasarkan data Bappenas, setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi pada tahun 2006

menciptakan 265.000 lapangan kerja baru.

Sementara itu PDB menurut pengeluaran pada triwulan III 2007 didominasi oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga yang mencapai sebesar 63.36 persen dari total PDB,

pengeluaran konsumsi Gambar 1.4 .

Kontibusi PDB Menurut Pengeluaran Gambar 1.3 .

(12)

LAPORAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III 2007 4 6.44 5.20 5.45 1.47 8.06 8.03 -2.16 -1.72 -1.33

Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki

Brg. kayu & Hasil hutan lainnya.

Kertas dan Barang cetakan

Pupuk, Kimia & Barang dari karet

Semen & Brg. Galian bukan logam

Logam Dasar Besi & Baja

Alat Angk., Mesin & Peralatannya

Barang lainnya

pemerintah sebesar 7.98 persen, pembentukan modal tetap bruto sebesar 23,99 persen, ekspor barang-jasa sebesar 29,18 persen. Seperti terlihat pada Gambar 1.4. BPS mencatat pertumbuhan konsumsi ini antara lain ditunjukkan oleh peningkatan penjualan otomotif dan peningkatan penggunaan telepon seluler, termasuk pulsanya.

Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pemerintah akan mengefisienkan penggunaan anggaran dengan menggeser sebagian anggaran belanja barang ke belanja modal. Langkah itu dilakukan karena belanja modal jauh lebih produktif.

Anggaran belanja modal tahun 2008 diperkirakan akan mencapai Rp 101,5 triliun jauh di atas target anggaran belanja modal tahun 2007, yakni Rp 68,3 triliun. Adapun anggaran belanja barang justru turun dari Rp 62,5 triliun di APBN-P 2007 menjadi Rp 52,4 triliun di RAPBN 2008.

Daya serap kementerian dan lembaga pengguna anggaran belanja modal hingga saat ini baru mencapai Rp 16,6 triliun atau 22,74 persen dari target APBN-P 2007 senilai Rp 73,1 triliun.

1.2.2. Pertumbuhan Sektor Industri

Sektor industri pengolahan mengalami pertumbuhan sebesar 5,00 persen pada triwulan III tahun 2007 dibandingkan periode yang sama tahun 2006. Angka tersebut disumbangkan industri pengolahan migas yang mengalami pertumbuhan sebesar 1,94 persen dan industri pengolahan bukan migas yang tumbuh sebesar 5,31 persen.

Pertumbuhan terbesar pada sektor industri non migas dicapai oleh industri alat angkut, mesin dan peralatannya sebesar 8,06 persen, disusul industri kertas dan barang cetakan lainnya 8,03 persen, industri makanan, minuman dan tembakau sebesar 6,44 persen, industri semen dan barang galian bukan logam 5,45 persen, industri pupuk, kimia dan barang dari karet 5,20 persen. Sedangkan industri yang tumbuh di bawah 5 persen yaitu industri logam dasar besi dan baja yang mencapai sebesar 1,47 persen, Sementara itu, industri yang mengalami pertumbuhan negatif adalah industri barang lainnya minus 1,33 persen, dan industri tekstil, barang kulit dan alas kaki minus 2,16 persen, industri

barang kayu dan hasil hutan lainnya minus 1,72 persen (Gambar 1.5). Gambar 1.5.

(13)

LAPORAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III 2007 5 3.67 12.49 5.10 6.02 29.15 0.86 10.74 2.53 29.43 Barang lainnya Alat Angk., Mesin & Peralatannya Logam Dasar Besi & Baja Semen & Brg. Galian bukan logam Pupuk, Kimia & Barang dari karet Kertas dan Barang cetakan Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki Makanan, Minuman dan Tembakau

71.57 70.38 72.25 68.78 71.31 75.52 73.17 66.07 74.18 71.04 Industri Pengolahan Barang lainnya Alat Angk., Mesin &

Peralatannya Logam Dasar Besi & Baja Semen & Brg. Galian bukan

logam

Pupuk, Kimia & Barang dari karet

Kertas dan Barang cetakan Brg. kayu & Hasil hutan

lainnya. Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki

Makanan, Minuman dan Tembakau

Bila dilihat dari kontribusinya industri Makanan, Minuman dan Tembakau masih menempati urutan pertama yang mencapai 29,43 persen dari total PDB sektor industri pengolahan non migas. Di posisi kedua ditempati industri Alat angkut, Mesin dan Peralatannya yang memberikan kontribusi sebesar 29,15 persen, disusul industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 12,49 persen dan industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 10,74 persen. Sedangkan sektor industri lainnya memberikan kontribusi kurang dari 10 persen terhadap industri pengolahan non migas seperti terlihat pada Gambar 1.6.

Sementara itu, bila dilihat dari kapasitas produksi terpakainya, masing-masing sektor industri masih berpeluang untuk meningkatkan outputnya. Seperti terlihat pada Gambar 1.7. industri pengolahan baru menggunakan 72,94 persen dari kapasitas yang dimilikinya, hanya industri kertas dan barang cetakan yang mencapai kapasitas produksi terpasang lebih dari 80 persen.

Gambar 1.7.

Kapasitas Produksi Industri Non Migas Gambar 1.6

Kontribusi Sub Sektor Terhadap Total Industri Non Migas

(14)

LAPORAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III 2007 6 Gambar 1.8. Perkembangan Ekspor $15.97 $57.59 $47.67 $83.03 $15.38 $67.65 $55.28 $73.55 TOTAL EKSPOR EKSPOR MIGAS EKSPOR NON MIGAS EKSPOR HASIL INDUSTRI 2006 2007 1.2.3. Kinerja Ekspor

Total Ekspor Indonesia pada Januari-September 2007 meningkat sebesar 12,88 persen menjadi US$ 83.025,10 Juta dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya US$ 73.553,09 Juta. Peningkatan ekspor ini merupakan kontribusi ekspor non migas yang juga mengalami peningkatan sebesar 17,47 persen. Sebagian besar ekspor Non Migas merupakan ekspor hasil industri yang nilainya mencapai US$ 55.277,50 Juta atau 81,71 persen dari total ekspor non migas eperti terlihat pada Gambar 1.8.

Kelompok komoditi yang mencapai nilai ekspor tertinggi pada triwulan III tahun 2007 adalah Elektronika, Telematika dan Mesin Listrik Lainnya yang mencapai nilai US$ 9.270,98 Juta. Sedangkan Kelompok komoditi yang mengalami pertumbuhan terbesar

adalah Lemak dan Minyak Hewan/Nabati yang tumbuh sebesar 44,75 persen dengan nilai ekspor sebesar US$ 6.024,06 Juta.

Sementara itu, nilai total ekspor pada September 2007

mengalami penurunan sebesar 0,91 persen dibanding Agustus 2007 menjadi US$ 9.519,05 Juta. Ekspor non migas masih mendominasi ekspor pada bulan September dengan mencapai US$ 7.543,79 Juta atau 79,25 persen dari nilai total ekspor Indonesia. Sedangkan Ekspor hasil industrinya mencapai US$ 6.337,71 Juta atau 84,01 persen dari ekspor non migas. Kelompok komoditi yang mencapai nilai ekspor terbesar adalah produk Elektronika, Telematika dan Mesin Listrik Lainnya dengan nilai US$ 1.155,54 Juta, sedangkan yang mengalami peningkatan terbesar adalah Biji Coklat/Kakao yang meningkat sebesar 44,40 persen dibanding bulan sebelumnya sebelumnya yang hanya US$ 81,24 ribu. Data secara lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 7 di bagian lampiran.

Ekspor, khususnya nonmigas, tumbuh karena harga komoditas ekspor Indonesia masih tinggi di pasar internasional. Perekonomian negara-negara mitra dagang Indonesia, seperti Amerika Serikat dan China, juga membaik. Ini menyebabkan permintaan meningkat.

(15)

LAPORAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III 2007 7 Gambar 1.9. Perkembangan Impor 45.71 14.49 31.22 53.67 15.17 38.51

TOTAL IMPOR IMPOR MIGAS IMPOR NON MIGAS 2006 2007

Gambar 1.10.

Struktur Impor Menurut Penggunaan 9.28 14.48 76.24 Barang Konsumsi Bahan Baku/Penolong Barang Modal 1.2.4. Nilai Impor

Selama periode triwulan III 2007, nilai impor Indonesia mencapai US$ 53.671,88 Juta atau meningkat 17,43 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya US$ 45.705,04 Juta. Seperti halnya ekspor, nilai impor non migas yang mencapai US$ 38.505,05 Juta, jauh lebih tinggi dibanding impor migas yang hanya US$ 15.166,84 Juta seperti terlihat pada Gambar 1.9.

Kelompok komoditi yang mencapai nilai impor tertinggi pada periode tersebut adalah Elektronika, Telematika dan Mesin Listrik Lainnya mencapai nilai US$ 10.242,79 Juta. Sedangkan Kelompok komoditi yang mengalami pertumbuhan terbesar adalah Kopi, Teh dan Rempah-rempah yang tumbuh sebesar 279,47 persen dengan nilai impor sebesar US$ 94,59 Juta.

Sementara itu, nilai total impor pada Bulan September 2007 menurun sebesar 1,37 persen dibanding Agustus 2007 menjadi US$ 6.755,36 Juta. Impor non migas masih mendominasi impor pada bulan terakhir triwulan ketiga tahun 2007 dengan mencapai US$

4.515,95 Juta atau 66,85 persen dari nilai total impor Indonesia, seperti tercantum pada Tabel 8 bagian lampiran.

Kelompok komoditi yang mencapai nilai impor terbesar adalah Elektronika, Telematika dan Mesin Listrik Lainnya mencapai nilai US$ 1.198,33 Juta, sedangkan yang mengalami peningkatan terbesar adalah Batu Bara yang meningkat sebesar 37,24 persen dibanding tahun sebelumnya yang hanya US$ 7,76 juta. Perkembangan impor menurut golongan penggunaan barang selama Januari-September tahun 2007 menunjukkan bahwa ketiga golongan penggunaan barang impor mengalami peningkatan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Impor barang konsumsi pada Januari-September 2007 mencapai US$ 4.981 juta atau naik 39,39 persen dibanding periode yang sama tahun 2006. Sementara impor bahan baku/penolong dan barang modal masing-masing mencapai US$ 40.917,6 juta dan US$

(16)

LAPORAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III 2007 8 2652.8 1,859.1 3,933.7 8477.6 7,086.0 842.6 3,480.5 4,095.0 24,847.0

Tr III 2005 Tr III 2006 Tr III 2007 Sektor Prim er Sektor Sekunder Sektor Tersier

3 7 7 . 1 3 6 9 . 6 5 0 2 . 4 3147.3 2,912.2 3,622.9 1,009.7 4,419.1 4110.7

Tr III 2005 Tr III 2006 Tr III 2007 Sektor Prim er Sektor Sekunder Sektor Tersier

7.773,3 juta atau meningkat 15,57 persen dan 15,56 persen seperti terlihat di Tabel 9 bagian Lampiran.

Peranan impor barang konsumsi dan bahan baku/penolong dalam struktur impor Indonesia selama Januari-September tahun 2007 masing-masing mencapai 9,28 persen dan dari 76,24 persen. Sedangkan peranan impor barang modal mencapai 14,48 persen seperti terlihat pada Gambar 1.10.

1.2.5. Investasi

Perkembangan realisasi investasi (izin usaha tetap) PMDN pada triwulan ketiga 2007 menunjukkan kenaikan dibanding periode yang sama tahun 2006. Total investasi PMDN yang terealisasi pada pada periode Januari sampai dengan September tahun 2007 mencapai Rp.32.785,7 miliar, meningkat sebesar 164,58 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Dari jumlah proyek juga terjadi kenaikan sebesar 5,98 persen menjadi 124 proyek sepanjang Januari-September 2007.

Peningkatan realisasi terbesar terjadi pada sektor sekunder (industri) yang meningkat sebesar 250,65 persen menjadi

Rp.24,85 triliun pada periode Januari – September 2007, sedangkan sektor primer naik sebesar 111,59 persen menjadi Rp.3,93 triliun dan sektor tersier meningkat sebesar 10,14 persen menjadi Rp.4,1 triliun seperti terlihat pada Gambar 1.11.

Hal yang sama terjadi juga pada PMA (Gambar 1.12), total investasi PMA yang terealisasi pada periode tersebut mencapai US$ 8,54 miliar, meningkat

sebesar 99,10 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Untuk jumlah proyek periode

Januari-Gambar 1.12.

Perkembangan Investasi PMA Gambar 1.11.

(17)

LAPORAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III 2007

9 September 2007 meningkat sebesar sebesar 10,40 persen dibanding tahun sebelumnya menjadi 775 proyek.

Peningkatan realisasi terbesar terjadi pada sektor tersier yang meningkat sebesar 337,66 persen menjadi US$ 4,42 miliar pada periode Januari – September 2007, sedangkan sektor primer naik sebesar 35,93 persen menjadi Rp.502,4 juta dan sektor sekunder meningkat sebesar 24,40 persen menjadi US$ 3,62 miliar.

a. PMDN Sektor Industri/Sekunder

Pada periode Januari-September tahun 2007 Industri Kertas dan Percetakan, Makanan, serta Logam, Mesin dan Elektronika merupakan sektor–sektor yang diminati oleh investor dalam negeri. Ketiga sektor tersebut mempunyai nilai investasi diatas Rp. 3 triliun, bahkan Industri Kertas dan Percetakan mencapai Rp. 14 triliun.

Bila dilihat dari jumlah proyek yang terealisasi Industri Makanan menjadi yang terbanyak dengan 19 proyek, disusul Industri Logam, Mesin dan Elektronik 15 Proyek dan Industri Kimia dan Farmasi 10 proyek seperti yang terlihat pada Tabel 10 di bagian lampiran. b. PMA Sektor Industri/Sekunder

PMA sektor Industri Kimia dan Farmasi merupakan sektor primadona investor asing dengan total investasi sepanjang Januari sampai dengan September tahun 2007 sebesar US$ 1,56 miliar, diikuti oleh industri Makanan sebesar US$ 572,1 juta industri Kertas dan Percetakan sebesar US$ 428,5 juta, dan industri Industri Logam, Mesin dan Elektronika sebesar US$ 265,3 juta seperti yang terlihat pada Tabel 11 bagian lampiran. Bila dilihat dari jumlah proyek yang terealisasi, Industri Logam, Mesin dan Elektronik mencapai 80 Proyek dan menjadi yang terbanyak, disusul Industri Tekstil 53 Proyek dan Industri makanan sebanyak 45 proyek.

Pertumbuhan investasi diperlukan karena investasi yang cenderung turun menunjukkan hambatan kegiatan produksi belum teratasi. Hambatan tersebut antara lain pasokan energi, infrastruktur, hingga kekakuan pasar tenaga kerja membuat investasi belum tumbuh. Kegiatan produksi semata hanya memanfaatkan kapasitas terpasang yang ada.

1.2.6. Tenaga Kerja

Penggunaan tenaga kerja pada triwulan III tahun 2007 mengindikasikan peningkatan sebesar 7,25 persen. Peningkatan ini merupakan titik balik setelah selama 7 (tujuh) periode survei sebelumnya mengalami penurunan penggunaan tenaga kerja seperti terlihat pada Gambar 1.13.

(18)

LAPORAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III 2007 10 0.85 0.62 0.11 0.87 0.85 -0.01 2.05 0.70 1.21 Jasa-jasa Keuangan, Persew aan dan

Jasa Perusahaan Pengangkutan dan Komunikasi

Perdagangan, Hotel dan Restoran

Bangunan Listrik, Gas dan Air Bersih Industri Pengolahan Pertambangan & Penggalian Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan

Kredit Invest asi, Rp.42.28 t riliun Rp.40.76 triliun Rp.39.30 t riliun Rp.36.65 t riliun Rp.141.67 t riliun Kredit M odal Kerja, Rp.147.64 t riliun Rp.106.95 t riliun Rp.130.37 t riliun Rp.143.60 triliun Rp.169.68 triliun Rp.182.43 t riliun Total Kredit Rp.189.92 t riliun 2004 2005 2006 2007*

Hampir seluruh sektor ekonomi

mengalami peningkatan penggunaan tenaga kerja.

Penyumbang peningkatan penggunaan tenaga kerja terbesar

adalah sektor industri pengolahan yang meningkat sebesar 2,05 persen, diikuti oleh sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan yang mencapai 1,21persen.

1.2.7. Tingkat Suku Bunga dan Posisi Kredit

Kendati terdapat tekanan pada pasar keuangan nasional dan nilai tukar rupiah, stabilitas sistem keuangan masih tetap terjaga. Berbagai indikator perbankan menunjukkan masih terkendalinya faktor risiko dari stabilitas perbankan. Penurunan suku bunga pinjaman masih berlanjut. Pada Periode September 2007, suku bunga Kredit Modal Kerja (KMK) Bank Persero turun menjadi 13,90 persen, padahal selama tahun 2006 masih pada level 15,36 persen, penurunan ini juga dialami oleh Bank-bank lainnya. Selain itu, suku bunga kredit investasi dan suku bunga kredit konsumsi juga tercatat lebih rendah menjadi masing-masing sebesar 13,43 persen dan 14.37 persen. Menurut laporan Bank Indonesia trend penurunan suku bunga kredit sejauh ini telah mendorong peningkatan pembiayaan ke sektor riil.

Gambar 1.14. Posisi Kredit Perbankan

Gambar 1.13.

(19)

LAPORAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III 2007

11

Dalam laporan tersebut juga disebutkan bahwa fungsi intermediasi perbankan terus mengalami perbaikan, hal ini ditunjukkan oleh tren penyaluran kredit yang terus meningkat dengan pertumbuhan tahunan sampai saat ini sebesar 20,73%.

Sampai dengan September 2007 posisi kredit Investasi untuk sektor Industri mencapai Rp.42, 28 triliun, lebi tinggi dari posisi tahun 2006 yang hanya Rp.40,76 triliun. Sementara itu, posisi kredit Modal Kerja pada periode yang sama mecapai Rp.147,64 triliun meningkat sebesar 4,21 persen seperti terlihat pada Gambar 1.14.

(20)

LAPORAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III 2007

12 BAB II

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH

2.1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Sektor Industri Tahun 2004 - 2009

Berdasarkan Perpres No.7 Tahun 2004 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2004-2009 disebutkan bahwa Pembangunan Sektor Industri dilakukan dengan pendekatan Klaster yang diprioritaskan pada 10 klaster inti yaitu : 1) Industri Makanan dan Minuman

2) Industri Pengolahan Hasil Laut 3) Industri Tekstil dan Produk Tekstil 4) Industri Alas Kaki

5) Industri Turunan Minyak Kelapa Sawit

6) Industri Pengolahan Kayu (termasuk Rotan dan Bambu) 7) Industri Pengolahan Karet dan Barang Karet

8) Industri Pulp dan Kertas

9) Industri Mesin Listrik dan Peralatan Listrik 10) Industri Petrokimia

Secara keseluruhan industri nasional ditargetkan mencapai pertumbuhan rata-rata 8,6 persen per tahun menyerap tenaga kerja 500 ribu orang per tahun dan penambahan investasi sebesar rata-rata 50 triliun rupiah per tahun selama kurun waktu 2004-2009. Berdasarkan penetapan target tersebut diperlukan pemantauan kinerja pertumbuhan masing-masing sub sektor industri ISIC 2 digit yang dilakukan secara periodik. Laporan Perkembangan Produksi Komoditi Terpilih ini diupayakan menyajikan perkembangan beberapa komoditi industri terpilih sesuai yang diamanatkan dalam RPJM sektor industri tahun 2004-2009.

2.2. Pemilihan Beberapa Komoditi Industri Terpilih

Dalam memantau perkembangan kinerja sektor industri secara lebih cepat tanpa harus menunggu data BPS yang biasanya terlambat sekitar 1 tahun untuk value added dan 3 bulan untuk ekspor – impor, beberapa komoditi industri tertentu dapat digunakan sebagai indikator untuk melihat trend perkembangan industri secara keseluruhan.

Oleh karenanya sebagai alternatif untuk melihat indikatif kinerja industri diupayakan untuk menyajikan perkembangan beberapa komoditas terpilih, menyangkut data kapasitas produksi, realisasi produksi, ekspor, dan impor yang keseluruhannya merupakan perkembangan bulanan dengan data yang dihimpun merupakan data primer, bersifat indikatif dan diperoleh langsung dari perusahaan atau melalui asosiasi.

(21)

LAPORAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III 2007

13 Departemen Perindustrian memilih 12 komoditi industri yang sifatnya strategis karena pertama-tama tercantum pada RPJM 2004-2009, dampaknya cukup besar mempengaruhi inflasi, serta dapat menggambarkan dinamika gerak perekonomian dan industri secara keseluruhan. Komoditi-komoditi tersebut yaitu :

Tabel 2.1. Komoditi-komoditi Industri Terpilih

NO (1) (2) (3) 1. Pupuk a. Urea b. Non Urea ZA SP 36 Phonska 2. Semen

3. Minyak Goreng Sawit

4. Baja Hot Rolled Coil (HRC)

Hot Rolled Plate

5. Kendaraan Bermotor KBM Roda Empat

KBM Roda Dua

6. Peralatan Listrik Rumah Tangga Televisi

Lemari Es

7. TPT Serat

Benang

Kain

8. Pulp dan Kertas Pulp

Kertas

9. Mesin Listrik Mini Circuit Breaker (MCB)

Motor Listrik

KWh Meter

Panel and Gear

10. Ban Ban Sepeda Motor

Ban Mobil

11. Tepung Terigu

12. Barang Jadi Rotan

13. Keramik Tile

Tableware

Sanitary

2.3 Perkembangan Beberapa Komoditi Industri Terpilih

Dari berbagai data komoditi terpilih yang disajikan dalam bentuk grafik-grafik yang tersaji pada halaman-halaman berikut dapat dilihat bahwa secara umum perkembangan triwulan III tahun 2007 beberapa komoditi industri masih dipengaruhi oleh investasi yang cenderung turun yang menunjukkan masih adanya hambatan kegiatan produksi belum teratasi.

(22)

LAPORAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III 2007

14

10,000 100,000 1,000,000

Okt Nop. Des. Jan Feb Mar Apr.* Mei * Jun * Jul** Ags** Sep** -3.00 -2.00 -1.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00

Produksi (Ton) Distribusi DN (Ton) Pertumbuhan PDB (%)

1 10 100 1,000 10,000 100,000

Okt Nop. Des. Jan Feb Mar Apr.* Mei * Jun * Jul** Ags** Sep** -3.00 -2.00 -1.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00

Produksi (Ton) Distribusi DN (Ton) Pertumbuhan PDB (%)

Selain itu, keterbatasan pasokan energi, infrastruktur, hingga kekakuan pasar tenaga kerja membuat investasi belum tumbuh. Kegiatan produksi semata hanya memanfaatkan kapasitas terpasang yang ada. Sisi permintaan, seperti ditunjukkan konsumsi domestik ataupun permintaan di pasar ekspor terus menguat. Jika ini tidak segera diimbangi dengan peningkatan produksi melalui investasi, bisa terjadi pemanasan ekonomi, inflasi bakal naik.

Perkembangan selengkapnya 12 komoditi industri terpilih meliputi perkembangan realisasi produksi, ekspor, impor dan konsumsi dalam negeri tersaji pada halaman-halaman berikut ini.

2.3.1. Pupuk 2.3.1.1. Pupuk Urea

Pupuk Urea merupakan 70 persen dari keseluruhan pupuk yang di produksi di Indonesia dimana untuk periode triwulan III atau

Juli-September 2007 produksinya diperkirakan

mencapai 1,52 juta ton turun 1,3 persen dibanding periode triwulan II atau April-Juni yang mencapai 1,54 juta ton. Produksi tertinggi mencapai 550.400 ton yaitu pada bulan Juli. Keseluruhan produksi pupuk urea ditujukan untuk penggunaan di dalam negeri. 2.3.1.2. Pupuk Non Urea

2.3.1.2.1. Pupuk ZA

Pupuk non urea merupakan 30 persen dari total produksi pupuk di dalam negeri antara lain meliputi pupuk ZA, SP36 dan pupuk Phonska. Produksi pupuk ZA periode

Juli-September 2007 berkisar antara 50.000 ton

s.d 68.400 ton (Gambar 2.2). Produksi tertinggi tercapai pada bulan Juli 2007 mencapai 68.400 ton. Produksinya dari bulan ke bulan cenderung menurun dimana di bulan Juli mencapai 68.400 ton, dan di bulan September turun menjadi 60.000 ton, namun pada periode Juli-September 2007 dibanding periode April-Juni produksi Pupuk ZA meningkat 27,16 persen menjadi 178,4 ribu ton, data lengkapnya ada pada halaman lampiran.

Gambar 2.1

Perkembangan Industri Pupuk Urea Periode Oktober 2006 s.d September 2007

Gambar 2.2

Perkembangan Industri Pupuk ZA Periode Oktober 2006 s.d. September 2007

(23)

LAPORAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III 2007 15 1 10 100 1,000 10,000 100,000

Okt Nop. Des. Jan Feb Mar Apr.* Mei * Jun * Jul** Ags** Sep** -3.00 -2.00 -1.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00

Produksi (Ton) Distribusi DN (Ton) Pertumbuhan PDB (%)

1 10 100 1,000 10,000 100,000

Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr. * Mei * Jun * Jul** Ags** Sep** -3.00 -2.00 -1.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00

Produksi (Ton) Distribusi DN (Ton) Pertumbuhan PDB (%)

2.3.1.2.2. Pupuk SP36

Sedangkan pupuk SP36 produksi bulanannya berfluktuasi dengan produksi

selama Juli-September 2007 mencapai 178,5 ribu ton meningkat sebesar 19,4 persen dibanding periode April-Juni. Produksi tertinggi pada triwulan III tahun 2007 dicapai pada bulan Juli 2007 sebesar 63,4 ribu ton seperti terlihat pada Gambar 2.3 berikut.

2.3.1.2.3. Pupuk PHONSKA

Serupa dengan pupuk SP36, pupuk Phonska produksinya sangat berfluktuasi pada volume yang relatif rendah dengan jumlah produksi bulanan yang tertinggi dicapai pada bulan September 2007 sebesar 68.000 ton dan produksi terendah dialami pada bulan Juli 2007 dengan jumlah produksi 35.400 ton (Gambar 2.4). Keseluruhan pupuk non urea tersebut diperuntukan penggunaannya di dalam negeri dan tidak untuk di ekspor.

Permasalahan pokok yang dihadapi industri pupuk saat ini adalah masih menurunnya kemampuan produksi dibandingkan tahun sebelumnya akibat kurangnya pemenuhan kebutuhan gas sebagai bahan baku pupuk. Sebagai contoh, PT Pupuk Kaltim produksinya selama tahun 2006 turun menjadi 2,2 juta ton (memanfaatkan hanya 75 persen kapasitas produksi) dibandingkan tahun sebelumnya 2,6 juta ton, sebagai akibat kebijakan swap gas sebanyak 10 juta MBTU kepada PT Pupuk Iskandar Muda. Industri pupuk pada tahun ini diperkirakan masih mengalami masalah serius terkait kelangkaan pasokan gas, namun demikian pasokan pupuk urea bersubsidi untuk musim tanam yang sedang berlangsung masih dalam kondisi aman.

Gambar 2.3

Perkembangan Industri Pupuk SP36 Periode Oktober 2006 s.d. September 2007

Gambar 2.4

Perkembangan Industri Pupuk Phonska Periode Oktober 2006 s.d. September 2007

(24)

LAPORAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III 2007 16 1 10 100 1,000 10,000 100,000 1,000,000 10,000,000

Okt. Nop. Des. Jan Feb Mar Apr.* Mei * Jun * Jul** Ags** Sep**

RI

BU T

O

N

Produksi (Ton) Ekspor (Ton) Konsumsi DN (Ton)

1 10 100 1,000 10,000 100,000 1,000,000 10,000,000

Okt. Nop. Des. Jan Feb Mar Apr.* Mei * Jun * Jul** Ags** Sep**

RI

BU T

O

N

Produksi (Ton) Ekspor (Ton) Konsumsi DN (Ton)

2.3.2. Semen

Produksi semen nasional periode Juli-September 2007

menunjukkan tren peningkatan, jumlah produksi bulanannya berkisar antara 3.262 ribu

ton s/d 3.482 ribu ton seperti terlihat dalam Gambar 2.5. Bila dibandingkan dengan periode April-Juni produksi semen meningkat 17,77 persen menjadi 10.094 ribu ton. Produksi semen nasional sebagian besar dipasarkan di dalam negeri (90 persen) sedangkan sisanya diekspor berkisar antara 100.000 ton s/d 270.000 ton setiap bulannya.

Tren produksi semen nasional mengikuti tren konsumsi semen di dalam negeri. Kenaikkan konsumsi di dalam negeri di bulan Agustus 2007 (10,73 persen) ada hubungannya kenaikkan produksi di bulan yang sama (2,70 persen)

2.3.3. Minyak Goreng Sawit

Produksi minyak goreng sawit selama Juli-September 2007 mengalami fluktuasi dengan kecenderungan meningkat. Pada triwulan III 2007 (Juli-September 2007) produksinya meningkat sebesar 20,31 persen menjadi 2,63 juta ton (Gambar 2.6). Dari jumlah produksi bulanan kurang lebih 33 persen diperuntukan bagi pasar ekspor, 22 persen dialokasikan untuk pasar domestik dan sisanya sekitar 45 persen untuk stok nasional.

Gambar 2.5

Perkembangan Industri Semen Periode Oktober 2006 s.d. September 2007

Gambar 2.6

Perkembangan Industri Minyak Goreng Periode Oktober 2006 s.d. September 2007

(25)

LAPORAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III 2007 17 1 10 100 1,000 10,000 100,000 1,000,000

Okt. Nop. Des. Jan. Peb. Mar. Apr.* Mei * Jun * Jul** Ags** Sep**

RI

BU

T

O

N

Produksi (Ton) Impor (Ton) Ekspor (Ton) Konsumsi DN (Ton)

1 10 100 1,000 10,000 100,000

Okt. Nop. Des. Jan. Peb. Mar. Apr.* Mei * Jun * Jul** Ags** Sep**

R

IBU T

O

N

Produksi (Ton) Impor (Ton) Ekspor (Ton) Konsumsi DN (Ribu Ton)

2.3.4. Baja

2.3.4.1. Hot Rolled Coil

Realisasi produksi HRC periode Juli-September 2007 menunjukkan tren yang menurun, realisasi produksi bulanan berkisar antara 158.800 ton s.d 177.400 ton seperti terlihat pada Gambar 2.7 berikut. Selama triwulan III 2007 produksinya meningkat sebesar 27,9 persen menjadi 503.800 ton bila dibandingkan dengan triwulan II tahun 2007. Kebutuhan dalam negeri HRC masih lebih besar dari pada realisasi produksi sehingga kekurangannya masih dipenuhi dari impor.

2.3.4.2. Hot Rolled Plate

Realisasi produksi Hot Rolled Plate (HRP) berada pada tingkat yang lebih rendah dibandingkan dengan realisasi produksi HRC. Pada

periode Juli-September 2007 realisasi produksi HRP berfluktuasi dari bulan ke bulan dengan realisasi produksi berkisar antara 31.100 ton s.d 61.100 ton per bulan seperti terlihat pada Gambar 2.8 berikut. Posisi tertinggi dicapai pada bulan September 2007 yang mencapai 61.100 ton. Konsumsi dalam negeri HRP masih lebih rendah dari pada realisasi produksi sehingga sisanya dapat diekspor. Industri Baja nasional dewasa ini menghadapi kendala karena adanya persaingan produk baja murah dari China (Pemerintah China mengeluarkan kebijakan pengembalian pajak/Tax Rebate sebesar 11 persen), hal lain yang masih menjadi kendala adalah biaya pelabuhan yang relatif tinggi, kurang efektifnya tarif harmonisasi untuk melindungi produk dalam negeri, serta adanya illegal import (under invoicing, under quantity & pencantuman no.HS yang tidak sesuai dengan fisik barang).

Gambar 2.7

Perkembangan Industri Logam Hot Rolled Coil Periode Oktober 2006 s.d. September 2007

Gambar 2.8

Perkembangan Industri Logam Hot Rolled Plate Periode Oktober 2006 s.d. September 2007

(26)

LAPORAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III 2007 18 0 1 10 100 1,000

Okt. Nop. Des. Jan. Peb. Mar. Apr.* Mei * Jun * Jul** Ags** Sep**

RI

BU

T

O

N

Produksi (Ribu Unit) Konsumsi DN (Ribu Unit) Ekspor (Ribu Unit)

Dalam perkembangan ke depan industri baja nasional akan secara bertahap mengurangi impor raw material dan sebagai gantinya akan lebih mengoptimalkan pemanfaatan hasil tambang bijih besi di dalam negeri. PT Krakatau Steel akan berupaya keras mengurangi impor iron ore hingga 1 juta ton per tahun mulai awal 2008, dan akan mengimplementasikan penggunaan teknologi baru guna meningkatkan kualitas bijih besi muda (bijih besi laterit) hasil dalam negeri menjadi bijih besi primer (iron ore). Selama ini, Industri Baja terpaksa mengimpor iron ore karena bijih besi yang ada di Indonesia pada umumnya termasuk kategori muda sehingga tidak dapat diolah lebih lanjut menjadi pellet. Bijih besi muda ini harus ditingkatkan gradenya terlebih dahulu menjadi bijih besi primer.

2.3.5. Kendaraan Bermotor

2.3.5.1. Kendaraan Bermotor Roda Dua

Realisasi produksi kendaraan bermotor roda dua (sepeda motor) periode Juli-September 2007 mengalami tren peningkatan dengan jumlah produksi berkisar antara 375.000 unit s.d 482.000 unit per bulan. Produksi tertinggi dicapai pada bulan September sebesar 482.000 unit seperti terlihat pada Gambar 2.9 berikut. Produksi sepeda motor hampir seluruhnya ditujukan untuk pasar dalam negeri, sedangkan ekspornya hanya sebagian kecil berkisar antara 293 unit s.d 1.781 unit per bulan.

Kinerja industri sepeda motor di tahun 2007 diperkirakan masih memiliki kecenderungan naik dikarenakan meningkatnya kebutuhan pasar di dalam negeri. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi calon-calon investor (asing) untuk mendirikan basis produksi di Indonesia. Sebagai contoh, perusahaan otomotif India, TVS Motor Company merencanakan awal 2007 pabrik sepeda motornya akan mulai beroperasi dan diharapkan November 2007 produknya sudah bisa dipasarkan. TVS Motor Co., memang akan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi di kawasan Asean dengan membangun pabrik motor berkapasitas 300.000 unit per tahun.

2.3.5.2. Kendaraan Bermotor Roda Empat

Realisasi produksi kendaraan bermotor roda empat periode Juli-September 2007 menunjukkan tren yang meningkat. Produksi tertinggi dicapai pada Bulan September 39.337 unit. Pada periode Triwulan III tahun 2007 produksinya meningkat sebesar 9,02 persen dibandingkan Triwulan II menjadi 115.240 unit seperti terlihat pada Gambar 2.10.

Gambar 2.9

Perkembangan Industri Kendaraan Bermotor Roda Dua Periode Oktober 2006 s.d September 2007

(27)

LAPORAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III 2007 19 1 10 100 1,000 10,000 100,000

Okt. Nop. Des. Jan. Peb. Mar. Apr.* Mei * Jun * Jul** Ags** Sep**

U n it / S e t

Produksi (Unit) Konsumsi DN (Unit) Ekspor CBU (Unit)

Ekspor CKD (Set) Impor CBU (Unit) Impor CKD (Set)

1 10 100 1,000

Okt. Nop. Des. Jan. Peb. Mar. Apr.* Mei * Jun * Jul** Ags** Sep**

Ju

ta

US

$

Produksi (Juta US$) Ekspor (Juta US$) Impor (Juta US$) Konsumsi DN (Juta US$)

Industri Kendaraan Bermotor roda empat masih mengalami permasalahan antara lain berupa lemahnya keterkaitan industri perakit dengan industri komponen dan pendukung, belum optimalnya peran lembaga-lembaga pendukung industri kendaraan bermotor, seperti Pusat Diklat, Lembaga Sertifikasi, Pusat Enginering

dan Perguruan Tinggi, serta

masih adanya ketergantungan industri

terhadap bahan baku impor yang ditengarai pula menjadi faktor yang ikut memperlemah daya saing industri kendaraan bermotor beserta industri pendukungnya.

2.3.6. Peralatan Listrik Rumah Tangga 2.3.6.1. Televisi

Produksi televisi periode

Juli-September 2007 menunjukkan tren peningkatan yang cukup

signifikan yang ditandai dengan naiknya permintaan dalam negeri serta meningkatnya ekspor produk televisi. Pada triwulan III 2007 realisasi produksi TV berkisar antara US$ 81,27 juta s.d US$ 107,5 juta per bulan seperti terlihat pada Gambar 2.11 berikut.

Gambar 2.10

Perkembangan Industri Kendaraan Bermotor Roda Empat Periode Oktober 2006 s.d. September 2007

Gambar 2.11

Perkembangan Industri Televisi Periode Oktober 2006 s.d. September 2007

(28)

LAPORAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III 2007

20

1 10 100

Okt. Nop. Des. Jan. Peb. Mar. Apr.* Mei * Jun * Jul** Ags** Sep**

Ju

ta

US

$

Produksi (Juta Unit) Ekspor (Juta Unit) Impor (Juta Unit) Konsumsi DN

1 10 100 1,000

Okt. Nop. Des. Jan. Peb. Mar. Apr.* Mei * Jun * Jul** Ags** Sep**

RI

BU

T

O

N

Produksi (Ribu Ton) Ekspor (Ribu Ton) Impor (Ribu Ton) Konsumsi DN (Ribu Ton)

2.3.6.2. Lemari Es

Realisasi nilai produksi lemari es periode Juli-September 2007 menunjukkan tren yang meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan dalam negeri dan permintaan ekspor. Pada Triwulan III 2007 realisasi nilai produksinya meningkat dari US$ 7,67 juta di bulan Juli menjadi US$ 10,14 juta di bulan September atau naik 109,09 persen (Gambar 2.12).

Industri peralatan listrik rumah tangga masih menghadapi permasalahan pokok berupa persaingan tidak sehat di pasar dalam negeri dari impor produk sejenis yang dilakukan secara ilegal, daya beli masyarakat semakin melemah sebagai dampak tidak langsung dari kenaikan harga BBM bersubsidi, serta masih relative lemahnya struktur industri disebabkan industri pendukung/komponen belum berkembang sesuai harapan, sehingga ketergantungan terhadap bahan baku impor cukup besar.

Guna meningkatkan kinerja industri peralatan listrik rumah tangga, dunia usaha mengusulkan agar produk-produk industri dimaksud tidak lagi dikenakan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPn BM), dengan harapan masyarakat lebih dapat lebih tertarik membeli produk dengan harga relatif murah, sekaligus mengupayakan agar industri dapat bersaing dengan produk jadi impor, yang pada akhirnya akan semakin mendongkrak kinerja industri dalam negeri.

2.3.7. Tekstil dan Produk Tekstil 2.3.7.1. Serat

Realisasi produksi serat periode Juli-September 2007 menunjukkan tren meningkat berkisar antara 62.410 ton s.d 64.560 ton per bulan, sedangkan kebutuhan di dalam negeri pada periode yang sama berada pada tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi produksi yaitu pada

kisaran 88.650 ton s.d. 100.75 ton. Kekurangan pasokan dalam negeri dipenuhi dari impor antara Gambar 2.12.

Perkembangan Industri Lemari Es Periode Oktober 2006 s.d. September 2007

Gambar 2.13 Perkembangan Industri Serat Periode Oktober 2006 s.d. September 2007

(29)

LAPORAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III 2007 21 1 10 100 1,000

Okt. Nop. Des. Jan. Peb. Mar. Apr.* Mei * Jun * Jul** Ags** Sep**

RI

BU T

O

N

Produksi (Ribu Ton) Ekspor (Ribu Ton) Impor (Ribu Ton) Konsumsi DN (Ribu Ton)

1 10 100 1,000

Okt. Nop. Des. Jan. Peb. Mar. Apr.* Mei * Jun * Jul** Ags** Sep**

RI

BU T

O

N

Produksi (Ribu Ton) Ekspor (Ribu Ton) Impor (Ribu Ton) Konsumsi DN (Ribu Ton)

44.630 ton s.d. 57.220 ton per bulan. Namun demikian serat produksi dalam negeri juga telah di ekspor berkisar antara 19.860 ton s.d. 20.540 ton per bulan seperti terlihat pada Gambar 2.13.

2.3.7.2. Benang

Realisasi produksi benang periode Juli-September 2007 menunjukkan tren yang relatif stabil berkisar antara 140,96 ribu ton s.d 149.700 ton per bulan, tren tersebut seiring dengan tren ekspor produk benang pada periode yang sama berkisar antara 78.040 ton s.d 82.880 ton per bulan, dibandingkan dengan kebutuhan dalam negeri yang berkisar antara 74.060 s.d. 79.190 per bulan, maka realisasi produksi benang berada pada posisi yang lebih tinggi sehingga mengalami over supply seperti terlihat pada Gambar 2.14 berikut.

2.3.7.3. Kain

Realisasi produksi kain periode Juli-September 2007 menunjukkan tren yang stabil berkisar antara 94.890 ton s.d 108.450 ton per bulan. Tren produksi tersebut menyamai tren ekspor yang berkisar antara 29.130 ton s.d 33.290 ton (Gambar 2.15).

Permasalahan pokok industri TPT sampai saat ini

adalah kondisi permesinan yang sudah tua sehingga sangat berpengaruh pada daya saing industri tersebut. Berdasarkan data API, kondisi permesinan industri kain / tekstil lembaran sudah relatif tua, sekitar 35 persen mesin pemintalan telah berusia di atas 20 tahun, 60 persen berumur 10-20 tahun, dan 5 persen kurang dari 10 tahun, sedangkan pada unit pertenunan terdapat 66 persen mesin berusia di atas 20 tahun.

Dalam program restrukturisasi dan modernisasi, industri TPT nasional hingga 2010 diperkirakan akan membutuhkan dana sekitar US$ 5.19 miliar atau Rp. 47,5 triliun.

Gambar 2.14 Perkembangan Industri Benang Periode Oktober 2006 s.d. September 2007

Gambar 2.15 Perkembangan Industri Kain Periode Oktober 2006 s.d. September 2007

(30)

LAPORAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III 2007 22 1 10 100 1,000

Okt. Nop. Des. Jan. Peb. Mar. Apr.* Mei * Jun * Jul** Ags** Sep**

RI B U T O N

Produksi (Ribu Ton) Ekspor (Ribu Ton) Impor (Ribu Ton) Pasokan DN (Ribu Ton)

Dengan nilai investasi tersebut diperkirakan industri tersebut dapat mampu menyerap tambahan tenaga kerja di tahun 2010 sebanyak 469.000 orang.

Jumlah dana yang telah diupayakan sebagian melalui dana APBN 2007 akan digunakan untuk membiayai peremajaan mesin-mesin tua, penambahan beberapa unit mesin serat, pemintalan, tenun, mesin jahit, finishing unit, hingga rajutan dan ditargetkan akan memacu pengusaha TPT mengganti mesin produksi dengan kapitalisasi sekitar Rp 2,5 triliun.

2.3.8. Pulp dan Kertas 2.3.8.1. Pulp

Realisasi produksi pulp periode Juli-September 2007

menunjukkan tren penurunan. Realisasi produksi bulanan berkisar dari yang terendah di bulan September sebesar 514.000 ton s.d. yang tertinggi 515.300 ton di bulan Juli 2007. Dari realisasi produksi tersebut jumlah yang di ekspor berkisar antara 215.200 ton s.d. 215.700 ton seperti terlihat pada Gambar 2.16 berikut.

Jumlah Industri Pulp di dalam negeri saat ini adalah 20 pabrik dengan total kapasitas produksi 6,3 juta ton per tahun. Pada tahun 2000 produksi pulp mencapai 4,09 juta ton (64,9 persen kapasitas produksi), kemudian meningkat 15 persen menjadi 4,67 juta ton untuk tahun 2001 (74,1 persen kapasitas produksi). Sampai dengan tahun 2005, produksi pulp kembali meningkat menjadi 5,47 juta ton per tahun (86.8 persen kapasitas produksi).

Hutan Tanaman Industri (HTI) merupakan salah satu sumber bahan baku industri pulp yang terus dikembangkan oleh pengusaha dibidang kehutanan. Departemen Kehutanan telah mentargetkan perluasan HTI hingga 5 juta hektar sampai dengan 2009. Posisi luas HTI sampai dengan tahun 2005, sudah mencapai 4,07 juta hektar. Dari luasan tersebut diperkirakan tersedia bahan baku kayu untuk industri pulp sebanyak 20-22 juta meter kubik per tahun. Pola pemenuhan kebutuhan bahan baku lewat HTI tersebut menjadi pilihan terbaik sehingga patut ditiru polanya oleh industri-industri lain khususnya yang berbasis agro, bersifat renewable maupun bersifat recycled.

Gambar 2.16 Perkembangan Industri Pulp Periode Oktober 2006 s.d. September 2007

(31)

LAPORAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III 2007 23 1 10 100 1,000

Okt. Nop. Des. Jan. Peb. Mar. Apr.* Mei * Jun * Jul** Ags** Sep**

RI B U T O N

Produksi (Ribu Ton) Ekspor (Ribu Ton) Impor (Ribu Ton) Pasokan DN (Ribu Ton)

1 10 100 1,000

Okt. Nop. Des. Jan. Peb. Mar. Apr.* Mei * Jun * Jul** Ags** Sep**

RI

BU

UN

IT

Produksi (Ribu Unit) Ekspor (Ribu Unit) Konsumsi DN (Ribu Unit)

2.3.8.2. Kertas

Realisasi produksi kertas berada pada tingkat yang lebih tinggi dibandingkan realisasi produksi pulp, periode Juli-September 2007 produksi kertas menunjukkan tren yang menurun mulai dari yang tertinggi sebesar 816.200 ton di bulan Juli sampai yang terendah 814.900 ton di bulan September 2007. Produk kertas untuk pasokan dalam negeri berada dibawah realisasi produksi berkisar antara 539.400 s.d. 541.100 ton per bulan, sedangkan kelebihan pasokan untuk pasar dalam negeri dialokasikan untuk ekspor yang berkisar antara 300.300 ton s.d 301.400 ton per bulan seperti terlihat pada Gambar 2.17 berikut. 2.3.9. Mesin Listrik

2.3.9.1. Mini Circuit Breaker (MCB)

Realisasi produksi MCB periode Juli-September 2007 menunjukkan tren yang meningkat dengan jumlah produksi antara 743.800 unit s.d. 827.900 unit per bulan (Gambar 2.18). Kebutuhan akan MCB produksi dalam negeri mencapai 90 persen berkisar antara 673.700 s.d. 765.600 unit. Produksi MCB juga diperuntukkan

bagi pemenuhan kebutuhan ekspor yang berkisar antara 58.730 unit s.d 70.060 unit per bulan yang rata-rata merupakan 9 persen realisasi produksi.

2.3.9.2. Motor Listrik

Realisasi produksi motor listrik periode Juli-September 2006 masih jauh dari yang diharapkan dibandingkan dengan tingkat kebutuhan di dalam negeri. Produksi motor listrik rata-rata pada periode yang sama hanya memenuhi kurang lebih 5 persen

Gambar 2.17 Perkembangan Industri Kertas Periode Oktober 2006 s.d. September 2007

Gambar 2.18 Perkembangan Industri MCB Periode Oktober 2006 s.d. September 2007

(32)

LAPORAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III 2007 24 1 10 100 1,000 10,000 100,000 1,000,000

Okt. Nop. Des. Jan. Peb. Mar. Apr.* Mei * Jun * Jul** Ags** Sep** -3.00 -2.00 -1.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00

Produksi (Unit) Konsumsi DN (Unit) Pertumbuhan PDB (%) c

1 10 100 1,000

Okt Nop Des Jan Peb Mar Apr* Mei* Jun* Jul** Ags** Sep**

RI

B

U

UNI

T

Produksi (Ribu Unit) Konsumsi DN (Ribu Unit) Ekspor (Ribu Unit)

kebutuhan dalam negeri. Produksi bulanan hanya mencapai kisaran 7.776 s.d. 8.040 unit, sedangkan kebutuhan dalam negeri mencapai kisaran 221.100 s.d 269.100 unit per bulan, tren realisasi produksi relatif konstan sepanjang tahun namun tren kebutuhan dalam negeri menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan seperti terlihat pada Gambar 2.19 berikut.

2.3.9.3. KWh Meter

Realisasi Kwh Meter periode

Juli-September 2007 menunjukan tren peningkatan yang ditandai

juga dengan kebutuhan konsumsi dalam negeri yang

semakin meningkat meskipun pada tingkat yang

lebih rendah. Realisasi produksi bulanan pada periode yang sama berkisar antara 272.700 s.d. 336.000 unit per bulan dengan produksi tertinggi dicapai pada bulan September 2007 yang mencapai produksi 336.000 unit (Gambar 2.20), sedangkan konsumsi dalam negeri rata-rata 50 persen dari realisasi produksi sehingga produksi yang tersisa dialokasikan untuk pasar ekspor.

2.3.9.4. Panel dan Gear

Realisasi produksi Panel dan Gear periode Juli-September 2007 menunjukkan tren yang meningkat berkisar antara 4.200 s.d 4.500 unit per bulan, konsumsi dalam negeri untuk produk tersebut berada sedikit dibawah tingkat produksi sehingga dapat dikatakan relatif tidak ada excess supply di dalam negeri seperti terlihat pada Gambar 2.21 berikut.

Gambar 2.19

Perkembangan Industri motor Listrik Periode Oktober 2006 s.d. September 2007

Gambar 2.20

Perkembangan Industri KWh Meter Periode Oktober 2006 s.d. September 2007

(33)

LAPORAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III 2007 25 1 10 100 1,000 10,000

Okt Nop Des Jan Peb Mar Apr* Mei* Jun* Jul** Ags** Sep**

RI

BU UNI

T

Produksi (Unit) Ekspor (Unit) Konsumsi DN (Unit)

1 10 100 1,000 10,000

Okt. Nop. Des. Jan. Peb. Mar. Apr.* Mei * Jun * Jul** Ags** Sep**

RI

B

U

UNI

T

Produksi (Unit) Konsumsi DN (Unit) Ekspor (Unit)

Masalah pokok yang masih dihadapi oleh industri mesin listrik secara keseluruhan adalan ketergantungan terhadap bahan baku yang sebagian besar masih harus di impor serta tingkat harganya yang berfluktuasi karena sangat tergantung pada perkembangan tingkat harga internasional.

Beberapa bahan baku dimaksud meliputi antara lain polycarbonate, silicon, steel, minyak jenis isolasi, kertas isolasi, dan kawat tembaga ukuran tertentu. Walapun kita ketahui bahwa di Indonesia telah berdiri industri hulu seperti Krakatau Steel, Pertamina, dan Petrokimia, namun spesifikasi teknis yang dibutuhkan oleh industri mesin listrik sering tidak dapat dipenuhi bahkan tidak tersedia.

2.3.10. Ban

2.3.10.1. Ban Sepeda Motor

Realisasi produksi ban sepeda motor relatif berfluktuatif pada periode Juli - September 2007 berkisar antara 1.975 ribu sampai 2.089 ribu. Realisasi konsumsi dalam negeri pada periode tersebut berkisar antara 1.922 ribu Unit sampai 2.027 ribu Unit.

Gambar 2.21

Perkembangan Industri Panel & Gear Periode Oktober 2006 s.d. September 2007

Gambar 2.22

Perkembangan Industri Ban Sepeda Motor Periode Oktober 2006 s.d. September 2007

(34)

LAPORAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III 2007 26 1 10 100 1,000 10,000

Okt. Nop. Des. Jan. Peb. Mar. Apr.* Mei * Jun * Jul** Ags** Sep**

RI

B

U

UNI

T

Produksi (Ribu Unit) Konsumsi DN (Ribu Unit) Ekspor (Ribu Unit)

1 10 100 1,000 10,000 100,000 1,000,000

Okt. Nop. Des. Jan. Peb. Mar. Apr.* Mei * Jun * Jul** Ags** Sep**

RI B U T O N

Produksi (Ribu Ton) Distribusi Domestik (Ribu Ton) Ekspor (Ribu Ton) Impor (Ribu Ton)

2.3.10.2. Ban Mobil

Realisasi produksi Ban Mobil periode Juli - September 2007 menunjukkan kondisi relatif fluktuatif. Rata-rata konsumsi ban mobil dalam negeri dibandingkan dengan realisasi produksi sebesar 26,40 % dan sebagian produksi ban diperuntukkan bagi pasar ekspor seperti terlihat pada Gambar 2.23.

Sejak tanggal 30 Maret 2006 telah diberlakukan ketentuan wajib Standar Nasional Indonesia (SNI). Asosiasi perusahaan Ban Indonesia (APBI), berpendapat bahwa kewajiban SNI untuk produk ban yang berorientasi ke pasar domestik harus didukung oleh para pelaku usaha.

Pemberlakuan ketentuan ini sekaligus diarahkan untuk menjaga pasar domestik dari maraknya produk ban ex-impor yang tidak memenuhi standar yang diwajibkan.

2.3.11. Tepung Terigu

Realisasi produksi industri tepung terigu di dalam negeri periode

Juli-September 2007 menunjukkan

kecenderungan menurun berkisar antara 339.000 ton dan 299.000 ton (Gambar 2.24).

Industri Tepung Terigu yang jumlahnya masih relatif kecil di dalam negeri sangat rentan terhadap gejolak harga gandum yang terjadi di pasar global. Untuk jenis gandum Hard Red Winter (HRW) Ordinary yang biasa digunakan sebagai patokan

Komponen biaya gandum mencapai 90 persen dari struktur biaya produksi terigu. Sehingga naiknya harga gandum dunia, cepat atau lambat akan menyebabkan kenaikan harga tepung terigu di dalam negeri secara bertahap.

Gambar 2.23

Perkembangan Industri Ban Mobil Periode Oktober 2006 s.d. September 2007

Gambar 2.24 Perkembangan Industri Terigu Periode Oktober 2006 s.d. September 2007

(35)

LAPORAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III 2007 27 1 10 100 1,000 10,000

Okt. Nop. Des. Jan. Peb. Mar. Apr.* Mei * Jun * Jul** Ags** Sep**

M ili a r R p .

Produksi (Rp. miliar) Ekspor (Rp. miliar) Konsumsi DN (Rp. miliar)

Setiap kenaikan harga gandum sebesar US$ 10 per ton akan mengakibatkan kenaikan harga tepung terigu sebesar US$ 13,5 per ton. Jika asumsi nilai tukar US dolar terhadap rupiah adalah Rp 9.000 per US$, berarti terjadi kenaikan harga tepung terigu sebesar Rp 120 per kilogram atau setara kenaikan 4 persen.

2.3.12. Barang Jadi Rotan

Perkembangan realisasi produksi barang jadi rotan periode Juli-September 2007 menunjukkan tren peningkatan yang cukup signifikan dari Rp.1.111 miliar pada bulan Juli menjadi Rp.1.636 miliar pada bulan September atau meningkat 47,25 persen selama periode 3 bulan (Gambar 2.25). Sebagian besar (90 persen) realisasi produksi barang jadi rotan memang diorientasikan bagi pasar ekspor dan hanya sebagian kecil yang dipasarkan di dalam negeri.

Industri Barang Jadi Rotan dewasa ini bersaing ketat dengan industri sejenis di China. Negara tersebut saat ini merupakan negara tujuan ekspor rotan setengah jadi terbesar dari seluruh dunia.

Terbatasnya bahan baku rotan pada tingkat pengusaha IKM di Cirebon dewasa ini, antara lain disebabkan oleh kelangkaan / mahalnya rotan setengah jadi dalam negeri karena petani rotan lebih banyak memilih untuk mengekspor dalam bentuk rotan setengah jadi, yang selanjutnya oleh negara tersebut diolah menjadi mebel / barang jadi rotan untuk di ekspor ke negara-negara yang notabene merupakan pasar potensial ekspor mebel rotan Indonesia di Luar Negeri.

2.3.13. Keramik

Keramik yang diproduksi di Indonesia hingga tahun 2006 berupa tile, tableware dan sanitary, dengan rata-rata kenaikkan produksi keramik sebesar 3 % per bulan.

Saat ini produk Tile dan sanitary produksi dalam negeri sebagian besar terserap di pasar dalam negeri (Tile: 94,95 % dan sanitary: 69,22%) dan sisanya diekspor. Sedangkan produk tableware sebagian besar diekspor (70,49%) dan hanya sebagian kecil saja yang dipasarkan di dalam negeri.

Gambar 2.25

Perkembangan Industri Barang Jadi Rotan Periode Oktober 2006 dan September 2007

Gambar

Tabel 2.1. Komoditi-komoditi Industri Terpilih
Gambar 2.13   Perkembangan Industri Serat  Periode Oktober 2006 s.d. September 2007
Gambar 2.14   Perkembangan Industri Benang  Periode Oktober 2006 s.d. September 2007
Gambar 2.16  Perkembangan Industri Pulp  Periode Oktober 2006 s.d. September 2007
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode penelitian yang digunakan pada percobaan ini yaitu menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktor tunggal yang terdiri dari 3 perlakuan, yaitu : A (bawang

matrik IE (Internal Eksternal Evaluatian) perusahaan pada kuadaran V dengan nilai faktor internal 2.719 dimana sistem pengendalian persediaan diakui sebagai faktor

Dari Tabel 4.13 parameter hubungan antara variabel kepercayaan terhadap kecemasan berbelanja melalui internet adalah sebesar -0,359 dan nilai T-statistik sebesar

Tujuan evaluasi unjuk kerja kalibrator torsi statik hasil rancang bangun ini adalah untuk memastikan keberterimaan kalibrator terhadap kriteria atau persyaratan dalam

Dengan dilatar belakangi oleh beberapa teori, penelitian sebelumnya dan fenomena masalah tersebut, maka dilakukan penelitian untuk menganalisis pengaruh kualitas pelayanan

Tegangan geser non-dimensional digunakan untuk memperhitungkan tingkat transpor sedimen. Ketika nilai tegangan geser non-dimensional ini besar, maka tingkat transpor

Musuh semut api yang paling menyeramkan adalah Solenopsis davgeri, suatu spesies semut parasit. Jadi, makhluk hidup yang dapat menembus sistem pertahanan bertingkat mereka,

Bahwa dari penghitungan suara tidak sah yang tercoblos tembus simetris untuk Pemohon, jika ditambahkan dengan suara sah untuk Pemohon yang ditetapkan Termohon sebanyak 23.289,